yatin horti

Upload: yatin-dwi-rahayu

Post on 17-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Yatin Horti

    1/6

    YATIN DWI RAHAYU

    NIM. 1006578

    B. Pembahasan

    Praktikum kali ini dilakukan tiga kali perlakuan, perlakuan pertama sampel

    diblansing sedangkan perlakuan kedua sampel direndam dalam larutan Na-sitrat

    dan Na-metabisulfit kemudian perlakuan tiga seluruh sampel dibekukan. Pada kali

    ini bahan yang digunakan adalah wortel, jagung, kentang dan buncis. Sebelum

    diberi perlakuan seluruh bahan dicuci kemudian dipotong dadu, kecuali untuk

    jagung dipipil.

    1. Perlakuan BlansingBlansing adalah perlakuan panas yang pendek dengan air panas/uap panas

    sebelum pengalengan, pembekuan, pengeringan. Blansing dapat dilakukan dengan

    dua cara yaitu Dalam air mendidih, selama 1,5 12 menit, pada suhu 880C - 990C

    dan Dalam stim pada tekanan 1 atm dan suhu 1000C (Tjahjadi, 2008). Blansing ini

    bertujuan untuk menonaktifkan enzim peroksidase, katalase oksidase, fenolase

    dan enzim pembuat warna cokelat lainnya, mengurangi kadar oksigen dalam sel,

    mengurangi jumlah mikroba dan memperbaiki warna (Buckle, 1985).

    Hasil dari pengamatan wortel yang diberi perlakuan blansing terjadi

    perubahan tekstur menjadi lembek atau lunak, aroma wortel menjadi berkurang,

    dan warna wortel menjadi terang. Hasil pengamatan dari jagung yang diblansing

    warna lebih mencolok, rasa manis berkurang, dan tekstur menjadi lunak. Hasil

    pengamatan kentang yang diblansing mengalami perubahan tekstur menjadi

    lunak, warna yang menjadi pucat, rasa getir hilang, aroma khas kentang tercium.

    Hasil pengamatan dari buncis yang diblansing warna menjadi hijau tua, tekstur

    lunak, rasa menjadi manis, aroma khas buncis berkurang.

    Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat dilihat bahwa bahan yang

    telah diblansing memiliki warna lebih cerah, hal ini disebabkan oleh enzim yang

    terdapat dalam bahan (wortel, kentang, jagung, buncis) tersebut dinonaktifkan,

    terutama enzim polifenoloksidasi yang merupakan penyebab pencokelatan

    enzimatis, dan enzim katalase dan peroksidase. Selain itu, bahan yang telah

    diblansing memiliki tekstur yang lebih lunak. Hal ini karena blansing dapat

  • 7/23/2019 Yatin Horti

    2/6

    YATIN DWI RAHAYU

    NIM. 1006578

    menyebabkan pelenturan jaringan, sehingga bahan lebih mudah dimasukkan ke

    dalam kemasan.

    Aroma dari seluruh bahan mengalami perubahan yang berbeda ada yang

    lebih menyengat ada juga yang berkurang aromanya. Blansing dapat memperbaiki

    flavor seperti halnya dalam buncis, aroma getir kacang menjadi berkurang. Rasa

    bahan yang mengalami blansing terjadi perubahan yang berbeda pula, seperti

    halnya buncis dan jagung rasa manis berkurang, sedangkan kentang rasa getir

    hilang. Ketika blansing senyawa yang terdapat dalam bahan banyak yang terurai

    sehingga mengalami beberapa perubahan.

    2. Perlakuan Perendaman Na-Sitrat dan Na-MetabisulfitSitrat merupakan senyawa intermediet dari asam organik yang berbentuk

    kristal atau serbuk putih. Sitrat menghambat terjadinya pencoklatan karena dapat

    mengkompleks ion tembaga yang dalam hal ini berperan sebagai katalis dalam

    reaksi pencoklatan. Selain itu, asam sitrat juga dapat menghambat pencoklatan

    dengan cara menurunkan pH seperti halnya pada asam asetat sehingga enzim PPO

    menjadi inaktif (Winarno, 1997).

    Penambahan larutan sulfit sebagai senyawa antibrowning bekerja dengan

    cara membentuk ikatan disufida dengan enzim PPO sehingga menghambat

    pengikatan dengan oksigen. Selain itu sulfit juga dapat bereaksi dengan quinon

    yang dihasilkan dari oksidasi senyawa fenolik sehingga menghambat polimerisasi

    quinon membentuk pigmen melanin (coklat). Dengan adanya metabisulfit buah

    dan bahan pangan tampak lebih segar, cerah, dan lambat sekali mengalami

    pencoklatan (Margono, 1993).

    Secara garis umum memperlihatkan bahan yang direndam dalam larutan

    natrium mengalami pemucatan pada warna dan aroma yang berkurang. Ada

    beberapa bahan yang setelah direndam na-metabisulfit mengalami peningkatan

    aroma seperti pada kentang dan buncis. Warna pada bahan yang mengalami

    perendaman na-metabisulfit menjadi lebih pucat, mungkin ini disebabkan

    kandungan atau konsentrasi metabisulfit lebih banyak.

  • 7/23/2019 Yatin Horti

    3/6

    YATIN DWI RAHAYU

    NIM. 1006578

    3. Perlakuan PembekuanPembekuan adalah penurunan suhu di bawah 0oC yang mengakibatkan

    sebagian air dalam bahan pangan berubah menjadi es, sehingga tidak lagi tersedia

    untuk pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia. Pembentukan es ini

    efeknya sama seperti penurunan aktivitas air akibat pengeringan. Terhambatnya

    pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan yang beku disebabkan karena

    air tidak tersedia lagi, sedangkan terhambatnya laju reaksi-reaksi kimia

    disebabkan karena sistem larutan telah berubah menjadi padat sehingga air tidak

    lagi dapat berfungsi sebagai zat pelarut. Pengawetan dengan pembekuan terdiri

    dari dua proses yaitu pembekuan pangan pada umumnya -40oC, kemudian

    penyimpanan beku makanan tersebut pada suhu -180C (Thajadi, 2008).

    Bahan yang digunakan dalam perlakuan pembekuan merupakan bahan yang

    sebelumnya mengalami perlakuan blansing, perendaman Na-Metabisulfit,

    perendaman Na-Sitrat, dan yang tidak mengalami perlakuan. Hasil dari

    pengamatan wortel tanpa perlakuan yang mengalami pembekuan terjadi

    perubahan yang signifikan pada warna jingga yang berkurang, tekstur yang

    menjadi lebih lunak, dan berat yang berkurang. Hasil pengamatan dari wortel

    yang sebelumnya mengalami perlakuan blansing terjadi perubahan berat yang

    berkurang, tekstur yang sangat lunak, warna jingga tetap, dan aroma tidak

    mengalami perubahan.

    Hasil pengamatan jagung tanpa perlakuan setelah mengalami pembekuan

    terjadi perubahan warna menjadi pucat, tekstur lunak, bau tidak segar (busuk), dan

    rasa yang tidak enak. Jagung yang mengalami perlakuan blansing yang kemudian

    dibekukan terjadi perubahan pada warna menjadi kuning cerah, tekstur lebih

    lunak, aroma tetap segar dan rasa manis yang tetap. Sedangkan jagung yang

    mengalami perlakuan perendaman larutan natrium warna pucat bertambah, tekstur

    lunak.

    Hasil pengamatan pembekuan untuk kentang tanpa perlakuan warna

    menjadi coklat gelap, tekstur lunak, dan aroma kentang yang tercium. Kentang

    yang diblansing terlebih dahulu mengalami perubahan pada tekstur menjadi

    sangat lunak, rasa enak, aroma khas kentang, warna kentang tetap menjadi pucat.

  • 7/23/2019 Yatin Horti

    4/6

    YATIN DWI RAHAYU

    NIM. 1006578

    Kentang yang mengalami perlakuan perendaman larutan natrium terlebih dahulu

    terjadi perubahan warna menjadi pucat, aroma kentang tercium dan tekstur lunak.

    Hasil dari pengamatan buncis tanpa perlakuan mengalami perubahan tekstur

    menjadi lunak, rasa berkurang, warna menjadi pucat. Hasil pengamatan dari

    buncis yang mengalami blansing sebelum dibekukan terjadi perubahan aroma

    yang tidak tercium, tekstur menjadi lunak, dan warna menjadi hijau gelap. Buncis

    yang terlebih dahulu direndam dalam larutan natrium metabisulfit dan natrium

    sitrat mengalami warna pucat, khas buncis berkurang, tekstur menjadi lunak.

    Pemaparan hasil pengamatan di atas perubahan signifikan pada tekstur yang

    berubah menjadi lunak atau kehilangan turgor setelah 8 hari melakukan

    pembekuan yang dilanjut penyimpanan dalam suhu ruang. Pembekuan dan

    peleburan menyebabkan membran sel rusak tertusuk es, sehingga sifat permeable

    selektif sel hilang dan turgor hilang. Akibatnya jaringan sayur dan buah menjadi

    lembek (lunak) dan cairan sel keluar sebagai drip. Drip ini juga disebabkan karena

    tidak dapat mampu mengabsorbsi air.

    Secara garis besar bahan yang dibekukan mengalami penurunan berat, hal

    ini terjadi karena air yang berada pada pada jagung menguap ke lingkungan untuk

    mencapai keadaan seimbang sehingga jagung tersebut mengalami susut bobot,

    akan tetapi untuk buncis dengan perlakuan blansing dan wortel dengan

    perendaman natrium mengalami penambahan berat mungkin ketika pendinginan

    di suhu ruang belum maksimal sehingga ketika diamati air masih banyak

    terkandung dalam bahan.

    Perubahan warna yang menjadi pucat karena sebelumnya mengalami

    perlakuan perendaman dalam larutan natirum. Fungsi dari larutan natrium

    metabisulfit dan na-sitrat adalah mencegah pencoklatan atau pemucatan pada

    bahan pangan. Namun, ada bahan yang warna menjadi gelap seperti halnya pada

    jagung perendaman Na-sitrat mungkin konsentrasi na-sitratnya kurang ketika

    perendaman.

    Secara garis umum warna yang terdapat pada bahan perlakuan blansing

    tidak mengalami perubahan signifikan setelah perlakuan pembekuan. Hal ini

    disebabkan enzim yang terdapat dalam bahan sudah di non-aktifkan saat proses

  • 7/23/2019 Yatin Horti

    5/6

    YATIN DWI RAHAYU

    NIM. 1006578

    blansing dan ketika pembekuan, enzim tersebut di non-aktifkan pula sehingga

    warna bahan pangan tetap terjaga. Sangat terlihat jelas pada bahan kentang,

    kentang yang tidak mengalami blansing setelah 8 hari dibekukan warna kentang

    menjadi coklat gelap.

    Kesimpulan

    Blansing adalah perlakuan pemanasan pendahuluan yang umumnya

    diberikan pada sayuran dalam air mendidih atau hanpir mendidih, untuk waktu

    yang singkat tergantung bahan pangan Karakteristik sayuran yang mengalami

    proses blansing yaitu tekstur berubah menjadi lunak, warna menjadi lebih terang

    karena proses blansing menonaktifkan enzim penyebab pencoklatan, aroma ada

    yang menyengat ada pula yang berkurang, dan terjadi perubahan rasa.

    Perendaman dalam larutan natrium mengakibatkan warna sayuran menjadi

    lebih pucat. Pemucatan akibat dari adanya kandungan dari larutan natrium sitrat

    dan na-metabisulfit yang dapat mengikat senyawa yang terdapat dalam sayuran

    misalnya sulfit membentuk ikatan disufida dengan enzim PPO sehingga

    menghambat pengikatan dengan oksigen. Pencoklatan pada sayuran bisa

    terhamabat dengan perendaman dalam larutan natrium metabisulfit atau na-sitrat.

    Pembekuan adalah penurunan suhu di bawah 0oC yang mengakibatkan

    sebagian air dalam bahan pangan berubah menjadi es, sehingga tidak lagi tersedia

    untuk pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi-reaksi kimia. Pembekuan

    menyebabkan tekstur menjadi lunak ini diakibatkan sel tertusuk es, sehingga

    membran sel tidak permeable lagi. Warna pucat karena suhu pembekuan,

    tergantung perlakuan sebelumnya.

    Proses blansing, perendaman dalam larutan na-sitrat dan na-metabisulfit,

    dan proses pembekuan ini bertujuan pencegahan pencoklatan pada bahan pangan

    dan merupakan pengawetan makanan.

    Daftar Pustaka

    Buckle, K.A., R.A Edward., G.H Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.

    Terjemahan H. Purnomo, Adiono. Penerbit Universitas ndonesia, Jakarta.

  • 7/23/2019 Yatin Horti

    6/6

    YATIN DWI RAHAYU

    NIM. 1006578

    Desrosier, N W. 2008. Tenologi pengawetan pangan. UI-Press. Jakarta

    Margono, T dkk. 1993.Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat Informasi Wanita

    dalam Pembangunan PDII-LIPI, Jakarta

    Tjahjadi, C. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah vol I. Widya

    Padjajaran. Bandung.

    Tjahjadi, C. 2008. Teknologi Pengolahan Sayur dan Buah vol II. Widya

    Padjajaran. Bandung.

    Winarno, F.G., 1984. Kimia Pangan Dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka

    Utama, Jakarta.