static.pdiaaceh.org...author raflipipi created date 5/29/2019 12:32:27 pm
TRANSCRIPT
Seri Informasi Aceh Tahun XXXXII Nomor 1, 2019
MEMORI UMUM DAERAH ACEH
OLEH GUBERNUR H.N.A SWART
DAN
MEMORI SERAH TERIMA JABATAN
GUBERNUR A.H. PHILIPS
Alih Bahasa : Aboe Bakar
PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ACEH
BANDA ACEH
2019
Memori Umum Daerah Aceh...
ii
Seri Informasi AcehTahun XXXXII Nomor 1, 2019
Memori Umum Daerah Aceh oleh Gubernur H.N.A Swart
dan Memori Serah Terima Jabatan Gubernur A.H. Philips
Alih Bahasa: Aboe Bakar
Cetakan Pertama: 1979
Cetakan Kedua: 2019
ISBN: 978-602-53573-1-2
©2019 oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh
Hak cipta yang dilindungi undang-undang ada pada penulis
Penanggung Jawab : Drs. Mawardi, M.Hum., M.A.
Direktur Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh
Penyunting : Drs. Mukhlis, M.Hum.
Penyunting : Ainil Fitri, S.IP, Arif Nazarsyah,M.A.
Pelaksana Fahmiana Nova, S.IP., dan Resfita Faura, S.E.
Dewan Penyunting : Erni Rahmawati,S.H., Zainal Abidin, S.E., Rafli, S.E.,
Mustika Sari, S.E., Wulida Putra Rahmatillah, S.E.,
Saidul Abrar,S.Pd., Azhari
Proofreader : Drs. Mawardi, M.Hum., M.A.
Layouter : Anata Juma Muhaddhi, S.T
Penerbit : Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh
Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah, Komplek Museum
Aceh, Banda Aceh, Indonesia, kode pos 23241
Laman : www.pdiaaceh.org; www.seriinformasi.pdiaaceh.org
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
PENGANTAR
Seri Informasi Aceh ini merupakan penerbitan ulang Seri
Informasi Aceh Tahun III Nomor 6 yang pertama kali diterbitkan
oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh tahun 1979 dengan
judul yang sama. Seri Informasi Aceh edisi ini secara khusus
menguraikan bagaimana pemikiran para pejabat Belanda dalam
menyikapi berbagai hal yang berkembang di Aceh dalam rentang
waktu yang cukup panjang, 1902 hingga tahun 1930-an.
Kami yakin dan percaya bahwa penerbitan ulang Seri
Informasi Aceh ini akan memberikan informasi yang cukup
memadai tentang perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan
perlawanan masyarakat Aceh terhadap Belanda pada paruh awal
abad ke-20. Semoga penerbitan ulang ini dapat meningkatkan
kemampuan literasi sejarah lokal, khususnya sejarah Aceh, bagi
para pembaca di seluruh nusantara. Saran dan kritikan untuk
menyempurnakan karya ini akan kami terima dengan segala
senang hati.
Banda Aceh, 1 Februari 2019
Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh
Direktur,
Drs. Mawardi, M.Hum., M.A.
NIP 196803281993031001
Memori Umum Daerah Aceh...
iv
DAFTAR ISI
halaman
PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v BAGIAN I
MEMORI UMUM MENGENAI DAERAH GUBERNEMEN
ACEH DAN DAERAH TAKLUKNYA
OLEH H.N.A. SWART
1. Departemen Dalam Negeri
2. Departemen Kehakiman
1
5
7 3. Departemen Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan 8 4. Departemen Pekerjaan Umum 8 5. Departemen Perusahaan-Perusahaan Pemerintah 9 6. Departemen Keuangan 10 7. Departemen Penerangan 10
BAGIAN II
MEMORI SERAH TERIMA A.H. PHILIPS
GUBERNUR ACEH DAN DAERAH TAKLUKNYA
13
I. Keadaan Politik 14
A. Keadaan Kejiwaan Bangsa Aceh 16
B. Kebijaksanaan Politik yang Harus Dijalankan di Aceh 16
C. Anggota Pemberontak yang Masih Berada di Luar 30
D. Gerakan Bumiputera 34 E. Pergerakan Orang-Orang Cina 39
II. Alat-Alat Perlengkapan Pemerintahan 40
III. Keadaan Ekonomi 47
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
1
BAGIAN I MEMORI UMUM MENGENAI DAERAH GUBERNEMEN ACEH
DAN DAERAH TAKLUKNYA OLEH H.N.A. SWART
Sejak bertugas sebagai seorang pejabat pemerintah di
dalam wilayah-wilayah Lhoknga, Pulo Raya, dan Lhokseumawe
(1902-1905) saya telah mempunyai suatu keyakinan yang tulus
bahwa terhadap bangsa Aceh kita tidak boleh lebih lama lagi dan
semata-mata hanya bertindak menghukum saja. Sebaliknya, kita
harus pula berdaya upaya untuk memperoleh yang lebih banyak
daripada menumpas setiap pemberontakan dan oleh karenanya
cepat-cepat harus diusahakan untuk berangsur-angsur
memajukan perkembangan ekonomi daerah dan bangsa itu. Oleh
karenanya saya telah berusaha menjelaskan kepada ulèebalang
dan para penduduk bahwa mereka yang mengusahakan kembali
pertaniannya dengan tentram atau hendak melakukan sesuatu
usaha perkebunan boleh mengharapkan bantuan dan
perlindungan saya yang sepenuhnya.
Setelah saya menjabat tugas sebagai kepala pemerintah
daerah, secepat itu pula saya mengambil langkah yang serupa
dan berusaha menyadarkan semua pegawai pemerintah bahwa
kewajiban merekalah untuk mengusahakan agar orang-orang
Aceh dapat melupakan kesengsaraan-kesengsaraan yang telah
mereka derita akibat perjuangan lama dan gigih itu dan supaya
dengan sepenuh tenaga memajukan ekonomi mereka. Akan
tetapi, sebelum menumpahkan segenap perhatian terhadap hal
ini, terlebih dahulu haruslah ditumpas nyala api pemberontakan
yang mulai berkobar di tahun 1907 yang mengancam hendak
membakar sebagian besar daerah ini, sedemikian rupa, sehingga
di mana-mana penduduk yakin benar akan kekuatan kita yang
jauh lebih unggul daripada kekuatan mereka itu.
Setelah itu dengan jalan menunjukkan sikap damai
kepada para ulèebalang serta penduduk, dengan mendekatkan
Memori Umum Daerah Aceh...
2
mereka kepada kita, dengan berdaya upaya lebih memahami
mereka dan dengan melimpahkan serta menimbulkan
kepercayaan pada mereka, maka berhasillah saya menciptakan
suatu suasana, sehingga berangsur-angsur bangsa Aceh
melupakan hal-hal yang pernah mereka derita itu, demikian
rupa, tanpa perlu menimbulkan rasa bangga pada diri kita.
Berdasarkan arah itulah orang-orang yang telah
memberontak yang datang melapor harus diperlakukan, sedapat
mungkin, dengan cara-cara yang penuh perikemanusiaan dan
sikap satria serta menolong mereka dengan bantuan-bantuan
yang diperlukan agar mereka segera dapat memperoleh
penghidupan yang wajar kembali.
Tentu saja belum di semua tempat dan pada setiap orang
telah hilang perasaan benci dan curiga terhadap penguasa. Hal
ini dapat dilihat dari pembunuhan-pembunuhan yang
kadangkala dilakukan terhadap pegawai-pegawai pemerintah
dan tentara kita. Namun demikian, adalah keyakinan yang tulus
bahwa dengan meneruskan jalan-jalan yang telah saya rintis
sejak tahun 1910 itu, dengan lebih banyak memberikan
pendidikan kepada rakyat, dengan memperlihatkan sikap
bijaksana dan kecintaan oleh para pegawai dan perwira kita
dalam menghadapi setiap orang, maka lambat-laun mereka itu
akan dapat melupakan perasaan benci itu.
Dengan meneruskan politik yang telah menjadi
keyakinan saya itu, jika kita juga bertujuan menumbuhkan dan
mengembangkan ketertiban dan ketetraman yang telah ada,
maka hal yang paling utama ialah dengan sekuat tenaga
membina kemakmuran rakyat. Di samping itu usaha
mencerdaskan rakyat dengan jalan memberikan pendidikan
merupakan hal yang sangat penting juga.
Jika sepuluh tahun yang lalu pemuda-pemuda Aceh
dalam setiap kampung hanya tahu menggemakan tak lain dari
beberapa buah ayat Quran yang tidak pula mereka pahami.
Sementara itu, teungku-teungku yang kurang cerdas dan
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
3
terutama sekali wanita-wanita Aceh sangat benci terhadap
pendidikan sekolah yang kita berikan. Para remaja dibesarkan
dengan perasaan menghina dan membenci "kafir", maka dewasa
ini keadaan itu syukur sekali telah amat berubah dan boleh
dikatakan bahwa di seluruh daerah sudah tumbuh perhatian yang
besar sekali terhadap pendidikan, termasuk juga untuk puteri-
puteri Aceh. Akan tetapi pendidikan itu haruslah diarahkan
kepada praktik dalam penghidupan, baik untuk anak perempuan
maupun untuk anak laki-laki.
Pendidikan untuk puteri-puteri haruslah terdiri dari
pekerjaan-pekerjaan tangan dan pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga, sedang untuk anak laki-laki, di samping pendidikan
sekolah, juga pendidikan pertanian sehingga murid-murid
sekolah rakyat kelak akan berguna dalam memajukan usaha-
usaha pertanian. Juga sekolah pertanian di Beureunuen dan di
Ulee Kareng mempunyai tugas untuk tetap menempatkan usaha
pertanian sebagai mata pencaharian utama bagi rakyat.
Tidak perlu dijelaskan bahwa di samping membina
pendidikan rakyat yang utama itu harus pula diperbanyak
pengajaran dan pendidikan bagi putera-putera ulèebalang.
Seperti diketahui, belum lama berselang, sehubungan dengan
pemberontakan Jambi dalam tahun 1916, oleh Dr. Snouck
Hugronje telah dinyatakan dengan tajam sekali dalam
pandangannya mengenai kebijaksanaan pemerintah, bahwa
penetapan pajak dan rodi yang amat memberatkan penduduk
dalam daerah-daerah Hindia Timur yang telah kita rebut itu
semakin membuat pemerintah kita tidak populer dan oleh
karenanya hendaklah penjatuhan hukuman akibat kealpaan
membayar pajak dan rodi dapat mendorong rakyat untuk
memberontak terhadap pemerintah.
Tentang hal ini, sejauh mengenai rakyat Aceh, tidak
perlu dikhawatirkan. Pemeriksaan yang telah dilakukan dalam
berbagai-bagai wilayah atas perintah saya tahun 1927
menunjukkan dengan jelas bahwa tidak ada satu tempat pun
Memori Umum Daerah Aceh...
4
yang melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut sehingga
tidak dapat dikatakan adanya penetapan pajak dan rodi yang
memberatkan itu. Jumlah pukul rata pajak bagi seorang
penduduk dalam daerah yang makmur ini adalah f1,00
sementara dalam sebulan ia hanya dua kali diwajibkan rodi.
Di mana-mana, sedapat mungkin, dijelaskan kepada
rakyat bahwa pajak-pajak yang mereka bayar dipergunakan
untuk kemajuan mereka sendiri. Tentu saja hal itu tidak
seluruhnya diterima, namun demikian hal itu tidaklah menjadi
alasan untuk membuat mereka cemas. Gambaran-gambaran
yang mengerikan akibat penetapan pajak dan rodi yang
memberatkan itu tidak terdapat pada rakyat Aceh. Bahwa hal ini
diketahui juga di daerah-daerah lain terbukti dari contoh, bahwa
sejumlah orang-orang Aceh yang di masa-masa dulu telah
bermukim ke seberang, di tahun-tahun belakangan ini sudah
kembali lagi ke daerah ini.
Juga tidak perlu ditakuti terhadap pengaruh yang kurang
baik dari Serikat Islam Insulinde, atau perkumpulan-
perkumpulan mana pun, berhubung orang-orang Aceh
umumnya tidak menyukai perkumpulan-perkumpulan itu. Di
tahun-tahun belakangan ini jumlah anggota orang-orang Aceh
dalam perkumpulan Serikat Islam di Kutaraja hanya bertambah
beberapa orang saja.
Beberapa waktu yang lalu di kenegerian Susoh, wilayah
Tapak Tuan, telah didirikan perkumpulan “Serikat Islam”
setempat; anggaran dasarnya perlu disahkan lagi oleh
pemerintah. Dari pihak Pemerintah tidak pernah terpikir untuk
mengambil sikap yang kurang baik terhadap Serikat Islam atau
perkumpulan-perkumpulan bumiputera mana pun juga.
Oleh Dr. Snouck Hurgronje telah berkali-kali di
tekankan, sehubungan dengan perkembangan-perkembangan di
daerah Jambi, Palembang dan daerah-daerah seberang lainnya di
masa-masa yang akan datang, agar para kepala pemerintah
daerah pada umumnya hendaknya lebih menahan diri dalam
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
5
mewujudkan keinginan mereka untuk mengatur penghidupan
bumiputera, sehingga kebebasan pribadi yang berhubungan
dengan rumah, pekarangan, kandang, kampung, tanah sawah,
kebun mereka harus dihormati dan jangan sekali-kali dibatasi
kecuali jika itu dikehendaki oleh kepentingan umum. Menurut
hemat saya, tidak boleh disebut tentang mengatur penghidupan
bumiputera jika kepala pemerintah daerah selalu mendorong
rakyat supaya mereka itu memperhatikan masalah kebersihan
dan merawat rumah serta perkarangan mereka dengan baik,
begitu juga dengan kandang dan kampung, sawah dan kebun
seperti yang diatur oleh para ulèebalang dan pegawai-pegawai
pemerintah jika mereka itu mengadakan tournee ke kampung-
kampung.
Di tahun-tahun belakangan ini, berkat timbulnya
penyakit pes di Jawa, barulah dirasakan bahwa salah satu hal
utama dalam mengelola pemerintahan dan karenanya juga telah
menjadi kepentingan umum untuk membina kesehatan rakyat.
Bagaimana hal ini dapat dibina jika tidak dengan jalan
membawa rakyat menaruh perhatian terhadap kebersihan dan
mengatur dengan baik rumah, perkarangan, kandang, sawah,
dan kebun mereka. Tentu saja terlalu mengatur dapat
mendatangkan kerugian! Oleh karenanya saya mengharapkan
dan mengajak pengganti saya: tetaplah Anda menaruh perhatian
pada masalah ini seperti yang telah saya laksanakan itu, akan
tetapi jauhkan diri dari sikap “overacting”!
1. Departemen Dalam Negeri
Dalam kebanyakan buku yang ditulis di tahun-tahun
belakangan ini mengenai daerah ini selalu dibicarakan agar
setelah berlalu masa tugas saya itu hendaknya diadakan jabatan
Gubernur Sipil, suatu gagasan yang diiyakan oleh seluruh pihak
yang berkenaan dan agar di bawah Kepala Pemerintah Daerah
Aceh harus pula ada sekelompok pegawai pemerintah yang
Memori Umum Daerah Aceh...
6
terpilih. Kendatipun banyak orang yang sependapat dengan hal
ini, namun saya tidak mempunyai sekelompok pegawai
pemerintah yang terpilih; saya harus berdayung dengan dayung
yang ada dan saya peroleh.
Seleksi pegawai pemerintah yang ditempatkan di daerah
ini memang perlu dilakukan. Beberapa kali saya mengalami
kesulitan dengan “anak-anak semang” yang ganjil tabiatnya di
antara para pegawai pemerintah itu, akan tetapi saya pun
mengetahui mengapa tuan-tuan itu dipercayakan kepada saya.
Karenaya saya telah berusaha untuk selalu membawa mereka itu
ke arah yang baik. Saya tidak ingin menyebut nama-nama
mereka itu; Direktur Departemen Dalam Negeri tahu benar tuan-
tuan pegawai pemerintah mana yang saya maksudkan itu. Oleh
karena itu perbaikan seleksi terhadap pegawai-pegawai
pemerintah yang hendak ditempatkan di Aceh sangatlah
mendesak dilakukan oleh Direktur Departemen Dalam Negeri.
Dalam bulan Mei 1917, hampir 14 bulan yang lalu,
Direktur Departeman Dalam Negeri dan Direktur Sekolah
Pemerintahan berkata kepada saya tentang sedikitnya animo
yang timbul pada orang-orang untuk menjadi “penguasa daerah”
(=gezaghebber) pada Departemen Dalam Negeri melalui
Sekolah Pemerintahan. Kepada kedua direktur itu saya jelaskan
bahwa hal itu akan berubah jika diadakan perubahan dalam
keadaan keuangan siswa-siswa sekolah tersebut dan peraturan
gaji permulaan “penguasa-penguasa daerah” itu. Mengapa
siswa-siswa sekolah pemerintahan menerima gaji 150,00 gulden
sebulan, sedang siswa-siswa Sekolah Pendidikan Komisaris
Polisi 175,00 gulden.
Oleh karena para “penguasa daerah” dan kontelir
melaksanakan tugas yang sama, maka sungguh keliru sekali jika
“penguasa daerah” memperoleh gaji permulaan f 300,00
sebulan, sedangkan kontelir menerima gaji f 400,00. Karena
itu, semakin cepat diadakan perubahan, semakin cepat pula
dapat diisi lowongan-lowongan pegawai pemerintah.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
7
Disebabkan kesulitan-kesulitan yang timbul dalam
perbaikan pangkat para pegawai pemerintah sehingga
menyudutkan kedudukan para sekretaris pemerintah daerah,
maka Tuan Ouwerling, Sekretaris Pemerintah Daerah Aceh,
telah mengajukan surat permohonan bermaterai bertanggal 30
November 1917 yang ditujukan kepada Wali Negara. Surat
tersebut telah saya teruskan kepada yang mulia melalui Direktur
Departemen Dalam Negeri dengan surat bertanggal 8 Desember
1917 Nomor 516/5. Tentang itu belum diperoleh suatu
keputusan. Begitu juga tidak diperoleh suatu berita mengenai
surat saya tanggal 24 Januari 1918 Nomor 38/5 tentang pegawai-
pegawai kommis dan klerk, surat saya tanggal 2 Maret 1918
Nomor 96/9 tentang penambahan jumlah juru tulis bumiputera
pada kantor-kantor pemerintahan setempat menjadi 2 orang dan
jumlah mantra-polisi menjadi 2 orang.
Perlu kiranya saya meminta perhatian secara khusus
mengenai tidak diperolehnya sesuatu keputusan terhadap surat
saya tanggal 5 Agustus 1916 Nomor 252/5 (sudah lebih dari 2
tahun yang lalu) pada Kontelir Burger mengenai penempatannya
ke dalam daftar kepangkatan (=ranglijst) dsb. Hal tersebut telah
saya peringatkan kembali dengan surat saya tanggal 7 Januari
1918 Nomor 6/5.
2. Departemen Kehakiman
Terhadap usul saya bertanggal 31 Desember 1917
Nomor 535/9 yang ditujukan kepada yang mulia Wali Negara
dengan perantaraan Direktur Departemen Kehakiman yang
mengandung maksud supaya ditempatkan seorang ahli hukum
sebagai Ketua Pengadilan Negeri atau seorang pegawai lain
belum juga diperoleh keputusan. Demikian juga halnya dengan
surat saya tanggal 16 April 1918 No. 15/20 yang dikirimkan
dengan perantaraan Inspektur Kepala Pelayaran telah
disampaikan sebuah naskah peraturan yang sampai sekarang
belum terdengar beritanya.
Memori Umum Daerah Aceh...
8
3. Departemen Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan
Keterangan-keterangan terakhir sehubungan dengan
maksud hendak menjual perkebunan karet pemerintah di Langsa
sudah disampaikan dengan surat saya tanggal 24 Oktober 1917
Nomor 397/18. Setelah itu tidak diperoleh lagi suatu berita pun.
Seringkali oleh pihak-pihak partikelir ditanyakan kepada saya
apakah pemerintah benar-benar tidak bermaksud hendak
menjualnya lagi? Apakah yang harus dijawab mengenai hal ini?
Di samping itu, belum diperoleh sesuatu jawaban terhadap surat
saya tanggal 15 Oktober 1917 Nomor 44/20 yang telah disusul
kembali tanggal 5 Juli yang lalu mengenai permintaan maskapai
Sabang untuk memperoleh dispensasi terhadap hal dinyatakan
pada pasal 8 Lembaran Negara tahun 1917 Nomor 160.
4. Departemen Pekerjaan Umum
Dengan surat saya tanggal 16 April 1915 Nomor 195/23
telah disampaikan pertimbangan-pertimbangan terakhir tentang
perlunya dibuat jalan kuda dari Birem Rayeuk melintasi Ranto
Panyang ke Lokop. Mengenai hal tersebut telah diperoleh
jawaban dari Direktur Pekerjaan Umum dengan suratnya
bertanggal 22 Agustus 1916 Nomor 15775/B yang menerangkan
bahwa mungkin baru tahun 1918 terdapat kemungkinan untuk
menyediakan dana untuk pembuatan jalan itu. Akan tetapi
sampai saat ini (tahun 1918) belum juga disediakan dananya;
begitu juga halnya dengan rencana pembuatan jalan kuda dari
Lokop melintasi Pendeng ke Blangkejeren yang diajukan oleh
insinyur Hagerup.
Karena perhubungan Blangkejeren – Kutacane, ditinjau
dari sudut pertahanan, sangat penting, maka saya menganggap
tidak perlu untuk menunggu lebih lama lagi akan hasil-hasil
pengukuran trace antara kedua tempat itu, akan tetapi setelah
dilakukan pemeriksaaaan yang lebih teliti telah saya perintahkan
untuk dilaksanakan perhubungan dari Blangkejeren dengan
Kutacane itu dengan bantuan tentara, orang-orang rantai dan
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
9
para wajib rodi.Jalan ini yang lebarnya lebih kurang 2,5 meter
diharapkan akan selesai tahun ini juga. Trace itu adalah
sedemikian rupa sehingga kelak tanpa kesukaran-kesukaran lagi
dapat diubah menjadi jalan mobil. Jarak 28 kilometer yang
pertama lebarnya 3,5 meter dan sudah dapat dipergunakan untuk
lalu-lintas mobil.
Perhubungan lain yangsangat penting, ditinjau dari sudut
pertahanan, terletak dalam daerah kebupatian Aceh Besar
melintasi batas-air (=waterscheiding) dari Seulimeum ke
Padang Tiji. Jalan yang ditambak dengan tanah sudah selesai
dikerjakan sampai ke Lam Tamot–Sare–Beutong yang
bersambung dengan jalan Pawod–Padangtiji telah diukur dan
dipetakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Yang Paling penting
ialah segera menyediakan dana-dana yang diperlukan itu, agar
perkerjaan-pekerjaannya dapat diselesaikan dengan segera pula.
Jika bagian Seulimeum-Lamtamot sudah dapat dibatui
(dikeraskan), maka jalan itu telah dapat dipergunakan untuk lalu
lintas mobil dalam setiap musim.
Dalam tahun 1916 oleh Insinyur Hagerup telah diadakan
pengukuran trace untuk pembuatan jalan Paroe–Jeumpa pada
jalan besar dari Kutaraja melintasi Lhoknga ke Lhong.
Walaupun saya menyatakan bahwa bagian jalan itu (yang
panjangnnya 13 kilometer) perlu segera disiapkan, namun tidak
juga diperoleh sesuatu berita mengenai hal itu lagi.
5. Departemen Perusahan-Perusahan Pemerintah
Perlu diketangahkan bahwa Dinas Urusan Pertambangan
untuk Kepala Pemerintah Daerah selalu menyuruh rahasiakan
hasil-hasil penyelidikan mengenai sumber-sumber minyak tanah
dan barang-barang galian kepada pegawai-pegawai urusan
pertambangan dalam daerah ini. Tindakan ini saya anggap tolol.
Dengan surat saya tanggal 31 Januari 1918 Nomor 1/37 oleh
insinyur yang diperbantukan pada urusan-urusan penyelidikan
bijih-bijih tambang diminta supaya mendaapatkan peta topografi
Memori Umum Daerah Aceh...
10
daerah Aceh dan daerah takluknya yang berskala 1:40.000 pada
pihak Ketentaraan. Tentang ini belum diperoleh suatu beritanya.
6. Departemen Keuangan
Belum juga diperoleh suatu berita terhadap surat saya
Nomor 9/3 bertanggal 3 Mei yang lalu supaya diangkat seorang
pesuruh kantor pada Kantor Kas Negara dan seorang pada
Kantor Pajak.
7. Departemen Penerangan
Akhirnya ingin saya menyatakan pendapat saya
mengenai pasukan-pasukan bersenjata yang terdapat di dalam
daerah ini yang pada tanggal 31 Juli yang lalu berjumlah
seluruhnya 154 orang perwira dan 4.359 orang bawahan yang
termasuk ke dalam korps-korps berikut ini:
No Korps Jumlah
Perwira
Jumlah
Bawahan
1 Staf Daerah 4 5
2 Staf Setempat di Kutaraja 2 3
3 Batalyon Garnisun 1 16 611
4 Batalyon Garnisun 2 19 644
5 Batalyon Garnisun 3 23 718
6 Batalyon Infantri 3 8 384
7 Kader Subsisten 2 59
8 Korps Marsose 25 1212
9 Artileri 5 114
10 Dinas Zeni &Magazine 3 33
11 Intendans 2 14
12 Rumah Provost - 3
13 Angkutan - 26
14 Administrasi Militer 7 43
15 Dinas Kesehatan Militer 29 279
16 Dinas Topografi 2 10
17 Atelir Pembuatan Senjata 3 20
18 Magazin Peperangan 1 178
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
11
Oleh karena jumlah pasukan harus juga merupakan inti
pertahan di bagian utara Sumatra (Aceh dan Sumatra Timur),
maka menurut hemat saya, ia tidak boleh dikurangi walau
dengan dalih apa pun, kendatipun jumlahnya itu hanya cukup
untuk mempertahankan ketertiban dan ketentraman di dalam
daerah.
Selanjutnya saya meminta dengan amat sangat supaya
selama lima tahun pertama ini tidak ada sebuah pos atau bivak
pun dikurangi. Begitu juga tidak boleh dilakukan penghapusan
sesuatu pos atau bivak ataupun pergantian pasukan dengan
polisi-polisi bersenjata. Percobaan ke arah itu pun saya harap
jangan dilakukan.
Pasukan-pasukan infanteri dewasa ini terdapat di:*) 1
No Korps Daerah Jumlah Perwira Jumlah Bawahan
1 Kutaraja 27 392
2 Seulimeum 2 84
3 Kreung 1 62
4 Padangtiji 1 62
5 Sabang 5 114
6 Lhoknga 1 *)2
7 Sigli 5 105
8 Pawod 1 62
9 Lammeulo 3 122
10 Tangse 1 60
11 Geumpang 1 60
12 Meureudu 2 84
13 Samalanga 2 83
14 Bireuen 3 85
15 Takengon 3 182
16 Blang Rakal 1 60
17 Lhokseumawe 2 64
18 Buloh Blang Ara 2 84
1Untuk sementara berada di Sabang 13 orang perwira dan 584 orang bawahan 2Dalam salinannya tidak diisi jumlahnya
Memori Umum Daerah Aceh...
12
19 Lhoksukon 2 80
20 Paya Bakong 2 80
21 Panton Labu 1 60
22 Langsa 3 86
23 Lokop 2 84
24 Kalue 2 84
25 Blangkejeren 2 100
26 Pendeng 1 40
27 Trangon 1 40
28 Kuta Cane 2 60
29 Calang 3 124
30 Meulaboh 4 107
31 Kuala Bhee 1 80
32 Jeuram 1 80
33 Lam Ie 1 80
34 Tapak Tuan 3 84
35 Blang Pidie 1 62
36 Singkil 1 63
Di samping, itu di Medan ditempatkan 3 orang perwira
dan 178 orang bawahan.
Kutaraja, 30 Agustus 1918
Ajudan Dinas Luar Biasa
Seri Baginda Ratu, Letnan Jenderal,
Gubernur Sipil dan Militer Aceh dan
daerah takluknya,
dto.
H.N.A. Swart Untuk salinan yang serupa bunyinya:
Sekretaris Gubernemen,
Dto.
...........................
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
13
BAGIAN II
MEMORI SERAH TERIMA A.H. PHILIPS
GUBERNUR ACEH DAN DAERAH TAKLUKNYA
(Halaman 1--39 dan 44--61)
PENDAHULUAN
Dengan surat keputusan Pemerintah Pusat tanggal 30
April 1926 Nomor 10 saya diangkat menjadi Asisten Residen
yang diperbantukan pada Gubernur Aceh dan daerah takluknya
dan pada tanggal 25 Juni berikutnya saya pun menjalankan tugas
saya itu. Setelah menjabat pekerjaan itu selama hampir 3 tahun,
suatu masa jabatan yang memberi kesempatan kepada saya
untuk mengenal daerah dan bangsa serta berbagai masalah Aceh
yang berhubungan dengan pelaksanaan pemerintahan, maka
pada tanggal 5 Juni 1929 sebagai seorang asisten residen tertua
saya menerima tugas pemerintahan daerah ini dari Gubernur
O.M. Goedhart yang berangkat ke luar negeri untuk bercuti ke
Eropa.
Sehari kemudian saya menerima berita telegram bahwa
dengan surat keputusan Pemerintah Pusat tanggal 6 Juni 1929
Nomor 1x kepada saya diberikan pangkat dan sebutan Residen
sebagai penjabat sementara pemerintah Aceh dan daerah
takluknya. Dan dengan surat keputusan Pemerintah Pusat
tanggal 25 Juni 1930 nomor 1x diikuti pengangkatan saya
sebagai Gubernur daerah tersebut.
Saya sangat mengharapkan kepada pengganti saya agar
menelaah memori serah-terima pejabat yang mendahului saya
yang disusunnya dengan baik sekali, terutama mengenai
"keadaan kejiwaan bangsa Aceh" yang khusus terdapat di
dalamnya dan "kebijaksanaan politik yang dijalankan di daerah
Aceh" dalam rangka memperoleh pandangan dalam
menyelesaikan masalah-masalah sulit yang terjadi di dalam
daerah secara memuaskan.
Memori Umum Daerah Aceh...
14
Oleh karena saya dapat menyetujui sepenuhnya
pandangan Gubernur Goedhart mengenai hal-hal yang saya
sebut itu, maka tidak ada gunanya untuk mengulanginya lagi di
sini dan di mana perlu – saya akan memberikan tambahan-
tambahannya. Dalam hal-hal tertentu saya tidak dapat tidak
harus juga mengutip beberapa bagiannya yang menonjol dari
memori serah terima pejabat yang mendahului saya itu dan ini
saya maksudkan tak lain untuk mengharapkan perhatian
sepenuhnya dari pejabat yang menggantikan saya.
Berhubung dengan Surat Keputusan Pemerintah Pusat
tanggal 20 Janunri 1932 Nomor 27 yang menetapkan bahwa
sehubungan dengan 6 tahun masa kerja saya itu, kepada saya
telah diberikan cuti untuk pergi ke Eropah selama 8 bulan maka
barulah pada tanggal 9 Juni 1932 saya akan meletakkan jabatan
saya itu.
Saya akan meninggalkan daerah ini dengan perasaan
terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua bantuan yang
selalu saya peroleh dari pemerintah dalam menunaikan tugas-
tugas saya, sementara di pihak saya selalu akan mengenangkan
kerja sama yang amat menyenangkan yang saya peroleh dari
sekian banyak pegawai negara serta sebagian besar para
ulèebalang terkemuka.
I. KEADAAN POLITIK
A. Keadaan Kejiwaan Bangsa Aceh
Mengenai mentalitas banga Aceh telah dijelaskan
dengan baik sekali dalam memori serah terima Gubernur
Goedhart. Yang terpenting dalam hal itu ialah penjelasan bahwa
orang Aceh harus yakin sekali akan kekuasaan kita yang tidak
tergoyahkan itu. Sejarah telah membuktikan hal ini.
Pemberontakan yang telah terjadi di daerah Aceh Barat dalam
tahun 1925 yang telah mengambil ukuran yang sedemikian rupa
besarnya, di satu pihak disebabkan oleh issu-issu yang ditiup-
tiup oleh pemimpin-pemimpin utama mereka, bahwa
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
15
"gompeuni" (kompeni) sudah bangkrut. Di pihak lain karena
pihak pemberontak pada taraf permulaan telah berhasil
memperoleh sukses-sukses mereka. Setelah ternyata bahwa
akibat dari tindakan-tindakan yang dijalankan itu, pemerintah
mempunyai alat-alat yang cukup kuat untuk melumpuhkan
mereka itu sehingga menyebabkan sejumlah para pemberontak
itu datang melapor.
Mengenai hal jihad yang dicantumkan itu dan tentang
“pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan oleh orang Aceh"
kiranya perlu saya nyatakan betapa besarnya arti "hikayat prang
sabi" itu. Selalu saja ternyata bahwa membaca hikayat perang
Aceh itu (juga yang dilakukan di hadapan umum) mempunyai
pengaruh merangsang yang sedemikian rupa terhadap
pembacanya (dan pendengarnya) sehingga menghilangkan
keseimbangan jiwanya lalu berpindah kepada tindakan
membunuh "kaphé". Oleh karena itu adalah penting sekali
bahwa hikayat-hikayatseperti itu harus disita dan dimusnahkan.
Hal yang bukan tidak kurang penting pula ialah
membasmi keyakinan yang telah umum bahwa orang menjadi
syahid karena tewas dalam pertempuran terhadap "kaphé".
Banyak ulama jujur yang dapat berbuat banyak dalam hal itu,
namun demikian masih sedikit sekali ahli agama yang
memberikan bantuan mereka dalam hal itu.
Mengenai perhatian yang dimintakan oleh Gubernur
Goedhart tentang pembatasan diri oleh Kepala Pemerintah
Daerah harus dicamkan dengan sungguh-sungguh. O1eh karena
dalam hal tersebut ketentraman merupakan syarat yang mutlak
sekali dan jika orang menghendaki terpupusnya perasaaan-
perasaan benci dan dendam itu, maka kesabaran dalam bertindak
merupakan tugas pemerintah yang tidak mengenal akhirnya.
Memori Umum Daerah Aceh...
16
B. Kebijaksanaan Politik yang Harus Dijalankan di Daerah Aceh
1. Dua Buah Syarat yang Harus Dipenuhi dalam Pelaksanan
Politik Aceh Kita
Kiranya perlu dikutip di sini hal-hal yang ditulis oleh
Wali Negara dalam suratnya kepada Menteri Jajahan bertanggal
6 Maret '1927 pada huruf A, yaitu "Politik kita di Aceh – secara
ringkasnya – haruslah memenuhi dua buah syarat: berusaha
melakukan "tunjuk kekuasaan" yang tak putus-putusnya,
sedemikian rupa sehingga orang-orang Aceh yakin bahwa setiap
buah pikirannya untuk melakukan pemberontakan agar dapat
bebas dari kita adalah khayal semata-mata. Selanjutnya,
berusaha dengan sekuat-kuatnya dan dengan penuh kesabaran
dan berbagai-bagai macam caranya sehingga pada akhirnya
terbukalah mata orang-orang Aceh terhadap maksud-maksud
baik kita dan untuk kebahagiaan masyarakat dan ekonomi yang
hendak diciptakan oleh pemerintah Belanda”.
2. Syarat Primer ialah Tunjuk Kekuasaan oleh Tentara
Mengingat kepada mentalitas orang Aceh, maka saya
pun berpendapat bahwa "tunjuk kekuasaan" itu perlu
dipertahankan sampai beberapa tahun lagi. Hanya dengan jalan
itulah dapat ditimbulkan kemungkinan untuk mempertahankan
ketentraman dan ketertiban. Tidak boleh dilupakan bahwa setiap
gangguan ketentraman, khusus untuk daerah ini, akan
mengakibatkan hal-hal yang tidak menyenangkan sama sekali.
3. Kekuatan dan Penempatan Pasukan-Pasukan Tentara Saya tekankan terhadap hal yang dinyatakan oleh pejabat
yang mendahului saya bahwa, “Adalah suatu kejahatan
kendatipun untuk mempertimbangkan pengurangan kekuatan
tentara beberapa tahun sebelum selesai pembuatan apa yang
dinamakan jalan ke Aceh Barat yang diharapkan akan selesai
setelah pertengahan tahun 1932. Jalan ini menghubungkan
Kutaraja dengan Bakongan dan apa yang dinamakan jalan
transversal yang menghubungkan Sigli dengan Meulaboh dan
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
17
setelah tahun-tahun tersebut ternyata bahwa mentalitas
penduduk di daerah-daerah tersebut telah terbuka, mengalami
perubahan-perubahan dalam arti kata yang menguntungkan”.
Saya menggarisbawahi pendapatnya itu. Saya pun
memperingatkan dengan sangat untuk tidak melakukan
pengurangan kekuatan tentara dalam “daerah ini” seperti telah
saya nyatakan dalam surat jawaban saya kepada Ketua Komisi
Tentara dan Polisi bertanggal 3 Februari 1932 Nomor 2 dan
bersifat Sangat Rahasia di tangan sendiri.
Selanjutnya perlu dicatat bahwa batas waktu
penyelesaian jalan transversal itu, mengingat keadaan keuangan
negara yang tidak mengizinkan, terpaksa ditunda sampai pada
waktu yang belum dapat ditentukan. Jalan itu akan terus
dikerjakan tetapi dalam waktu yang amat lambat.
Jika pikiran mengurangi kekuatan tentara dianggap tidak
dapat diterima sama sekali, maka begitu pula halnya dengan
percobaan melakukan dislokasinya. Yang telah dihapuskan,
disebabkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan, hanyalah
penempatan pasukan di Krueng Raya (Kebupatian Aceh Besar)
dan Laweung (Kebupatian Pidie).
Konsentrasi pasukan – sebuah gagasan yang baru-baru
ini dilahirkan – tidak pula diharapkan sama sekali; efeknya yang
paling berguna ialah melakukan “tunjuk kekuasaan” serta
pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus dengan jalan
menyebarkan pasukan-pasukan tentara.
Sehubungan dengan permintaan Gubernur Sumatra
Timur untuk menempatkan beberapa brigade tentara di Siak Sri
Indrapura selama beberapa waktu, saya sependapat dengan
pernyataan Komandan Militer Daerah, bahwa tidak terdapat
keberatan untuk menempatkan sejumlah tertentu pasukan-
pasukan tentara khusus untuk keperluan aksi-aksi sementara di
dalam daerah tersebut, akan tetapi dianggap tidak tepat jika
pelaksanaannya itu dilakukan untuk beberapa tahun lamanya.
Memori Umum Daerah Aceh...
18
4. Penyatuan Wilayah Sipil dan Militer dalam Satu Tangan
Pelaksanaan pemerintahan dalam 8 dari 23 wilayah
administrasi di dalam daerah Aceh berada di tangan kaptendivisi
atau komandan pasukan. Wilayah-wilayah itu adalah Gayo
Lues, Tanah Alas, Serbojadi, Takengon, Lammeulo, Meulaboh,
Tapak Tuan dan daerah-daerah kenegerian bagian Selatan Aceh.
Dari 8 buah wilayah itu, wilayah Tanah Alas, Takengon
dan Lammeulo sudah masuk untuk dijadikan pemerintahan sipil,
sementara daerah Serbojadi yang tidak berarti itu dapat
digabungkan pada wilayah Langsa, asal saja seorang perwira
tertua di Lokop dapat membantu kepala wilayah Langsa selaku
“perwira penghubung” dalam urusan-urusan pemerintahan.
Oleh karena penggantian kapten penguasa dengan pegawai
penguasa pemerintahan dapat menimbulkan kosekuensi
keuangan negara, maka pelaksanaannya itu harus ditunggu
sampai masanya mengizinkan.
5. Kerja Sama Antara Penguasa Sipil dan Militer
Kerja sama yang menyenangkan antara Kepala
Pemerintah Daerah dengan Komandan Militer Daerah
merupakan syarat yang sangat mutlak. Hal itu terasa dalam
pergaulan yang menyenangkan di tempat-tempat antara
pegawai-pegawai pemerintah dengan perwira-perwira, suatu hal
yang amat diperlukan dalam pelaksanaan urusan-urusan
pemerintahan.
6. Institut Perwira Penghubung
Berhubung dengan dijalankan penghematan, maka mulai
akhir bulan Januari 1932 telah dilakukan penghapusan 3 orang
perwira penghubung dari jumlah 6 orang, yakni di Geumpang,
Lamno, dan Blang Pidie. Perwira-perwira penghubung di Lam
Ie, Jeuram, dan Kuala Bhee, ketiga-tiganya terletak dalam
daerah politik yang merepotkan dalam wilayah Meulaboh, untuk
sementara masih diperlukan.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
19
7. Aceh Memerlukan Pegawai-Pegawai Pemerintah
dan Perwira-Perwira yang Cakap
Saya sangat sependapat dengan pernyataan pejabat yang
mendahului saya tentang hal ini.
8. Layanan yang Baik terhadap Para Ulèebalang Adalah
Prinsip Kebijaksanaan Pemerintah
Oleh karena dana yang tersedia untuk biaya-biaya
pengadaaan makan bersama dengan para pegawai pemerintah
dan para perwira di satu pihak dan para ulèebalang di pihak lain
tidak dipergunakan sesuka hati menurut maksud pejabat yang
mendahului saya, satu dan lain hal untuk menimbulkan
pendekatan dengan golongan masyarakat. Sementara
penghematan menghendaki dilakukannya pengeluaran yang
perlu-perlu saja, maka telah saya usulkan agar biaya sejumlah
f4.000,00 hendaknya dihapuskan dari anggaran biaya
Pemerintah Hindia Belanda.
Terhadap layanan yang baik dengan para ulèebalang
yang harus diberikan oleh pegawai pemerintah supaya selalu
terdapat hubungan yang baik dengan mereka itu tidaklah cukup
ditentukan begitu saja. Akan tetapi seringkali saya tekankan
kepada pejabat-pejabat bawahan, bahwa kendatipun demikian,
tindakan tersebut merupakan salah satu syarat primer dalam
menjalankan kebijaksanaan pemerintahan.
Sesekali posisi seorang ulèebalang sangat diabaikan oleh
seorang pegawai pemerintah sehingga sang ulèebalang
dianggap sebagai seorang bawahan saja. Sudah sepantasnyalah
bahwa Kepala Pemerintah Daerah menaruh perhatian untuk
segera mengakhiri kejadian-kejadian seperti ini.
Memori Umum Daerah Aceh...
20
9. Tindakan yang Berhati-Hati terhadap Para Ulèebalang
yang Ternyata Bersalah
Juga terhadap paragraf ini dalam memori serah terima
Gubernur Goedhart perlu mendapat perhatian yang sungguh-
sungguh. Penggunaan ukuran Barat dalam menilai suatu
tindakan terhadap seseorang ulèebalang yang dinyatakan
bersalah haruslah dikualifikasikan sebagai hal yang tidak wajar.
Dalam kejadian-kejadian seperti itu haruslah kita
menempatkannya dari pandangan rakyat itu sendiri sekiranya
kita ingin memperoleh sesuatu hal yang praktis.
Dalam hubungan ini saya menganggap bukanlah tidak
berguna untuk mencatat di sini bahwa pandangan yang
menyatakan seorang ulèebalang itu kebal terhadap tuntutan
hukum3 sejauh yang berkenaan dengan kejahatan-kejahatan dan
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya di dalam daerah
hukumnya sendiri, adalah suatu hal yang tidak wajar sama
sekali. Pandangan ini akan mengakibatkan timbulnya chaos dan
bukan menjurus kepada pemerintahan yang baik.
10. Penggabungan Daerah-Daerah Kenegerian
Bagian pemerintahan swapraja di dalam daerah ini
berjumlah 103 buah daerah kenegerian; ulèebalang (dan
ulèebalang cut) menerima gaji dari luas daerah kebupatian,
wilayah, dan kenegerian. Biaya-biaya penting sehubungan
dengan ini – berhubung kurangnya penghasilan dari sebagian
kas-kas itu – yang dikeluarkan dalam bentuk sumbangan
pemerintah kepada kas-kas itu, sebagian besarnya ditanggung
oleh negara. Hal ini telah menyebabkan Pemerintah Pusat untuk
menetapkan Surat Keputusan Nomor B/II bertanggal 1 Januari
1925 dan meminta kepada Kepala Pemerintah Daerah apakah
3Pendirian ini dianut oleh Mahkamah Agung dalam perkara Sangibe dan merupakan sebuah pembicaraan khusus pada konferensi departemen di tahun 1931.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
21
pada setiap terjadinya mutasi di kalangan para ulèebalang tidak
dapat dipertimbangkan kemungkinan melakukan penggabungan
antara satu daerah kenegerian dengan daerah kenegerian yang
lain.
Gubernur Hens telah menangani masalah ini dengan
suratnya bertanggal 6 Februari 1925 Nomor 90/Rahasia dan
menarik kesimpulan bahwa pada umumnya tidak akan mungkin
menggabungkan daerah-daerah kenegerian itu. Alasan-alasan
yang dikemukakannya itu masih belum berkurang kekuatannya
dan saya pun, seperti halnya dengan pejabat yang mendahului
saya itu, belum juga berhasil mengusulkan penggabungan
daerah-daerah kenegerian tersebut dalam melakukan mutasi-
mutasi selama masa jabatan saya itu.
Betapa tajam reaksi rakyat terhadap rencana-rencana
penggabungan daerah sebuah ulèebalang cut (dalam hal ini
belum lagi daerah kenegerian!) dan betapa besar rasa
pengabdian mereka terhadap ulèebalang-nya, dengan jelas
diperlihatkan oleh kejadian-kejadian yang telah terjadi belum
lama berselang dalam perkara Ulee Gle. Bukan tidak berguna
jika saya menjelaskan ringkasannya di sini.
Tahun 1930 ulèebalang cut Teuku Sabi dari II Mukim
Tunong, juga dinamakan Ulee Gle yang menjadi bagian daerah
kenegerian Samalanga, telah dijatuhi hukuman penjara oleh
pengadilan setempat selama 1 tahun. Hukuman itu kemudian
saya ubah menjadi hukuman buang ke salah satu daerah
pembuangan. Sekembalinya dalam bulan September 1931,
Teuku Sabi dengan dibantu oleh sejumlah orangnya di Ulee Gle
telah berusaha supaya dapat diangkat menjadi ulèebalang cut
lagi. Padahal da1am kasus ini, ulèebalang Samalanga telah
mengangkat orang lain sebagai pejabat ulèebalang cut untuk
menggantikan beliau. Ulèebalang Samalanga menolak
permohonan tersebut sehingga timbullah ketegangan antara dia
dengan Teuku Sabi yang sedemikian runcingnya karena tidak
terdapat kemungkinan sama sekali untuk melakukan
Memori Umum Daerah Aceh...
22
pengangkatannya kembali. Teuku Sabi bertempat tinggal dalam
daerah kenegerian Trieng Gadeng yang tak terlalu jauh dari
Ulee Gle. Sekali-kali ia datang juga ke Ulee G1e karena ia
mempunyai rumah di situ. Ia tetap juga bersikeras meskipun tak
berhasil karena ulèebalang Samalanga tetap bertahan pada
penolakannya itu.
Dalam bulan Februari terjadilah pemindahan penduduk
dari II Mukim Tunong (daerah itu berpenduduk lebih kurang
2000 laki-laki) ke Trieng Gadeng terdiri dari lebih kurang 200
orang laki-laki. Mereka itu menerangkan bahwa mereka tetap
mengaku Teuku Sabi sebagai kepala mereka dan tidak senang
terhadap rencana ulèebalang Samalanga yang hendak
menempatkan Ulee Gle langsung di bawah pemerintahannya
(yang terakhir ini tidak benar). Mereka akan mengikuti Teuku
Sabi dan akan membantunya membuka daerah baru di Trieng
Gadeng supaya ia dapat diangkat menjadi ulèebalang cut di
sana. Setelah dilakukan banyak pembicaraan mengenai hal ini,
akhirnya pada pengujung bulan April dengan bantuan yang
sangat berharga dari Teuku Panglima Polem, Panglima Sagi
XXII Mukim, diperolehlah hasil untuk mengembalikan orang-
orang yang telah pindah itu ke tempat kediaman mereka semula
di Ulee G1e.
11. Keinginan Melakukan Eksploitasi Sumber-Sumber
Alam di dalam Negeri Secara Intensif
Dari pejabat Kepala Dinas Pertambangan diterima berita
bahwa pada tanggal 3 September 1931 telah ditandatangani
perjanjian-perjanjian yang dimaksud dalam Undang-Undang
tangga1 30 Mei 1931 (Lembaran Negara Tahun 1931 Nomor
328) dengan NV Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappij untuk mencari dan mengolah minyak bumi dan
bahan-bahan tambang yang sehubungan dengan itu di dalam
daerah-daerah yang dinamakan "Pase", "Rayeuk" dan "Langsa".
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
23
Selanjutnya, pada tanggal 26 Oktober 1931 telah
ditandatangani pula perjanjian dengan NV De Bataafsche
Petroleum Maatschappij yang dimaksud dalam Undang-
Undang tanggal 30 Mei 1931 (Lembaran Negara Tahun 1931
Nomor 329) untuk hal yang sama di dalam daerah-daerah yang
dinamakan petak Jambo Aye dan petak Aceh Utara.
12. Federasi Daerah-Daerah Kenegerian dan Pembentukan
Kas-Kas Daerah Kebupatian
Sehubungan dengan perihal ini saya sependapat benar
dengan pejabat-pejabat yang mendahului saya bahwa untuk
sementara tidak perlu hal ini menjadi pembicaraan yang lebih
lanjut. Pembentukan satu-satunya kas daerah kebupatian dalam
daerah ini pada masa dahulu, yakni daerah Pidie yang jauh
daripada baik keadaannya itu sehingga beberapa orang
ulèebalang dalam daerah tersebut telah memprotes bahwa
akibat dari peleburan kekayaan, kepentingan-kepentingan
daerah mereka itu telah menciut, memperlihatkan gambaran
yang tidak menggembirakan.
Tidak syak lagi bahwa penggabungan kas-kas wilayah
yang benar-benar telah mampu berdiri sendiri dengan kas-kas
wilayah yang belum mencapai taraf demikian sehingga
menyebabkan kas-kas wilayah yang disebut pertama itu harus
melakukan penghematan dan telah menimbulkan
ketidaksenangan pada para ulèebalang yang bersangkutan.
Keadaan keuangan negara yang amat mencemaskan,
yang di masa-masa sebelumnya belum pernah dilakukan
penghematan yang sedemikian rupa ketatnya, telah
menyebabkan pemerintah untuk berdaya upaya mencari jalan-
jalan lain untuk menutupi kekurangan-kekurangan itu. Oleh
karenanya telah saya usulkan kepada Pemerintah Pusat untuk
memperoleh izin untuk memungut pajak sepeda dan kenderaan-
kenderaan bermotor. Izin yang dimintakan itu sudah diberikan
dan masalahnya sedang diolah.
Memori Umum Daerah Aceh...
24
Tahun 1932 diharapkan dapat dilahirkan kas wilayah
yang ke-6, yaitu kas wilayah Tanah Alas, yang sungguh-
sungguh mampu berdiri sendiri. Dewasa ini terdapat seluruhnya
17 buah kas daerah kebupatian, wilayah, dan kenegerian.
13. Tunjangan politik
Dipersilahkan untuk menelaah memori serah terima
Gubernur Goedhart.
14. Penggajian para Ulèebalang
Pedoman pemerintah sehubungan dengan usaha-usaha
penghematan dalam rangka penggajian para ulèebalang selalu
diperhatikan pada tiap kali dilakukannya mutasi. Dalam hal ini
saya sebut contoh yang terjadi dengan ulèebalang Ribee (daerah
kebupatian Pidie) yang baru diangkat yang menerima gaji jauh
lebih kurang daripada pejabat sebelumnya.
Setiap hal haruslah ditinjau menurut keadaannya sendiri;
dalam hal ini kiranya perlu diperhatikan peringatan pejabat yang
mendahului saya yang ditujukan kepada Pemerintah Pusat
sehubungan dengan pengurangan gaji yang cukup berarti kepada
ulèebalang-ulèebalang yang baru diangkat. Dari sudut politik
tindakan ini tidaklah dikehendaki.
15. Perbaikan Gaji Para Ulèebalang Daerah Aceh Barat
Usul perbaikan gaji para ulèebalang dalam daerah
kebupatian Aceh Barat yang diajukan oleh Gubernur Goedhart
dalam pada itu sudah tercapai hasilnya.
16. Peninjauan Peraturan Gaji Para Ulèebalang dalam
Daerah Kebupatian Aceh Besar dan VII Mukim Pidie
Sehubungan dengan surat keputusan Pemerintah Pusat
tanggal 28 September 1929 Nomor 14, terhitung mulai tanggal
1 Oktober 1929 telah berlaku peninjauan peraturan gaji para
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
25
ulèebalang di dalam daerah Kebupatian Aceh Besar dan VII
Mukim Pidie. Oleh karena pada skala gaji yang dimaksud pada
ayat 1 sub II Surat Keputusan Pemerintah Pusat tersebut dan
disertai sebagai lampiran surat keputusan itu disebut mengenai
pajak-pajak yang dapat dihasilkan, maka dalam pembagian
kolom-kolomnya itu tidak perlu diperhatikan angka-angka
jumlah pajak yang telah ditetapkan. Yang perlu diperhatikan
adalah pajak-pajak yang benar-benar dapat ditagih.
17. Dewan Kota Bumiputera di dalam Daerah Kebupatian
Aceh Besar
Sungguhpun keadaan sekarang sangat sedikit sekali
menunjukkan kemungkinan untuk memperkuat perhubungan di
antara daerah-daerah kesagian, namun perlu juga diusahakan
agar tetap terjalin perhubungan-perhubungan itu. Mengenai
masalah ini saya mempersilakan pengganti saya untuk menelaah
berkas tentang urusan-urusan kedewanan bumiputera di dalam
daerah Kebupatian Aceh Besar, terakhir surat Direktur
Departemen Dalam Negeri bertanggal 20 November 1930
Nomor Bg 6/4/13 yang terdapat dalam arsip.
18. Perhubungan Antara Daerah-Daerah Kenegerian
dengan Pemerintah Belanda
Dipersilakan untuk menelalah memori serah terima
Gubernur Goedhart.
19. Penghapusan Perwalian Para Ulèebalang
Mengenai hal ini Gubernur Goedhart menulis antara lain,
"Perhubungan yang tepat antara pemerintah kita dengan para
ulèebalang, suatu hal yang amat khusus untuk daerah Aceh
dibandingkan dengan daerah-daerah lain, akan terjalin dengan
Memori Umum Daerah Aceh...
26
sebaik-baiknya jika mereka itu dikenal dan dalam banyak hal
dimusyawarahkan dengan mereka. Makin lama pemerintah
harus membatasi dirinya sampai untuk melaksanakan sendiri
semuanya itu. Pemerintah harus berusaha agar para ulèebalang
dan organ-organ yang menjadi bawahan mereka itu sedapat
mungkin, walau di bawah pengawasan yang keras, menjalankan
tugas-tugas mereka sendiri."
Salah satu ucapan Profesor Snouck Hurgronje berbunyi:
"Orang Aceh adalah sahabat baik dalam bermufakat" dan
selanjutnya: "Seorang ulèebalang terkemuka tidak akan suka
melakukan sesuatu hal di dalam daerah hukummya atau yang
berkenaan dengan rakyatnya kecuali jika mengenai hal itu
dipersaksikan oleh beberapa orang yang mewakilinya dengan
sungguh-sungguh dan ia pun akan kehilangan pengaruhnya jika
ia tidak bermufakat dengan mereka itu."
Saya sependapat benar dengan pcndapat ini yang satu
dengan lainnya memang saling berkait. Bermufakat dengan para
ulèebalang, yang di luar Aceh pun merupakan suatu kelaziman
juga, walaupun menurut sebagian pegawai pemerintah tidak
banyak memberikan hasilnya atau tidak berarti sama sekali,
sangat mereka hargai. Bukankah logis bahwa mereka sebagai
wakil rakyat harus selalu dikenal dan setiap hal dibicarakan
dengan mereka itu? Akan tetapi, kendatipun hal ini logis sekali,
seringkali juga terjadi bahwa pegawai-pegawai pemerintah
menolak pertimbangan-pertimbangan ulèebalang itu yang jauh
lebih tepat daripada yang hendak dilaksanakan oleh pegawai
pemerintah tersebut. Tentang ini tetap saya peringatkan untuk
tidak melangkahi para ulèebalang itu. Cukuplah jika pemerintah
memegang pimpinan saja dan selalu diusahakan supaya mereka
itu sedapat mungkin cakap bekerja sendiri. Seringkali juga
ternyata bahwa scorang ulèebalang yang dianggap tidak cakap
untuk menghasilkan sesuatu karya, akan tetapi da1am
praktiknya mereka cakap dalam melaksanakan tugas itu.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
27
Jika pejabat yang mendahului saya menjelaskan bahwa
terdapat 14 orang ulèebalang yang mampu menjalankan sendiri
Pengadilan Musapat, maka jumlah ini kini telah mencapai 15
orang. Pemerintah akan berjalan terus dengan proses
penghapusan perwalian ulèebalang itu.
20. Pelaksanaan Perundang-Undangan Desentralisasi
Lihat memori serah terima Gubernur Goedhart.
21. Tindakan-Tindakan terhadap Hal-Hal yang Lebih
Mengarah Kepada Pasifikasi
Gubernur Goedhart mengutip keterangan-keterangan
yang ditulis oleh Wali Negara setelah ia mengunjungi Sumatera
dalam suratnya yang dialamatkan kepada Menteri Jajahan
bertanggal 6 Maret 1927 huruf A. Kutipan itu berbunyi: "Di
antara tindakan-tindakan yang lebih mengarah kepada usaha-
usaha pasifikasi yang harus dilanjutkan dengan sekuat-kuat
tenaga saya sebut, selain menggiatkan pendidikan rakyat
(walaupun dengan paksaan lunak!), terutama sekali pendidikan
untuk anak-anak perempuan, ialah: mengadakan pengawasan
yang keras dan perbaikan-perbaikan di bidang peradilan,
menetapkan peraturan-peraturan perpajakan dan rodi yang adil,
membuat irigasi-irigasi, menggiatkan pekerjaan-pekerjaan
dalam daerah-daerah kenegerian (di mana perlu juga dengan
bantuan Pemerintah!), menggalakkan untuk mengunjungi dinas-
dinas poliklinik dan kesehatan (sejak beberapa waktu yang lalu
Dinas Kesehatan Aceh telah mendatangkan keajaiban-keajaiban
yang merupakan salah satu alat pasifikasi yang ampuh) dan
terutama sekali perluasan dan perbaikan jaringan jalan. Tidak
kurang pula pentingnya ialah melanjutkan usaha pembuatan
jalan sapanjang pantai Aceh Barat dari Kutaraja sampai ke
Meulaboh dan terus arah ke Selatan serta jalan transversal dari
Memori Umum Daerah Aceh...
28
Meulaboh ke Tangse untuk menghubungi jalan raya yang telah
ada ke Sigli."
Keadaan keuangan negara yang suram – suatu hal yang
amat disayangkan – telah menghambat usaha melanjutkan
pembuatan jalan Aceh Barat dan jalan transversal. Seperti
dinyatakan oleh Wali Negara pembuatan jalan-jalan itu sangat
penting karena menghubungkan tempat-tempat yang sangat
peka, yaitu Aceh Barat, sehingga, jika keadaan keuangan sudah
mengizinkan kembali, pekerjaan-pekerjaan itu perlu diteruskan
dengan serta-merta. Menurut keyakinan saya, pembebasan
daerah-daerah itu dari isolasinya tidak sedikit artinya dalam
karya pasifikasi. Bagian-bagian daerah Aceh yang mempunyai
jalan-jalan sehingga memungkinkan penduduknya melakukan
kontak yang terus-menerus dengan dunia luar dan membuat
keadaan politik menjadi lebih baik, merupakan bukti yang amat
jelas dalam hal ini.
Keadaan orang Aceh yang mengutamakan pertanian
sebagai sumber pencaharian nafkah akan membuatnya paham
betapa besar arti pengairan itu. Dari berbagai bagian daerah
Aceh diterima permohonan oleh pemerintah untuk memperoleh
bantuan bagi rakyat di bidang ini. Oleh karena biaya pembuatan
irigasi tidak sedikit pula, maka permohonan-permohonan
seringkali tidak dapat dipenuhi.
Saya sependapat benar dengan Gubernur Goedhart untuk
tidak mengganggu penduduk dengan bermacam-macam
peraturan kejam. Sebagai contohnya disebut tentang seorang
pegawai pemerintah yang menginginkan supaya perkarangan
penduduk "dipagari", sedang yang lainnya lagi ingin agar pagar
itu haruslah “pagar hidup”, yang ketiganya pula tidak
menginginkan apa-apa. Kegemaran-kegemaran seperti itu
berniat merusak; akhirnya penduduk tidak tahu lagi peraturan
mana yang harus mereka patuhi. Bahwa hal ini tidak
menguntungkan untuk ketentraman yang sangat dikehendaki
tercipta di daerah Aceh. Semakin sedikit peraturan-peraturan
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
29
yang tidak karuan itu dikeluarkan, semakin banyak hasil yang
akan dapat dicapai.
Adapun yang disebut "surat edaran dalam menghadapi
bulan puasa" masih saja diperingatkan setiap tahun kepada
pegawai-pegawai pemerintah. Namun pelaksanaan patroli
selama bulan itu tetap menjadi syarat yang mutlak.
Saya tak dapat meninggalkan untuk meminta perhatian
pengganti saya yang sepenuhnya tentang hal yang dinyatakan
oleh Gubernur Goedhart sehubungan dengan orang-orang Aceh
yang gila serta penderita-penderita penyakit kusta. Terhadap
golongan pertama perlu diperhatikan bahwa Rumah Sakit Jiwa
di Sabang bukan saja diperlukan sebagai tempat merawat orang-
orang gila, akan tetapi juga dapat digunakan untuk melakukan
observasi terhadap orang-orang yang disangka gila. Saya
menulis ini untuk mencegah terjadinya observasi terhadap
penderita-penderita demikian dilakukan di dalam rumah-rumah
penjara atau tempat-tempat lain yang sangat tidak sesuai untuk
maksud tersebut.
Dalam paragraf ini saya hendak menulis beberapa patah
perkataan mengenai karya gemilang Dr. Tyssen. Medikus ini
yang tadinya bekerja sebagi dokter di rumah sakit perkebunan di
Langsa, setelah berhenti dari pekerjannnya itu telah mengikuti
kursus kesehatan mata di Leiden. Kemudian ia datang ke Aceh
dan pada beberapa tempat dalam ini ia telah melakukan karya
kemanusiaan dengan memberikan pengobatan mata secara
cuma-cuma kepada para penderita penyakit mata dengan
memperoleh hasil yang amat memuaskan. Ia merencanakan
pada akhir tahun ini atau permulaan tahun depan untuk kembali
lagi ke Aceh. Karyanya itu yang sangat banyak memberikan
sumbangan ke arah mendapat bantuan yang sebesar-besarnya
dari pihak pegawai pemerintah.
Memori Umum Daerah Aceh...
30
C. Anggota Pemberontak Yang Masih Berada Di Luar
1. Catatan Umum
Betapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh walaupun
hanya seorang pemberontak terhadap unsur-unsur yang tidak
puas digambarkan dengan oleh kenyataan yang terjadi di daerah-
daerah kenegerian Selatan Aceh. Hanya si Bén saja yang masih
tertinggal dan dalam masa yang singkat sekali telah dua orang
datang bergabung dengannya. Oleh karenanya dianggap penting
sekali bahwa mereka yang tidak dapat didamaikan itu selekas
mungkin dimusnahkan. Untuk maksud itu perlulah dilakukan
pengejaran yang terus-menerus terhadap mereka seraya dijaga
agar jangan sampai ada sepucuk karben pun jatuh ke tangan para
pemberontak itu karena setiap pemilikannya akan memundurkan
lagi keadaan politik di daerah ini.
Oleh karena daerah-daerah kenegerian bagian Selatan
Aceh dewasa ini sudah bersih seluruhnya dari kaum
pemberontak, sedang dari kelompok Teuku Raja Tampok sudah
berhasil pula dimusnahkan sejumlah anggotanya dalam wilayah
Meulaboh, maka dapatlah kita berkata bahwa kita telah
mencapai sukses-sukses penting. Sukses itu barulah benar-benar
sukses, jika pemberontak terakhir sudah berada di tangan kita.
2. Kelompok Samarkilang atau Bidin
Dalam tahun-tahun terakhir tidak pernah terdengar lagi
mengenai kelompok ini. Berkat patroli-patroli yang selalu
diadakan di daerah-daerah yang luas, di mana diperkirakan akan
berada mereka itu, tidak lagi dijumpai bekas-bekas salah
seorang anggota kelompok itu. Timbul pendapat bahwa mereka
itu telah melarutkan diri ke tengah-tengah masyarakat umum
(besar kemungkinan di daerah-daerah udik Tamiang) dan
menjalani penghidupan yang tenteram sebagai rakyat biasa
dengan menggunakan nama-nama lain. Keterangan-keterangan
yang samar-samar mengenai ciri-ciri mereka itu membenarkan
pendapat tersebut.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
31
3. Teuku Raja Tampok dan kelompok-kelompok
Seuneu'am dan Tripa.
Dari 10 orang anggota kelompok pemberontak yang
disebut dalam memori serah terima Gubernur Goedhart:
Teungku Pi’i telah ditewaskan pnda tanggal 11 Januari 1930.
Khatib Uma telah ditewaskan pada tanggal 3 Februari 1930. Si
Ben Lui alias Pang Itam telah ditewaskan pada tanggal 25
September 1929. Si Asan telah ditewaskan pada tanggal 21
Januari 1930. Si Doraman Ob telah ditangkap oleh penduduk
kampung dan telah diserahkan kepada kita pada tangga1 18 Juli
1929. Si Lihin telah datang melapor kepada kita pada tanggal 24
Februari 1930. Waki Puteh alias Pang Nya' Neh telah
ditewaskan pada tanggal 23 Oktober 1929 dan Si Ma’ Nu telah
ditewaskan pada tanggal 23 Oktober 1929.
Jadi, selain Teuku Raja Tampok masih tertinggal lagi Si
Min dan Si Malem. Selanjutnya, menurut berita-berita yang
diperoleh belakangan, Pang Karim masih hidup juga.
Pada permulaan bulan April 1930 telah dijumpai sebuah
komplot di kampung Keubeue Jagat, kenegerian Seunagan, yang
bermaksud hendak menyerang sebuah brigade tentara; mereka
yang bersepakat jahat itu kemudian telah dihukum oleh
Pengadilan Musapat.
Pada tanggal 14 November 1930, ketika diadakan
pemeriksaan "pas" di kampung Blang Tado, kenegerian
Seunagan, sebuah brigade yang dipimpin oleh seorang letnan
telah diserbu oleh seorang Aceh. Letnan itu mengalami luka-
luka yang tidak berarti, sedang penyerangnya dapat ditewaskan.
Dalam pemeriksaan ternyata bahwa kejadian itu merupakan hal
yang tersendiri; tidak akan mempengaruhi ketentraman dalam
daerah.
Dalam bulan November 1931 diterima berita bahwa tiga
orang dari kampung Keubeue Jagat, kenegerian Seunagan, yakni
Keuchik Seuman, Si Amat, dan Si 'Yong telah menyingkir dari
Memori Umum Daerah Aceh...
32
kampungnya untuk bergabung dengan kelompok pemberontak.
Pada pemeriksaan setempat yang segera dilakukan oleh pejabat
kontelir bersama pejabat ulèebalang Seunagan ternyata bahwa
Keuchik Seuman merasa tidak senang terhadap keputusan
ulèebalang cut nya dalam faraid harta benda dan karenanya
memang benar bahwa ia bersama dua orang pengikutnya itu
hendak menyingkir. Pada kesempatan itu ketiga mereka tersebut
datang melapor. Oleh Pengadilan Musapat diputuskan
melakukan pembatalan terhadap keputusan ulèebalang cut –
yang memang tidak benar itu – sehingga, berkat campur tangan
yang segera dari pihak pemerintah, ketiga orang yang merasa
tidak senang itu kembali lagi ke kampung halaman mereka.
Tangga1 19 November 1931 diperoleh berita bahwa
seorang bernama Pang Bén, berasal dari kampung Blang
Meurandéh, kenegerian Beutong, telah meninggalkan harta
bendanya dan bersama isterinya telah berangkat ke kampung
Blang Tado. Oleh karena tidak diperoleh lagi jejak-jejak Pang
Bén dan isterinya itu, walaupun telah dilakukan usaha yang amat
giat ke arah itu, maka terdapat anggapan bahwa ia pastilah telah
menggabungkan diri dengan kelompok Teuku Raja Tampok.
Pada tanggal 9 Juni 1929 telah meninggal dunia Teuku
Keumangan, pejabat ulèebalang Seunagan, setelah mengidap
penyakit yang lama. Beliau terkenal sebagai seorang ulèebalang
yang kuat dan mampu menahan penduduk di dalam daerahnya
yang "suka berperang" itu. Sebagai penggantinya telah diangkat
Teuku Bén, putera pejabat yang mendahului Teuku Keumangan
sebagai pejabat-sementara, seorang yang memang berhak untuk
menjadi ulèebalang kenegerian tersebut. Pemerintah perlu
mengamat-amati agar Teuku Bén, seorang pemuda yang
berwatak lekas marah, dapat mempertahankan hubungan
baiknya dengan para ulèebalang cut.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
33
4. Teuku Karim dan anggota-anggota pemberontak
lainnya di dalam kenegerian Selatan Aceh
Seperti telah dijelaskan di atas, wilayah daerah-daerah
kenegerian bagian Selatan Aceh sudah seluruhnya dibersihkan
dari sisa-sisa kaum pemberontak. Dari mereka yang tidak dapat
didamaikan itu seperti disebut dalam memori serah terima
Gubernur Goedhart: Si Bén telah ditewaskan pada tanggal 9
September 1931. Si Yatim telah ditangkap pada tanggal 11
Maret 1930. Teuku Karim telah melapor pada tanggal 21 Januari
1930. Teuku Bugéh telah meninggal dunia. Pang Barat telah
melapor pada 23 Desember 1929. Nyak Hat telah melapor pada
tanggal 8 Februari 1930. Si Usén telah melapor pada tanggal 21
Januari 1930. Si Molot telah melapor pada tanggal 21 Januari
1930. Abu Seuman alias Pang Seuman telah melapor pada
tanggal 8 Februari 1930.
Jika pada permulaan tahun 1931 tertingga1 hanya
seorang pemberontak saja, yaitu Si Pén, dalam wilayah
kenegerian bagian Selatan Aceh, maka dalam bulan Maret dan
April tahun itu sudah ada 2 lagi, yakni Si Rani dari kampung
Ujong Gunong dan Agam Cut dari kampung Pinto Rimba yang
telah menggabungkan diri dengannya. Sebab-musabab Si Rani
menyingkir ialah keadaan yang tidak rukun dengan istrinya dan
jiran-jirannya; ia menderita penyakit kusta dan mengharapkan
kematiannya setelah ia membunuh seorang kaphé. Agam Cut
telah menyingkir karena takut memperoleh hukuman
disebabkan telah beberapa kali orang Si Bén datang ke
rumahnya. Sejak tahun 1925 kedua mereka itu telah tergolong
sebagai “orang-orang jahat” atau pemberontak, akan tetapi
kemudian mereka telah melapor.
Si Rani telah ditewaskan pada tanggal 8 Juli 1931,
sedang Agam Cut dapat ditangkap pada tanggal 3 Agustus 1931.
Dengan tertembaknya Si Bén pada tanggal 9 September 1931,
maka "penjahat" terakhir dalam daerah-daerah kenegerian
Memori Umum Daerah Aceh...
34
bagian Selatan Aceh telah dapat ditewaskan. Hal ini merupakan
suatu sukses yang penting disebabkan Si Bén yang sejak
permulaan terjadinya pemberontakan telah menggabungkan diri
dengan anggota-anggota pemberontak itu dan selama beberapa
waktu telah bertualang seorang diri di hutan-hutan sehingga
sebagian penduduk menganggapnya sebagai seorang keramat.
Pada tempat ini dengan segala senang hati saya
menyampaikan penghormatan saya terhadap cara yang jitu
dalam penunaian tugas-tugas yang telah dilakukan oleh pihak
ketentaraan dan terutama pula kepada para ulèebalang cut dalam
kenegerian Kluet dan Tapak Tuan yang telah memberikan
bantuan mereka yang amat berharga dalam rangka
memusnahkan "orang-orang jahat" itu.
D. GERAKAN BUMIPUTERA
1. Pergerakan Komunis
Di tahun-tahun terakhir hampir-hampir tidak terdengar
lagi tentang propaganda-propaganda komunis. Selama kita
dapat menjamin memperoleh bantuan sepenuhnya dari pihak
ulèebalang, maka rakyat Aceh tampaknya tidak akan merupakan
tanah yang subur bagi perkembangan gerakan komunis, apalagi
para ulèebalang itu melihat gerakan tersebut sebagai
penggrogotan terhadap kewibawaan mereka. Kendatipun
demikian harus dijaga dengan secermat-cermatnya, mengingat
mentalitas orang Aceh yang tetap bercita-cita hendak mengusir
kaphé-penjajah, agar cita-cita itu tidak dipergunakan demi
kepentingan gerakan komunis.
Dengan surat keputusan Pemerintah Pusat tanggal 19
Januari 1932 Nomor 13 telah dibatalkan hukuman buang
terhadap Cut Din alias Kenet dan kepadanya dibenarkan lagi
kembali ke Aceh. Ia adalah putera seorang kali pada Pengadilan
Musapat di Meulaboh yang sangat setia bernama Teungku Nya’
Kali. Sesampai di Sabang dan karena jauh dari pengawasan
ayahnya itu, maka Cut Din kehilangan lagi keseimbangannya,
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
35
sehingga terhadapnya harus dikenakan tindakan politik lagi.
Kepada ayahnya telah diminta agar Cut Din ditempatkan
ditempatnya dan selama ia di sana, saya tidak menyangsikan,
bahwa ia akan bergaul lagi dengan aksi-aksi yang tidak setia.
Dengan surat keputusan Pemerintah Pusat yang serupa
telah dicabut hukuman buang kepada Abdul Karim Muhammad
Sutan. Jika saya tidak menaruh keberatan tarhadap kembali Cut
Din ke Aceh, hal demikian tidak dapat saya benarkan terhadap
Abdul Karim. Bukan tidak mungkin bahwa pandangan saya
dalam hal ini keliru dan ini saya harapkan sekali.
Dengan surat keputusan Pemerintah Pusat tanggal 3 Juli
1931 Nomor 11 telah diinternir seorang Aceh bernama
Mohammad Hanafiah ke Digul Atas dan dengan surat keputusan
Pemerintah Pusat tanggal 11 Desember 1931 Nomor 19 telah
ditetapkan tindakan yang serupa terhadap Teuku Mohammad
Ali Basyah, bekas ulèebalang kenegerian Matang Kuli, wilayah
Lhok Sukon. Terutama yang disebut belakangan ini telah
memperlihatkan gejala-gedala yang berbahaya bagi ketentraman
dan ketertiban umum. Pada akhir tahun 1931 tidak ada orang-
orang yang harus diperlakukan peraturan perjalanan tahun 1918;
ke dalam daftar orang-orang yang tidak setia dimasukkan pula
Minggu dan Massuan, kedua-duanya bekas anggota komunis.
Jika sebelumnya diantara pekerja-pekerja kontrak
perkebunan kadangkala tercium jejak-jejak propaganda
komunis disebabkan keadaan "malaise" sehingga sejumlah
besar mereka itu harus dikembalikan ke Jawa, maka kini tidak
diketahui lagi tentang hal itu. Selanjutnya, terhadap awak kapal
bangsa Cina yang bekerja pada beberapa buah kapal perlu
diperhatikan dengan dengan teliti. Beberapa kali telah dijumpai
di Sabang buku-buku yang berbau komunis, besar kemungkinan
telah dimasuskkan oleh awak kapal itu. S.S. "de Haag” terkenal
dalam hal itu.
Memori Umum Daerah Aceh...
36
2. Pergerakan PNI
Jika Gubernur Goedhart menyebut di dalam memori
serah terimanya menyatakan bahwa terdapat kemungkinan
bahwa dahulu PNI bermaksud memasukkan Aceh ke dalam
daerah kerjanya, namun pendirian cabang gerakan tersebut tidak
pernah diwujudkan. Memang dahulu pernah diketahui adanya
orang-orang yang bersimpati dengan usaha PNI. Oleh karena
dalam pada itu telah dibubarkan dan sebagai gantinya telah
muncul PI yang belum pernah berusaha mengadakan
propaganda dalam daereh ini, maka baiklah saya tidak
berpanjang kalam dalam masalah ini.
3. Perkumpulan SI dan PSII
Tentang SI tidak ada terdengar apa-apa lagi, sedang PSII
tidak terdapat di Aceh.
4. Perkumpulan Muhammadiyah, Sumatra Thawalib,
dan Ahmadiyah
Muhammadiyah mempunyai 7 buah cabang di Aceh,
yaitu di Kutaraja, Sigli, Bireuen, Takengon, Lhokseumawe,
Langsa, dan Kuala Simpang serta 2 buah kelompok di Sabang
(di bawah Kutaraja) dan Paya Bedi (di bawah Kuala Simpang).
Termasuk 12 orang Gayo dan 7% orang-orang Aceh jumlah
anggota-anggota selebihnya terdiri dari para pendatang.
Animo yang sangat sedikit terdapat di kalangan orang-
orang Aceh disebabkan karena di suatu pihak ada beberapa
ulèebalang yang memang menaruh perhatian terhadapnya
sedangkan di lain pihak mereka bersikap sembrono. Di samping
itu pula berhubung orang-orang Aceh tergolong penganut Islam
yang konservatif dan karenanya tidak menyukai gagasan-
gagasan modern yang diperjuangkan oleh Muhammadiyah.
Sebagai konsul perkumpulan itu bertindak Teuku
Muhammad Hasan, putera tertua ulèebalang Glumpang Payong,
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
37
seorang tokoh yang dikenal di seluruh daerah Aceh. Mengenai
perwakilannya itu perlu kiranya dicatat bahwa tubrukan-
tubrukan di antara anggota-anggotanya dengan mereka yang
berpaham lain boleh dikatakan tidak terjadi.
Muhammadiyah terkenal sebagai organisasi yang loyal;
jika di sana sini terdapat kecurigaan-kecurigaan terhadap
perkumpulan itu maka itu disebabkan karena di dalam
kepengurusannya terdapat orang-orang yang dahulu pernah
terdaftar sebagai orang-orang yang tidak loyal.
Di samping cabang-cabangnya di Aceh (hal ini terjadi
juga dengan kelompok di Sabang) Muhammadiyah mempunyai
juga bagian kewanitaannya yang dinamakan 'Aisyiyah. Jika
dahulu pada beberapa tempat terdapat kelompok pandu Hizbul
Wathan yang tergabung pada Muhammadiyah, dalam pada itu
latihan-latihannya sudah dihentikan.
Di Kutaraja, Sigli dan Kuala Simpang oleh
Muhammadiyah sudah didirikan sekolah Belanda-Indonesia
(=H(ollandsch) I(nlandsche) S(chool)); sekolah serupa di
Lhokseumawe sudah ditutup karena kurangnya perhatian.
Kendatipun tingkat pendidikan pada sekolah-sekolah itu belum
lagi dapat disetarafkan dengan sekolah Belanda-Indonesia
Pemerintah Belanda, namun telah diadakan usaha yang segiat-
giatnya untuk memperbaiki mutunya itu.
Tentang perkumpulan Sumatra Thawalib dan
Ahmadiyah sangat sedikit ditandai di dalam wilayah Tapak
Tuan. Hampir untuk seluruh daerah kebupatian Aceh Barat
masih berlaku ketentuan yang tidak membenarkan diadakannya
propaganda-propaganda sesuatu aliran yang tidak diizinkan.
Dalam wilayah Takengon seorang propagandis Ahmadiyah
sudah berusaha untuk memperoleh pengikut-pengikutnya, tetapi
hasilnya kurang sekali.
Memori Umum Daerah Aceh...
38
5. Perkumpulan Bumi Putera Lainnya
Cabang-cabang Jong Islamieten Bond (=Perkumpulan
Pemuda Islam) telah didirikan dalam tahun 1930 di Kutaraja,
Sigli, dan Lhokseumawe. Di tempat yang disebut pertama
terdapat bagian kewanitaannya. Mereka menerangkan bahwa
mereka tidak akan bergerak di bidang politik, tetapi khusus di
bidang agama. Cabang Kutaraja telah mendirikan perkumpulan
kooperasi dan cabang Sigli merencanakan akan meniru contoh
tersebut. Di Lhokseumawe belum lagi terlihat tanda-tandanya.
Cabang Pembela Negeri yang berada di Lhokseumawe sedikit
sekali menunjukkan tanda-tanda kehidupannya.
Oleh Al-Islam Comite, subkomite di Sigli pada tanggal
11 Oktober 1931 telah diadakan rapat di Sigli yang sekiranya
tidak segera diambil tindakan oleh pihak pemerintah telah
membicarakan hal-hal yang terlarang. Mengenai hal ini
dipersilakan membaca surat-menyurat dengan Jaksa Agung
yang terdapat dalam arsip.
Perkumpulan "teuku-teuku" yang didirikan di Aceh
dengan anggota-anggotanya terdiri dari para ulèebalang, teuku-
teuku dan orang-orang terkemuka lainnya dan bertujuan
memperjuangkan kepentingan-kepentingan anggotanya,
diketuai oleh ulèebalang Peusangan, wilayah Bireuen, yang
terkenal sangat setia itu.
Mengenai perkumpulan-perkumpulan lain dipersilakan
menelaah laporan-laporan politik yang terdapat dalam arsip;
akan memakan tempat yang sangat banyak jika diterangkan
semuanya itu di sini.
6. Mempelajari Gerakan-Gerakan Bumiputera
Usul Gubernur Goedhart yang bermuat dalam suratnya
bertanggal 6 April 1929 Nomor 185/Rahasia agar Tuanku
Mahmud diperbantukan pada Kepala Pemerintah Daerah dalam
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
39
rangka mempelajari dan memberi nasihat terhadap gerakan-
gerakan bumiputera, sudah disetujui oleh Pemerintah Pusat. Di
samping itu, dalam tahun 1931 Tuanku Mahmud telah diangkat
menjadi anggota Dewan Rakyat. Ia seorang yang baik, memiliki
cara-cara pergaulan yang menyenangkan, yang kesetiaanya
terhadap Pemerintah Belanda tidak perlu disangsikan.
Tuanku Ibrahim, putera bekas pretenden (penuntut)
Sultan Aceh, Tuanku Muhammad Dawot, berdiam dengannya.
Atas usul saya (lihat surat tangal 10 April 1931 Nomor
64/Rahasia) Wali Negara telah menyetujui agar Tuanku Ibrahim
kembali ke Kutaraja sebagai percobaan selama 3 bulan yang
selalu dapat diperpanjang kepala pemerintah daerah untuk masa
3 bulan sampai tercapai suatu keputusan yang definitif.
Persetujuan itu mengandung syarat bahwa sekiranya
kelakuannya atau kehadirannya di Kutaraja dapat menimbulkan
gangguan ketentaman dan ketertiban di dalam daerah, maka ia
segera akan dikembalikan lagi ke Betawi.
E. PERGERAKAN ORANG-ORANG CINA
Kendatipun orang-orang Cina dengan seksama
mengikuti perjuangan-perjuangan yang terjadi di Timur Jauh
antara negeri Cina dengan Jepang, namun mereka itu tetap
menahan diri untuk tidak melakukan akses-akses terhadap
orang-orang Jepang yang tidak seberapa jumlahnya di daerah
ini. Dengan perataraan ketua-ketua mereka, orang-orang Cina
diberitahukan tentang syarat-syarat yang harus mereka penuhi
dalam rangka pengumpulan sumbangan-sumbangan untuk para
korban di negeri Cina.
Pendidikan di sekolah-sekolah Cina harus diawasi
dengan ketat; sesekali terlihat juga gejala-gejala bahwa di
dalamnya tidak bebas dari tujuan-tujuan komunis. Mengenai
daya upaya untuk mengawasi awak-awak kapal KPM bangsa
Cina yang menyebarkan buku-buku komunis sudah dijelaskan
sebelum ini.
Memori Umum Daerah Aceh...
40
II. ALAT-ALAT PERLENGKAPAN PEMERINTAHAN
1. Pembagian Administrasi, Pemerintah Eropah, dan
Kepala-Kepala Pemerintahan Bumiputera
Mengenai pembagian administrasi dipersilakan mula-
mula menelaah Lembaran Negara Tahun 1922 Nomor 451.
Daerah terbagi dalam 6 buah daerah kebupatian dan 23 buah
daerah wilayah. Usul pejabat yang mendahului saya untuk
menghapuskan wilayah Padang Tiji dan menggabungkan bagian
yang langsung diperintah pada wilayah Seulimeum dan bagian
swaprajanya pada wilayah Sigli, sudah disetujui oleh
Pemerintah Pusat.
Wilayah daerah-daerah kenegerian bagian Selatan Aceh
yang sementara sifatnya itu masih juga ada tidaklah bijaksana
untuk mencabut ketetapan pembentuknya itu. Namun,
sehubungan dengan daya-upaya melakukan penghematan telah
saya usulkan, agar dilakukan :
1) Penghapusan daerah kebupatian Aceh Utara dan
menggabungkan wilayah-wilayah Bireuen dan
Lhokseumawe yang selama ini menjadi bagiannya ke
dalam daerah kebupatian Pidie dan wilayah Lhok Sukon
ke dalam daerah kebupatian Aceh Timur;
2) Penghapusan wilayah Lhok Nga dan menggabung-
kannya pada wilayah Kutaraja;
3) Penghapusan wilayah Meureudu dan
menggabungkannya pada wilayah Bireuen;
4) Penghapusan wilayah SerbÖjadi dan
menggabungkannya pada wilayah Langsa dengan
mengadakan seorang perwira penghubung di LÖkÖp
(SerbÖjadi).
Mengenai usul ini belum lagi diperoleh ketetapannya.
Atas permintaan Komisaris Pemerintah agar diadakan
perubahan daerah-daerah pemerintahan, telah saya perbuat
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
41
sebuah bagan/skema mengenai pembagian daerah-daerah di
Aceh menurut rencana perubahan itu. Sebelum ini sudah
dijelaskan bahwa terhitung mulai akhir Januari 1932 sudah
dihapuskan daerah-daerah perwira penghubung di Geumpang,
Lamno, dan Blang Pidie, sedang perwira-perwira penghubung
di Kuala Batèe, Jeuram, dan Lam Ie untuk sementara masih
diperlukan.
Daerah Aceh sebagiannya terdiri atas daerah-daerah
yang langsung diperintah dan sebagiannya yang memiliki
pemerintahan sendiri atau swapraja; ke dalam daerah yang
langsung diperintah, termasuk daerah kebupatian Aceh Besar,
wilayah Singkil (dari daerah Kebupatian Aceh Barat) serta ibu
kota daerah-daerah kebupatian dan wilayah yang berikut ini:
Meulaboh, Calang, Tapak Tuan, Sigli, Bireuen, Lhokseumawe,
Lhok Sukon, Idi, Langsa dan Kuala simpang.
Pada waktu diadakannya konperensi pemerintahan
Departemen Dalam Negeri tahun 1931 telah menjadi
pembicaraan mengenai pengembalian apa yang dinamakan pal
… ke dalam daerah yang berpemerintahan sendiri. Walaupun
dalam prinsipnya saya tidak menaruh keberatan terhadap hal
tersebut, namun, mengingat pelaksanaannya itu memberatkan
keuangan Negara, saya menganggap ada baiknya untuk
menunggu waktunya yang mengizinkan.
Sehubungan dengan cara-cara korps Pemerintahan
Eropa menjalankan tugasnya, Gubernur Goedhart
menambahkan yang saya anggap penting sekali sehingga perlu
mengulanginya lagi secara harfiah di sini: “sehubungan dengan
penjelasan-penjelasan yang disebut di situ ingin saya tambahkan
bahwa kepala pemerintahan daerah perlu selalu memperhatikan
agar pegawai pemerintahan Eropah hendaknya selalu
mempertahankan kontaknya dengan para ulèebalang dan rakyat.
Untuk itu perlu sekali diadakan perjalanan-perjalanan
(=tournee) yang banyak, terutama bermalam di kampung-
kampung, bukan dengan maksud yang disengaja untuk
Memori Umum Daerah Aceh...
42
menyelidiki tindakan-tindakan para ulèebalang yang tidak adil
melainkan untuk turut menghayati penghidupan rakyat dan
membentuk kelompok persahabatan dan kenalan sehingga
memperoleh kesempatan mencapai suara-suara mereka yang
menjurus kepada keadaan politik yang tidak menguntungkan.
Pegawai-pegawai Pemerintahan Eropah harus bersikap agar
mereka itu tidak hanya menjadi “tukang kumpul pajak, tukang
kutip uang rodi, dan penindak hukum saja.” Kata-kata
mengemong yang harus dicamkan oleh para pegawai
Pemerintah Eropah serta pelaksanaannya merupakan alat yang
tak dapat ditinggalkan begitu saja dalam pelaksanaan
pemerintahan.
Di daerah Aceh tidak ada pemerintahan bumiputera
yang diadakan karena jabatan (=ambetelijk), juga tidak ada di
dalam daerah yang langsung diperintah. Begitu juga halnya
dengan ulèebalang cut- ulèebalang cut di dalam daerah yang
berpemerintahan sendiri yang diangkat berasaskan hak terun-
temurun serta tak dapat diadakan pemindahannya. Seperti
halnya dengan penjabat yang mendahului saya, maka saya pun
menganggap tidak bijaksana untuk mengadakan pemerintahan
bumiputera yang berjabatan.
Uraian ini akan menjadi panjang sekali jika dibicarakan
satu per satu mengenai ulèebalang cut- ulèebalang cut yang
jumlahnya cukup banyak itu, termasuk juga para ulèebalang
serta kepala-kepala yang menjadi bawahan mereka itu. Secara
umum dapat dikatakan bahwa sangat menyenangkan bekerja
sama dengan mereka itu kendatipun tentu saja terdapat
perbedaan-perbedaan besar dalam hal pendidikan, kapasitas,
serta watak.
Pengaruh para ulèebalang terhadap rakyat mereka sangat
besar. Oleh karena itu bukanlah hal yang tidak benar jika pernah
dikatakan bahwa jika terjadi sesuatu hal, rakyat serta merta
bersatu di belakang ulèebalang-nya. Memperhatikan hal-hal ini
merupakan prinsip dalam menjalankan kebijaksanaan
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
43
pemerintahan. Pemerintah selalu menyarankan agar putera-
putera para ulèebalang, terutama mereka yang kelak akan
terpanggil menggantikan ayah-ayah mereka (kebanyakannya
adalah putera tertua) seharusnya memperoleh pendidikan yang
sesuai. Mengenai jenis pendidikan itu tentu saja perlu perlu
dihubungkan dengan “kedudukan” ulèebalang yang
bersangkutan. Tidaklah benar bahwa pendidikan itu harus lebih
tinggi daripada jabatan ulèebalang itu. Biasanya hal ini akan
menjurus kepada ketidakpuasan.
Kesempatan memperoleh pendidikan boleh dikatakan
sudah cukup di Aceh; di samping sekolah-sekolah sambungan
(=vervolgschool) dan sekolah-sekolah pemerintah kelas 2
(=gouvernementsschool 2e klas), tentang sekolah-sekolah
rakyat (=volksschool) tidak perlu disebut lagi!, terdapat pula
sekolah-sekolah Belanda-Indonesia (=Hollandsch Inlandsche
School) di Kutaraja (2 buah), di Sigli, Bireuen, Lhokseumawe,
Langsa, dan Tapak Tuan. Di samping itu, sekolah-sekolah
rendah Belanda (=Europesche Lagere School) terdapat di
Kuataraja (di tempat ini bahkan terdapat sekolah Roma Katolik),
Sigli dan Langsa serta sebuah cabang MULO dari AMS di
Kutaraja.
Untuk mencegah adanya usaha untuk mendiskreditkan
sekolah-sekolah Belanda-Indonesia seringkali terdengar orang
berkata bahwa pendidikan pada sekolah-sekolah ini kurang
nilainya dibandingkan dengan sekolah-sekolah rendah Belanda,
suatu hal yang sama sekali tidak benar – dan untuk mencegah,
agar merendahkannya tingkat pendidikan sekolah-sekolah
rendah Belanda itu, maka dengan hati-hati sekali diadakan
pencegahan pemasukan anak-anak bumiputra, juga anak-anak
para ulèebalang, kekelompok sekolah-sekolah yang disebut
terakhir.
Dengan memperhatikan usaha-usaha melakukan
penghematan, maka oleh pihak saya telah diusulkan dan telah
pula disetujui! agar jumlah biaya tahunan yang disediakan untuk
Memori Umum Daerah Aceh...
44
kepala pemerintah daerah guna membiayai perumahan,
penghidupan, pakaian, uang sekolah, pengangkutan dari tempat
tinggal ke tempat bersekolah pulang pergi dan sebagainya dalam
rangka memberikan pendidikan kepada putera-putera
ulèebalang dan orang-orang terkemuka lainnya di dalam daerah
yang langsung diperintah, dapat dikurangi dari f4.000,00
menjadi f 3.000,00.
Mengenai pemberian tunjangan serupa di dalam daerah-
daerah yang berpemerintahan sendiri yang dibiayai dari dana
anggaran belanja kenegerian harus pula diperlakukan dengan
cara yang hemat sekali.
“Internat Aceh” di Kutaraja adalah sebuah pemondokan
yang baik sekali untuk menampung anak-anak orang baik-baik
yang mengunjungi sekolah Kutaraja. Sekali-sekali perlu
digalakkan agar para ulèebalang untuk memasukkan putera-
putera mereka ke internat tersebut. Anak laki-laki tidak ada
animo untuk masuk ke sini karena mereka merasa kurang
senang menuruti peraturan-peraturan keras dan disiplin yang
dijalankan di pemondokan tersebut.
2. Kepolisian Umum
Kepolisian umum dalam daerah ini terdiri atas Polisi
Kota dan Polisi Pemerintah. Formasi dan diskolasi polisi kota
ditetapkan di tempat sebagai berikut.
1) Di Kutaraja ada 1 kepala pengawas polisi, 1 agen-kepala
polisi, 1 mantri polisi, 2 resersir, dan 62 agen-polisi;
2) Di Sabang ada 1 komisaris-pembantu polisi, 1 pengawas
polisi, 7 agen-kepala polisi, 1 mantri-polisi, dan 16 agen-
polisi;
3) Di Langsa ada 1 pengawas polisi, 2 agen-kepala polisi, 1
mantri-polisi, 1 resersir, 1 komandan setempat, dan 27
agen-polisi.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
45
Polisi pemerintah yang terdapat di tiap-tiap ibu kota wilayah
terdiri dari 17 mantri-polisi, 9 resersir, dan 136 agen-polisi.
Jika dibandingkan kekuatan organik korps polisi dengan
hal serupa yang dinyatakan dalam memori serah terima pejabat
yang mendahului saya, maka nyatalah bahwa dalam penyusunan
formasinya itu sudah diakukan penghematan.
Dengan surat saya tanggal 12 Oktober 1931 Nomor
807/Rahasia, direktur departemen tersebut menjawab melalui
suratnya tanggal 5 Desember 1931 Nomor: pol x 5/3/1 yang
menganjurkan agar untuk sementara tidak dilakukan perubahan-
perubahan dalam formasi-formasi yang telah ada, akan tetapi
dalam beberapa pengecualian ia akan memperhatikan usul saya
itu pada penyusunan anggaran 1933.
Dari 17 mantri polisi yang termasuk ke dalam polisi
pemerintah terdapat 2 lowongan, yaitu di Blang Kejeren dan
Calang, yang tidak diisi; saya mengganggap, bahwa tidak perlu
untuk kedua tempat tersebut diangkat pejabat-pejabat baru. Juga
untuk Bakongan saya menganggap tidak perlu ada seorang
mantri polisi; pada waktu dijalankannya perubahan-perubahan
pemerintahan yang berlaku untuk tempat-tempat lain, seperti
telah dinyatakan dalam lampiran II surat saya bertanggal 26
November 1931 Nomor 983/5 yang ditujukan kepada komisaris
pemerintahan untuk urusan-urusan perubahan pemerintahan,
haruslah mengenai hal itu mendapat perhatian.
Mengenai rencana mengangkat 2 orang resersir Cina,
masing-masing untuk wilayah Langsa dan Tamiang, yang telah
diusulkan oleh pejabat yang mendahului saya, tidak dapat
dilaksanakan karena tidak dapat diperoleh peminat-peminat
yang bersedia menerima bayaran yang tidak terlalu mahal untuk
jabatan tersebut. Sehubungan dengan keadaan keuangan negara
yang tampaknya amat suram yang berhubungan pula dengan
perkembangan hasil-hasil perkebunan, saya menganggap tidak
perlu untuk mengadakan pengangkatan itu.
Memori Umum Daerah Aceh...
46
Formasi dan dislokasi polisi lapangan (=veldpolitie)
dalam daerah Aceh telah ditetapkan sebagai berikut.
1) Di Kutaraja 1 komisaris klas 1/pimpinan teknis;
2) Di Kutaraja 1 pengawas kepala polisi, 1 mantri polisi, 2
komandan-setempat dan 18 agen-polisi;
3) Di Sabang 1 pengawas kepala polisi, 4 komandan-
setempat, dan 35 agen polisi;
4) Di Kuala Simpang 1 pembantu komisaris polisi, 2 mantri
polisi, 8 komandan setempat, dan 74 agen polisi;
5) Di Idi 1 kepala komandan setempat, 2 komandan-
setempat, dan 18 agen polisi;
6) Di Sinabang 1 mantri polisi, 1 kepala komandan
setempat, 3 komandan setempat, dan 27 agen polisi.
Dengan surat saya bertanggal 8 Maret 1932 Nomor
34/Sangat Rahasia di tangan sendiri yang ditujukan kepada
kepala komisi ketentaraan dan kepolisian telah saya usulkan
agar polisi lapangan yang berada di Kutaraja dan Sabang,
masing-masing berjumlah 1 dan 2 brigade, dihapuskan saja dan
tugas-tugas mereka itu diserahkan kepada pihak ketentaraan.
Jumlah penghematan akibat dilaksanakannya usul tersebut akan
mencapai f 34.000,00.(4)
Pimpinan teknis polisi lapangan juga bertugas dengan
pimpinan polisi mata-mata sedaerah. Kepadanya telah
diperbantukan seorang kepala resersir dan seorang resersir.
Daftar orang-orang yang tidak setia dan dicurigai akan
dikerjakan olehnya. Di samping itu, ia juga bertugas
memperbuat daftar-daftar sinyalemen orang-orang itu. Setiap
( 4 ) oleh karena dalam pembicaraan yang dilakukan dengan komisi ketentaraan dan kepolisian di Medan pada tanggal 20 April yang lalu ternyata bahwa keadaan keuangan negara menghendaki dilakukannya penghematan selanjutnya, maka saya berpendirian bahwa sehubungan dengan hal polisi lapangan di Idi dan Sinabang perlu dihapuskan dan sebagai gantinya pihak ketentaraan selalu akan mengadakan patroli di dalam resor-resor itu.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
47
bulan ia mengirimkan laporan politik polisionil mengenai semua
hal yang berhubungan dengan bidang gerakan penduduk
bumiputera dan Cina untuk disahkan oleh kepala pemerintah
daerah; selembar dari padanya akan dikirimkan ke berbagai-
pejabat. Agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-
baiknya, maka dianggap perlu sekali sekiranya pemimpin urusan
urusan reserse daerah menguasai bahasa, keadaan daerah dan
penduduknya serta seringkali pula mengadakan hubungan
dengan para pegawai pemerintah di dalam daerah.
Hal lain yang juga penting disebut di sini adalah kapal
milik pemerintah daerah “Jambi” di Kuala Langsa telah diganti
dengan sebuah perahu motor yang laju jalannya yang
dipergunakan untuk keperluan pengawasan oleh Urusan Bea
Cukai di Telaga Tujuh, Tanjung Genteng, dan Kuala Bugak. Hal
ini juga untuk mencegah penyeludupan serta untuk mengunjungi
kampung-kampung nelayan dalam wilayah Langsa oleh
pegawai-pegawai pemerintah.
III. KEADAAN EKONOMI
Akibat krisis dunia, keadaan ekonomi memperlihatkan
kemunduran yang kuat sekali. Hasil-hasil pertanian rakyat
mengalami kemerosotan harganya, demikian rupa, sehingga
dalam beberapa daerah tidak mencapai harga yang
menguntungkan lagi untuk jenis-jenis hasil itu dan tidak dapat
dilakukan penjualannya. Dengan demikian, maka produsennya
sedikit sekali memperoleh penghasilannnya dan daya beli pun
menjadi berkurang sekali. Kurangnya berada uang di berbagai-
bagai daerah telah menyebabkan rumah tangga keuangan
(=geldhuishouding) penduduk berubah menjadi rumah tangga
hasil bumi (=productenhuishouding).
Kesempatan kerja, baik di pihak pemerintah maupun di
pihak pertikelir menjadi semakin berkurang. Jika dahulu dapat
diperoleh uang dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan
pemerintah, terutama pembuatan jalan-jalan, dewasa ini
Memori Umum Daerah Aceh...
48
kesempatan itu pun sudah sangat berkurang. Di samping itu
masa-masa yang buruk telah memaksa segala jenis perusahaan
dan perkebunan untuk melakukan penghematan dan akibatnya
itu banyak pekerja yang harus diberhentikan.
Melihat keadaan itu maka tidaklah menherankan jika
amat sulit untuk mendapatkan pemasukan pajak sehingga
badan-badan pemberi kredit, dengan jumlah-jumlah tunggakan
yang semakin bertambah terpaksa melakukan politik pinjaman
yang hati-hati sekali. Satu hal yang menguntungkan ialah
adanya persediaan bahan makanan yang cukup, bahkan di
berbagai daerah terdapat surplus beras yang amat berarti.
Mengenai penduduk bangsa Eropah perlu dicatat bahwa
perkebunan-perkebunan dan maskapai minyak (BPM) telah
terjadi sejumlah pemberhentian; mereka yang diperhentikan itu
kebanyakannya kembali ke Eropah.
Jika dari uraian di atas tergambar keadaan ekonomi
penduduk yang sangat tidak menguntungkan itu, maka di sudut
lain akibat dari krisis dunia ialah timbulnya keadaan keuangan
negara yang amat mengelisahkan dan karenanya harus pula
dilakukan penghematan-penghematan dalam pengeluaran
anggaran. Banyak saran mengenai dengan penghematan telah
saya kemukakan kepada kepala-kepala departemen atau kepala-
kepala dinas; salinan usul-usul itu telah dikirimkan kepada
Thesauri Jenderal. Akan mengambil tempat yang banyak jika
usul-usul itu satu per satu disebut di sini. Lagi pula sebagian dari
padanya sudah disetujui dan untuk itu saya padai sekiranya
pengganti saya sudi kiranya memperhatikan berkas
“Penghematan”.
Politik penghematan negara turut pula mempengaruhi
keadaan kas-kas daerah kenegerian sehingga harus pula
dilakukan pengeluaran yang amat penting-penting saja. Dari 17
kas daerah kebupatian, wilayah kenegerian yang telah terbentuk
di daerah ini, dalam tahun 1932 diharapkan dapat ditambahkan
sebuah lagi yaitu kas wilayah Tanah Alas.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
49
A. PERTANIAN BUMIPUTERA
1. Tanaman Padi
Tanaman utama adalah padi yang ditanam di sawah dan
ladang. Akibat “malaise” dan penurunan harga barang-barang
perdagangan yang berhubungan dengan itu pada umumnya,
serta di samping itu juga karena semakin berkurangnya
kesempatan bekerja di perkebunan-perkebunan dan
pertambangan-pertambangan, maka penduduk kini telah
mengerjakan usaha-usaha pertaniannya secara lebih intensif.
Luas areal persawahan dalam wilayah Langsa dan
Lhoksukon selama tahun 1929 sampai tahun 1931 telah
bertambah sebanyak 40%. Dalam tahun 1928 luas seluruh areal
persawahan oleh Dinas Penyeluhan Pertanian ditaksir sebanyak
130.000 hektare. Akan tetapi, berdasarkan pemeriksaan Dinas
Pekerjaan Umum dalam tahun 1930 taksiran tersebut terlalu
optimistis; luasnya itu (dibulatkan) sebanyak 124.000 hektare.
Daya upaya untuk memperbaiki mutu beras Aceh tetap
dilanjutkan dan diawasi oleh Dinas Penyuluhan Pertanian;
pengeluaran beras Aceh, tidak termasuk pengeluaran-
pengeluaran ke Sumatera Timur dengan kereta api Aceh, tahun
itu berjumlah 280.000 kg.
Harga beras yang dalam tahun-tahun baik masih
berjumlah f15,00/100 kg, lambat laun telah merosot lagi; di
masa belakangan ini harganya bergerak antara f6,00 dan
f8,00/100 kg. Walaupun penjualannya tidak memberi
keuntungan yang banyak, namun penduduknya dianggap tetap
merasa senang karena hasil panen bahan makanan utama ini di
tahun-tahun belakangan menunjukkan surplus yang
memuaskan.
Memori Umum Daerah Aceh...
50
2. Irigasi
Selama masa tugas saya tidak banyak pekerjaan besar
yang telah dikerjakan di Aceh. Sebuah yang agak besar, yaitu
pembuatan bendungan baru di Krueng Idi Rayeuk dekat Jambo
Reuhat, telah diselesaikan dalam tahun 1929, sementara
perabaikan pengaliran air sebelah kiri Krueng Peusangan telah
direncanakan, dikerjakan, serta dapat diselesaikan. Sukses yang
diperoleh dengan pekerjaan pertama adalah sedikit disebabkan
pekerjaan-pekerjaan detail untuk pengaliran dalam daerah
pengairan tersebut belum lagi dibuat. Memang dalam tahun
1930 telah dianjurkan rencananya kepada Direktur Pekerjaan
Umum, akan tetapi keadaan penghematan telah membuat
pelaksanaannya itu ditunda sampai kondisi mengizinkan.
Dengan pekerjaan-pekerajaan perbaikan pengaliran
Krueng Peusangan sebelah kiri, berkat bantuan besar yang
diperoleh dari ulèebalang-ulèebalag yang bersangkutan dan
rakyat, telah diperoleh sukses yang banyak; dari luas areal sawah
lebih kurang 1.5000 hektare yang selama 6 atau 7 tahun sebelum
dilakukan perbaikan sebagian besarnya tidak memberi hasil
karena kekurangan air, kini, setelah pekerjaan-pekerjaan itu
selesai dikerjakan, telah diperoleh hasil panen yang amat baik.
Untuk menghindari pegaduan-pengaduan yang gawat
tetapi beralasan dari penduduk yang bersangkutan, maka dalam
tahun 1931 telah diajukan rencana perbaikan pemasukan dan
pembuangan air di Paya Rubee. Rencana itupun, disebabkan
penghematan, terpaksa tak dapat diotorisasi.
Tiga buah rencana yang akan diajukan kepada Direktur
Dinas Pekerjaan Umum untuk diotorisasi, sebagian besarnya
sudah selesai dikerjakan, akan tetapi tidak dapat diselesaikan
berhubung sudah jelas diketahui bahwa pemerintah tidak akan
dapat menyediakan biaya-biaya pelaksanaannya. Diusahakan
supaya sebagian dari pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan
secara lain. Tentang ini dipersilakan memperhatikan catatan-
catatan yang tertera pada daftar tersebut.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
51
Dengan melaksanakan berbagai pekerjaan irigasi yang
kecil-kecil yang seluruhnya atau sebagian besarnya dikerjakan
oleh penduduk akan tetapi dipimpin atau dibantu oleh Dinas
Pekerjaan Umum tidak sedikit telah memperoleh hasil-hasil
yang memuaskan. Kebanyakan pekerjaan itu berada dalam
wilayah Bireuen karena di situ terdapat keadaan-keadaan yang
memungkinkan pelaksanaannya itu jauh lebih baik. Penduduk di
sana melihat sepenuhnya kegunaan irigasi itu ditambah pula
dengan para ulèebalang yang cakap-cakap yang banyak
memberikan bantuan mereka dalam hal itu. Dalam wilayah-
wilayah lain terdapat juga berbagai-bagai faktor teknis yang
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan serupa itu,
tetapi tidak atau sedikit sekali diperoleh kemungkinan yang
menguntungkan.
Dari sekian banyak pekerjaan irigasi yang
pelaksanaannya sudah dipersiapkan atau diperiksa itu dan
dicantumkan pada bagian VI dalam daftar, sebagiannya ada
yang luas sekali dan tidak mungkin dapat dikerjakan tanpa
bantuan pemerintah. Oleh karenanya tidaklah besar harapan,
bahwa pekerjaan-pekerjaan itu akan dapat dilaksanakan dalam
tahun-tahun mendatang.
Dari beberapa buah pekerjaan irigasi yang besar-besar
itu dianggap perlu untuk tetap meneruskan pemeriksaannya,
walaupun pekerjaan-pekerjaan itu – berdasarkan perhitungan
biaya-biaya yang lebih cermat – belum tentu dapat dikerjakan
jika tiba masanya kelak. Dalam hal ini khusus diharapkan
perhatian mengenai pekerjaan kesebelas, yaitu “pelaksanaan
pengaliran air dari Krueng Pase”, sebuah pekerjaan yang secara
teknis pasti dapat dilaksanakan dengan baik dan diduga akan
dapat mengairi sawah lebih kurang 7.000 hektare akan tetapi
akan menelan biaya paling sedikit f700.000,00. Berbagai faktor
menyokong pelaksanaan pekerjaan itu, akan tetapi dua buah
faktor penting tetap perlu diperhatikan, yaitu biayanya yang
tinggi dan kurang padatnya penduduk yang mendiami daerah
Memori Umum Daerah Aceh...
52
pengaliran itu. Oleh karenanya, pemeriksaan yang lebih teliti,
harus melibatkan bagian pekerjaan umum, akan memberi
pelajaran faktor-faktor mana yang lebih bernilai untuk
dipergunakan dalam pelaksanaannya kelak.
Keterangan-keterangan lengkap mengenai pekerjaan
irigasi dalam daerah Aceh, baik yang telah dikerjakan maupun
yang diusulkan pelaksanaannya itu dapat dijumpai dalam nota
yang ditulis oleh Ir. Berkhout berjudul “Het nut van irrigatie
voor Atjeh” (=kegunaan irigasi untuk daerah Aceh) yang telah
disiapkan dalam Desember 1930.
Nota ini yang telah disiapkan sebelumnya perlu
dijalankan penghematan yang sekeras-sekerasnya, ditinjau dari
sudut keadaan sekarang, tampaknya sangat optimistis untuk
mengharapkan bahwa pemerintah akan menyediakan banyak
biaya untuk keperluan pekerjaan irigasi di daerah Aceh. Lagi
pula dalam nota itu sangat sedikit ditumpahkan perhatian kepada
pekerjaan irigasi yang kecil-kecil. Pengalaman di masa-masa
belakangan ini, yang sudah dijelaskan sebelumnya,
menunjukkan bahwa justru dengan pekerjaan yang kecil-kecil
itulah dapat diperoleh sukses yang baik.
Pada setiap pekerjaan irigasi harus selalu diperhatikan,
bahwa pemeriksaan yang teliti dan sempurna, yang kadang-
kadang memerlukan waktu yang tidak sedikit sebelum
pelaksanaannya itu dimulai, amat diperlukan sekali. Karenanya
tentu saja tidak banyak pekerjaan yang dapat dikerjakan jika
dibandingkan dengan pelaksanaan pekerjaan yang kecil-kecil
yang tidak banyak memerlukan waktu pemeriksaannya, akan
tetapi lebih banyak mempunyai harapan untuk mencapai
hasilnya dan dengan demikian akan lebih banyak pula dapat
diperoleh kepercayaan rakyat.
Contoh yang amat jelas telah diperlihatkan oleh
penduduk dalam wilayah Bireuen yang setelah berhasil mereka
mengerjakan pengaliran air Krueng Peusangan serta beberapa
buah pekerjaan irigasi yang kecil-kecil kini selalu muncul
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
53
dengan rencana pembuatan pekerjaan irigasi baru dan mau
melaksanakan pekerjaan itu dengan menuruti petunjuk-petunjuk
kami dalam bentuk yang lebih banyak tidak dibayar.
Mengetahui hasil-hasil selanjutnya dipersilahkan
memperhatikan daftar terlampir:
I. Pekerjaan irigasi pemerintah yang dikerjakan selama masa
1929-1932:
1) Pembuatan bendungan baru di Krueng Idi Rayeuk dekat
Jambo Reuhat (diotorisasi dengan Surat Keputusan
Pemerintah Pusat tanggal 14 Mei 1928 Nomor 11, siap
dikerjakan bulan Desember 1929 dengan biaya
(dibulatkan) f108.395,00).
2) Perbaikan-perbaikan berat bendungan Krueng Bakongan
(diotorisasi dengan Surat Keputusan Direktur Pekerjaan
Umum tanggal 2 juli 1929 Nomor E 15/4/22, praktis
selesai dikerjakan bulan Desember 1929).
3) Perbaikan pengaliran air Krueng Peusangan sebelah kiri
(diotorisasi dengan Surat Keputusan Direktur Pekerjaan
Umum tanggal 25 september 1930 Nomor E 15/5/12, siap
dikerjakan bulan Desember 1931 dengan biaya
(dibulatkan) f 41.665,00).
4) Pembuatan pembagian air untuk mukim-mukim Nicah
dan Tanjong (diotorisasi dengan Surat Keputusan
Direktur Pekerjaan Umum tanggal 9 November 1931
Nomor E 15/5/8-9, belum siap dikerjakan dengan biaya
f3.000,00).
II. Pekerjaan irigasi pemerintah yang telah diajukan rencana
pelaksanaannya kepada Direktur Pekerjaan Umum selama
tahun 1929-1932, akan tetapi belum diotorisasi berhubung
dengan penghematan.
1) Bagian pertama untuk pengaliran detail Krueng Idi
Rayeuk (dilanjutkan pada tanggal 20 Oktober 1930;
rencana biaya f 85.700,00).
Memori Umum Daerah Aceh...
54
2) Perbaikan pemasukan dan pengeluaran air Paya Rubee
(diajukan pada tanggal 14 Setember 1931; rencana biaya
f 59.000,00).
III. Pekerjaan-pekerjaan irigasi yang sebagian besar sudah
selesai dikerjakan, akan tetapi, berhubung dengan keadaan
masanya, tidak diajukan.
1) Perbaikan pengaliran air Krueng Geupeu dekat Leupung
(diusahakan agar sebagiannya dapat dikerjakan dengan
pekerjaan rodi, sementara sebagiannya lagi dengan
bantuan “dana-dana perawatan biasa”; kerajinan dan
animo rakyat sangat berkurang, sehingga – setelah
dipertimbangkan masak-masak oleh Imuem Teuku
Mansur Leupung – telah diputuskan untuk dihentikan
seluruh pekerjaan itu).
2) Perbaikan pembuangan air di dan sekeliling Kutaraja
(Ketua Dana Kota Kutaraja mempertimbangkan untuk
melaksanakan sebagian dari pekerjaan itu dengan biaya-
biaya dana tersebut).
3) Pembaruan akuaduk di Lueng Pangwa, wilayah Mereudu.
IV. Pekerjaan-pekerjaan irigasi yang selama masa 1929-
1932 baik seluruhnya maupun sebagian besarnya
dilaksanakan oleh penduduk sendiri tetapi dipimpin atau
dengan bantuan Dinas Pekerjaan Umum.
1) Pembuatan bendungan kasur (=matrassendam) di Krueng
Geupeu dekat Leupung, wilayah Lhok Nga.
2) Perluasan pengaliran air Krueng Jeulanga dan Krueng
Kiran dekat Jangka Buya, wilayah Bireuen.
3) Perbaikan pengaliran air Paya Laot di Peudada,
Kenegerian Samalanga, wilayah Bireuen.
4) Pembuatan tanggul penahan air asin dekat Alue Buya,
wilayah Bireuen.
5) Perbaikan pengaliran air Paya Kareueng dekat Bireuen,
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
55
wilayah Bireuen.
6) Perbaikan pengaliran air Alue Bobo sebelah kanan
Krueng Peusangan, wilayah Bireuen.
7) Perbaikan pembuangan air Paya Seunudōn, wilayah
Lhoksukōn.
V. Pekerjaan-pekerjaan irigasi yang selama masa 1929-1932
dilaksanakan oleh penduduk, akan tetapi dengan
mengikuti petunjuk-petunjuk Dinas Pekerjaan Umum.
1) Perluasan pengaliran air sebelah kanan Krueng
Samalanga, wilayah Bireuen.
2) Perbaikan pengaliran air Krueng Leubu, wilayah Bireuen.
VI. Pekerjaan-pekerjaan irigasi yang telah diperiksa luasnya
selama masa 1929-1932 akan tetapi belum selesai
diperbuat rencananya:
1) Perluasan pengaliran air Krueng Langkareung, wilayah
Seulimeum; tidak akan dilaksanakan.
2) Pelaksanaan pengaliran air Krueng Lam Panaih, wilayah
Selimuem.
3) Pelaksanaan pengaliran air waduk Cot Amut, wilayah
Sigli, yang akan dibuat lagi.
4) Pelaksanaan pengaliran air dari dua buah waduk dalam
kenegerian Panteraja, wilayah Meuredu; tidak akan
dilaksanakan.
5) Pelaksanaan pengaliran air Krueng Nalam, wilayah
Bireuen .
6) Perbaikan pengaliran air Krueng Peudada, wilayah
Bireuen.
7) Perbaikan pengaliran air waduk-waduk Sikamòh dan si
Jaloh di Peudada, wilayah Bireuen.
8) Perbaikan pengaliran air Paya Geudubang dan Paya Jagat,
dekat Bireuen.
Memori Umum Daerah Aceh...
56
9) Perbaikan pengaliran air Paya Minyeuk dan Paya Lipah
serta perluasan pengaliran air Krueng Peusangan, wilayah
Bireuen.
10) Pelaksanaan pengaliran air Krueng Leumut dan Krueng
Tuan dalam kenegerian Sawang, wilayah Lhokseumawe.
11) Pelaksanaan pengaliran air yang baik dari Krueng Pase,
wilayah Lhokseumawe dan Lhok Sukon.
12) Perbaikan pembuangan air areal sawah dekat Simpang
Ulim, wilayah Idi.
13) Perluasan daerah pengaliran air krueng Julok Cut,
wilayah Idi.
14) Pelaksanaan pengaliran air krueng Julok Rayeuk, wilayah
Idi.
15) Pelaksanaan pengaliran air Krueng Idi Cut, wilayah Idi.
16) Pelaksanaan pengairan air Alue Buya, wilayah Langsa.
17) Perbaikan pengaliran air Krueng Bakongan, wilayah
kenegerian bagian selatan Aceh.
18) Pelaksanaan pengaliran air Krueng Luas dalam
kenegerian Bakongan, wilayah kenegerian-kenegerian
bagian selatan Aceh.
Perhatian: Dalam daftar ini tidak dicantumkan dua buah
kelompok pekerjaan, yaitu:
1) Pekerjaan irigasi yang telah dilaksanakan oleh penduduk
tanpa campur tangan Dinas Pekerjaan Umum atau
sekurang-kurangnya dengan nasihat Dinas Pekerjaan
Umum;
2) Pekerjaan-pekerjaan irigasi yang telah dilaksanakan oleh
Dinas Pekerjaan Umum kenegerian tanpa campur tangan
Dinas Pekerjaan Umum atau sekurang-kurangnya
dengan nasihat Dinas Pekerjaan Umum (terutama dalam
daerah Kebupatian Aceh timur).
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
57
3. Penanaman Tanaman Bahan Makanan yang Lain
Penanaman tanaman palawija di Aceh pada umumnya
kurang berarti, kendatipun – disebabkan oleh malaise-
penduduknya sudah mulai menaruh perhatian kea rah itu.
Jagung dan kacang tanah ditanam di seluruh daerah Aceh dalam
jumlah yang sedikit, sementara ubi kayu dan ubi jalar ditanam
terutama oleh orang-orang Cina.
Sayur-sayuran hanya berarti di wilayah Takengon; yang
ditanam terutama sekali kacang merah, kubis, sesawi.
Penanaman jagung Menado baru mendapat perhatian penduduk
dalam wilayah ini.
Areal tanaman tebu semakin berkurang, terutama dalam
daerah Kebupatian Aceh Besar dan Pidie. Besar kemungkinan
disebabkan oleh sangat merosotnya harga mata barang ini,
sedangkan penduduk sudah mampu membeli gula pabrik.
4. Tanaman Perdagangan
a. Tanaman Setahun
Ke dalam kelompok tanaman perdagangan setahun
termasuk nilam, tembakau, dan kentang. Daerah Aceh Barat
adalah daerah nilam; tanaman ini setiap masa mengalami
tekanan berat. Harganya berangsur-angsur merosot dari f 10,00
menjadi f 4,00 per pikul. Minyak yang disuling dari daunnya -
di Tapak Tuan dan Meulaboh terdapat pabrik-pabrik kecil –
hanya berharga f 10,00 sekilo termasuk fusta. Akan tetapi,
pengolahan daun nilam tampaknya lebih menguntungkan; hanya
saja pabrik yang terdapat di Kutaraja kini sudah ditutup
disebabkan oleh kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan ketika
pembelian daun nilam.
Tembakau ditanam setelah panen padi terutama di sawah-
sawah yang tinggi letaknya. Tembakau tidak dikeluarkan; ia
diperlukan untuk pemakaian dalam negeri; tanaman tembakau
di ladang hanya dikerjakan di daerah-daerah Gayo dan Tanah
Alas.
Memori Umum Daerah Aceh...
58
Kentang ditanam di wilayah Takengon. Lambat-laun
daerah ini telah menjadi daerah penanaman kentang yang
penting. Tanaman ini ditanam di tanah-tanah hutan dan dapat
dianggap sebagai tanaman ladang. Jenis kentang yang ditanam
penduduk tidak tahan penyakit; oleh karenanya Dinas
Penyuluhan Pertanian merencanakan untuk memperbaiki
kualitasnya dengan jalan melakukan seleksi jenis-jenis lain yang
telah ada dan menganjurkan penduduk supaya memakai benih-
benih yang baik.
Penyakit yang paling banyak terdapat ialah penyakit
lendir dan kudis; pemasukan jenis kentang Jawa tidak membawa
perbaikan. Hanya dengan melakukan seleksi jenis-jenis yang
telah ada itu diharapkan dapat diperoleh jenis-jenis yang bagus.
Harganya bergerak dari f 3,00 per pikul di musim panen sampai
f 6,00 di luar musim panen.
b. Tanaman Lebih Setahun
1) Pinang
Harga pinang (ekspornya dalam bentuk pinang bulat dan
belah terutama dilakukan ke Penang!) sudah sangat
menurun dan berjumlah sampai lebih kurang f 2,50 per
pikul. Yang menarik ialah bahwa pinang yang berasal
dari Aceh Besar dewasa ini diekspor terutama sebagai
pinang belah, yang bermutu tinggi dijumpai Aceh Besar
dan Pidie.
2) Lada
Perluasan Tanaman ini tampak berarti dari banyaknya
yang ditanam dalam wilayah Sigli dan Meureudu.
Harganya dapat bertahan sampai f12,00 -- f 20,00 per
pikul. Terutama dalam wilayah Idi tanaman lada
mengalami penyakit yang parah, yaitu “geusong”
(=walangsangit) yang merusakkan pembuahannya
ketika masa berbunga dalam jumlah yang banyak sekali.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
59
Penyakit itu telah berjangkit sejak tiga tahun berturut-
turut yang mengakibatkan banyak petani lada
meninggalkan atau tidak mau mengusahakan kebun-
kebun lada mereka lagi.
3) Kelapa
Penduduk tetap menaruh perhatian kepada tanaman
kelapa, walaupun harga kopra telah menjadi f 3,50 per
100 kg; produksinya semakin bertambah karena kebun-
kebun baru yang diperbuat pada bekas-bekas kebun lada
telah mulai berproduksi. Disebabkan rendahnya harga
buah kelapa, maka sistem “mawah boh” (=memare buah)
beratambah-tambah juga. Dalam hal tersebut, yang
merawat kebun pemilik mendapat ganti rugi 50-60% dari
hasil buah kelapa ketika di panen.
4) Kopi
Tanaman kopi Arabika merupakan tanaman kopi
terpenting yang semakin luas diusahakan orang di
wilayah Takengon. Perhatian kepada kopi Robusta
sudah semakin mundur, pertama-tama disebabkan
sangat merosotnya harga kopi itu, akan tetapi juga
disebakan kesukaran-kesukaran yang dialami tanaman
ini di daerah-daerah rendah; kopi Robusta kurang baik
tumbuhnya di tanah-tanah rendah. Harga kopi Arabika
jauh lebih tetap (f 35,00 per 100 kg.) walaupun harganya
itu, jika di bandingkan dengan kopi perkebunan, masih
rendah (lebih kurang f 70,00 per 100 kg) .
5) Hevea dan fikus
Sejak beberapa waktu yang lalu sudah diusahakan untuk
memperluas tanaman ini. Harganya yang rendah itu telah
menyebabkan berkurangnya dilakukan penyadapan;
pemeliharaan kebun-kebun amat mengecewakan sekali
Memori Umum Daerah Aceh...
60
dan di sana sini orang sudah mulai menebang tanaman-
tanaman yang tidak berharga, sedang tanah bekas
tanaman itu dipergunakan untuk menanam padi atau
tanaman palawija. Kebun-kebun getah yang baik pun
sudah tidak lagi mempunyai arti penting bagi
perdagangan. Dewasa ini tanah-tanah yang ditanami
fikus dianggap sebagai hutan belantara.
6) Kapok
Tanaman ini pun sangat menyedihkan keadaannya.
Pabrik pembersih kapok di Tapak Tuan sudah ditutup;
akibatnya itu kemungkinan mengekspor kapok kotor
menjadi sangat merosot. Ekspornya hanya terdapat di
sana sini saja; walapun demikian kadangkala diterima
juga permintaan bibit-bibit kapok seleksi.
7) Cengkeh dan Pala
Harga cengkeh dapat bertahan; harganya lebih kurang
f70.00/kg. Terutama dalam wilayah Tapak Tuan
tanaman ini ditanam orang di tanah-tanah bekas ditebang
fikus. Kebun-kebun yang baru dibuka telah
mengeluarkan hasilnya dengan demikian pengeluaran
hasilnya semakin bertambah. Pala juga ditanam dalam
wilayah Tapak Tuan. Bunga pala masih bertahan
harganya, lebih kurang f 50,00 per 100 kg. Buah pala
hampir-hampir tidak menguntungkan lagi, f 7,00 per 100
kg.
5. Dinas Penyuluhan Pertanian
Keadaan pegawainya, berhubung dengan penghematan,
telah berkurang menjadi 2 orang pembantu konsulen pertanian,
seorang pejabat sementara pengawas pertanian, 2 orang mantri,
dan 2 orang mandor.
Seri Informasi Aceh XXXXII No.1, 2019
61
Selanjutnya telah saya beritahukan kepada Direktur
Departemen Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan bahwa
untuk daerah Aceh dipadai seorang konsulen pertanian (dewasa
ini terdapat 2 orang).
Tugas Dinas Penyuluhan Pertanian meliputi:
1) Pengadaan percobaan lapangan, yakni pembuatan percobaan
yang kecil-kecil dengan berbagai varietas tanaman,
percobaan seleksi, percobaan pemupukan, dan sebagainya.
2) Pengambilan ubinan untuk memperoleh keterangan-
keterangan yang dapat dijadikan bahan-bahan perbandingan.
3) Penyebaran benih-benih dan bahan-bahan tanaman, pupuk
buatan dan alat-alat pertanian.
4) Pemberian penyuluhan kepada petani-petani bumiputera
dengan jalan mengadakan kebun-kebun demonstrasi di
Gedubang, Blang Sentang, Gla, Lam Sie, Tangse, Blang
Rheue, Alue Lhok, dan Rambong Payong.
Percobaan-percobaan di kebun-kebun percobaan di Gla dan
Blang Rheue, disebabkan penghematan, tepaksa dihentikan.
Dalam wilayah Takengon, dengan bekerja sama dengan
pemilik-pemilik kebun kopi Arabika, telah dibuat kebun-
kebun menurut cara-cara teknis yang sebenarnya.
5) Pemberian jasa secara intensif dalam bidang pertanian
rakyat dan tanaman palawija.
6) Pembasmian atau pencegahan penyakit dan gangguan pada
tanaman-tanaman rakyat.
7) Pengadaan demonstrasi dengan alat-alat pertanian yang
lebih baik, seperti bajak muara, akan tetapi, karena terlalu
berat, tidak dapat menarik perhatian petani.
8) Pengadaan penyelidikan khusus, umpamanya sehubungan
dengan pemeliharaan ulat sutera Jepang yang diimpor,
enquĕte ladang dan sebagainya.
9) Penyebaran majalah-majalah pertanian, pemberian jasa-jasa
dalam hal pengadaan hutan-hutan cadangan serta
Memori Umum Daerah Aceh...
62
penyediaan tanah-tanah untuk maksud kolonialisasi, irigasi,
urusan kredit.
10) Penyebaran bibit-bibit sayur-sayuran dan tanaman-tanaman
lainnya.
11) Pemberian penyuluhan di bidang usaha-usaha perkebunan
rakyat.
6. Peternakan
1) Jumlah ternak besar.
Pada akhir tahun 1931 dalam daerah ini terdapat di
samping 139.685 ekor sapi dan 85.123 ekor kerbau.
Kuda berjumlah 2.108 ekor, terutama terdapat dalam
wilayah Takengon dan Gayo Lues.
2) Personalia Dinas Peternakan.
Personalia yang bertugas mengawasi Dinas Peternakan
terdiri atas seorang dokter hewan pemerintah dan 4 orang
dokter bumiputera dan sebagainya.
Kutaraja,
Gubernur Aceh dan daerah
takluknya yang meletakkan
jabatannya,
Dto.
A.H. Philips