yagiela
TRANSCRIPT
Yagiela, J.A., Dowd, F.J. & Neidle, E.A., 2004. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry , Mosby
Semenjak diketemukannya penisilin ataupun obat-obat sulfa pada tahun 1930 an, sampai saat ini berbagai jenis
antibiotika dan kemoterapetika banyak sekali ditemukan dan dikembangkan, baik dengan teknik sintesis
ataupun semisintesis. Pengembangan obat-obat golongan ini merupakan suatu tonggak kemajuan dalam dunia
pengobatan, oleh karena berbagai penyakit infeksi dapat diobati secara efektif atau pada beberapa keadaan
dapat dicegah terjadinya kecacadan. Contoh yang paling jelas adalah menurunnya kejadian demam rematik
semenjakdigunakannya penisilin dalam klinik sebagai profilaksi primer untuk infeksi streptokokus beta
hemolitikus (1),walaupun jelas penurunan ini bukan semata-mata andil pemakaian antibiotika, tetapi juga
karena membaiknya kondisi sosial-ekonomi. Penemuan berbagai antibiotika dan kemoterapetika baru juga
telah memungkinkan perkembangan dalam bidang kedokteran lain, misalnya transplantasi organ, operasi
pemasangan protesa (misalnya katup jantung), terapi keganasan dan lain-lain, yang tidak dapat dilepaskan dari
peranan pemakaian antibiotika yang efektif.
Ketersediaan berbagai jenis antibiotika dalam klinik ternyata juga membawa dampak kesulitan bagi para
praktisi terutama dalam melakukan pemilihan antibiotika secara tepat, mana yang paling aman dan efektif pada
seorang pasien. Cepatnya penemuan berbagai jenis antibiotika baru, sayangnya tidak diikuti secara sepadan oleh
berkembangnya prinsip-prinsip/sistematika terapi antibiotika dalam klinik. Di samping itu sering kali praktisi
menghadapi kesulitan dalam pemilihan antibiotika oleh karena gambaran sistematika pembagian (klasifikasi)
dari berbagai jenis antibiotika dan kemoterapetika ini kurang banyak dimengerti. Jadi secara ringkas kesulitan
yang sering dihadapi adalah,
Bagaimana sebenarnya sistematika pembagian antibiotika secara keseluruhan, dan di mana tempat dan
peran dari masing-masing jenis antibiotika. Bukannya klasifikasi ini tidak ada sama sekali, tetapi justru
yang diperlukan adalah klasifikasi yang praktis dalam pemakaian klinik. Klasifikasi yang ada terutama
berdasarkan tempat dan mekanisme kerja antibiotika terhadap kuman, yang secara praktis agak sulit
dipakai sehari-hari dalam klinik.
Bagaimana menelaah, membandingkan berbagai alternatif antibiotika dan kemoterapetika yang ada dan
membuat langkah-langkah keputusan pemilihan antibiotika dalam menghadapi suatu kasus infeksi.Dua
masalah di atas, ditambah dengan kelangkaan informasi yang obyektif mengenai antibiotika serta faktor-
faktor lain seperti adanya kepercayaan yang keliru mengenai manfaat antibiotika (misalnya antibiotika
diperlukan lebih banyak pada populasi dengan malnutrisi), tekanan pasien dan lain-lain, mendorong
terjadinya berbagai bentuk ketidak tepatan dan ketidak rasionalan pemakaian. Masalah ketidak tepatan
pemakaian antibiotika dalam klinik merupakan hal yang serius oleh karena kemungkinan dampak
negatif yang mungkin terjadi misalnya tidak tercapainya tujuan terapi (yakni penyembuhan atau
pencegahan infeksi), atau meningkatnya jenis-jenis kuman yang resisten. Salah satu contoh yang sering
kita lihat sehari-hari, untuk infeksi saluran pernafasan akut yang ringan, yang belum tentu karena
kuman, sebagian besar kasus yang datang di puskesmas (+ 90%) selalu mendapatkan antibiotika (2), dan
umumnya yang diberikan adalah tetrasiklin.
Pola pemakaian antibiotika secara serampangan ini akan memberikan dampak negatif dari dua segi.
Pertama, terjadinya pemborosan biaya karena pemakaian antibiotika untuk kasus-kasus yang sebagian
mungkin sebenarnya tidak memerlukannya. Kedua, misalnya pada faringitis streptokokus yang notabene
memerlukan pengobatan antibiotika secara penuh (dengan penisilin, eritromisin atau yang lain) pengobatan
dengan tetrasiklin tidak akan dapat mencegah terjadinya demam rematik jika infeksinya karena beta
streptokokus hemolitikus. Masih banyak contoh ketidak tepatan pemakaian antibiotika dalam klinik,
misalnya pemakaian antibiotika pada kasus-kasus diare akut (2,3), pemakaian antibiotika profilaksi pada
tindakan operatif, di mana sering terjadi kekeliruan dalam pemilihan jenis antibiotika, waktu dan lama
pemberian, dan sebagainya.Dari uraian ini, maka dipandang perlu untuk membahas secara ringkas dan
praktis bagaimana peta klasifikasi antibiotika saat ini, bagaimana memilih dan memakainya dalam klinik.
Secara rinci sifat-sifat farmakologik dari berbagai jenis antibiotika tidak dikupas mendalam di sini, sehingga
dianjurkan untuk mengacu kepada sumbersumber pustaka yang sesuai.
II. PEMBAGIAN JENIS ANTIBIOTIKA
Seperti diuraikan di depan, klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang sering dianjurkan dan digunakan
adalah berdasarkan bagaimana kerja antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni antibiotika yang bersifat primer
bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat primer bakterisid (4). Yang termasuk bakteriostatik di sini misalnya
sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, tidak
membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika
yang bakterisid, yang secara aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida
(dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa
kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus
dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid. Secara klasik
selalu dianjurkan bahwa kombinasi antibiotik bakterisid dan bakteriostatik akan merugikan oleh karena
antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik
akan memperlemah efek bakterisidnya. Tetapi konsep ini mungkin tidak bisa begitu saja diterapkan secara luas
dalam klinik, oleh karena beberapa kombinasi yang dianjurkan dalam klinik misalnya penisilin (bakterisid) dan
kloramfenikol (bakteriostatik) justru merupakan alternatif pengobatan pilihan untuk meningitis bakterial yang
umumnya disebabkan oleh kuman Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae (5).Pembagian lain juga
sering dikemukakan berdasarkan makanisme atau tempat kerja antibiotika tersebut pada kuman, yakni (6),
Antibiotika yang bekerja menghambat sintesis dinding sel kuman, termasuk di sini adalah
basitrasin,sefalosporin, sikloserin, penisilin, ristosetin dan lain-lain.
Antibiotika yang merubah permeabilitas membran sel atau mekanisme transport aktif sel. Yang
termasuk di sini adalah amfoterisin, kolistin, imidazol, nistatin dan polimiksin.
Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis protein, yakni kloramfenikol, eritromisin
(makrolida), linkomisin, tetrasiklin dan aminogliosida.
Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat, yakni asam nalidiksat,
novobiosin, pirimetamin, rifampisin, sulfanomida dan trimetoprim.
Penisilin
Penisilin merupakan salah satu kelompok antibiotik yang paling penting. Walaupun banyak antibiotik lain yang
telah diproduksi, namun penggunaan penisilin masih sangat luas. Penisilin itu sendiri merupakan grup antibiotik
yang memiliki inti berbentuk cincin yang sering disebut sebagai cincin beta laktan (-lactam ring).
a) Klasifikasi
Penisilin pada dasarnya merupakan rantai siklik dipeptide yang terdiri dari dua asam amino (D-valine dan L-
lysin). Namun sesuai dengan perkembangannya, sekitar tahun 1958 dimulailah penambahan “rantai” baru
pada cincin -lactam dan cincin thiazolidine. beberapa mineral (sodium, potassium, procaine, benzathine)
juga ditambahakan untuk kebutuhan farmakokinetik. Sehingga berdasarkan modifikasi yang telah
dilakukan,munculah empat kelas besar dari penisilin:
1) Penisilin G dan turunannya
Penisilin jenis ini sangat ampuh membasmi bakteri gram positif namun sangat mudah dihidrolisis
oleh penisilinase (-lactamase).
ex: Penisilin G, Penisilin V, Benzathine penisilin G, procain penisilin G, Procain+benzathine
penisilin G
2) Penisilin resisten -lactamase (penisilin anti stafilokokus)
Penisilin jenis ini resisten terhadap enzim -lactamase yang dihasilkan oleh stafilokokus. Sehingga
ampuh terhadap stafilokokus dan streptokokus. Namun tidak bisa membasmi bakteri gram negatif
batang, enterokokus, bakteri anaerob.
ex: Methicilin, Nafcilin, oxacilin, cloxacilin, dicloxacilin
3) Penisilin spektrum diperluas(penisilin anti-pseudomonas)
Penisilin jenis ini memiliki spektrum antibakteri serta memiliki aktivitas yang lebih tinggi terhadap
organisme-organisme gram negatif. Selain itu, obat jenis ini juga dapat membunuh Pseudomonas.
Namun, mudah dirusak oleh penisilinase.
ex: Ampicilin, bacampicilin, amoxicilin, carbenicilin indanyl, ticarcilin, mezlocilin, piperacilin.
4) Penisilin dengan -lactamase inhibitor
Penisilin jenis ini memiliki agen yang mampu mengikat, secara irreversible, sisi katalis penisilinase
untuk mencegah terjadinya hidrolisis dari cincin -lactam pada antibiotik.
ex: clavulanate + amoxicilin, ampicilin + sulbactam, piperacilin + tazobactam, ticarcilin
+clavulanate.
b) Mekanisme Aksi
Obat-obatan yang mengandung cincin -lactam mempunyai mekanisme kerja antibakteri dengan cara
merusak pembentukan dinding sel. Lebih tepatnya penisilin mengganggu tahap akhir dari pembentukan
dinding sel. Tahap akhir dari pembentukan dinding sel adalah reaksi transpeptidasi yang melibatkan
perpindahan enzimatik dari ujung D-ala. Dengan adanya penisilin, cincin -lactam akan menjadi inhibitor
yang kompetitif pada enzim-enzim yang terlibat sehingga cross link dari jembatan pentapeptide menjadi
tidak kuat dan dinding sel menjadi lisis.
Namun pada beberapa jenis bakteri, cincin -lactam memiliki mekanisme tambahan yaitu, pengaktifan enzim
muramyl sintetase yang bertanggung jawab terhadap pemisahan dari sel anak pada proses pembelahan.
Namun, jika enzim ini terus diproduksi tanpa adanya proses pembelahan sel bakteri maka akan menyebabkan
autolisis dari dinding sel bakteri.
c) Farmakokinetik
Sepertiga dari Penisilin G diberikan secara oral dan diserap di usus, namun karena proses penyerapan di usus
yang kurang baik maka untuk pemberian dengan cara oral dosis harus dilipatgandakan sebanyak empat atau
lima kali dibandingkan dengan dosis pemberian secara parenteral. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
proses absorpsi obat. Pemberian penisilin ini sebaiknya 30 menit sebelum makan atau 2 jam sesudahnya 60%
dari penisilin G berada di albumin setelah terabsorpsi, namun keberadaanya juga ditemukan di hati, empedu,
ginjal, cairan semen, cairan sendi, pembuluh limpe. Namun ketika terjadi meningitis, penisilin jenis ini juga
bisa ditemukan di cairan serebrospinal. Ekskresi penisilin melalui urine. 60-90% pemberian penisilin secara
intramuscular akan dieliminasi dalam bentuk urine. Waktu paruh untuk penisilin berkisar 30 menit.
Meticilin dan nafcilin juga memiliki sifat yang sama dengan penisilin G. Tetapi dalam pemberiannya tidak
perlu memerhatikan apakah perut dalam keadaan kosong atau penuh. Kadar dalam plasmanya setelah satu
jam berkisar 8g/ml. Obat ini juga terkonsentrasi di cairan serebrospinal pada terapi meningitis yang
disebabkan oleh stafilokokus.
Sedangkan untuk penisilin V karena obat ini stabil dalam keadaan asam, pemberian secara oral jauh lebih
baik efeknya selain itu penyerapan di usus juga lebih baik.
Untuk dicloxacillin dan ampicillin pemberian secara oral merupakan cara pemberian yang aman dan dapat
diabsoprsi secara baik, namun sebaiknya diberikan saat perut dalam keadaan kosong, 1 jam sebelumatau 2
jam sesudah makan. Obat-obat ini setelah satu jam konsentrasi plasma nya mencapai 5-15g/ml. Proses
dialisis peritoneal tidak mampu menghilangkan kadar ampisilin, namun lain halnya dengan dialisis ginjal.
Obat ini diekskresi secara cepat oleh ginjal. Juga terdapat proses eliminasi hepatik oleh empedu. Ampisilin
juga diekskresi melalui feses dalam jumlah yang sedikit.
Untuk penisilin anti pseudomonas seperti ticarsilin, piperasilin, mezlosilin dan carbenisilin ekskresinya
melalui urin. Namun cara pemberian untuk mezlosilin cukup unik. Mezlosilin tersedia dalam bentuk bubuk
yang harus dilarutkan untuk kemudian di suntikkan.
d) Efek Samping
Efek samping dari penggunanaan penisilin dapat berupa reaksi alergi dan reaksi non alergi.
Reaksi alergi ini terjadi dengan peluang sebesar 0,7%-4%. Manifestasi dari alergi penisilin dapat berupa
ruam maculopapular, ruam urtikaria, demam, spasme bronkial, vasculitis, serum sickness, dermatitis,
sindrome Steven-Johnson dan anaphylaxis. Manifestasi ini biasanya tidak akan hilang selama satu atau dua
minggu walaupun pemberian antibiotik sudah dihentikan.
Reaksi alergi pada penisilin ini lebih jarang terjadi pda anak-anak. Kasus mematikan dari alergi penisilin ini
kebanyakan menimpa orang dewasa dikarenakan fungsi dari jantung yang sudah tidak terlalu prima.
Reaksi alergi yang paling serius yang dapat disebabkan oleh penisilin adalah angioedema dan anafilaksis.
Amgioedeme ditandai dengan pembengkakan pipi, lidah, wajah dan jaringan periorbital yang kadang disertai
dengan asma, biasa disebut dengan giant hives. Sedangkan reaksi anafilaksis terjadi setelah pemberian
penisilin dengan cara penyuntikkan, oral bahkan secara intradermal. Asma parah, sakit di bagian perut, mual
dan muntah, lemah, tekanan darah yang berkurang, dan diare dapat dikatakan sebagai tanda-tanda reaksi
anafilaksis.
Reaksi alergi pada penisilin juga dapat digolongkan berdasarkan waktunya. Reaksi IgE segera terjadi dalam
hitungan detik sampai satu jam setelah pemberian penisilin. pada kasus ini biasanya mematikan. Reaksi
akselerasi terjadi antara 1-72 jam yang ditandai dengan angioedema atau urticaria. Sedangkan reaksi lambat
terjadi setelah 72 jam, dimana biasanya sudah dikategorikan sebagai reaksi Gell dan Coomb tipe II dan tipe
IV. Reaksi Gell dan Coomb ini berkaitan dengan IgE.
Untuk reaksi non-alergi melibatkan ticarsilin, mezlosilin dan piperasilin yang menyebabkan waktu koagulasi
yang abnormal. Selain itu penggunaan penisilin resisten terhadap penisilinase dapat menyebabkan fungsi hati
yang abnormal. Kelebihan kadar Na+ dapat terjadi sebagai akibat penggunaan penisilin anti-pseudomonal.
Dosis berlebih pada pemberian intravena dapat menyebabkan hyperexcitability dan halusinasi.
e) Kontraindikasi
Penisilin secara umum memiliki kontraindikasi terhadap obat antikoagulan coumarin karena dapat
menyebabkan perdarahan. Efek ini akan terjadi setelah 3 hari pemberian penisilin, namun akan kembali
normal setelah 72-96 jam. Perdarahan macam ini biasanya terjadi setelah pencabutan gigi. Selain itu penisilin
tentunya ber kontraindikasi dengan orang yang memiliki alergi penisilin.
Amoksisilin
a) Klasifikasi
Amoksisilin mmerupakan salah satu bagian dari keluarga Penisilin. Amoksisilin termasuk ke dalam
golongan Penisilin dengan spektrum diperluas, bersamaan dengan ampisilin dan bacampisilin atau biasa
disebut dengan keluarga aminopenisilin.
b) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari amoksisilin sama dengan mekanisme kerja dari penisilin, yaitu mengganggu tahap
kahir pembentukan dinding sel bakteri. Dimana inti -lactam menjadi inhibitor kompetitif bagi enzim-enzim
yang terlibat dalam pembentukan akhir pepptidoglikan, sehingga dinding yang terbentuk tidak stabil, bakteri
tidak mampu mengontrol tekanan osmotiknya dan kemudian dinding sel hancur.
c) Farmakokinetik
Pemberian amoksisilin dapatdilakukan secara oral karena amoksisilin stabil di keadaan asam sehingga
penyerapan di usus berlangsung cukup baik. Konsentrasi plasma dari amoksisilin dua klai lebih besar
dibanding ampisilin. Pengabsorpsiannya juga tidak bergantung pada ada tidaknya makanan karena
amoksisilin ini memiliki kemampuan untuk diabsorpsi tubuh yang lebih sempurna dibanding ampisilin. Obat
ini di ekskresikan melalui urine.
d) Efek Samping
Sekitar 5%-10% yang menerima amoksisilin mengalami pruritic rush yang biasanya dimulai pada tubuh lalu
meluas ke wajah, ekstremitas khususnya pada lutut dan siku. Ruam amoksisilin ini bersifat non alergi dan
tidak ada hubungannya dengan pembentukan antibody. Ruam ini akan timbul 24 jam sampai 28 hari setelah
pemberian obat dimulai,dan berlangsung selama 90 menit sampai 7 hari. Insiden dari ruam amoksisilin ini
sebesar 95% dari 100% yang menderitainfeksi cytomegalovirus ataupun mononukleosis dan 22%pada orang
yang diberikan ampisilin dan alopurinol.
e) Indikasi
Amoksisilin efektif terhadap penyakit:
Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk faringitis gonore), bronkitis,
langritis.
Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi saluran kemih: gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.
Infeksi lain: septikemia, endokarditis.
f) Kontraindikasi
Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilin.
Efektif
Efektif terhadap sebagian bakteri gram-positif dan beberapa gram-negatif yang patogen.
Bakteri patogen yang sensitif terhadap amoksisilina adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S.
pneumoniae, N. gonorrhoeae, H. influenzae, E. coli dan P. mirabilis.
Amoksisilin kurang efektif terhadap spesias Shigella dan bakteri penghasil beta-laktamase.
Pendahuluan
Ikatan kimia :o Cincin Beta lactam>kunci dari struktur obat am yg penting
Mekanisme aksi o Menginhibisi enzim sintesis dinding bakterio Mengaktivaasi satu atau lebih enzim autolisis dinding sel, menyebabkan lisisnya bakterio Baktericidal
Resistensi bakteri
Beta lactamaseo Penicilinaseo Cepalosporinase
Beta laktamase inhibitor
o Substansi yang mereversible ikatan dan menginactivasi beta laktamase dari bakteri
Bakteri resistance penicilinase
o Peniciclin >>>>>>>>>>>>> penicillin acid antibacterial activityMicroorganisme yg mampu memproduksi penicilinase:
s. aureus
bacillus sp
bacteriodes sp
e.coli
proteus sp
p.aureginosa
m.tuberculei
PeniciliN
Kimia: o Terdiri darim cincin thiazolidin yg terhubung dgn cincin beta laktamaseo derivat dari 6-aminopenicilanic acid
Mekanisme aksio Menginhibisi sintesis dinding bakteri > bactericidalo Combinasi dgn inactive transpeptidase, yg mana pada saat normal bertanggung jawab atas cross
lingking untaian glikopeptida dari dinding bakteriPharmako kinetic penicillin G dan V
Absorptiono Po
As.lambung menginaktivasinpenicilin G >>> 30% Penicillin v lbh stabil Mkanan menganggu absorpsi Pemberian pncl.G dan V : 1 jam sblm mkan atau 2-3 jam stlh mkan
o Sc atau im + probenecid , memperpanjang DOA (blok transport penicillin di tubulus proksimal ??????????
o Distribusi Sebagian ditubuh 60% pp Penetrasi buruk pada ocular, pericardial, CSF Obat pada hati, intestinum, ginjal, empedu, Semen, dan limph
o Ekskresi Pen G / im : 60-90%(dlm 1 jam)
Sbag bsr mel ginjal
Efek farmakologi dan kegunaan medis
Penicillin G dan Vo Coccus gr.+o Coccis gr.-o Syphilis
Pen.g plg efektifInfekdi mikroba lain yg direspon oleh penicillin G :
o Aktif melawan bnyk bakt.anaerob oral dan msh digunakan luas pd infeksi oral, dental, paru2, jar.lunak yg disebabkan bakteri komensal mulut
o ???? pd gas gangrene (clostridium), anthrax, actynomycosis, infeksi listeriao Kebanyakan batang corynebacterium diphteriae sensitive thdp pencln G
Penicillin spectrum luas (ampicilin, amoxylin)
Efektif melawan gram + : e.coli, h.influenza, salmonella, shigella, proteus.spGonorrhea, sinusitis, otitis mediaUTIMeningitis
Anti pseudomonas penicillin (carbenicilin, ticarcilin, azlocilin, mezlocilin, piperacilin)
Sangat efektif digunakan untuk mengobati infeksi serius(bacteriemi, pneumoni, infeksi bum ???)Ketika pseudomonas mengancam kehidupan ,pncln dikombinasikan dgn gentamisin, amikasin, tobramicin,
KOMBINASI PENICILIN DAN BETA LAKTAMASE INHIBITOR
AmoXilin – ClaVUlanateDigunakan utk infeksI yg DIsebabKaN OLEH BATANG
YANG MEMPRODUKSI BETA LAKTAMASE CTH H.INFLUENZA, B.CATHARHALIS S.AUREUS, E.COLI, KLEIBSELA, ENTEROBACTER
TICARCILIN-CLAVULANATEAMPICILIN-SULBACTANDIGUNAKAN UTK MENGOBATI INFEKSI INTRA ABDOMINAL DAN GYNECOLOGY
Efek samping
Reaksi hiper sensitivitas (5-20%)o Ampicilin : paling tinggi insidensina pada rasho reaksi Anaphylactic (1:50.000)
REaksi rekuren dan cross-sensitifityo Pada pasien yang alergi penicillin
Infeksi serius dari gr.+ dignti oleh vancomycin Altrnattv untuk infeksi lain;erythromycin,trimetropin-
sulfametoksazol,aminoglicosid,ciprofloksasin
E.S lainnya : o Gang. GI : PO ampicilin diareo Nepfrotoksik,jarang, hanapada pasien dgn gang.fungsi renalo Super infeksi : perubahan Flora mulut
Insidensi rendah : pen.G Insidensi tinggi : ampicilin,carbenicilin
PENISILIN
1. Sistem cincin penisilin merupakan suatu cincin β laktam segi empat dan satu cincin tiazolidin segi lima. Bisiklik yang tidak tersubstitusi diberi nama penam2. Penisilin tersendiri dapat dianggap suatu turunan asil suatu kerangka dasar umum, asam 6-aminopenisiloat (6-APS) yang tidak mempunyai daya antibiotik. 6-APS menyudut disepanjang poros N-4/C-5 dan menyebabkan 3 pusat kiral (C-3, C-5, C-6)3. Berdasarkan struktur biogenetiknya 6-APS merupakan dipeptida gabungan sistein dan valin.4. Benzilpenisilin (penisilin G) adalah salah satu penisilin yang terdapat dialam, dan merupakan antibiotik pertama yang dibuat besar-besaran dengan tekhnik fermentasi, benzilpenisilin atau penisilin G suatu senyawa yang tidak toksik tetapi sangat aktif terhadap sepsis stafilokokus, meningitis, atau gonore5. Cincin penam adalah suatu dipeptida yang terdiri dari sisteina dan sisa valin. Karena ketegangan segi-4 β-laktam, cincin tersebut mudah pecah oleh higrolisis asam atau alkoholis, dan logam berat seperti Zn,Cu,Pb.6. Kepekaan penisilin terhadap asam cukup beragam, bergantung pada strukturnya . misalnya fenoksimetilpenisilin lebih tahan terhadap pemutusan dibandingkan dengan benzilpenisilin, oleh karena itu lebih cocok untuk pemakaian oral.7. Penisilin atau penem ditemukan pada tahun 1929 oleh Sir Alexander Fleming.8. Penisilin dihasilkan oleh jamur penicillium notatum dan P.chrysogenum.
Mekanisme kerja antibiotik β-laktam :o Antibiotik gol β-laktam merusak dinding sel bakteri.
Mekanisme pertahanan bakteri :o Bakteri membentuk enzim β-laktamase (penisilinase) gram positif disekresi ke medium gram negatif tetap didalam sel.o Jadi organisme gram positif merusak antibiotik dengan cepat.o Muncul galur bakteri tahan β-laktam.
Turunan PenisilinFenoksimetilpenisilin (penisilin V), penisilin semisintetik dibuat dengan cara fermentasi.Propisilin termasuk fenoksipenisilin, penisilin semisintetik, turunan asam R,S-2-fenoksibutirat 6-APS.Diklosasilin termasuk isoksazolinpenisilin.Ampisilin, amoksilin, pivampisilin turunan ion zwitter asam R-2-amino-2-aminobenzil penisilinKarbenesilin adalah α-karboksibenzil-penisilin, yang dibangun dari R,S-2-fenilmalonat dan 6-APS.Sefaleksin dan sefaklor mempunyai rantai samping fenilglisin, seperti pada ampisilin.Keaktifan sefalosporin C hanya seperseribu keaktifan benzilpenisilin, sehingga pemakaiannya terbatas.Tahan terhadap hidrolisis enzim dan menjadi pekat dalam saluran kemih sehingga berguna untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan organisme gram negatif.Sefalotin banyak dipakai, spektrum luas, dan tahan laktamase.Sefaleksin (analog ampisilin) aktif secara oral, stabil terhadap asam.
Sefotaksim dan moksalaktam sangat aktif terhadap meningitis.
Hubungan struktur aktivitasAktivitas antibakteri penisilin dan sefalosporin bergantung pada keutuhan cincin penam dan 3-sefem.Terbukanya cincin β laktam mengakibatkan seluruh aktivitas hilang.Kestabilan terhadap asam dan β laktamase tergantung pada struktur.Meningkatnya kestabilan terhadap asam karena : adana gugus yang menarik elektron diposisi α ke gugus amida rantai samping.Inaktivasi oleh β laktamase khususnya lebih sulit pada penisilin yang punya residu asil (umpamanya dikloksasilin) karena hambatan keruangan.
Farmakologil Terapi praktis penggolongan antibiotik β-laktam, berdasarkan :a). Spektrum kerjab). Kestabilan terhadap asamc). Kestabilan terhadap β-laktamased). β-laktamase adalah enzim bakteri yang mempengaruhi hidrolisis cincin β-laktam penisilin dan sefalosporin.l Resistensi bakteri shg mengakibatkan inaktivasi antibiotik, substrat tempat sergapnya dinamakan :a). Penisilinase (β-laktamase I)b). Sefalosporinase (β-laktamase II)c). Enzim bakteri yang meng inaktivasi kedua antibiotik tsb ((β-laktamase spektrum luas)
1. Golongan penisilin.
Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni:
Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap Gram positif paling kuat. Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilin benzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambung sehingga tidak bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrum antimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama meliputi infeksi-infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A, pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans, Staphyloccocus, pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae, Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp.
Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin, flukloksasilin,dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksi enzim penisilinase.- Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi rusak oleh enzim penisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahan penghambat enzim
penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadap kuman-kuman penghasil enzim penisilinase.
Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilin dan piperasilin diindikasikan khusus untuk kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa.