zaman modern

22
AWAL PERKEMBANGAN MIPA PADA ZAMAN MODERN FILSAFAT MIPA Disusun Oleh: Arrahim (201442500011) Tuti Fajariya (201442500019) Susi Susanti (201442500028) Siti Nurfadilah (201442500035) Kinda Sanazila (201442500058) R3A FISIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 1

Upload: riyadiilcham

Post on 21-Feb-2016

32 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Zaman Modern

AWAL PERKEMBANGAN MIPA PADA ZAMAN MODERN

FILSAFAT MIPA

Disusun Oleh:

Arrahim (201442500011)

Tuti Fajariya (201442500019)

Susi Susanti (201442500028)

Siti Nurfadilah (201442500035)

Kinda Sanazila (201442500058)

R3A FISIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN IPA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA 2015

1

Page 2: Zaman Modern

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah mengenai awal perkembangan MIPA pada zaman

modern.

Adapum makalah ini telah kami usahakan semakasimal mungkin dan

tentunya dengan bantuan berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih

kepada:

1. Irnin Agustina D.A., M.Pd sebagai Dosen Pembimbing

2. Teman-teman R3A Fisika yang telah membantu proses pembuatan

makalah ini, dan

3. Orang tua yang telah membantu baik secara moril maupun materil.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada

kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena

itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran.

Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, September 2015

Penyusun

2

Page 3: Zaman Modern

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................. i

Daftar Isi..................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................. 1

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Filsafat............................................................................ 2

2.2 Pengertian Ilmu Pengetahuan............................................................. 2

2.3 Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Modern............. 2

2.4 Aliran-aliran yang Muncul pada Zaman Modern Beserta Tokohnya.......4

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 10

3.2 Saran.............................................................................................. 10

Daftar Pustaka

3

Page 4: Zaman Modern

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah pemikiran para filosuf oleh dunia Barat telah dibagi menjadi tiga periode, yaitu pertama, zaman kuno yang terbagi dua periode, yaitu zaman pra-Socrates dan pasca-Socrates, di mana pada zaman ini terdapat kemajuan manusia. Kedua, zaman pertengahan, yakni zaman di mana alam pikiran didominasi oleh Gereja. Zaman ini telah menunjukkan kemunduran pemikiran manusia, kebebasan pemikiran sangat terbatas, perkembangan sains amat sulit dan perkembangan filsafat tersendat-sendat. Ketiga, zaman modern, yakni zaman sesudah abad pertengahan berakhir hingga sekarang.

Namun batas yang jelas tentang kapan abad pertengahan berakhir sulit ditentukan. Begitupun juga dengan zaman modern itu sendiri, masih terbagi-bagi lagi, yakni zaman Renaissance (14-17 M), zaman modern (17-19 M) dan zaman kontemporer (abad 20 dst). Jadi yang dimaksud zaman modern pada makalah ini adalah zaman modern pada abad 17-19 M yang membicarakan tentang sumber pengetahuan.

Terlepas dari pembatasan itu, yang jelas zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya. Kondisi semacam itulah yang hendak dihidupkan kembali pada zaman modern. Kebebasan berpikir sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan.

Sehubungan dengan hal-hal yang telah diuraikan di atas, penyusun mencoba mengkaji tentang filsafat zaman modern yang kami ambil dari beberapa referensi yang ada.

1.2 Rumusan Masalah1. Pengertian Filsafat.2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam.3. Sejarah perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Modern.4. Aliran-aliran yang Muncul Pada Zaman Modern Beserta Tokohnya.

1.3 Tujuan1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat MIPA.2. Untuk mengetahui pengertian filsafat.3. Untuk mengetahui pengertian IPA.4. Untuk mengetahui perkembangan MIPA pada zaman modern.5. Untuk mengetahui aliran yang muncul pada zaman modern dan tokohnya.

4

Page 5: Zaman Modern

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلس�فة. Kata filosofi yang diambil dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan kata aslinya, yang diambil dari bahasa Yunani Φιλοσοφία (philosophia). Arti harafiahnya adalah seorang "pencinta kebijaksanaan" atau "ilmu".

2.2 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu alam atau ilmu pengetahuan alam (bahasa Inggris: natural science) adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan di mana pun.

Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11)

2.3 Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Modern

Filsafat modern lahir melalui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance. Istilah ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti kelahiran kembali. Karena itu, disebut juga dengan

5

Page 6: Zaman Modern

zaman pencerahan (Aufklarung). Pencerahan kembali mengandung arti “munculnya kesadaran baru manusia” terhadap dirinya (yang selama ini dikungkung oleh gereja). Manusia menyadari bahwa dialah yang menjadi pusat dunianya bukan lagi sebagai obyek dunianya.

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh usaha besar dari Descartes untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman Modern).

Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan dunia modern. Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia, merupakan periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah Abad Kegelapan sampai muncul Abad Modern. Zaman ini juga disebut sebagai zaman Humanisme. Maksud ungkapan ini ialah manusia diangkat dari Abad Pertengahan yang mana manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran Gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia.

Jadi, zaman Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya secara esensial zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafat kita menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani (Renaissance), Individualisme, Humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.

Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya aneka aliran-aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan Empirisme. Selain kedua aliran itu, juga akan diketengahkan aliran-aliran besar lainnya yang ikut  berperan mengisi lembaran filsafat modern, yaitu idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.

Filsafat abad modern pada pokoknya ada 3 aliran:

1) Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).

2) Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292 M).

3) Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).

6

Page 7: Zaman Modern

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri.  Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat.  Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

2.4 Aliran-aliran yang Muncul Pada Zaman Modern Beserta Tokohnya

1. Aliran Rasionalisme

Kata rasionalisme terdiri dari dua suku kata, yaitu “rasio” yang berarti akal atau pikiran, dan “isme” yang berarti paham atau pendapat. Rasionalisme ialah suatu paham yang berpendapat bahwa “kebenaran yang tertinggi terletak dan bersumber dari akal manusia.” Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.

Rene Descartes (1596-1650)

Peletak fondasi aliran ini ialah Rene Descastes (Certasius/1596-1650) yang digelar sebagai “Bapak filsafat modern”. Descartes berasal dari Perancis, lahir tahun 1596 di sebuah kota bernama La Haye, dan wafat tahun 1650 di Stockholm. Karya pentingnya ialah Discours de la Methode (Uraian tentang Metode), terbit tahun 1637; Mediationes de Prima Philosophia (Renungan Tentang filsafat), terbit tahun 1641; dan Principia Philosophic (Prinsip-prinsip Filsafat), terbit tahun 1644. Semboyan dari aliran ini ialah ungkapan Descartes yang berbunyi: Cogito ergo sum/I think therefore I’m (saya berpikir maka saya ada).

Dari ungkapan sederhana ini, dapat diambil beberapa rumusan, sebagai berikut:

1. Eksistensi manusia yang paling sempurna ialah rasionya, sehingga rasio berperan sebagai “pengenal dirinya” sesuai dengan koherensi antara berpikir dan berada. Artinya keberadaan manusia terwujud/terkonsep setelah dia memikirkan dirinya.

2. Dengan rasio, manusia berhasil menemukan kesan (pengetahuan baru) tentang dirinya yang tidak atau kurang diketahui sebelumnya, kecuali melalui sumber lain, yaitu kitab suci.

7

Page 8: Zaman Modern

3. Rasio tidak hanya sebagai penemu kesan (pengetahuan dan kebenaran) melainkan kebenaran/pengetahuan hanyalah yang diperoleh melalui rasio tersebut.

Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan (lebih dahulu) segala sesuatu yang dapat diragukan. Mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat diindera, objek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode cogito tersebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Di dalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi (jaga). Begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi, dan kenyataan gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata,” Aku dapat meragukan bahwa aku duduk di sini dalam pakaian siap untuk pergi ke luar; ya, aku dapat meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis seperti itu, padahal aku ada di tempat tidur, sedang bermimpi.” Tidak ada batas yang tegas antara mimpi (sedang mimpi) dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-rasanya seperti bukan mimpi. Siapa yang dapat menjamin kejadian-kejadian waktu jaga (yang kita katakan sebagai jaga ini) sebagaimana kita alami adalah kejadian-kejadian yang sebenarnya, jadi bukan mimpi? Tidak ada perbedaan yang jelas antara mimpi dan jaga; demikian yang dimaksud oleh Descartes.

2. Aliran  Empirisme

Istilah empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau alat indra, dan ditambah akhiran isme, sebagai suatu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan/kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh/bersumber dari panca indra manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

Francis Bacon (1210-1292)

Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Jadi pemikiran Francis Bacon ini sangat bertentangan dengan pemikiran para filosof aliran rasionalis.

8

Page 9: Zaman Modern

Thomas Hobbes (1588-1679)

Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data inderawi belaka.

3. Aliran Kriticisme

Pendirian aliran Rasionalisme dan Empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasiolah sumber pengenalan atau pengetahuan, sedang Empirisme sebaliknya berpendirian bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber tersebut.

Aliran ini mencoba untuk memadukan perbedaan pendapat kedua aliran tersebut dengan tokohnya adalah Immanuel Kant (1724-1804). Ia mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini.  Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh.  Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.  Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia.

Untuk menghilangkan pertentangan di antara rasionalisme dan empirisme, Kant mengadakan pemaduan di antara dua aliran ini dalam hal perumusan kebenaran. Dalam kaitan ini Kant mengatakan:

“Pengetahuan merupakan hasil kerjasama dua unsur; pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman inderawi merupakan unsur a posteriori (yang datang kemudian), sedangkan akal budi merupakan unsur a priori (yang datang lebih dahulu).”

Kant mengkritik Empirisme dan Rasionalisme, karena keduanya hanya mementingkan satu dari dua unsur ini, sehingga hasilnya setiap kali berat sebelah. Padahal, katanya, pengetahuan selalu merupakan sintesis. Untuk       menekan pertentangan itu Kant megadakan tiga pembedaan perumusan kebenaran, yaitu akal budi (verstand), rasio (vernunft) dan pengalaman inderawi.

4. Aliran Idealisme

Terma idealisme berasal dari kata idea yang berarti gambaran atau pemikiran, dan isme yang berarti paham atau pendapat. Idealisme ialah

9

Page 10: Zaman Modern

suatu pandangan dunia atau metafisika yang menyatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, pikiran atau jiwa. Atau bisa disebut dengan aliran filsafat yang menjelaskan bahwa kebenaran/pengetahuan sesungguhnya bukan bersumber dari rasio atau empiri, melainkan dari gambaran manusia tentang suatu pengamatan.

J. G. Fichte (1762-1914)

Fichte adalah tokoh idealisme subyektif, yaitu pandangan bahwa sumber pengenalan/pengetahuan bukanlah rasio teoritis atau praktis seperti kata Immanuel Kant, melainkan pada aktivitas Ego. Pemikirannya didasarkan pada konsep Ego Mutlak; yang menemukan dan meneruskan pengertian-pengertian tentang obyek; ego tidak hanya sebagai “penemu”, melainkan kata Fichte sekaligus sebagai yang “menciptakan benda-benda” (obyek). Dengan demikian, peran manusia sebagai subyek sangat dominan di dalam menggagaskan sesuatu.

F. W. J. Schelling (1775-1854)

Schelling adalah tokoh idealisme obyektif sebagai kebalikan dari idealisme subyektif. Menurut Schelling, kebenaran gambaran tentang dunia tidaklah ditentukan oleh subyek (ego), melainkan oleh obyek pengamatan, yaitu bagaimana obyek itu menampilkan dirinya, atau bagaimana obyek menyadarkan subyek. Apabila aku (ego) menentukan kehendak, hal itu diharuskan oleh kemestian yang mendahului kehendak, yaitu seluruh obyek pengamatan kecuali sebagai pemberi kehendak, juga sebagai pemberi arah bahkan mampu merubah kehendak.

Hegel (1770-1831)

Hegel adalah tokoh idealisme mutlak, yang sangat berperan bagi penyemburnaan idealisme. Hegel berhasil menampilkan idealisme yang terpadu setelah dikoyak-koyak oleh Fichte dan Schelling. Apabila Fichte bersifat subyektif dan Schelling bersifat obyektif, maka Hegel melihat secara keseluruhan (totalitas).

Membuktikan kebenarannya yang mutlak itu, Hegel menyusun alur pikir yang disebut dengan dialektika, yaitu tesis, antitesis dan sintesis.

 5. Aliran Materialisme

Berasal dari “materi” yang berarti benda. Materialisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa, kebenaran tidaklah ditentukan oleh gambaran, melainkan oleh benda dan seluruh kenyataan yang ada dirumuskan dan ditentukan oleh benda. Aliran ini memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka.

10

Page 11: Zaman Modern

Ludwig Feuerbach (1804-1872)

Menurutnya hanya alamlah yang ada. Manusia adalah alamiah juga seperti halnya benda seperti kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda  seperti kayu dan batu, tetapi materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya/pada prinsipnya/pada dasarnya manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi, batu, atau pohon, tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.

Karl Marx (1818-1883)

Pokok pemikiran  Marx diambil dari ajaran Filsafat Hegel dan Filsafat Feurbach. Dari Hegel diambil metode dialektikanya dan mengenai sejarah, sedang dari Feurbach diambil teori materialismenya. Ajaran filsafat Karl Marx disebut juga materialisme dialektika, dan disebut juga materialisme historis. Disebut sebagai materialisme dialektika karena peristiwa kehidupan yang didominasi oleh keadaan ekonomis yang materiil itu berjalan melalui proses dialektika: tese, antitese dan sintese. Disebut materialisme historis, karena menurut teorinya, bahwa arah yang ditempuh sejarah sama sekali ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi yang materiil.

6.  Aliran Positivisme

Istilah positivisme berasal dari kata “positive” yang berarti “jelas dan bisa digambarkan serta bermanfaat”. Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif. Sesuatu di luar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.

Menurut aliran ini, pemikiran manusia mengalami perkembangan, mulai dari yang sangat sederhana, sampai yang modern, yaitu positif. Pada tahap ini manusia hanya mempercayai yang riil saja berdasarkan ilmu positif (science positive) yang didasarkan pada pengamatan (observasi) dan percobaan langsung (eksperimentasi). Melalui dua pembuktian ini, segala yang berbau metafisis dibuang, karena tidak bisa dibuktikan dengan dua pendekatan tersebut.

Tokoh aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1857), ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.

11

Page 12: Zaman Modern

Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan Empirisme dan Rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metoda ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan Empirisme plus Rasionalisme.

7. Aliran Fenomenologi

Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phainomenon yang mengandung tiga pengertian saling terkait, yaitu “yang langsung nampak, sesuatu yang langsung menampakkan diri tetapi masih terselubung dan proses penampakkan”. Berpijak pada tiga pengertian di atas, maka fenomenologi  menurut istilah yang dikembangkan ialah “filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan hasil deskripsi intuitif manusia terhadap suatu obyek sesuai dengan penampakan diri (fenomena) obyek tersebut”.

Jadi aliran ini berbeda dengan rasionalisme (subyektif), empirisme (obyektif) dan idealisme (idealistik). Maka fenomenologi menggabungkan di antara subyek (manusia), obyek (yang diamati) dengan cara pengamatan secara intuitif.

Edmund Husserl (1859-1938)

Beliau adalah filosof Jerman dan pendiri Fenomenologi. Pemikiran terpentingnya adalah:

1. Teori kebenaran; menurut Husserl kebenaran haruslah digabung di antara subyek dengan obyek. Obyek diberi kesempatan memperkenalkan dirinya kepada subyek yang mengamati, sesuai dengan semboyan zurukh zu den schen selbs (kembalilah kepada benda-benda sendiri).

2. Tiga jenis reduksi; agar intuisi dapat menangkap gejala-gejala di atas secara benar, maka manusia harus melepaskan diri dari pengalaman-pengalaman dan gambaran sebelumnya yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Caranya ialah dengan tiga jenis reduksi, yaitu: reduksi fenomenologis,  reduksi eiditis, reduksi fenomenologi transendental.

12

Page 13: Zaman Modern

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah penulis susun, maka didapat kesimpulan:

1. Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.

2. Ilmu alam atau ilmu pengetahuan alam (bahasa Inggris: natural science) adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan di mana pun.

3. Perkembangan MIPA pada zaman modern ini terdapat beberapa aliran yang dicetuskan oleh beberapa tokoh. Aliran tersebut diantaranya : rasionalisme, empirisme, kriticisme, idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi,dll.

3.2 Saran

Dari paparan materi yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa tokoh yang mengembangkan aliran-aliran mengenai filsafat pada zaman modern. Beberapa tokoh mengatakan hal yang berbeda mengenai filsafat ilmu pengetahuan. Pembaca perlu memahami secara rinci dari setiap tokoh aliran filsafat yang ada agar tidak terjadi kesalah pahaman mengenai pengertian dan juga perkembangan filsafat ilmu pengetahuan tersebut. Pembaca di harapkan dapat membedakan setiap aliran yang ada dengan adanya materi yang telah penyusun tulis di atas.

13

Page 14: Zaman Modern

Daftar Pustaka

https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/08/perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-era-modern/ (diakses pada: 8 September 2015, pukul 11.00)

Hamersma, Harry.1984. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta: PT Gramedia.

Nasution, Hasan Bakti. 2001. Filsafat Umum. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Poedjawijatna, I.R.2005. Pembimbing Ke Arah Filsafat. Cet. 12. Jakarta: Rineka Cipta.

Syadali, Ahmad dan Mudzakir. November 1997. Filsafat Umum. Cet. 1. Bandung: Pustaka Setia.

Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Ilmu: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Cet. 12. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

TIM Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_alam (diakses pada: 8 September 2015, pukul

11.05)

https://id.wikipedia.org/wiki/filsafat (diakses pada: 8 September 2015, pukul

11.10

14