yanda dispersi koloidal dan sifat.docx

17
DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA I. TUJUAN Mahasiswa dapat mengerti gambaran mengenai sifat-sifat larutan koloidal dan mengenal penggolongan larutan koloidal. II. DASAR TEORI Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers, terdistribusi ke seluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Bahan-bahan yang terdispers bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel- partikel berdimensi atom dan molekul sampai partikel- partikel yang ukurannya diukur dalam milimeter. Oleh karena itu, cara yang paling mudah untuk penggolongan sistem terdispers adalah berdasarkan garis tengah partikel rata- rata dari bahan terdispers. Umumnya dibuat tiga golongan ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi koloid, dan dispersi kasar (Martin, A., 2008). Sistem koloid bisa digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan interaksi partikel-partikel, molekul-molekul, atau ion-ion dari fase terdispers dengan molekul-molekul dari medium dispersi (Martin, A., 2008). Koloid Liofilik. Sistem yang mengandung partikel- partikel koloid yang banyak berinteraksi dengan medium dispersi dikenal sebagai koloida liofilik (suka-pelarut).

Upload: apriyandasari-cocobear

Post on 29-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA

I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengerti gambaran mengenai sifat-sifat larutan koloidal dan

mengenal penggolongan larutan koloidal.

II. DASAR TEORI

Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers,

terdistribusi ke seluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Bahan-bahan yang

terdispers bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-partikel berdimensi atom dan

molekul sampai partikel-partikel yang ukurannya diukur dalam milimeter. Oleh karena

itu, cara yang paling mudah untuk penggolongan sistem terdispers adalah berdasarkan

garis tengah partikel rata-rata dari bahan terdispers. Umumnya dibuat tiga golongan

ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi koloid, dan dispersi kasar (Martin, A., 2008).

Sistem koloid bisa digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan interaksi

partikel-partikel, molekul-molekul, atau ion-ion dari fase terdispers dengan molekul-

molekul dari medium dispersi (Martin, A., 2008).

Koloid Liofilik. Sistem yang mengandung partikel-partikel koloid yang banyak

berinteraksi dengan medium dispersi dikenal sebagai koloida liofilik (suka-pelarut).

Karena afinitasnya terhadap medium dispersi, bahan-bahan tersebut membentuk dispersi

koloid, atau sol dengan relatif mudah. Jadi, sol koloidal liofilik biasanya diperoleh hanya

dengan melarutkan bahan dalam pelarut yang digunakan (Martin, A., 2008).

Koloida Liofobik. Golongan kedua dari koloid ini tersusun dari bahan yang jika

ada mempunyai tarik-menarik kecil terhadap medium dispers. Golongan ini disebut

liofobik (benci-pelarut) dan dapat diramalkan sifatnya berbeda dengan koloida liofilik. Ini

terutama karena tidak adanya selimut pelarut di sekeliling partikel. Koloida liofobik

umumnya tersusun dari partikel-partikel anorganik yang terdispers dalam air (Martin, A.,

2008).

Page 2: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

Koloida Gabungan. Koloid gabungan atau koloid amfifilik merupakan golongan

ke tiga dari penggolongan koloid. Molekula-molekul atau ion-ion tertentu disebut amfifil

atau zat aktif permukaan. Amfifil atau zat aktif permukaan ini berciri mempunyai dua

daerah yang berbeda yang melawan afinitas larutan dalam molekul atau ion yang sama.

Jika ada dalam suatu medium cair dengan konsentrasi rendah, amfifil berada dalam suatu

medium cair dengan konsentrasi rendah. Jika konsentgrasi ditingkatkan, terjadi agregasi

pada suatu jangkauan konsentrasi yang sangat sempit (Martin, A., 2008).

Efek Faraday-Tyndall. Bila suatu berkas cahaya yang kuat dilewatkan melaluoi

sol koloid, akan terlihat suatu kerucut yang dihasilkan dari pemendaran cahaya oleh

partikel-partikel. Hal ini disebut efek Faraday-Tyndall (Martin, A., 2008).

Gerak Brown. Jauh sebelum Zisgmondy mengemukakan pergerakan partikel-

partikel koloid secara acak dalam bidang mikroskop, Robert Brown pada tahun 1827

telah mengkaji fenomena ini. Gerak yang tidak beraturan, yang bisa diamati dengan

partikel-partikel sebesar kira-kira 5 µm, dijelaskan sebagai hasil pemboman partikel-

partikel oleh molekul-molekul medium dispersi. Sudah tentu gerak dari molekul=molekul

tersebut terlalu kecil untuk dilihat. Kecepatan partikel meningkat dengan berkurangnya

ukuran partikel. Dengan meningkatnya viskositas medium yang dibantu oleh penambahan

gliserin atau suatu zat yang serupa, menurunkan dan akhirnya menyetop gerak Brown

(Martin, A., 2008).

Difusi. Partikel-partikel mendifusi secara spontan dari tempat yang berkonsentrasi

tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Sampai konsentrasi sistem tersebut seragam

seluruhnya. Difusi merupakan hasil langsung dari gerak Brown (Martin, A., 2008).

Page 3: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

III. ALAT

1. Neraca Elektrik (Mettler tuledo) 6. Tissue

2. Viskometer (Brookfield DV-E) 7. Mortir/Stamper

3. gelas ukur 8. Cawan Porselen

4. Labu erlenmeyer 9. Burete

5. Timbangan analitik 10. piknometer

IV. BAHAN

1. Mucilago Gum Arab 35% 5. Larutan NaCl 20%

2. Larutan argentums proteinat 5% 6. Alkohol

3. Larutan Gelatin 5% dan 10% 7. aquadest

4. Larutan FeCl3 0,25% dan 0,5%

5. larutan alginate 0,5% dan 1%

V. CARA KERJA

A. Pembuatan larutan koloid

1. Buat Mucilago Gum Arab 10% sebanyak 100 ml

2. Buat larutan Na Lauril Sulfat 0,1% sebanyak 100 ml

3. Larutkan 0,25% dan 0,5% FeCl3 dalam 600 ml air mendidih.

4. Buat larutan gelatin 5% dan 10%

Page 4: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

B. Viskositas koloid

1. Tetapkan viskositas larutan nomor 3 dan 4 dengan viskometer Brookfield

C. Pengaruh elektrolit terhadap koloid

1. Ambil 20 ml masing-masing larutan tersebut di atas

2. Titrasi masing-masing larutan di atas dengan 20% larutan NaCl

3. Lihat perubahan (ada tidaknya endapan) tiap 2 ml

4. Catat pada penambahan beberapa ml terjadi endapan

5. Ambil 20 ml larutan 0,5% FeCl3

6. Campur dengan 5 ml larutan 10% gelatin

7. Lakukan percobaan seperti pada C1 – C5

D. Pengaruh alkohol terhadap kolloid

1. Ambil 10 ml larutan 5% dan 10% gelatin

2. Titrasi dengan alkohol 96%

3. Catat berapa ml alkohol yang dibutuhkan untuk mengendapkan larutan tersebut.

E. Reversibilitas kolloid

1. Uapkan 5 ml larutan PGA, Na Lauril Sulfat, dan FeCl3 hingga kering

2. Tambah 5 ml air dingin

3. Amati perubahan yang terjadi

Page 5: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

VI. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

A. Pembuatan larutan koloid

1. Buat Mucilago Gum Arab 10% sebanyak 100 ml

PGA 10% x 100 ml = 10 gram/100 ml

2. Buat larutan Na Lauril Sulfat 0,1% sebanyak 100 ml

Na Lauril Sulfat 0,1 % x 100 ml = 0,1 gram/100 ml

3. Larutkan 0,25% dan 0,5% FeCl3 dalam 600 ml air mendidih.

FeCl3 0,25% x 600 ml = 1,5 gram/600 ml

FeCl3 0,5% x 600 ml = 3 gram/600 ml

4. Buat larutan gelatin 5% dan 10%

Gelatin 5% x 600 ml = 30 gram/600 ml

Gelatin 10% x 600 ml = 60 gram/600 ml

B. Viskositas koloid

1. Larutan FeCl3 0,25%

Fecl 0,25 % 0,4 dpas

2. Larutan FeCl3 0,5%

Fecl 0,5% 0,5 dpas

Page 6: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

3. Larutan Gelatin 5%

Larutan Gelatin 5% 0,5 dpas

4. Larutan Gelatin 10%

Larutan Gelatin 10% 0,7 dpass

5. CMC 1%

CMC 1% 0,5 dpas

6. CMC 2%

CMC 2% 3 dpas

C. penambahan NaCl

1. FeCl3 0,25%

FeCl3 0,25% 20 ml NaCl

2. FeCl3 0,5%

FeCl3 0,5% 10 ml NaCl

3. CMC 1 gram

CMC 1 gram 3 ml

4. CMC 2 gram

CMC 2 gram 2 ml

5. gelatin 10 gram

gelatin 10 gram 2 ml

Page 7: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

6. gelatin 5 gram

gelatin 5 gram 2 ml

D. Pengaruh alkohol terhadap colloid

Gelatin 5 gram mengendap 5 ml

Gelatin 10 gram mengendap 2 ml

E. Reversibilitas kolloid

1. Uapkan 3 ml larutan FeCl3 dan CMC

2. Tambah 3 ml aquadest

3. Amati perubahan yang terjadi

a. Larutan CMC = Kembali seperti semula

c. Larutan FeCl3 = Tidak kembali seperti semula, endapan

Page 8: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

VII. PEMBAHASAN

Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers,

terdistribusi ke seluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Bahan-bahan yang terdispers

bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-partikel berdimensi atom dan molekul sampai

partikel-partikel yang ukurannya diukur dalam milimeter. Oleh karena itu, cara yang paling

mudah untuk penggolongan sistem terdispers adalah berdasarkan garis tengah partikel rata-rata

dari bahan terdispers. Umumnya dibuat tiga golongan ukuran, yaitu dispersi molekuler, dispersi

koloid, dan dispersi kasar (Martin, A., 2008).

Sistem koloid bisa digolongkan menjadi tiga golongan berdasarkan interaksi partikel-

partikel, molekul-molekul, atau ion-ion dari fase terdispers dengan molekul-molekul dari

medium dispersi (Martin, A., 2008).

Koloid Liofilik. Sistem yang mengandung partikel-partikel koloid yang banyak

berinteraksi dengan medium dispersi dikenal sebagai koloida liofilik (suka-pelarut). Koloida

Liofobik. Golongan kedua dari koloid ini tersusun dari bahan yang jika ada mempunyai tarik-

menarik kecil terhadap medium dispers. Koloida Gabungan. Koloid gabungan atau koloid

amfifilik merupakan golongan ke tiga dari penggolongan koloid (Martin, A., 2008).

Sol koloidal liofilik biasanya diperoleh hanya dengan melarutkan bahan dalam pelarut

yang digunakan. Sedangkan koloida liofobik, di sini perlu menggunakan metode khusus untuk

menyiapkan koloida liofobik. Yakni (a) metode dispersi, dimana partikel-partikel kasar direduksi

ukurannya, dan (b) metode kondensasi, di mana bahan-bahan berdimensi subkoloid diagregasi

menjadi partikel-partikel yang berada pada daerah ukuran koloid (Martin, A., 2008).

Pergerakan partikel koloid bisa diinduksi oleh panas (gerak Brown, difusi, osmosis),

induksi secara gravitasi (sedimentasi), atau digunakan secara eksternal (viskositas). Gerak yang

diinduksi secara elektrik dimasukkan dalam sifat-sifat listrik (sifat-sifat elektris) koloid (Martin,

A., 2008). Sedangkan suatu koloid juga dapat dipengaruhi oleh kehadiran suatu elektrolit

(Natrium, Kalium, dll) yang dapat menyebabkan partikel koloid mengendap.

Page 9: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari hari. Hal ini disebabkan oleh

sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang

tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala

besar.

Page 10: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

IX. KESIMPULAN

1. Pada saat pengukuran viskositas diharapkan penurunan/kenaikan suhu diperhatikan

dengan seksama, karena jika suhu turun/naik melebihi dari yang telah ditentukan,

tentu saja hasil yang diberikan akan menyimpang.

2. Pada saat pembuatan larutan FeCl3 air yang digunakan harus benar-benar mendidih

agar menjamin supaya larutan yang dihasilkan sudah memiliki partikel yang

terdispersi secara merata.

Page 11: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

X. DAFTAR PUSTAKA

Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada

University Press, Jogjakarta.

Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application, 4 th Ed., Collier Mac Inc.,

New York.

http://en.wikipedia.com

Page 12: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

FARMASI FISIK 2

DISPERSI KOLOID DAN SIFATNYA

Kelompok : H_5

Nama : Dwi Apriyandasari

NIM : 19133943A

Progdi : S.1 Farmasi

Tanggal Praktikum : 17 Maret 2014

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2013/2014

Page 13: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx

FARMASI FISIK 2

DISPERSI KOLOID DAN SIFATNYA

Kelompok : H_5

Nama : Zahrina Fildzah

NIM : 19133951A

Progdi : S.1 Farmasi

Tanggal Praktikum : 17 Maret 2014

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2013/2014

Page 14: YANDA DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT.docx