lamaismail.files.wordpress.com · web viewartinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para...

20
Tugas SOBS Nama : Ruhullah Ismail APLIKASI PEMBIAYAAN MUDHARABAH M udharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak lannya sebagai pengelola usaha (mudharib). Keuntungan usaha yang di dapatkan dari akad mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan biasanya dalam bentuk persentase. Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian itu ditanggung oleh shahibul maal sepanjang kerugian itu bukan akibaty kelalaian mudharib. Sedangkan mudharib menanggung kerugian atas

Upload: buituong

Post on 11-Jun-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Tugas SOBS

Nama : Ruhullah Ismail

APLIKASI PEMBIAYAAN MUDHARABAH

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak

pertama bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan

seluruh modal (100%), sedangkan pihak lannya sebagai pengelola usaha

(mudharib). Keuntungan usaha yang di dapatkan dari akad mudharabah dibagi

menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan biasanya dalam bentuk

persentase.

Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian itu

ditanggung oleh shahibul maal sepanjang kerugian itu bukan akibaty kelalaian

mudharib. Sedangkan mudharib menanggung kerugian atas upaya, jerih payah dan

waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan usaha. Namun, jika kerugian

diakibatkan karena kelalaian mudharib, maka mudharib harus bertanggung jawab

atas kerugian tersebut.

A. Syarat Sah Mudharabah

Page 2: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Syarat Aqidani: Disyaratkan bagi orang yang akan melakukan akad adalah ahli

dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab mudharib mengusahakan harta

pemilik modal, yakni menjadi wakil. Namun demikian, tidak disyaratkan

harus muslim. Mudharabah dibolehkan dengan orang kafir dzimmi atau orang

kiafir yang dilindungi di n egara Islam.

Syarat Modal : Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham atau

sejenisnya, yakni segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian.

Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran. Modal harus ada,

bukan berupa utang, tetapi tidak berarti harus ada di tempat akad. Modal harus

diberikan kepada pengusaha (mudharib).

B. Syarat-syarat Laba

Laba harus memiliki ukuran

Laba haruis berupa bagian yang umum (masyhur)

C. Jenis-Jenis Mudharabah

Mudharabah Muthlaqah

Yang dimaksud di sini adalah bentuk kerja sama antara pemilik modal

(shahibul mal) dan pengelola (mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak

dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam

pembaqhasan fiqh ulama salafus shaleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan

if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahib ul mal ke mudharib yang

member kekuasaan sangat besar.

Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah jenis ini disebut juga dengan istilah restricted mudharabah /

specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib

dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan

ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul mal dalam

memasuki jenis dunia usaha.

D. Aplikasi Dalam Perbankan Syariah

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al mudharabah diterapkan pada:

Page 3: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus,

seperti tabungan haji, tabungan kurban dan sebagainya

Deposito special (special investmen), dimana dana yang dititipkan nasabah

khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabah saja atau ijarah saja.

E. Manfaat Mudharabah

Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha

nasabah meningkat

Bank tidaki berkewajiban membayar bagi hasil kekpada nasabah pendanaan

secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga

tidak akan pernah mengalami negative spread.

Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus kas

usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal,

aman dan menguntungkan karena keuntnungan yang konkret dan benar-benar

terjadi itulah yang akan dibagilan.

Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap

dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah

bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi

dan terjadi krisis ekonomi.

F. Resiko Mudharabah

Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan

dalam kontrak

Lalai dan kesalahan yang disengaja

Penyembunyian keuntnungan oleh nasabah bila nasab ahanya tidak jujur.

G. Landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan.

1. Akad mudharabah antara nasabah penabung dengan bank.

Aplikasinya dalam perbankan syariah adalah:

a) Tabungan berjangka yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan

khusus seperti tabungan qurban, tabungan pendidikan anak, dan

sebagainya.

Page 4: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Sistem atau teknisnya adalah nasabah penabung memiliki ketentuan-ketentuan

umum yang ada pada bank seperti syarat-syarat pembukaan, penutupan

rekening, mengisi formulir, menyertakan fotokopi KTP, specimen tanda

tangan, dan lain sebagainya.

Lalu menyebutkan tujuan dia menabung, misal untuk pendidikan anaknya, lalu

disepakati nominal yang disetor setiap bulannya dan tempo pencairan dana.

Pada praktiknya, dana akan cair pada saat jatuh tempo plus bagi hasil dari

usaha mudharabah. Secara kenyataan di lapangan, pihak bank bisa langsung

memberikan hasil mudharabah secara kredit tiap akhir bulan.

b) Deposito biasa

Ketentuan teknisnya sama seperti ketentuan umum yang berlaku di semua

bank. Pada produk ini, pihak penabung bertindak sebagai shahibul maal

(pemodal) dan pihak bank sebagai mudharib (amil). Pada praktiknya harus ada

kesepakatan tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar modal

(dana) dapat diputarkan. Sehingga ada istilah deposito 1 bulan, 3 bulan, 6

bulan, dan 12 bulan.

Juga dibicarakan nisbah (persentase) bagi hasilnya dan biasanya dana akan

cair saat jatuh tempo.

c) Deposito khusus (special investment)

Di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu.

Keumuman bank syariah tidak menerapkan produk ini.

H. Tinjauan hukum syar’i

Secara hukum syar’i, akad yang tertuang dalam formulir yang

disediakan pihak bank cukup transparan dan lahiriahnya tidak ada masalah.

Akad antara penabung dan bank syariah adalah riba/terlarang dengan alasan:

Pinjaman tersebut mengandung unsur bunga, dalam hal ini adalah bagi

hasil yang dicapai. Hakikatnya adalah penabung memberi pinjaman

Page 5: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

kepada pihak bank dengan syarat bunga dari persentase bagi hasil.

Inilah hakikat dari riba jahiliah yang dikecam dalam Islam.

Kerugian ditanggung mudharib (bank ini menyalahi prinsip

mudharabah yang syar’i seperti telah diuraikan sebelumnya. Kerugian

modal yang terjadi pada usaha mudharabah murni ditanggung modal

bukan amil/mudharib.

Pihak bank terjatuh pada asuransi bisnis yang diharamkan dalam Islam.

I. Akad mudharabah antara bank dan nasabah peminjam

Pada umumnya banyak bank syariah yang tidak mengalokasikan dana

pembiayaan ke produk mudharabah dikarenakan risiko yang cukup tinggi, di

antaranya:

a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu tidak seperti yang disebut

dalam akad

b. Lalai dan kesalahan nasabah yang disengaja

c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila dia tidak jujur.

Bank syariah lebih banyak mengalokasikan pembiayaan-pembiayaan ke

produk murabahah.Pihak bank akan mengadakan akad dengan skema mudharabah

dengan masalah melalui proses yang cukup ketat, di antaranya:

Melihat reputasi nasabah dalam dunia usaha

Melakukan pembiayaan pada usaha-usaha yang dapat diprediksi

pendapatannya seperti:

mudharabah dengan koperasi yang melakukan akad murabahah untuk

memenuhi kebutuhan karyawannya.

mudharabah dengan pihak yang bergerak di bidang rental officer.

Untuk usaha-usaha yang kurang bisa diprediksi pendapatannya, seringkalinya

dialihkan ke akad murabahah. Pada akad mudharabah ini pihak bank bertindak

sebagai shahibul maal (pemodal) dan nasabah sebagai mudharib (amil)

Saat akad, nasabah dan bank melakukan kesepakatan tentang :

Page 6: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

• Biaya yang dikeluarkan

• Nisbah (persentase) bagi hasil

Secara umum akad mudharabah yang terpapar di atas tidak ada masalah sebab

akadnya adalah mudharabah dan keuntungan diambil dari laba usaha menggunakan

nisbah (persentase). Sedangkan pada bank konvensional menggunakan akad qiradh

(pinjaman) dengan syarat bunga yang ditetapkan. Ini jelas riba jahiliah yang dikecam

dalam Islam.

Sistem Operasional Pembiayaan Mudharabah untuk Nasabah

APLIKASI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Page 7: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Musyarakah berasal dari kata syarika yang berarti persekutuan. Secara

etimologi as-syarikah atau al-musyarakah mengndung makna al-ikhtilāt wa al-imtijāz

yaitu percampuran. Dalam lisan al-’Arab disebutkan as-syirkah dan as-syarikah

mengandung makna yang sama mukhalatatu as-syarikaini (bercampur atau

bergabungnya dua orang) untuk melalukan kerja sama.

Menurut ulama Malikiyah, Syirkah (musyarakah) adalah suatu izin untuk

bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.

Dalam mazhab Syafi’i dan Hambali diuraikan bahwa syirkah adalah hak bertindak

hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati. Sedangkan

mazhab Hanafi mendefinisikan syirkah yang berupa akad yang dilakukan oleh orang-

orang yang bekerjasama dengan modal dan keuntungan. Dikemukakan pula dengan

adanya akad syirkah yang disepakati kedua belah pihak, maka semua pihak yang

mengikat diri berhak bertindak hukum terhadap harta syarikat itu dan berhak

mendapatkan keuntungan sesuai yang disepakati.

Jadi secara istilah musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi

dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Page 8: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Sistem musyarakah berbeda dengan sistem bunga dari berbagai aspek. Dalam

bank konvensional, bank membiayai proyek dengan sistem bunga. Hubungan bank

dengan resiko yang mungkin akan menimpa proyek dapat dipastikan tidak ada.

Tanggung jawab hanya dibebankan kepada nasabah. Artinya jika proyek tidak

memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan

pokok pinjaman berikut bunga kepada pihak bank. Sedangkan dalam musyarakah,

semua tanggung jawab, keuntungan dan kerugian dibagi secara adil kepada bank,

investor dan para penabung sejalan dengan kaidah fiqh : keuntungan dan kerugian

didistribusikan sesuai dengan jumlah modal yang disertakan.

A. Syarat dan Rukun Musyarakah

• Melafazakan kata-kata yang menunjukkan izin yang akan mengendalikan

harta

• Anggota syarikat percaya mempercayai

• Mencampurkan harta yang disyarikatkan.

Adapun rukun sahnya melakukan syirkah, adalah 1.

Macam harta modal, 2. Nisbah bagi hasil dari modal yang diserikatkan. 3. Kadar

pekerjaan masing-masing pihak yang berserikat.

B. Landasan Hukum

Dasar hukum syariah yang mendasari konsep musyarakah ini adalah Al-

Qur’an dan Hadits.[9] Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar

akad transaksi syarikah, adalah QS. An-Nisa’ ayat 12 juga QS. Ash-Shaad ayat

24. Sedangkan Hadits-hadits Rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar, adalah :

“Dari hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah

saw. telah Bersabda, “Allah swt. telah berkata kepada saya; menyertai dua pihak

yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang

lain, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut” ( HR.Abu

Dawud no.2936, dalam kitab al-Buyu, dan Hakim).

Page 9: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Berdasarkan hukum yang diuraikan di atas, maka secara tegas dapat dikatakan

bahwa kegiatan syirkah dalam usaha diperbolehkan dalam Islam, sebagai dasar

hukumnya telah jelas dan tegas.

Landasan hukum positif tentang musyarakah ini diatur dalam Undang-Undang

No.10 Tahun 1998 dengan aturan pelaksana Surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia No. 32/34/Kep/Dir tanggal 12 Mei 1999, pasal 28 butir b.2.b.

sebagaimana dijabarkan dalam lampiran 6, juga terdapat dalam Fatwa Dewan

Syariah Nasional Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 13 April 2000.

C. Jenis-jenis al-musyarakah

a. musyarakah pemilikan (syirkat al-amlak): yaitu persekutuan

(kerjasama partnership) antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah

satu barang dengan salah satu sebab kepemilikan. musyarakah ini dapat

tercipta karena warisan, wasiat, hibah, jaul beli atau kondisi lainnya yang

mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih.

Musyarakah pemilikan ini oleh ahli fiqh dibagi lagi menjadi dua:

(1) Syirkah ikhtiyar atau perserikatan yang dilandasi pilihan orang

yang berserikat, contoh: dua orang sepakat berserikat membeli suatu

barang atau mereka menerima harta pemberian (hibah, wasiat, wakaf

dsb) maka harta yang mereka beli atau terima secara berserikat

menjadi harat serikat bagi mereka berdua, karena perserikatan muncul

akibat tindakan hukum kedua orang berserikat tersebut.

(2) Syirkah ijbari (perserikatan yang muncul secara paksa bukan atas

keinginan orang yang berserikat); yaitu sesuatu yang ditetapkan

menjadi milik dua orang atau lebih tanpa kehendak mereka, seperti

harta warisan yang diterima karena adanya kematian dari salah satu

keluarga. Status kepemilikan secara hukum menurut fukaha adalah

menjadi milik masing-masing yang berserikat sesuai haknya dan

bersifat berdiri sendiri.

b. musyarakah akad/kontrak (syirkat al-’uqud) yaitu akad kerjasama

antara dua orang atau lebih dan bersepakat untuk berserikat dalam modal dan

keuntungan.

Page 10: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Musyarakah akad terbagi menjadi :

(1) Syarikah Al-Mufāwadah adalah transaksi kerjasama antara dua orang

atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana

(modal) dan berpartisipasi dalam kerja/usaha, masing-masing setiap pihak

membagi keuntungan dan kerugian secara sama. kata “mufawadah” adalah

“musawah” (kesamaan). Jumhur ulama (Hanafiah, Malikiah dan Hanabilah)

membolehkan dengan syarat memiliki porsi yang sama baik dalam berperan

pada modal, hutang dan pelaksanaan operasional. Sementara Syafi’iah tidak

membolehkan, karena ada percampuran pada modal, menurutnya keuntungan

merupakan, sehingga tidak boleh ada perserikatan pada hasil (cabang) kalau

tidak ada persekutuan pada asalnya.

(2) Syarikah Al-‘Inām adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana

setiap pihak memberikan porsi dari kesulurahan dana dan berpartisipasi dalam

kerja, dengan kesepakatan berbagi dalam keuntungan dan kerugian. Bagian

masing-masing pihak tidak harus selalu sama, sesuai dengan kesepakatan

mereka.

Ulama fiqh secara ijma’ (konsensus) membolehkan bentuk transaksi seperti

ini. Landasannya, Rasulullah saw pernah melakukan kerjasama seperti ini

dengan Al-Saib bin Syarik kemudian para sahabatnya melegitimasi kerjasama

tersebut. Namun para ulama fiqh klasik memberikan ketentuan-ketentuan yang

berpariasi dalam kerjasama tersebut: Hanabilah: hanya membolehkan dalam

syaraikah al-abdan (badan) dan syarikah al-maal (harta); Malikiah:

mensyaratkan adanya izin bertindak atas nama kerjasama tersebut dari ke dua

pihak; Hanafiah: mensyaratkan adanya ijab-qabul untuk menjadi

representative, sehinga ada amanah dalam mengembangkan usaha (modal)

kerjasama tersebut.

(3) Syarikah Al-‘Amâl adalah kontrak kerja sama antara dua orang sepropesi

untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan, seperti

kerjasama para dokter, advokasi, dan kerjasama seprofesi lainnya. Kerjasama

ini sering juga disebut “syarikah al-abdân” atau “syarikah ash-shanâi’”.

Page 11: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Malikiah: mensyaratkan adanya kesepakatan dalam jenis usaha dan tempat

kerja;

Ulama klasik lainnya: tidak menetapkan syarat semacam itu, namun Hanafiah:

menganggap tidak boleh melakukan kesepakatan kerjasama semacam ini

untuk amlak ‘ammah (fasilitas umum) dan bahkan mereka cenderung

mengkategorikannya sebagai syarikah al-mufawadah.

(4) Syarikah al-Wujuh adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih

yang tidak memiliki modal, namun memiliki “reputasi dan prestise baik” atau

ahli dalam bisnis. Dengan reputasi dan prestise itu, ia membeli barang dengan

bentuk kredit lalu menjualnya secara tunai. Hasil (keuntungan dan kerugian)

dari kerjasama tersebut dibagi berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang

disediakan oleh setiap mitra. Kontrak kerjasama seperti ini tidak memerlukan

modal, karena hanya didasarkan atas kepercayaan dan jaminan tersebut.

Kerjasama seperti ini lazim disebut sebagai syarikah al-mafâlis (syarikah

piutang).

(5) Syarikah Al-Mudhārabah adalah bagian dari kontrak kerjasama yang

banyak dipraktikan diberbagai lembaga keungan dan aktifitas perekonomian

syraiah, karena kerjasama ini lebih mengacu pada profit and loss sharing, di

mana pihak pemodal (rabbul maal) memberikan

modal kepada pengusaha (mudharib) supaya dapat mengelolanya dalam

bisnis. Keuntungan dibagi di antara mereka berdua sesuai dengan kesepakatan

yang telah ditetapkan.

Pembiayaan secara musyarakah memiliki banyak manfaat, diantaranya:

Bank akan menikamati peningkatan dalam jumalah tertentu pada saat

keuntungan usaha nasabah meningkat.

Bank tidak berkewajiban membayar dalam dalam jumlah tertentu kepada

nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil

usaha bank, sehingga bank tidak pernah mengalami negative/spread.

Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow / arus kas

usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

Page 12: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-

benar halal, aman dan menguntungkan, karena keuntungan yang riil dan

benar-benar terjadi itulah yang dapat dibagikan.

Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip

bunga tetap, dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah),

bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

RUKUN DAN KETENTUAN SYARIAH dalam AKAD MUSYARAKAH

1. Unsur – unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :

a. Pelaku terdiri dari para mitra

b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja

c. Ijab qabul

d. Nisbah keuntungan (bagi hasil)

2. Ketentuan syariah

a. Pelaku : mitra harus cakap hokum dan baligh

b. Objek musyarakah harus :

Modal :

Modal yang diberikan harus tunai

Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, asset

perdagangan a tau asset tak berwujud seperti hak paten dan

lisensi.

Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka

harus ditentukan nilai tunainy aterlebih dahulu dan harus

diseoakati bersama.

Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.

Kerja :

Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah

Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi

Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra’

Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak

harus sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta

bagian keuntungan lebih besar.

Page 13: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada

c. Ijab qabul

Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulis dan ekspresi saling

ridha antara para pelaku akad.

d. Nisbah

Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.

Perubahan nisbah harus disepakati para mitra.

Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai

proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi

keuntungan.

Sistem Operasional pembiayaan Musyarakah untuk Nasabah

Sistem Operasional pembiayaan Musyarakah untuk pada Bank

Page 14: lamaismail.files.wordpress.com · Web viewArtinya jika proyek tidak memperoleh keuntungan, para peminjam tetap berkewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman berikut bunga kepada