repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · surat pernyataan dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi...

155
KEEFEKTIFAN TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN METODE VEGETATIF DALAM MENEKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI TANAH PADA PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) OLEH: N U R M I A261030041 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: trannguyet

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

KEEFEKTIFAN TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR

DENGAN METODE VEGETATIF DALAM MENEKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI TANAH PADA

PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

OLEH: N U R M I

A261030041

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan

Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif dalam

Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah pada Pertanaman Kakao

(Theobroma cacao L.)” adalah benar karya saya sendiri dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2009

Yang menyatakan

Nurmi A261030041

Page 3: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

ABSTRACT

NURMI. Effectiveness of Soil and Water Conservation Measures to

Reduce Runoff and Soil Erosion on Cacao Plantation. Under the direction of OTENG HARIDJAJA, SITANALA ARSYAD, and SUDIRMAN YAHYA

Cacao plant is one of the major commodity of plantation in South East Sulawesi, especially in Konawe regency. Land management practices which is implemented by the local farmers on cultivating cacao, in many cases are not according to soil and water conservation principles. The research was aimed to study the effectiveness of several soil and water conservation practices on reducing runoff and soil erosion on cacao plantation with different land slopes and canopy coverages. The research was conducted in Amosilu village, Besulutu district, Konawe regency, the province of South East Sulawesi, from December 2006 to September 2007. The Experimental method in the field study was split plot design consisting three factors. The first factor was slope consisting two levels (10 – 15% and 40 – 45%) and the second factor was age of the cacao plant consisting two levels (5 to 7 month and 25 to 27 month) were used as main plots (P1 = 5 to 7 month and 10 – 15%; P2 = 25 to 27 month and 10 – 15%; P3 = 5 to 7 month and 40 – 45%; and P4 = 25 to 27 month and 40 – 45%), while the third factor, the vegetative conservation treatment was used as sub plots consisting three levels, i.e T1 = cacao with ground cover, T2 = upland rice and soybean rotation within cacao plant, T3 = upland rice and soybean rotation within cacao plant + Arachis pintoi as strip cropping. There was not interaction effect both cacao plant and slope treatment with vegetative conservation treatment on runoff and soil erosion with soil properties, exception on aggregate stability index. The result showed that vegetative conservation treatment (T3) with upland rice and soybean rotation within cacao plant with A. pintoi as strip cropping was best alternatif because it has been produced the lower rate of erosion (21,76 ton ha-1

year-1) compared tolerable soil loss value (22,44 ton ha-1 year-1) and improved of soil properties and has given a good benefit to famers from both upland rice and soybean. Key words: Arachis pintoi, cacao, erosion, runoff, strip cropping

Page 4: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

RINGKASAN

Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng, sehingga berpotensi meningkatkan erosi tanah khususnya pada pertanaman kakao muda (sebelum kanopi kakao saling menutup). Diduga hal ini menyebabkan rendahnya produktivitas kakao yang diperoleh di Sulawesi Tenggara. Penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao muda banyak dilakukan petani guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini semakin meningkatkan kehilangan tanah akibat erosi terutama pada saat persiapan lahan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya yang dapat mensinkronkan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan ekologi. Dengan upaya ini diharapkan penanaman tanaman semusim sebagai sumber pendapatan petani sebelum kakao berproduksi tetap dilakukan dan erosi yang terjadi juga dapat ditekan sampai sama dengan atau di bawah nilai erosi yang diperbolehkan atau Tolerable Soil Loss (TSL). Upaya yang dapat dilakukan yakni melakukan pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang dapat memberikan nilai faktor C yang rendah

Dalam penelitian ini, pengelolaan tanaman kakao dilakukan dengan tiga perlakuan tindakan konservasi, yaitu T1 (kakao + gulma dengan penyiangan hanya pada piringan kakao), T2 (tanaman kakao dengan padi gogo ditanam berurutan dengan kedelai di antara tanaman kakao), T3 (tanaman kakao dengan padi gogo ditanam berurutan dengan kedelai di antara tanaman kakao + strip A. pintoi). Penanaman tanaman padi gogo dan kedelai dilakukan dengan sistem pengelolaan tanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi, di antaranya jarak tanam yang lebih rapat pada barisan searah kontur dan pengembalian sisa panen dan hasil pangkasan tanaman sebagai mulsa dan bahan organik. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di satu sisi dan di sisi lain aliran permukaan (AP) dan erosi tetap dapat ditekan sampai di bawah nilai TSL, serta dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Perlakuan tindakan konservasi

T3 dengan penanaman tanaman padi gogo dan kedelai secara berurutan di antara tanaman kakao yang disertai dengan strip tanaman A. pintoi sebagai penghambat AP merupakan alternatif terbaik yang dapat diterapkan oleh petani, karena selain dapat

menekan erosi sampai di bawah TSL dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, juga dapat memberikan tambahan pendapatan kepada petani yang bersumber dari tanaman padi gogo dan kedelai sebelum tanaman kakao berproduksi.

Page 5: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

@ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya boleh untuk kepentingan pendidikan penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah,

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB

Page 6: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

KEEFEKTIFAN TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN METODE VEGETATIF DALAM MENEKAN

ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI TANAH PADA PERTANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

NURMI

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 7: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

Penguji luar komisi pada Ujian Tertutup, Kamis 18 Desember 2008

1. Dr. Ir. Komaruddin Idris, M.Sc.

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB, Bogor

Penguji luar komisi pada Ujian Terbuka, Kamis 22 Januari 2009

1. Dr. Ir. Undang Kurnia, M.Sc., APU

Balai Penelitian Tanah,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor

2. Dr. Ir. Suwarno, M.Sc.

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB, Bogor

Page 8: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

Judul Disertasi : Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif dalam Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah pada Pertanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Nama : Nurmi

Nomor Pokok : A261030041

Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H. Oteng Haridjaja, M.Sc. Ketua

Prof. Dr. Ir. H. Sitanala Arsyad, M.Sc. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Yahya, M.Sc. Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Tanah Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian: 22 Januari 2009 Tanggal Lulus:

Page 9: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan ramat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat

diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak

Desember 2006 sampai September 2007 (lapangan) yang dilanjutkan dengan

analisis tanah di laboratorium adalah tindakan konservasi dengan judul

“Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif dalam

Menekan Aliran Permukaan dan Erosi Tanah pada Pertanaman Kakao

(Theobroma cacao L.)” di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mempelajari efektifitas padi gogo,

kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai tindakan konservasi vegetatif dalam

mengendalikan AP dan erosi tanah pada pertanaman kakao, serta pengaruhnya

terhadap nilai C tanaman kakao dan sifat-sifat tanah. Pengusahaan kakao yang

banyak dilakukan pada topografi berlereng di Sulawesi Tenggara, khususnya di

Kabupaten Konawe menjadi dasar penelitian ini dilakukan. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa penanaman tanaman padi gogo dan kedelai di antara

tanaman kakao yang disertai strip tanaman A. pintoi dengan sistem pengelolaan

tanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi, dapat menekan erosi

sampai di bawah nilai erosi yang diperbolehkan sehingga menurunkan nilai C

tanaman kakao serta memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Di samping itu,

sistem pengelolaan tersebut memberikan tambahan pendapatan kepada petani

yang bersumber dari tanaman padi gogo dan kedelai.

Penelitian ini terlaksana atas dukungan dari berbagai pihak, terutama

komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sejak

perencanaan penelitian sampai penulisan disertasi. Untuk itu, penghargaan dan

ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Bapak

Dr. Ir. H. Oteng Haridjaja, M.Sc. (Ketua komisi pembimbing), Bapak Prof. Dr. Ir.

H. Sitanala Arsyad, M.Sc. (anggota), dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Yahya,

M.Sc. (anggota) atas segala bimbingan, pengarahan, dan saran yang telah

diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dana untuk mengikuti Program Doktor

Page 10: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB). Demikian pula

ucapan terima kasih disampaikan kepada SPs-IPB dengan segala fasilitasnya

selama penulis mengikuti Program Doktor pada Program Studi Ilmu Tanah.

Ucapan yang sama disampaikan kepada Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lakidende Unaaha-Kendari atas segala bantuan dan dukungannya.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis

sampaikan kepada Ayahanda H. Abd. Hafid dan ibunda Hj. Hasnah atas segala

pengorbanan, motivasi, dan do’a yang senantiasa teriring untuk penulis. Kepada

Kakak Hj. Hanisa Hafid, adik Suryani Hafid, ST., Yaya Hafid S.Km., dan adik

cantik Wahyuni Hafid, terima kasih atas segala bantuan, motivasi, dan do’a yang

telah diberikan. Kepada Bapak Mansyur yang telah membantu pelaksanaan

penelitian di lapangan, Bapak Darwis dan rekan-rekan yang telah mengizinkan

penulis melaksanakan penelitian pada lahan unsahataninya, diucapkan terima

kasih. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak sempat

penulis sebut satu persatu, diucapkan terima kasih.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, khususnya untuk tujuan konservasi tanah dan air.

Bogor, Januari 2009

Nurmi

Page 11: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pinrang Sulawesi Selatan 10 April 1971 sebagai anak

kedua dari pasangan H. Abd. Hafid dan Hj. Hasnah. Pendidikan sarjana ditempuh

di Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, lulus pada

tahun 1996. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Sistem-Sistem

Pertanian pada Program Pascasarjan Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar

dan menamatkannya pada tahun 2001. Kesempatan untuk melanjutkan ke

Program Doktor pada Program Studi Ilmu Tanah pada Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB) diperoleh pada tahun 2003. Beasiswa

pendidikan pascasarjana (S3) diperoleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi.

Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap Yayasan Universitas Lakidende pada

Fakultas Pertanian sejak tahun 2001 sampai sekarang.

Page 12: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................................ 1 Rumusan Masalah dan Kerangka Pikir Penelitian .......................................... 4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7 Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 7 Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 7

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 8

Pengertian, Proses, serta Dampak yang Ditimbulkan oleh Erosi .................... 8 Penutupan Permukaan Tanah oleh Vegetasi dan Mulsa ............................... 10 Topografi ...................................................................................................... 11 Strip Rumput ................................................................................................. 12 Keuntungan Tumpangsari Kakao dengan Tanaman Semusim ..................... 13 Budidaya Kakao ............................................................................................ 15

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 17

Tempat dan Waktu ........................................................................................ 17 Bahan dan Alat .............................................................................................. 18 Metode Penelitian ......................................................................................... 19 Tahapan Penelitian ........................................................................................ 20

Penentuan lokasi penelitian ................................................................. 20 Pembuatan petak erosi ......................................................................... 22 Pemberian perlakuan ........................................................................... 22 Pemeliharaan ....................................................................................... 23 Pengamatan ......................................................................................... 24

Analisis Data ................................................................................................. 36 Analsis Usahatani ......................................................................................... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 38

Aliran permukaan dan erosi .......................................................................... 38 Nilai faktor C ................................................................................................ 46 Bulk density dan ruang pori total .................................................................. 47 Indeks stabilitas agregat ................................................................................ 48 Kemampuan tanah mengikat air ................................................................... 50 Distribusi ukuran pori ................................................................................... 52 Infiltrasi ......................................................................................................... 53 Tekstur .......................................................................................................... 56 Korelasi antara sifat fisik tanah dengan erosi ............................................... 58 Nitrogen yang terbawa erosi dan aliran permukaan ..................................... 59

Page 13: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

Fosfor yang terbawa erosi dan aliran permukaan ......................................... 64 Kalium yang terbawa erosi dan aliran permukaan ........................................ 68 C-organik yang terbawa erosi dan aliran permukaan ................................... 71 Korelasi antara kehilangan N, P, K, C-organik dengan erosi dan AP... ........ 74 Kadar N, P, K, dan C-organik tanah, sedimen, dan AP ................................. 75 Enrichment ratio (ER) .................................................................................. 78 Kapasitas tukar kation dan pH tanah ............................................................ 81 Pertambahan diameter batang, tajuk, dan tinggi tanaman kakao .................. 83 Pertumbuhan dan hasil padi gogo dan kedelai .............................................. 85 Analisis neraca air untuk penentuan pola tanam .......................................... 87 Analisis usahatani ......................................................................................... 91

Pembahasan Umum ...................................................................................... 93

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 101

Kesimpulan ................................................................................................. 101 Saran ........................................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 103

LAMPIRAN ............................................................................................................ 110

Page 14: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Pengamatan dan pengukuran di lapangan ..................................................... 35

2. Pengamatan dan pengukuran di laboratorium ............................................... 35

3. Volume aliran permukaan dan erosi tanah pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi .................... 38

4. Rasio erosi/hasil tanaman pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemirngan dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 42

5. Erosi tanah pada setiap pengamatan ............................................................. 43

6. Nilai faktor C tanaman kakao pada berbagai perlakuan umur tanaman dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 47

7. Bulk density dan ruang pori total pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi ............................................ 48

8. Indeks stabilitas agregat pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 49

9. Persentase pasir, debu, dan liat, pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemirngan dan perlakuan tindakan konservasi ............................................. 57

10. Matrik korelasi antara peubah sifat fisik tanah dengan erosi pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemirngan dan perlakuan tindakan konservasi .... 59

11. N total yang terbawa erosi pada berbgai perlakuan umur tanaman/ kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi ........................................... 60

12. Nitrogen yang terbawa AP pada berbagai interaksi perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan tindakan konservasi ............................... 63

13. Fosfor yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan umur tanaman tanaman/kemirngan dan tindakan konservasi ........................ 65

14. Kalium yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ..................................... 68

15. C-organik yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi .................... 71

16. Matrik korelasi antara kehilangan N, P, K, dan C-organik dengan erosi dan AP berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi 75

17. Kadar N total, P, K, dan C-organik tanah dan sedimen+AP pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ..... 76

18. Enrichment ratio pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi ...................................................................... 79

19. Kapasitas tukar kation dan pH tanah pada berbagai perlakuan umur

Page 15: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi .............................. 81

20. Pertambahan diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman kakao pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ..... 83

21. Anakan produktif padi gogo, hasil kedelai dan hasil padi gogo pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi ................... 86

22. Hasil analisis usahatani kedelai dan padi gogo sebagai tanaman sela diantara tanaman kakao pada lahan berlereng ............................................................ 92

Lampiran

1. Data sifat fisik dan kimia profil tanah pada awal penelitian ....................... 110

2. Data curah hujan stasiun Kendari (1998 – 2007) ........................................ 110

3. Deskripsi profil pewakil (profil 1) pada kemiringan 15 % dengan umur tanaman kakao 25 – 27 bulan ...................................................................... 111

4. Deskripsi profil pewakil (profil 2) pada kemiringan 40 – 45 % dengan umur tanaman kakao 5 – 7 bulan .......................................................................... 112

5. Deskripsi varietas padi gogo (situ bagendit) ............................................... 113

6. Deskripsi varietas kedelai (wilis) ................................................................ 114

7. Nilai koefisien tanaman (Kc) padi gogo dan kedelai pada setiap fase

pertumbuhannya .......................................................................................... 114

8. Klasifikasi indeks stabilitas agregat ............................................................ 114

9. Data curah hujan lokasi penelitian selama penelitian berlangsung ............. 115

10. Nilai EI30 lokasi penelitian pada saat penelitian ......................................... 115

11. Rata-rata curah hujan harian stasiun Kendari sepuluh tahun terakhir

(1998 – 2007) .............................................................................................. 116

12. Nilai EI30 bulanan ........................................................................................ 116

13. Perhitungan nilai tolerable soil loss (TSL) ................................................ 117

14. Nilai faktor kedalaman tanah 30 sub order tanah ........................................ 118

15. Erosi tanah pada setiap pengamatan ............................................................ 119

16. Data persentase penutupan tajuk kakao dan penutupan mulsa jerami ........ 120

17. Data biomas segar pangkasan Arachis pintoi, jerami padi gogo, sisa tanaman kedelai dan gulma .................................................................. 121

18. Data aliran permukaan (AP), persentase hujan yang mengalir sebagai AP, erosi, nilai C, bulk density, porositas total, indeks stabilitas agregat, dan kadar air pF pada akhir penelitian ........................................................ 122

Page 16: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

19. Data distribusi ukuran pori, infiltrasi, dan tekstur tanah pada akhir penelitian ................................................................................... 123

20. Data kehilangan N, P, K, dan C-organik melalui erosi dan aliran permukaan ......................................................................................... 124

21. Data kadar N, P, K, dan C-organik tanah, sedimen, dan aliran permukaan pada akhir penelitian ................................................................................... 125

22. Data enrichment ratio, kapasitas tukar kation, pH tanah, pertumbuhan tanaman kakao, data pertumbuhan dan hasil padi gogo dan kedelai ........... 126

23. Suhu harian stasiun Kendari ........................................................................ 127

24. Curah hujan efektif stasiun Kendari 10 tahun terakhir (1998 – 2007) ........ 128

25. Neraca air tanaman padi gogo (CH > ETc) ................................................. 129

26. Neraca air tanaman kedelai (CH > ETc) ..................................................... 130

27. Hasil analisis ragam terhadap variabel pengamatan ................................... 131

28. Hasil analisis ragam terhadap variabel pengamatan ................................... 132

29. Hasil analisis usahatani untuk menentukan kelayakan usahatani berdasarkan standar kebutuhan hidup layak minimum .............................. 132

30. Hasil analisis usahatani untuk menentukan kelayakan usahatani berdasarkan B/C ratio ................................................................................. 135

31. Perhitungan nilai erodibilitas tanah (nilai K) ............................................... 136

Page 17: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Bagan alir kerangka pikir penelitian ............................................................... 6

2. Skema pelaksanaan penelitian ....................................................................... 17

3. Bagan alir kegiatan penelitian ....................................................................... 21

4. Erosi tanah pada setiap pengamatan pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan ............................................................ 44

5. Erosi tanah pada setiap pengamatan pada berbagai perlakuan tindakan konservasi ...................................................................... 44

6. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan erosi tanah (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ................................................ 45

7. Kurva kadar air pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan ......... 51

8. Kurva kadar air pada berbagai perlakuan tindakan konservasi ..................... 51

9. Distribusi ukuran pori pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi ................................................................ 53

10. Kapasitas infiltrasi konstan pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan dan tindakan konservasi ................... 54

11. Kapasitas infiltrasi tanah pada setiap waktu pengukuran .............................. 55

12. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan N total (Y) pada berbagai perlakuan tindakan konservasi

.............................................................. ................................................................. 61

13. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan P (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ............................................... 66

14. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan P (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ....................................... 67

15. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan K (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ................................................ 69

16. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan K (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ....................................... 70

17. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan C-organik (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ................................................ 73

18. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan C-organik (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 ............................................................ 74

19. Surplus dan defisit untuk tanaman padi gogo ................................................ 88

20. Surplus dan defisit untuk tanaman kedelai .................................................... 89

Page 18: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

21. Ketersediaan air untuk padi gogo dan kedelai ............................................... 90

22. Pola tanam alternatif pada lokasi penelitian .................................................. 90

Lampiran

1. Diagram segitiga tekstur USDA dengan 12 nama kelas tekstur ................... 137

Page 19: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

PENDAHULLUAN

Latar Belakang

Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor

perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi

berlereng. Hal ini sulit dihindari karena wilayah Sulawesi Tenggara dengan luas

daratan 3.814.000 ha sebagian besar atau sekitar 72% berada pada kemiringan di

atas 15% (Anonim, 1996). Luas pertanaman kakao di Sulawesi Tenggara

berdasarkan data tahun 2000 seluas 113.276 ha dan terus berkembang sampai

sekarang, yang mana sekitar 95% pertanaman kakao tersebut merupakan

perkebunan rakyat (Anonim, 2001). Perkebunan rakyat pada umumnya dikelola

tanpa tindakan konservasi yang baik sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya

degradasi tanah dan kerusakan lingkungan akibat erosi serta berdampak terhadap

penurunan produktivitas. Produktivitas kakao yang diperoleh di Sulawesi

Tenggara masih tergolong rendah (224,99 kg ha-1) jika dibandingkan dengan

produksi yang didapat pada demplot yang dikembangkan ASKINDO di Sumatera

Selatan dan Sulawesi Selatan dengan produktivitas masing-masing 1 – 1,5 ton ha-1 th-1

dan 1 – 1,7 ton ha-1 th-1 (Wahab et al. 2002; Abdul Razak, 2006). Rendahnya

produktivitas disebabkan oleh rendahnya kesuburan tanah karena lapisan atas

tanah yang memiliki sifat fisik yang baik serta kaya akan hara dan bahan organik

telah terangkut melalui aliran permukaan (AP) dan erosi ke tempat lain. Hasil

penelitian Sutono et al. (2005) menunjukkan bahwa walaupun petakan cukup

datar (± 3%), bahan organik, P, dan K yang terbawa AP dan erosi lebih besar

dibandingkan dengan residunya yang tertinggal di dalam tanah.

Penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao muda (sebelum

kanopi kakao saling menutup) banyak dilakukan petani guna memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini semakin meningkatkan kehilangan tanah

akibat erosi terutama pada saat persiapan lahan. Hasil penelitian Abdurachman et

al. (1985) menunjukkan bahwa laju erosi mencapai 14 – 15 mm th-1 pada Alfisol

berlereng 9 – 10% yang ditanami tanaman pangan semusim, dan pada ultisol

berlereng 14%, laju erosi mencapai 4,6 mm th-1 walaupun sisa tanaman berupa

jerami padi dan jagung dikembalikan sebagai mulsa. Oleh karena itu, diperlukan

Page 20: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

2

suatu upaya yang dapat mensinkronkan antara kepentingan ekonomi dan

kepentingan ekologi. Dengan upaya ini diharapkan penanaman tanaman semusim

sebagai sumber pendapatan petani sebelum kakao berproduksi tetap dilakukan dan

erosi yang terjadi juga dapat ditekan sampai sama dengan atau di bawah nilai erosi

yang diperbolehkan atau Tolerable Soil Loss (TSL). Upaya yang dapat dilakukan

yakni melakukan pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang dapat

memberikan nilai faktor C yang rendah. Nilai faktor C merupakan salah satu

komponen dari enam komponen dalam Persamaan Umum Pelepasan Tanah atau

Universal Soil Loss Equation (USLE) yang turut menentukan besarnya erosi dari

sebidang tanah, dimana faktor C mengukur pengaruh bersama tanaman dan

pengelolaannya.

Dalam penelitian ini, pengelolaan tanaman kakao dilakukan dengan

penanaman tanaman padi gogo dan kedelai secara berurutan di antara tanaman

kakao yang disertai dengan strip tanaman sebagai penghambat AP (strip tanaman

Arachis pintoi). Penanaman padi gogo dan kedelai dilakukan dengan sistem

pengelolaan tanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi, di antaranya

jarak tanam yang lebih rapat pada barisan searah kontur dan pengembalian sisa

panen dan hasil pangkasan tanaman sebagai mulsa dan bahan organik. Sistem ini

diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di satu

sisi dan di sisi lain AP dan erosi tetap dapat ditekan sampai di bawah nilai TSL.

Tanaman padi gogo dan kedelai memberi penghasilan yang cepat kepada petani

sebelum tanaman kakao menghasilkan. Sahardi (2000) mengemukakan bahwa

penanaman padi gogo sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan dapat

memberikan beberapa manfaat, yaitu (i) pemanfaatan lahan lebih efisien,

(ii) kebun atau tanaman utama lebih terpelihara dengan baik, (iii) tersedianya

pangan atau beras bagi petani, dan (iv) sebagai sumber pendapatan petani sebelum

tanaman utama menghasilkan. Hasil penelitian Wibawa (1994) menunjukkan

bahwa tanaman padi gogo toleran naungan yang ditanam di bawah tanaman karet

umur 3 tahun dengan naungan 60 – 80% masih memberi produksi 2 ton ha-1 dan

di bawah tanaman karet umur 1 tahun produksi padi gogo mencapai 3 ton ha-1.

Selain peningkatan produktivitas dan pendapatan petani sebelum tanaman

kakao berproduksi, sistem yang memasukkan tanaman semusim sebagai tanaman

Page 21: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

3

sela dan A. pintoi sebagai tanaman strip juga dapat mempengaruhi produktivitas

tanaman kakao jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh perbaikan sifat-sifat

tanah dengan penutupan tajuk dan sumbangan bahan organik yang tinggi yang

bersumber dari pemangkasan tanaman kakao dan A. pintoi serta sisa panen

tanaman semusim. Haridjaja (1996) mengemukakan bahwa bahan organik yang

dibenamkan ke dalam tanah akan membentuk struktur tanah dan selanjutnya akan

meningkatkan stabilitas struktur tanah serta akan mempengaruhi pori ketersediaan

air dan aerasi tanah. Hasil penelitian Yahya dan Indrasuara (2000) menunjukkan

bahwa penggunaan bahan organik berupa pupuk hijau/legum penutup tanah

maupun seresah kakao secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Perbaikan pertumbuhan tanaman kakao disebabkan pemeliharaan tanaman kakao

secara tidak langsung telah dilakukan dengan pemeliharaan tanaman semusim

melalui penyiangan dan pemupukan. Sejalan dengan hasil penelitian Subagyo dan

Mangoensoekarjo (1993) pada pertanaman karet dan kelapa hibrida, bahwa

tanaman karet dan kelapa hibrida tumbuh lebih baik dengan tanaman pangan

sebagai tanaman sela dibandingkan dengan pakan ternak dan legume penutup

tanah sebagai tanaman sela. Hal ini disebabkan residu pupuk tanaman pangan

dapat dimanfaatkan oleh karet maupun kelapa hibrida.

Perbaikan sifat-sifat tanah selain berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman secara langsung juga berpengaruh terhadap AP dan erosi melalui

perbaikan stabilitas agregat yang dapat menjamin porositas tanah semula tetap

tidak terganggu dan kapasitas infiltrasi dapat terjaga selama waktu terjadi hujan.

Dengan demikian, secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai faktor C.

Penelitian untuk penetapan nilai faktor C tanaman kakao, khususnya untuk

karakteristik lahan di Indonesia belum banyak dilakukan. Hal ini penting karena

tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan dan komoditi ekspor yang

banyak memberikan devisa ke negara akan semakin banyak diusahakan oleh

petani. Nilai faktor C yang diperoleh akan membantu dalam perencanaan

pengelolaan sumberdaya lahan yakni dalam memprediksi besarnya erosi yang

akan terjadi berdasarkan USLE jika tanaman tersebut diusahakan. Sebagaimana

dikemukakan oleh Arsyad (2000) bahwa USLE memungkinkan perencana

menduga laju rata-rata erosi suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng

Page 22: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

4

dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam pertanaman dan tindakan

pengelolaan (tindakan konservasi tanah) yang mungkin dilakukan atau yang

sedang dipergunakan. Ketika nilai faktor C yang diperoleh dapat memberikan

nilai erosi aktual sama dengan atau di bawah nilai TSL, maka kekhawatiran akan

terjadinya degradasi tanah dan kerusakan lingkungan lainnya oleh erosi akibat

ektensifikasi pertanaman kakao (di Sulawesi Tenggara) menjadi berkurang.

Rumusan Masalah dan Kerangka Pikir Penelitiaan

Degradasi tanah yang terjadi di Indonesia umumnya disebabkan oleh erosi air hujan akibat tingginya jumlah dan intensitas hujan. Indonesia Bagian Timur yang tergolong daerah beriklim kering banyak terjadi proses erosi yang cukup tinggi meskipun curah hujan (CH) tahunan relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh penutupan vegetasi yang rendah dan sering terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Penutupan vegetasi yang rendah pada pertanaman kakao muda dengan topografi berlereng memicu terjadinya erosi yang tinggi. Penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao yang tidak disertai dengan tindakan pengelolaan konservasi semakin meningkatkan erosi tanah terutama pada saat persiapan lahan dan pada fase awal pertumbuhan tanaman semusim. Hal ini akan menyebabkan terjadinya degradasi tanah akibat terangkutnya lapisan atas tanah yang memiliki sifat fisik yang bagus serta kaya akan hara dan bahan organik. Degradasi tanah berimplikasi terhadap penurunan produktivitas tanah yang akan berdampak terhadap penurunan pendapatan petani. Arsyad (2000) mengemukakan bahwa kandungan unsur hara dan bahan organik pada sedimen hasil erosi lebih tinggi dari kandungan unsur hara dan bahan organik pada tanah yang tertinggal. Hal ini sebagian disebabkan oleh peristiwa selektivitas erosi dan sebagian lagi disebabkan oleh karena lapisan atas tanah mengandung unsur hara lebih tinggi dari pada tanah lapisan bawah.

Kecepatan pemiskinan tanah akibat erosi menyebabkan perlunya

penerapan metode konservasi yang dapat menurunkan erosi tanah sampai sama

dengan atau di bawah TSL. Metode vegetatif yang memasukkan tanaman padi

gogo dan kedelai yang ditanam berurutan di antara tanaman kakao dengan strip

tanaman A. Pintoi diharapkan dapat memberikan AP dan erosi yang rendah.

Struktur tanaman A. Pintoi yang memiliki batang yang tumbuh menjalar dengan

susunan batang dan daun yang cukup padat di atas permukaan tanah,

menyebabkan tanaman tersebut berpotensi besar dalam menghambat AP dan

mencegah penghanyutan tanah. Pertumbuhan yang cepat dari tanaman padi gogo

dan kedelai dapat menutup permukaan tanah secara cepat dan pengembalian

jerami sebagai mulsa dapat melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung

Page 23: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

5

air hujan sehingga agregat tanah tetap terpelihara. Demikian pula penambahan

bahan organik ke dalam tanah yang bersumber dari sisa panen tanaman kedelai

dan hasil pangkasan A. Pintoi dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti stabilitas

agregat. Stabilitas agregat yang tinggi dapat menjamin porositas tanah semula

tetap tidak terganggu dan kapasitas infiltrasi dapat terjaga selama waktu terjadi

hujan. Box et al. (1996) mengemukakan bahwa penghancuran agregat tanah

berkurang dengan adanya residu tanaman, batu, dan vegetasi di atas permukaan

tanah. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dekomposisi residu tanaman yang

diberikan ke permukaan tanah sebagai bahan organik mempengaruhi sifat tanah

permukaan, yakni mengurangi AP dan erosi sebagai dampak dari perbaikan sifat

fisik tanah yang tahan terhadap energi kinetik hujan dan kekuatan gerus AP.

Rendahnya AP dan erosi sebagai respon dari sistem pengelolaan yang

diterapkan akan memberikan nilai faktor C yang rendah. Pengusahaan tanaman

yang memiliki nilai faktor C yang rendah akan memberikan kedalaman tanah

yang cukup dengan sifat fisik dan kimia yang bagus sehingga mampu mendukung

pertumbuhan tanaman untuk tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari.

Dengan demikian, fungsi ganda dari ekosistem (fungsi pelestarian dan fungsi

pendapatan) dapat tercapai. Adapun bagan alir kerangka berpikir penelitian

ditunjukkan pada Gambar 1.

Erosivitas hujan

Topografi berlereng Pertanaman tanpa teknik konservasi

AP dan erosi Nilai faktor C

Page 24: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

6

Gambar 1. Bagan alir kerangka pikir penelitian

Tujuan Penelitian

1. Mempelajari efektifitas padi gogo, kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai

tindakan konservasi vegetatif dalam mengendalikan AP dan erosi tanah pada

pertanaman kakao, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan kakao, hasil

kedelai dan padi gogo

Produktivitas tanah

Pendapatan petani

Perlu pengelolaan yang baik

Teknik konservasi vegetatif

Tumpangsari + strip A. pintoi +mulsa + bahan organik

Pendapatan petani

Sifat fisik

Sifat kimia

Distribusi pori dan s.agregat serta BD

Kadar hara NPK, C-org. & KTK

AP dan erosi Kesuburan tanah

Produktivitas tinggi secara lestari

Nilai faktor C

Page 25: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

7

2. Menentukan nilai faktor C tanaman kakao berbagai umur dengan tindakan

pengelolaan yang diterapkan

3. Mempelajari sifat fisik dan kimia tanah sebagai respon terhadap tindakan

konservasi vegetatif pada pertanaman kakao dengan topografi berlereng

Hipotesis Penelitian

1. Penggunaan padi gogo, kedelai, dan tanaman A. pintoi sebagai metode

konservasi vegetatif memegang peran yang nyata dalam mengendalikan AP

dan erosi tanah pada pertanaman kakao muda dengan topografi berlereng,

serta memberikan tambahan pendapatan kepada petani

2. Penerapan tindakan pengelolaan konservasi pada umur tanaman kakao yang

berbeda akan memberikan nilai faktor C yang berbeda pula

3. Tindakan konservasi vegetatif memegang peran yang nyata dalam perbaikan

sifat fisik dan kimia tanah

Kegunaan Penelitian

1. Menjadi salah satu acuan dalam strategi pengelolaan lahan untuk

meningkatkan produktivitas lahan kering dan perbaikan fungsi ekosistem,

baik sebagai fungsi pelestarian maupun fungsi pendapatan

2. Memberikan tambahan pendapatan kepada petani dengan metode konservasi

dan mengurangi AP da erosi tanah

3. Nilai faktor C yang diperoleh membantu dalam prediksi erosi dengan USLE

untuk menentukan pilihan tindakan pengelolaan, khususnya pada pertanaman

kakao

Page 26: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

8

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian, Proses, serta Dampak yang Ditimbulkan Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-

bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain

(Arsyad, 2000). Menurut Kartasapoetro et al. (1989), erosi merupakan

penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang

berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia.

Selanjutnya Foth (1990) mengemukanan bahwa erosi adalah suatu proses

terlepasnya bagian permukaan tanah sebagai akibat pukulan air hujan dan angin

secara terus menerus.

Daerah beriklim basah seperti Indonesia, air merupakan penyebab utama

erosi tanah, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Erosi oleh

air dimulai ketika hempasan tetesan air jatuh pada permukaan tanah yang terbuka.

Tetesan air memecahkan agregat tanah pada permukaan pedon dan pada

kemiringan rendah menyebabkan perpindahan tanah sebagai percikan. Partikel

tanah yang terlepas mungkin diangkut oleh aliran air pada permukaan tanah

(Singer dan Donald, 1987). Perpindahan dan pengangkutan partikel tanah pada

lahan yang memiliki kemiringan > 3% kebanyakan melalui AP, sedangkan pada

kemiringan < 3%, perpindahan dan transpor partikel kebanyakan disebabkan oleh

percikan air hujan (Craswel et al., 1984).

Menurut Arsyad (2000), proses erosi merupakan kombinasi dua sub proses

yaitu (1) penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi

tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah (Dh) dan perendaman oleh air yang

tergenang (proses dispersi), dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah

oleh percikan hujan (Th), dan (2) penghancuran struktur tanah (DI) diikuti

pengangkutan butir-butir tanah tersebut (TI) oleh air yang mengalir di permukaan

tanah. Erosi terjadi jika kapasitas angkut (Th dan TI) > butir-butir tanah yang

terlepas (Dh dan DI) dan sebaliknya. Greenland dan Lal (1977) mengemukakan

bahwa kepekaan tanah terhadap penghancuran dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah,

antara lain: distribusi ukuran partikel, kandungan bahan organik, permeabilitas,

struktur, dan kekuatan tanah.

Page 27: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

9

Kerusakan lahan akibat erosi yang paling nyata adalah terangkutnya

lapisan olah tanah yang sangat penting artinya dalam budidaya tanaman. Jika

terjadi penghanyutan terus menerus, yang tertinggal adalah tanah lapisan bawah

yang kurang subur dengan sifat fisik yang kurang bagus, sehingga mempengaruhi

produksi tanaman (Hakim et al., 1986). Menurut Arsyad (2000), tanah yang

terangkut dalam proses erosi akan diendapkan di tempat lain; di dalam sungai,

waduk, danau, saluran irigasi, di atas tanah pertanian, dan sebagainya. Dengan

demikian maka kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi pada dua

tempat yaitu (1) pada tanah tempat erosi terjadi dan (2) pada tempat tujuan akhir

tanah tersebut diendapkan. Sejalan yang dikemukakan Donahue et al. (1983)

bahwa erosi tanah mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan kerusakan tempat-

tempat penyimpanan air (reservoir).

Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa

kemunduran sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah. Hal ini menyebabkan

terjadinya penurunan produktivitas lahan pertanian. Hasil penelitian Weesies et

al. (1994) menunjukkan bahwa penurunan kandungan fosfor, air tersedia, dan

bahan organik akibat erosi masing-masing 38 kg ha-1, 51%, dan 16%

menyebabkan penurunan hasil jagung dan kedelai masing-masing 14% dan 24%.

Lebih lanjut hasil penelitian Gachene et al. (1998) menunjukkan bahwa pada plot

yang tererosi berat (273,85 ton ha-1) memberikan produksi biji jagung lebih

rendah (147,20 kg ha-1) dibandingkan dengan plot yang tererosi ringan (0,22 ton

ha-1) dengan produksi biji jagung 854,30 kg ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa

erosi tanah sangat berpengaruh terhadap penurunan produktivitas lahan pertanian.

Kemunduran sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada tanah tempat

terjadinya erosi terutama disebabkan karena kandungan bahan organik yang

sangat rendah akibat terbawa AP dan erosi, dimana bahan organik sangat berperan

dalam perbaikan sifat fisik, kmia, maupun biologi tanah. Sesuai dengan hasil

penelitian Indrawati (1998), bahwa pembenaman kompos/bahan organik pada

tanah regosol Mojosari terbukti mengurangi bobot isi tanah rata-rata 30% di

lapisan permukaan dan 16% di lapisan 20-45cm. Lebih lanjut hasil penelitian

Nursyamsi et al. (1995) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang 10

ton.ha-1 dan pupuk hijau setaria sp. 5 ton.ha-1 meningkatkan kandungan

C-organik, N-organik, dan KTK tanah.

Page 28: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

10

Penutupan Permukaan Tanah oleh Vegetasi dan Mulsa

Penutupan tanah oleh vegetasi memiliki peranan penting dalam melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung air hujan. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Dalam usaha pertanian, jenis tanaman yang diusahakan memainkan peranan penting dalam pencegahan erosi. Arsyad (2000) mengemukakan bahwa pengaruh vegetasi terhadap AP dan erosi dapat dibagi dalam empat bagian, yakni (a) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman; (b) mengurangi kecepatan AP dan kekuatan perusak air; (c) pengaruh akar dan kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah; dan (d) transfirasi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang.

Penelitian mengenai kondisi penutupan kanopi terhadap AP, erosi dan

nilai C dari Universal Soil Loss Equation (USLE) telah dilakukan oleh Truman

dan Willian (2001). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penutupan kanopi

yang lebih tinggi (78%) pada pertanaman kacang tanah 4 baris bedengan-1

memiliki rata-rata AP, erosi dan nilai C masing-masing 1,3; 1,4; dan 1,4 kali lebih

rendah dibandingkan dengan penutupan kanopi yang lebih rendah (62%) pada

pertanaman kacang tanah 2 baris bedengan-1. Demikian pula hasil penelitian Hafif

et al. (1992) pada tanah Typic Kandiudox lereng 8-15% di Jambi, bahwa

permukaan tanah yang dipertahankan tertutup mucuna dan mulsa sisa panen

memiliki erosi 3,8 kali lebih rendah dan AP 1,2 kali lebih rendah dibandingkan

dengan tanpa penutup tanah dan mulsa. Mulsa merupakan penutup tanah yang

berasal dari pangkasan rumput, sisa panen atau bahan-bahan lain yang disebarkan

di permukaan tanah.

Sebagaimana halnya dengan penutupan vegetasi, mulsa dapat berperan

dalam melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung air hujan sehingga

dapat mengurangi erosi tanah. Santoso et al. (2004) mengemukakan bahwa mulsa

berguna untuk: (1) mengurangi erosi dan AP, (2) menekan gulma dan mengurangi

biaya penyiangan, (3) mengatur suhu tanah, (4) meningkatkan kandungan bahan

orgaik tanah, dan (5) mengurangi penguapan air tanah sehingga meningkatkan

kelembaban tanah. Salah satu hasil penelitian yang menunjukkan peranan

penutupan permukaan tanah oleh mulsa jerami dalam mengurangi AP dan erosi

tanah telah dilakukan oleh Zuzel dan Pikul (1993) pada tanah lempung berdebu di

Page 29: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

11

Pendleton Amerika dengan kemiringan lahan 16%. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa penutupan permukaan tanah dengan mulsa jerami 100%

menghasilkan AP 33 mm dan erosi 3 toh.ha-1, sedangkan tanpa mulsa

menghasilkan AP 39 mm dan erosi 46 ton ha-1.

Topografi

Panjang dan kemiringan lereng adalah dua unsur topografi yang paling

berpengaruh terhadap tingkat erosi tanah oleh air (Wischmeier dan Smith 1978;

Arsyad, 2000). Hal yang sama dikemukakan Schwab et al. (1993) bahwa faktor

topografi (LS) mempengaruhi laju erosi dengan laju erosi yang lebih besar pada

kemiringan lereng yang lebih curam. Selanjutnya Kartasapoetro et al. (1989)

mengemukakan bahwa panjang lereng, kemiringan lereng, dan bentuk lereng

termasuk dalam faktor topografi yang mempengaruhi erosi. Menurut Utomo

(1989) dan Buckman dan Brady (1982), semakin panjang lereng, volume

kelebihan air yang berakumulasi di atasnya menjadi lebih besar, dan semakin

besar derajat kemiringan lereng, kecepatan aliran air meningkat sehingga erosi

meningkat dengan meningkatnya kecepatan aliran air.

Faktor panjang dan kemiringan lereng merupakan faktor penting di dalam

memilih teknik konservasi tanah dan air, karena semakin besar kemiringan lereng,

maka laju AP semakin cepat. Oleh karena itu, strategi konservasi tanah dan air

pada lahan berlereng adalah memperlambat laju AP dan memperpendek panjang

lereng untuk memberi kesempatan lebih lama pada air meresap ke dalam tanah

(Subagyono et al. 2004). Dengan demikian, hanya sebagian kecil air hujan yang

jatuh di atas permukaan tanah mengalir sebagai AP dengan daya angkut yang

lebih rendah terhadap partikel tanah.

Hasil penelitian Suganda et al. (1997) pada pertanaman kubis dan buncis

dengan kemiringan 9 – 22% menunjukkan bahwa jumlah erosi pada bedengan

searah lereng dengan panjang 10 m adalah 2,5 kali lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah erosi pada bedengan searah lereng dengan panjang 4,5 m dipotong

teras gulud pada ujung bawah bedengan. Hasil penelitian serupa dilakukan oleh

Erfandi et al. (2002) menunjukkan bahwa bedengan searah lereng dengan panjang

5 m yang dipotong teras gulud dan bedengan yang dibuat searah kontur sangat

Page 30: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

12

nyata mengurangi jumlah AP dan erosi masing-masing 50 – 70% dan 90 – 95%

dibandingkan dengan bedengan searah lereng. Penelitian pencegahan erosi

dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air pada topografi berlereng telah

banyak dilakukan, terutama pada pertanaman tanaman semusim. Adapun pada

tanaman perkebunan, khususnya pada pertanaman kakao sebelum kanopi kakao

saling menutup, hasil-hasil penelitian pencegahan erosi belum nampak

dipublikasikan.

Strip Rumput

Strip rumput merupakan salah satu bentuk pengendalian erosi secara

vegetatif. Rumput ditanam pada strip searah kontur dengan lebar 0,5 – 1,0 m,

ditujukan untuk menghambat laju AP dan erosi tanah. Menurut Santoso (2004),

pertanaman strip adalah pertanaman berlajur dimana penanaman dua jenis

tanaman atau lebih di dalam strip-strip secara berselang-seling antara tanaman

pokok dan tanaman penutup tanah yang diterapkan pada lahan berlereng 15-40%.

Jenis rumput yang ditanam biasanya rumput pakan ternak yang menghasilkan

banyak bahan hijau dan kualitas yang baik untuk pakan ternak, namun tidak

menimbulkan persaingan penyerapan zat hara dan pemanfaatan sinar matahari

dengan tanaman semusim (Abdurachman dan Sutono, 2002).

A. pintoi merupakan tanaman penutup tanah yang memenuhi kriteria

tersebut karena di samping sebagai pengontrol erosi, juga sebagai pakan ternak

yang dapat menghasilkan bahan hijau rata-rata 36,4 ton ha-1 th-1. Di samping itu,

A. pintoi tidak menimbulkan persaingan cahaya dan hara dengan tanaman

semusim karena A. pintoi merupakan herba tahunan yang tumbuh rendah, dan jika

hasil pangkasan digunakan sebagai kompos akan memberikan sumbangan N, P,

dan K rata-rata setara dengan 314 kg urea ha-1 th-1, 66 kg SP-36 ha-1 th-1, dan 156

KCl ha-1 th-1 (Anonim, 2005). A. pintoi berpotensi besar mencegah hanyutnya

tanah karena memiliki batang yang tumbuh menjalar membentuk anyaman yang

kokoh yang dapat menghambat laju AP. Peranan strip rumput dalam

mengendalikan AP dan erosi serta perbaikan sifat tanah telah dibuktikan oleh

beberapa hasil penelitian

Page 31: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

13

Hasil penelitian Udawatta et al. (2002) menunjukkan bahwa strip rumput

jenis legum yang ditanam searah kontur menghasilkan erosi 1,1 kali lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan agroforestri tanpa strip tanaman searah kontur.

Selanjutnya Henny (1995) mengemukakan bahwa strip tanaman terutama yang

tumbuh rapat menciptakan hambatan yang lebih banyak terhadap AP yang

mengakibatkan partikel yang lebih kasar seperti pasir akan tertinggal dan

mengendap labih dahulu, sementara partikel halus seperti liat tetap berada dalam

suspensi dan terangkut bersama AP.

Keuntungan Tumpangsari Kakao dengan Tanaman Semusim

Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian seperti penebangan hutan

pada topografi berlereng untuk digunakan sebagai pertanaman kakao akan

mengakibatkan degradasi tanah. Hal ini terjadi sebagai dampak pengolahan

tanah pada saat persiapan lahan dan rendahnya penutupan tanah pada saat

tanaman kakao masih muda. Oleh karena itu, penutupan tanah perlu ditingkatkan

dengan sistem agroforestri dalam bentuk tumpangsari kakao dengan tanaman

semusin yang disertai dengan tindakan konservasi tanah dan air. Persentase

penutupan tanah yang tinggi melindungi tanah dari pukulan butir-butir hujan dan

menjamin pengembalian bahan organik yang tinggi ke dalam tanah, sehingga

kesuburan tanah dapat diperbaiki, baik fisik, kimia, maupun biologi tanah.

Kesuburan fisik dengan penurunan BD dan peningkatan stabilitas agregat

berimplikasi terhadap penurunan pemadatan tanah dan pemeliharaan distribusi

pori yang tetap dapat menjamin infiltrasi air yang tinggi. Hal tersebut sejalan

dengan hasil penelitian Bharati et al. (2002) bahwa kapasitas infiltrasi tanah

signifikan lebih besar dan BD signifikan lebih rendah pada sistem agroforestri

yang mengintegrasikan tanaman pohon-perdu-rumput dibandingkan dengan tanpa

tanaman pohon.

Peranan tanaman pohon dan tanaman tahunan lainnya seperti kakao pada

sistem tumpangsari dengan tanaman semusim, diharapkan tidak hanya

meningkatkan infiltrasi air, tetapi juga meningkatkan pemanfaatan air oleh

tanaman dengan perkembangan perakaran tanaman yang dalam dan distribusi akar

yang lebih luas di dalam tanah. Hal ini penting, karena menurut Arsyad (2000)

salah satu yang mempengaruhi tingkat infiltrasi adalah kandungan air tanah.

Page 32: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

14

Hasil penelitian Odhiambo et al. (2001) menunjukkan bahwa plot dengan vegetasi

pohon yang tinggi memiliki kandungan kelembaban yang rendah dibandingkan

dengan plot kontrol yang ditanami jagung dan kedelai dengan sedikit tanaman

pohon. Kandungan kelembaban yang rendah akan meningkatkan infiltrasi air

pada kejadian hujan berikutnya, sehingga meningkatkan kandungan air tanah.

Dengan demikian, efisiensi penggunaan air lebih tinggi pada sistem yang

mengintegrasikan tanaman tahunan dengan tanaman semusim.

Efisiensi penggunaan air yang tinggi oleh tanaman akan memperbaiki

pertumbuhan dan meningkatkan biomas tanaman. Pengembalian biomas yang

tinggi, baik yang bersumber dari bagian tanaman di atas tanah maupun di bawah

permukaan tanah akan memperbaiki kesuburan tanah. Menurut Pandey et al.

(2000), peningkatan bahan organik yang konsisten dari sistem agroforestri

meningkatkan agregasi tanah, mencegah erosi, memperbaiki struktur tanah, dan

meningkatkan biomas mikrobia.

Peningkatan kesuburan tanah pada sistem agroforestri menyebabkan

peningkatan secara signifikan produksi tanaman dibandingkan jika ditanam secara

monokultur. Hasil penelitian Scroth (2001) menunjukkan bahwa cupuacu yang

ditanam dengan pohon palem, karet, dan pepaya memberikan hasil 72% lebih

tinggi dibandingkan dengan yang ditanam pada sistem monokultur. Hal ini

diduga karena peran dari aktivitas mikroorganisme tanah yang tinggi pada

berbagai lapisan dan pemanfaatan residu pupuk dalam gawangan antara pohon.

Selanjutnya hasil penelitian Barzegar et al. (2002) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara perbaikan sifat fisik tanah dengan produksi tanaman, dimana BD

yang rendah dan stabilitas agregat > 250 um yang tinggi pada perlakuan

pengolahan dengan garpu (chisel) memberikan produksi buncis dan bahan kering

yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan bajak (plow) dan kombinasinya

(chisel- plow).

Sistem pengelolaan yang memasukkan tanaman pohon/tahunan (tanaman

kakao) dengan tanaman semusim (padi gogo dan kedelai) serta strip tanaman

A. pintoi pada satu unit lahan yang sama, akan memberikan keuntungan ganda,

yaitu perbaikan fungsi ekosistem dan perbaikan pendapatan petani. Perbaikan

fungsi ekosistem melalui penutupan tanah dan pengembalian bahan organik yang

Page 33: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

15

tinggi serta strata perakaran, sedangkan perbaikan pendapatan petani dengan

adanya tanaman semusim yang dapat memberikan penghasilan yang cepat kepada

petani dan tanaman tahunan sebagai tanaman jangka panjang memberikan hasil

untuk beberapa dekade. Menurut Schroth, et al. (2001) adanya strata perakaran

tanaman pohon yang dalam mencegah pencucian hara dan memperbaiki

ketersediaan hara untuk tanaman serta mencegah dampak lingkungan yang

muncul akibat pencucian hara yang tinggi dari laha-lahan pertanian. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa sistem multistrata akan memberi keuntungan secara ekonomi

dan biofisik dengan penanaman tanaman tahunan yang dapat memberikan

produksi untuk beberapa dekade dan tanaman yang memiliki siklus hidup yang

singkat memberi uang cash kepada petani dengan segera. Dengan demikian,

sistem multistrata dengan persentase penutupan tanah tinggi oleh tanaman-

tanaman yang bernilai ekonomi akan memberi keuntungan secara ekonomi dan

ekologi.

Budidaya Kakao

Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman tahunan yang memiliki

nilai ekonomi yang cukup tinggi, dimana biji kakao merupakan komoditas yang

penting dalam dunia perdagangan internasional. Produksi kakao yang tinggi dapat

diperoleh melalui cara-cara budidaya kakao yang baik. Sunanto (1992) telah

mengemukakan syarat tumbuh dan cara-cara budidaya tanaman kakao.

Dijelaskan bahwa tanaman kakao dapat tumbuh subur dan berproduksi tinggi pada

ketinggian 1 – 600 mdpl. Sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman

kakao, yakni: memiliki solum minimum 90 cm dan cukup gembur, bahan organik

dan kadar hara yang cukup dan seimbang, pH 6,0 – 7,5 (pH optimum), dan

kemiringan tanah maksimum 40%. Kemasaman yang tinggi (pH < 5) dapat

diatasi dengan pengapuran. Pertumbuhan dan produksi kakao juga sangat

dipengaruhi oleh faktor iklim. Tanaman kakao dapat tumbuh di daerah yang

terletak antara 20o LU (Lintang Utara) dan 20o LS (Lintang Selatan). Iklim yang

baik untuk pertumbuhan tanaman kakao, yakni: curah hujan 1600 – 3000 mm th-1

(tetapi untuk tanah bertekstur liat curah hujan 1500 mm th-1, dan tanah berpasir

curah hujan 2000 mm th-1), suhu 24 – 28oC, kelembaban udara relatif konstan

Page 34: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

16

(sekitar 80%), intensitas penyinaran 50% (70 – 80% untuk tanah-tanah yang

subur), dan kecepatan angin 2 – 5 m detik-1.

Penanaman tanaman kakao dapat dilakukan baik secara monokultur

maupun polikultur. Penyulaman dilakukan jika pertumbuhan tanaman kurang

bagus dan atau mati. Penyulaman dilakukan sampai tanaman kakao berumur 10

tahun, karena umur bongkar tanaman kakao adalah 25 tahun. Dengan demikian,

sebelum tanaman kakao yang sudah tua dibongkar, tanaman sisipan atau sulaman

sudah mulai berproduksi. Pengendalian gulma dapat dilakukan baik secara

manual, mekanis maupun kimiawi. Pelaksanaan pengendalian gulma secara

manual atau mekanis harus dilakukan secara hati-hati, karena pada kedalaman 20

– 30 cm merupakan tempat berkembangnya perakaran sekunder tanaman kakao.

Adapun pemupukan, dilakukan berdasarkan hasil analisis tanah dan daun, jika

tidak tersedia data hasil analisis, pemupukan dilakukan dengan dosis berdasarkan

umur tanaman kakao (umur dua, enam, 12, 18, dan 24 bulan, umur 3, 4, dan 5

tahun dosis ZA : TSP : KCl masing-masing 50 : 0 : 0 g pohon-1; 75 : 50 : 30 g

pohon-1, 100 : 0 : 0 g pohon-1, 150 : 100 : 70 g pohon-1, 200 : 0 : 0 g pohon-1, 2 x

100 : 2 x 50 : 2 x 50 g pohon-1 th-1, 2 x 200 : 2 x 100 : 2 x 100 g pohon-1 th-1, 2 x

250 : 2 x 125 : 2 x 125 g pohon-1 th-1, dan dosis pada umur > 5 tahun = dosis pada

umur 5 tahun). Adapun pemangkasan, meliputi pemangkasan bentuk (cabang

yang dipelihara 3 – 4 cabang yang letaknya merata ke segala arah), pemangkasan

pemeliharaan (membuang tunas air dan cabang kering), dan pemangkasan

produksi (mengurangi kelebatan daun agar penerimaan sinar matahari merata ke

semua lapisan tajuk). Hasil penelitian Baharudin et al. (2002) menunjukkan

bahwa diversifikasi tanaman kakao dengan lada dan panili yang disertai dengan

pemupukan dan pemangkasan tanaman kakao berpengaruh nyata terhadap

peningkatan produksi biji kakao di Sulawesi tenggara.

Page 35: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

17

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada pertanaman kakao muda (umur 5–7 bulan

dan 25–27 bulan) dengan topografi berlereng (10-15% dan 40-45%). Lokasi

percobaan secara administrasi termasuk ke dalam Desa Amosilu, Kecamatan

Besulutu, Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara dan secara geografis

terletak 03o56’34” LS dan 122o18’25” BT. Jenis tanah lokasi penelitian adalah

Tipik Hapludult dengan CH rata-rata < 2000 mm th-1 (Tabel Lampiran 2)

Analisis sifat fisik dan kimia tanah dilaksanakan di laboratorium Fisika-

Konservasi Institut Pertanian Bogor (IPB) dan laboratorium Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Kendari.

Pelaksanaan penelitian dimulai Desember 2006 – September 2007,

sedangkan analisis sampel di laboratorium dimulai Oktober – November 2007.

Jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Desember 2006: pembuatan petak erosi

2. Analisis tanah awal penelitian

3. Pertengahan Januari – Mei 2007: periode tanaman padi gogo yang diawali

dengan penanaman A. pintoi sebagai tanaman strip

4. Awal Juni – September 2007: periode tanaman kedelai

5. Akhir Oktober – November 2007: analisis sampel di laboratorium

Secara skematis pelaksanaan penelitian tersebut disajikan pada Gambar 2 berikut:

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli AgustusSeptemberOktoberNovember

Pembuatan analisis Petak erosi tanah Analisis sampel di awal laboratorium Gambar 2. Skema pelaksanaan penelitian meliputi pembuatan petak erosi-

penanaman padi gogo-penanaman kedelai-analisis sampel tanah di Laboratorium

Padi gogo Kedelai

Page 36: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

18

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan di lapangan terdiri dari:

1. Benih padi gogo (varietas situbagendit) dan benih kedelai (varietas wilis)

sebagai tanaman sela

2. Bibit A. pintoi sebagai tanaman strip

3. Pupuk urea, SP-36, KCl, dan insektisida Bahan-bahan yang digunakan di Laboratorium terdiri dari:

1. Natrium pirofosfat dan amilalkohol (untuk analisis tekstur)

2. H2SO4, NaOH, HCl, Selenium, H3BO3, dan Indikator Conway (penetapan N

total dengan Kjeldahl method)

3. HCl (penetapan P dan K dengan ekstrak HCl 25%)

4. K2Cr2O7, H2SO4, FeSO4, indikator ferroin, KMnO4, dan natrium oksalat

(penetapan C-organik dengan Walkley-Black dan permanganatometri)

5. NH4OAc, alkohol 80%, NaOH (penetapan KTK dengan metode ammonium

asetat)

6. Larutan sangga sitrat, larutan fenol, larutan natrium hipoklorit, larutan standar

N 1000 ppm N-NH4 (penetapan N-NH4 dengan metode biru indofenol)

7. Larutan sangga NH4OAc 1M pH 4,8, larutan brusin 2%, H2SO4 pekat, larutan

standar N 1000 ppm N-NO3 (penetapan N-NO3 dengan metode brusin)

8. Pereaksi P, larutan standar P 1000 ppm, larutan standar K 1000 ppm

(penetapan PO4 dan K masing-masing dengan metode biru molibden dan

fotometri nyala)

Peralatan yang digunakan di lapangan terdiri dari:

1. Meteran profil untuk deskripsi profil

2. Bor untuk mengambil sampel tanah

3. Plastik untuk pembatas petak erosi

4. Drum untuk menampung AP

5. Bak plastik untuk menampung sedimen atau tanah tererosi

6. Cylinder infiltrometer untuk mengukur infiltrasi

7. Ombrometer untuk mengukur CH

Page 37: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

19

8. Meteran dan jangka sorong masing-masing untuk mengukur tinggi tanaman,

diameter tajuk, dan diameter batang tanaman kakao Peralatan yang digunakan di laboratorium terdiri dari:

1. Ayakan kering dan basah (untuk penetapan stabilitas agregat)

2. Pressure plate (untuk penetapan kadar air pF 1,00; 2,00; dan 2,54) dan

pressure membrane (untuk penetapan kadar air pF 4,20)

3. Gelas piala, milk shaker, hydrometer, tabung sedimentasi, termometer, dan

bak air pengatur suhu (untuk analisis tekstur)

4. Oven (untuk penetapan BD, kadar air, dan jumlah sedimen)

5. Atomic Absorption Spectrophotometry atau AAS (untuk penetapan sifat kimia

tanah)

6. pH-meter (untuk penetapan pH tanah)

7. Timbangan elektrik

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan lapangan pada petak erosi berukuran

10 m x 5 m yang disusun dalam Rancangan Split Plot dengan ulangan sebagai

Blok, terdiri dari dua faktor, yaitu kombinasi umur tanaman kakao dan kemiringan

lereng sebagai faktor pertama, dan teknik konservasi sebagai faktor kedua.

1. Umur tanaman kakao/kemiringan lereng terdiri dari empat taraf yaitu:

a. Umur tanaman kakao 5 - 7 bulan dan kemiringan lereng 10 – 15% (P1)

b. Umur tanaman kakao 25 - 27 bulan dan kemiringan lereng 10 – 15% (P2)

c. Umur tanaman kakao 5 – 7 bulan dan kemiringan lereng 40 – 45% (P3)

d. Umur tanaman kakao 25 –27 bulan dan kemiringan lereng 40 – 45% (P4)

2. Teknik konservasi dengan tiga taraf yaitu:

a. Kakao + gulma dibiarkan tumbuh pada gawangan kakao (T1)

b. Kakao + padi gogo ditanam berurutan dengan kedelai (T2)

c. Kakao + padi gogo ditanam berurutan dengan kedelai + strip A. pintoi (T3)

Kombinasi perlakuan sebagai berikut:

P1T1 P2T1 P3T1 P4T1 P1T2 P2T2 P3T2 P4T2 P1T3 P2T3 P3T3 P4T3

Page 38: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

20

Terdapat 12 petak perlakuan dari kombinasi (2 x 2) x 3 taraf masing-masing faktor. Setiap perlakuan diulang 3 kali, dan untuk menghitung nilai faktor C dibuat petak pembanding secara terpisah sebanyak 3 ulangan sehingga total petak erosi yang dibuat adalah 39 petak.

Tahapan Penelitian

Guna mencapai tujuan dan menjawab hipotesis yang diajukan, secara umum penelitian dilaksanakan dalam 7 tahapan kegiatan, yaitu (1) penentuan lokasi penelitian, (2) pembuatan petak erosi, (3) pemberian perlakuan, (4) pemeliharaan tanaman, (5) pengamatan AP, erosi, sifat fisik, dan kimia tanah, serta pengamatan komponen pertumbuhan dan produksi, (6) analisis data, dan (7) analisis kelayakan finansial. Bagan alir kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 3.

Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan sistem penggunaan lahan, yaitu

pertanaman kakao umur 5-7 bulan dan 25–27 bulan pada kemiringan 10–15% dan

40–45%, sehingga terdapat empat site penelitian. Karakteristik lokasi penelitian

relatif sama terutama mengenai sifat tanah. Untuk memastikan bahwa lokasi

penelitian memiliki sifat tanah yang relatif sama, dilakukan pemboran pada

beberapa titik dengan kedalaman 0 – 30 cm dan 30 – 60 cm, selanjutnya lokasi

penelitian ditempatkan pada daerah yang memiliki ciri tanah yang relatif sama.

Pada site terpilih, dibuat profil tanah dengan ukuran panjang 150 cm, lebar 100

cm, dalam 130 cm atau sampai pada lapisan yang membatasi perakaran.

Deskripsi profil dimulai dengan membedakan horizon-horizon dan kemudian

diamati sifat setiap horizon yang meliputi: warna, tekstur, struktur, konsistensi,

kutan, konkresi, dan nodul. Untuk analisis sifat kimia diambil 1 kg contoh tanah

terganggu pada setiap horizon, sedangkan untuk analisis sifat fisik (BD), contoh

tanah tidak terganggu (menggunakan ring) diambil pada setiap horizon. Dalam

penelitian ini, keempat site penelitian berada pada lokasi yang berdekatan (satu

hamparan) sehingga profil pewakil dibuat berdasarkan kemiringan, yakni satu

profil dibuat pada kemiringan 15% dan satu profil pada kemiringan 45%.

Page 39: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

21

Gambar 3. Bagan alir kegiatan penelitian

Pertanaman kakao muda

Deskripsi profil Analisis sifat tanah pada awal penelitian

Pembuatan petak erosi

Kemiringan lereng 10-15% Kemiringan lereng 40 - 45%

Kriteria petak erosi

Umur kakao 5-7 bulan

Umur kakao 25-27 bulan

Kakao + gulma (T1)

Kakao + rotasi padi gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Kakao + rotasi padi gogo-kedelai (T2)

Pengamatan: 1. Pengukuran AP dan erosi dan penetapan nilai

faktor C 2. Pengukuran sifat fisik dan kimia tanah 3. Pengukuran kadar hara dan C-organik sedimen

dan AP 4. Pengukuran pertumbuhan dan produksi tanaman

Analisis statistik dengan program SAS:

1. ANOVA 2. Uji Duncan

Dibuat petak pembanding tanpa tanaman untuk penetapan nilai C

Hasil penelitian: 1. Jumlah AP dan erosi serta nilai faktor C 2. Jumlah kehilangan hara N, P, K, dan C-organik 3. Sifat fisik dan kimia tanah setiap perlakuan 4. Enrichment Ratio (ER) 5. Pertumbuhan dan produksi tanaman

Input & output produksi

Analisis Usahatani

Kelayakan pengembangan kakao dengan metode konservasi yang diterapkan

Page 40: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

22

Pembuatan petak erosi

Petak erosi berukuran 10 m x 5 m dibuat dengan pembatas petak

menggunakan bahan tidak tembus air. Pembatas petak dibenamkan ke tanah 15

cm-20 cm dengan 15 cm - 20 cm di atas permukaan tanah. Pada bagian bawah

petak dibuat saluran dengan dasar saluran menggunakan bahan tidak tembus air

untuk menghindari terjadinya rembesan. Sedimen dialirkan pada bak penampung

sedimen atau soil collector (baskom dengan kapasitas tampung rata-rata 52 liter)

dan AP dialirkan ke tangki penampung AP atau runoff collector (drum dengan

kapasitas tampung rata-rata 220 liter) menggunakan pipa yang dihubungkan

dengan bak penampung sedimen. Jumlah pipa pembagi aliran pada bak

penampung sedimen sebanyak sembilan buah, delapan aliran langsung terbuang

dan hanya satu aliran yang ditampung pada bak penampung AP. Jumlah pipa

pembagi aliran ini didasarkan pada curah hujan tertinggi (96,4 mm hari-1) lokasi

penelitian yang pernah terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Berdasarkan

data CH tersebut, dengan asumsi infiltrasi sebesar 59% (berdasarkan hasil

penelitian Hafid, 2001), maka jumlah AP petak-1 adalah 1976 liter dan jika jumlah

ini dibagi sembilan maka banyaknya AP yang harus ditampung pada bak

penampung AP sebesar 220 liter. Bagian atas tangki penampung AP ditutup

untuk menghindari masuknya air hujan secara langsung.

Pemberian perlakuan

Perlakuan diatur sesuai dengan rancangan percobaan. Pada petak erosi

yang telah dibuat pada dua kriteria kemiringan (10-15% dan 40-45%) dan dua

kriteria umur tanaman kakao (5-7 bulan dan 25-27 bulan) diberi perlakuan

tindakan konservasi sebagai berikut:

- T1 (kakao + gulma dibiarkan tumbuh pada gawangan kakao). Penyiangan hanya

dilakukan pada piringan kakao dan hasil pangkasan kakao disebar diatas

piringan. Pemangkasan dilakukan sekali dalam empat bulan..

- T2 (kakao + padi gogo ditanam berurutan dengan kedelai). Padi gogo dan kedelai

ditanam berurutan di antara tanaman kakao dengan jarak tanam padi gogo 10

cm dalam barisan dan 40 cm antar barisan, sedangkan jarak tanam kedelai 20

cm dalam barisan dan 40 cm antar barisan. Sebelum padi gogo ditanam,

Page 41: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

23

dilakukan pengolahan tanah dengan cangkul untuk menggemburkan tanah,

kemudian tanah ditugal dan dimasukkan 5 – 7 benih padi gogo per lubang

tanam. Panen padi gogo dilakukan menggunakan sabit dengan memotong

batang padi sekitar 5 cm dari permukaan tanah. Setelah padi gogo dipanen,

dilakukan penanaman kedelai tanpa didahului dengan pengolahan tanah karena

kondisi tanah masih cukup gembur (BD tanah berkisar 1 g cm-3) untuk

mendukung perkecambahan kedelai, sehingga setelah jerami padi gogo disebar

di permukaan tanah sebagai mulsa, tanah langsung ditugal dan dimasukkan 3 –

5 benih kedelai per lubang tanam. Pada umur 100 hari setelah tanam, kedelai

dipanen dan brangkasan kedelai dikeringkan sampai biji kedelai mudah terlepas

dari polongnya.

- T3 (kakao + padi gogo ditanam berurutan dengan kedelai + strip A. pintoi).

A. pintoi ditanam pada strip searah kontur dengan jarak antar strip 6 m dan lebar

strip dipertahankan 0,3 m. Hasil pangkasan A. pintoi dibenamkan di sekeliling

piringan tanaman kakao sebagai pupuk organik, sedangkan hasil pangkasan

tanaman kakao dan sisa panen padi gogo serta kedelai disebar di atas

permukaan tanah sebagai mulsa. Tanaman A. pintoi dipangkas pertama kali

pada umur dua bulan dan selanjutnya dipangkas sekali dalam dua minggu.

Namun demikian, untuk menghindari kehilangan tanah yang tinggi melalui

erosi akibat pembongkaran tanah pada saat pembenaman hasil pangkasan A.

Pintoi, maka pembenaman dilakukan hanya sekali dalam sebulan. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi: penyiangan, pemupukan, dan

pengendalian hama/penyakit. Untuk padi gogo, penyiangan dilakukan tiap

minggu pada satu bulan pertama, selanjutnya dilakukan tiap dua minggu sekali

sampai padi gogo berumur dua bulan, dan pada umur padi gogo dua bulan sampai

tiga bulan hanya dilakukan satu kali penyiangan karena pertumbuhan gulma sudah

terhambat oleh penutupan tajuk padi gogo. Untuk kedelai, penyiangan dilakukan

tiap dua minggu sekali sampai kedelai berumur dua bulan, dan selanjutnya hanya

sekali penyiangan sampai kedelai dipanen. Intensitas penyiangan yang dilakukan

pada tanaman kedelai lebih rendah dibandingkan dengan padi gogo karena

pertumbuhan gulma pada masa tanam kedelai terhambat oleh adanya mulsa jerami

Page 42: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

24

yang merupakan sisa panen padi gogo. Penyiangan dilakukan dengan mencabut

gulma-gulma yang tumbuh di pertanaman, dan gulma-gulma yang telah dicabut

dihamparkan di atas permukaan tanah dengan terlebih dahulu ditimbang untuk

mengetahui bobot segarnya. Pemupukan dilakukan dengan pupuk anorganik

Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis 200 kg urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, dan 100

kg KCl ha-1 untuk padi gogo. Pupuk urea diberikan dua tahap, pertama pada umur

padi gogo dua minggu dan tahap kedua diberikan satu bulan berikutnya. Untuk

kedelai, pupuk diberikan dengan dosis 50 kg urea ha-1, 100 kg SP-36 ha-1, dan 100

kg KCl ha-1. Pemberian pupuk dilakukan dengan membenamkan pupuk dalam

larikan yang telah dibuat.

Pengamatan

Pengamatan dan pengukuran di lapangan

a. Aliran Permukaan (AP) (m3 ha-1)

Pengamatan jumlah AP pada petak berukuran 10 x 5 m dilakukan

ketika runoff collector hampir penuh dengan mengukur tinggi muka air dalam

runoff collector, jadi pengamatan tidak dilakukan pada setiap hari hujan. Hal

ini dilakukan karena keterbatasan tenaga yang dapat melakukan pengamatan

dan pengambilan sampel pada setiap hari hujan. Sampel AP yang diambil

digunakan untuk analisis kandungan sedimen yang tersuspensi dalam AP dan

untuk analisis kadar hara dan C-organik yang terlarut dalam AP.

Pengambilan sampel dilakukan dengan terlebih dahulu mengaduk air yang

ada dalam runoff collector agar sampel yang diambil representatif terhadap

AP dalam runoff collector

Jumlah sampel AP yang diambil untuk analisis kandungan sedimen

sebanyak 250 ml per runoff collector per pengamatan. Sampel tersebut

disaring menggunakan tissue dengan terlebih dahulu menimbang tissue yang

digunakan untuk mengetahui bobotnya. Sedimen yang tersaring di oven pada

suhu 105oC selama 24 jam kemudian didinginkan di dalam desikator untuk

menstabilkan beratnya. Bobot sedimen yang diperoleh adalah bobot sedimen

Page 43: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

25

dengan tissue dikurangi dengan bobot tissue yang digunakan. Jumlah

sedimen yang tersuspensi dalam AP selama penelitian dihitung dengan rumus:

E = V x B ...................................................................................................... (1)

yang mana: E = Jumlah sedimen yang tersuspensi dalam AP (ton ha-1 th-1) V = Volume AP (m3 ha-1 th-1) B = Bobot kering sedimen yang tersuspensi dalam AP (g L-1)

Jumlah sampel yang diambil untuk analisis kadar hara dan C-organik

AP sebanyak 150 ml per runoff collector per pengamatan. Sampel tersebut

disimpan di lemari pendingin (refrigerator) pada suhu 4oC. Analisis kadar

hara dan C-organik AP dilakukan pada akhir penelitian dengan sampel

komposit dari beberapa pengamatan sesuai dengan perbandingan jumlah AP.

Sebagai contoh, sampel dari jumlah AP sebanyak 200 liter, 150 liter, dan 215

liter masing-masing diambil 100 ml, 75 ml, dan 108 ml kemudian

dikompositkan. Setelah diaduk sampai homogen diambil sebanyak 250 ml

untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan kadar hara N,

P, K, dan C-organik AP.

Jumlah hara N yang terbawa AP pada setiap perlakuan dihitung

dengan rumus:

Y = NH3 x V ................................................................................................. (2)

yang mana: Y = Jumlah N yang terbawa pada AP (kg NH4 ha-1 th-1) NH3 = Kadar hara N (mg NH4 L-1)

V = Volume AP (m3 ha-1 th-1)

Y = NO3 x V ................................................................................................. (3)

yang mana: Y = Jumlah N yang terbawa AP (kg NO3 ha-1 th-1) NO3 = Kadar hara N (mg NO3 L-1)

V = Volume AP (m3 ha-1 th-1)

Y = NO2 x V ................................................................................................. (4)

yang mana: Y = Jumlah N yang terbawa AP (kg NO2 ha-1 th-1) NO2 = Kadar hara N (mg NO2 L-1)

V = Volume AP (m3 ha-1 th-1)

Jumlah hara P yang terbawa AP pada setiap perlakuan dihitung

dengan rumus:

Y = PO4 x V .................................................................................................. (5)

Page 44: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

26

yang mana: Y = Jumlah P yang terbawa AP (kg PO4 ha-1 th-1) PO4 = Kadar hara P (mg PO4 L-1)

V = Volume AP (m3 ha-1 th-1)

Jumlah hara K yang terbawa AP pada setiap perlakuan dihitung

dengan rumus:

Y = K x V ..................................................................................................... (6)

yang mana: Y = Jumlah K yang terbawa AP (kg K ha-1 th-1) K = Kadar hara K (mg L-1)

V = Volume AP (m3 ha-1 th-1)

Jumlah C-organik yang terbawa AP pada setiap perlakuan dihitung

dengan rumus:

Y = C x V ..................................................................................................... (7)

yang mana: Y = Jumlah C-organik yang terbawa AP (kg ha-1 th-1) C = Kadar C-organik (%)

V = Volume AP (m3 ha-1 th-1)

b. Sedimen (ton ha-1)

Pengamatan dan pengambilan sampel sedimen pada soil collector

dilakukan bersamaan dengan pengamatan dan pengambilan sampel AP pada

runoff collector. Semua sedimen yang ada pada soil collector dikeluarkan

pada setiap pengamatan setelah sebelumnya dilakukan pengambilan sampel

sebanyak 100 gram untuk analisis kadar hara dan C-organik sedimen.

Sedimen yang telah dikeluarkan dari soil collector dikeringanginkan

kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot basahnya. Untuk mengetahui

bobot kering sedimen, diambil sampel sebanyak 250 gram kemudian

dikeringkan dan dioven pada suhu 105oC selama 24 jam. Jumlah sedimen

pada bak penampung sedimen selama penelitian dihitung dengan rumus:

yang mana: E’ = Jumlah sedimen pada bak penampung sedimen (ton.ha-1.th-1)

Total tanah tererosi selama penelitian dihitung dengan rumus:

A = E + E’ .................................................................................................... (9)

)8......(..........)(25,0

)(' gsampeleringkbobotxkg

kgimendsebasahbobottotalE =

Page 45: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

27

yang mana: A = Total erosi tanah (ton ha-1 th-1) E = Jumlah sedimen yang tersuspensi dalam AP (ton ha-1 th-1)

E’ = Jumlah sedimen pada bak penampung sedimen (ton ha-1 th-1)

Adapun sampel untuk analisis kadar hara dan C-organik sedimen

disimpan di lemari pendingin pada suhu 4oC. Analisis kadar hara dan C-

organik sedimen dilakukan pada akhir penelitian dengan sampel komposit

dari beberapa pengamatan sesuai dengan perbandingan jumlah sedimen.

Sebagai contoh, sampel yang diambil dari jumlah sedimen 20 kg, 17 kg, 10

kg, dan 3 kg masing-masing diambil 100 gram, 85 gram, 50 gram, dan 15

gram kemudian dikompositkan. Setelah tercampur merata diambil sebanyak

200 gram untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan

kadar hara, N, P, K, dan C-organik sedimen.

Jumlah hara N yang terbawa sedimen pada setiap perlakuan dihitung

dengan rumus:

Y’ = N tot x E’ ........ ................................................................................ (10)

yang mana: Y’ = Jumlah N total yang terbawa sedimen (kg ha-1 th-1) N tot = Kadar hara N total (%)

E’ = bobot tanah tererosi (ton ha-1 th-1)

Jumlah hara P yang terbawa sedimen pada setiap perlakuan dihitung

dengan rumus:

Y’ = P2O5 x E’ ............................................................................................ (11)

yang mana: Y’ = Jumlah P yang terbawa sedimen (kg P2O5 ha-1 th-1) P2O5 = Kadar hara P (mg P2O5 100g-1)

E’ = bobot tanah tererosi (ton ha-1 th-1)

Jumlah hara K yang terbawa sedimen pada setiap perlakuan dihitung

dengan rumus:

Y’ = K2O x E’ ............................................................................................ (12)

yang mana: Y’ = Jumlah K yang terbawa sedimen (kg K2O ha-1 th-1) K2O = Kadar hara K (mg K2O 100g-1)

E’ = bobot tanah tererosi (ton ha-1 th-1)

Jumlah C-organik yang terbawa sedimen pada setiap perlakuan

dihitung dengan rumus:

Y’ = C’ x E’ ................................................................................................ (13)

Page 46: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

28

yang mana: Y’ = Jumlah C-organik yang terbawa sedimen (kg ha-1 th-1) C’ = Kadar C-organik (%)

E’ = bobot tanah tererosi (ton ha-1 th-1)

c. Infiltrasi (mm jam-1)

Pengukuran infiltrasi menggunakan metode double ring infiltrometer.

Pengukuran dilakukan pada titik yang secara proporsional mewakili kondisi

lahan yang diamati. Pada petak erosi yang diberi perlakuan strip A. Pintoi

(T3), pengukuran dilakukan pada tiga titik sampel, yaitu pada piringan kakao,

dekat strip A. Pintoi, dan pada gawangan. Pada petak erosi tanpa perlakuan

strip A. pintoi (T2 dan T1), pengukuran dilakukan pada dua titik sampel,

yaitu pada piringan kakao dan pada gawangan. Data infiltrasi yang diperoleh

merupakan rata-rata hasil pengukuran pada beberapa titik. Untuk

memudahkan dalam interpretasi data, maka data infiltrasi yang diperoleh dari

pengukuran lapangan diformulasikan ke dalam model persamaan infiltrasi

menggunakan model yang dikembangkan oleh Horton (1940) sebagai berikut:

f = fc + (fo – fc) e-kt ..................................................................................... (14)

yang mana: f = kapasitas infiltrasi atau laju maksimum infiltrasi pada suatu saat (mm jam-1) fc = kapasitas infiltrasi pada saat infiltrasi telah konstan fo = kapasitas infiltrasi awal k = suatu konstanta bagi suatu tanah t = waktu e = 2,71828

d. Curah hujan (mm)

Pengamatan CH menggunakan ombrometer sehingga sifat hujan lokasi

penelitian yang diamati hanya total CH. Berdasarkan data CH yang diperoleh

dilakukan perhitungan Erosivitas Hujan menggunakan persamaan penduga

EI30 oleh Bols (1978)

EI30 = 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47 (MAXP)0,53 ....................................... (15)

yang mana: EI30 = indeks erosi hujan bulanan RAIN = jumlah curah hujan bulanan dalam centimeter DAYS = jumlah hari hujan rata-rata per bulan MAXP = curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan

bersangkutan

Page 47: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

29

e. Ketersediaan air untuk tanaman ditentukan melalui analisis neraca air

berdasarkan CH > ETc (CH > evapotranspirasi tanaman). Data yang

dibutuhkan adalah data CH, evapotranspirasi (ETo), koefisien tanaman (Kc),

kadar air kapasitas lapang (KL) dan titik layu permanen (TLP). Data CH

yang digunakan adalah data dari stasiun terdekat dari lokasi penelitian

(stasiun Kendari) 10 tahun terakhir (Tabel Lampiran 2). CH total dikurangi

dengan rata-rata jumlah CH hujan yang mengalir sebagai AP untuk

mendapatkan CH efektif (Tabel Lampiran 17), dalam hal ini kehilangan air

melalui perkolasi tidak diperhitungkan. ETo dihitung berdasarkan data suhu

dari stasiun Kendari (Tabel Lampiran 16) dengan menggunakan metode

Thornthwaite (1948)

e = 1,6 (10 t/i)a ............................................................................................(16)

yang mana : e = evapotranspirasi bulanan (mm) t = suhu bulanan rata-rata (oC)

i = indeks panas sebagai penjumlahan dari indeks i bulanan,

yakni:

i = (t/5)1,514 ........................................................................................................

(17)

sedangkan a didapat dari persamaan:

a = 6,75 x 10-7 I3 – 7,71 x 10-5 I2 + 0,01792 I + 0,49239 ........................... (18)

KL dan TLP ditentukan masing-masing pada pF 2,54 dan 4,20. Perhitungan

ketersediaan air dilakukan menurut tatabuku Thornthwaite dan Mather (1975)

melalui pengisian tabel dengan tatacara sebagai berikut:

• Kolom CH diisi dengan CH rata-rata bulanan atau per dekade

• Kolom evapotranspirasi potensial (ETo) diisi dengan nilai ETo yang

dihitung berdasarkan data suhu menggunakan metode Thornthwaite

(1948)

• Kolom Kc diisi dengan koefisien tanaman (Tabel Lampiran 7)

• Kolom ETc diisi dengan hasil kali ETo dengan Kc

Page 48: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

30

• Kolom berikutnya diisi dengan selisih antara CH dengan ETc

• Kolom water storage diperoleh dari perkalian antara kadar air KL dengan

kedalaman efektif

• Kolom akumulasi potensial untuk penguapan (APWL) bernilai nol pada

selisih CH dengan ETc yang bernilai positif, sedangkan untuk selisih CH

dengan ETc yang bernilai negatif diisi dengan penjumlahan nilai CH –

ETc yang negatif secara berurutan bulan demi bulan

• Kolom kadar air tanah (KAT) dengan nilai APWL sama dengan nol diisi

dengan air tersedia (AT) yang diperoleh dari selisih kadar air KL dengan

TLP dikali dengan kedalaman efektif, sedangkan APWL bernilai negatif

diisi dengan menggunakan rumus:

KAT = AT x e-APWL/AT ......................................................................... (19)

yang mana: KAT = kadar air tanah AT = air tersedia

e = eksponensial 2,7182818

• Perubahan kandungan air tanah (ΔKAT) adalah nilai KAT pada bulan

yang bersangkutan dikurangi dengan KAT bulan sebelumnya

• Evapotranspirasi aktual (ETA), jika CH < ETc, maka:

ETA = CH + (ΔKAT) ......................................................................... (20)

dan jika CH > ETc, maka ETA = ETc ................................................ (21)

• Defisit (D) berarti berkurangnya air yang dapat dievapotranspirasikan

sehingga

D = ETc – ETA ..................................................................................... (22)

• Surplus (S) berarti terdapat kelebihan air setelah kebutuhan

evapotranspirasi terpenuhi (CH > ETc),

dimana S = CH – ETc - ΔKAT ..............................................................(23)

Ketersediaan air diperlukan untuk penentuan pola tanam di lapangan (Gambar

19 dan 20)

Page 49: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

31

f. Nilai faktor C

Nilai faktor C dihitung dengan membandingkan jumlah tanah tererosi

pada perlakuan dengan petak pembanding, atau dengan rumus sebagai

berikut:

Perhitungan nilai C dilakukan hanya pada kemiringan 40 – 45% (petak utama

P3 dan P4 dengan anak petak T1, T2, dan T3), karena petak pembanding yang

dibuat hanya pada kemiringan tersebut. Diharapkan nilai C yang diperoleh

pada kemiringan 40 – 45% akan sama jika diuji pada kemiringan 10 – 15%

dengan umur tanaman kakao dan tindakan konservasi serta petak pembanding

pada kemiringan yang sama (10 – 15%) pada tanah yang identik.

g. Diameter batang tanaman kakao (cm)

Diameter batang kakao diukur 10 cm dari permukaan tanah, dan pada

posisi pengukuran pertama (awal) diberi tanda supaya posisi pengukuran

berikutnya (akhir) tepat berada pada posisi pengukuran awal. Diameter

batang yang diperoleh merupakan pertambahan diameter batang selama

penelitian.

h. Diameter tajuk tanaman kakao (cm)

Diameter tajuk diukur dengan mengambil lima posisi pengukuran

pada setiap sampel (tiga sampel per petak), diameter tajuk ditentukan dari

rata-rata lima posisi pengukuran tersebut. Pengukuran dilakukan pada awal

dan akhir penelitian sehingga diameter tajuk yang diperoleh merupakan

pertambahan diameter tajuk selama penelitian. Data diameter tajuk

selanjutnya digunakan untuk menghitung besarnya penutupan tajuk kakao

terhadap permukaan tanah dengan asumsi bahwa antara daun yang satu

dengan yang lainnya saling menutup.

i. Tinggi tanaman kakao (cm)

)24(....anamantanpatidentikyanganahtpadaanahterosi

perlakuanpetakpadaanahterosiCfaktorNilai =

Page 50: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

32

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan hanya sampai pada percabangan (jorquette) pertama untuk kakao berumur 25 – 27 bulan, sedangkan pada umur 5 – 7 bulan, pengukuran dilakukan sampai ujung tanaman tertinggi. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian, sehingga tinggi tanaman yang diperoleh merupakan selisih pengukuran akhir dengan awal.

j. Pertumbuhan dan produksi padi gogo dan kedelai (ton ha-1)

Variabel pertumbuhan yang diamati adalah anakan produktif padi gogo dengan menghitung jumlah anakan yang menghasilkan malai pada setiap rumpun yang dijadikan sampel (20 rumpun per petak). Hasil padi gogo dan kedelai ditentukan berdasarkan bobot kering panen.

Pengamatan dan pengukuran di Laboratorium

a. BD (g cm-3)

BD tanah adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam g cm-3. Unit volume tersebut terdiri dari volume bahan padat dan ruang pori di antaranya. Penetapan BD menggunakan sampel tanah dalam ring dengan rumus:

yang mama: X = bobot sampel tanah + ring Y = bobot ring

Z = kadar air

b. Ruang pori total (%)

Ruang pori total ditentukan berdasarkan data BD dan Partikel Density

(PD) dengan rumus:

Ket: nilai PD yang digunakan adalah 2,65 g cm-3

c. Stabilitas agregat

)25......(..................................................100tan

)100/()(100 xahvolume

ZYXBD +−=

)26....(........................................%1001)( xPDBDRPTtotalporiRuang −=

Page 51: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

33

Stabilitas agregat ditentukan dengan metode pengayakan kering dan

pengayakan basah. Selisih antara rata-rata bobot diameter agregat tanah pada

pengayakan kering dan pengayakan basah menunjukkan indeks instabilitas,

yang berarti makin besar selisihnya makin tidak stabil agregat tanah tersebut.

Berdasarkan nilai indeks instabilitas, maka dapat ditentukan indeks stabilitas

dengan rumus:

Semakin tinggi nilai indeks stabilitas maka agregat tanah tersebut semakin

stabil dari gangguan mekanik di lapangan. Kriteria pengkelasan disajikan

pada Tabel Lampiran 8

d. Kemampuan tanah mengikat air

Penetapan kadar air pada pF 1,00; 2,00; dan 2,54 menggunakan

Pressure Plate Apparatus, dan pF 4,20 menggunakan Pressure Membrane

Apparatus. Penetapan kadar air pF 1,00; 2,00; 2,54; dan 4,20 diperlukan

dalam berbagai hal, yaitu (i) penetapan kadar air tersedia yang merupakan

selisih antara kadar air pada pF 4,20 dengan pF 2,54, (ii) penetapan kadar air

kapasitas lapang (pF 2,54) dan kadar air titik layu permanen (pF 4,20), dan

(iii) penetapan distribusi ukuran pori. Perhitungan kadar air volumetrik pada

masing-masing pF yang diamati menggunakan persamaan:

e. Distribusi ukuran pori

Menurut ukurannya RPT dikelompokkan ke dalam pori kapiler dan

non kapiler. Pori kapiler menghambat pergerakan air menjadi pergerakan

kapiler, dan pori non kapiler memberi kesempatan pergerakan udara dan

perkolasi air secara cepat sehingga sering disebut sebagai pori drainase. Pori

drainase dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu (i) pori drainase

sangat cepat, berdiameter > 300µm, yakni bagian pori yang tidak terisi air

pada pF 1,00 (ii) pori drainase cepat, berdiameter antara 300-30µm, yakni

)28.........(%100 BDxxoveneringkbobot

oveneringkbobottertentupFanahtbobotairKadar −=

)27....(........................................1001 xasinstabilitIndeks

stabilitasIndeks =

Page 52: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

34

bagian pori yang tidak terisi air pada pF 1,00 sampai 2,00 (iii) pori drainase

lambat, berdiameter antara 30 sampai 9µm, yakni bagian pori yang tidak terisi

air pada pF 2,00 sampai 2,54.

f. Tekstur tanah

Penetapan tekstur tanah dilakukan di Laboratorium dengan metode

Bouyoucos (cara hidrometer). Kelas tekstur ditentukan menggunakan segitiga

tekstur USDA pada Gambar Lampiran 1.

g. Tolerable Soil Loss (TSL)

Penentuan nilai TSL menggunakan konsep kedalaman ekivalen dan

umur guna tanah (Hammer, 1981) (Tabel Lampiran 13) h. N total tanah dan sedimen serta NH3, NO3, dan NO2 AP

Penetapan N total tanah dan sedimen menggunakan metode Kjeldahl,

sedangkan kandungan NH3 menggunakan metode biru indofenol, NO3 dan

NO2 menggunakan metode brusin dan sulfanilamide kemudian diamati

dengan spektrofotometer.

i. P tanah dan sedimen (mg P2O5 100g-1) dan P AP (mg PO4 L-1)

Penetapan P tanah dan sedimen dengan metode ekstraksi HCl 25%, sedangkan kandungan P AP menggunakan metode biru molibden kemudian diamati dengan spektrofotometer

j. K tanah dan sedimen (mg K2O 100g-1) dan K AP (mg L-1)

Penetapan K tanah dan sedimen dengan metode ekstraksi HCl 25%,

sedangkan kandungan K AP menggunakan metode fotometri nyala.

k. C-organik tanah, sedimen, dan AP (%)

Penetapan C-organik tanah dan sedimen dengan metode Walkley-Black, sedangkan C-organik AP dengan metode permanganatometri. Kadar hara dan C-organik sedimen dan AP yang diperoleh digunakan untuk menghitung jumlah kehilangan hara yang terbawa erosi dan AP pada setiap petak perlakuan.

l. Enrichment ratio (ER) ditentukan dengan membandingkan kadar hara dan

C-organik sedimen dan AP dengan kadar hara dan C-organik tanah.

)29(...................................................................................................

CutCusER =

Page 53: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

35

yang mana: ER = Enrichment ration Cus = konsentrasi unsur hara (atau bahan organik) dalam sedimen dan AP yang telah terangkut Cut = konsentrasi unsur hara (atau bahan organik) pada tanah yang tertinggal

Dalam hal ini, N total AP ditentukan berdasarkan jumlah N-inorganik AP (N-NH3, N-NO3, dan N-NO2) dengan asumsi N-organik sebesar 95% dari pada N total. Adapun PO4 AP dikonversi ke bentuk P2O5 berdasarkan berat molekul senyawa tersebut, dan K total AP dianggap sebagai K2O.

m. KTK (me 100g-1)

Penetapan KTK dengan metode ekstraksi NH4OAc. 1N, pH 7

n. pH (H2O)

Penetapan pH tanah dilakukan menggunakan pH-meter

Pengamatan dan pengukuran di lapangan dan di laboratorium secara

ringkas ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2

Tabel 1. Pengamatan dan pengukuran di lapangan

No. Jenis Pengukuran Metode Pengukuran 1 Aliran Permukaan (m3) Petak kecil 2 Sedimen (ton.ha-1) Petak kecil 3 Infiltrasi (cm.jam-1) Cylinder infiltrometer 4 Curah hujan (mm) Ombrometer 5 Nilai faktor C Petak kecil 6 Diameter batang dan tajuk kakao (cm) Selisih diameter awal dan akhir 7 Diameter tajuk tanaman kakao (cm) Selisih diameter awal dan akhir 8 Tinggi tanaman kakao (cm) Selisih tinggi awal dan akhir

9 Pertumbuhan dan hasil padi gogo dan kedelai (ton.ha-1) Produksi kering panen

Page 54: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

36

Tabel 2. Pengamatan dan pengukuran di laboratorium

No. Jenis Pengukuran Metode Pengukuran A. Sifat Fisik Tanah: 1 Stabilitas agregat Pengayakan kering dan basah 2 BD (g cm-3) Ring sampel 3 Kadar air pada pF 1,00; 2,00; 2,54; dan

4,20 Gravimetrik dengan Pressure Plate dan Pressure Membrane Apparatus

4 Ruang pori total (%) Berdasarkan nilai BD dan PD 5 Distribusi ukuran pori 6 Tekstur Metode Bouyoucos B. Sifat Kimia Tanah: 1 N-total tanah dan sedimen (%) Kjeldahl 2 P tanah dan sedimen (mg 100g-1) Ekstraksi HCl 25% 3 K tanah dan sedimen (mg 100g-1) Ekstraksi HCl 25% 4 C-organik tanah dan sedimen (%) Walkley-Black 5 N AP (mg NH3 L-1) Biru indofenol 6 N AP (mg NO3 L-1) Brusin 7 N AP (mg NO2 L-1) Sulfanilamide 8 P AP (mg PO4 L-1) Biru molibden 9 K total AP (mg L-1) Fotometri nyala 10 C-organik AP (%) Permanganatometri 11 KTK (me 100g-1) Ekstraksi NH4OAc. 1N, pH 7 12 pH (H2O) Potensiometrik

Analisi Data

Model analisis yang digunakan adalah:

Yijk = µ + Bk + Ui + δik + Tj + UiTj + εijk

Ket: Yijk = Nilai pengamatan pada faktor U taraf ke-i faktor T taraf ke-j dan ulangan ke-k

µ = Rata-rata umum Bk = Pengaruh kelompok ke-k (sebagai ulangan) Ui = Pengaruh petak utama (umur) taraf ke-i δik = Pengaruh galat dari petak utama Tj = Pengaruh anak petak (tindakan konservasi) taraf ke-j UiTj = Pengaruh interaksi U taraf ke-i dengan T taraf ke-j

εijk = Pengaruh galat dari anak petak

Analisis data dilakukan dengan ANOVA (Analysis of Variance)

menggunakan program SAS. Dari analisis ragam, jika hipotesis nol ditolak,

Page 55: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

37

dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan yang berarti di

antara taraf-taraf perlakuan. Analisis korelasi dilakukan untuk melihat hubungan

antara variabel pengamatan.

Analisis Usahatani

Menurut Soekartawi (2002), ada tiga variabel yang perlu diperhatikan

dalam analisis usahatani dan standar hidup layak, yaitu (a) penerimaan usahatani,

(b) biaya usahatani, dan (c) pendapatan usahatani.

a. Penerimaan usahatani

Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual.

b. Biaya usahatani

Biaya usahatani merupakan nilai semua masukan atau keluaran yang

dipakai dalam satu musim tanam selama proses produksi.

c. Pendapatan usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih total penerimaan terhadap

total pengeluaran dalam suatu usahatani.

Standar kebutuhan fisik minimum dan hidup layak ditentukan berdasarkan

kebutuhan beras per kepala keluarga (kk) dan harga beras yang berlaku di suatu

daerah. Menurut Sajogyo dan Sajogyo (1990) nilai ambang kecukupan pangan

(beras) untuk tingkat pengeluaran keluarga di pedesaan berkisar antara 240-320

kg per orang per tahun, sedangkan untuk perkotaan 360-480 kg per orang per

tahun.

Adapun perhitungan untuk kebutuhan fisik minimum dan kebutuhan hidup

layak dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) = kebutuhan beras satu rumah tangga x

jumlah anggota keluarga x harga beras

b. Kebutuhan Hidup Tambahan (KHT) = pendidikan dan kegiatan sosial +

kesehatan dan rekreasi + asuransi dan tabungan.

Page 56: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

38

Kebutuhan untuk pendidikan dan kegiatan sosial, kesehatan dan rekreasi,

asuransi dan tabungan masing-masing 50% KFM

c. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) = KFM + KHT = kebutuhan equivalen beras

satu rumah tangga x jumlah anggota keluarga x harga beras

Jika setiap rumah tangga terdiri dari lima orang, harga beras Rp. 4.500 per kg,

nilai ambang kecukupan pangan 240 kg per orang per tahun, maka:

KHL =(240 kg x 5 orang x Rp.4.500) + 50% (5.400.000) = Rp. 8.100.000

Dengan demikian, usahatani tersebut dapat berlanjut jika pendapatan bersih

petani > Rp. 8.100.000 per KK per tahun.

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menentukan B/C ratio. Semua

biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (termasuk biaya tenaga kerja)

dihitung untuk digunakan sebagai pembanding terhadap penerimaan usahatani.

Page 57: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aliran permukaan dan erosi

Pengukuran AP dan erosi tanah dilakukan selama sepuluh bulan

(Desember 2006 – September 2007). Data pengamatan AP dan erosi tanah pada

setiap perlakuan disajikan pada Tabel Lampiran 18. Analisis ragam disajikan

masing-masing pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

berpengaruh nyata terhadap AP dan erosi tanah, namun tidak terdapat interaksi

nyata antara keduanya. Rata-rata volume AP dan kehilangan tanah akibat erosi

dengan hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Volume aliran permukaan dan erosi tanah pada berbagai perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan

Aliran permukaan Erosi tanah (ton ha-1 th-1)Volume

(m3 ha-1 th-1)%

terhadap hujan

Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)Interaksi

3269,04c 2409,89d

4711,65a 4322,76b

2715,44c 4644,67a 3674,88b

tn

17,44c 12,86d 25,14a 23,06b

14,49c 24,78a 19,60b

tn

19,77c 15,99d 28,19a 23,90b

12,95c 31,18a 21,76b

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Hasil uji lanjut terhadap rata-rata perlakuan menunjukkan bahwa

perlakuan umur tanaman/kemiringan (P) berpengaruh nyata terhadap AP dan erosi

tanah (Tabel 3). Perlakuan P2 menghasilkan AP dan erosi yang nyata lebih rendah

(2409,89 m3 ha-1 th-1, 15,99 ton ha-1 th-1) dibandingkan dengan perlakuan yang

lain, sedangkan AP dan erosi pada perlakuan P3 nyata lebih tinggi (4711,65 m3 ha-1

th-1 dan 28,19 ton ha-1 th-1) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rendahnya

Page 58: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

40

AP dan erosi pada perlakuan P2 disebabkan penutupan tajuk kakao yang lebih

luas, yakni rata-rata 36 % (Tabel Lampiran 16) dan berada pada kemiringan yang

lebih rendah (10-15%), sebaliknya pada perlakuan P3 dengan penutupan tajuk

kakao rata-rata hanya 8 % (Tabel Lampiran 16) dengan kemiringan yang lebih

terjal (40 – 45%) memiliki AP dan erosi yang nyata lebih tinggi. Pengaruh

penutupan permukaan tanah terhadap AP dan erosi juga ditunjukkan oleh hasil

penelitian Zuzel dan Pikul (1993) bahwa semakin tinggi penutupan permukaan

tanah maka AP dan erosi semakin rendah. Penutupan tanah 25, 50, 75, dan 100%

memiliki AP masing-masing 48, 37, 27, dan 39 mm dan erosi masing-masing 51,

21, 12, dan 3 ton ha-1 th-1.

Perlakuan tindakan konservasi juga menunjukkan pengaruh yang nyata

terhadap AP dan erosi (P < 0,05) (Tabel 3). Perlakuan T1 menghasilkan AP dan

erosi yang nyata lebih rendah (2715,44 m3 ha-1 th-1 dan 12,95 ton ha-1 th-1) dan

perlakuan T2 menghasilkan AP dan erosi yang nyata lebih tinggi (4644,67 m3 ha-1

th-1 dan 31,18 ton ha-1 th-1) dibandingkan dengan perlakuan yang lain, selanjutnya

jumlah AP dan erosi pada perlakuan T3 (3674,88 m3 ha-1 th-1 dan 21,76 ton ha-1 th-1)

berada di antara kedua perlakuan tersebut dan berbeda nyata satu dengan yang

lain. AP dan Erosi yang rendah pada perlakuan T1 disebabkan permukaan tanah

tetap dipertahankan tertutup gulma kecuali pada piringan kakao. Adapun pada

perlakuan T2 dan T3, penanaman tanaman semusim (padi gogo ditanam berurutan

dengan kedelai) di antara tanaman kakao memicu meningkatnya AP dan erosi

tanah, terutama pada saat persiapan lahan dan pada fase awal pertumbuhan

tanaman padi gogo, yakni Desember – Februari (Tabel 5 dan Gambar 5), namun

AP dan erosi tanah pada perlakuan T3 nyata lebih rendah dari perlakuan T2.

Diduga hal ini disebabkan oleh adanya strip tanaman A. pintoi yang dapat

menghambat laju AP dan erosi, dan kemungkinan juga disebabkan oleh

penutupan mulsa jerami pada perlakuan T3 yang lebih tinggi (rata-rata 75%)

dibandingkan dengan penutupan mulsa jerami pada perlakuan T2 (rata-rata 73%)

(Tabel Lampiran 16). Namun demikian, jika dibandingkan dengan perlakuan T1,

AP dan erosi pada perlakuan T3 lebih tinggi dan berbeda secara nyata.

Erosi yang nyata lebih tinggi pada perlakuan T3 dibandingkan dengan T1,

disebabkan oleh: (1) adanya penanaman tanaman semusim, (2) belum efektifnya

Page 59: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

41

strip tanaman A. pintoi sebagai penghambat AP dan erosi pada fase awal

pertumbuhan tanaman strip tersebut, dan (3) karena adanya pembenaman hasil

pangkasan A. pintoi di seputar piringan kakao sebulan sekali sebanyak empat kali

selama penelitian (April – Juli 2008) yang dimaksudkan untuk meningkatkan

bahan organik tanah. Tindakan tersebut berdampak terhadap peningkatan erosi

tanah karena adanya penggalian tanah pada saat pembenaman yang dilakukan

pada musim hujan. Hal-hal tersebut diduga menjadi penyebab erosi pada

perlakuan tindakan konservasi T3 belum dapat ditekan sampai mendekati nilai

erosi pada perlakuan T1. Meskipun demikian, nilai erosi pada perlakuan tindakan

konservasi T3 sudah lebih rendah dibandingkan dengan nilai erosi yang

diperbolehkan atau Tolerable Soil Loss (TSL) pada lokasi tersebut (22,44 ton ha-1

th-1) (Tabel Lampiran 13). Dengan demikian, perlakuan T3 ditinjau dari nilai erosi

yang terjadi layak diterapkan oleh petani dan secara ekonomi dapat memberikan

tambahan pendapatan kepada petani yang bersumber dari tanaman padi gogo dan

kedelai sebelum tanaman kakao berproduksi (Tabel 22).

Tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur tanaman/kemiringan (P)

dengan perlakuan tindakan konservasi (T) dalam menekan AP dan erosi tanah.

Diduga hal ini disebabkan perlakuan yang diberikan belum efektif pada awal

penelitian, khususnya mengenai peranan strip tanaman A. pintoi yang

dimaksudkan untuk menghambat laju AP dan erosi tanah. Ketidakefektifan strip

tanaman A. pintoi dalam menghambat AP dan erosi pada awal penelitian

disebabkan oleh pertumbuhan tanaman yang belum optimal, yang mana

penanaman A. pintoi dilakukan hampir bersamaan dengan penanaman tanaman

padi gogo (selang satu minggu).

AP penyebab erosi bersumber dari CH yang tidak terinfiltrasi ke dalam

tanah. Analisis ragam persentase CH yang mengalir sebagai aliran permukaan

diasajikan pada Tabel Lampiran 27. Rata-rata persentase CH yang mengalir

sebagai AP dengan hasil uji lanjut DMRT (P<0,05) disajikan pada Tabel 3.

Persentase CH yang mengalir sebagai AP nyata lebih tinggi pada perlakuan P3 dan

T2 (masing-masing 25%), dan nyata lebih rendah pada perlakuan P2 (13%) dan T1

(14%) dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Tabel 3). Tingginya persentase

CH yang mengalir sebagai AP pada perlakuan P3 berimplikasi terhadap kejadian

Page 60: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

42

erosi yang nyata lebih tinggi pada perlakuan tersebut dibandingkan dengan

perlakuan umur tanaman/kemirinan yang lain. Adapun pada perlakuan tindakan

konservasi T2, dengan penanaman tanaman semusim (padi gogo ditanam

berurutan dengan kedelai) di antara tanaman kakao tanpa strip tanaman yang

dapat menghambat laju AP memungkinkan meningkatnya persentase CH yang

mengalir sebagai AP, sebaliknya terjadi pada perlakuan T1 dengan penutupan

tanah oleh gulma sepanjang waktu kecuali pada piringan kakao. Peranan

penutupan tajuk dalam menurunkan persentase hujan yang mengalir sebagai AP,

selain karena adanya reduksi energi kinetik hujan juga karena lebih banyak CH

yang diintersepsi oleh tajuk tanaman. Sebagaimana hasil penelitian Hazairin

(1988) bahwa semakin tinggi CH dan semakin tinggi kerapatan tajuk maka

intersepsi semakin meningkat, dan besarnya CH yang diintersepsi oleh kacang

merah yang memiliki tajuk yang cukup rapat adalah 30,5% dan lebih tinggi

dibandingkan dengan tanaman jagung dan tembakau.

Rata-rata persentase CH yang mengalir sebagai AP yang diperoleh pada

penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh

Elrashidi et al. (2005a), yakni 17% pada lahan bera, 15% pada lahan yang

ditanami tanaman semusim, dan 13% pada padang rumput. Perbedaan ini selain

disebabkan karena penelitian tersebut dilakukan pada skala DAS (Daerah Aliran

sungai), juga karena adanya perbedaan sifat tanah, yang mana tempat penelitian

tersebut yang berlokasi di DAS Wagon Train seluas 128 hektar didominasi oleh

tanah dengan ordo Mollisol yang memiliki sifat yang berbeda dengan tanah

Ultisol.

Persentase hujan yang mengalir sebagai AP akan berpengaruh terhadap

erosi tanah, dan erosi tanah yang terjadi pada setiap kejadian AP juga terkait

dengan sistem pengelolaan tanaman yang dilakukan. Semakin bagus sistem

pengelolaan tanaman, maka erosi yang terjadi semakin kecil untuk mendapatkan

satu satuan hasil, sehingga rasio erosi/hasil tanaman akan semakin rendah.

Analisis ragam terhadap rasio erosi/hasil tanaman kedelai dan padi gogo disajikan

pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan

umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata

terhadap rasio erosi/hasil tanaman, namun tidak terdapat interaksi nyata antara

Page 61: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

43

keduanya. Rata-rata rasio erosi/hasil tanaman dengan hasil uji lanjut DMRT (P <

0,05) disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rasio erosi/hasil tanaman pada berbagai perlakuan umur tanaman/

kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan Rasio erosi/hasil tanaman Erosi/kedelai Erosi/padi gogo

Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

13,18b 11,50b 22,74a 20,60a

-

24,75a 15,65b

tn

11,43b 9,87b 17,19a 15,62a

-

20,93a 12,29b

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05

tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05 Rasio erosi/hasil tanaman pada perlakuan umur tanaman/kemiringan P1

dan P2 nyata lebih rendah dibandingkan dengan P3 dan P4, demikian pula rasio

erosi/hasil tanaman pada perlakuan tindakan konservasi T3 nyata lebih rendah

dibandingkan dengan T2 (Tabel 4). Nilai rasio erosi/hasil tanaman kedelai pada

perlakuan tindakan konservasi T3 sebesar 15,65 dan 24,75 pada perlakuan T2. Hal

ini berarti bahwa terjadi kehilangan tanah sebesar 15,65 ton untuk mendapatkan

hasil kedelai 1 ton pada perlakuan T3, dan kehilangan tanah sebesar 24,75 ton

untuk mendapatkan hasil kedelai 1 ton pada perlakuan tindakan konservasi T2. Ini

menunjukkan bahwa sistem pengelolaan tanaman pada tindakan konservasi T3 lebih

baik dibandingkan dengan T2.

Erosi tanah pada setiap sistem pengelolaan tanaman akan berbeda pada

setiap fase pertumbuhan tanaman. Hal ini terkait dengan tingkat penutupan

permukaan tanah oleh tajuk tanaman. Analisis ragam terhadap erosi tanah pada

setiap pengamatan yang menggambarkan erosi pada fase pengolahan tanah dan

fase pertumbuhan tanaman disajikan pada Tabel Lampiran 27. Rata-rata erosi

tanah pada setiap pengamatan dengan hasil uji lanjut DMRT (P<0,05) disajikan

pada Tabel 5 dan Gambar 4 dan 5.

Page 62: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

44

Tabel 5. Erosi tanah pada setiap pengamatan pada perlakuan umur tanaman/ kemiringan dan tindakan konservasi tanah

Tanggal

pengamatan Curah hujan (mm)

Erosi tanah per pengamatan pada setiap perlakuan (ton ha-1)

P1 P2 P3 P4 T1 T2 T3 08 Desember 18 Desember 11 Januari 27 Januari 17 Februari 21 Februari 18 Maret 14 April 15 Mei 29 Mei 07 Juni 11 Juni 18 Juni 08 Juli 21 Juli 04 Agustus 15 Agustus 07 September

111,49 45,91 128,94 37,10 113,78 33,01 136,13 150,94 239,53 95,32 111,14 150,58 89,12 83,73 73,65 77,37 94,43 102,30

1,53ab 1,25bc 1,85a 1,56ab 1,57ab 1,73a 1,61ab 0,89c 0,94cd 0,93cd 0,89c 1,27bc 1,11c 0,91cd 0,62de 0,60de 0,39ef 0,12f

1,65ab 1,27bc 1,75a 1,61ab 1,23c 1,30c 1,20c 0,89d 0,56efgh 0,53efgh 0,62defgh

0,83de 0,73ef 0,62defg 0,43fgh 0,39gh 0,30hi 0,08i

2,37ab 1,59d 2,63a 2,44ab 2,44ab 2,45ab 2,13bc 1,85cd 1,46de 1,29ef 1,32ef 1,36e 1,41de 1,14efg

0,78fgh

0,81gh 0,55hi 0,17i

2,11ab 1,34c 2,18a 2,02ab 2,10ab 2,09ab 2,09ab 1,30cd 1,18de 0,94efg

0,90ef 1,25de 1,31cd 0,91ef 0,80fg 0,74fg 0,50g 0,14h

1,12ab 1,09bc 1,35a 1,28ab

1,14bc 1,16bc 1,29ab 0,94de 0,79e 0,37f 0,46f 0,46f 0,47f 0,31f 0,25fg 0,24fg 0,17fg 0,06g

1,75bcd 2,00b 2,55a 2,33a 2,47a 2,58a 2,35a 1,91bc 1,53d 1,56cd 1,57cd 1,99b 1,89b 1,56cd 1,10e 1,04ef 0,77f 0,23g

1,69c 1,71bc 2,47a 2,29b 2,11a 1,94b 1,64c 1,02de 0,78def 0,76fgh 0,92fgh 1,00d 1,09d 0,71efg 0,62gh 0,55hi 0,37i 0,09j

Total 1874,47 19,77 15,99 28,19 23,90 12,95 31,18 21,76 Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05

Erosi yang terjadi nyata lebih tinggi pada awal penelitian, meskipun belum

tercapai puncak hujan, yakni bulan Mei dan Juni dengan CH masing-masing 248

dan 359 mm bulan-1 (Tabel Lampiran 2). Hal ini diduga terjadi sebagai dampak

dari pengolahan tanah pada saat persiapan penanaman tanaman padi gogo dan

juga karena penutupan tajuk masih rendah pada fase awal pertumbuhan tanaman

padi gogo. Namun demikian, setelah memasuki fase akhir pertumbuhan tanaman

padi gogo sampai masa tanam kedelai (Mei – Agustus), meskipun masih sering

terjadi hujan yang tinggi pada selang waktu tersebut (terutama pada Mei dan Juni

dengan CH masing-masing 245 dan 359 mm bulan-1), erosi yang terjadi nyata

lebih rendah dibandingkan dengan pada fase awal pertumbuhan tanaman padi

gogo (Januari - Februari). Erosi yang nyata lebih rendah pada fase akhir

pertumbuhan tanaman padi gogo dan pada masa pertumbuhan tanaman kedelai,

disamping disebabkan semakin tingginya penutupan tajuk padi gogo dan tidak

adanya pengolahan tanah pada saat persiapan tanam kedelai (mengingat kondisi

Page 63: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

45

tanah masih cukup gembur untuk dapat mendukung pertumbuhan kedelai), juga

karena adanya pengembalian jerami padi sebagai mulsa pada perlakuan T2 dan T3

yang dapat melindungi agregat tanah permukaan dari kerusakan akibat tumbukan

langsung air hujan dan juga dapat menghambat laju AP. Erosi tanah pada setiap

pengamatan disajikan pada Gambar 4 dan 5.

Perlakuan umur tanaman/kemiringan P3 dan perlakuan tindakan konservasi

T2 meghasilkan erosi yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

yang lain pada kejadian hujan yang sama, dan sebaliknya terjadi pada perlakuan

P2 dan T1 (Tabel 5 dan Gambar 4 dan 5). Tingginya erosi tanah pada perlakuan P3

dan T2 karena perlakuan tersebut memiliki kriteria umur tanaman kakao yang

masih muda (5-7 bulan) pada kemiringan yang lebih tinggi (40-45%) dengan

penanaman tanaman semusim sebagai tanaman sela. Dengan demikian, peranan

tanaman kakao terutama penutupan tajuk (rata-rata 8%) dan perakaran yang dapat

memperbaiki sifat fisik tanah masih sangat kecil sehingga belum mampu

mengurangi pengaruh kemiringan terhadap laju AP dan erosi. Sebaliknya pada

perlakuan P2 dan T1, penutupan tajuk kakao yang tinggi (rata-rata 36%) dan

penutupan gulma yang dipertahankan sepanjang waktu menyebabkan permukaan

tanah terlindung dari tumbukan langsung air hujan, sehingga tidak terjadi

penghancuran agregat, dan dengan kemiringan yang lebih rendah (10-15%) laju

dan daya gerus AP terhadap partikel tanah menjadi berkurang. Hal ini didukung

oleh data indeks stabilitas agregat pada Tabel 8, yang mana perlakuan kombinasi

antara perlakuan P2 dan T1 (P2T1) memiliki indeks stabilitas agregat yang nyata

Gambar 4. Erosi tanah pada setiap pengamatan pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan

Gambar 5. Erosi tanah pada setiap pengamatan pada berbagai perlakuan konservasi

0.00.51.01.52.02.53.0

Tanggal pengamatan

Eros

i (to

n ha

-1)

P1 P2 P3 P4

0.00.51.01.52.02.53.0

Tanggal pengamatan

Eros

i (to

n ha

-1)

T1 T2 T3

Page 64: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

46

lebih tinggi (116,74) dibandingkan dengan perlakuan P3T2 yang merupakan

kombinasi antara perlakuan P3 dan T2 (30,32).

Analisis regresi dilakukan untuk melihat keeratan hubungan antara AP

dengan erosi pada berbagai perlakuan konservasi sebagaimana disajikan pada

Gambar 6.

Gambar 6. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan erosi tanah (Y) pada

perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

Analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan eksponensial

yang nyata antara AP dengan erosi pada berbagai perlakuan tindakan konservasi

T1, T2, dan T3 (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan AP pada

awalnya tidak diikuti oleh peningkatan erosi yang berarti, namun pada tahap lebih

lanjut erosi akan meningkat tajam dibandingkan dengan peningkatan AP. Hal ini

dapat dimengerti karena pada kondisi tersebut volume AP yang ada sudah

memiliki daya gerus dan kapasitas angkut yang cukup tinggi terhadap partikel

tanah. Hal yang sama didapatkan pada hasil penelitian Jaya (1994) bahwa

semakin besar volume dan laju AP, daya angkut terhadap sedimen semakin besar

dan jumlah sedimen yang terangkut mengikuti persamaan regresi berbentuk

eksponensial. Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh pada Gambar 6,

dengan jumlah AP yang sama (misalnya 4000 m3 ha-1 th-1), erosi yang terjadi pada

perlakuan T1, T2, dan T3 masing-masing sebesar 23,39 ton ha-1 th-1; 29,31 ton ha-1

th-1; dan 23,88 ton ha-1 th-1. Dengan demikian, pada jumlah AP yang sama,

kandungan suspensi AP lebih tinggi pada perlakuan T2 dibandingkan dengan

perlakuan T1 dan T3. Hal ini disebabkan tingginya penutupan tanah oleh gulma

y = 4,7222e0.0004x

R2 = 0,888(T1)

y = 16,659e9E-05x

R2 = 0,3129(T3)

y = 13,17e0.0002x

R2 = 0,7758(T2)

0

10

20

30

40

50

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

AP pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

(m3 ha-1 th-1)

Eros

i tan

ah p

ada

perla

kua

T1, T

2 , da

n T3

(ton

ha-1

th-1

) T1

T2

T3

Expon. (T1)

Expon. (T3)

Expon. (T2)

Page 65: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

47

pada perlakuan T1 yang melindungi tanah dari tumbuhkan langsung air hujan dan

mencegah terjadinya dispersi tanah, sehingga kandungan suspensi AP menjadi

rendah. Selanjutnya pada perlakuan T3, adanya strip tanaman yang dapat

menahan partikel tanah (terutama partikel yang lebih kasar) yang terangkut

bersama AP menyebabkan kandungan suspensi AP pada perlakuan tersebut juga

lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan T2. Oleh karena itu, meskipun

jumlah AP sama, tetapi jumlah sedimen yang terangkut di dalamnya berbeda.

Nilai faktor C

Perhitungan nilai faktor C didasarkan pada erosi yang diperoleh pada

setiap petak perlakuan dan erosi yang diperoleh pada petak yang identik tanpa

tanaman atau petak pembanding, yang mana nilai faktor C merupakan nisbah

antara erosi pada petak perlakuan dengan erosi pada petak pembanding (rata-rata

erosi pada petak pembanding 65,091 ton ha-1 th-1). Nilai C yang diperoleh pada

penelitian ini terlalu besar karena kepekaan tanah terhadap erosi (K) sangat rendah

(0,01) yang ditunjukkan pada Tabel Lampiran 31. Rendahnya nilai K yang

diperoleh disebabkan petak pembanding dibuat pada tanah yang baru dibuka

(sebelumnya ditumbuhi semak belukar), sehingga sifat-sifat tanah yang

berpengaruh terhadap erosi seperti stabilitas agregat masih cukup tinggi . Adapun

perlakuan terhadap petak pembanding adalah dilakukan pengolahan tanah searah

lereng dan dibersihkan dari gulma sekali dalam seminggu. Perhitungan nilai

faktor C dilakukan hanya pada satu jenis kemiringan (40 – 45%) dan diharapkan

jika faktor pengelolaan tanaman yang sama diterapkan pada kemiringan yang

berbeda dengan kondisi tanah yang sama, maka tetap akan dihasilkan nilai faktor

C yang sama. Analisis ragam terhadap nilai faktor C disajikan pada Tabel

Lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata

terhadap nilai faktor C, namun tidak terdapat interaksi yang nyata di antara

keduanya. Rata-rata nilai faktor C dengan hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05)

diasajikan pada Tabel 6.

Nilai faktor C pada perlakuan P3 (0,43) berbeda nyata dengan perlakuan P4

(0,37), demikian pula nilai faktor C pada perlakuan tindakan konservasi T1 (0,25)

berbeda nyata dengan perlakuan T2 (0,55) dan T3 (0,39) (Tabel 6). Nilai faktor C

Page 66: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

48

tanaman kakao nyata lebih tinggi pada perlakuan T2 dibandingkan dengan T1 dan

T3, sebaliknya nilai faktor C tanaman kakao pada perlakuan T1 nyata lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Tingginya nilai faktor C tanaman

kakao yang diperoleh pada perlakuan T2 disebabkan erosi yang tinggi pada

perlakuan tersebut dibandingkan dengan perlakuan yang lain, dan sebaliknya

terjadi pada perlakuan T1. Nilai faktor C yang diperoleh dalam penelitian ini lebih

tinggi jika dibandingkan hasil penelitian yang didapatkan oleh Marwan (1985)

dengan nilai faktor C 0,241 pada penanaman padi gogo dan kacang tanah.

Tabel 6. Nilai faktor C tanaman kakao pada berbagai perlakuan umur tanaman dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan Nilai faktor C Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3) Interaksi

0,43a 0,37b

0,25c 0,55a 0,39b

tn Keterangan: superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Bulk density (BD) dan ruang pori total

Data pengamatan nilai BD dan porositas total pada setiap perlakuan

disajikan pada Tabel Lampiran 18. Analisis ragam disajikan masing-masing pada

Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata

terhadap BD dan ruang pori total, namun tidak terdapat interaksi yang nyata

antara keduanya.

BD pada perlakuan P2 nyata lebih rendah (0,989 g cm-3) dan ruang pori

total nyata lebih tinggi (63%) dibandingkan dengan perlakuan P3 dan P4, dan BD

pada perlakuan P4 nyata lebih tinggi (1,046 g cm-3) dengan ruang pori total yang

nyata lebih rendah (61%) dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P2. Adapun

perlakuan tindakan konservasi, perlakuan T1 berbeda nyata dengan perlakuan T2

tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan T3, baik terhadap BD maupun ruang

Page 67: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

49

pori total. Perlakuan T2 memiliki BD nyata lebih tinggi (1,057 g cm-3) dan ruang

pori total nyata lebih rendah (60%), sedangkan perlakuan yang memiliki BD yang

nyata lebih rendah (1,001) dan ruang pori total yang nyata lebih tinggi (62%)

terdapat pada perlakuan T3. Nilai BD yang rendah pada perlakuan T3 disebabkan

adanya pembenaman pangkasan A. pintoi di sekeliling piringan kakao sehingga

meningkatkan bahan organik tanah dan menjadikan tanah pada petak perlakuan

tersebut lebih porous dibandingkan dengan petak perlakuan tindakan konservasi

yang lain. Hal ini didukung oleh data bahan organik tanah pada Tabel 17.

Tabel 7. Bulk density dan ruang pori total (RPT) pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan BD (g cm -3) RPT (% vol.) Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2)5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3)25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi Kakao + Gulma (T1)Kakao + p. gogo - kedelai (T2)Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

1,016bc

0,989c 1,043ab 1,046a

1,013b 1,057a 1,001b

tn

61,7ab 62,7a 60,6bc 60,5c

61,8a 60,1b 62,2a

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Nilai BD berbanding terbalik dengan ruang pori total tanah. Nilai BD

yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut lebih padat dibandingkan dengan

tanah-tanah yang memiliki nilai BD yang lebih rendah. Semakin padat suatu tanah

maka volume pori pada tanah tersebut semakin rendah..

Indeks stabilitas agregat

Data indeks stabilitas agregat pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel

lampiran 18, dan analisis ragam disajikan pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan

tindakan konservasi berpengaruh nyata terhadap indeks stabilitas agregat, dan

terdapat interaksi nyata antara keduanya. Rata-rata nilai indeks stabilitas agregat

pada berbagai interaksi perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan perlakuan

tindakan konservasi disajikan pada Tabel 8.

Page 68: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

50

Tabel 8. Indeks stabilitas agregat pada berbagai interaksi perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan tindakan konservasi Perlakuan umur tanaman/kemiringan

P1 P2 P3 P4 Kakao + Gulma (T1)Kakao + p. gogo - kedelai (T2)Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. Pintoi (T3)

70,67b 31,61d 44,26cd

116,74a

44,31cd

63,06b

44,51cd 30,32d 44,18cd

67,78b 33,31d 57,84bc

Keterangan: superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05

Indeks stabilitas agregat nyata lebih tinggi pada perlakuan P2T1 (116,74)

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan P3T2 memiliki indeks

stabilitas agregat nyata lebih rendah (30,32) dibandingkan dengan P1T1, P2T1,

P2T3, P4T1, dan P4T3, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain

(Tabel 8). Indeks stabilitas agregat yang tinggi pada perlakuan P2T1 termasuk ke

dalam kelas stabilitas stabil, sedangkan indeks stabilitas agregat yang rendah pada

perlakuan P3T2 termasuk ke dalam kelas stabilitas tidak stabil (Tabel Lampiran 8).

Indeks stabilitas agregat yang tinggi pada perlakuan P2T1 tidak terlepas dari

agregasi yang baik dari perakaran, baik perakaran gulma maupun perakaran

tanaman kakao yang sudah berumur lebih dari dua tahun, demikian pula karena

sumbangan bahan organik dari tanaman tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa

perlakuan P2T1 memiliki umur tanaman kakao yang lebih tua (25 – 27 bulan) pada

kemiringan yang lebih rendah (10 – 15 %) dengan penutupan gulma pada

gawangan kakao dipertahankan sepanjang waktu. Agregasi oleh perakaran dapat

terjadi secara langsung melalui pengikatan partikel tanah oleh perakaran halus,

juga dapat melalui pengikatan partikel tanah oleh eksudat akar. Hillel (1980a)

mengemukakan bahwa suatu peranan penting yang dimainkan oleh jaringan akar

halus adalah terlibat dalam pembentukan agregat tanah, dalam hal ini eksudat akar

yang dihasilkan dan perakaran yang sudah mati akan meningkatkan aktivitas

mikroba yang akan menghasilkan perekat humik yang mengagregasi tanah. Lebih

lanjut Suriadikarta, et al (2002) mengemukakan bahwa butiran sekunder tanah

yang lebih besar dipersatukan oleh benang-benang kapang atau akar-akar halus

sehingga terbentuk struktur tanah remah dan stabil.

Rendahnya indeks stabilitas agregat pada perlakuan P3T2 sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 8 disebabkan perlakuan tersebut tidak mampu mendukung

terbentuknya stabilitas agregat yang tinggi. Hal ini terjadi karena kemiringan

Page 69: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

51

lereng yang tinggi (40-45%) dengan penutupan tajuk kakao yang rendah (rata-rata

8 %) serta adanya penanaman tanaman semusim tanpa strip tanaman A. pintoi

menyebabkan tingginya pengangkutan lapisan atas tanah melalui erosi, dan yang

tertinggal adalah bagian tanah yang memiliki sifat fisik yang rendah termasuk

stabilitas agregat.

Kemampuan tanah mengikat air

Pengamatan kadar air tanah dilakukan pada pF 1,00; 2,00; 2,54; dan 4,20

untuk melihat kemampuan tanah mengikat air pada masing-masing pF tersebut.

Kadar air tanah pada pF 1,00 dan 2,00 merupakan kadar air tanah di atas KL, dan

kadar air tanah pada pF 2,54 dan 4,20 masing-masing merupakan kadar air tanah

KL dan TLP. Data kadar air tersebut beserta data ruang pori total selanjutnya

digunakan untuk menghitung distribusi ukuran pori. Data kadar air tanah pada pF

1,00; 2,00; 2,54; dan 4,20 disajikan pada Tabel Lampiran 18. Analisis ragam

disajikan masing-masing pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan

konservasi secara umum tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air pF. Namun

demikian, nampak jelas dari Gambar 7 dan 8 bahwa semakin tinggi nilai pF atau

tekanan yang diberikan maka kadar air tanah semakin rendah.

Kurva kadar air yang diperoleh pada Gambar 7 dan 8 kurang ideal,

sebagaimana dikemukakan oleh Van Genutchen (1980) bahwa bentuk kurva pF

yang ideal adalah mengikuti pola atau prototipe S (shave curve), sementara bentuk

kurva kadar air yang diperoleh menunjukkan seperti garis lurus/linier dari pF 1,00

sampai 4,20. Bentuk kurva seperti garis lurus/linier menunjukkan bahwa air

tersedia pada tanah tersebut adalah rendah. Air tersedia yang rendah ditandai

dengan garis yang agak tegak di antara pF 2,54 dan 4,20 (Gambar 7 dan 8).

Page 70: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

52

Gambar 7. Kurva kadar air pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan

Gambar 8. Kurva kadar air pada berbagai perlakuan tindakan konservasi

0

1

2

3

4

5

0 10 20 30 40 50

Kadar air (% volume)

Nila

i pF

T1 T2 T3

0

1

2

3

4

5

0 10 20 30 40 50

Kadar air (% volume)

Nila

i pF

P1 P2 P3 P4

Page 71: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

53

Pengaruh perlakuan tidak nyata terhadap kurva pF. Hal ini diduga

disebabkan kandungan liat tanah tidak berbeda nyata diantara perlakuan (Tabel 9),

meskipun perlakuan berpengaruh nyata terhadap bahan organik tanah (Tabel 17).

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tanah dalam memegang air dipengaruhi

oleh banyak faktor, terutama tekstur dan kandungan bahan organik tanah. Sebagai

contoh antara perlakuan P2 dan P3 dengan kelas tekstur lempung berpasir dan

lempung berdebu (Tabel 9), dapat dikatakan bahwa perlakuan P3 dengan kelas

tekstur lempung berbedu memiliki kemampuan memegang air yang tinggi dan

berbeda nyata dibandingkan dengan P2 yang memiliki kelas tekstur lempung

berpasir, tetapi dengan kandungan bahan organik P2 (1,81) yang lebih tinggi dari

P3 (1,78) (Tabel 17) diduga menjadi penyebab tidak adanya perbedaan

kemampuan dalam memegang air dari kedua perlakuan tersebut. Sebagaimana

hasil penelitian Olness dan Archer (2005) bahwa kandungan air tersedia sangat

dipengaruhi oleh karbon organik tanah dan pengaruh karbon organik bervariasi

dengan tekstur tanah. Sebagai contoh, peningkatan karbon organik 0,35% -

2,35% tanpa kandungan liat akan meningkatakan kandungan air tersedia sekitar

5% (gravimetrik) untuk setiap peningkatan persen karbon organik, sedangkan

peningkatan karbon organik yang sama dengan kandungan liat 40% akan

meningkatkan kandungan air tersedia lebih dari 10% pada setiap peningkatan

persen karbon organik.

Distribusi ukuran pori

Menurut ukurannya, ruang pori total dikelompokkan ke dalam ruang pori

non kapiler (pori drainase) dan ruang pori kapiler. Pori drainase dikelompokkan

ke dalam tiga kelompok, yaitu pori drainase sangat cepat (PDSC) dengan diameter

> 300um (bagian pori yang tidak terisi air pada pF 1,00), pori drainase cepat

(PDC) dengan diameter 300 – 30um (bagian pori yang tidak terisi air pada pF

1,00 sampai pF 2,00), dan pori drainase lambat (PDL) dengan diameter 30 – 9um

(bagian pori yang tidak terisi air pada pF 2,00 sampai pF 2,54). Pori kapiler yang

dihitung adalah pori air tersedia (PAT), yakni bagian pori yang tidak terisi air

pada pF antara 2,54 sampai 4,20 (Tabel Lampiran 19). Analisis ragam disajikan

masing-masing pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan

Page 72: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

54

bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan terhadap

distribusi ukuran pori. Grafik rata-rata distribusi ukuran pori disajikan pada

Gambar 9.

Gambar 9. Distribusi ukuran pori pada berbagai perlakuan umur tanaman/

kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Pengaruh perlakuan yang tidak nyata terhadap distribusi ukuran pori

(PDSC, PDC, PDL, dan PAT) diduga juga disebabkan oleh tekstur tanah, yang

mana tekstur tanah tidak dapat berubah dalam waktu yang singkat (10 bulan

penelitian) oleh perlakuan. Meskipun ada perubahan kandungan bahan organik

yang nyata (2,00% pada perlakuan T3 dan 1,73% pada perlakuan T2 yang

disajikan pada Tabel 17) sebagai salah satu faktor yang turut berpengaruh

terhadap distribusi ukuran pori, namun pengaruh simultan antara kedua faktor

tersebut menyebabkan pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata terhadap distribusi

ukuran pori.

Infiltrasi

Laju maksimum infiltrasi suatu tanah pada suatu saat (kapasitas infiltrasi)

dihitung berdasarkan data pengukuran infiltrasi awal sampai tercapai infiltrasi

konstan. Kurva infiltrasi dibuat dengan memformulasikan data tersebut ke dalam

model persamaan infiltrasi yang dikembangkan oleh Horton (1940). Data

kapasitas infiltrasi pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel Lampiran 19.

Analisis ragam disajikan pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan

05

10152025

P1 P2 P3 P4 T1 T2 T3

Perlakuan umur tanaman/kemiringan (P) dan perlakuan tindakan konservasi (T)

Dist

ribus

i uku

ran

por

(% v

olum

e)Pori drainase sangat cepat Pori drainase cepat Pori drainase lambat Pori air tersedia

Page 73: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

55

konservasi tidak berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kapasitas infiltrasi konstan

dan tidak terdapat interaksi yang nyata antara keduanya. Grafik rata-rata

kapasitas infiltrasi konstan disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Kapasitas infiltrasi konstan pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Pengaruh perlakuan umur tanaman/kemiringan (P) dan perlakuan tindakan

konservasi (T) yang tidak nyata terhadap kapasitas infiltrasi konstan diduga

disebabkan perlakuan yang diberikan belum mampu merubah sifat fisik tanah

sampai di bawah lapisan olah. Oleh karena itu, meskipun terdapat perbedaan sifat

fisik (BD dan stabilitas agregat) pada lapisan olah (Tabel 7 dan 8), namun

kemampuan tanah menginfiltrasikan air pada saat infiltrasi konstan tidak berbeda

pada setiap perlakuaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa pada lahan dengan

topografi miring, kemampuan tanah dalam menginfiltrasikan air pada saat

infiltrasi konstan tidak banyak berpengaruh terhadap jumlah AP, karena air hujan

yang jatuh pada permukaan tanah dengan topografi miring tidak memiliki cukup

waktu untuk bisa terinfiltrasi ke dalam tanah. Terbukti dari hasil pengukuran AP

(Tabel 3) menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan meskipun

tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap kapasitas infiltrasi konstan. Grafik

kapasitas infiltrasi tanah pada setiap waktu pengukuran disajikan pada Gambar 11.

1,951,872,03

2,23

1,611,64

2,30

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

P1 P2 P3 P4 T1 T2 T3

Perlakuan umur tanaman/kemiringan (P) dan perlakuan tindakan konservasi (T)

Kap

asita

s inf

iltra

si (m

m ja

m-1)

Page 74: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

56

Gambar 11. Kapasitas infiltrasi tanah pada setiap waktu pengukuran pada

berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan (atas) dan perlakuan tindakan konservasi (bawah)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180Waktu (menit)

Infil

trasi

(mm

jam-1

)

P1 P2 P3 P4

f = 1,567 + (8,680 - 1,567) e-5,867t

(P1)

f = 1,867 + (9,935 - 1,867) e-4,111t

(P2)

f = 1,378 + (7,878 - 1,378) e-4,472t

(P3)

f = 1,978 + (8,524 - 1,978) e-5,375t

(P4)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Waktu (menit)

Infil

trasi

(mm

jam-1

)

T1 T2 T3

f = 1,433 + (7,460 - 1,433) e-4,406t

(T2)

f = 1,589 + (9,217 - 1,589) e-5,040t

(T3)

f = 1,911 + (9,679 - 1,911) e-5,558t

(T1)

Page 75: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

57

Kurva infiltrasi yang terbentuk pada Gambar 11 (atas) menunjukkan

bahwa perlakuan P2 pada awalnya memiliki kapasitas infiltrasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan yang lain, namun setelah menit ke-60 sudah

tercapai infiltrasi konstan dan garis konstan berimpit dengan perlakuan P4 serta

tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Besarnya nilai kapasitas

infiltrasi pada menit ke 60 pada masing-masing perlakuan umur

tanaman/kemiringan (P) berdasarkan persamaan garis infiltrasi yang diperoleh

adalah 1,59 mm jam-1 (P1), 2,00 mm jam-1 (P2), 1,45 mm jam-1 (P3), dan 2,01 mm

jam-1 (P4), sedangkan pada perlakuan tindakan konservasi (T) pada Gambar 11

(bawah) adalah 1,94 mm jam-1 (T1), 1,51 mm jam-1 (T2), dan 1,64 mm jam-1 (T3).

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tanah pada lokasi

penelitian memiliki kapasitas infiltrasi yang rendah. Rendahnya kapasitas

infiltrasi disebabkan tingginya kadar liat tanah lokasi penelitian yang ditunjukkan

oleh hasil analisis tekstur tanah pada dua profil tanah yang diambil sebagai profil

pewakil. Sebagaimana dikemukakan oleh Hillel (1980b) bahwa tanah-tanah

berliat memiliki kapasitas infiltrasi yang rendah (1 – 5 mm jam-1).

Kapasitas infiltrasi merupakan informasi yang penting untuk

menunjukkan kemampuan tanah dalam menyediakan air untuk tanaman. Tanah

dengan kapasitas infiltrasi yang rendah menyebabkan sebagian besar curah hujan

yang jatuh di atas permukaan tanah akan mengalir sebagai AP, sehingga hanya

sebagian kecil air hujan yang dapat diinfiltrasikan ke dalam tanah untuk

memenuhi kebutuhan air tanaman. Khusus pada lahan dengan kemiringan yang

tinggi, pengaruh topografi sangat menentukan jumlah air yang dapat

diinfiltrasikan ke dalam tanah. Oleh karena itu, diperlukan tindakan konservasi

tanah dan air yang dapat menghambat laju AP sehingga air hujan yang jatuh

memiliki cukup waktu untuk dapat terinfiltrasi ke dalam tanah.

Tekstur

Data hasil analisis tekstur pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel

Lampiran 19. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Tabel Lampiran 27.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan

berpengaruh nyata terhadap persentase pasir dan debu, tetapi tidak berpengaruh

Page 76: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

58

nyata terhadap kandungan liat, sementara perlakuan tindakan konservasi tidak

berpengaruh nyata, baik terhadap persentase pasir, liat, maupun debu. Tidak

terdapat interaksi nyata antara perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan

perlakuan tindakan konservasi terhadap persentase pasir, debu, dan liat. Rata-rata

persentase pasir, debu, dan liat dengan hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05)

diasajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Persentase pasir, debu, dan liat pada berbagai perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan % pasir% debu % liat Kelas tekstur Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2)5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3)25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1)Kakao + p. gogo - kedelai (T2)Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

49,17a

62,86a

18,81b

30,02b

42,35a

41,31a

37,00a

tn

30,71c

21,85d

62,92a

49,12b

38,98b

40,61ab

45,36a

tn

18,12a

15,29a

18,26a

20,85a

18,67a

18,08a

17,65a

tn

Lempung berpasir Lempung berpasirLempung berdebu

Lempung

Lempung Lempung Lempung

Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Pengaruh yang nyata oleh perlakuan umur tanaman/kemiringan (P)

terhadap persentase pasir dan debu diduga disebabkan oleh pengangkutan fraksi

pasir pada lereng yang lebih terjal (40-45%) lebih banyak dari pada lereng yang

lebih rendah (10-15%). Peristiwa ini berhubungan dengan selektivitas erosi.

Dalam selektivitas erosi, fraksi halus tanah akan terangkut lebih dahulu dan lebih

banyak dari fraksi kasar. Pada perlakuan P1 dan P2 dengan kemiringan lereng

10 – 15% memiliki kandungan pasir yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan P3 dan P4. Hal ini disebabkan partikel yang lebih halus (seperti liat)

dari perlakuan P1 dan P2 banyak yang terangkut melalui AP sehingga yang

tertinggal lebih banyak fraksi kasar (pasir). Adapun perlakuan P3 dan P4 dengan

kemiringan yang lebih terjal (40 – 45%), kandungan pasir yang nyata lebih rendah

diduga disebabkan pada kemiringan yang tinggi proses selektivitas erosi tidak

optimal khususnya pada kejadian AP yang tinggi, yang mana setelah terjadi

penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk air

Page 77: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

59

hujan, dengan kapasitas angkut AP yang cukup tinggi, semua butir-butir primer

tersebut akan terangkut bersama AP.

Persentase liat tidak berbeda nyata antara perlakuan P1, P2, P3, dan P4,

namun persentase debu berbeda nyata satu sama lain. Tidak adanya perbedaan

persentase liat pada setiap perlakuan tersebut disebabkan perlakuan umur

tanaman/kemiringan yang diberikan tidak mampu mengurangi pengangkutan

partikel liat oleh erosi, sehingga kandungan liat tanah relatif sama. Adapun

perbedaan persentase debu tanah karena adanya perbedaan persentase pasir akibat

selektivitas erosi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Perlakuan P2 dengan

persentase pasir yang nyata lebih tinggi memiliki persentase debu yang nyata

lebih rendah. Selanjutnya pada perlakuan tindakan konservasi, kandungan pasir

dan liat tidak berbeda nyata antara perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3,

sedangkan persentase debu berbeda nyata antara perlakuan T1 dengan T3.

Perbedaan pasir dan liat yang tidak berbeda nyata pada perlakuan T1, T2, dan T3

disebabkan perlakuan tersebut belum mampu merubah tekstur tanah meskipun T2

memiliki erosi yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan T1 dan T3. Dalam hal

ini diduga bahwa pengaruh selektivitas erosi dan hasil proses selektivitas erosi

terhadap tekstur tanah pada perlakuan tindaka konservasi hanya terjadi pada

lapisan atas tanah dengan kedalaman tertentu (sekitar 0 – 5 cm), dan tidak terjadi

pada lapisan tanah dibawahnya, sementara pengambilan sampel tanah untuk

analisis tekstur dilakukan pada kedalaman 0 – 15 cm.

Korelasi antara sifat fisik tanah dengan erosi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui derajat hubungan antara

peubah sifat fisik tanah dengan erosi. Peubah erosi memiliki korelasi dengan

berbagai peubah sifat fisik tanah yang disajikan pada Tabel 10.

Peubah-peubah sifat fisik berkorelasi nyata pada taraf uji 0,05 terhadap

erosi, kecuali %liat dan kapasitas infiltrasi (Tabel 10). BD memiliki korelasi

positif dengan erosi, artinya semakin tinggi nilai BD suatu tanah, maka erosi akan

semakin meningkat. Porositas total dan stabilitas agregat memiliki korelasi

negatif yang berarti bahwa semakin tinggi nilai peubah sifat fisik tersebut, maka

erosi akan semakin rendah. Sebaliknya jika terjadi erosi yang tinggi maka nilai

Page 78: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

60

peubah sifat fisik tersebut menjadi rendah, karena lapisan tanah yang memiliki

sifat fisik yang baik telah terangkut oleh AP dan erosi. Hal yang sama dilaporkan

oleh Shukle dan Lal (2005) bahwa stabilitas agregat dan infiltrasi menurun

masing-masing 1,8 kali (37,8 mm jam-1) dan 1,5 kali (5,7 mm jam-1) pada tanah

yang tererosi ringan dibandingkan dengan pada tanah yang tidak tererosi pada

kedalaman 0 – 10 cm. Pada Tabel 10, antara peubah bebas (BD, porositas total,

stabilitas agregat, dan tekstur) memiliki korelasi yang nyata atau terdapat masalah

kolinieritas, sehingga tidak layak dibuat persamaan regresi berganda antara

peubah terikat erosi (Y) dengan peubah bebas sifat fisik (X) tersebut.

Tabel 10 Matrik korelasi antara peubah sifat fisik tanah dengan erosi pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

BD Porositas S.agregat Infiltrasi %pasir %debu %liat Erosi BD 1,000 Porositas -I,000* 1,000 S.agregat -0,522* 0,522* 1,000 Infiltrasi -0,067 0,068 0,199 1,000 %pasir -0,355* 0,355* 0,389* 0,164 1,000 %debu 0,396* -0,396* -0,420* -0,159 -0,964* 1,000 %liat 0,031 -0,032 -0,073 -0,089 -0,552* 0,310 1,000 Erosi 0,613* -0,613* -0,766* -0,242 -0,436* 0,481* 0,052 1,000

Ket: * = berkorelasi nyata pada taraf uji 0,05

Nitrogen yang terbawa erosi dan aliran permukaan

Kehilangan N yang diukur pada sedimen adalah dalam bentuk N total,

sedangkan kehilangan N yang diukur pada AP dalam bentuk NH3, NO3, dan NO2.

Data kehilangan N pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel Lampiran 20.

Analisis ragam disajikan masing-masing pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan

tindakan konservasi berpengaruh nyata terhadap kehilangan N melalui erosi dan

AP, dan terdapat interaksi nyata antara keduanya, kecuali terhadap kehilangan

N total. Rata-rata kehilangan N total melalui erosi dengan hasil uji lanjut DMRT

(P < 0,05) disajikan pada Tabel 11.

Page 79: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

61

Tabel 11. N total yang terbawa erosi pada berbagai perlakuan umur tanaman/ kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan N total (kg ha-1 th-1) Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

20,09b 14,49b 73,05a 75,26a

30,27b 54,15a 52,75a

tn Keterangan: superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Perlakuan umur tanaman/kemiringan P2 menyebabkan kehilangan N total

nyata lebih rendah (14,49 kg ha-1 th-1) dibandingkan dengan perlakuan P3 (73,05

kg ha-1 th-1) dan P4 (75,26 kg ha-1 th-1), tetapi tidak berbeda nyata dengan P1 (20,09

kg ha-1 th-1). Kehilangan N total yang rendah pada perlakuan umur

tanaman/kemiringan P2 disebabkan erosi yang rendah pada perlakuan tersebut

(Tabel 11) dan berbeda nyata dengan perlakuan yang lain.

Perlakuan tindakan konservasi T1 menyebabklan kehilangan N total nyata

lebih rendah (30,27 kg ha-1 th-1) dibandingkan dengan perlakuan T2 (54,15 kg ha-1

th-1) dan T3 (52,75 kg ha-1 th-1), dan perlakuan T2 menyebabkan kehilangan N total

yang tidak berbeda nyata T3. Kehilangan N total yang rendah pada perlakuan T1,

selain disebabkan oleh erosi yang rendah (Tabel 3), juga karena tidak ada residu N

yang bersumber dari pemupukan tanaman semusim. Kehilangan N total yang

tidak berbeda nyata antara perlakuan T2 dan T3 disebabkan kadar N total sedimen

pada perlakuan T3 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan T2 (Tabel 17), sehingga

meskipun erosi yang terjadi pada perlakuan T3 nyata lebih rendah dibandingkan

dengan T2, namun dengan kadar N total sedimen yang tinggi pada perlakuan T3

meningkatkan kehilangan N total pada perlakuan tersebut dan menyebabkan

kehilangan N total tidak berbeda nyata antara perlakuan T2 dengan T3. Kadar

N total sedimen yang tinggi pada perlakuan T3 dibandingkan dengan T2 diduga

bersumber dari lapukan sisa tanaman A. pintoi di permukaan tanah dan kemudian

Page 80: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

62

terangkut bersama sedimen. Henny (1995) mengemukakan bahwa pada

penanaman dalam strip, tingginya C-organik dan hara sedimen disebabkan

lapukan rumput bahia dan sisa-sisa pangkasannya yang tertinggal di permukaan

tanah. Analisis regresi dilakukan untuk melihat bentuk dan keeratan hubungan

antara erosi dengan kehilangan N total yang terbawa oleh erosi.

Gambar 12. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan N total (Y) pada berbagai

perlakuan tindakan konservasi

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan

kuadratik dan logaritmik yang nyata antara erosi dengan kehilangan N total

pada berbagai perlakuan tindakan konservasi (Gambar 12). Terdapat korelasi

kuadratik yang nyata antara erosi dengan kehilangan N total pada perlakuan

tindakan konservasi T2 dan T3, sedangkan pada perlakuan T1 korelasi berbentuk

logaritmik. Berdasarkan persamaan garis regresi pada perlakuan T2 dan T3,

kehilangan N maksimum tercapai pada jumlah erosi 40,84 ton ha-1 th-1 (T2) dan

30,95 ton ha-1 th-1 (T3) dengan kehilangan N sebesar 80,42 kg ha-1 th-1 (T2) dan

93,66 kg ha-1 th-1 (T3). Selanjutnya peningkatan jumlah tanah yang tererosi tidak

diikuti oleh peningkatan kehilangan N, diduga karena kadar hara N tanah yang

tererosi semakin menurun. Kehilangan N total pada perlakuan T3 lebih tinggi

dibandingkan dengan T2 meskipun erosi yang terjadi pada T3 lebih rendah

dibandingkan dengan T2. Tingginya kehilangan N total pada perlakuan T3

dibandingkan dengan T2 dan T1 kemungkinan disebabkan meningkatnya

kandungan N total tanah yang bersumber dari tanaman A. pintoi (Tabel 17),

y = 69,436Ln(x) - 144,32R2 = 0,8386

(T1)

y = -0,3871x2 + 23,959x - 277,07R2 = 0,8764

(T3)

y = -0,2033x2 + 16,604x - 258,6R2 = 0,5705

(T2)

-20

0

20

40

60

80

100

120

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Erosi tanah pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 (ton ha-1 th-1)

N to

tal y

ang

tera

ngku

t m

elal

ui e

rosi

(kg

ha-1 th

-1) T1

T2

T3

Log. (T1)

Poly. (T3)

Poly. (T2)

Page 81: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

63

namun diharapkan kehilangan N total yang tinggi pada perlakuan tersebut dapat

diimbangi oleh penambatan N2 oleh bintil akar tanaman A. pintoi sehingga tidak

terjadi defisit N, baik untuk tanaman semusim maupun untuk tanaman tahunan.

Variasi kehilangan N total yang terjadi pada perlakuan T2 dan T3 dapat dijelaskan

oleh variabel erosi masing-masing sebesar 57% dan 88% yang ditunjukkan oleh

koefisien determinasi (R2). Baik perlakuan T2 maupun T3, keduanya memiliki

koefisien korelasi yang cukup tinggi masing-masing 0,76, dan 0,94. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara erosi dengan besarnya

kehilangan N total melalui sedimen.

Garis regresi yang terbentuk antara erosi dengan kehilangan N total pada

perlakuan T1 berbeda dengan perlakuan T2 dan T3, pada perlakuan T1 terdapat

hubungan logaritmik yang nyata antara erosi dan kehilangan N total. Hal ini

terjadi karena pada perlakuan tersebut erosi yang terjadi cukup rendah, sehingga

peningkatan jumlah tanah yang tererosi masih diikuti oleh peningkatan kehilangan

N secara logaritmik. Variasi kehilangan N total yang terjadi pada perlakuan T1

dapat dijelaskan oleh variabel erosi sebesar 84% yang ditunjukkan oleh koefisien

determinasi (R2). Perlakuan T1 memiliki koefisien korelasi yang cukup tinggi,

yakni 0,92 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara erosi

dengan besarnya kehilangan N total melalui sedimen.

Interaksi antara perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan perlakuan

tindakan konservasi tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan N total melalui

erosi, tetapi berpengaruh nyata terhadap kehilangan NH3, NO3, dan NO2 melalui

AP sebagaimana disajikan pada Tabel 12.

Perlakuan P2T1 menyebabkan kehilangan N yang nyata lebih rendah (0,09

kg NH3 ha-1 th-1; 10,04 kg NO3 ha-1 th-1; 0,09 kg NO2 ha-1 th-1) dibandingkan

dengan perlakuan yang lain, dan perlakuan P3T2 menyebabkan kehilangan N yang

nyata lebih tinggi (0,36 kg NH3 ha-1 th-1; 0,50 kg NO2 ha-1 th-1), sedangkan

kehilangan N nyata lebih tinggi pada perlakuan P4T2 (36,46 kg NO3 ha-1 th-1)

dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dilihat dari kadar N total tanah (Tabel

17), perlakuan P2 memiliki kadar N total yang nyata lebih rendah (0,17%)

dibandingkan dengan perlakuan P3 (0,19%), dan kadar N total tanah pada

perlakuan T1 tidak berbeda nyata dengan T2 (0,16% dan 0,18). Oleh karena itu,

Page 82: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

64

tingginya kehilangan N pada perlakuan P3T2 yang terangkut melalui AP

disebabkan oleh tingginya AP (Tabel 3) dan tingginya kadar N total tanah pada

perlakuan tersebut. Adapun perlakuan P2T1, rendahnya kehilangan N selain

disebabkan AP yang nyata lebih rendah (Tabel 3) dan kadar N total tanah yang

nyata lebih rendah (Tabel 17) juga karena tidak ada residu N yang bersumber dari

pemupukan tanaman semusim pada perlakuan P2T1. Sesuai dengan hasil

penelitian Elrashidi et al. (2005a), dengan AP yang lebih rendah pada padang

rumput (939 m3 ha-1 th-1) dibandingkan dengan lahan yang ditanami tanaman

semusim (1122 m3 ha-1 th-1), kehilangan nitrat pada padang rumput hanya 1,27 kg

ha-1 th-1 dan pada lahan yang ditanami tanaman semusim sebesar 1,90 kg ha-1 th-1.

Kehilangan nitrat tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh

pada penelitian ini, disamping karena pengukuran dilakukan pada skala DAS, juga

karena jumlah AP yang lebih rendah pada penelitian tersebut.

Tabel 12. Nitrogen yang terbawa AP pada berbagai interaksi perlakuan umur

tanaman/kemiringan dengan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan tindakan konservasi Perlakuan umur tanaman/kemiringan P1 P2 P3 P4

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

------- N (kg NH3 ha-1 th-1) -------

0,10ef 0,09f 0,16cd 0,19c 0,17cd 0,18c 0,36a 0,25b 0,15cde 0,12def 0,28b 0,25b

------- N (kg NO3 ha-1 th-1) -------

13,08fg 10,04g 19,37ef 20,73de 26,56cd 26,79cd 30,95abc 36,46a 14,17fg 12,34g 35,29ab 29,44bc

------- N (kg NO2 ha-1 th-1) -------

0,17cdef 0,09f 0,27bc 0,12ef 0,22bcde 0,09f 0,50a 0,29b 0,10f 0,13def 0,24bcd 0,25bcd

Keterangan: superskrip yang berbeda pada peubah yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05

Perlakuan P3T1, meskipun penutupan tajuk kakao rendah (rata-rata 8%)

dan berada pada kemiringan yang terjal (40 – 45 %), tetapi penutupan gulma yang

dipertahankan sepanjang waktu pada gawangan kakao menyebabkan kehilangan

N (0,16 kg NH3 ha-1 th-1 dan 19,37 kg NO3 ha-1 th-1) tidak berbeda nyata dengan

Page 83: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

65

perlakuan P1T3 (0,15 kg NH3 ha-1 th-1 dan 14,17 kg NO3 ha-1 th-1) yang memiliki

kemiringan yang lebih rendah (10 – 15 %) (Tabel 12). Hal ini disebabkan adanya

interaksi antara kemiringan/umur tanaman dengan penutup tanah yang tinggi,

yang mana kehilangan N yang tinggi pada kemiringan yang terjal (40 – 45 %)

dapat diturunkan oleh tingginya penutupan permukaan tanah oleh gulma. Diduga

penutupan gulma yang tinggi pada permukaan tanah menurunkan jumlah N yang

terangkut melalui AP, khususnya amonium dan nitrat. Selanjutnya, interaksi

antara penutupan tajuk kakao yang rendah (rata-rata 8%) pada kemiringan yang

tinggi dengan penanaman tanaman semusim sebagai tanaman sela pada perlakuan

P3T2 semakin meningkatkan kehilangan N yang tinggi dari petak perlakuan, dan

sebaliknya terjadi pada perlakuan P2T1.

Fosfor yang terbawa erosi dan aliran permukaan

Kehilangan P yang diukur pada sedimen disajikan dalam bentuk P2O5,

sedangkan kehilangan P yang diukur pada AP dalam bentuk PO4. Data

kehilangan P melalui erosi dan AP pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel

Lampiran 20. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Tabel Lampiran 27.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan

dan perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata terhadap kehilangan P

melalui erosi dan AP, namun tidak terdapat interaksi nyata antara keduanya.

Rata-rata kehilangan P melalui erosi dan AP dengan hasil uji lanjut DMRT

(P < 0,05) disajikan pada Tabel 13.

Kehilangan P melalui erosi dan AP nyata lebih rendah pada perlakuan

umur tanaman/kemiringan P2 (masing-masing 3,80 kg P2O5 ha-1 th-1 dan 16,42 kg

PO4 ha-1 th-1) dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan P3 dan P4 tetapi

tidak berbeda nyata dengan P1. Perlakuan P3 menyebabkan kehilangan P melalui

erosi dan AP yang nyata lebih tinggi (9,27 kg P2O5 ha-1 th-1 dan 30,73 kg PO4 ha-1

th-1) dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P2 tetapi tidak berbeda nyata dengan

P4 (Tabel 13). Kehilangan hara dari pertanaman dapat terjadi melalui beberapa

cara di antaranya melalui pencucian hara (Leaching) dan pengangkutan melalui

erosi dan AP. Dalam hal ini kehilangan P yang nyata lebih tinggi pada perlakuan

Page 84: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

66

P3 disebabkan perlakuan P3 memiliki erosi dan AP tertinggi dan berbeda nyata

dengan perlakuan yang lain (Tabel 3).

Tabel 13. Fosfor yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan Fosfor yang terbawa erosi dan AP Erosi

(kg P2O5 ha-1 th-1) AP

(kg PO4 ha-1 th-1) Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

4,90b 3,80b 9,27a 8,41a

3,67c 9,32a 6,80b

tn

22,53b 16,42b 30,73a 30,29a

18,39c 32,16a 24,43b

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05    

Kehilangan P melalui erosi dan AP pada perlakuan tindakan konservasi T1

nyata lebih rendah (masing-masing 3,67 kg P2O5 ha-1 th-1 dan 18,39 kg PO4 ha-1 th-

1) dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3. Perlakuan T2 menyebabkan

kehilangan P melalui erosi dan AP nyata lebih tinggi (masing-masing 9,32 kg

P2O5 ha-1 th-1 dan 32,16 kg PO4 ha-1 th-1) dan berbeda nyata dengan perlakuan T1

dan T3. Tingginya kehilangan P pada perlakuan tindakan konservasi T2 terkait

dengan erosi yang tinggi pada perlakuan tersebut (Tabel 3), yang mana tanah yang

terangkut melalui erosi adalah tanah lapisan atas yang memiliki kadar hara yang

lebih tinggi dari pada lapisan tanah di bawahnya. Baik pada perlakuan umur

tanaman/kemiringan maupun pada perlakuan tindakan konservasi, kehilangan P

melalui AP lebih tinggi dibandingkan dengan kehilangan P melalui sedimen. Hal

ini selain disebabkan tingginya volume AP dibandingkan dengan erosi juga

karena banyaknya ion fosfat yang larut di dalam air AP. Hasil penelitian Elrashidi

et al. (2005b) menunjukkan bahwa dengan AP yang lebih tinggi pada tanah bera

(1242 m3 ha-1 th-1) dibandingkan dengan lahan padang rumput (939 m3 ha-1 th-1),

kehilangan P pada tanah bera sebesar 243 g P2O5 ha-1 th-1 dan pada lahan padang

Page 85: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

67

rumput hanya sebesar 190 g P2O5 ha-1 th-1. Namun demikian, konsentrasi hara AP

pada padang rumput lebih tinggi (202 mg kg-1) dibandingkan dengan padang

tanah bera (195 mg kg-1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi AP maka

kadar hara yang terlarut di dalamnya semakin rendah.

Analisis regresi dilakukan untuk mempelajari bentuk dan keeratan

hubungan antara erosi dan AP dengan kehilangan P. Hasil analisis regresi

menunjukkan bahwa terdapat hubungan logaritmik dan hubungan kuadratik yang

nyata antara erosi dan AP dengan kehilangan P pada berbagai perlakuan tindakan

konservasi sebagaimana disajikan pada Gambar 13 dan 14.

Gambar 13. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan P (Y) pada perlakuan

tindakan konservasi T1, T2, dan T3

Terdapat hubungan kuadratik yang nyata antara erosi dengan kehilangan P

pada perlakuan tindakan konservasi T2, sedangkan pada perlakuan T1 dan T3

korelasi berbentuk logaritmik (Gambar 13). Berdasarkan persamaan garis regresi

pada perlakuan T2, kehilangan P maksimum tercapai pada jumlah erosi 54,82 ton

ha-1 th-1 dengan kehilangan P sebesar 14,94 kg P2O5 ha-1 th-1. Selanjutnya

peningkatan jumlah tanah yang tererosi tidak diikuti oleh peningkatan kehilangan

P. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hara P semakin menurun dengan

meningkatnya jumlah tanah yang tererosi. Berbeda dengan perlakuan T2, pada

perlakuan T1 dan T3 terdapat korelasi logaritmik yang nyata antara erosi dan

kehilangan P. Hal ini menujukkan bahwa peningkatan jumlah tanah tererosi

pada awalnya diikuti oleh peningkatan kehilangan P yang cukup tinggi, dan

y = 5,6256Ln(x) - 10,476R2 = 0,8154

(T1) y = -0,0094x2 + 1,0307x - 13,315R2 = 0,7507

(T2)

y = 12,144Ln(x) - 30,329R2 = 0,8368

(T3)

02468

10121416

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45Erosi tanah pada perlakuan tindakan konservasi

T1, T2, dan T3 (ton ha-1 th-1)

P ya

ng te

rbaw

a er

osi

(kg

P 2O

5 ha-1

th-1

)

T1

T2

T3

Log. (T1)

Poly. (T2)

Log. (T3)

Page 86: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

68

selanjutnya peningkatan jumlah tanah tererosi tidak diikuti oleh peningkatan

kehilangan P yang berarti. Kondisi ini kemungkinan juga disebabkan oleh kadar

P yang semakin rendah dengan meningkatnya jumlah tanah tererosi. Kehilangan

P dari lahan pertanian tidak hanya terangkut melalui sedimen, tetapi juga

terangkut melalui AP sebagaimana disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan P (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

Regresi antara AP dengan kehilangan P pada perlakuan tindakan

konservasi T1, T2, dan T3 menunjukkan hubungan kuadratik (Gambar 14).

Berdasarkan persamaan garis regresi pada perlakuan T1, T2 dan T3, kehilangan P

maksimum tercapai masing-masing pada jumlah AP 5250 m3 ha-1 th-1, 12250 m3

ha-1 th-1, dan 8700 m3 ha-1 th-1, dengan kehilangan P masing-masing sebesar 36,92

kg PO4 ha-1 th-1, 93,99 kg PO4 ha-1 th-1, dan 58,12 kg PO4 ha-1 th-1. Peningkatan

jumlah AP selanjutnya tidak diikuti oleh peningkatan kehilangan P yang

disebabkan kadar hara P AP semakin menurun dengan semakin meningkatnya

jumlah AP. Namun demikian, berdasarkan persamaan garis regresi yang

y = 4E-07x2 + 0,0042x + 3,84R2 = 0,8514

(T1)

y = 2E-07x2 + 0,0049x + 3,96R2 = 0,6742

(T2)

y = -1E-06x2 + 0,0174x - 17,57R2 = 0,7892

(T3)

0

10

20

30

40

50

60

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000AP pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

(m3 ha-1 th-1)

P ya

ng te

rbaw

a A

P(k

g PO

4 ha-1

th-1

)

T1 T2 T3 Poly. (T1) Poly. (T2) Poly. (T3)

Page 87: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

69

diperoleh pada Gambar 14, maka kehilangan P akan terus meningkat khususnya

pada perlakuan T2 dan T3 karena nilai maksimum kehilangan P akan tercapai pada

jumlah AP yang cukup tinggi (12250 m3 ha-1 th-1 dan 8700 m3 ha-1 th-1).

Kalium yang terbawa erosi dan aliran permukaan

Kehilangan K yang diukur pada sedimen disajikan dalam bentuk K2O,

sedangkan kehilangan K yang diukur pada AP dalam bentuk K total. Data

kehilangan K pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel Lampiran 20. Analisis

ragam disajikan pada Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

berpengaruh nyata terhadap kehilangan K melalui erosi dan AP, namun tidak

terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara keduanya. Rata-rata kehilangan K

dengan hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05) disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Kalium yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Kalium yang terbawa erosi dan AP

Perlakuan Erosi (kg K2O ha-1 th-1)

AP (kg ha-1 th-1)

Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

4,42b 2,30c 5,30a 5,29a

2,42c 6,03a 4,54b

tn

160,91c 126,29d 248,18a 229,44b

140,52c 248,83a 184,27b

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Perlakuan umur tanaman/kemiringan P2 menyebabkan kehilangan K

melalui erosi dan AP nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain

(masing-masing 2,30 kg K2O ha-1 th-1 dan 126,29 kg K ha-1 th-1), sedangkan

perlakuan P3 menyebabkan kehilangan K yang nyata lebih tinggi (5,30 kg K2O ha-1

th-1 melalui erosi dan 248,18 kg K ha-1 th-1 melalui AP) dibandingkan dengan

Page 88: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

70

y = 3,3815Ln(x) - 6,082R2 = 0,8879

(T1)

y = 4,1637Ln(x) - 8,1881R2 = 0,6794

(T3)

y = -0,0421x2 + 2,8367x - 39,963R2 = 0,8322

(T2)

0123456789

10

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45Erosi tanah pada perlakuan tindakan konservasi

T1, T2, dan T3 (ton ha-1 th-1)

K y

ang

terb

awa

eros

(kg

K2O

ha-1

th-1

)

T1 T2 T3 Log. (T1) Log. (T3) Poly. (T2)

perlakuan lainnya. Perlakuan tindakan konservasi T1 menyebabkan kehilangan K

yang nyata lebih rendah (2,42 kg K2O ha-1 th-1 melalui erosi dan 140,52 kg K ha-1

th-1 melalui AP) dibandingkan dengan dengan perlakuan T2 dan T3. Perlakuan T2

menyebabkan kehilangan K nyata lebih ertinggi (6,03 kg K2O ha-1 th-1 melalui

erosi dan 248,83 kg K ha-1 th-1 melalui AP) dibandingkan dengan perlakuan T1 dan

T2 (Tabel 14). Tingginya kehilangan K melalui AP disebabkan karena unsur

kalium merupakan unsur yang sangat muda mengalami pelindian dibandingkan

dengan nitrogen dan P. Menurut Tan (1996) bahwa ion K+ sangat sulit

mengendap, sehingga ketika tidak dimanfaatkan oleh tanaman, ion K+ akan cepat

tercuci dari tanah.

Analisis regresi dilakukan untuk mempelajari bentuk dan keeratan

hubungan antara erosi dan AP dengan kehilangan kalium. Hasil analisis regresi

menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuadratik dan logaritmik yang nyata

antara erosi dan AP dengan kehilangan kalium pada berbagai perlakuan tindakan

konservasi sebagaimana disajikan pada Gambar 15 dan 16.

Gambar 15. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan K (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

Page 89: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

71

Terdapat hubungan kuadratik yang nyata antara erosi dengan kehilangan K

pada perlakuan tindakan konservasi T2, sedangkan pada perlakuan T1 dan T3

korelasi berbentuk logaritmik (Gambar 15). Persamaan garis regresi pada

perlakuan T2 menunjukkan bahwa kehilangan K maksimum tercapai pada jumlah

erosi 33,69 ton ha-1 th-1 dengan kehilangan K sebesar 7,82 kg K2O ha-1 th-1.

Selanjutnya peningkatan jumlah tanah yang tererosi tidak diikuti oleh peningkatan

kehilangan K karena kadar hara K semakin menurun dengan meningkatnya

jumlah tanah tererosi. Berbeda dengan perlakuan T2, pada perlakuan T1 dan T3

terdapat korelasi logaritmik yang nyata antara erosi dan kehilangan K. Hal ini

terjadi karena pada perlakuan tersebut erosi yang terjadi cukup rendah sehingga

peningkatan jumlah tanah yang tererosi masih diikuti peningkatan kehilangan K

secara logaritmik. Pengangkutan K dari lahan pertanian, selain terangkut bersama

sedimen juga terangkut bersama AP sebagaimana disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan K total (Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

y = 236,96Ln(x) - 1746,4R2 = 0,8707

(T2)

y = 168,06Ln(x) - 1187,9R2 = 0,9547

(T3)

y = 147,51Ln(x) - 1018,6R2 = 0,8824

(T1)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000AP pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

(m3 ha-1 th-1)

K to

tal y

ang

terb

awa

AP

(kg

ha-1

th-1)

T1 T2 T3 Log. (T2) Log. (T3) Log. (T1)

Page 90: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

72

Terdapat hubungan logaritmik yang nyata antara AP dengan kehilangan K

total pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3 (Gambar 16).

Peningkatan AP pada awalnya diikuti oleh peningkatan kehilangan K yang tinggi

dan selanjutnya peningkatan AP tidak diikuti dengan peningkatan kehilangan K

yang berarti. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi AP maka konsentrasi K tanah

yang terkandung di dalamnya semakin rendah, diduga hal ini juga disebabkan

oleh kadar K sedimen yang semakin menurun.

C-organik yang terbawa erosi dan aliran permukaan

Data kehilangan C-organik melalui erosi dan AP pada setiap perlakuan

disajikan pada Tabel Lampiran 20. Analisis ragam disajikan masing-masing pada

Tabel Lampiran 27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata

terhadap kehilangan C-organik melalui erosi dan berpengaruh tidak nyata

terhadap kehilangan C-organik melalui AP, dan tidak terdapat interaksi nyata

antara keduanya. Rata-rata kehilangan C-organik melalui erosi dan AP dengan

hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05) disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. C-organik yang terbawa erosi dan AP pada berbagai perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan C-org. yang terbawa erosi dan AP (ton ha-1 th-1)

terbawa erosi terbawa AP Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

0,354b 0,290b 0,537a 0,526a

0,276c 0,586a 0,419b

tn

15,32b 12,79b 23,16a 22,74a

14,29a 23,49b 17,72a

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Page 91: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

73

Hasil uji lanjut terhadap rata-rata perlakuan pada Tabel 15 menunjukkan

bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan P2 menyebabkan kehilangan

C-organik melalui sedimen dan AP yang nyata lebih rendah (0,290 ton ha-1 th-1

dan AP 12,79 ton ha-1 th-1) dibandingkan dengan perlakuan P3 dan P4, tetapi tidak

berbeda nyata dengan P1. Kehilangan C-oragnik melalui sedimen dan AP nyata

lebih tinggi pada perlakuan P3 (0,537 ton ha-1 th-1 dan AP 23,16 ton ha-1 th-1)

dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P2, tetapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan P4. Adapun perlakuan tindakan konservasi, perlakuan T1 menyebabkan

kehilangan C-organik tanah melalui sedimen dan AP yang nyata lebih rendah

(0,276 ton ha-1 th-1 dan AP 14,29 ton ha-1 th-1) dibandingkan dengan perlakuan T2

dan T3. Kehilangan C-organik melalui sedimen dan AP nyata lebih tinggi terdapat

pada perlakuan T2 (0,586 ton ha-1 th-1 dan AP 23,49 ton ha-1 th-1) dan berbeda

nyata dengan perlakuan tindakan konservasi yang lain. Besarnya kehilangan

C-organik dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah erosi dan AP. Perlakuan P3 dan

T2 yang memiliki erosi dan AP tertinggi (Tabel 3) memiliki kehilangan C-organik

tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Analisis regresi dilakukan untuk mempelajari bentuk dan keeratan

hubungan antara kehilangan C-organik dengan erosi dan AP. Hasil analisis

regresi menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara kehilangan

C-organik dengan erosi pada berbagai perlakuan tindakan konservasi (Gambar

17). Terdapat hubungan kuadratik yang nyata antara erosi dengan kehilangan

C-organik pada perlakuan tindakan konservasi T2 dan T3, sedangkan pada

perlakuan T1 korelasi berbentuk logaritmik (Gambar 17). Persamaan garis regresi

pada perlakuan T2 dan T3 menunjukkan bahwa kehilangan C-organik maksimum

tercapai pada jumlah erosi 35,82 ton ha-1 th-1 (T2) dan 26,96 ton ha-1 th-1 (T3)

dengan kehilangan C-organik 0,686 ton ha-1 th-1 (T2) dan 0,512 ton ha-1 th-1 (T3).

Penurunan jumlah kehilangan C-organik setelah tercapai titik maksimum,

khususnya pada perlakuan T3 diduga karena keefektifan strip tanaman A. pintoi

dalam menyaring partikel tanah yang terangkut melalui erosi sehingga kadar

C-organik sedimen menjadi rendah. Pada perlakuan T2, penurunan yang terjadi

setelah titik maksimum diduga disebabkan oleh kadar C-organik tanah yang

semakin rendah dengan semakin meningkatnya erosi. Hal ini didukung oleh hasil

Page 92: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

74

analisis kadar C-organik tanah dan sedimen (Tabel 17), yang mana rasio kadar

C-organik tanah antara perlakuan T3 dan T2 lebih tinggi dibandingkan dengan

rasio kadar C-organik sedimen antara kedua perlakuan tersebut. Ini menunjukkan

bahwa strip tanaman A. pintoi pada perlakuan T3 efektif dalam mengurangi

kehilangan C-organik melalui sedimen. Selain terangkut bersama sedimen,

C-organik dari lahan pertanian juga terangkut melalui AP sebagaimana disajikan

pada Gambar 18.

Gambar 17. Regresi antara erosi (X) dengan kehilangan C-organik (Y) pada

perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

Terdapat hubungan logaritmik antara AP dengan kehilangan C-organik

pada perlakuan tindakan konservasi T1 dan T2, dan pada perlakuan T3, korelasi

berbentuk kuadratik (Gambar 18). Berdasarkan persamaan garis regresi pada

perlakuan T3, kehilangan C-organik maksimum tercapai pada jumlah AP 6667 m3

ha-1 th-1 dengan kehilangan C-organik sebesar 30,37 ton ha-1 th-1. Korelasi

logaritmik pada perlakuan T1 dan T2 menunjukkan peningkatan jumlah AP akan

diikuti peningkatan kehilangan C-organik yang semakin rendah.

y = 360,88Ln(x) - 631,21R2 = 0,8407

(T1)

y = -2,309x2 + 124,03x - 1138R2 = 0,8181

(T3)

y = -1,8882x2 + 136,14x - 1754,5R2 = 0,5815

(T2)0

200

400

600

800

1000

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45Erosi tanah pada perlakuan tindakan konservasi

T1, T2, dan T3 (ton ha-1 th-1)

C-or

g. y

ang

terb

awa

eros

(kg

ha-1

th-1

)

T1 T2 T3 Log. (T1) Poly. (T3) Poly. (T2)

Page 93: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

75

Gambar 18. Regresi antara aliran permukaan (X) dengan kehilangan C-organik

(Y) pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

Korelasi antara kehilangan N, P, K, dan C-organik dengan erosi dan AP

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui derajat hubungan antara

besarnya kehilangan N, P, K, dan C-organik dengan erosi. Analisis korelasi

menunjukkan bahwa erosi memiliki korelasi dengan besarnya kehilangan N, P, K,

dan C-organik sebagaimana disajikan pada Tabel 16.

Kehilangan N, P, ,K, dan C-organik berkorelasi nyata (P < 0,05) dengan

erosi dan AP (Tabel 16). Korelasi yang terbentuk semuanya positif, artinya

semakin tinggi erosi dan AP, maka kehilangan N, P, K, dan C-organik akan

semakin meningkat. Asumsi yag mendasari model regresi linier berganda tidak

terpenuhi dalam hal ini, karena antara peubah bebas (kehilangan N, P, K, dan

C-organik) memiliki korelasi yang nyata atau terdapat masalah kolinieritas. Oleh

karena itu, tidak layak dibuat persamaan regresi linier berganda antara peubah

terikat kehilangan hara (Y) dengan peubah bebas erosi dan AP (X).

y = 14,734Ln(x) - 101,48R2 = 0,8846

(T1)

y = -6E-07x2 + 0,0082x - 3,699R2 = 0,6997

(T3)

y = 22,06Ln(x) - 162,26R2 = 0,5587

(T2)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000AP pada perlakuan tindakan konservasi T1, T2, dan T3

(m3 ha-1 th-1)

C-or

g.ya

ng te

rbaw

a A

P (k

g ha

-1 th

-1)

T1 T2 T3 Log. (T1) Poly. (T3) Log. (T2)

Page 94: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

76

Tabel 16. Matrik korelasi antara kehilangan N, P, K, dan C-organik dengan erosi dan AP pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

N total P K C-organik Erosi N total 1,000 P 0,839* 1,000 K 0,709* 0,830* 1,000 C-organik 0,805* 0,903* 0,887* 1,000 Erosi 0,676* 0,913* 0,838* 0,868* 1,000 NH4 NO3 NO2 P K total C-organik AP NH4 1,000 NO3 0,816* 1,000 NO2 0,772* 0,544* 1,000 P 0,836* 0,827* 0,754* 1,000 K total 0,903* 0,880* 0,755* 0,915* 1,000 C-organik 0,899* 0,786* 0,730* 0,885* 0,915* 1,000 AP 0,901* 0,885* 0,776* 0,914* 0,972* 0,884* 1,000

Ket: * = berkorelasi nyata pada taraf uji 0,05

Kadar N, P, K, dan C-organik tanah, sedimen, dan AP

Data pengamatan kadar hara N, P, K, dan C-organik (tanah, sedimen, dan

AP) disajikan pada Tabel Lampiran 21. Analisis ragam terhadap kadar hara dan

C-organik tanah serta kadar hara dan C-organik sedimen dan AP disajikan

masing-masing pada Tabel Lampiran 28. Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan berpengaruh nyata terhadap N total

tanah, sedimen, dan AP, P sedimen, K sedimen, dan C-organik tanah, sedangkan

perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata terhadap N total tanah dan

sedimen, P tanah, K tanah, dan C-organik tanah. Tidak terdapat interaksi yang

nyata antara perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan tindakan konsenservasi

terhadap kadar hara N, P, K, dan C-organik tanah dan sedimen serta AP. Rata-

rata kadar hara N, P, K, dan C-organik tanah dan sedimen serta AP dengan hasil

uji lanjut DMRT (P < 0,05) disajikan pada Tabel 17.

Page 95: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

77

Tabel 17. Kadar N total, P, K, dan C-org. tanah, sedimen dan aliran permukaan pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perla- kuan

N total P K C-organik Tanah* Sedimen AP Tanah* Sedimen AP Tanah* Sedimen AP Tanah* Sedimen AP

-------%------- mg P2O5 100g-1 mg PO4 L-1 mg K2O 100g-1 mg L-1 -------%-------

P1

P2

P3

P4

0,17b

0,17b

0,19a

0,21a

0,102c

0,091c

0,259b

0,315a

0,026b

0,031a

0,029ab

0,031a

22,80a

25,28a

27,27a

23,95a

24,78b

24,76b

32,88a

35,19a

6,89a

6,81a

6,52a

7,01a

15,44a

13,23a

13,55a

14,83a

22,36a

14,38b

18,80a

22,13a

49,22b

52,40ab

52,80ab

53,08a

1,70b

1,81b

1,78b

2,11a

1,79a

1,81a

1,90a

2,20a

0,47a

0,53a

0,49a

0,53a

T1

T2

T3

0,16b

0,18ba

0,22a

0,234a

0,174b

0,242a

0,028b

0,031a

0,028b

22,39b

24,87ab

27,22a

28,34a

29,89a

31,25a

6,77a

6,92a

6,65a

11,50c

15,16b

16,13a

18,69a

19,34a

20,86a

51,75a

53,57a

50,14a

1,82ba

1,73b

2,00a

2,13a

1,88a

1,92a

0,53a

0,50a

0,48a

Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05 * = tanah setelah terjadi erosi

Kadar hara N total, P, dan K sedimen pada perlakuan umur

tanaman/kemiringan P4 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P2, sementara jika

dilihat dari jumlah sedimen dan AP (Tabel 3), perlakuan P4 memiliki erosi dan AP

yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P2. Berdasarkan hal ini, P2

seharusnya memiliki kadar hara sedimen dan AP yang nyata lebih tinggi

dibandingkan dengan P4, namun tidak demikian halnya dengan data yang

diperoleh pada penelitian ini. Demikian pula halnya dengan perlakuan tindakan

konservasi, yang mana perlakuan T2 yang memiliki AP dan erosi yang nyata lebih

tinggi (Tabel 3), memiliki kadar hara P, K, dan C-organik sedimen dan AP yang

tidak berbeda nyata, kecuali hara N. Faktor yang diduga menjadi penyebab

kejadian ini adalah sampel yang diambil tidak mewakili kondisi hara sedimen dan

AP disebabkan pengambilan sampel tidak dilakukan pada setiap kejadian hujan,

sehingga sebagian hara mungkin ada yang menguap dan sebagian yang lain

mungkin mengendap di dasar penampung dan tidak tercampur merata ketika

diaduk pada saat penggambilan sampel. Meskipun demikian, kadar hara sedimen

secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan kadar hara tanah.

Page 96: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

78

Tabel 17 menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman/kemiringan P4

memiliki kadar N total tanah yang nyata lebih tinggi (0,21%) dibandingkan

dengan P1 (0,17%) dan P2 (0,17%), tetapi tidak berbeda nyata dengan P3 (0,19%).

Perlakuan P4 yang memiliki kadar N total tanah yang nyata lebih tinggi juga

memiliki kadar N total sedimen yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan yang lain, yang mana kadar N total sedimen lebih tinggi dari kadar

N total tanah. Ini menunjukkan bahwa kadar unsur hara pada sedimen hasil erosi

lebih tinggi dari kadar unsur hara pada tanah yang tertinggal. Namun demikian,

pada perlakuan P1 dan P2, kadar hara N total sedimen lebih rendah dibandingkan

dengan kadar hara N total tanah. Diduga hal ini disebabkan adanya penguapan

beberapa bentuk N dari bak penampung sedimen dan AP sebelum dilakukan

pengambilan sampel dan karena kadar N total AP tidak dinalisis. Adapun

perlakuan tindakan konservasi, perlakuan tindakan konservasi T3 memiliki kadar

hara N total tanah nyata lebih tinggi (0,22%) dibandingkan dengan perlakuan T1

(0,16%), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2 (0,18%). Tingginya

Kadar N total tanah pada perlakuan T3 disebabkan adanya penanaman strip

tanaman A. pintoi yang merupakan tanaman dari jenis legum yang dapat

memfikasasi N2 dari udara dan adanya residu pupuk yang bersumber dari

pemupukan tanaman semusim. Pada perlakuan T1 yang dibiarkan tertutup gulma

sepanjang waktu tanpa pemupukan menyebabkan kadar N total tanah pada

perlakua tersebut lebih rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan T3.

Perlakuan umur tanaman/kemiringan tidak berpengaruh nyata terhadap

kadar P dan K tanah. Adapun perlakuan tindakan konservasi, perlakuan T3

memiliki kadar P, K, dan C-organik tanah yang nyata lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan T2 dan T1. Hal ini disebabkan pengangkutan hara yang lebih

rendah pada perlakuan T3 akibat erosi yang lebih rendah dibandingkan dengan

perlakuan T2 (Tabel 3). Demikian pula karena adanya pembenaman hasil pangkasan

A. pintoi di sekeliling piringan kakao dengan rata-rata berat segar pangkasan selama

penelitian 5,8 ton ha-1 (Tabel Lampiran 16) yang dapat meningkatkan kadar hara dan

C-organik tanah. Penggunaan biomas segar A. pintoi sebagai kompos sebanyak

13,76 ton ha-1 th-1 akan memberikan sumbangan N, P, dan K setara dengan 120 kg

urea ha-1, 24 kg SP-36 ha-1, dan 60 kg KCl ha-1 (Anonim, 2005).

Page 97: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

79

Kadar hara dan C-organik sedimen lebih tinggi dibandingkan dengan

kadar hara dan C-organik tanah. Tingginya kadar hara N, P, K, dan C-organik

sedimen dibandingkan dengan kadar hara N, P, K dan C-organik tanah disebabkan

sedimen hasil erosi merupakan lapisan atas tanah yang memiliki kadar hara dan

C-organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang tertinggal. Oleh

karena itu, tindakan konservasi tanah sangat diperlukan untuk mencegah

terangkutnya lapisan atas tanah yang kaya akan hara dan bahan organik. Sejalan

dengan hasil penenlitian Sutono et al. (2005) pada kemiringan lereng ±3%, yang

mana jumlah kalium yang terbawa erosi berkisar 5,0 – 7,5 mg K2O 100g-1 dan

residunya di dalam tanah hanya 4,7 – 5,5 mg K2O 100g-1, sehingga nisbah antara

kadar K sedimen dengan kadar K tanah sebesar 1,23.

Enrichment Ratio (ER)

ER merupakan nisbah antara kadar hara N, P, K, dan C-organik di dalam

sedimen yang telah terangkut bersama erosi dan AP dengan kadar hara N, P, K,

dan C- organik pada tanah yang tertinggal. Kadar hara sedimen merupakan

penjumlahan antara kadar hara AP dengan kadar hara sedimen dengan terlebih

dahulu dikonversi ke dalam bentuk dan satuan yang sama. Data ER pada setiap

perlakuan disajikan pada Tabel Lampiran 22. Analisis ragam disajikan masing-

masing pada Tabel Lampiran 28. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

perlakuan umur tanaman/ kemiringan berpengaruh nyata terhadap ER N dan P,

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap ER K dan C-organik, sedangkan

perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata terhadap ER N dan K, tetapi

tidak berpengaruh nyata terhadap ER P dan C-organik. Tidak terdapat interaksi

antara perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan perlakuan tindakan konservasi

terhadap nilai ER. Rata-rata nilai ER dengan hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05)

pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan

konservasi disajikan pada Tabel 18.

Page 98: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

80

Tabel 18. ER N, P , K, dan C-organik pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan ER N P K C-org.

Umur kakao / kemiringan 5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

0,75b 0,72b 1,52a 1,65a

1,64a 1,14b 1,23ab

tn

1,13b 1,02b 1,24ab 1,51a

1,31a 1,24a 1,18a

tn

1,77a 1,48a 1,78a 1,85a

2,08a 1,63b 1,60b

tn

1,33a 1,29a 1,34a 1,29a

1,46a 1,38a 1,20a

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Perlakuan umur tanaman/kemiringan P1 dan P2 memiliki ER N yang nyata

lebih rendah (masing-masing 0,75 dan 0,72) dibandingkan dengan perlakuan P3

dan P4 (1,52 dan 1,65) (Tabel 18). Rendahnya ER N pada perlakuan P1 dan P2

diduga disebabkan banyak terjadi penguapan N dari sedimen dan AP sebelum

dilakukan pengambilan sampel. Pada perlakuan P3 dan P4, dengan erosi yang

nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P1 dan P2 (Tabel 3) kemungkinan N yang

terangkut sebagian larut dalam AP, tetapi banyak yang tertimbun bersama

sedimen di dasar penampung sedimen sehingga terlindung dari penguapan N

sebelum dilakukan pengambilan sampel. Hal ini menyebabkan ER N P3 dan P4

nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P2. Adapun perlakuan

tindakan konservasi, perlakuan T2 memiliki ER N nyata lebih rendah (1,14)

dibandingkan dengan perlakuan T1 (1,64) tetapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan T3 (1,23) (Tabel 17). ER N total yang rendah pada perlakuan T2 diduga

disebabkan oleh adanya penguapan N dan tingginya erosi dan AP yang terjadi

pada perlakuan tersebut yang menyebabkan konsentrasi hara yang terkandung di

dalamnya menjadi rendah.

Perlakuan umur tanaman P4 memiliki ER P nyata lebih tinggi (1,51)

dibandingkan dengan perlakuan P1 (1,13) dan P2 (1,02) tetapi tidak berbeda nyata

dengan P3 (1,24) (Tabel 18). Tingginya nilai ER P pada perlakuan P4 diduga

disebabkan banyaknya molekul ion fosfat yang terangkut bersama erosi,

Page 99: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

81

mengingat bahwa anion fosfat terikat kuat oleh matriks tanah, dan komponen

tanah yang berperan dalam retensi fosfat adalah yang bermuatan positif. Jadi jika

dibandingkan dengan P1 dan P2 yang memiliki erosi yang lebih rendah dan

berbeda nyata dibandingkan dengan P3 dan P4, maka rendahnya erosi dan

selektivitas erosi yang terjadi pada perlakuan P1 dan P2 tidak menyebabkan

konsentrasi hara P di dalam sedimen menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan P4. Hal ini terjadi karena liat yang terangkut melalui proses selektivitas

erosi pada umumnya bermuatan negatif, sehingga diduga peningkatan selektivitas

erosi pada kemiringan yang lebih rendah tidak diikuti oleh peningkatan

konsentrasi ion fosfat yang terangkut bersama sedimen. Adapun pada perlakuan

P4 yang memiliki kemiringan yang lebih terjal yang mana proses selektivitas erosi

tidak terjadi secara sempurna terutama pada kejadian AP yang tinggi, maka ion

fosfat banyak yang terangkut bersama matriks tanah yang tererosi.

Perlakuan umur tanaman/kemiringan tidak berpengaruh nyata terhadap ER

K dan ER C-organik (Tabel 18). Hal ini disebabkan unsur K sangat mudah

mengalami pelindian baik pada kemiringan tinggi maupun pada kemiringan

rendah, dan kemungkinan kadar K dan C-organik tanah pada semua perlakuan

tidak berbeda satu sama lain (Tabel 17). Selanjutnya perlakuan tindakan

konservasi tidak berpengaruh nyata terhadap ER P dan ER C-organik, tetapi

berpengaruh nyata terhadap ER N dan K. Perlakuan T1 memiliki ER N dan K

yang nyata lebih tinggi (masing-masing 1,64 dan 2,08) dibandingkan dengan

perlakuan T2 dan T3. Hal ini disebabkan oleh rendahnya erosi yang terjadi pada

perlakuan T1, sehingga konsentrasi hara N dan K dalam sedimen akibat

selektivitas erosi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan residunya yang tertinggal

di dalam tanah.

Nilai ER yang dilaporkan oleh hasil-hasil penelitian sebelumnya bervariasi

tergantung dari perlakuan dan kondisi tanah serta iklim setempat. Hasil penelitian

Dariah (2004) dengan perlakuan strip rumput alami pada pertanaman kopi

menghasilkan ER N total; P; K; dan C-organik masing-masing 1,33; 0,45; 1,97;

dan 1,03. Selanjutnya hasil penelitian Jaya (1994) pada daerah Citere

Pengalengan menunjukkan bahwa ER N total berkisar 1,0017 hingga 2,8913 dan

ER P berkisar 1,0029 hingga 2,7299.

Page 100: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

82

Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan pH tanah

Data KTK dan pH tanah disajikan pada Tabel Lampiran 22. Analisis

ragam terhadap KTK dan pH tanah disajikan masing-masing pada Tabel

Lampiran 28. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata

terhadap KTK dan tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Tidak terdapat

interaksi yang nyata antara perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan

perlakuan tindakan konservasi terhadap KTK dan pH tanah. Rata-rata data

pengamatan KTK dan pH tanah dengan hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05) pada

berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Kapasitas tukar kation dan pH tanah pada berbagai perlakuan umur

tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan KTK (me 100g-1) pH Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2) 5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3) 25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1) Kakao + p. gogo - kedelai (T2) Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

14,81ba 13,62b 16,39a 17,09a

14,05b 13,94b 18,44a

tn

5,07a 5,10a 4,87a 5,00a

4,98a 4,97a 5,08a

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Hasil uji lanjut terhadap rata-rata perlakuan menunjukkan bahwa

perlakuan umur tanaman/kemiringan P4 mamiliki KTK yang nyata lebih tinggi

(17,09 me 100g-1) dibandingkan dengan perlakuan P2 (13,62 me 100g-1), tetapi

tidak berbeda nyata dengan P1 (14,81 me 100g-1) dan P3 (16,39 me 100g-1) (Tabel

19). KTK yang tinggi pada perlakuan P4 diduga disebabkan kadar bahan organik

tanah yang relatif lebih tinggi pada perlakuan tersebut (Tabel 17) dan berbeda

nyata dengan perlakuan P1, P2, dan P3. Bahan organik dalam hal ini bersumber

Page 101: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

83

dari bagian tanaman kakao di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan

tanah, yang mana umur tanaman kakao pada perlakuan P4 adalah lebih dari

2 tahun (25 – 27 bulan). Bagian tanaman di atas permukaan tanah dapat berupa

daun yang jatuh atau hasil pangkasan berupa daun dan ranting yang dikembalikan

pada tanah sebagai bahan organik, sedangkan bagian tanaman di bawah

permukaan tanah dapat berupa akar yang mati yang juga merupakan sumber

bahan organik tanah. Perlakuan P2, meskipun memiliki umur tanaman kakao

yang sama dengan P4, tetapi dengan tekstur tanah lempung berpasir (Tabel 9)

kemungkinan menjadi penyebab lebih rendahnya KTK tanah pada perlakuan

tersebut.

Perlakuan tindakan konservasi T3 memiliki nilai KTK yang nyata lebih

tinggi (18,44 me 100g-1) dibandingkan dengan perlakuan T1 dan T2. KTK pada

perlakuan T2 nyata lebih rendah (13,94 me 100g-1) dibandingkan dengan T3, tetapi

tidak berbeda nyata dengan perlakuanT1. Adanya pembenaman hasil pangkasan

A. pintoi pada perlakuan T3 rata-rata sebanyak 5,8 ton ha-1 (bobot segar) (Tabel

Lampiran 17) meningkatkan kadar bahan organik tanah pada perlakuan tersebut

(Tabel 17) sehingga mempengaruhi KTK tanah setelah 6 bulan sejak dilakukan

pembenaman pertama. Rendahnya KTK tanah pada perlakuan T2 disebabkan

bahan organik yang rendah pada perlakuan tersebut, yang mana jerami padi gogo

yang dikembalikan sebagai mulsa nampaknya tidak dan atau belum

mempengaruhi peningkatan bahan organik tanah. Di samping itu, sisa panen

tanaman kedelai yang dikembalikan pada pertanaman dengan disebar di atas

permukaan tanah juga belum terdekomposisi pada saat dilakukan pengambilan

sampel tanah pada akhir penelitian. Baik perlakuan umur tanaman/kemiringan

maupun perlakuan tindakan konservasi tidak berpengaruh nyata terhadap pH

tanah, meskipun ada perbedaan KTK.

Pengaruh perlakuan yang tidak nyata terhadap pH tanah diduga

disebabkan daya sangga tanah yang tinggi terhadap pH. Tanah-tanah yang

memiliki daya sangga yang tinggi adalah tanah-tanah yang memiliki derajat

perubahan H yang besar, yakni tanah-tanah yang memiliki aluminium dapat

ditukar (Aldd) yang tinggi.

Page 102: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

84

Pertambahan diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman kakao

Pertambahan diameter batang merupakan selisih antara pengukuran

diameter batang pada awal penelitian dengan pengukuran diameter batang pada

akhir penelitian, demikian pula dengan diameter tajuk dan tinggi tanaman. Data

pertambahan diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman disajikan pada

Tabel lampiran 22. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Tabel

Lampiran 28. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan umur

tanaman/kemiringan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan diameter

batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman kakao, demikian pula dengan

perlakuan tindakan konservasi, kecuali terhadap tinggi tanaman. Tidak terdapat

interaksi yang nyata antara perlakuan umur tanaman/kemiringan dengan

perlakuan tindakan konservasi terhadap pertambahan diameter batang, diameter

tajuk, dan tinggi tanaman kakao. Rata-rata pertambahan diameter batang,

diameter tajuk, dan tinggi tanaman dengan hasil uji lanjut DMRT (P < 0,05) pada

berbagai perlakuan disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Pertambahan diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman pada

berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan tindakan konservasi

Perlakuan Pert. diameter batang (cm)

Pert. diameter tajuk (cm)

Pert. tinggi tanaman (cm)

Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2)5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3)25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi Kakao + Gulma (T1)Kakao + p. gogo - kedelai (T2)Kakao + p. gogo-kedelai + strip A. pintoi (T3)Interaksi

0,44b 3,06a 0,38b 3,01a

1,68a 1,67a 1,81a

tn

31,97c 51,81a 34,94b 54,14a

39,87b 42,75b 47,03a

tn

4,97a 2,37c 4,02b 2,67c

3,55a 3,26a 3,70a

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05

Perlakuan umur tanaman/kemiringan P2 memiliki pertambahan diameter

batang yang nyata lebih tinggi (3,06 cm) dibandingkan dengan P1 dan P3, tetapi

tidak berbeda nyata dengan P4. Perlakuan P3 memiliki pertambahan diameter

batang yang nyata lebih rendah (0,38 cm) dibandingkan dengan P2 dan P4, tetapi

Page 103: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

85

tidak berbeda nyata dengan P1 (Tabel 20). Pertambahan diameter batang yang

tinggi pada perlakuan P2 dan P4 disebabkan umur tanaman kakao yang lebih tinggi

(25 – 27 bulan) pada perlakuan tersebut dibandingkan dengan dengan P1 dan P3

(5 – 7 bulan). Kemungkinan hal ini disebabkan karena maristem lateral pada

tanaman dengan diameter batang yang lebih besar akan menghasilkan sel-sel baru

yang lebih banyak, sehingga pertambahan diameter batang pada tanaman tersebut

lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman yang memiliki diameter batang

yang lebih kecil.

Pertambahan diameter tajuk nyata lebih tinggi pada perlakuan P4 (54,14

cm) dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P3, tetapi tidak berbeda nyata dengan

perlakuan P2, sedangkan pertambahan diameter tajuk pada perlakuan P1 nyata

lebih rendah (31,97 cm) dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P4, tetapi tidak

berbeda nyata dengan P3 (Tabel 20). Sama halnya dengan pertambahan diameter

batang, pertambahan diameter tajuk yang tinggi pada perlakuan P4 disebabkan

umur tanaman kakao yang lebih tinggi pada perlakuan tersebut (25 – 27 bulan)

dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P3 (5 – 7 bulan).

Pertambahan tinggi tanaman nyata lebih tinggi pada perlakuan P1 (4,97

cm) dibandingkan dengan perlakuan P2, P3, dan P4. Perlakuan P3 meskipun

memiliki pertambahan tinggi tanaman yang nyata lebih rendah (4,02 cm)

dibandingkan dengan perlakuan P1, namun perlakuan P3 memiliki pertambahan

tinggi tanaman yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2 (2,37

cm) dan P4 (2,67 cm). Tingginya pertambahan tinggi tanaman pada perlakuan P1

dan P3 disebabkan pada perlakuan tersebut umur tanaman kakao lebih rendah

(5 – 7 bulan) dibandingkan dengan P2 dan P4, sehingga masih memungkinkan

mengukur tinggi tanaman dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman. Adapun

pada perlakuan P2 dan P4 dengan umur tanaman kakao 25 – 27 bulan, pengukuran

tinggi tanaman dilakukan hanya sampai percabangan pertama, sehingga

pertambahan tinggi tanaman relatif kecil. Sebagaimana diketahui bahwa bagian

tanaman yang menghasilkan sel-sel baru yang mengakibatkan suatu tanaman

bertambah tinggi adalah maristem pucuk (Gardner et al., 1985).

Perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata terhadap pertambahan

diameter tajuk, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter

Page 104: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

86

batang dan tinggi tanaman (Tabel 20). Perlakuan T3 memiliki pertambahan

diameter tajuk yang nyata lebih tinggi (47,03 cm) dibandingkan dengan perlakuan

tindakan konservasi T1 dan T2 (39,87 cm dan 42,75 cm). Jika dilihat kadar hara

dan C-organik tanah pada Tabel 17, perlakuan T3 memiliki kadar hara N, P, K,

dan C-organik yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T1 dan T2,

sehingga diduga hal ini menyebabkan pertambahan diameter tajuk tanaman kakao

pada perlakuan T3 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain,

meskipun belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan

diameter batang dan tinggi tanaman.

Pertumbuhan dan hasil padi gogo dan kedelai

Variabel pertumbuhan tanaman semusim yang diamati adalah anakan

produktif padi gogo. Keadaan tanaman padi gogo sejak fase vegetatif sampai fase

generatif keluarnya malai menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang

cukup baik, namun setelah memasuki fase pengisian biji, terjadi serangan hama

burung pipit yang sulit dihindari karena serangan terjadi menjelang malam hari.

Karena hasil yang dicapai cukup rendah atau tidak sesuai dengan potensi

produksi, sehingga dilakukan estimasi. Berdasarkan pengamatan langsung di

lapangan, kerusakan yang terjadi sangat berat dan menyebabkan kehilangan hasil

yang cukup tinggi (rata-rata sekitar 75%). Jika diberikan skor berdasarkan

kerusakan akibat burung pipit dalam Sistem Standar Evaluasi untuk Padi (Standar

Evaluation Sistem for Rice atau SES) (IRRI, 1996), maka kerusakan yang terjadi

masuk ke dalam skor 9 dengan tingkat kerusakan 26 – 100%.

Data pengamatan anakan produktif padi gogo, hasil padi gogo dan kedelai

pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel Lampiran 22. Analisis ragam

disajikan masing-masing pada Tabel Lampiran 28. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan umur tanaman/kemiringan berpengaruh

nyata terhadap hasil kedelai, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap anakan

produktif dan hasil padi gogo, sedangkan perlakuan tindakan konservasi tidak

berpengaruh nyata terhadap hasil kedelai tetapi berpengaruh nyata terhadap

anakan produktif dan hasil padi gogo. Rata-rata anakan produktif padi gogo, hasil

Page 105: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

87

kedelai, dan hasil padi gogo dengan uji lanjut DMRT (P < 0,05) disajikan pada

Tabel 21.

Tabel 21. Anakan produktif padi gogo, hasil kedelai, dan hasil padi gogo pada

berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan dan perlakuan tindakan konservasi

Perlakuan Anakan

produktif padi gogo (buah)

Kedelai (ton ha-1)*

Padi gogo (ton ha-1)*

Umur kakao / kemiringan

5 – 7 bulan / 10 – 15% (P1) 25 – 27 bulan / 10 – 15% (P2)5 – 7 bulan / 40 – 45% (P3)25 – 27 bulan / 40 – 45% (P4)

Tindakan konservasi

Kakao + Gulma (T1)Kakao + p. gogo - kedelai (T2)Kakao + p. gogo - kedelai + strip A. pintoi (T3)

Interaksi

11,33a 10,50a 10,67a 10,50a

- 10,00b 11,50a

tn

1,50a 1,39ba 1,24bc 1,16c

- 1,26a 1,39a

tn

1,73a 1,62a 1,64a 1,53a

- 1,49b 1,77a

tn Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji DMRT 0,05 tn = interaksi tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05 * = bobot kering panen

Rata-rata anakan produktif dan hasil padi gogo pada Tabel 21 tidak

berbeda nyata pada perlakuan umur tanaman/kemiringan, namun tidak demikian

halnya dengan hasil kedelai. Perlakuan P1 memberikan hasil kedelai nyata lebih

tinggi (1,50 ton ha-1) dibandingkan dengan perlakuan P3 (1,24 ton ha-1) dan P4

(1,16 ton ha-1). Tingginya hasil yang diperoleh pada perlakuan P1 disebabkan

pada perlakuan tersebut penutupan tajuk kakao relatif rendah, yakni rata-rata 5%

(Tabel Lampiran 16), sehingga proses fotosintesis tanaman kedelai tidak

terhambat oleh naungan tajuk kakao. Adapun hasil padi gogo yang tidak berbeda

nyata pada perlakuan umur tanaman/kemiringan, diduga karena varietas yang

digunakan (situ bagendit) merupakan varietas yang agak tahan naungan

(komunikasi personal dengan staf peneliti BPTP Sultra), sehingga hasil yang

diperoleh tidak berbeda nyata pada penutupan tajuk kakao yang berbeda.

Rata-rata anakan produktif dan hasil padi gogo pada Tabel 21 berbeda

nyata pada perlakuan tindakan konservasi, tetapi terhadap hasil kedelai tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Perlakuan T3 memiliki rata-rata anakan

Page 106: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

88

produktif dan hasil padi gogo yang nyata lebih tinggi (11,50 buah dan 1,77 ton ha-1)

dibandingkan dengan perlakuan T2 (10 buah dan 1,49 ton ha-1). Tingginya hasil

yang diperoleh pada perlakuan T3 disebabkan kadar hara tanah yang lebih tinggi

(Tabel 17) dengan sifat fisik yang lebih baik (Tabel 7 dan 8) dibandingkan dengan

perlakuan T2. Adapun hasil kedelai yang tidak berbeda nyata pada perlakuan

tindakan konservasi, diduga karena tanaman kedelai dapat menambat nitrogen

dari udara, sehingga kebutuhan nitrogen terutama untuk pertumbuhan vegetatif

pada semua perlakuan tercukupi. Dengan demikian, peranan strip tanaman

A. pintoi dalam menambat nitrogen dari udara pada perlakuan T3 tidak

menyebabkan adanya perbedaan hasil yang diperoleh karena tanaman kedelai

yang ditanam pada perlakuan T2 meskipun tanpa strip tanaman A. pintoi tetap

dapat menambat nitrogen dari udara.

Hasil kedelai yang diperoleh lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-

rata hasil yang diperoleh petani (1 ton ha-1). Rendahnya hasil pada tingkat petani

disebabkan pemeliharaan yang kurang memadai dan kebanyakan petani tidak

melakukan pemupukan dalam proses produksinya, terutama fosfat dan kalium.

Analisis neraca air untuk penentuan pola tanam

Analisis neraca air dilakukan untuk mengetahui ketersediaan air untuk

tanaman sehingga dapat ditentukan pola tanam yang tepat. Ketersediaan air

ditentukan berdasarkan pada CH lebih besar dari evapotranspirasi tanaman (CH >

ETc). CH yang digunakan adalah CH efektif (Tabel Lampiran 24), yaitu jumlah

CH setelah dikurangi dengan banyaknya CH yang mengalir sebagai AP (rata-rata

CH yang mengalir sebagai AP di lokasi penelitian adalah 20 %). Ketika CH >

ETc, maka jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada setiap fase

pertumbuhannya akan terpenuhi (surplus). Sebaliknya jika CH < ETc, maka

jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada setiap fase pertumbuhannya tidak

terpenuhi (defisit). Perhitungan ketersediaan air untuk tanaman padi gogo dan

kedelai dilakukan berdasarkan tatabuku Thornwaite dan Mather (1975) melalui

pengisian tabel dengan satuan tinggi kolom air dalam mm (Tabel Lampiran 25

dan 26). Berdasarkan data pada Tabel Lampiran 25 dan 26, dapat digambarkan

Page 107: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

89

periode surplus dan defisit air untuk tanaman padi gogo dan kedelai sebagaimana

disajikan pada Gambar 19 dan 20.

Gambar 19. Surplus dan defisit air untuk tanaman padi gogo Ketersediaan air untuk tanaman padi gogo (Gambar 19) mulai terjadi pada

November dekade ketiga – Juli dekade pertama, kecuali pada Mei dekade kedua

dan Juni dekade ketiga terjadi defisit (periode surplus selama 7 bulan).

Selanjutnya, mulai Juli dekade kedua – November dekade kedua terjadi defisit air

untuk tanaman padi gogo (periode defisit selama 5 bulan). Surplus terjadi ketika

curah hujan melebihi jumlah air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

evapotranspirasi tanaman. Hal ini berimplikasi terhadap peningkatan stock air

tanah yang ditunjukkan oleh tidak adanya penurunan kadar air tanah (ΔKAT = 0)

sebagaimana disajikan pada Tabel Lampiran 25, dan akhirnya terjadi surplus atau

tersedianya air untuk pertumbuhan tanaman padi gogo. Sebaliknya, defisit terjadi

ketika jumlah curah hujan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

evapotranspirasi tanaman, sehingga tanaman akan memanfaatkan stock air tanah

yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar air tanah. Dengan demikian, akan

terjadi defisit atau kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi

tanaman. Besarnya defisit yang terjadi merupakan selisih antara nilai

evapotranspirasi tanaman (ETc) dengan nilai Evapotranspirasi aktual (ETA)

(Tabel Lampiran 25).

-20-10

01020304050

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

Bulan dan dekade

Surp

lus d

an d

efisi

t unt

u p

adi g

ogo

(mm

)Surplus dan defisit

Page 108: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

90

Gambar 20. Surplus dan defisit air untuk tanaman kedelai Hasil analisis neraca air yang dasjikan pada Gambar 20 menunjukkan

bahwa surplus untuk tanaman kedelai terjadi mulai November dekade kedua –

Agustus dekade ketiga, kecuali pada Juni dekade ketiga terjadi defisit.

Selanjutnya, mulai September dekade pertama – November dekade pertama

terjadi defisit, kecuali pada Oktober dekade kedua terjadu surplus (periode surplus

selama 9 bulan 2 dekade dan defisit selama 2 bulan 1 dekade). Dibandingkan

dengan periode ketersediaan air untuk padi gogo, periode ketersediaan air untuk

tanaman kedelai lebih lama 2 bulan 2 dekade. Hal ini disebabkan kebutuhan air

untuk memenuhi evapotranspirasi tanaman kedelai lebih rendah dibandingkan

dengan tanaman padi gogo yang ditunjukkan oleh nilai Kc tanaman kedelai yang

lebih rendah (Tabel Lampiran 7).

Berdasarkan data ketersediaan air (Tabel Lampiran 25 dan 26) dan

erosivitas hujan atau EI30 bulanan (Tabel Lampiran 12) dapat dilakukan penentuan

pola dengan mempertimbangkan segala hal yang berhubungan dengan kadar air

dan kemampuan hujan untuk menyebabkan erosi. Hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah waktu pengolahan tanah yang tepat supaya tidak terjadi pengangkutan

tanah yang tinggi melalui erosi, waktu tanam yang tepat supaya tidak terjadi

kelebihan air pada saat perkecambahan benih yang dapat menyebabkan kecambah

rusak, dan panen tidak dilakukan pada saat terjadi curah hujan yang tinggi.

Adapun periode ketersediaan air dan alternatif pola tanam untuk tanaman padi

gogo dan kedelai disajikan pada Gambar 21 dan 22.

-200

20406080

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agust.Sept. Okt. Nov. Des.

Bulan dan dekade

Surp

lus d

an d

efisi

t air

untu

kede

lai (

mm

)

Surplus dan defisit

Page 109: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

91

Padi gogo

Bulan dan dekadeJan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

S/Da

S -b S D S D S D -b -b S Jumlah

S/D (mm)

4 16 22 31 43 3 0 2 27 11 5 18 20 10 1 9 9 12 7 14 2 5 1 2 3 1 1 0,2 0,1 0,1 0 0 12 6 29 1

Kedelai Bulan dan dekade

Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des. 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

S/D

S D S D S D S Jumlah

S/D (mm)

24 35 48 50 62 4 6 9 51 33 21 35 38 12 17 10 10 12 27 1 15 6 11 5 5 16 8 3 9 3 0,3 5 36 30 44 0,4

Ket: a = Surplus/defisit b = tidak terjadi surplus maupun defisit dengan nilai surplus dan defisit sama dengan 0 (nol) Gambar 21. Surplus dan defisit air untuk padi gogo dan kedelai Alternatif pola tanam dan EI30

Bulan dan Dekade Nov. Des. Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt.

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Alternatif I

Pers. lahan Padi gogo

Sebar mulsa jerami

Kedelai Kedelai Bera

EI30 63,8 96,7 102,5 91,5 86,8 82,.9 58,2 58,5 50,3 22,8 5,5 35,2 Bulan dan Dekade

Alternatif II

Okt. Nov. Des. Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Bera Pers. lahan Padi gogo Kedelai Kedelai Bera

EI30 35,2 63,8 96,7 102,5 91,5 86,8 82,.9 58,2 58,5 50,3 22,8 5,5 Gambar 22. Pola tanam alternatif pada lokasi penelitian

Gambar 21 menunjukkan periode surplus dan defisit yang disertai jumlah

surplus dan defisit pada setiap dekade. Khusus dekade kedua Maret dan dekade

pertama - kedua November, tidak terjadi surplus maupun defisit yang ditunjukkan

oleh jumlah S/D sama dengan 0 (nol). Ketika terjadi defisit air, tidak dilakukan

penanaman atau lahan diistirahatkan (bera) untuk menghindari terjadinya

kegagalan panen akibat kekeringan. Oleh karena itu, penentuan pola tanam

didasarkan pada waktu terjadinya surplus dan defisit air untuk masing-masing

tanaman.

Page 110: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

92

Alternatif pola tanam yang pertama pada Gambar 22 adalah penanaman padi gogo pada November dekade ketiga - Maret dekade kedua, kemudian penanaman kedelai dua kali berturut-turut pada April dekade pertama - Oktober dekade kedua. Adapun persiapan lahan untuk penanaman padi gogo dilakukan pada November dekade pertama dan kedua ketika tidak terjadi surplus dan defisit dengan EI30 yang cukup rendah (63,8). Hal ini dilakukan untuk (i) menghindari kehilangan tanah yang tinggi oleh erosi akibat pembongkaran tanah pada saat persiapan lahan, (ii) supaya pada saat nilai EI30 meningkat (102,5) pada bulan Januari, persentase penutupan tajuk padi gogo sudah cukup tinggi, dan (iii) supaya fase pematangan dan panen padi gogo dilakukan pada saat jumlah surplus cukup rendah sehingga dicapai kualitas hasil padi gogo yang tinggi. Selanjutnya setelah panen padi gogo, karena jumlah surplus untuk kedelai masih cukup tinggi (51 mm) sehingga periode Maret dekade ketiga dimanfaatkan untuk menyebar mulsa jerami, dan penanaman kedelai dilakukan pada dekade berikutnya (April dekade pertama) yang mana jumlah surplus sudah lebih rendah (33 mm) untuk menghindari pembusukan kecambah kedelai akibat kadar air tanah yang tinggi.

Alternatif pola tanam yang pertama masih berpeluang menyebabkan erosi karena penutupan tajuk padi gogo belum maksimal (umur padi gogo 40 hari) pada EI30 yang tinggi di bulan Januari, demikian pula dapat menyebabkan rendahnya hasil kedelai pada penanaman kedelai yang kedua akibat defisit air sebelum pengisian polong maksimal (umur kedelai dua bulan) (Gambar 22). Oleh karena itu, dibuat alternatif pola tanam yang kedua dengan memajukan waktu tanam padi gogo pada November dekade pertama – Februari dekade ketiga, dilanjutkan dengan dua kali penanaman kedelai (Maret dekade pertama – September dekade kedua), meskipun persiapan lahan dilakukan pada kondisi defisit air. Dengan demikian, baik pada alternatif pola tanam yang pertama maupun pada alternatif pola tanam yang kedua, penanaman dapat dilakukan tiga kali setahun.

Analisis usahatani

Sistem pengelolaan tanaman yang berbeda akan berpengaruh terhadap

tingkat kelayakan suatu usahatani. Analisis usahatani dilakukan untuk

menentukan layak atau tidak layak usahatani tersebut dilakukan. Dalam

penelitian ini, analisis usahatani dilakukan menggunakan rata-rata produksi padi

gogo dan kedelai yang diperoleh pada perlakuan tindakan konservasi T2 dan T3

Page 111: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

93

tanpa membedakan perlakuan umur tanaman/kemiringan (Tabel Lampiran 29).

Menurut Soekartawi (2002), ada tiga variabel yang perlu diperhatikan dalam

analisis usahatani dan standar hidup layak, yaitu (a) penerimaan usahatani yang

merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, (b) biaya

usahatani yang merupakan nilai semua masukan atau keluaran yang dipakai dalam

satu musim tanam selama proses produksi, dan (c) pendapatan usahatani yang

merupakan selisih total penerimaan terhadap total pengeluaran dalam suatu

usahatani. Dalam hal ini pengeluaran biaya tenaga kerja juga diperhitungkan

dengan asumsi bahwa anggota keluarga petani adalah pekerja usahatani yang

harus diberi upah. Hasil analisis usahatani disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22. Hasil analisis usahatani padi gogo dan kedelai sebagai tanaman sela di

antara tanaman kakao pada lahan berlereng

Perlakuan Penerimaan usahatani

Biaya usahatani

Pendapatan usahatani

Standar KHL minimum

T2 T3

-------------------------Rp. ha-1---------------------------- 9.280.000 10.490.000

3.975.000 4.560.000

5.305.000 5.930.000

8.100.000

Hasil analsis usahatani pada Tabel 22 menunjukkan bahwa sistem

pengelolaan tanaman yang mengintegrasikan tanaman semusim (padi gogo dan

kedelai) sebagai tanaman sela pada pertanaman kakao muda memberikan

pendapatan yang lebih rendah dari standar KHL minimum. Hal ini dibuktikan

oleh pendapatan bersih yang diterima petani pada perlakuan T2 dan T3 masing-

masing sebesar Rp. 5.305.000 dan Rp. 5.930.000 per ha per KK per tahun, yang

mana nilai tersebut lebih rendah dari standar KHL (Rp.8.100.000). Namun

demikian, jika pengusahaan tanaman tersebut dilakukan pada skala yang lebih

luas (misalnya 2 ha per KK), maka pendapatan usahatani dapat melebihi standar

KHL minimum, sehingga layak diterapkan oleh petani. Kelayakan sistem ini juga

ditunjukkan pada hasil analisis B/C ratio pada Tabel Lampiran 30. Berdasarkan

hasil analisis yang diperoleh, B/C ratio pada perlakuan T2 dan T3 masing-masing

2,33 dan 2,30. Ini menunjukkan bahwa usahatani yang mengintegrasikan tanaman

semusim (padi gogo dan kedelai) sebagai tanaman sela pada pertanaman kakao

muda cukup menguntungkan.

Page 112: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

94

Pembahasan Umum

Perlakuan tindakan konservasi yang diterapkan dimaksudkan untuk

mengendalikan AP dan erosi serta memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

Pengendalian erosi tanah dan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah dilakukan

dengan peningkatan penutupan permukaan tanah oleh tajuk tanaman, dan

penanaman strip tanaman searah kontur yang dimaksudkan untuk menghambat

laju AP dan erosi. Erosi tanah oleh AP merupakan suatu proses yang terdiri dari

tiga tahapan, yaitu (i) penghancuran permukaan tanah oleh butir-butir hujan,

(ii) pengangkutan partikel tanah oleh AP, dan (iii) pengendapan sedimen di daerah

cekungan atau terbawa pada laut lepas. Apabila proses erosi berlangsung terus

dengan nilai erosi di atas nilai TSL, maka solum tanah akan semakin menipis

dengan sifat fisik, kimia, dan biologi yang semakin memburuk dan pada akhirnya

tidak mampu lagi mendukung produksi tanaman yang menguntungkan. Oleh

karena itu, diperlukan suatu tindakan konservasi tanah yang dapat mengendalikan

erosi tanah sampai ≤ TSL. Dalam hal ini, kondisi tanah dan iklim setempat sangat

berpengaruh terhadap keefektifan suatu tindakan konservasi sehingga keputusan

adopsi suatu tindakan konservasi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi tanah dan

iklim pada daerah yang akan diberi perlakuan tindakan konservasi tersebut atau

dengan kata lain penerapan teknologi spesifik lokasi.

Perlakuan tindakan konservasi T1 dengan gulma dibiarkan tumbuh

menutup permukaan tanah pada gawangan kakao, nyata lebih efektif dalam

mengendalikan AP dan erosi tanah (masing-masing 2715,44 m3 ha-1 th-1 dan 12,95

ton ha-1 th-1). Erosi yang rendah pada perlakuan T1 sesuai dengan hasil penelitian

Hafif et al. (1992) pada tanah Typic Kandiudox lereng 8-15% di Jambi, bahwa

permukaan tanah yang dipertahankan tertutup mucuna dan mulsa sisa panen

memiliki erosi 3,8 kali lebih rendah dan AP 1,2 kali lebih rendah dibandingkan

dengan tanpa penutup tanah dan mulsa. Kondisi ini menunjukkan pentingnya

melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung air hujan, karena tetesan

hujan menghancurkan permukaan tanah menjadi butiran-butiran kecil yang

sebagian langsung terangkut bersama AP dan sebagian akan mengisi pori-pori

tanah sehingga menghambat infiltrasi.

Page 113: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

95

Perlakuan T1 dengan gulma dibiarkan tumbuh pada gawangan kakao nyata

meningkatkan indeks stabilitas agregat pada perlakuan P2 yang memiliki

penutupan tajuk kakao yang nyata lebih tinggi (rata-rata 36%) pada kemiringan

yang lebih rendah (10 – 15%) dibandingkan dengan perlakuan tindakan

konservasi dengan penanaman tanaman semusim di antara tanaman kakao, baik

tanpa strip A. pintoi (T2) maupun dengan strip A. pintoi (T3) dengan indeks

stabilitas agregat perlakuan kombinasi P2T1 adalah 116,74. Indeks stabilitas

agregat yang nyata lebih tinggi pada perlakuan kombinasi P2T1 tidak terlepas dari

agregasi yang baik dari perakaran, baik perakaran gulma maupun perakaran

tanaman kakao yang sudah berumur lebih dari dua tahun, demikian pula karena

sumbangan bahan organik dari tanaman tersebut. Disamping itu, kemiringan yang

lebih rendah (10 – 15%) memungkinkan erosi yang lebih rendah (Tabel 3)

sehingga lapisan atas tanah yang memiliki sifat fisik yang baik tetap terpelihara.

Peranan bahan organik terhadap stabiltias agregat ditunjukkan oleh hasil

penelitian Schjonning et al. (2002), bahwa tanah-tanah yang dikelola secara

organik dalam jangka waktu yang lama memiliki stabilitas agregat yang nyata

lebih tinggi (rata-rata 87) dibandingkan dengan tanpa pengelolaan secara organik

(rata-rata 68). Menurut Suriadikarta (2002), bahan organik memiliki muatan-

muatan yang dapat menyatukan butiran primer menjadi butiran sekunder, dan

getah-getah berupa polisakarida sebagai hasil sekresi jazad renik berperan sebagai

perekat organik yang menyatukan dan mengikat butiran sekunder satu sama lain,

dan selanjutnya butiran sekunder yang lebih besar dipersatukan oleh benang-

benang kapang atau akar-akar halus sehingga terbentuk struktur tanah remah dan

stabil. Dalam kaitannya dengan pengolahan tanah, pada tanah yang memiliki

struktur tanah yang gembur, tidak diperlukan pengolahan intensif untuk

menghindari tingginya kehilangan tanah oleh erosi.

Pengolahan tanah yang dilakukan pada saat persiapan penanaman tanaman

padi gogo dan rendahnya penutupan permukaan tanah pada fase awal

pertumbuhan tanaman tersebut menyebabkan erosi yang terjadi pada perlakuan

tindakan konservasi T2 dan T3 (masing-masing 21,76 ton ha-1 th-1 dan 31,18 ton

ha-1 th-1) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan T1. Erosi yang terjadi pada fase

awal pertumbuhan tanaman padi gogo lebih tinggi dibandingkan dengan erosi

Page 114: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

96

yang terjadi pada fase awal pertumbuhan tanaman kedelai. Hal ini terjadi karena

pengolahan tanah tidak dilakukan pada saat persiapan penanaman tanaman kedelai

mengingat BD tanah masih memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman kedelai

yang baik (rata-rata 1,05 g cm-3), dan adanya pengembalian jerami padi gogo yang

digunakan sebagai mulsa pada saat penanaman kedelai. Sebagaimana hasil

penelitian Liu et al. (2001), bahwa perlakuan dengan penanaman searah kontur

tanpa pengolahan tanah memberikan erosi 1,7 kali lebih rendah dibandingkan

dengan perlakuan penanaman searah kontur dengan pengolahan tanah.

Selanjutnya hasil penelitian Suwardjo et al. (1989) pada lereng 14% menunjukkan

bahwa perlakuan dengan mulsa dan olah tanah minimum memberikan erosi 9 kali

lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa yang dilakukan

pengolahan tanah. Selain mulsa, strip tanaman searah kontur dapat menghambat

laju AP sehingga mengurangi jumlah tanah yang terangkut bersama AP.

Erosi dan AP pada perlakuan tindakan konservasi T3 nyata lebih rendah

(masing-masing 3674,88 m3 ha-1 th-1 dan 21,76 ton ha-1 th-1) dibandingkan dengan

perlakuan T2, dan erosi pada perlakuan T3 juga lebih rendah dibandingkan dengan

TSL (22,44 ton ha-1 th-1) Hal tersebut disebabkan oleh adanya strip tanaman

A. pintoi pada perlakuan T3 yang berperan menghambat laju AP. Laju AP yang

rendah memberi kesempatan untuk air dapat terinfiltrasi ke dalam tanah, demikian

pula daya gerus AP terhadap partikel tanah menjadi berkurang. Peranan strip

tanaman dalam menghambat laju AP permukaan dan erosi juga ditunjukkan oleh

penelitian Udawatta et al. (2002), bahwa strip rumput jenis legum yang ditanam

searah kontur memiliki erosi 1,1 kali lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan

agroforestri tanpa strip tanaman searah kontur. Adapun pengertian pertanaman

strip menurut Santoso (2004) adalah pertanaman berlajur yang mana penanaman

dua jenis tanaman atau lebih di dalam strip-strip secara berselang-seling antara

tanaman pokok dan tanaman penutup tanah yang diterapkan pada lahan berlereng

15 - 40%.

Erosi tanah yang rendah akan memberikan nilai faktor C yang rendah,

demikian pula sebaliknya dengan erosi yang tinggi maka nilai faktor C menjadi

tinggi. Hal ini berarti bahwa nilai erosi berkorelasi positif dengan nilai faktor C.

Dalam penelitian ini, perlakuan tindakan konservasi T1 memiliki nilai erosi yang

Page 115: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

97

nyata lebih rendah sehingga nilai faktor C pada perlakuan tersebut juga nyata

lebih rendah (0,25) dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sebaliknya

perlakuan tindakan konservasi T2 dengan nilai erosi yang nyata lebih tinggi juga

memiliki nilai faktor C yang nyata lebih tinggi (0,55) dibandingkan dengan

perlakuan T1 dan T3. Rendahnya nilai faktor C pada perlakuan T1 disebabkan

rendahnya persentase tanah terbuka atau tingginya penutupan tanah oleh gulma

dan tajuk tanaman, stabilitas agregat yang nyata lebih tinggi (Tabel 8), dan

jaringan akar halus yang banyak dari gulma-gulma yang dibiarkan tumbuh

menutup permukaan tanah. Sebagaimana dikemukakan oleh Kadaroesman (1995)

bahwa terdapat enam subfaktor yang mempengaruhi nilai faktor C, yaitu

(i) persentase tanah yang terbuka, (ii) persentase dan tinggi penutupan tajuk

tanaman, (iii) rekonsolidasi tanah, (iv) kadar bahan organik, (v) jaringan akar

halus, dan (vi) pengikatan sisa tanaman.

Nilai faktor C yang nyata lebih tinggi pada perlakuan T2 dan T3

dibandingkan dengan perlakuan T1, terutama disebabkan oleh penanaman

tanaman semusim yang mana dilakukan pengolahan tanah pada saat persiapan

penanaman. Selain itu, penutupan tajuk yang rendah pada fase awal pertumbuhan

tanaman semusim juga memicu meningkatnya nilai C. Fenomena ini didukung

oleh hasil penelitian Wardoyo (1994) bahwa rata-rata nilai faktor CP pada petak

erosi dengan tanaman semusim di antara tanaman tebu 1,3 kali lebih tinggi

dibandingkan nilai faktor CP pada petak erosi dengan tanaman tebu tanpa

tanaman semusim. Tingginya nilai faktor C dengan adanya integrasi tanaman

semusim dapat diturunkan dengan perlakuan tindakan konservasi menggunakan

strip tanaman searah kontur. Terbukti dari nilai faktor C perlakuan tindakan

konservasi T3 yang diperoleh pada penelitian ini, lebih rendah dibandingkan

perlakuan T2.

Nilai faktor C suatu jenis tanaman diperlukan untuk prediksi erosi

skala petak. Model prediksi erosi skala petak yang sudah banyak digunakan di

Indonesia adalah Universal Soil Loss Equation (USLE), yang mana nilai faktor C

merupakan salah satu komponen penyusun model tersebut. Agar tidak terjadi

degradasi lahan oleh erosi akibat penggunaan lahan untuk suatu tanaman tertentu,

maka dalam perencanaan penggunaan lahan pertanian perlu dilakukan prediksi

Page 116: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

98

erosi untuk menentukan pilihan tindakan konservasi yang tepat. Dengan

memasukkan nilai-nilai faktor erosi termasuk di dalamnya nilai faktor C, dapat

diperhitungkan apakah teknik pengendalian erosi yang akan diterapkan cukup

efektif atau tidak dengan cara membandingkan nilai erosi yang diperoleh dengan

nilai TSL. Hasil perbandingan antara erosi terprediksi dengan TSL menjadi acuan

untuk menilai efektif atau tidak efektif tindakan konservasi yang akan diterapkan.

Apabila nilai erosi terprediksi masih lebih tinggi dari TSL, maka perlu dianalisis

faktor erosi mana yang masih berpeluang untuk dikurangi pengaruhnya melalui

perbaikan tindakan konservasi. Dalam hal ini, nilai faktor pengelolaan tanaman

(nilai faktor C) berpeluang besar untuk dilakukan perubahan. Oleh karena itu,

diperlukan banyak penelitian terhadap berbagai teknik konservasi tanah dan air

yang menghasilkan data mengenai nilai faktor C agar tersedia banyak pilihan

pengelolaan tanaman untuk menentukan cara pengelolaan mana yang paling

efektif mengurangi erosi.

Erosi dan AP permukaan yang nyata lebih rendah pada perlakuan tindakan

konservasi T1 dibandingkan dengan T2 dan T3, menyebabkan jumlah hara N, P, K,

dan C-organik yang terangkut bersama erosi dan AP pada perlakuan tersebut juga

nyata lebih rendah. Semakin tinggi AP dan erosi maka akan semakin banyak hara

yang terangkut dari pertanaman. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan

kesuburan tanah, dan pemupukan yang dilakukan juga menjadi tidak efisien.

Dalam penelitian ini, kehilangan hara dan C-organik yang nyata lebih tinggi

melalui sedimen dan AP terdapat pada perlakuan T2 yang memiliki AP dan erosi

yang juga nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Sebaliknya perlakuan T1 memiliki kehilangan hara yang nyata lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan T2 dan T3. Kehilangan hara dan C-organik yang

nyata lebih tinggi pada perlakuan T2 dibandingkan dengan T1, selain disebabkan

oleh AP dan erosi yang nyata lebih tinggi pada perlakuan T2 (Tabel 3), juga

karena ada residu pupuk yang bersumber dari pemupukan tanaman semusim

seperti perlakuan T3. Besarnya jumlah hara yang terangkut bersama erosi juga

ditunjukkan pada penelitian Suganda et al. (1997) pada pertanaman sayuran jenis

tanah Hapludand di Cipanas, bahwa pada bedengan searah kontur dengan erosi

sebesar 40,50 ton ha-1 terjadi kehilangan hara 146 kg N ha-1, 58 kg P2O5 ha-1, dan

Page 117: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

99

13 kg K2O ha-1, sementara pada bedengan searah lereng dengan erosi 65,10 ton

ha-1 memiliki kehilangan hara 241 kg N ha-1, 80 kg P2O5 ha-1, dan 18 kg K2O ha-1

Kehilangan hara yang terjadi menyebabkan terjadinya penurunan

kesuburan tanah. Jika diperhatikan hasil analisis kadar hara dan C-organik tanah

pada awal penelitian (Tabel Lampiran 1) dan hasil analisis kadar hara dan

C-organik tanah pada akhir penelitian (Tabel 17), nampak bahwa pada semua

perlakuan mulai terjadi penurunan kesuburan tanah, terutama perlakuan tindakan

konservasi T1. Namun demikian, perlakuan tindakan konservasi T3 nampaknya

lebih memberikan harapan untuk dapat mempertahankan kesuburan tanah, yang

mana perubahan kadar hara dan C-organik tanah pada akhir penelitian jauh lebih

kecil dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya (Tabel 17).

Perlakuan tindakan konservasi T3 yang memiliki erosi dan nilai faktor C

serta kehilangan hara yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan T1, ternyata

memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang lebih baik dibandingkan dengan

perlakuan T1 dan T2. Perbaikan terhadap sifat fisik tanah pada perlakuan T3

diperankan oleh tiga faktor, yaitu (i) pembenaman bahan organik pada piringan

kakao yang bersumber dari hasil pangkasan A. pintoi, (ii) penutupan tanah oleh

tanaman semusim dan mulsa jerami padi gogo, dan (iii) penghambatan AP dan

erosi oleh strip tanaman A. pintoi. Pembenaman bahan organik ke dalam tanah

mencegah pengangkutan bahan organik yang tinggi melalui AP dan erosi

sehingga kadar bahan organik tanah meningkat. Hal ini akan berimplikasi

terhadap penurunan BD tanah dan meningkatnya jumlah air yang terinfiltrasi ke

dalam tanah dengan meningkatnya porositas. BD pada perlakuan T3 (1,001 g cm-3)

nyata lebih rendah dibandingkan dengan T1 dan T2. Sesuai dengan hasil

penelitian Indrawati (1998), bahwa pembenaman kompos/bahan organik pada

tanah regosol Mojosari terbukti mengurangi bobot isi tanah rata-rata 30% di

lapisan permukaan dan 16% di lapisan 20-45cm. Semakin rendah bobot isi tanah,

maka volume pori semakin tinggi sehingga kemampuan tanah menginfiltrasikan

air semakin tinggi. Namun demikian, kapasitas infiltrasi konstan yang diperoleh

dalam penelitian ini belum menunjukkan perbedaa yang nyata, demikian pula

terhadap sifat fisik tanah yang lain, yakni kemampuan tanah memegang air pada

berbagai pF dan distribusi ukuran pori.

Page 118: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

100

Perbaikan sifat tanah pada perlakuan T3, tidak hanya menyangkut sifat

fisik tanah, tetapi juga terhadap sifat kimia tanah. Jika dilihat dari hasil analisis

terhadap tekstur tanah, perlakuan T3 memiliki persentase liat yang tidak berbeda

nyata dengan perlakuan T1 dan T2, namun KTK pada perlakuan T3 nyata lebih

tinggi (18,44 me 100g-1) dibandingkan dengan perlakuan T1 (14,05 me 100g-1)

dan T2 (13,94 me 100g-1). Kemungkinan hal ini juga disebabkan oleh kadar bahan

organik yang relatif tinggi pada perlakuan tersebut (2,0%). Sebagaimana

diketahui bahwa bahan organik memiliki kemampuan pertukaran kation dan anion

yang sangat tinggi, yang mana ionisasi gugus fungsional asam organik yang

menyusun bahan organik menghasilkan sumber muatan negatif yang banyak

sehingga memiliki kemampuan retensi dan pertukaran kation yang tinggi. Hasil

penelitian Nursyamsi et al. (1995) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

kandang 10 ton ha-1 dan pupuk hijau setaria sp. 5 ton ha-1 meningkatkan kadar

C-organik, N-organik, dan KTK tanah.

Perlakuan T3 meskipun memiliki sifat fisik dan kimia yang lebih baik dan

berbeda tidak nyata dengan T1, tetapi erosi yang dihasilkan pada perlakuan T3

masih lebih tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan T1. Hal ini kemungkinan

disebabkan penutupan gulma yang dipertahankan sepanjang waktu pada

gawangan kakao lebih efektif menghambat AP dan erosi dibandingkan dengan

strip tanaman A. pintoi. Selain itu, tindakan pembenaman hasil pangkasan

A. pintoi disekeliling piringan kakao juga dapat meningkatkan erosi tanah pada

perlakuan tersebut. Namun demikian, erosi pada perlakuan T3 masih berada di

bawah nilai TSL. Hal ini berarti bahwa kehilangan tanah pada perlakuan T3

masih dapat diimbangi oleh pembentukan tanah, sehingga erosi yang terjadi pada

perlakuan tersebut tidak sampai menyebabkan terjadinya degradasi tanah akibat

erosi. Oleh karena itu, meskipun perlakuan tindakan konservasi T3 memiliki erosi

yang nyata lebih tinggi dari pada perlakuan tindakan konservasi T1, tetapi dengan

adanya tambahan pendapatan petani yang bersumber dari tanaman semusim, maka

tindakan pengelolaan konservasi T3 lebih disarankan dibandingkan dengan

perlakuan T1.

Erosi dan AP yang mengangkut sejumlah hara dan bahan organik dari

pertanaman, demikian pula sifat fisik dan kimia tanah sangat berpengaruh

Page 119: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

101

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Tetapi dalam penelitian ini,

perbaikan sifat fisik dan kimia tanah oleh perlakuan tindakan konservasi T3 belum

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman kakao, kecuali

diameter tajuk (Tabel 20). Adapun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

semusim, perlakuan tindakan konservasi berpengaruh nyata terhadap anakan

produktif dan hasil padi gogo, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil

kedelai. Namun demikian, hasil padi gogo dan kedelai yang diperoleh pada

perlakuan tindakan konservasi T2 dan T3 (Tabel 21), berdasarkan hasil analisis

usahatani (Tabel 22) dapat memberikan tambahan pendapatan kepada petani

meskipun belum memenuhi standar kebutuhan untuk dapat hidup layak minimum.

Hal ini disebabkan pengusahaan tanaman dilakukan pada luasan yang sempit

(1 ha).

Pendapatan usahatani tanaman semusim yang diterima oleh petani sesuai

dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebesar Rp. 5.305.000 per

hektar pada perlakuan T2 dan Rp. 5.930.000 per hektar pada perlakuan T3 (Tabel

22). Pendapatan tersebut lebih rendah dari pada standar Kebutuhan Hidup Layak

(KHL) minimum (Rp. 8.100.000), sehingga dapat disimpulkan bahwa penanaman

tanaman padi gogo dan kedelai di antara tanaman kakao dengan perlakuan T2 dan

T3 belum dapat memberikan penghidupan yang layak secara minimum kepada

petani. Namun demikian, untuk memperoleh pendapatan sebesar Rp. 5.930.000

pada perlakuan T3, erosi yang terjadi lebih rendah dari nilai TSL, sehingga

penanaman tanaman padi gogo dan kedelai dapat berlanjut sampai kanopi kakao

saling menutup. Dengan demikian, perlakuan T3 merupakan alternatif terbaik

yang dapat diterapkan oleh petani, karena selain dapat menekan erosi sampai di

bawah TSL, juga dapat memberikan tambahan pendapatan kepada petani sampai

tanaman kakao berproduksi.

Page 120: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

102

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Perlakuan tindakan konservasi pada lahan kakao dengan gulma dibiarkan

tumbuh pada gawangan kakao muda menimbulkan aliran permukaan dan

erosi yang nyata lebih rendah (aliran permukaan 2715,44 m3 ha-1 th-1 dan erosi

12,95 ton ha-1 th-1) dari pada perlakuan tindakan konservasi dengan

penanaman padi gogo dan kedelai yang disertai strip tanaman A. pintoi,

namun tidak memberikan tambahan pendapatan kepada petani.

2. Perlakuan tindakan konservasi dengan penanaman padi gogo dan kedelai di

antara tanaman kakao muda yang disertai strip tanaman A. pintoi

menimbulkan erosi yang lebih rendah (21,76 ton ha-1 th-1) dari pada nilai erosi

yang diperbolehkan (22,44 ton ha-1 th-1), dan meningkatkan pertambahan

diameter tajuk kakao, anakan produktif dan hasil padi gogo serta memberikan

tambahan pendapatan kepada petani yang bersumber dari tanaman padi gogo

dan kedelai.

3. Kualitas sifat fisik dan kimia tanah pada perlakuan tindakan konservasi

dengan penanaman padi gogo dan kedelai di antara tanaman kakao yang

disertai strip tanaman A. pintoi pada umumnya lebih baik dibandingkan

dengan tanpa strip tanaman A. pintoi dan perlakuan gulma yang dibiarkan

tumbuh pada gawangan kakao.

4. Tanaman kakao muda (5 - 7 bulan dan 25 - 27 bulan) pada lahan dengan

kemiringan 10 - 15% menimbulkan erosi yang lebih rendah (15,99 ton ha-1 th-1

dan 19,77 ton ha-1 th-1) dari pada nilai erosi yang diperbolehkan, sedangkan

pada lahan dengan kemiringan 40 – 45% menimbulkan erosi lebih besar dari

pada nilai erosi yang diperbolehkan.

Page 121: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

103

5. Nilai faktor C tanaman kakao umur 25 – 27 bulan nyata lebih rendah (0,37)

dibandingkan dengan umur tanaman kakao 5 – 7 bulan (0,43), dan perlakuan

tindakan konservasi dengan gulma dibiarkan tumbuh pada gawangan kakao

memberikan nilai faktor C tanaman kakao yang nyata lebih rendah (0,25)

dibandingkan perlakuan tindakan konservasi dengan penanaman tanaman padi

gogo dan kedelai yang disertai strip tanaman A. pintoi (0,39) dan tanpa strip

A. pintoi (0,55).

6. Tidak terdapat pengaruh interaksi yang nyata antara perlakuan tindakan

konservasi dengan perlakuan umur tanaman kakao/kemiringan terhadap aliran

permukaan dan erosi serta sifat fisik dan kimia tanah, kecuali terhadap indeks

stabilitas agregat dan kehilangan hara N melalui aliran permukaan. Perlakuan

tindakan konservasi secara umum menurunkan kehilangan N pada perlakuan

umur tanaman kakao 5 – 7 bulan dan 25 – 27 bulan pada lahan dengan

kemiringan 10 – 15%.

7. Perlakuan tindakan konservasi dengan penanaman padi gogo dan kedelai di

antara tanaman kakao muda yang disertai strip tanaman A. pintoi merupakan

alternatif terbaik yang dapat diterapkan oleh petani.

Saran

1. Dalam penelitian ini belum dilakukan kajian sosial ekonomi untuk

mengetahui respon petani terhadap tindakan konservasi yang diterapkan di

lokasi penelitian, sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya lebih

menekankan pada aspek sosial ekonomi

2. Penelitian berbagai tindakan konservasi selanjutnya disarankan lebih

diarahkan pada kemiringan 40-45%.

3. Usaha peningkatan bahan organik tanah dengan pembenaman hasil pangkasan

A. pintoi perlu dikaji lebih lanjut untuk mempelajari apakah hasil pangkasan

tersebut perlu dibenamkan atau hanya disebar di atas permukaan tanah guna

menghindari terangkutnya partikel-partikel tanah dari agregat yang hancur

pada proses pembenaman.

4. Nilai faktor C yang diperoleh pada penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut

untuk dapat digunakan dalam prediksi erosi dengan USLE.

Page 122: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

104

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Razak. 2006. Kakao Indonesia siap geser Pantai Gading. WWW.Nafed.go.id. Badan Pengembangan Ekspor Nasional, 09/05/2006

Abdurachman, A., A. Barus, U. Kurnia, dan Sudirman. 1985. Peranan pola

tanam dalam usaha pencegahan erosi pada lahan pertanian semusim. Pem. Penelitian Tanah dan Pupuk, 4: 41 – 46

______________. dan S. Sutono. 2002. Teknologi pengendalian erosi lahan

berlereng. Hal. 103 – 145 dalam Teknologi pengelolaan lahan kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Anonim. 1996. Sulawesi Tenggara dalam angka. BPS Sultra ______. 2001. Potensi lahan kering di Indonesia (http://www.deptan.go.id/luas

lahan _kering_2001.html ______. 2005. Inventarisasi dan penelitian pengelolaan tanah: Laporan tahunan

2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor Baharudin, D. Sahara, S. Ruku, R. Supendy, M. Syafaruddin, dan Sahardi. 2002.

Pengkajian peningkatan produktivitas lahan pertanaman kakao melalui diversifikasi komoditas pada agroekologi lahan kering iklim basah. BPTP Sultra, Kendari

Barzegar, A.R., M.A. Asoodar, A. Khadish, A.M. Hashemi, S.J. Herbert. 2003.

Soil physical characteristics and chickpea yield responses to tillage treatments. Soil & Tillage Research, 71: 49 - 57

Bharati, L., K.H. Lee, T.M. Isenhart, R.C. Schlutz. 2002. Soil-water infiltration

under crops, pasture, and established riparian buffer in Midwestern. Agroforestry System, 56: 249 – 257

Bols, P.L. 1978. The iso-erodent map of Java and Madura. Report Belgian

Technical Assistance Project ATA 105-Soil Research Institut, Bogor, Indonesia

Box, J.E., Jr. and R. Russel Bruce. 1996. The effect of surface cover on

infiltration and soil erosion. 107 to 123p in Soil Erosion, Conservation, and Rehabilitation. Marcel Dekker Inc. Printed in the United State of Amerika

Page 123: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

105

Bremner, J.M. 1965. Inorganic forms of nitrogen. p.1179-1237. In: Methods of soil analysis, part 2, C.A black (ed-in-chief). Agronomy series No.9. Am. Soc. Agronomy, Inc., Publ., Madison, WI.

Buckman, H.O. and N.C. Brady. 1982. The Nature and Properties of Soils.

Macmillan, New York. Craswel, E.T., J.V. Remeji, L.G. Nallana. 1984. Soil Erosion Management.

Australian Centre For International Agriculture Research Dariah, A. 2004. Tingkat erosi dan kualitas tanah pada lahan usahatani berbasis

kopi di Sumberjaya Lampung Barat. Disertasi Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Donahue, R.L., R.W. Miller, J.C. Shicklune. 1983. Soil. An Introduction.

Englewood Cliffs, Prentice-Hall, New Jersey Elrashidi, M.A., M.D. Mays, A. Fares, J.L. Harder, D. Schroeder, S.D. Peaslee,

C.A. Seybold, and Pam VanNestle. 2005a. Loss of nitrate-nitrogen by runoff and leaching for agricultural watersheds. Soil Sci. 170 (12): 969 – 984

_______________________, J.L. Harder, D. Schroeder, P. Brakhage, S.D.

Peaslee, C.A. Seybold, and C. Schaecher. 2005b. Loss of phosphorus by runoff for agricultural watersheds. Soil Sci. 170 (7): 543 - 558

Erfandi, D., I P.G. Widjaja-Adhi, dan M. Ramli. 1993. Pengelolaan sistem

usahatani lahan masam tropika basah. Hlm. 17-28 dalam Prosiding pertemuan teknis penelitian tanah dan agroklimat. Bogor, 18-21 Februari 1993. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor

Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science. John Wiley, New York Gachene, C.K.K., J.P. Mbuvi, N.J. Jarvis, and H. Linner. 1998. Maize yield

reduction due to erosion in a high potential area of Central Kenya highlands. African Crop Science Journal, 6(1): 29 – 37

Gardner, F.P., R. Brent Pearce, and Roger L. Mitchell. 1985. Physiology of Crop

Plants. The Iowa State University Press Hafid, N. 2001. Aliran permukaan dan erosi tanah pada sistem pertanaman

kentang dan kubis rakyat di Malino. Tesis Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hafif, B., D. Santoso, M. Suharjo, dan I G. P. Wigena. 1992. Beberapa cara

pengolahan tanah untuk pengendalian erosi. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk. 10: 54 - 60

Page 124: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

106

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S. Nugroho, R. Saul, M.A. Diha, Go Bang Hong, dan H.H. Balley. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung, Lampung

Hammer, W.I. 1981. Second soil conservation consultant report.

AGOF/INS/78/006. Tech. Note No. 10. Center for Soil Research, Bogor, Indonesia

Haridjaja, O. 1996. Pemanfaatan bahan organik dalam menunjang pembangunan

pertanian lahan kering yang berwawasan lingkungan. Makalah disajikan pada Konferensi Nasional III PSL. Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan Indonesia (BKPSL) Denpasar, 22 – 24 Oktober 1996

__________. 2005. Pentingnya konservasi sumberdaya lahan. Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Save Our Land For The Better Environment”. HMIT-IPB, Bogor, 10 Desember 2005

Harmsen, G.W., and G.J. Kolenbrander. 1965. Soil inorganic nitrogen. p.43-92.

In: Soil nitrogen, W.V. Bartholomew and F.E Clark (eds). Agronomy series No. 10. Am.Soc.Agronomy, Inc. Publ., Madison, WI.

Hazairin Zubair. 1988. Pengaruh berbagai tegakan vegetasi terhadap redistribusi

curah hujan. Tesis Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor Henny, H. 1995. Efektivitas sistem penanaman dalam strip mengendalikan aliran

permukaan dan erosi pada usahatani lahan kering. Tesis Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Hillel, D. 1980a. Fundamental of Soil Physics. Academic Press, Inc. London _______. 1980b. Application of Soil Physics. Academic Press, Inc. London Horton, R.E. 1940. An approach toward a physical interpretation of infiltration-

capacity. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 5: 399 - 417

Indrawati. 1998. Pengelolaan lengas tanah dalam usahatani lahan kering. Hlm.

179 -186 dalam Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Komisariat Daerah Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Buku 2. HITI, KOMDA Jawa Timur 1998.

International Rice Research Institute (IRRI). 1996. Standard Evaluation System

for Rice. Manila, Philippines Jaya, A. 1994. Dinamika aliran permukaan, erosi, serta kehilangan hara dalam

aliran permukaan pada daerah tangkap Citere, Pengalengan. Tesis Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Page 125: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

107

Kadaroesman Achlil, M.E. 1995. Lahan kritis. BTP DAS Surakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan

Kartasapoetro, G., A.G. Kartasapoetro, M.M. Sutedjo. 1989. Teknologi

Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta Liu, G., M.J. Lindstrom, X. Zhang, Y. Li, and J. Zhang. 2001. Conservation

management effects on soil erosion in the Sichuan Basin,China. J. of Soil and Water Conservation, 56(2): 144 – 147

Marwan, H.M. 1985. Pengaruh pengelolaan tanaman dan pemakaian bahan

organik terhadap erosi. Disertasi Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Nursyamsi, D., D. Sopandi, D. Erfandi, Sholeh, I P.G. Widjaja-Adhi. 1995.

Penggunaan bahan organik, pupuk P dan K untuk meningkatkan produktivitas tanah podsolik (Typic Kandiudults). Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Nomor:2 Tahun 1995. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat

Odhiambo, H.O., C.K. Ong, J.D. Deands, J. Wilson, A.A.H. Khan, J.I. Sprent.

2001. Roots, soil water and crop yield: tree crop interactions in a Semi-Arid Agroforestry System in Kenya. Plant and Soil, 235: 221 – 233

Olness, A. and D. Archer. 2005. Effect of organic carbon on available water in

soil. Soil Sci. Am .J. 170 (2): 101 – 107

Pandey, C.B., A.K. Singh, D.K. Sharma. 2000. Soil properties under Acacia

nilotica trees in a traditional agroforestry system in Central India. Agroforestry system, 49: 53 – 61

Pramiyadi, W.H. 1983. Peta iso – eroden pulau Sulawesi. Skripsi Jurusan Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Rachim, D.A. 2003. Mengenal taksonomi tanah. Jurusan tanah, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sahardi, M. 2000. Studi karakteristik anatomi dan morfologi serta pewarisan sifat toleransi terhadap naungan pada padi gogo (Oryza sativa L.). Disertasi Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sajogyo dan Sajogyo, P. 1990. Sosiologi Pedesaan, Gadjah Mada Press, Yogyakarta

Page 126: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

108

Santoso, D., J. Purnomo, IG.P. Wigena, dan Enggis Tuherkih. 2004. Teknologi konservasi tanah vegetatif. Hal. 77 – 108 dalam Teknologi konservasi tanah pada lahan berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor

Schjonning, P., S. Elmholt, L.J. Munkholm, K. Debosz. 2002. Soil quality aspects of humid sandy loams as influenced by organic and conventional long-term management. agriculture, Ecosystems and Environment, 88: 195 – 214

Schroth, G., W.G. Teixeira, R. Seixas, L.F. da Silva, M. Schaller, J.L.V. Macedo,

W. Zech. 2000. Effect of five tree crops and a cover crop in multi-strata agroforestry at two fertilization levels on soil fertility and soil solution chemistry in Central Amazonia. Plant and Soil, 221: 143 – 156

_________, J. Lehmann, M.R.L. Rodrigues, E. Barros, J.L.V. Macedo. 2001.

Plant-soil interaction in multistrata agroforestry in the humid tropics. Agroforestry System, 53: 85 – 102

Shukle, M.K. and R. Lal. 2005. Erosional effect on soil physical properties in an on-farm study on alfisols in west Central Ohio. Soil Sci. Am. J. 170 (6): 445 - 456

Singer, M.J., N.M. Donald. 1987. Soils, An Introduction. Macmillan, New York

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Stevenson, F.J. 1986. Sycles of Soil, Carbon, Nitrogen, Phosphorus, Sulfur,

Micronutrients. John Wiley & Sons, Inc., New York, NY.

____________. 1994. Humus Chemistry, Genesis, Composition, Reaction. 2nd ed.

John Wiley & Sons, Inc., New York, NY.

Subagyo, T., S. Mangoensoekarjo. 1993. Pendayagunaan lahan alang-alang

(Imperata cylindrical L. Raeuschel) untuk tanaman perkebunan. Hal 113 – 123 dalam Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usahatani berkelanjutan. Departemen Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor

Subagyono, K., U. Haryati, S.H. Tala’ohu. 2004. Teknologi konservasi air pada

lahan kering. Hal. 151 – 158 dalam Teknologi konservasi tanah pada lahan berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor

Page 127: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

109

Suganda, H., M.S. Djunaedi, D. Santoso, dan S. Sukmana. 1997. Pengaruh cara pengendalian erosi terhadap aliran permukaan, tanah tererosi, dan produksi sayuran pada andisol. J. Tanah dan Iklim, 15: 38 – 50

Sunanto, H. 1992. Coklat: Budidaya, Pengelolaan Hasil, dan Aspek Ekonominya.

Kanisius, Yogyakarta Suriadikarta, D.A., Tini Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2002.

Teknologi pengelolaan bahan organik tanah. Hal. 183 – 238 dalam Teknologi pengelolaan lahan kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor

Sutono, S., M.S. Djunaedi, D. Erfandi, U. Kurnia. 2005. Pengangkutan hara oleh

erosi, aliran permukaan, perkolasi, dan tanaman cabai rawit. Hal. 97 – 121 dalam Prosiding seminar nasional inovasi teknologi sumberdaya tanah dan iklim, 14 – 15 September 2004. Departemen Pertanian, Balai Penelitian dan Pengembangan Tanah an Agroklimat, Bogor

Suwardjo, H., A. Abdurachman, and S. Abujamin. 1989. The use of crop residu

mulch to minimize tillage frequency. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk, 8: 31 - 37

Tan, K.H. 1982. Principles of Soil Chemistry. Marchel Dekker, Inc., 270

Medison Avenue, New York, NY. _________. 1994. Environmental Soil Science. Marcel Dekker, Inc., New York.

NY. _________. 1996. Soil Sampling, Preparation, and Analysis. Marcel Dekker, Inc.

United State of America Thornthwaite, C.W. and J.R. Mather. 1975. Instruction and tables for computing

potential evapotranspiration and water balance. Punli. In Clim. Vol. X No. 3. Cerlperton, New Jersey, 311p

Thornthwaite, C.W. 1948. An approach toward a rational classification of

climate. Geograph. Rev., 38: 55 - 94 Truman, C.C., and R.G. Williams. 2001. Effect of peanut cropping practices and

canopy cover conditions on runoff and sediment yield. J. Soil and Water Conservation, 56(2): 152 – 159

Udawatta, R.P., J.J. Krstansky, G.S. Henderson, H.E. Garrent. 2002.

Agroforestry practices, runoff, and nutrient loss: A paired watershed comparison. J. Environ. Q., 31: 1214 – 122

Page 128: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

110

Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. Suatu Rekanan dan Analisa. Rajawali Press, Jakarta

Van Genuchten, M. 1980. A close form equation for predicting conductivity of

unsaturated soil. Soil Sci. Soc. Am .J. 45: 892 - 898

Wahab, A., M. Sjafaruddin, Sahardi. 2002. Status bahan organik tanah pada

perkebunan kakao di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. Hal. 451 – 459 dalam Prosiding seminar nasional BPTP Sultra, Kendari 6 – 7 Agustus 2002

Wardoyo. 1994. Pengaruh tanaman tebu lahan kering terhadap erosi di Dayu-

Karanganyer. J. Pengelolaan DAS, 1(1): 16 - 23 Weesies, G.A., S.J. Livingston, W.D. Hosteter, and D.L. Schters. 1994. Effect of

soil erosion on crop yield in Indiana: Result of a 10 year study. J. Soil and Water Cons. 49 (6): 597 - 600

Wibawa, G. 1994. Pola tanam padi gogo, jagung, dan tanaman lainnya sebagai

tanaman sela karet muda. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Pertanian Jambi, Makalah 30: 27p

Wischmeier, W.H., D.D Smith. 1965. Predicting rainfall erosion losses – A guide

to conservation planning. USDA, Agricultural Handbook, No. 282, pp 41

Wischmeier, W.H., D.D Smith. 1978. Predicting rainfall erosion losses – A guide

to conservation planning. USDA, Agricultural Handbook, No. 537, pp 58

Yahya, S., K. Indrasuara. 2000. Pemanfaatan legum penutup tanah dan seresah

kakao untuk meningkatkan efisiensi pemberian OST pada pembibitan kakao. J. Comm. Ag. 5(2): 53 – 60

Zuzel, J.F. and J.L. Pikul, JR. 1993. Effect of straw mulch on runoff and erosion

from small agricultural plots in Northeastern Oregon. Soil Sci. 156 (4): 111 - 117

Page 129: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

111

Tabel Lampiran 1. Data sifat fisik dan kimia profil tanah pada awal penelitian

Profil Hori- zon

Kedala-man tanah

(cm)

Pasir Liat C-org. N tot. P2O5 K2O KTK KB pH H2O

BD

------- % ------- mg 100g-1 me 100g-1 %

g cm-3 1

(kem

iring

an

15%

, um

ur k

akao

25

– 2

7 bu

lan)

Ap

AB

Bt1

Bt2

BC

0 – 17

17 – 43

43 – 67

67 – 90

90 - 112

61,92

20,50

12,77

11,59

12,18

17,67

19,19

33,29

43,77

38,72

2,19

1,09

0,64

0,45

0,23

0,21

0,10

0,07

0,05

0,05

57,30

41,17

31,97

26,70

29,54

16,25

14,18

14,99

11,42

9,48

14,33

13,47

15,23

16,18

14,04

32,83

27,89

33,18

29,27

20,21

5,1

5,3

5,5

5,4

5,3

1,035

1,135

1,244

1,331

1,427

2 (k

emiri

ngan

45%

, um

ur k

akao

5 –

7

bula

n)

A

Bt1

Bt2

BC

0 – 17

17 – 37

37 – 72

72 - 105

24,31

13,06

10,50

10,02

21,52

37,74

40,45

34,93

2,23

0,93

0,42

0,20

0,23

0,11

0,04

0,05

56,32

45,07

29,56

25,33

16,35

14,86

20,81

9,94

15,77

15,38

17,27

13,18

32,97

28,24

30,11

19,15

5,0

5,2

5,4

5,1

1,022

1,272

1,342

1,387

Tabel Lampiran 2. Data curah hujan stasiun Kendari (1998 - 2007)

Bulan Tahun Rata-rata1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Januari 56 116 121 899 95 137 0 143 101 174 184,2Februari 31 268 35 896 56 177 134 191 314 151 225,3Maret 18 188 29 383 66 175 130 451 138 210 177,8April 139 68 110 183 76 226 284 305 183 159 173,2Mei 65 95 105 118 66 239 128 182 182 248 141,8Juni 17 148 0 286 63 97 165 64 65 359 123,3Juli 50 104 0 74 65 154 77 129 240 193 106,6Agustus 0 198 0 93 0 100 5 68 168 167 77,7September 0 41 0 21 60 8 1 8 18 57 19,4Oktober 0 80 0 64 63 49 5 250 68 - 54,7November 51 83 0 20 40 415 38 272 80 - 99,9Desember 123 78 366 30 71 407 152 233 113 - 157,2Total 551 1464 766 3055 631 2184 1119 2255 1668 1720 1541,2Rata-rata 46 122 64 255 53 182 93 188 139 191 133,2

Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kendari

Page 130: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

112

Tabel Lampiran 3. Deskripsi profil pewakil (profil 1) pada kemiringan 15% dengan umur tanaman kakao 25 – 27 bulan

Tempat pengamatan : Desa Amosilu, Kec. Besulutu, Kab. Konawe Klassifikasi : Tipik Hapludult, halus, aktif, isohipertermik Landform : Teras angkatan Bentuk wilayah : Bergelombang Lereng : 15% Bahan induk : Batuan sedimen Drainase : Agak baik Permeabilitas : Agak lambat

No. Lapisan

Horison Kedalaman (cm)

Uraian

I

II

III

IV

V

Ap

AB

Bt1

Bt2

BC

0 – 17

17 – 43

43 – 67

67 – 90

90 – 110

Coklat gelap (10YR 3/4); nyata, bergelombang; lempung berpasir; gumpal bersudut, lemah, sedang; agak lekat dan agak palstis (basah), gembur (lembab), lunak (kering); perakaran halus dan sedang banyak, perakaran kasar sedikit; rekasi tanah masam (pH 5,1) Cokelat (10YR 4/6); nyata, rata; lempung berdebu; gumpal bersudut, kuat, sedang; agak lekat dan agak plastis (basah), agak teguh (lembab), agak keras (kering); perakaran halus dan sedang cukup, perakaran kasar sangat sedikit; reaksi tanah masam (pH 5,3) Cokelat kekuningan (10YR 5/8); nyata, rata; lempung liat berdebu; gumpal membulat; kuat, sedang; lekat dan plastis (basah), teguh (lembab), keras (kering); perakaran halus sedikit; reaksi tanah agak masam (pH 5,5) Cokelat terang kekuningan (10YR 6/8); berangsur, tidak rata; liat; gumpal membulat; lekat dan plastis (basah), teguh (lembab), sangat keras (kering); perakaran halus sedikit; reaksi tanah agak masam (5,4) Cokelat terang kekuningan (10YR 6/8); berangsur, tidak teratur; lempung liat berdebu; gumpal membulat; sangat lekat dan plastis (basah), teguh (lembab), sangat keras (kering); reaksi tanah agak masam (5,3)

Catatan: Epipedon : okrik Sub horizon : argilik Terdapat plintit ± 1%

Page 131: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

113

Tabel Lampiran 4. Deskripsi profil pewakil (profil 2) pada kemiringan 45% dengan umur tanaman kakao 5 – 7 bulan

Tempat pengamatan : Desa Amosilu, Kec. Besulutu, Kab. Konawe Klassifikasi : Tipik Hapludult, halus, aktif, isohipertermik Landform : Teras angkatan Bentuk wilayah : Berbukit Lereng : 45% Bahan induk : Batuan sedimen Drainase : Agak baik Permeabilitas : Agak lambat

No. Lapisan

Horison Kedalaman (cm)

Uraian

I

II

III

IV

A

Bt1

Bt2

BC

0 – 17

17 – 47

47 – 72

72 – 105

Cokelat (10YR 4/6); jelas, rata; lempung; gumpalbersudut; lemah, sedang; agak lekat dan agak plastis (basah), Agak teguh (lembab), lunak (kering); perakaran halus dan sedang banyak, perakaran kasar cukup; reaksi tanah masam (5,0) Cokelat kekuningan (10YR 5/8); nyata, rata; lempung liat berdebu; gumpal bersudut; kuat, sedang; agak lekat dan agak plastis (basah), teguh (lembab), sangat keras (kering); perakaran halus dan sedang cukup, perakaran kasar sedikit; reaksi tanah agak masam (5,2) Cokelat terang kekuningan (10YR 6/8); nyata, bergelombang; lempung berdebu; gumpal membulat; kuat, sedang; lekat dan plastis (basah), agak teguh (lembab), keras (kering); perakaran halus dan sedang sedikit; reaksi tanah agak masam (5,4) Cokelat terang kekuningan (10YR 6/8); berangsur, tidak teratur; lempung liat berdebu; gumpal membulat; sangat lekat dan plastis (basah), teguh (lembab), keras (kering); reaksi tanah agak masam (5,1)

Catatan: Epipedon : okrik Sub horizon : argilik

Page 132: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

114

Tabel Lampiran 5. Deskripsi varietas padi gogo (situ bagendit)

Nomor seleksi : S4325D-1-2-3-1 Asal persilangan : Batur/2*S2823-7D-8-1-A Golongan : Care Umur tanaman : 110 – 120 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 99 – 105 cm Anakan produktif : 12 – 13 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Warna putih Warna lidah daun : Warna putih Warna daun : Hijau Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak Bentuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 22% Bobot 1000 butir : 27,5 g Rata-rata hasil : 4,0 ton ha-1 pada lahan kering 5,5 ton ha-1 pada lahan basah Potensi hasil : 6,0 ton ha-1 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap blas Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain III&IV Pemulia : Z.A. Simanulang, Aan A. Darajat, Ismail BP., dan N. Yunani Tim peneliti : Mukelar Amr, Atito D., Y. Samaullah Teknisi : Meru, U. Suanang, Karmita, dan Sukarno Dilepas : Tahun 2003 Sumber: Perbenihan padi varietas unggul (kebun percobaan BPTP di Wawotobi)

Page 133: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

115

Tabel Lampiran 6. Deskripsi varietas kedelai (Wilis)

Asal persilangan : Darvos dan Orba

Umur tanaman : 88 – 100 hari

Potensi hasil : 1,5 – 2,5 ton ha-1

Ketahanan terhadap penyakit : Toleran terhadap karat daun Sumber: Manwan et al. (1996)

Tabel Lampiran 7. Nilai koefisien tanaman (Kc) padi gogo dan kedelai pada setiap fase pertumbuhan No.

Tanaman

Fase pertumbuhan

Awal Vegetatif Generatif Pematangan Total 1 2

Padi gogo Umur (hari) Kc Kedelai Umur (hari)

30 1,10

20 0,45

35 1,10

30 0,45

35 1,25

30 1,05

20 1,10

20 0,45

120

100

Sumber: Doorenbus dan Fruit (1975) Doorenbus dan Kassam (1986) Tabel Lampiran 8. Klasifikasi indeks stabilitas agregat No. Indeks stabilitas Kriteria 1 2 3 4 5 6

> 200 80 – 200 66 – 80 50 – 66 40 – 50

< 40

Sangat stabil sekali Sangat stabil

Stabil Agak stabil

Kurang stabil Tidak stabil

Sumber: Penuntun praktikum fisika tanah

Page 134: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

116

Tabel Lampiran 9. Data curah hujan harian lokasi penelitian pada bulan Januari – September 2007

Tanggal Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September ---------------- CH (mm) -----------------

1 13,1 4,4 4,1 11,0 0,0 10,6 0,6 0,0 12,82 28,6 3,8 2,1 0,0 7,5 39,8 17,4 0,0 3,93 16,2 1,3 1,7 9,2 32,6 13,3 0,0 24,3 9,14 0,0 1,7 0,0 0,0 15,5 7,1 0,0 0,0 2,45 3,2 0,0 0,0 5,7 0,0 9,1 24,9 0,0 3,26 26,5 0,0 31,2 1,4 40,6 7,1 0,4 0,0 14,47 16,9 10,5 5,2 2,2 42,2 15,0 22,1 0,0 8,48 5,2 0,0 3,1 0,0 0,0 60,1 1,2 0,0 0,09 0,0 15,7 2,4 0,0 0,0 50,4 1,5 4,7 0,0

10 1,7 3,8 39,6 20,8 0,0 2,9 0,8 17,7 0,011 16,6 15,3 5,2 9,7 1,8 37,1 0,0 15,0 0,012 3,6 2,1 0,0 0,0 2,3 2,1 0,0 22,5 0,013 0,0 1,8 17,3 3,6 1,4 10,7 3,4 18,6 0,014 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 15,3 8,0 15,9 0,015 1,6 20,8 0,0 5,5 0,0 24,8 1,6 0,0 0,016 0,0 19,3 5,8 5,2 0,0 9,7 9,1 0,0 0,017 0,0 4,9 0,0 0,0 3,1 26,5 0,4 14,0 0,018 3,1 9,1 5,3 0,0 3,4 0,0 2,8 16,2 0,019 9,1 16,4 0,0 16,1 5,3 1,0 0,6 0,0 0,020 1,4 6,2 4,2 0,0 0,0 0,4 34,9 1,1 0,021 1,3 1,3 0,0 4,0 0,0 1,3 10,6 3,5 0,022 1,7 1,5 6,0 5,2 0,0 0,7 5,0 1,8 0,023 0,0 2,0 1,3 0,0 32,5 2,0 8,4 3,0 3,324 0,0 0,0 1,4 8,6 2,4 0,0 0,8 8,6 0,025 4,4 0,0 29,6 21,4 2,1 0,0 0,0 0,0 0,026 3,2 0,0 32,0 13,5 1,9 4,8 0,6 0,0 0,027 7,6 4,0 3,2 4,6 27,4 0,0 19,0 0,0 0,028 1,9 5,5 0,0 5,5 17,2 0,0 0,4 0,0 0,029 1,2 9,6 5,0 0,0 2,1 1,6 0,0 0,030 2,1 0,0 1,3 6,2 4,6 17,2 0,0 0,031 3,3 0,0 3,0 0,0 0,0

Jumlah 173,7 151,3 210,4 159,5 248,2 358,6 193,5 166,8 57,5Rata-rata 5,6 5,4 6,8 5,3 8,0 12,0 6,2 5,4 1,9

Tabel Lampiran 10. Nilai EI30 lokasi penelitian pada saat pelaksanaan penelitian

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9Rain 17,37 15,13 21,04 15,95 24,82 35,86 19,35 16,68 5,75Days 17,63 15,75 12,90 13,33 11,65 20,83 20,16 6,32 2,13Max 2,86 2,08 3,96 2,14 4,22 6,01 3,49 2,43 1,44EI30 bulanan 171,18 66,09 152,18 77,35 201,67 288,92 104,27 124,04 43,20R* 1228,90

Ket: * nilai R (indeks erosivitas hujan tahunan) merupakan penjumlahan dari EI30 bulanan (indeks erosivitas hujan bulanan)

Page 135: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

117

Tabel Lampiran 11. Rata-rata curah hujan harian stasiun Kendari sepuluh tahun terakhir (1998 – 2007)

Tanggal Bulan Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

CH (mm) 1 3.2 3.1 7.0 7.2 8.0 3.4 0.6 1.5 0.0 0.0 0.0 3.1 2 4.1 8.7 4.5 11.0 0.0 24.4 0.6 2.8 0.0 0.0 1.4 1.4 3 3.2 10.8 22.1 3.0 4.9 0.8 0.0 3.3 3.6 0.0 2.5 4.3 4 2.7 5.5 2.4 3.8 3.5 2.7 0.7 1.5 0.0 0.0 1.4 35.3 5 7.4 14.5 2.3 0.0 4.6 1.1 4.4 1.5 0.0 4.2 0.0 2.9 6 2.9 5.4 0.0 2.7 8.2 0.9 2.6 6.0 0.0 3.1 1.4 3.7 7 10.7 2.4 1.3 15.4 3.7 2.4 2.0 1.2 1.4 1.1 5.9 0.0 8 9.0 4.8 1.5 1.5 7.2 5.8 3.6 1.3 0.0 0.0 0.0 3.6 9 4.3 13.9 0.0 3.5 19.9 1.6 8.4 0.0 1.8 1.3 4.3 3.8

10 2.7 7.3 3.7 7.2 1.0 2.8 23.1 1.8 0.0 2.9 1.6 4.0 11 21.2 2.1 7.3 3.2 1.4 5.6 0.6 0.0 1.1 0.0 3.6 0.0 12 4.5 4.5 17.3 1.3 2.1 3.6 1.4 0.0 0.8 0.0 0.0 7.8 13 0.0 7.5 2.9 3.0 3.6 2.2 0.8 1.4 0.0 1.2 10.2 32.5 14 4.3 10.5 1.8 2.2 1.3 11.2 0.8 1.3 0.0 2.0 1.3 1.7 15 5.9 0.0 3.5 22.4 0.0 1.9 3.2 1.2 0.0 0.0 1.8 7.2 16 3.4 8.5 2.4 1.2 1.5 0.9 0.0 7.1 1.6 2.3 1.3 5.8 17 5.4 23.3 2.5 2.4 3.2 5.6 2.0 9.8 0.0 0.0 2.1 7.7 18 5.8 15.6 4.3 3.3 14.2 6.5 4.1 1.6 0.0 22.8 1.6 3.1 19 8.8 14.8 3.1 2.2 1.3 10.0 1.3 2.0 0.7 1.3 1.6 3.8 20 4.9 4.6 5.8 0.0 1.6 1.4 1.4 2.6 0.8 0.0 1.5 2.4 21 5.8 1.7 3.8 3.1 4.4 2.7 4.7 0.0 0.0 2.4 5.2 3.9 22 5.3 7.9 4.3 1.9 1.9 2.0 1.2 5.2 0.0 0.0 1.6 1.8 23 30.6 1.8 5.9 2.0 1.4 2.7 13.8 1.2 0.0 0.0 2.8 2.4 24 10.4 13.4 27.5 29.7 2.7 3.7 1.9 0.0 3.4 0.0 2.0 2.0 25 5.1 5.4 3.1 4.3 0.0 0.8 1.6 0.0 0.8 9.2 0.0 3.9 26 7.8 2.9 4.5 2.8 11.8 3.3 0.7 1.3 0.0 0.0 4.7 13.1 27 0.0 1.8 3.3 3.4 4.1 0.8 1.0 3.1 0.0 0.0 7.1 2.0 28 7.1 7.5 9.7 4.6 2.2 0.8 0.0 7.7 0.0 1.5 31.2 0.0 29 4.3 5.0 5.3 2.5 0.0 1.5 2.1 0.0 1.3 3.5 1.4 30 11.9 7.7 1.5 4.2 0.0 5.6 0.0 0.0 0.0 4.0 1.5 31 0.0 4.2 1.9 1.3 3.2 2.4 2.6 2.9

Jumlah 202.5 210.3 174.5 154.9 128.1 111.5 94.5 71.5 18.1 58.9 105.1 168.8 Rata-rata 6.5 7.5 5.6 5.2 4.1 3.7 3.0 2.3 0.6 1.9 3.5 5.4

Tabel Lampiran 12. Nilai EI30 bulanan Bulan Jan. Feb. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des. RAIN 20.25 21.03 17.45 15.49 12.81 11.16 9.45 7.15 1.81 5.89 10.51 16.88DAYS 25.29 26.04 27.13 26.13 25.29 26.13 26.13 19.2 3.23 7.26 20.83 25.29MAXP 3.06 2.34 2.75 2.98 1.99 2.44 2.31 0.77 0.36 2.28 3.12 3.53

EI30 102.5 91.47 86.79 82.92 58.16 58.52 50.26 22.84 5.523 35.18 63.76 96.66

Page 136: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

118

Tabel Lampiran 13. Perhitungan nilai Tolerable Soil Loos (TSL)

Diketahui:

• Kedalaman efektif: 110 cm

• Sub order: udult

• Nilai faktor kedalaman 0,8 (Tabel Lampiran 5)

• Kedalaman ekivalen 1100 mm x 0,8 = 880

• Umur guna tanah: 400 th (waktu yang cukup untuk memelihara kelestarian

tanah

• Bulk Density: 1,02 Mg m-3

Penyelasaian:

= 2,2 x 10-3 m th-1

Untuk menentukan besarnya nilai erosi yang diperbolehkan per hektar per tahun,

maka nilai TSL dikali dengan luas tanah per hektar kemudian dikali dengan nilai

Bulk Density tanah sebagai berikut:

2,2 x 10-3 m x 10.000 m2 x 1,02 Mg m-3 = 22,44 Mg ha-1 th-1

= 22,44 ton ha-1 th-1

Jadi besarnya nilai erosi yang masih dapat dibiarkan pada lokasi penelitian

adalah 22,44 ton ha-1 th-1

ahgunaumurekivalenKedalamanTSLtan

=

12,2400880 −== thmmTSL

Page 137: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

119

Tabel Lampiran 14. Nilai faktor kedalaman tanah 30 sub order tanah (Hammer, 1981)

Taksonomi tanah (sub order)

Harkat kemerosotan sifat fisik dan kimia

Nilai faktor kedalaman tanah

Fisik Kimia Aqualf*) Udalf*) Ustalf Aquent Arent Fluvent*) Orthent Psamment Andept*) Aquept*) Tropept Alboll Aquoll Rendoll Udoll Ustoll Aquox Humox Orthox*) Ustox Aquod Ferrod Humod Orthod Aquult Humult Udult Ustult Udert Ustert

S S S S R R R R R R R T S S

R R R R R R R R R R S R S S R R

R R R R R R R R R S R S R R R R T R T T T S R S T R T T R R

0,90 0,90 0,90 0,90 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 1,00 0,75 0,90 0,90 1,00 1,00 0,90 1,00 0,90 0,90 0,90 0,95 1,00 0,95 0,80 1,00 0,80 0,80 1,00 1,00

Keterangan: *) berdasarkan deskripsi penuh profil tanah dan data laboratorium - Tanah-tanah dalam suatu sub order mempunyai keragaman yang besar. Penilaian ini adalah untuk tanah-

tanah yang umum terdapat di Indonesia saja

Page 138: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

120

Tabel Lampiran 15. Erosi tanah pada setiap pengamatan (ton ha-1) P1 P2 P3 P4 T1 T2 T3 8Des 1,67 1,15 2,48 1,97 1,53 1,93 1,62 8Des 1,02 2,00 2,06 2,25 1,11 1,48 1,59 8Des 1,89 1,78 2,59 2,10 1,19 1,84 1,86 18Des 1,10 1,50 2,38 1,24 1,68 2,28 1,88 18Des 1,55 1,09 1,13 1,32 1,14 1,69 1,62 18Des 1,10 1,21 1,24 1,45 1,52 2,04 1,64 11Januari 1,99 1,75 2,59 2,22 1,24 2,84 2,51 11Januari 1,97 1,84 2,61 2,17 1,18 2,48 2,53 11Januari 1,59 1,67 2,71 2,15 0,94 2,33 2,37 27Januari 1,74 1,95 2,31 2,09 1,42 2,72 2,43 27Januari 1,66 1,45 2,42 1,97 1,27 2,45 2,42 27Januari 1,28 1,44 2,59 2,00 1,35 2,42 2,02 17Februari 1,55 1,30 2,71 2,24 1,21 2,57 2,05 17Februari 1,50 1,21 1,98 2,05 0,95 2,22 2,15 17Februari 1,65 1,18 2,63 2,02 1,12 2,62 2,13 21Februari 1,63 1,26 2,40 2,09 1,10 2,44 2,05 21Februari 1,68 1,32 2,31 2,11 1,14 2,62 1,81 21Februari 1,89 1,31 2,54 2,07 1,25 2,67 1,33 18Maret 2,13 1,23 2,32 2,00 1,36 2,62 1,78 18Maret 1,32 1,23 2,13 2,22 1,30 2,38 1,67 18Maret 1,17 1,25 1,95 2,04 1,20 2,05 1,47 14April 1,00 0,89 1,86 0,99 0,91 1,71 0,93 14April 0,88 0,86 1,97 1,14 1,11 1,63 0,90 14April 1,09 0,91 1,71 1,77 0,79 2,08 1,24 15Mei 0,91 0,48 1,55 0,91 0,83 1,26 0,80 15Mei 0,93 0,60 1,41 1,18 0,89 1,42 0,78 15Mei 0,97 0,59 1,43 1,45 0,66 1,60 1,06 29Mei 1,01 0,65 1,40 0,69 0,44 1,55 0,82 29Mei 0,87 0,49 1,04 0,97 0,40 1,49 0,64 29Mei 0,92 0,44 1,42 0,85 0,28 1,63 0,82 7Juni 0,89 0,51 1,19 0,72 0,30 1,39 0,79 7Juni 0,97 0,57 1,63 0,82 0,39 1,60 1,00 7Juni 1,12 0,67 1,13 1,16 0,38 1,72 0,97 11Juni 1,28 0,83 1,59 1,20 0,42 1,99 1,27 11Juni 1,00 0,77 1,16 1,16 0,28 1,89 1,06 11Juni 1,32 0,89 1,34 1,08 0,38 2,08 1,00 18Juni 1,04 0,63 1,46 0,89 0,39 1,74 0,89 18Juni 1,22 0,84 1,45 1,05 0,37 1,93 1,13 18Juni 1,09 0,71 1,33 1,68 0,34 2,01 0,94 8Juli 0,80 0,58 0,98 0,92 0,31 1,48 0,66 8Juli 0,77 0,68 1,06 0,92 0,25 1,57 0,91 8Juli 0,96 0,60 1,37 0,89 0,37 1,63 0,86 21Juli 0,61 0,43 0,80 0,71 0,29 1,13 0,57 21Juli 0,57 0,46 0,80 0,71 0,20 1,04 0,73 21Juli 0,67 0,40 0,86 0,68 0,25 1,13 0,57 4Agustus 0,67 0,33 0,91 0,64 0,22 1,14 0,55 4Agustus 0,56 0,42 0,77 0,79 0,27 1,06 0,58 4Agustus 0,59 0,42 0,74 0,50 0,23 0,91 0,53 15Agustus 0,46 0,34 0,63 0,50 0,18 0,92 0,36 15Agustus 0,37 0,29 0,63 0,45 0,17 0,69 0,40 15Agustus 0,36 0,32 0,38 0,54 0,15 0,69 0,36 7September 0,13 0,08 0,14 0,18 0,07 0,25 0,07 7September 0,12 0,08 0,18 0,12 0,06 0,21 0,10 7September 0,11 0,08 0,20 0,13 0,05 0,24 0,09

Page 139: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

121

Tabel Lampiran 27. Rekapitulasi hasil analisis ragam terhadap variabel pengamatan pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan (P) dan perlakuan tindakan konservasi (T)

Peubah

Kuadrat Tengah (KT) Perlakuan Umur tanaman

kakao/kemiringan (P)

Tindakan konservasi

(T)

Interaksi(P*T)

Aliran permukaan (m3 ha-1 th-1) % hujan yang mengalir sebagai AP Erosi (ton ha-1 th-1) Rasio erosi/hasil tanaman kedelai Rasio erosi/hasil tanaman padi gogo Erosi pada setiap pengamatan (ton ha-1 th-1) Nilai faktor C Bulk density Porositas total Indeks stabilitas agregat Kadar air pada pF 1,00 Kadar air pada pF 2,00 Kadar air pada pF 2,54 Kadar air pada pF 4,20 Pori drainase sangat cepat Pori drainase cepat Pori drainase lambat Pori air tersedia Kapasitas infiltrasi konstan Tekstur (Pasir) Tekstur (debu) Tekstur (liat) Kehilangan N total melalui erosi Kehilangan NH3 melalui AP Kehilangan NO3 melalui AP Kehilangan NO2 melalui AP Kehilangan P2O5 melalui erosi Kehilangan PO4 melalui AP Kehilangan K2O melalui erosi Kehilangan K total melalui AP Kehilangan C-organik melalui erosi Kehilangan C-organik melalui AP

9778508,37**286,52**248,94**221,13**

85,86**P1=0,69**; P2=0,76**;P3=1,57**; P4=1,44**;

0,0168**0,0063**

9,04**1984,61**

101,30*37,68tn

89,71*35,53tn

54,68tn

36,22tn

22,77tn

7,33tn

1,23tn

3464,54**2941,39**

46,42tn

9755,47**0,038**

403,61**0,089**63,39**

421,44**17,97**

29520,81**137633,51**

11165911,52**

327,43**998,19**449,89**499,59**T1=0,70**;T2=1,38**;T3=1,32**;0,1336**0,0104**14,81**

4836,63**12,06tn

8,45tn

4,03tn

3,06tn

53,57tn

38,85tn

8,49tn

19,29tn

0,08tn

96,68tn

131,66tn

3,16tn

2155,05**0,033**

620,85**0,044**96,17**

571,09**39,40**

35622,07**289267,38**

178712,53tn

4,94tn

6,61tn

8,73tn

7,01tn

-

-

-

0,0002tn

0,0002tn

0,33tn

579,03**

28,24tn

42,86tn

39,65tn

1,61tn

28,33tn

10,38tn

14,70tn

31,03tn

0,86tn

175,59tn

84,80tn

20,63tn

360,70tn

0,003*61,39**0,017*2,84tn

12,05tn

2,44tn

468,64tn

9380,36tn

Ket: ** = berpengaruh sangat nyata * = berpengaruh nyata tn = tidak berpengaruh nyata

Page 140: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

122

Tabel Lampiran 28. Rekapitulasi hasil analisis ragam terhadap variabel pengamatan pada berbagai perlakuan umur tanaman/kemiringan (P) dan perlakuan tindakan konservasi (T)

Peubah

Kuadrat Tengah (KT) Perlakuan Umur tanaman

kakao/kemiringan (P)

Tindakan konservasi

(T)

Interaksi (P*T)

Kadar N total tanah Kadar P2O5 tanah Kadar K2O tanah Kadar C-organik tanah Kadar N total sedimen Kadar P2O5 sedimen Kadar K2O sedimen Kadar C-organik sedimen Kadar N AP Kadar PO4 AP Kadar K total AP Kadar C-organik AP Enrichment rasio N Enrichment rasio P Enrichment rasio K Enrichment rasio C Kapasitas tukar kation (KTK) tanah pH tanah Pertambahan diameter batang kakao Pertambahan diameter tajuk kakao Pertambahan tinggi tanaman kakao Anakan produktif padi gogo Hasil padi gogo Hasil kedelai

0,0044**33,095tn

9,82tn

0,29**0,1181**

303,793**112,69**

0,30tn

0,000054tn

0,286tn

30,74tn

0,0063tn

2,41**0,36*0,24tn

0,026tn

21,95*0,10tn

20,65**1164,82**

13,19**0,94tn

0,04tn

0,14*

0,0107*69,936*71,74**

0,23*0,0108*32,414tn

28,32tn

0,13tn

0,000050*0,260tn

35,58tn

0,0030tn

0,64tn

0,01tn

0,71**0,190tn

79,06**0,04tn

0,07tn

156,04**0,58tn

13,50*0,46*0,10tn

0,0003tn

5,070tn

2,59tn

0,06tn

0,0030tn

34,964tn

22,15tn

0,13tn

0,000066**0,835tn

20,66tn

0,0091tn

0,10tn

0,07tn

0,05tn

0,121tn

2,46tn

0,09tn

0,02tn

8,55tn

0,47tn

0,28tn

0,01tn

0,03tn

Ket: ** = berpengaruh sangat nyata * = berpengaruh nyata tn = tidak berpengaruh nyata

Tabel Lampiran 29. Hasil analisis usahatani untuk menentukan kelayakan usahatani berdasarkan standar kebutuhan hidup layak minimum

Perlakuan Penerimaan

usahatani Biaya

usahatani Pendapatan usahatani

Standar KHL

T2

T3

-------------------------Rp. ha-1---------------------------- 9.280.000

10.490.000

3.975.000

4.560.000

5.305.000

5.930.000

8.100.000

Page 141: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

123

Prosedur perhitungan analisis usahatani a. Penerimaan usahatani

Perlakuan T2 Padi gogo: rata-rata produksi padi gogo 1,49 ton ha-1 musim-1 dengan harga Rp. 2000 per kg. Kedelai: rata-rata produksi 1,26 ton ha-1 musim-1 dengan harga Rp. 5000 per kg. Total penerimaan: (1490 x 2000) + (1260 x 5000) = 2.980.000 + 6.300.000 =

Rp. 9.280.000

Perlakuan T3 Padi gogo: rata-rata produksi padi gogo 1,77 ton ha-1 musim-1 dengan harga Rp. 2000 per kg. Kedelai: rata-rata produksi 1,39 ton ha-1 musim-1 dengan harga Rp. 5000 per kg. Total penerimaan: (1770 x 2000) + (1390 x 5000) = 3.540.000 + 6.950.000 =

Rp. 10.490.000

b. Biaya usahatani

Perlakuan T2

- Biaya tenaga kerja untuk pengusahaan padi gogo:

• Persiapan lahan : Rp. 30.000 HOK-1 (tiga orang selama empat hari) (padi gogo) = Rp. 360.000 • Penanaman : Rp. 25.000 HOK-1 (tiga orang selama satu hari) (padi gogo) = Rp. 75.000 • Pemupukan : Rp. 20.000 HOK-1 (dua orang selama satu hari (padi gogo) dengan dua kali pemupukan) = Rp. 80.000 • Penyiangan : Rp. 25.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari (padi gogo) degan tiga kali penyiangan) = Rp. 300.000 • Pemanenan : Rp. 30.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari) (padi gogo) = Rp. 120.000

- Biaya tenaga kerja untuk pengusahaan kedelai: • Persiapan lahan : Rp. 30.000 HOK-1 (dua orang selama empat hari) (Kedelai) = Rp. 240.000 • Penanaman : Rp. 25.000 HOK-1 (tiga orang selama satu hari) (kedelai) = Rp. 75.000 • Pemupukan : Rp. 20.000 HOK-1 (dua orang selama satu hari (kedelai) dengan dua kali pemupukan) = Rp. 80.000 • Penyiangan : Rp. 20.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari (kedelai) dengan dua kali penyiangan) = Rp. 160.000 • Pemanenan : Rp. 25.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari) (kedelai) = Rp. 100.000 Subtotal : Rp. 1.590.000

Page 142: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

124

Perlakuan T3

- Biaya tenaga kerja untuk pengusahaan padi gogo

• Persiapan lahan : Rp. 30.000 HOK-1 (tiga orang selama empat hari) (padi gogo) = Rp. 360.000 • Penanaman : Rp. 25.000 HOK-1 (tiga orang selama satu hari) (padi gogo) = Rp. 75.000 • Pemupukan : Rp. 20.000 HOK-1 (dua orang selama satu hari (padi gogo) dengan dua kali pemupukan) = Rp. 80.000 • Penyiangan : Rp. 25.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari (padi gogo) degan tiga kali penyiangan) = Rp. 300.000 • Pemanenan : Rp. 30.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari) (padi gogo) = Rp. 120.000 • Pemangkasan strip A. Pintoi sebanyak 4 kali Rp. 25.000 HOK-1 (satu

orang selama satu hari),jadi total upah Rp. 100.000 • Pembenaman hasil pangkasan A. Pintoi sebanyak 2 Rp. 30.000 HOK-1

(tiga orang selama satu hari), jadi total upah pembenaman selama penelitian Rp. 180.000

- Biaya tenaga kerja untuk pengusahaan kedelai:

• Persiapan lahan : Rp. 30.000 HOK-1 (dua orang selama empat hari) (Kedelai) = Rp. 240.000 • Penanaman : Rp. 25.000 HOK-1 (tiga orang selama satu hari) (kedelai) = Rp. 75.000 • Pemupukan : Rp. 20.000 HOK-1 (dua orang selama satu hari (kedelai) dengan dua kali pemupukan) = Rp. 80.000 • Penyiangan : Rp. 20.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari (kedelai) dengan dua kali penyiangan) = Rp. 160.000 • Pemanenan : Rp. 25.000 HOK-1 (dua orang selama dua hari) (kedelai) = Rp. 100.000 • Pemangkasan strip A. Pintoi sebanyak 5 kali selama penelitian Rp.

25.000 HOK-1 (satu orang selama satu hari) dengan total upah pemangkasan selama penelitian Rp. 125.000

• Pembenaman hasil pangkasan A. Pintoi sebanyak dua kali selama penelitian Rp. 30.000 HOK-1 (tiga orang selama satu hari) dengan total upah pembenaman selama penelitian Rp. 180.000

Subtotal : Rp. 2.175.000

Sarana produksi untuk perlakuan T2 dan T3:

• Benih padi gogo : 30 kg ha-1 @ Rp.4.000 = Rp. 120.000 • Benih kedelai : 35 kg ha-1 @ Rp.8.000 = Rp. 280.000 • Pupuk untuk padi : urea 200 kg ha-1 @ Rp.1.500 = Rp. 300.000

SP-36 150 kg ha-1 @ Rp.2.000 = Rp. 300.000 KCl 100 kg ha-1 @ Rp.2.500 = Rp. 250.000

• Pupuk untuk kedelai : urea 50 kg ha-1 @ Rp.1.500 = Rp. 75.000 SP-36 100 kg ha-1 @ Rp.2.000 = Rp. 200.000 KCl 50 kg ha-1 @ Rp.2.500 = Rp. 125.000

Page 143: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

125

• Pestisida untuk padi : spontan 500 ml 1 botol = Rp. 50.000 • Pestisida untuk kedelai : Decis 250 ml 3 buah @ Rp. 27.000 = Rp. 81.000

Decis 250 ml 2 buah @ Rp.27.000 = Rp. 54.000 • Hand sprayer : 1 buah = Rp. 250.000 Subtotal : Rp. 2.085.000 Lain-lain: : Rp. 300.000

Total biaya yang dikeluarkan untuk T2 adalah Rp. 1.590.000 + 2.085.000 + Rp. 300.000 = Rp. 3.975.000 Total biaya yang dikeluarkan untuk T3 adalah Rp. 2.175.000 + 2.085.000 + Rp. 300.000 = Rp. 4.560.000

c. Pendapatan usahatani

Perlakuan T2: Pendapatan usahatani = 9.280.000 – 3.975.000 = Rp. 5.305.000

Perlakuan T3: Pendapatan usahatani = 10.490.000 – 4.560.000 = Rp. 5.930.000

Jika rumah tangga petani terdiri dari lima orang, harga beras Rp. 4.500 per kg dengan nilai ambang kecukupan pangan 240 kg per orang per tahun, maka:

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) minimum = (240 kg x 5 orang x Rp. 4.500) +

50% (5.400.000) = Rp. 8.100.000

Tabel Lampiran 30. Hasil analisis usahatani untuk menentukan kelayakan berdasarkan B/C ratio

Perlakuan Penerimaan

usahatani (Rp.) Biaya usahatani

(Rp.) B/C ratio

T2 T3

9.280.000 10.490.000

3.975.000 4.560.000

2,33 2,30

Prosedur perhitungan B/C ratio a. Penerimaan usahatani

Perlakuan T2 dan T3: Sama dengan perhitungan sebelumnya (Rp. 9.280.000 dan Rp. 10.490.000)

b. Biaya usahatani Perlakuan T2

- Biaya tenaga kerja sama dengan perhitungan sebelumnya Rp. 1.590.000

- Sarana produksi sama dengan perhitungan sebelumnya Rp. 2.085.000 - Lain-lain Rp. 300.000

Perlakuan T3 - Biaya tenaga kerja sama dengan perhitungan sebelumnya Rp. 2.175.000 - Sarana produksi sama dengan perhitungan sebelumnya Rp. 2.085.000 - Lain-lain Rp. 300.000

Page 144: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

126

Total biaya yang dikeluarkan untuk T2 adalah Rp. 1.590.000 + 2.085.000 + Rp. 300.000 = Rp. 3.975.000

Total biaya yang dikeluarkan untuk T3 adalah Rp. 2.175.000 + 2.085.000 + Rp. 300.000 = Rp. 4.560.000

c. B/C ratio

Perlakuan T2: 9.280.000/3.975.000 = 2,33

Perlakuan T3: 10.490.000/4.560.000 = 2,30

Tabel Lampiran 31. Perhitungan nilai erodibilitas tanah (K) Yang mana: K = Kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas A = Erosi tanah dari petak percobaan standar (L = 22 m; S = 9%) R = Erosivitas hujan Ket. * = rumus tersebut telah diuji pada kemiringan > 20% oleh Departemen Kehutanan ** = nilai ini didapat dari petak tanah yang baru dibuka/dibersihkan dari vegetasi alami pada tahun pertama pelaksanaan penelitian

Diketahui: Rata-rata erosi pada petak pembanding adalah 65,091 ton ha-1 th-1 (L = 10 m; S = 45%) Erosivitas hujan (R) = 1228,90 Penyelesaian:

*

922)(tan

4,16,0

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

SLAdarspetakErosi

pembandingpetakErosi

4,16,0

945

2210091,65

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

A

93,5091,65=

A

975,10=A

90,1228975,10

=K

01,00089,0 ==K **

Dengan demikian nilai erodibilitas = 0,01 dan termasuk ke dalam kelas erodibilitas yang sangat rendah yang berarti bahwa tanah tersebut sangat tahan terhadap erosi

RAK =

Page 145: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

127

Gbr. Lampiran 1. Diagram segitiga tekstur USDA dengan 12 nama kelas tekstur

Page 146: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

122

Lampiran 18. Data Aliran permukaan (AP), persentase hujan yang mengalir sebagai AP, erosi, nilai C, bulk density, porositas total, indeks stabilitas agregat, dan kadar air pF pada akhir penelitian

Perlakuan Ulangan AP % hujan erosi nilai C* BD Porositas Indeks Kadar air yang men- total s. agregat pF 1,00 pF 2,00 pF 2,54 pF

(m3 ha-1 th-1) galir sebagai AP (ton ha-1 th-1) (g.cm-3) (%) ------- (% volume) ------- P1 T1 1 2226,74 14,70 12,53 - 0,993 62,53 58,95 46,51 33,49 30,55 19

2 2391,27 16,39 10,23 - 1,037 60,87 59,26 42,48 29,42 25,56 19 3 2037,27 12,87 9,07 - 1,003 62,15 93,80 42,75 34,92 25,69 19

P1 T2 1 4761,81 31,64 29,74 - 1,051 60,34 31,35 48,39 35,60 34,37 21 2 4462,06 30,16 28,59 - 1,049 60,42 29,29 47,54 36,58 31,87 22 3 4382,30 28,93 32,57 - 1,022 61,43 34,18 43,00 42,09 34,19 19

P1 T3 1 3059,21 19,34 19,39 - 1,032 61,06 43,39 37,85 31,42 27,54 19 2 2895,92 19,50 18,28 - 1,018 61,58 47,00 43,75 28,28 25,16 16 3 3204,77 21,11 17,56 - 0,937 64,64 42,39 42,58 41,42 34,01 21

P2 T1 1 1659,47 10,97 7,69 - 0,975 63,21 93,43 49,37 37,17 30,15 23 2 1684,39 10,95 8,89 - 1,001 62,23 120,79 43,89 31,73 29,18 18 3 1646,06 10,69 8,74 - 0,949 64,19 136,01 36,92 24,43 21,01 15

P2 T2 1 3274,10 21,79 25,59 - 1,049 60,42 38,39 54,19 35,32 29,56 22 2 3134,70 20,15 21,47 - 1,030 61,13 46,57 53,66 36,84 33,12 21 3 3353,83 22,03 21,71 - 1,014 61,74 47,96 40,51 29,10 21,87 14

P2 T3 1 2384,58 15,68 15,18 - 0,941 64,49 71,07 52,53 39,56 34,04 11 2 2492,72 15,44 17,99 - 0,933 64,79 57,44 42,72 33,28 31,46 26 3 2059,13 13,27 16,65 - 1,012 61,81 60,66 54,75 41,94 36,88 14

P3 T1 1 3812,65 25,14 20,17 0,310 1,014 61,74 46,52 41,75 38,55 28,14 14 2 3295,10 23,85 16,48 0,253 1,059 60,04 47,88 44,62 40,86 24,05 13 3 3479,26 23,80 17,83 0,273 1,025 61,32 39,14 43,54 27,22 24,32 15

P3 T2 1 6166,14 40,45 41,89 0,644 1,083 59,13 33,71 37,06 22,97 21,70 13 2 4650,32 31,51 36,48 0,561 1,098 58,57 27,85 41,06 28,74 26,15 17 3 6216,51 41,29 36,68 0,563 1,071 59,58 29,39 37,23 29,52 24,96 17

P3 T3 1 4977,24 32,42 29,16 0,442 1,039 60,79 45,82 34,13 31,77 13,49 13 2 5055,52 34,14 27,05 0,397 0,945 64,34 40,76 37,95 28,95 20,15 16 3 4752,10 32,12 27,96 0,430 1,055 60,19 45,96 38,64 27,02 24,93 16

P4 T1 1 3495,48 23,52 15,22 0,237 1,043 60,64 69,86 39,18 35,00 27,29 16 2 3211,91 21,90 14,31 0,220 1,042 60,68 70,82 47,17 30,19 28,65 18 3 3645,70 25,55 14,19 0,218 1,018 61,58 62,66 37,48 30,35 29,08 21

P4 T2 1 5271,35 34,69 29,82 0,458 1,074 59,47 29,73 40,59 25,17 21,75 13 2 4858,71 32,66 32,91 0,506 1,077 59,36 35,63 42,55 27,36 22,45 16 3 5204,25 33,57 36,75 0,565 1,063 59,89 34,56 48,24 35,49 31,51 25

P4 T3 1 4374,81 28,55 24,44 0,376 1,022 61,43 61,55 49,64 33,16 30,91 16 2 4558,75 30,85 23,62 0,363 1,029 61,17 55,85 42,40 34,97 29,27 19 3 4283,86 28,24 23,83 0,351 1,044 60,60 56,13 34,44 33,08 29,26 19

= rata-rata erosi tanah pada petak tanpa tanaman (petak pembanding) untuk penentuan nilai faktor C adalah 65,091 ton.ha-1.th-1

Page 147: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

123

Tabel Lampiran 19. Data distribusi ukuran pori, infiltrasi, dan tekstur tanah pada akhir penelitian

Perlakuan Ulangan Distribusi ukuran pori* Kapasitas Infiltrasi

konstan Tekstur

PDSC PDC PDL PAT Pasir Debu L:iat ------- (% volume) ------- (mm jam-1) ------- (%) -------

P1 T1 1 16,02 13,02 2,94 10,85 1,5 70,91 19,73 9,36 2 18,38 13,07 3,86 5,85 1,7 57,13 20,97 21,90 3 19,40 7,83 9,23 5,80 1,1 60,84 26,82 12,34

P1 T2 1 11,95 12,79 1,23 12,79 0,3 55,22 29,74 15,03 2 12,87 10,97 4,71 9,66 1,7 38,51 45,94 15,56 3 18,44 0,90 7,91 14,55 1,1 48,67 21,61 29,73

P1 T3 1 23,21 6,43 3,88 7,59 4,2 44,32 41,53 14,15 2 17,83 15,47 3,13 9,07 1,5 50,28 34,52 15,19 3 22,07 1,15 7,42 12,74 1,7 16,64 53,55 29,82

P2 T1 1 13,83 12,20 7,02 6,24 1,5 59,06 23,06 17,88 2 18,34 12,16 2,55 10,86 2,8 69,48 19,36 11,16 3 27,27 12,48 3,43 5,74 2,8 54,07 24,53 21,40

P2 T2 1 6,23 18,86 5,76 6,94 2,0 73,47 19,21 7,32 2 7,48 16,82 3,72 12,04 2,7 51,09 25,51 23,40 3 21,22 11,41 7,23 7,15 2,8 67,30 20,98 11,72

P2 T3 1 11,96 12,97 5,52 22,67 2,7 65,43 17,33 17,24 2 22,07 9,44 1,82 4,96 1,8 69,69 23,16 7,15 3 7,06 12,80 5,06 22,07 1,7 56,15 23,49 20,36

P3 T1 1 19,98 3,20 10,42 13,29 1,7 21,53 61,45 17,02 2 15,42 3,76 16,81 10,85 2,0 24,10 54,39 21,52 3 17,78 16,33 2,90 8,53 2,0 18,15 63,45 18,40

P3 T2 1 22,07 14,09 1,27 8,16 0,1 15,36 67,11 17,53 2 17,51 12,31 2,60 9,06 2,0 22,31 60,02 17,67 3 22,35 7,71 4,57 7,80 2,0 21,83 58,34 19,83

P3 T3 1 26,66 2,36 18,28 9,55 1,8 13,27 69,19 17,53 2 26,39 9,00 8,80 3,57 1,5 16,77 63,72 19,50 3 21,54 11,62 2,09 8,88 1,4 16,00 68,65 15,35

P4 T1 1 21,47 4,18 7,71 11,04 1,6 15,82 58,22 25,96 2 13,51 16,98 1,54 10,37 2,9 25,48 53,10 21,41 3 24,11 7,12 1,27 8,02 2,8 31,62 42,72 25,66

P4 T2 1 18,89 15,42 3,42 8,31 2,1 28,68 47,78 23,54 2 16,81 15,19 4,92 6,41 2,9 33,52 47,97 18,51 3 11,65 12,74 3,98 6,51 2,7 39,71 43,15 17,14

P4 T3 1 11,80 16,47 2,25 14,28 1,5 13,53 59,73 26,74 2 18,77 7,43 5,70 9,71 1,7 30,71 53,80 15,49 3 26,17 1,36 3,82 9,59 1,9 51,15 35,64 13,21

Keterangan: P = Perlakuan umur tanaman/kemiringan * = PDSC (pori drainase sangat cepat); PDC (pori drainase cepat); T = Perlakuan tindakan konservasi PDL (pori drainase lambat); PAT (pori air tersedia)

Page 148: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

124

Lampiran 20. Data kehilangan hara N, P, K, dan C-organik melalui erosi dan aliran permukaan

Perlakuan Ulangan

Hara dan C-org. yang terangkut melalui erosi Hara dan C-org. yang terangkut melalui AP N total P2O5 K2O C-org. NH3 NO3 NO2 PO4 K total C-org.

------- (kg ha-1 th-1) ------- ------- (kg ha-1 th-1) ------- ton ha-1 th-1

P1 T1 1 13,78 2,55 1,54 255,61 0,10 12,66 0,21 18,38 106,88 10,47 2 8,18 2,10 1,88 145,27 0,11 14,50 0,17 18,88 102,82 11,96 3 9,07 1,85 2,01 175,93 0,10 12,08 0,12 11,22 99,83 8,56

P1 T2 1 26,77 5,56 7,00 446,13 0,25 31,19 0,26 36,50 238,09 26,19 2 31,45 9,23 6,25 566,05 0,12 22,12 0,19 29,14 209,72 13,83 3 32,57 9,40 7,77 667,64 0,15 26,36 0,22 26,95 223,50 16,65

P1 T3 1 23,26 5,29 4,11 343,11 0,17 13,94 0,05 25,82 177,43 17,13 2 14,62 3,88 5,57 254,09 0,17 14,16 0,11 17,31 136,11 17,38 3 21,08 4,24 3,65 337,22 0,12 14,40 0,15 18,58 153,83 15,70

P2 T1 1 9,99 1,63 0,86 174,46 0,11 10,85 0,11 10,88 91,27 10,29 2 9,78 1,74 1,36 180,46 0,07 9,67 0,10 12,46 80,85 7,07 3 6,99 2,81 0,84 125,90 0,10 9,60 0,07 11,70 82,30 9,55

P2 T2 1 20,47 7,75 3,91 529,73 0,18 26,93 0,08 26,89 180,08 14,73 2 8,59 4,49 2,06 216,86 0,18 24,89 0,15 22,00 166,14 19,12 3 19,54 4,75 2,43 462,36 0,19 28,56 0,04 19,40 184,46 19,79

P2 T3 1 15,18 3,73 2,54 252,00 0,13 13,68 0,14 12,70 126,38 12,64 2 21,59 3,98 3,70 372,37 0,13 13,00 0,15 17,74 122,14 12,46 3 18,31 3,36 3,02 299,62 0,10 10,34 0,10 14,05 102,96 9,47

P3 T1 1 78,68 8,19 4,18 476,12 0,18 21,19 0,38 29,06 221,13 19,83 2 39,54 5,63 3,74 425,07 0,14 16,79 0,19 21,79 154,87 15,82 3 57,06 5,12 3,50 433,29 0,17 20,14 0,25 23,39 167,00 18,79

P3 T2 1 58,65 12,07 3,55 506,88 0,38 31,95 0,56 33,38 302,14 25,90 2 76,61 12,83 7,36 689,47 0,29 25,31 0,35 27,78 279,02 25,58 3 91,69 10,86 8,59 788,55 0,40 35,58 0,58 51,64 360,56 36,68

P3 T3 1 90,40 8,82 5,32 542,37 0,29 41,08 0,22 28,29 258,82 19,41 2 86,57 11,18 6,17 524,86 0,29 29,50 0,33 33,57 247,72 28,82 3 78,29 8,74 5,32 450,17 0,26 35,29 0,18 27,65 242,36 17,58

P4 T1 1 51,74 4,89 3,19 383,46 0,19 20,30 0,11 22,64 216,72 20,62 2 47,21 4,09 3,05 326,17 0,15 17,93 0,10 18,45 176,66 16,70 3 31,22 3,44 2,89 212,87 0,22 23,96 0,14 21,87 185,93 21,87

P4 T2 1 71,57 9,67 6,11 468,19 0,27 34,71 0,29 34,48 279,38 29,52 2 105,30 10,02 7,76 812,77 0,21 42,87 0,23 36,07 281,81 25,75 3 106,58 15,21 9,51 882,07 0,27 31,81 0,35 41,63 281,03 28,10

P4 T3 1 92,88 10,39 5,25 525,49 0,21 26,00 0,25 26,87 205,62 17,94 2 87,40 9,03 5,25 578,76 0,26 34,17 0,22 37,50 227,94 21,88 3 83,42 8,94 4,62 543,41 0,27 28,16 0,27 33,12 209,81 22,28

gan: P = perlakuan umur tanaman/kemiringan T= perlakuan tindakan konservasi

Page 149: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

125

Lampiran 21. Data kadar C-organik dan N, P, K tanah, sedimen, dan aliran permukaan pada akhir penelitian

rlakuan Ulangan Kadar C-organik dan hara tanah Kadar C-organik dan hara sedimen Kadar C-organik dan hara AP

C-org. N

total P2O5 K2O C-org. N

total P2O5 K2O C-org. NH3 NO3 NO2 PO4 K

total ----- (%) ----- -- (mg 100g-1) -- ----- (%) ----- -- (mg 100g-1) -- - (%) - ------- (mg L-1) -------

T1 1 1,71 0,13 19,94 14,26 2,04 0,11 20,35 12,31 0,47 0,045 5,69 0,093 8,25 48 2 1,76 0,17 24,55 9,17 1,42 0,08 20,49 18,42 0,50 0,048 6,06 0,073 7,90 43 3 1,68 0,12 18,87 12,15 1,94 0,10 20,37 22,16 0,42 0,047 5,93 0,057 5,51 49

T2 1 1,64 0,18 19,03 18,52 1,50 0,09 18,70 23,52 0,55 0,053 6,55 0,055 7,67 50 2 1,49 0,16 24,62 15,49 1,98 0,11 32,28 21,86 0,31 0,028 4,96 0,044 6,53 47 3 1,70 0,19 25,19 17,28 2,05 0,10 28,85 23,87 0,38 0,034 6,02 0,051 6,15 51

T3 1 1,73 0,14 20,78 20,18 1,77 0,12 27,30 21,18 0,56 0,055 4,56 0,015 8,44 58 2 1,85 0,24 31,41 14,56 1,39 0,08 21,20 30,48 0,60 0,059 4,89 0,039 5,98 47 3 1,77 0,21 20,82 17,34 1,92 0,12 24,16 20,79 0,49 0,037 4,49 0,047 5,80 48

T1 1 1,98 0,14 21,23 8,37 2,27 0,13 21,24 11,21 0,62 0,065 6,54 0,066 6,55 55 2 2,02 0,17 24,15 9,65 2,03 0,11 19,58 15,27 0,42 0,040 5,74 0,059 7,40 48 3 1,99 0,15 22,18 11,52 1,44 0,08 32,18 9,60 0,58 0,059 5,83 0,043 7,11 50

T2 1 1,23 0,12 24,52 14,29 2,07 0,08 30,27 15,27 0,45 0,054 8,22 0,026 8,21 55 2 1,79 0,19 27,14 12,35 1,01 0,04 20,92 9,60 0,61 0,058 7,94 0,048 7,02 53 3 1,65 0,18 23,29 15,74 2,13 0,09 21,87 11,21 0,59 0,056 8,52 0,013 5,78 55

T3 1 1,88 0,23 32,73 15,78 1,66 0,10 24,55 16,74 0,53 0,056 5,74 0,058 5,32 53 2 2,01 0,15 23,24 13,24 2,07 0,12 22,11 20,59 0,50 0,052 5,22 0,058 7,12 49 3 1,72 0,21 29,07 18,16 1,80 0,11 20,18 18,13 0,46 0,049 5,02 0,049 6,82 50

T1 1 1,67 0,13 24,35 12,32 2,36 0,39 40,58 20,73 0,52 0,048 5,56 0,099 7,62 58 2 1,74 0,23 25,19 12,77 2,58 0,24 34,18 22,72 0,48 0,044 5,10 0,058 6,61 47 3 1,44 0,15 22,77 10,29 2,43 0,32 28,73 19,62 0,54 0,050 5,79 0,072 6,72 48

T2 1 1,43 0,15 31,21 12,25 1,21 0,14 28,82 8,48 0,42 0,061 5,18 0,091 5,41 49 2 1,89 0,21 27,08 14,26 1,89 0,21 35,18 20,18 0,55 0,063 5,44 0,076 5,97 60 3 1,82 0,18 28,83 13,50 2,15 0,25 29,62 23,43 0,59 0,065 5,72 0,094 8,31 58

T3 1 2,24 0,28 31,28 14,83 1,86 0,31 30,26 18,23 0,39 0,058 8,25 0,044 5,68 52 2 1,90 0,16 24,55 17,51 1,94 0,32 41,33 22,81 0,57 0,058 5,84 0,066 6,64 49 3 1,87 0,25 30,14 14,21 1,61 0,28 31,26 19,01 0,37 0,055 7,43 0,037 5,82 51

T1 1 1,72 0,17 25,14 13,41 2,52 0,34 32,12 20,95 0,59 0,053 5,81 0,032 6,48 62 2 2,04 0,15 20,17 14,21 2,28 0,33 28,57 21,34 0,52 0,047 5,58 0,031 5,74 55 3 2,13 0,21 20,11 9,82 1,50 0,22 24,23 20,35 0,60 0,061 6,57 0,038 6,00 51

T2 1 1,73 0,19 22,26 17,52 1,57 0,24 32,43 20,48 0,56 0,052 6,58 0,055 6,54 53 2 2,44 0,24 20,04 15,29 2,47 0,32 30,45 23,59 0,53 0,044 8,82 0,048 7,42 58 3 1,91 0,20 25,28 15,44 2,40 0,29 41,39 25,88 0,54 0,051 6,11 0,067 8,00 54

T3 1 2,15 0,25 28,47 15,14 2,15 0,38 42,52 21,46 0,41 0,049 5,94 0,057 6,14 47 2 2,12 0,23 34,18 17,73 2,45 0,37 38,24 22,22 0,48 0,057 7,50 0,049 8,22 50 3 2,78 0,28 19,91 14,89 2,28 0,35 37,51 19,37 0,52 0,062 6,57 0,062 7,57 49

gan: P = perlakuan umur tanaman/kemiringan T = perlakuan tindakan konservasi

Page 150: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

126

Lampiran 22. Data enrichment ratio, kapasitas tukar kation, pH tanah, pertumbuhan tanaman kakao, serta pertumbuhan dan hasil tanaman padi gogo dan kedelai

erlakuan Ulangan Enrichment ratio KTK pH H2O

Pertumbuhan kakao Pert,& prod. tan. semusim N P K C-org. me

100g-1 DT* DB* TT* APPG** Padi Kedelai

------ cm ------ (buah) --- ton ha-1 --- T1 1 1,05 1,05 1,20 1,47 12,01 4,80 31,60 0,45 4,26 2 0,67 0,86 2,48 1,09 13,07 5,50 29,70 0,40 4,83 3 1,07 1,10 2,23 1,40 13,42 4,70 30,70 0,51 4,90

T2 1 0,67 1,01 1,54 1,25 13,01 5,10 29,70 0,38 5,83 11 1,88 1,360 2 0,83 1,33 1,71 1,54 12,07 5,30 33,20 0,32 4,50 9 1,42 1,580 3 0,67 1,16 1,68 1,43 12,01 4,80 30,20 0,48 3,40 12 1,26 1,220

T3 1 1,01 1,34 1,34 1,35 21,82 5,50 30,00 0,47 5,37 11 1,79 1,470 2 0,43 0,69 2,42 1,08 20,42 5,40 34,00 0,39 6,70 13 1,83 1,620 3 0,67 1,18 1,48 1,36 15,42 4,50 38,60 0,55 4,90 12 1,80 1,440

T1 1 1,15 1,02 2,00 1,46 13,07 4,80 49,60 2,79 1,93 2 0,81 0,83 2,08 1,21 11,42 4,90 43,30 3,11 1,87 3 0,72 1,47 1,27 1,02 12,01 4,90 47,20 2,93 2,53

T2 1 0,98 1,26 1,45 2,05 11,01 5,70 49,80 3,14 2,23 10 1,50 1,280 2 0,41 0,99 1,21 0,91 11,62 4,90 54,40 2,66 2,40 8 1,92 1,130 3 0,72 0,96 1,06 1,65 15,62 4,60 54,50 3,10 2,53 12 1,12 1,370

T3 1 0,55 0,86 1,40 1,16 17,42 5,70 50,30 3,38 2,13 11 1,44 1,620 2 0,97 1,97 1,93 1,28 18,82 5,40 57,00 3,25 2,67 10 1,83 1,440 3 0,64 0,81 1,27 1,31 11,62 5,00 60,20 3,19 3,00 12 1,56 1,230

T1 1 3,20 1,69 2,15 1,72 17,01 4,90 32,40 0,41 4,90 2 1,15 1,38 2,15 1,76 15,07 5,40 33,20 0,36 4,53 3 2,32 1,28 2,37 2,06 14,42 4,80 29,70 0,38 3,97

T2 1 1,10 0,94 1,09 1,14 16,01 4,70 35,20 0,35 3,77 12 1,30 1,270 2 1,12 1,31 1,84 1,29 17,07 4,50 32,90 0,41 3,17 9 1,63 1,020 3 1,54 1,05 2,17 1,51 12,01 4,90 35,70 0,32 4,03 8 1,54 1,280

T3 1 1,24 0,98 1,58 1,00 22,07 4,50 37,00 0,43 3,30 11 1,79 1,100 2 2,17 1,70 1,58 1,32 21,82 4,80 39,10 0,40 3,07 12 1,55 1,240 3 1,26 1,05 1,70 1,06 12,01 5,30 39,30 0,40 5,40 12 1,68 1,290

T1 1 2,16 1,30 2,02 1,81 16,01 4,90 48,70 2,83 3,37 2 2,37 1,44 1,89 1,37 15,42 5,20 51,10 2,98 2,57 3 1,19 1,23 2,59 0,99 15,62 5,00 51,20 3,05 2,97

T2 1 1,43 1,48 1,47 1,23 15,07 5,00 54,80 2,90 2,63 8 1,26 1,230 2 1,50 1,55 1,92 1,23 15,01 4,90 55,30 3,01 2,03 10 1,77 1,150 3 1,59 1,66 2,03 1,54 16,82 5,20 47,30 3,01 2,63 11 1,26 1,190

T3 1 1,63 1,51 1,73 1,19 22,82 4,80 61,00 2,61 2,33 12 1,59 0,970 2 1,76 1,14 1,54 1,38 22,62 5,10 53,90 3,29 2,77 11 1,25 1,270 3 1,36 1,91 1,63 1,01 14,42 4,90 64,00 3,40 2,70 11 1,72 0,900

gan: P = perlakuan umur tanaman/kemiringan * DT = diameter tajuk DB = diameter batang TT = tinggi tanaman T = perlakuan tindakan konservasi ** APPG = anakan produktif padi gogo

Page 151: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

127

Tabel Lampiran 23. Suhu harian stasiun Kendari (oC)*

Tanggal Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

1 27,6 26,1 25,2 25,6 26,3 24,8 24,7 24,8 25,4 26,8 26,8 26,12 28,0 26,8 25,6 25,5 25,9 25,8 24,6 25,0 25,3 26,7 26,0 25,93 27,4 25,0 26,4 25,4 26,6 25,9 25,3 25,1 24,5 26,0 26,2 27,04 27,2 24,6 25,4 25,6 26,3 25,9 24,5 25,1 24,5 27,5 27,0 25,35 26,2 27,0 26,4 26,1 25,4 25,2 24,0 25,3 25,3 27,9 26,4 26,06 26,1 26,7 25,5 24,8 25,1 24,9 24,1 24,2 25,7 27,6 26,3 25,87 26,4 25,9 26,4 25,8 24,3 25,3 24,9 25,6 24,2 27,0 26,9 25,48 25,4 27,0 26,9 25,2 26,5 25,3 25,7 24,8 23,7 25,5 25,8 26,59 26,2 26,3 27,3 26,3 25,5 24,7 25,6 24,9 24,3 26,0 27,2 26,5

10 25,9 25,2 27,1 26,1 25,8 25,6 25,7 24,7 25,1 26,9 28,2 26,511 25,9 25,7 26,3 25,0 25,2 25,5 25,5 24,5 25,8 26,3 27,1 26,012 26,3 25,9 26,4 26,7 25,3 26,4 25,5 23,7 25,9 27,3 27,5 26,313 27,5 26,3 27,3 25,7 25,5 25,3 25,7 23,7 25,9 26,6 26,1 25,714 27,2 25,2 28,1 26,5 25,6 25,5 26,0 23,8 25,3 25,7 26,0 26,215 26,1 26,1 27,6 26,1 26,4 25,5 25,2 24,3 25,2 26,8 26,8 25,416 26,1 27,0 26,8 25,9 25,6 25,7 25,1 25,0 24,7 27,9 27,3 27,317 25,8 26,1 27,4 25,8 25,6 26,3 24,6 24,8 25,3 26,3 27,6 25,218 25,7 26,2 26,8 25,8 24,5 26,2 24,5 25,7 25,0 26,9 26,5 26,019 25,9 26,4 24,7 25,7 25,8 26,3 25,5 25,7 25,7 28,2 26,8 26,020 25,8 26,3 26,5 26,5 25,5 26,7 23,6 24,9 26,5 28,3 25,3 25,521 25,2 25,9 26,3 25,3 26,1 26,2 23,8 24,4 26,2 27,7 26,5 26,422 26,4 25,3 26,3 26,4 24,2 26,0 25,2 23,9 26,1 25,7 25,9 25,423 26,9 26,7 26,0 25,8 26,0 25,5 24,4 24,5 26,4 27,6 26,3 26,524 25,0 26,2 26,5 25,4 24,6 25,7 24,7 24,9 24,4 28,0 26,1 26,325 25,9 26,7 25,0 26,5 24,7 25,7 24,0 25,5 26,4 28,4 26,3 26,926 26,7 26,7 26,0 26,4 25,3 25,1 24,4 24,5 25,7 28,3 27,1 26,127 26,9 25,9 26,6 28,0 25,6 24,6 24,7 25,3 25,4 28,1 25,9 23,828 25,9 25,2 26,5 26,5 25,5 24,7 25,4 25,1 26,2 27,8 26,1 25,629 26,7 28,0 25,9 25,2 25,5 25,0 25,8 25,7 28,4 26,9 25,630 26,5 26,4 26,1 24,3 24,6 25,8 24,8 25,9 28,2 26,2 26,831 27,0 26,8 24,7 25,2 23,7 27,6 25,6

= Data suhu harian Tahun 2005 (sumber BPTP Kendari)

Page 152: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

128

el Lampiran 24. Curah hujan efektif stasiun Kendari 10 tahun terakhir (1998 - 2007)

ulan Dekade Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata

ri 1 13,6 45,9 46,9 40,3 10,3 26,9 0,0 32,6 39,0 83,6 37,7 2 17,9 11,3 34,7 211,9 48,8 2,3 0,0 57,5 21,4 26,6 48,0 3 10,6 30,0 9,4 421,9 12,2 74,0 0,0 17,3 0,0 20,1 66,1

uari 1 23,5 106,9 0,0 292,5 39,4 41,3 17,7 33,3 44,3 30,8 57,3 2 0,0 52,5 19,7 318,8 0,9 68,4 51,5 32,9 136,9 71,9 68,7 3 35,0 41,3 38,6 60,9 21,5 22,8 31,4 76,8 7,4 10,8 31,8

t 1 13,5 51,6 8,4 11,3 18,8 33,9 56,1 80,0 28,1 67,0 33,6 2 32,2 42,2 37,2 45,8 39,7 79,2 24,5 47,3 40,2 28,4 38,1 3 13,5 46,9 0,0 243,8 20,6 18,0 17,3 211,1 14,6 62,4 59,2 1 33,5 8,4 26,3 18,8 25,3 81,8 67,7 87,6 68,1 37,7 41,5 2 8,6 24,4 50,6 47,8 15,0 19,5 60,8 45,5 34,4 30,1 30,8 3 62,1 17,8 5,6 70,3 16,9 68,3 84,5 95,9 7,1 51,8 43,9 1 11,1 37,5 24,4 24,4 13,1 113,1 56,4 55,4 64,4 103,7 45,8 2 38,0 32,8 21,6 35,6 0,0 35,7 1,7 32,1 35,2 13,0 22,5 3 0,0 0,9 32,8 28,1 29,1 30,5 38,0 48,9 9,4 69,5 26,4 1 3,9 55,3 0,0 29,1 12,2 10,4 86,7 9,8 8,9 161,5 34,4 2 5,3 48,8 0,0 120,9 10,3 37,5 37,1 16,1 30,4 95,8 36,7 3 3,6 6,6 0,0 64,7 16,9 24,8 0,3 6,9 0,0 11,7 12,6 1 29,1 34,7 0,0 35,6 0,0 95,1 37,1 51,2 43,4 51,8 34,4 2 0,0 17,8 0,0 0,0 0,9 3,6 16,2 8,0 33,8 45,6 11,6 3 8,4 25,3 0,0 19,7 32,8 17,0 4,7 37,4 66,9 47,7 23,9

tus 1 0,0 33,8 0,0 64,7 0,0 17,1 0,6 7,1 14,0 35,0 15,7 2 0,0 49,7 0,0 0,0 0,0 34,5 1,8 4,7 51,8 77,5 20,2 3 0,0 64,7 0,0 4,7 0,0 23,6 1,2 24,0 34,7 12,7 15,3

mber 1 0,0 1,9 0,0 5,6 0,0 4,5 0,0 0,3 1,5 40,6 5,0 2 0,0 26,3 0,0 5,6 3,8 1,2 0,8 0,0 0,0 0,0 3,6 3 0,0 2,8 0,0 4,7 26,3 0,2 0,0 5,9 9,0 2,5 4,9

ber 1 0,0 27,2 0,0 7,5 0,0 32,4 0,2 3,9 13,5 0,0 9,4 2 0,0 17,8 0,0 20,6 16,9 3,9 3,3 139,4 0,0 0,0 22,1 3 0,0 15,0 0,0 12,2 15,0 0,2 0,0 44,6 27,0 0,0 12,7

mber 1 0,0 14,1 0,0 4,7 3,8 9,8 0,0 60,0 30,8 0,0 13,7 2 15,9 40,3 0,0 0,0 19,7 22,7 0,0 66,5 2,3 0,0 18,6 3 22,5 7,5 0,0 10,3 6,6 279,0 28,5 77,4 15,0 0,0 46,5

mber 1 22,5 28,1 73,1 0,0 24,4 127,1 57,2 49,1 3,0 0,0 36,4 2 30,0 20,6 126,6 11,3 8,4 171,6 28,1 76,7 41,3 0,0 54,0 3 39,4 9,4 75,0 11,3 20,6 6,8 28,8 49,1 23,3 0,0 26,1

Page 153: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

129

Tabel Lampiran 25. Neraca air tanaman padi gogo (CH > ETc) (KL = 27,94%; TLP = 18,35%; Kedalaman efektifi = 30 cm; Air tersedia = 28,8 mm)

Bulan Dekade CH ETO Kc Fase tumbuh ETc CH-ETc Water storage APWL KAT ΔΚΑΤ ETA Defisit Surplus

1 1 37,7 31,0 1,10 fase awal 34,1 3,5 83,8 0,0 28,8 0,0 34,1 0,0 3,5 2 48,0 29,6 1,10 fase awal 32,5 15,5 83,8 0,0 28,8 0,0 32,5 0,0 15,5 3 66,1 40,3 1,10 fase awal 44,4 21,8 83,8 0,0 28,8 0,0 44,4 0,0 21,8

2 1 63,0 28,9 1,10 vegetatif 31,8 31,1 83,8 0,0 28,8 0,0 31,8 0,0 31,1 2 75,3 29,2 1,10 vegetatif 32,1 43,3 83,8 0,0 28,8 0,0 32,1 0,0 43,3 3 34,6 29,0 1,10 vegetatif 31,9 2,7 83,8 0,0 28,8 0,0 31,9 0,0 2,7

3 1 36,9 29,5 1,25 veg,/generatif 36,9 0,0 83,8 0,0 28,8 0,0 36,9 0,0 0,0 2 41,7 31,6 1,25 generatif 39,5 2,2 83,8 0,0 28,8 0,0 39,5 0,0 2,2 3 64,8 30,2 1,25 generatif 37,8 27,0 83,8 0,0 28,8 0,0 37,8 0,0 27,0

4 1 45,5 27,5 1,25 generatif 34,3 11,2 83,8 0,0 28,8 0,0 34,3 0,0 11,2 2 33,7 28,6 1,00 fase akhir 28,6 5,1 83,8 0,0 28,8 0,0 28,6 0,0 5,1 3 48,0 29,6 1,00 fase akhir 29,6 18,5 83,8 0,0 28,8 0,0 29,6 0,0 18,5

5 1 50,3 27,9 1,10 fase awal 30,7 19,6 83,8 0,0 28,8 0,0 30,7 0,0 19,6 2 24,6 27,0 1,10 fase awal 29,7 -5,1 83,8 -5,1 24,1 -4,7 19,9 9,8 0,0 3 28,7 25,4 1,10 fase awal 27,9 0,8 83,8 0,0 28,8 0,0 27,9 0,0 0,8

6 1 37,8 26,5 1,10 vegetatif 29,1 8,7 83,8 0,0 28,8 0,0 29,1 0,0 8,7 2 40,2 28,5 1,10 vegetatif 31,4 8,8 83,8 0,0 28,8 0,0 31,4 0,0 8,8 3 13,5 26,6 1,10 vegetatif 29,2 -15,7 83,8 -15,7 16,7 -12,1 17,1 12,1 0,0

7 1 37,8 25,0 1,25 veg,/generatif 31,3 6,5 83,8 0,0 28,8 0,0 31,3 0,0 6,5 2 12,6 25,7 1,25 generatif 32,2 -19,6 83,8 -19,6 14,6 -14,2 18,0 14,2 0,0 3 26,0 24,9 1,25 generatif 31,2 -5,2 83,8 -24,8 12,2 -2,4 28,8 2,4 0,0

8 1 17,2 25,2 1,25 generatif 31,5 -14,3 83,8 -39,0 7,4 -4,7 26,7 4,7 0,0 2 22,0 24,1 1,00 fase akhir 24,1 -2,1 83,8 -41,1 6,9 -0,5 23,6 0,5 0,0 3 16,6 24,7 1,00 fase akhir 24,7 -8,1 83,8 -49,3 5,2 -1,7 23,0 1,7 0,0

9 1 5,4 24,7 1,10 fase awal 27,1 -21,7 83,8 -71,0 2,4 -2,8 24,4 2,8 0,0 2 3,8 27,1 1,10 fase awal 29,8 -26,1 83,8 -97,0 1,0 -1,4 28,4 1,4 0,0 3 5,1 28,2 1,10 fase awal 31,0 -25,9 83,8 -122,9 0,4 -0,6 30,4 0,6 0,0

10 1 9,4 31,6 1,10 vegetatif 34,7 -25,3 83,8 -148,2 0,2 -0,2 34,5 0,2 0,0 2 22,4 32,5 1,10 vegetatif 35,8 -13,4 83,8 -161,6 0,1 -0,1 35,7 0,1 0,0 3 12,7 35,6 1,10 vegetatif 39,2 -26,5 83,8 -188,1 0,0 -0,1 39,1 0,1 0,0

11 1 13,7 31,2 1,25 veg,/generatif 39,0 -25,3 83,8 -213,4 0,0 0,0 39,0 0,0 0,0 2 18,6 31,3 1,25 generatif 39,1 -20,5 83,8 -233,9 0,0 0,0 39,1 0,0 0,0 3 49,6 29,9 1,25 generatif 37,4 12,3 83,8 0,0 28,8 0,0 37,4 0,0 12,3

12 1 42,7 29,1 1,25 generatif 36,3 6,4 83,8 0,0 28,8 0,0 36,3 0,0 6,4 2 57,2 28,6 1,00 fase akhir 28,6 28,6 83,8 0,0 28,8 0,0 28,6 0,0 28,6 3 29,3 28,2 1,00 fase akhir 28,2 1,0 83,8 0,0 28,2 0,0 28,2 0,0 1,0

Page 154: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

130

Lampiran 26. Neraca air tanaman kedelai (CH > ETc) (mm) = 27,94%; TLP = 18,35%; Kedalaman efektif = 40 cm; Air tersedia = 38,36 mm) n Dekade CH ETO Kc Fase tumbuh ETc CH-ETc Water

storage APWL KAT DKAT ETA Defisit Surplus

1 1 37,67 31,0 0,45 fase awal 14,0 23,7 111,8 0,0 38,36 0,0 14,0 0,0 23,7 2 48,02 29,6 0,45 fase awal 13,3 34,7 111,8 0,0 38,36 0,0 13,3 0,0 34,7 3 66,15 40,3 0,45 vegetatif 18,1 48,0 111,8 0,0 38,36 0,0 18,1 0,0 48,0

2 1 62,96 28,9 0,45 vegetatif 13,0 49,9 111,8 0,0 38,36 0,0 13,0 0,0 49,9 2 75,34 29,2 0,45 vegetatif 13,1 62,2 111,8 0,0 38,36 0,0 13,1 0,0 62,2 3 34,63 29,0 1,05 generatif 30,4 4,2 111,8 0,0 38,36 0,0 30,4 0,0 4,2

3 1 36,85 29,5 1,05 generatif 31,0 5,9 111,8 0,0 38,36 0,0 31,0 0,0 5,9 2 41,666 31,6 1,05 generatif 33,2 8,5 111,8 0,0 38,36 0,0 33,2 0,0 8,5 3 64,798 30,2 0,45 fase akhir 13,6 51,2 111,8 0,0 38,36 0,0 13,6 0,0 51,2

4 1 45,504 27,5 0,45 fase akhir 12,4 33,1 111,8 0,0 38,36 0,0 12,4 0,0 33,1 2 33,668 28,6 0,45 fase awal 12,9 20,8 111,8 0,0 38,36 0,0 12,9 0,0 20,8 3 48,012 29,6 0,45 fase awal 13,3 34,7 111,8 0,0 38,36 0,0 13,3 0,0 34,7

5 1 50,331 27,9 0,45 vegetatif 12,6 37,8 111,8 0,0 38,36 0,0 12,6 0,0 37,8 2 24,561 27,0 0,45 vegetatif 12,1 12,4 111,8 0,0 38,36 0,0 12,1 0,0 12,4 3 28,708 25,4 0,45 vegetatif 11,4 17,3 111,8 0,0 38,36 0,0 11,4 0,0 17,3

6 1 37,769 26,5 1,05 veg,/generatif 27,8 10,0 111,8 0,0 38,36 0,0 27,8 0,0 10,0 2 40,207 28,5 1,05 generatif 29,9 10,3 111,8 0,0 38,36 0,0 29,9 0,0 10,3 3 13,531 26,6 1,05 generatif 27,9 -14,3 111,8 -14,3 26,39 -12,0 15,9 12,0 0,0

7 1 37,782 25,0 0,45 fase akhir 11,3 26,5 111,8 0,0 38,36 0,0 11,3 0,0 26,5 2 12,588 25,7 0,45 fase akhir 11,6 1,0 111,8 0,0 38,36 0,0 11,6 0,0 1,0 3 25,985 24,9 0,45 fase awal 11,2 14,8 111,8 0,0 38,36 0,0 11,2 0,0 14,8

8 1 17,223 25,2 0,45 fase awal 11,3 5,9 111,8 0,0 38,36 0,0 11,3 0,0 5,9 2 21,984 24,1 0,45 vegetatif 10,8 11,1 111,8 0,0 38,36 0,0 10,8 0,0 11,1 3 16,552 24,7 0,45 vegetatif 11,1 5,4 111,8 0,0 38,36 0,0 11,1 0,0 5,4

9 1 5,445 24,7 0,45 vegetatif 11,1 -5,7 111,8 -5,7 33,1 -5,3 5,8 5,3 0,0 2 3,7575 27,1 1,05 veg,/generatif 28,5 -24,7 111,8 -30,4 17,38 -15,7 12,7 15,7 0,0 3 5,1204 28,2 1,05 generatif 29,6 -24,4 111,8 -54,8 9,19 -8,2 21,4 8,2 0,0

0 1 9,4042 31,6 1,05 generatif 33,2 -23,8 111,8 -78,6 4,95 -2,6 30,6 2,6 0,0 2 22,429 32,5 0,45 fase akhir 14,6 7,8 111,8 0,0 38,36 0,0 14,6 0,0 7,8 3 12,654 35,6 0,45 fase akhir 16,0 -3,4 111,8 -3,4 35,13 -3,2 12,8 3,2 0,0

1 1 13,667 31,2 0,45 fase awal 14,0 -0,4 111,8 -3,7 34,8 -0,3 13,7 0,3 0,0 2 18,588 31,3 0,45 fase awal 14,1 4,5 111,8 0,0 38,36 0,0 14,1 0,0 4,5 3 49,642 29,9 0,45 vegetatif 13,5 36,2 111,8 0,0 38,36 0,0 13,5 0,0 36,2

2 1 42,708 29,1 0,45 vegetatif 13,1 29,6 111,8 0,0 38,36 0,0 13,1 0,0 29,6 2 57,158 28,6 0,45 vegetatif 12,9 44,3 111,8 0,0 38,36 0,0 12,9 0,0 44,3 3 29,275 28,2 1,05 veg,/generatif 29,6 0,4 111,8 0,0 37,99 0,0 29,3 0,0 0,4

Page 155: repository.ipb.ac.id · 2015-09-01 · SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Keefektifan Tindakan Konservasi Tanah dan Air dengan Metode Vegetatif

131