repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11930/5/t1... · 2017-08-08 · kelompok...

26
22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Desa Penelitian Pada bagian ini diuraikan profil Desa Kuo, yaitu meliputi letak geografis, keadaan tanah, luas penggunaan lahan dan keadaan pertanian. Pada bagian ini juga diuraikan tentang gambaran umum keadaan penduduk meliputi umur, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan di Desa Kuo. Deskripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai hal yang mendasari perkembangan pertanian di Desa Kuo pada umumnya dan tentang efektivitas kelompok tani di Desa Kuo pada khususnya. 4.1.1 Letak Geografis Desa Penelitian Desa Kuo merupakan salah satu Desa yang sebagian besar penduduknya mengelola lahan pertanian. Desa Kuo secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Desa Kuo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara : Desa Barakang, Kecamatan Babana b. Sebelah selatan : Desa Polo Pangale, Kecamatan Pangale c. Sebelah timur : Desa Tommo, Kecamatan Tommo d. Sebelah barat : Desa Polo Pangale/Polo Lereng, Kecamatan Pangale Gambar 4.1. Peta Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat Secara geografis Desa Kuo memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut:

Upload: vuanh

Post on 24-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Penelitian

Pada bagian ini diuraikan profil Desa Kuo, yaitu meliputi letak geografis,

keadaan tanah, luas penggunaan lahan dan keadaan pertanian. Pada bagian ini

juga diuraikan tentang gambaran umum keadaan penduduk meliputi umur, mata

pencaharian, dan tingkat pendidikan di Desa Kuo. Deskripsi ini diharapkan dapat

memberikan gambaran tentang berbagai hal yang mendasari perkembangan

pertanian di Desa Kuo pada umumnya dan tentang efektivitas kelompok tani di

Desa Kuo pada khususnya.

4.1.1 Letak Geografis Desa Penelitian

Desa Kuo merupakan salah satu Desa yang sebagian besar penduduknya

mengelola lahan pertanian. Desa Kuo secara administrasi termasuk dalam wilayah

Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Desa

Kuo memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa Barakang, Kecamatan Babana

b. Sebelah selatan : Desa Polo Pangale, Kecamatan Pangale

c. Sebelah timur : Desa Tommo, Kecamatan Tommo

d. Sebelah barat : Desa Polo Pangale/Polo Lereng, Kecamatan Pangale

Gambar 4.1. Peta Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju, Sulawesi

Barat

Secara geografis Desa Kuo memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat

pemerintahan) adalah sebagai berikut:

23

a. Jarak ke ibu kota Kecamatan : 5 km

b. Jarak ke ibu kota Kabupaten : 50 km

c. Jarak ke ibu kota Provinsi : 94 km

Berdasarkan data monografi Desa Kuo 2015, luas Desa Kuo adalah 2.500

ha/m2

yang terbagi menjadi 6 Dusun meliputi Rawa Pandang, Rawa Tanjung,

Mamuji, Wonorejo, Purwodadi dan Kampung Baru yang terdiri dari 23 Rt. Luas

tanah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan baik jalan, sawah, perkebunan,

pemukiman, bangunan umum, peternakan dan pemakaman. Desa Kuo mempunyai

keadaan tanah yang tergolong dalam dataran rendah, sedangkan suhu udara rata-

rata yang dimiliki adalah 26oC dengan curah hujan 180mm/th.

4.1.2 Keadaan Tanah dan Luas Penggunaan Lahan

Luas keseluruhan Desa Kuo adalah 2.500 Ha, yang terdiri dari tanah

sawah dan tanah kering. Selanjutnya untuk mengetahui jenis penggunaan lahan

Desa Kuo dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Desa Kuo Penggunaan lahan Luas (Ha) Persentase

Persawahan 1,322 59,95 %

Sawah belum jadi 600 27,21 %

Perkebunan 170 7,70 %

Pekarangan 113 5,12 %

Tanah lapang - -

Lahan kuburan - -

Untuk umum - -

Jumlah 2205 100 %

Sumber : Data Monografi Desa Kuo 2015

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jenis penggunaan tanah yang paling

luas digunakan adalah persawahan yaitu 1,322 (59,95%) dari keseluruhan luas

lahan. Sehingga di Desa kuo tanaman yang lebih banyak diproduksi adalah padi

yang juga merupakan tanaman pokok di Desa kuo. Untuk tanaman lain seperti

sayuran, buah-buahan hanya sebagian kecil di tanam di pekarangan masing-

masing, sedangkan untuk tanaman perkebunan hanya terdapat disebagian lahan

tetapi tidak semua masyarakat atau petani memiliki lahan perkebunan.

24

4.1.3 Keadaan Penduduk

Gambaran keadaan penduduk Desa Kuo diperoleh dari data monografi

Desa sampai bulan Desember 2015. Gambaran umum penduduk meliputi

distribusi berdasarkan umur, berdasarkan mata pencaharian, dan distribusi

penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

Jumlah penduduk Desa Kuo sampai bulan Desember 2015 adalah

sebanyak 2575 jiwa, terdiri dari 1340 Laki-laki dan 1235 Perempuan dengan

jumlah kepala keluarga 722 KK.

Menurut Bintarto dalam Cahyadi (2002), penduduk diklasifikasikan

sebagai umur belum produktif (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun), dan

umur tidak produktif (lebih dari 65 tahun). Adapun distribusi pendudukDesaKuo

berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur Kelompok umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persen (%)

0 - 3 167 6,49 %

4 - 6 115 4,46 %

7 – 12 280 10,88 %

13 – 16 206 8,01 %

17 – 19 144 5,59 %

20 - 24 248 9,64 %

25 – 29 207 8,04 %

30 – 34 243 9,44 %

35 – 39 195 7,57 %

40 – 44 184 7,15 %

45 – 49 163 6,33 %

50 – 54 134 5,20 %

55 – 59 88 3,42 %

60 – 64 77 2,99 %

65 – 69 65 2,52 %

70 – 74 24 0,93 %

>75 33 1,28 %

Jumlah 2575 100 %

Sumber : Data Monografi Desa Kuo, 2015

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 2573 orang penduduk yang

termasuk golongan umur produktif (15-64 tahun) ada 1807 orang (70,22 %),

sedangkan untuk umur non produktif (<15 tahun dan diatas 64 tahun) ada 890

orang (34,58%).

Penduduk Desa Kuo memiliki beragam mata pencaharian, semakin banyak

mata pencaharian di suatu daerah maka semakin banyak lapangan pekerjaan yang

25

tersedia sehingga semakin banyak menyerap tenaga kerja.Selain bertani,

penduduk Desa Kuo juga bekerja diluar sektor pertanian yaitu sebagai Pegawai

Negeri Sipil, Pedagang, dan lain-lain. Adapun distribusi penduduk berdasarkan

mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian utama Jumlah (jiwa) Persen (%)

Petani 82 15,61 %

PNS 11 2,09 %

Pegawai swasta 13 2,47 %

Wiraswasta 7 1,33 %

Belum bekerja 236 44,95 %

Tidak bekerja 6 1,14 %

Pedagang 33 6,28 %

Pekerja lepas 11 2,09 %

Lainnya 126 24 %

Jumlah 525 100 %

Sumber : Data Monografi Desa Kuo, 2015

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang aktif

bekerja 283 orang, ini berarti 53,90% dari jumlah penduduk umur produktif.

Dengan demikian, ada 242 orang (46,09%) penduduk umur produktif yang belum

dan tidak bekerja. Mereka belum bekerja dikarenakan sudah pensiun ataupun

memang belum mendapatkan pekerjaan tetapi mereka mengerjakan usaha tani

sebagai sampingannya sedangkan yang tidak bekerja penduduk tersebut masih

duduk dibangku sekolah.

Diukur dari aspek pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka

kualitas penduduk akan semakin baik. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin

kesadaran masyarakatakan pentingnya pendidikan. Apabila tingginya tingkat

pendidikan diiringi dengan kesadaran yang tinggi pula, maka bukan hal yang

mustahil jika dapat mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin

baik pula.

Tingkat pendidikan di Desa Kuo cukup beragam mulai dari pendidikan

umum, khusus, dan tidak sekolah.Untuk lebih jelasnya distribusi pendidikan dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

26

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persen (%)

Tamat SD 711 28,40 %

Tamat SMP/sederajat 301 12,02 %

Tamat SMA/sederajat 199 7,95 %

Perguruan tinggi 107 4,27 %

Tidak tamat sekolah 373 14,90 %

Masih sekolah

SD/SMP/SMA/PT 570 22,77 %

Belum sekolah 242 9,66 %

Jumlah 2503 100 %

Sumber : Data Monografi Desa Kuo, 2015

Dari Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Kuo

sudah mengenyam pendidikan, meskipun ada yang tidak tamat sekolah sebanyak

14,90%.Penduduk Desa Kuo yang mengenyam pendidikan terbanyak adalah

tamatan SD yaitu 711 orang (28,40%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan di

Desa Kuo dapat dikatakan masih rendah. Meskipun sebagian besar responden

hanya sampai pada pendidikan dasar, namun memiliki kemampuan untuk

membaca dan menulis yang baik, setidaknya hal ini dapat menunjang kelancaran

aktivitas kelompok. Tetapi dalam hal ini masih ada beberapa juga yang sedang

dalam penyelesaian pendidikan sehingga dapat memajukan tingkat pendidikan

yang ada di Desa Kuo menjadi lebih baik dari sebelumnya.

4.1.4 Keadaan Pertanian dan Kelompok Tani

Kondisi pertanian yang baik harus didukung dengan ketersediaan lahan

pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi yang tepat guna dan sumber daya

manusia yang handal. Desa Kuo memiliki potensi yang besar dalam sektor

pertanian karena kondisi alam yang mendukung. Hal ini akan berjalan lebih baik

lagi jika para petani di Desa Kuo mampu meningkatkan kemampuan yang

dimiliki dalam berusahatani. Dalam satu tahun mengalami 2 kali musim tanam.

Pola tanam yang digunakan hanyalah padi-padi tanpa ada pergiliran tanaman

dengan tanaman lain. Hal ini terjadi karena kondisi lahan yang kurang

memungkinkan dan juga beberapa petani kurang berinisiatif untuk melakukan

pergiliran tanam dikarenakan kondisi tenaga kerja dan biaya.

Selain bercocok tanam padi, penduduk Desa Kuo juga berusaha tani di

kebun maupun pekarangan dengan bercocok tanam sayuran, lombok, ketela

27

pohon, jagung, pisang maupun tanaman pangan lainnya. Walaupun tidak

menanam dalam jumlah banyak, namun dapat memenuhi kebutuhan mereka

sehari-hari. Pemanfaatan pada lahan perkebunan hanya terdapat sebagian kecil

lahan, dikarenakan tidak semua masyarakat atau petani memiliki lahan

perkebunan.

Berdasarkan data Desa Kuo memiliki 20 kelompok tani yang terdiri dari

16 kelompok tani pria dan 4 kelompok tani wanita, dengan masing-masing

kelompok memiliki 25 anggota yang secara keseluruhan didominasi oleh laki-laki.

Kelompok tani Desa Kuo di dominasi oleh anggota yang memiliki umur 46-60

tahun dan juga memiliki anggota yang berumur dibawah 45 tahun, tetapi umur ini

hanya terdapat pada beberapa kelompok tani saja.

Secara keseluruhan, kelompok tani padi di Desa Kuo melakukan

pertemuan rutinnya pada saat sebelum memulai musim tanam dan sebelum

melakukan pemanenan. Pertemuan rutin yang diadakan kurang mendapat respon

yang baik dari seluruh anggota, sehingga pada saat pertemuan hanya beberapa

anggota kelompok saja yang menghadiri pertemuan dan pertemuan kelompok tani

padi ini juga biasanya dihadiri oleh petugas penyuluh lapangan (PPL). Akan

tetapi, pada saat ada kegiatan kelompok seperti pembangunan sarana, pembagian

pupuk, maupun pembagian bantuan yang lain yang didapatkan dari pemerintah

ataupun kegiatan lain yang dibuat, anggota kelompok masih merespon dengan

baik sehingga kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat berjalan. Pada

pertemuan ini juga kelompok biasanya berkewajiban untuk membayar iuran rutin

yang nantinya dapat dipinjamkan kepada anggota untuk membantu usahataninya,

namun demikian kegiatan ini belum berjalan dengan rutin.

Untuk mengetahui gambaran bagaimana susunan kelompok tani dan

pembagian kelompok tiap Dusunnya di Desa Kuo, dapat dilihat pada Tabel 4.5

dibawah ini.

28

Tabel 4.5 Susunan Pembagian Kelompok Tani Tiap Dusun di Desa Kuo Kelompok Tani Nama Kelompok Dusun Nama Ketua Umur(th)

Kelompok Muda Sido Mukti Rawa Pandang Rudi 39

Sabar Subur Mamuji Ahmad 39

Subur Kampung Baru Anto 38

Tani Maju Purwodadi Purwanto 37

Baru Muncul Rawa Tanjung Suardi 40

Kelompok Dewasa Karya Baru Rawa Tanjung Wayan Hasil 50

Setia jaya Wonorejo Suardi 53

Sumber Lestari Wonorejo Sapto 50

Tirto Langgeng Rawa Pandang Sarmono 58

Sumber Tani Mamuji Mariyanto 50

Tani Makmur Kampung Baru Sukiran 58

Tunas Harapan Rawa Pandang Rosyid 49

Rawamulyo Rawa Tanjung Wayan S. 49

Tani Mulyo Purwodadi Wagiman 50

Karya Rejeki Purwodadi Marno 51

Bina Laksana Mamuji Sutari 52

Sumber : Profil Kelompok Tani Desa Kuo, 2015

4.2 Karakteristik Petani Responden

4.2.1. Perbandingan umur petani

Dalam penelitian ini, petani responden adalah petani padi yang ada di

Desa Kuo. Selanjutnya, untuk mengetahui lebih lengkap tentang karakteristik

responden akan diuraikan berdasarkan umur petani, dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Perbandingan Karakteristik Responden Petani Berdasarkan Umur

Kategori Umur Kelompok Muda

Kategori Umur Kelompok dewasa

Jumlah Persen Jumlah Persen

21-25 1 3,33 % 46-50 19 63,33 %

26-30 12 40 % 51-55 6 20 %

31-35 8 26,67 % 56-60 3 10 %

36< 9 30 % 61< 2 6,67 %

30 100% Total 30 100%

Rata-rata Umur 31 Tahun 53 Tahun

Uji Beda 0,000*

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Keterangan : *) berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%

Menurut Widiarti (2010), umur merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh pada keberhasilan suatu usaha. Berdasarkan distribusi umur pada

tabel 4.6 didapatkan hasil 0,000 yang secara statistik terdapat perbedaan nyata

antara kelompok tani muda dan kelompok tani dewasa karena berada dibawah sig.

0,05. Untuk kelompok tani dewasa lebih didominasi umur 46-50 tahun sedangkan

kelompok tani muda didominasi umur 26-30 tahun. Dengan melihat kelompok

umur responden di atas, maka dapat dikatakan sebagian besar responden tergolong

29

dalam umur produktif. Umur yang masih produktif biasanya masih mempunyai

semangat yang lebih besar dibandingkan umur yang non produktif, sehingga umur

produktif sangat potensial untuk lebih meningkatkan peran sertanya dalam setiap

kegiatan.

4.2.2. Perbandingan Tingkat Pendidikan

Menurut Widiarti (2010), pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap pola pikir petani dalam menjalankan usahataninya dan dalam

pengambilan keputusan dalam usahatani padi. Untuk mengetahui lebih lengkap

dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Perbandingan Karakteristik Responden Petani Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Kategori Kelompok Muda Kelompok dewasa

Jumlah Persen Jumlah Persen

SD 10 33,33 % 13 43,33 %

SMP 13 43,33 % 8 26,67 %

SMA 6 20 % 7 23,33 %

SARJANA 1 3,33 % 2 6,67 %

Total 30 100 % 30 100%

Rata-rata Pendidikan SMP SMP

Uji Beda 1,00ns

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Keterangan : ns

) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%

Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan diatas dapat diketahui bahwa

terdapat jumlah yang tidak berbeda pada tingkat pendidikan antara kelompok tani

muda dan kelompok tani dewasa. Dapat dilihat bahwa pada kelompok tani muda,

jumlah anggota yang tergabung dalam kelompok didominasi lulusan SMP 13

orang (43,33%). Berbeda dengan kelompok dewasa yang didominasi oleh anggota

yang mempunyai lulusan SD sekitar 13 orang (43,33%) yang berarti pada

kelompok tani muda dan kelompok dewasa anggota yang memiliki pendidikan

derajatnya tidak beda jauh.

Dari hal tersebut dapat dikatakan, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

kualitas sumber daya manusia, umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan

biasanya pola berpikir juga akan semakin maju.

30

4.2.3. Perbandingan Kepemimpinan

Pada Tabel 4.8, menunjukkan hasil penilaian responden terhadap

kepemimpinan kelompok yang disusun berdasarkan indikator pada instrumen

penelitian.

Tabel 4.8 Indikator Penilaian Responden Terhadap Kepemimpinan

Kategori Indikator pernyataan responden (muda)

1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %

SS 5 16,67 7 23,33 7 23,33 6 20 10 33,33 8 26,67

S 13 43,33 7 23,33 13 43,33 14 46,67 14 46,67 9 30

N 7 23,33 13 43,33 7 23,33 10 33,33 5 16,67 13 43,33

TS 4 13,33 3 10 3 10 0 0 1 3,33 0 0

STS 1 3,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%

Kategori Indikator pernyataan responden (dewasa)

1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %

SS 3 10 1 3,33 6 20 3 10 4 13,33 4 13,33

S 17 56,67 11 36,67 7 23,33 7 23,33 7 23,33 8 26,67

N 6 20 14 46,67 13 43,33 20 66,67 19 63,33 18 60

TS 3 10 4 13,33 4 13,33 0 0 0 0 0 0

STS 1 3,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%

Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Keterangan : SS: Sangat Setuju

S : Setuju

N: Netral

TS: Tidak Setuju

STS: Sangat Tidak Setuju

1: Ketua bersikap yang adil

2: Membimbing dan mendampingi anggota

3: Ketua selalu terlibat dalam kegiatan

4: Mau menerima kritik dan saran

5: Mau mendengar keluhan anggota

6: Berani mengambil keputusan

Berdasarkan hasil Tabel 4.8, maka dapat diketahui perbandingan

efektivitas kepemimpinannya. Pada kelompok muda sebagian besar responden

menjawab setuju terhadap kepemimpinannya seperti yang terlihat pada Tabel 4.8

dikarenakan pada gaya pemimpin dan peranannya pemimpin kelompok muda

memiliki komunikasi yang baik serta sering berinteraksi dengan anggotanya.

Sedangkan, Pada kelompok tani dewasa dilihat skor pada tiap indikatornya

jawaban petani menunjukkan netral, dapat dikatakan bahwa anggota kelompok

dewasa tidak terlalu sering bertatap muka ataupun beriteraksi dengan pemimpin

ini juga disebabkan karena pertemuan yang diadakan hanya saat akan diadakan

kegiatan. Setiap ketua kelompok tani bertugas untuk membagikan bantuan yang

31

didapat dari pemerintah yang dibantu oleh petugas penyuluh lapangan (PPL)

misalnya pada pembagian pupuk, pestisida, maupun bantuan prasarana lainnya,

dan juga ketua selalu ada dalam tiap kegiatan untuk bekerjasama dan

mendampingi anggota sehingga dapat meningkatkan efektivitas kelompoknya.

Tingkat perbandingan tinggi rendahnya efektivitas kepemimpinan kelompok,

didapat dari skor atau penilaian atas tanggapan atau jawaban yang diberikan oleh

responden seperti yang terlihat pada Tabel 4.8. Efektivitas kepemimpinan

kelompok dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah, hal ini

dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Analisis Tingkat Perbandingan Kepemimpinan Kelompok Tani

Kategori Skor

Kelompok muda Uji beda

Jumlah Persen Rata-rata skor

Tinggi 26 - 30 4 13,33 %

23

0,137ns

Sedang 21 – 25 20 66,67 %

Rendah 16 – 20 6 20 %

Total 30 100 %

Kategori Skor Kelompok dewasa

Jumlah Persen Rata-rata skor

Tinggi 27 – 30 1 3,33 %

23 Sedang 22 – 26 9 30 %

Rendah 17 – 21 20 66,67 %

Total 30 100 %

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Keterangan : ns

) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%

Berdasarkan dari Tabel 4.9 dapat diketahui tidak terdapat perbedaan nyata

antara dua kelompok dapat dilihat, pada kelompok muda menunjukkan bahwa ada

20 responden termasuk dalam kategori sedang, sehingga dapat dikatakan

kelompok tani muda ini kepemimpinannya cukup baik dikarenakan dari

pemimpin maupun anggotannya mau lebih aktif untuk berinteraksi satu sama lain,

koordinasi antara pemimpin dan anggotanya jadi lebih efektif sehingga pada saat

melakukan pertemuan kelompok rutin anggota bisa datang menghadiri pertemuan

tersebut tetapi tetap saja tidak semua anggota mau menghadiri pertemuan yang

diadakan. Sedangkan, bahwa ada 20 responden yang termasuk dalam kategori

rendah pada kelompok dewasa yang menunjukkan bahwa kepemimpinan

kelompok dewasa kurangnya interaksi antara anggota dengan pemimpinnya

ataupun sebaliknya pemimpin dengan anggotanya. Mereka hanya bertatap muka

pada saat pertemuan kelompok yang diadakan, tetapi tidak semua anggota hadir

32

dalam pertemuan tersebut. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian

Sudarwan (2004), dimana keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin tidak

hanya ditentukan oleh diri sendiri, akan tetapi juga ditentukan oleh akumulasi

subsistem yang terlibat, yaitu pemimpin dan seperangkat potensinya, karakteristik

bawahan/anggota, karakteristik situasi, dan kondisi organisasi. Keberhasilan

sebuah organisasi mengandung arti keberhasilan pemimpin organisasi dan juga

keberhasilan individu atau kelompok yang dipimpinnya.

4.2.4. Perbandingan Komunikasi Antarpribadi

Indikator keefektifan sebuah kelompok adalah keterlibatan setiap anggota

dalam mengemukakan pendapatnya. Jika situasi dan kondisi kelompok semakin

memungkinkan untuk keterlibatan tiap anggota, kelompok tersebut dapat

dikatakan efektif (Soraya, 2010). Pada Tabel 4.10, menunjukkan hasil penilaian

responden terhadap komunikasi antar pribadi yang di susun berdasarkan indikator

instrumen penelitian sebagai berikut.

Tabel 4.10 Indikator Penilaian Responden Terhadap Komunikasi Antar Pribadi

Kategori Indikator pernyataan responden (muda)

1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %

SS 10 33,33 1 3,33 13 43,33 2 6,67 14 46,67 3 10

S 16 53,33 12 40 12 40 11 36,67 9 30 12 40 N 4 13,33 15 50 4 13,33 15 50 6 20 13 43,33

TS 0 0 2 6,67 1 3,33 2 6,67 1 3,33 2 6,67

STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%

Kategori Indikator pernyataan responden (dewasa)

1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %

SS 8 26,67 3 10 4 13,33 1 3,33 4 13,33 2 6,67

S 14 46,67 6 20 11 36,67 15 50 11 36,67 19 63,33 N 3 10 15 50 13 43,33 12 40 15 50 9 30

TS 5 16,67 6 20 2 6,67 2 6,67 0 0 0 0

STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Keterangan : SS: Sangat Setuju

S : Setuju

N: Netral

TS: Tidak Setuju

STS: Sangat Tidak Setuju

1: Saling bertukar pikiran

2: Saling membantu

3: Saling bekerjasama saat kegiatan

4: Saling memberikan saran

5: Saling menghargai pendapat

6: Saling mendukung

33

Berdasarkan hasil Tabel 4.10, maka dapat diketahui persentase dari

efektivitas komunikasi antar pribadi yang diketahui bahwa pada kelompok muda

jawaban responden terhadap komunikasi antar pribadi ada 13-14 orang yang

sangat setuju bahwa komunikasi sering dilakukan meskipun diluar kegiatan yang

diadakan oleh kelompok. Sedangkan responden kelompok dewasa terhadap

komunikasi antar pribadi ada yang setuju dan netral dengan jumlah responden

yang setuju adalah 14-19 orang dan yang netral ada 13-15 orang yang

menunjukkan bahwa beberapa anggota sering berkomunikasi diluar kegiatan yang

dilakukan kelompok dan beberapa hanya berkomunikasi saat pertemuan

kelompok. Tiap anggota memiliki caranya tersendiri untuk menceritakan segala

masalah yang dihadapi saat berusaha tani untuk mendapatkan solusi dengan

bertukar pikiran, membagikan informasi baru yang didapat dan dukungan dari

orang disekitarnya sehingga usahatani yang dijalankan tidak merosot sendiri tetapi

menjadi maju secara bersama-sama, tetapi ada juga petani yang saat bertemu

dengan teman sesama petani untuk bercerita masalah mereka.

Untuk selanjutnya dilakukan perbandingan tingkat efektivitas komunikasi

antar pribadi. Tingkat perbandingan tinggi rendahnya efektivitas komunikasi,

didapat dari skor atau penilaian atas tanggapan atau jawaban yang diberikan oleh

responden seperti yang terlihat pada Tabel 4.10. Efektivitas komunikasi antar

pribadi dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. dapat dilihat

pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Analisis Tingkat Perbandingan Komunikasi Antarpribadi

Kategori Skor

Kelompok muda Uji beda

Jumlah Persen Rata-rata skor

Tinggi 26 – 29 5 16,67 %

23,5

0,733 ns

Sedang 22 – 25 18 60 %

Rendah 18 – 21 7 23,33 %

Total 30 100 %

Kategori Skor Kelompok dewasa

Jumlah Persen Rata-rata skor

Tinggi 25 – 28 4 13,33 %

21,5 Sedang 21 – 24 15 50 %

Rendah 17 – 20 11 36,67 %

Total 30 100 %

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Keterangan : ns

) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%

Berdasarkan dari Tabel 4.11 diketahui tidak terdapat perbedaan yang nyata

antara komunikasi antara dua kelompoknya, pada kelompok muda terlihat ada 18

34

responden termasuk kedalam kategori sedang, begitu pula dapat dilihat bahwa ada

15 responden kelompok tani dewasa yang termasuk dalam kategori sedang

sehingga dapat dikatakan para anggota kelompok tani muda dan dewasa ini

menunjukkan efektivitas komunikasi kelompok muda dan dewasa berlangsung

dengan sekedarnya saja dalam artian bahwa, tiap anggota berkomunikasi ketika

benar-benar dalam keadaan membutuhkan atau sesekali bertemu dalam kegiatan

yang diadakan kelompok.

Efektivitas komunikasi antarpribadi tersebut akan memberikan pengaruh

positif bagi kegiatan kelompok jika lebih sering dilakukan. Hal tersebut didukung

oleh penelitian menurut Effendy dalam Burhanudin (2015) mengatakan,

komunikasi antarpribadi karena situasinya bertatap muka (face to face

communication), maka komunikasi ini dianggap sebagai jenis komunikasi yang

paling efektif untuk mengubah sikap, dan perilaku seseorang.

4.3 Analisis Perbandingan Efektivitas Kelompok Tani

Efektivitas kelompok tani merupakan sebuah capaian yang dirasakan oleh

kelompok dalam melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuannya. Seperti

halnya di Desa Kuo, para petani yang tergabung dalam kelompok tani dewasa

maupun kelompok tani muda memiliki kepuasan tersendiri dalam mencapai

tujuan mereka baik secara pribadi dan juga kelompok.

Pada Tabel 4.12, menunjukkan hasil penilaian responden terhadap

efektivitas kelompok yang disusun berdasarkan indikator instrumen penelitian.

Tabel 4.12 Indikator Penilaian Responden Terhadap Efektivitas Kelompok

Kategori Indikator pernyataan responden (muda)

1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %

SS 6 20 1 4 4 13,33 2 6,67 4 13 4 13,33

S 13 43,33 8 20 20 66,67 12 40 15 50 8 26,67

N 9 30 18 60 6 20 6 20 7 23,33 8 26,67 TS 2 6,67 3 10 0 0 5 16,67 4 13,33 7 23,33

STS 0 0 0 0 0 0 5 16,67 0 0 3 10

Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%

Kategori Indikator pernyataan responden (dewasa)

1 % 2 % 3 % 4 % 5 % 6 %

SS 15 50 1 3,33 3 10 2 6,67 1 3,33 3 10

S 12 40 7 23,33 18 60 7 23,33 23 76,67 19 63,33

N 3 10 14 46,67 7 23,33 8 26,67 6 20 5 16,67 TS 0 0 8 26,67 2 6,67 11 36,67 0 0 2 6,67

STS 0 0 0 0 0 0 2 6,67 0 0 1 3,33

Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

35

Keterangan : SS: Sangat Setuju

S : Setuju

N: Netral

TS: Tidak Setuju

STS: Sangat Tidak Setuju

1: Program pemerintah mendukung keterampilan

2: Ada kerjasama dalam memanfaatkan saprodi

3: Meningkatkan kemampuan dan keterampilan

4: Kebutuhan saprodi terpenuhi

5: Terbantu dalam Meningkatkan hasil

6: Terbantu dalam mengatasi hama dan penyakit

Berdasarkan hasil Tabel 4.12, maka dapat diketahui persentase dari

efektivitas kelompok tani dari kategori kepuasan dan produktivitas, pada

kelompok muda pada indikator kepuasan ada 43,33% dan 66,67% orang yang

merasa puas meningkatkan kemampuan kerja petani dan 40%, 50% dan 26,67%

setuju dengan bantuan yang ada dalam kelompok ini dikarenakan kelompok muda

merasa terbantu meskipun tidak secara keseluruhan bantuan pemerintah

mencukupi. Sedangkan pada kelompok dewasa ada 50% orang yang sangat setuju,

60% yang setuju dan 46,67% yang netral ini menunjukkan bahwa kategori

kepuasan kelompok dewasa merasa puas terhadap hal yang mendukung dalam

kelompok tani mereka. Begitu juga dengan produktivitas kelompok ada 76,67%

dan 63,33% orang yang setuju terhadap bantuan yang menunjang kebutuhan

anggota dalam kelompok tetapi ada juga 36,67% orang yang tidak sepakat dengan

anggota lain terhadap indikator yang mengatakan bahwa kebutuhan saprodi masih

belum mencukupi untuk mereka. Kelompok tani Desa Kuo terbantu dengan

adanya bantuan yang diberikan pemerintah seperti sarana dan prasarana untuk

mempermudah perkembangan kelompok, petani secara keseluruhan dapat

meningkatkan kemampuan dalam berusahatani dan keterampilannya untuk

mengelola usahataninya sehingga mampu mengatasi masalah dalam usahatani

seperti masalah hama dan penyakit, masalah perkembangan produksi dan

kesejahtraan petani.

Setelah melihat hasil persentasi kelompok selanjutnya dilakukan

perbandingan tingkat efektivitas kelompoknya. Tingkat perbandingan tinggi

rendahnya efektivitas kelompok tani didapat dari penilaian atas jawaban yang

diberikan oleh responden seperti yang terlihat pada Tabel 4.12. Efektivitas

36

kelompok tani dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah dapat

dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Analisis Tingkat Perbandingan Efektivitas Kelompok Tani

Kategori Skor Kelompok muda

Uji beda Jumlah Persen Rata-rata skor

Tinggi 25 – 29 5 16,67 %

21

0,771ns

Sedang 19 – 24 15 50 %

Rendah 13 – 18 10 33,33 %

Total 30 100 %

Kategori Skor Kelompok dewasa

Jumlah Persen Rata-rata skor

Tinggi 23 – 26 12 40 %

20,5 Sedang 19 – 22 16 53,33 %

Rendah 15 – 18 2 6,67 %

Total 30 100 %

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Keterangan : ns

) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%

Berdasarkan dari Tabel 4.13, menunjukkan bahwa efektivitas kelompok

muda dan dewasa kurang lebih 50% merasakan tercapainya tujuan mereka dalam

kelompok dengan kategori kepuasan dan produktivitas yang disertai dengan

adanya pemimpin yang baik dan komunikasi yang baik antar kelompok dan

anggota cukup menunjang pada 2 MT sebelumnya. Meskipun pada dua kelompok

tani muda dan kelompok tani dewasa ini pada musim tanam ini merasakan

kerugian dikarenakan cuaca yang tidak mendukung dan kemarau panjang yang

mengakibatkan bibit, pupuk, bahkan biaya untuk usahatani mereka terbuang sia-

sia, tetapi dari semua responden masih ada beberapa yang dapat berhasil

menerima hasil tanam mereka walaupun tidak sebaik hasil mereka di musim

tanam sebelum-sebelumnya.

Sudarwan (2004), menyatakan bahwa, hal-hal yang menjadi penentu

kepuasan bagi seseorang, belum tentu sama bagi yang lain. Seseorang dapat

dipuaskan oleh sesuatu belum tentu sesuatu itu dapat memuaskan orang lain,

kadang-kadang sebagian anggota kelompok sangat efektif dan anggota kelompok

lainnya tidak. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan

dan produktivitas anggota pada kelompok yang tergolong keefektifannya tinggi

relatif lebih baik.

37

4.4 Hasil Analisis Path

4.4.1. Hasil Analaisis Path Kelompok Tani Muda

Sebelum menganalisis pengaruh diantara umur, kepemimpinan,

komunikasi dengan efektivitas, diperlukannya untuk mengetahui analisis

hubungan struktural dari variabel-variabel tersebut.

Tabel 4.14 Hubungan Antara Umur, Kepemimpinan, Komunikasi Dan Efektivitas

Muda Variabel korelasi dewasa X1 X2 X3 Y

X1 1,000 0,145 0,050 0,094

X2 0,145 1,000 0,094 0,621**

X3 0,050 0,094 1,000 0,320

Y 0,094 0,621**

0,320 1,000

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Keterangan: **) Berhubungan sangat nyata pada p= 0,05

*) Berhubungan nyata pada p= 0,01

X1 = Umur

X2 = Kepemimpinan

X3 = Komunikasi antar pribadi

Y = Efektivitas kelompok

Selanjutnya mengetahui pengaruh pada tiap variabel, dapat dilihat pada

hasil perhitungan dengan menggunakan analisi path seperti pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Hasil Analisis Path Kelompok Muda

Hipotesa Variabel

eksogen

Variabel

endogen (β) thitung

P-

value Ket.

Koefisien

determinasi

(R2)

A Umur Kepemimpinan 0,145 0,776 0,444 Tidak

signifikan 2,1 %

B Umur Komunikasi

antarpribadi 0,050 0,264 0,794

Tidak

signifikan 0,2 %

C Umur Efektivitas

kelompok 0,094 0,497 0,623

Tidak

signifikan 0,9 %

D Kepemimpinan Komunikasi

antarpribadi -0,008 -0,004 0,996

Tidak

signifikan 0 %

E Kepemimpinan Efektivitas 0,624 4,543 0,000 Signifikan 49,1 %

F Komunikasi

antarpribadi Efektivitas 0,326

2,372

0,025 Signifikan 49,1 %

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

38

1. Hipotesa A menunjukkan pengaruh langsung umur petani terhadap variabel

kepemimpinan dari nilai koefisien (β) sebesar 0,145 dan thitung sebesar 0,776.

Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,444 (p>α) H0

diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak

siginifikan variabel umur terhadap variabel kepemimpinan ditolak dengan

kontribusi sebesar 2,1 %.

2. Hipotesa B menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel

komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar 0,050 dan thitung sebesar

0,264. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,794 (p>α)

H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak

siginifikan variabel umur terhadap variabel komunikasi antarpribadi ditolak

dengan kontribusi sebesar 0,2 %.

3. Hipotesa C menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel

efektivitas dari nilai koefisien (β) sebesar 0,094 dan thitung sebesar 0,497.

Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,623 (p>α) H0

diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak

siginifikan variabel umur terhadap variabel efektivitas kelompok ditolak

dengan kontribusi sebesar 0,9 %.

4. hipotesa D menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap

variabel komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar -0,008 dan

thitung sebesar -0,004. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar

0,996 (p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh

yang tidak siginifikan variabel kepemimpinan terhadap variabel komunikasi

antarpribadi ditolak dengan kontribusi sebesar 0 %.

5. Hipotesa E menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap

variabel efektivitas dengan nilai koefisien (β) sebesar 0,624 dan thitung sebesar

4,543. Pengaruh ini signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,000 (p<α) H0

ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh siginifikan antara

variabel kepemimpinan terhadap variabel efektivitas diterima dengan

kontribusi sebesar 49,1 %.

6. Hipotesa F menunjukkan pengaruh langsung variabel komunikasi antarpribadi

terhadap variabel efektivitas kelompok dari nilai koefisien (β) sebesar 0,326

39

dan thitung sebesar 2,372. Pengaruh ini signifikan dengan nilai p-value sebesar

0,025 (p<α) H0 ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh

yang siginifikan antara variabel komunikasi antarpribadi terhadap variabel

efektivitas kelompok ditolak dengan kontribusi sebesar 49,1 %.

Dari hasil Tabel 4.15 diketahui, variabel yang menunjukkan hasil

signifikan hanya kepemimpinan terhadap efektivitas dan komunikasi terhadap

efektivitas. Kepemimpinan berpengaruh terhadap efektivitas terutama pada Tabel

4.8 yaitu pada pernyataan pertama, ketua bersikap yang adil, pernyataan ketiga ,

ketua selalu terlibat dalam kegiatan, mau menerima kritik dan saran dan mau

mendengar keluhan anggota, beberapa pernyataan tersebut mendapatkan penilaian

setuju dari para anggota dikarenakan pemimpin pada kelompok tani muda ini aktif

untuk meningkatkan efektivitas kelompoknya. Hasil pernyataan menunjukkan

bahwa ketua kelompok memiliki peran yang cukup baik dalam hal menjalankan

kepemimpinannya dalam kelompok, karena pada setiap kegiatan ketua

kelompoklah yang lebih banyak berperan dalam mengatur beberapa hal dalam

kelompoknya seperti pembagian prasarana secara adil, mengkordinator kegiatan-

kegiatan yang akan diadakan sehingga kepemimpinan dapat menghasilkan suatu

anggota yang dapat saling membantu, kelompok yang unggul, menghasilkan

kepuasan dan produktivitas kelompok.

Begitu pula dengan komunikasi antarpribadi, pada Tabel 4.9 pernyataan

ketiga yaitu saling bekerjasama saat kegiatan dan pernyataan kelima yaitu saling

menghargai pendapat mendapatkan penilaian setuju dari anggota kelompok tani

muda, hal ini menunjukkan komunikasi antar anggota kelompok pada kedua

pernyataan mendapatkan respon yang sangat baik karena meskipun tidak semua

anggota dapat hadir dalam tiap kegiatan dan dapat berkomunikasi dengan baik

tetapi banyak anggota yang turut serta melakukan kegiatan dan bertukar pikiran

tentang masalah yang dihadapi tiap anggota. Apabila ada salah seorang petani

yang mendapat kesuksesan, misalnya ada yang lebih berhasil dalam panen padi

maka anggota kelompok tani yang lainnya akan ikut merasa bergembira dan tidak

segan menanyakan kunci kesuksesannya terhadap petani yang bersangkutan, dan

petani tersebut juga dengan senang hati akan berbagi pengalaman tentang

kesuksesan dirinya. Adanya sikap saling mendukung tersebut akan

40

mengefektifkan komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak sehingga tujuan

kelompok akan tercapai .

Dari penjelasan diatas dapat dikaitkan dengan hasil penelitian Sudarwan

(2004) yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang

dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah

kepada individu atau kelompok yang tergabung didalam wadah tertentu untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Sudarwan (2004)

mengatakan bahwa proses komunikasi bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri

karena selalu dipengaruhi oleh lingkungan komunikasi. Komunikasi tatap muka

terkadang menimbulkan kecurigaan pada pihak lain apabila ada penyampaian

yang tidak tersampaikan secara sempurna oleh anggota maupun dari pemimpin

kelompok itu sendiri, sehingga komunikator dan komunikan harus selektif

sehingga komunikasi kelompok bisa efektif.

Dari hasil pengujian koefisien jalur diperoleh keterangan bahwa, koefisien

jalur dari umur (X1) ke efektivitas (Y) tidak signifikan atau bermakna. Sedangkan

pada koefisien jalur kepemimpinan (X2) terhadap efektivitas (Y) dan komunikasi

antarpribadi (X3) terhadap efektivitas (Y) secara statistik bermakna atau

mempunyai pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu didapatkan model baru

untuk masing-masing kelompok atas dasar proporsi yang telah diperbaiki,

selanjutnya dibawah ini terdapat gambar hubungan antara variabel yang signifikan

pada kelompok muda.

X2 0,624

0,094 Y

X3 0,326

Gambar 4.2. Struktur hubungan antara X2 dan X3 terhadap Y pada

kelompok tani muda

Besarnya pengaruh secara proporsional sebagai berikut :

Pengaruh X2

Pengaruh langsung = ρYX2 x ρYX2

= (0.624) (0.624)

= 0.389

Pengaruh melalui hubungan korelatif dengan X3= ρYX2 x rx1x2 x ρYX2

41

= (0.546)(0.094)(0.326)

= 0.019

Pengaruh X2 ke Y secara total = 0.389 + 0.019

= 0.408

Pengaruh X3

Pengaruh langsung = ρYX3 x ρYX3

= (0.326)(0.326)

= 0.106

Pengaruh melalui hubungan korelatif dengan X1 = ρX4X2 x rx1x2 x ρX4X1

= (0.326)(0.094)(0.546)

= 0.019

Pengaruh X3 ke Y secara total = 0.408 + 0.019

= 0.427

Pengaruh gabungan oleh X2 dan X3 ke Y adalah 0,408 + 0,427 = 0,835

Atas dasar perhitungan diatas dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada kelompok muda kekuatan X2 yang secara langsung menentukan

perubahan-perubahan Y adalah sebesar 0.389 dengan demikian, secara total

X2 menentukan perubahan Y sebesar 38,9 %

2. Kekuatan pengaruh X3 yang secara langsung menentukan perubahan-

perubahan Y adalah sebesar 0,326 dengan demikian, secara total X3

menentukan perubahan Y sebesar 32,6%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok muda terdapat

pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas yang senada dengan hasil penelitian

Unang (2007), mengemukakan bahwa salah satu faktor penting untuk

terwujudnya kelompok tani yang efektif adalah berjalannya kepemimpinan dari

ketua kelompoktani tersebut. Dengan berjalannya kepemimpinan di kelompok

tani, maka akan dimungkinkan kelompok tani tersebut mencapai efektivitasnya

dan juga terdapat pengaruh pada komunikasi antarpribadi terhadap efektivitas

senada dengan hasil penelitian Penelitian Rogers (1971) dalam Soraya (2010),

mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi yang berlangsung secara tatap

muka akan lebih efektif dalam mengubah sikap, dengan demikian bahwa

komunikasi antarpribadi mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi dalam

42

mengubah sikap dikarenakan individu-individu yang terlibat didalamnya secara

langsung akan segera mengetahui isi pesan yang dikomunikasikan.

4.4.2. Hasil Analisis Jalur Kelompok Tani Dewasa

Sebelum menganalisis pengaruh diantara umur, kepemimpinan,

komunikasi dengan efektivitas diperlukannya untuk mengetahui analisis

hubungan struktural dari variabel-variabel tersebut.

Tabel 4.16 Hubungan Antara Umur, Kepemimpinan, Komunikasi Dan Efektivitas

Dewasa Variabel korelasi dewasa X1 X2 X3 Y

X1 1,000 0,258 0,024 (0,049)

X2 0,258 1,000 0,211 0,570**

X3 0,024 0,211 1,000 0,092

Y (0,049) 0,570** 0,092 1,000

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

Keterangan: **) Berhubungan sangat nyata pada p= 0,05

*) Berhubungan nyata pada p= 0,01

X1 = Umur

X2 = Kepemimpinan

X3 = Komunikasi antar pribadi

Y = Efektivitas kelompok

Setelah mengetahui hubungan dari tiap variabel, maka selanjutnya dapat

dilihat bagaimana pengaruh dari variabel umur, kepemimpinan, komunikasi,

dengan efektivitas pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Hasil Uji Analisis Jalur kelompok Dewasa

Hipotesa Variabel eksogen Variabel endogen (β) thitung P-value Ket.

Koefisien

determinasi (R2)

A Umur Kepemimpinan 0,256 1,399 0,173 Tidak

signifikan 65 %

B Umur Komunikasi

antarpribadi 0,038 0,200 0,843

Tidak

signifikan 0,1 %

C Umur Efektivitas kelompok

0,071 0,710 0,483 Tidak

signifikan 1,8 %

D Kepemimpinan Komunikasi

antarpribadi 0,211 1,142 0,263

Tidak

signifikan 21,1 %

E Kepemimpinan Efektivitas 0,546 3,345 0,002 Signifikan 31,4 %

F Komunikasi

antarpribadi Efektivitas 0,056 0,341 0,736

Tidak

signifikan 31,4 %

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

43

1. Hipotesa A menunjukkan pengaruh langsung umur petani terhadap variabel

kepemimpinan dari nilai koefisien (β) sebesar 0,256 dan thitung sebesar 1,399.

Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,173 (p>α) H0

diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak

siginifikan variabel umur terhadap variabel kepemimpinan ditolak dengan

kontribusi sebesar 65%.

2. Hipotesa B menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel

komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar 0,038 dan thitung

sebesar 0,200. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,843

(p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang

tidak siginifikan variabel umur terhadap variabel komunikasi antarpribadi

ditolak dengan kontribusi sebesar 0,1 %.

3. Hipotesa C menunjukkan pengaruh langsung variabel umur terhadap variabel

efektivitas dari nilai koefisien (β) sebesar 0,071 dan thitung sebesar 0,710.

Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,263 (p>α) H0

diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang tidak

siginifikan variabel umur terhadap variabel efektivitas kelompok ditolak

dengan kontribusi sebesar 1,8 %.

4. hipotesa D menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap

variabel komunikasi antarpribadi dari nilai koefisien (β) sebesar 0,211 dan

thitung sebesar 1,142. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar

0,263 (p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh

yang tidak siginifikan variabel kepemimpinan terhadap variabel komunikasi

antarpribadi ditolak dengan kontribusi sebesar 21,1 %.

5. Hipotesa E menunjukkan pengaruh langsung variabel kepemimpinan terhadap

variabel efektivitas dengan nilai koefisien (β) sebesar 0,546 dan thitung sebesar

3,345. Pengaruh ini signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,002 (p<α) H0

ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh siginifikan variabel

kepemimpinan terhadap variabel efektivitas diterima dengan kontribusi sebesar

31,4 %.

6. Hipotesa F menunjukkan pengaruh langsung variabel komunikasi antarpribadi

terhadap variabel efektivitas dari nilai koefisien (β) sebesar 0,056 dan thitung

44

sebesar 0,341. Pengaruh ini tidak signifikan dengan nilai p-value sebesar 0,736

(p>α) H0 diterima, maka hipotesis yang menyatakan bahwa pengaruh yang

tidak siginifikan variabel komunikasi antarpribadi terhadap variabel efektivitas

kelompok ditolak dengan kontribusi sebesar 31,4 %.

Dari hasil pada Tabel 4.15 diketahui bahwa, variabel yang menunjukkan

hasil signifikan hanya kepemimpinan terhadap pengaruh efektivitas yang berarti

kepemimpinan memiliki pengaruh besar dibandingkan variabel lain untuk

menunjang efektivitas yang baik. Pada Tabel 4.8 pernyataan pertama yaitu ketua

bersikap adil selebihnya adalah pernyataan dengan penilaian yang netral, sehingga

dapat diketahui bahwa pada kelompok tani padi dewasa penilaian anggota

terhadap kepemimpinan kurang mendapat penilaian yang baik dikarenakan

kurangnya kepedulian komunikasi antar anggota dan ketua yang menjadi dasar

kemajuan sebuah organisasi. Kepemimpinan ketua kelompok yang baik akan turut

menumbuhkan jiwa kepemimpinan anggota, apabila ketua kelompok tani

melibatkan anggotanya secara aktif dalam kegiatan kelompok tani, termasuk

dalam proses pengambilan keputusan, akan menimbulkan komitmen para anggota

untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan kelompok (Soraya, 2010). Hasil

penelitian ini juga senada dengan hasil penelitian dari Unang (2007),

menunjukkan bahwa pada kelompok yang kepemimpinan ketua kelompoknya

berjalan dengan baik akan diikuti dengan efektifnya kelompok tani tersebut.

Dari hasil pengujian koefisien jalur diperoleh keterangan bahwa, koefisien

jalur dari umur (X1) ke efektivitas (Y) tidak signifikan atau bermakna. Sedangkan

pada koefisien jalur kepemimpinan (X2) ke efektivitas (Y) secara statistik

bermakna atau mempunyai pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu didapatkan

model baru untuk masing-masing kelompok atas dasar proposi yang telah

diperbaiki, dibawah ini terdapat gambar hubungan antara variabel yang signifikan

pada kelompok dewasa.

0.546

X2 Y

Gambar 4.3. Pengaruh antara X2 terhadap Y pada kelompok tani dewasa

45

Untuk mengetahui besarnya pengaruh secara proporsional sebagai berikut :

Pengaruh X2 terhadap Y

Pengaruh langsung = ρYX2 x ρYX2

= (0.546) (0.546)

= 0.298

Atas dasar perhitungan diatas dapat dikemukakan hal dibawah ini sebagai

berikut: Pada kelompok dewasa kekuatan X2 yang secara langsung menentukan

perubahan-perubahan Y adalah sebesar 0.298 dengan demikian, secara total X2

menentukan perubahan Y sebesar 29,8 %.

4.4.3. Perbandingan Model Pengaruh Kelompok Tani Muda dan Kelompok

Tani Dewasa

Gambar 4.4 merupakan gambar perbandingan antara variabel yang

signifikan pada kelompok tani muda dan kelompok tani dewasa di Desa Kuo.

Gambar a. Gambar b.

Gambar 4.4. Perbandingan Struktur hubungan X terhadap Y kelompok

muda (a) dan kelompok dewasa (b)

Model pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada kelompok

tani muda pada Gambar 4.5 berbeda dengan model pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat pada kelompok tani pada Gambar 4.4 dimana X2

(kepemimpinan) dan X3 (komunikasi antarpribadi) memberikan pengaruh

terhadap Y (efektivitas kelompok) sedangkan pada kelompok dewasa hanya X2

(kepemimpinan) terhadap Y (efektivitas). Perbedaan yang terdapat pada kelompok

tani padi muda dan kelompok tani padi dewasa ini disebabkan karena para

anggota kelompok tani dan ketua dari kelompok tani padi muda lebih sering

berinteraksi satu sama lain, baik dalam kelompok maupun diluar kelompok

meskipun tidak secara keseluruhan dapat melakukan tatap muka yang rutin untuk

46

menemukan berbagai pendapat dan solusi untuk usahatani mereka. Para anggota

masih memiliki keinginan yang besar untuk mengembangkan usahatani mereka.

Pernyataan ini didukung oleh penelitian Soraya (2010) yang mengatakan bahwa

efektivitas komunikasi antarpribadi petani akan menghasilkan perubahan

pendapat, sikap dan tindakan hingga akhirnya muncul partisipasi petani. Dengan

kata lain komunikasi antarpribadi merupakan alat untuk menghasilkan partisipasi

atau dapat dikatakan partisipasi merupakan bentuk khusus dari komunikasi

antarpribadi yang efektif.

Penyebab kurangnya dukungan komunikasi yang baik dari anggota

kelompok tani padi dewasa ini di karenakan pada X3 kelompok dewasa kurang

mendapat respon antarpribadinya anggota kelompok tani karena petani dewasa

merasa sudah mengetahui beberapa hal dalam usahatani tanpa harus berbagi atau

berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok taninya. Hal tersebut

disebabkan karena usaha tani yang dilakukan petani dewasa merupakan kebiasaan

turun-temurun yang diyakini benar pelaksanaannya. Mereka juga jarang meminta

pertimbangan jika menghadapi masalah karena mereka menganggap mampu

sendiri mengatasi masalahnya. Hal tersebut didukung oleh penelitian Tindakan

yang dilakukan secara berulang-ulang dan mendarah daging disebut dengan

perilaku. Kebiasaan ini akan berlangsung terus menerus. Perilaku ini juga dapat

mempengaruhi cara berfikir petani dalam pengelolaan usahatani yang sudah

dilakukan sejak dahulu kala. Pengelolaan usahatani yang sudah dilakukan sejak

dulu itu, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani merasa

membutuhkan, oleh karena itu timbul suatu dorongan atau semacam motivasi

yang ada di dalam diri mereka. Setelah motivasi itu timbul maka petani berusaha

untuk melakukan pengelolaan usaha tani secara terus menerus sehingga menjadi

suatu kebiasaan, kebiasaan inilah yang menimbulkan perilaku. Anggota kelompok tani dewasa melakukan tatap muka tetapi jarang

diantara mereka untuk mengkomunikasikan masalah-masalah usaha taninya

tetapi, lebih mengkomunikasikan diluar usaha tani mereka. Mereka juga jarang

ataupun tidak menyebarkan informasi yang didapatkannya pada saat pertemuan

rutin kepada petani lain yang tidak hadir jika tidak ditanya. Mereka berpikir

bahwa petani yang tidak hadir tersebut dapat mencari informasi sendiri sehingga

47

ia tidak perlu menyampaikannya. Mereka jarang berkomunikasi meskipun sering

mengikuti kegiatan hal ini karena petani tersebut kurang mampu beradaptasi

dengan yang lain sehingga sungkan untuk berkomunikasi (Soraya 2010).