yoghurt dan proses pembuatannya
TRANSCRIPT
2.2 Starter Yoghurt
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu. Starter atau bibit yang
digunakan adalah bakteri asam laktat Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus
thermophillus dengan perbandingan yang sama. Karena digunakan bakteri laktat
yang mampu memproduksi asam laktat, maka produk yang terbentuk berupa susu
yang menggumpal dengan rasa asam dengan mempunyai cita-rasa yang khas
(Anonimous, 2010).
2. 3 Pembuatan Yoghurt
Selain dibuat dari susu segar, yoghurt juga dapat dibuat dari susu skim
(susu tanpa lemak) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu,
tergantung kepada kekentalan produk yang diinginkan. Selain dari susu hewani,
belakangan ini yoghurt juga dapat dibuat dari campuran susu skim dengan susu
nabati (susu kacang-kacangan). Sebagai contoh, yoghurt dapat dibuat dari kacang
kedelai, yang sangat populer dengan sebutan "soyghurt". Yoghurt juga dapat
dibuat dari santan kelapa, yaitu yang disebut dengan "miyoghurt". Prinsip
pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan menggunakan bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua macam bakteri
tersebut akan menguraikan laktosa (gula ásusu) menjadi asam laktat dan berbagai
komponen aroma dan citarasa. Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada
pembentukan aroma, sedangkan Streptococcus thermophilus lebih berperan pada
pembentukan citarasa yoghurt. Yoghurt yang baik mempunyai total asam laktat
sekitar 0,85-0,95%. Sedangkan derajat keasaman (pH) yang sebaiknya dicapai
oleh yoghurt adalah sekitar 4,5 (Susanto, 2005).
Pembuatan yogurt relatif mudah karena mengandalkan bakteri apa saja
yang ada pada susu segar saat itu, terutama bakteri asam laktat pembuat yogurt.
Sebelum digunakan untuk pembuatan yogurt, susu segar harus disterilkan
(dipasteurisasi) dahulu dan kemudian dibibiti sejumlah bakteri yogurt. Dengan
demikian bakteri yang akan berkembang biak adalah bakteri yogurt. Apabila
bakteri yogurt ini cukup "merajalela" dalam susu, kehadiran sebagian besar
bakteri lain akan dihambat oleh kondisi asam yang diciptakannya. Culture adalah
sejumlah awal bakteri serbuk atau yogurt yang ditambahkan ke dalam susu agar
berkembang biak dan mengubah susu menjadi yogurt. Sedangkan yogurt starter
adalah sejumlah bakteri yogurt yang telah diliofilisasi agar dapat awet disimpan
tanpa didinginkan. Untuk membuat yogurt, cukup dengan memasukkan bibit
serbuk. ke dalam susu (Widodo, 2002).
Langkah-langkah dalam pembuatan yogurt dapat diterangkan dari yang
paling mudah dan sederhana hingga yang menyerupai produk komersial. Cara
yang paling sederhana untuk pembuatan yogurt, bahan yang diperlukan hanyalah
susu dan bibit yogurt, serta peralatan dapur sederhana seperti panci dan sendok.
Segala macam jenis susu dapat digunakan untuk pembuatan yogurt, mulai dari
susu sapi dan kambing, kuda dan unta, susu nabati dari kedelai, kecipir, almond,
kacang tanah, santan, dan sebagainya. Variasi susu yang digunakan dapat berupa
susu segar, susu cair dalam botol/karton, susu krim, susu skim, atau susu bubuk
yang telah dicampur kembali dengan air. Meski demikian, sebaiknya tidak
menggunakan susu kental manis karena terlalu banyak mengandung gula. Juga
perlu diperhatikan bahwa ada produk susu cair dan bubuk yang mengandung
pengawet, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yogurt. Jenis susu seperti
demikian tidak dapat dijadikan yogurt. Secara prinsip cara pembuatan yogurt dari
susu nabati seperti susu kedelai sama saja seperti pembuatan yogurt lain, yaitu
dengan menambahkan sejumlah bibit yogurt pada susu. Hanya saja, karena yogurt
kedelai yang sudah jadi lebih sukar diperoleh, untuk pembuatan pertama terpaksa
digunakan bibit yogurt dari susu sapi. Yogurt kedelai sedikit lebih encer daripada
yogurt susu sapi (Rochintaniawati, 2010).
Pembuatan yogurt memerlukan suhu fermentasi yang kurang lebih
konstan. Karena suhu ruangan tempat menyimpan yogurt lebih dingin (25°C)
dibandingkan suhu fermentasi yang seharusnya (40–44°C), maka susu akan
menjadi dingin. Suhu konstan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti alat
pembuat yogurt listrik, menggunakan bola lampu dan kotak kardus atau
menggunakan baskom dan air hangat (Rochintaniawati, 2010).
2.4 Proses Pembuatan Yoghurt
Pembuatan yoghurt terdirí dari persiapan bahan, persiapan bibit, inokulasi
susu dengan bibit, fermentasi (inkubasi) dan pendinginan, perlakuan setelah
fermentasi (penambahan flavor/buah), pendinginan/pembekuan, dan pengemasan.
Persiapan bahan meliputi biang/starter yoghurt dan susu. Proses pembuatan
diawali dengan kultur bibit, mikroorganisme Lactobacillus bulgarius dan
Streptococcus thermophilus masing-masing dibiakkan dalam susu secara terpisah.
Pemanasan susu sebelum ditambahkan bibit merupakan suatu tahap yang penting.
Pemanasan biasanya dilakukan pada suhu 85°C selama 30 menit. Tujuan
pemanasan tersebut untuk mematikan bakteri dalam susu yang dapat
mengalahkan bakteri inokulan serta untuk menguapkan sebagian air agar
kekentalan susu sesuai untuk pertumbuhan bibit. Setelah pemanasan, starter
kemudian diinokulasikan pada media susu (Susanto, 2005).
Jumlah pemberian bibit campuran (yaitu L. bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus dalam jumlah yang sama) biasanya 2 – 5% dari media susu yang
digunakan. Inkubasi atau fermentasi yoghurt bisa dilakukan pada suhu kamar
ataupun suhu 45°C. Pada suhu lebih tinggi aktivitas mikroba akan semakin tinggi
juga. Inkubasi pada suhu kamar memerlukan waktu 14 sampai 16 jam, pada suhu
32°C waktu sekitar 11 jam, sedangkan inkubasi pada suhu 45°C hanya
memerlukan waktu sekitar 4 – 6 jam. Selama inkubasi, susu mengalami
penggumpalan yang disebabkan menurunnya pH akibat aktivitas kultur/bibit.
Pada mulanya Streptococus menyebabkan peningkatan pH hingga 5.0 sampai 5.5
selanjutnya pH menurun hingga 3.8 sampai 4.5 karena adanya aktivitas
Lactobacillus. Selain itu selama inkubasi akan terbentuk flavour karena
terbentuknya beberapa asam hasil metabolisme yaitu: asam laktat, asetaldehid,
asam asetat dan diasetil (Anonimus, 2010).
(Legowo, 2005).
2.5 Manfaat Yoghurt
Khasiat Yoghurt Bagi Kesehatan
1. Bersifat Antimikroba
Selain menghasilkan asam laktat, yoghurt juga menghasilkan zat yang
bersifat anti mikroba seperti asam asetat dan hydrogen peroksida, beberapa jenis
bakteri yang menghasilkan antibiotika yang mampu menjegah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri.
2. Mencegah timbulnya yeast Candida Albicans
Candida Albicans, sejenis jamur yang menyebabkan penyakit vaginitis
pada wanita. Vaginitis merupakan penyakit kelamin yang menimbulkan rasa gatal
dan tidak nyaman pada kemaluan wanita. Yoghurt dan prebiotik yang dikonsumsi
mampu mengendalikan pertumbuhan jamur Candida ini.
3. Mencegah Osteoporosis
Asam laktat yang dihasilkan yoghurt memproduksi metabolit yang
berhubungan dengan penyerapan kalsium dan fosfor. Selain itu yoghurt juga
membantu produksi vitamin K pada tubuh yang berperan penting dalam
metabolisme tulang.
4. Membantu proses pencernaan laktosa
Yoghurt dan minuman fermentasi lainnya lebih mudah dicerna dari pada
susu tanpa fermentasi. Yoghurt bisa menjadi alternatif bagi orang penderita
laktose intolerance (ketidakmampuan mencerna laktosa pada susu)
5. Membantu mencegah kanker dan tumor
Beberapa jenis bakteri Lactobasillus achidophilus dan Lactobasillus
bulgaricus telah menunjukan adanya efek antitumor. Selain itu, yoghurt bisa
memecah nitrosamin, yaitu zat bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Bakteri
pada yoghurt menghambat pertumbuhan sel-sel kanker dengan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Asam folat dan seng yang dikandung yoghurt dapat
mencegah kanker rahim dan kanker prostat.
6. Memproduksi beberapa jenis vitamin B
Yoghurt juga menghasilkan jenis vitamin B, seperti vitamin B3, B5, B6,
B9, dan B12.
7. Menjegah diare dan sembelit
Bakteri Laktobacillus acidophilus mampu menghentikan diare. Untuk
mengatasi sembelit, bakteri Bifidobacterium bifidum yang terdapat pada yoghurt
lah yang paling efektif. . Manfaat yoghurt dapat mengurangi atau membunuh
bakteri jahat dalam saluran pencernaan, dapat menormalkan kerja usus besar, dan
mengatasi konstipasi dan diare. Bakteri akan masuk dan tinggal di usus, lalu
memberi pengaruh positif terhadap keseimbangan mikroflora usus.
Mekanismenya dengan cara menurunkan efek racun dari bakteri yang merugikan
di usus.
8. Menurunkan kolesterol darah dan menstabilkan tekanan darah
Dalam proses fermentasi, bakteri yoghurt menghasilkan zat
Anticholesteremic Milk Factor yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit degeneratif. Bakteri asam laktat
dapat mendegradasi koleterol menjadi coprostanol,sehingga dapat menghindari
resiko penyakit jantung koroner. Peptida yang dihasilkan dari pemecahan protein
susu membentuk tripeptida yang berfungsi menghambat peningkatan tekanan
darah.
9. Menjaga kesehatan dan kecantik kulit
Yoghurt plain (tanpa rasa) dapat dimanfaatkan sebagai makser wajah.
Masker wajah dari yoghurt ini bermanfaat untuk merevitalisasi sel-sel kulit mati,
meremajakan kulit kusam, dan membantu mejaga kelembaban kulit sehingga kulit
tampak lebih halus, mulus dan sehat.
10. Menjaga kesehatan rongga mulut
Yoghurt mengandung enzim laktoperoksidase yang memiliki aktivitas
antimiroba dan biasa digunakan sebagai anti karies dalam pasta gigi. bagi anda
yang mengkonsumsi yoghurt secara rutin dapat memperbaiki kebersihan mulut
dari bakteri yang melapisi permukaan lidah dan mencegah halitosis (bau mulut),
dan mengurangi kemungkinan akumulasi plak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2010.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27056/Jurusan
%20TPG_Yoghurt%20.pdf?sequence=1
Legowo, AM. 2005.Diversifikasi Produk Olahan Dengan Bahan Baku
Susu.Pengembangan Forum Kerjasama Industri Pengolahan Susu. Undip.
Semarang.
Susanto. 2005. Susu Kambing Sebagai Bahan Dasar Yoghurt.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22196/.../Chapter%20II.pdf. Universtas
Sumatera Utara. Medan.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Rochintaniawati, D. 2010. Pembuatan Yoghurt. file.upi.edu/Direktori/.../JUR.../PEMBUATAN_YOGHURT.pdf.