xenoglosofilia menjawab dari pertanyaan-pertanyaan seputar berbahasa indonesia. tidak terbatas pada...

2
PERPUSTAKAAN KPK Xenoglosofilia “Eh eh cerita dong gimana rasanya musim dingin di Rusia.” “Waahh sumpah yaa dingin banget di sana. But luckily gue nggak ngerasain badai salju even gue juga ke Tomsk. Dan saljunya itu loh, tebel bangeet. Literally tebel, which is kalo lo jalan ni kaki lo akan tenggelem setengah betis.” Kata-kata seperti luckily, even, literally, hingga which is saat ini semakin akrab di telinga kita sebagai kata yang kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari. Tidak heran apabila muncul pula julukan “Bahasa Anak Jak- Sel” atau Bahasa Anak Jakarta Selatan yang kerap mencampurkan antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris. Dunia yang sekarang tampak tak memiliki sekat akibat berkembangnya internet menjadi pemicu penggunaan bahasa ‘gado-gado’ ini. Masyarakat Indonesia dibuat merasa serba salah dengan perkembangan tersebut. Hingga terjadi xenoglosofilia di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu kecendrungan untuk lebih senang menggunakan bahasa asing dibanding Bahasa ibu-nya. Sejatinya, tidak ada yang salah dengan kemampuan berbahasa lebih dari bahasa ibu, selama dilakukan dalam kaidah yang tepat. Misal, menggunakan Bahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang Indonesia dan menggunakan Bahasa Inggris dalam forum internasional. Tidak berusaha untuk mencampurkan kedua bahasa di forum yang kurang tepat. Perilaku bahasa ‘gado-gado’ ini sedikit banyak memengaruhi kemampuan berbahasa kita. Akibatnya kita setengah- setengah dalam memahami bahasa, pun dalam menggunakan bahasa ibu, kita hanya mengetahui bahasa yang standar digunakan saja. Bahasa adalah sarana komunikasi dalam menyampaikan suatu pesan atau ide dengan baik sehingga dapat diterima maksudnya oleh lawan bicara. Bahasa yang dipilih untuk digunakan dalam berkomunikasi ini kembali lagi kepada penyampai pesan itu. Selama mayoritas yang menerima pesan memahami bahasa yang digunakan oleh komunikator maka sah-sah saja menggunakan bahasa lain. Ivan Lanin dalam bukunya “Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris?”, berusaha mengajak kita untuk mencintai Bahasa Indonesia lebih dalam. Meskipun Bahasa Indonesia menjadi bahasa ibu, namun belum tentu kita memahami dengan tepat penggunaan Bahasa tersebut. Tidak sedikit dari kita yang belum dapat membedakan beberapa kata dalam Bahasa Indonesia padahal sehari-hari digunakan seperti kata lajur dan jalur yang memiliki makna berbeda. Selain itu, banyak juga yang tidak dapat membedakan antara di sebagai kata depan dan di- sebagai awalan. Fatal ketika membuat tulisan bersifat ilmiah dalam Bahasa Indonesia, kita tidak dapat membedakan hal-hal tersebut. Dalam buku ini, Ivan membagi tiga bagian, yakni bagian satu mengenai xenoglosofilia yang menjelaskan mengenai padanan kata asing dalam Bahasa Indonesia. Seperti bon yang merupakan padanan dari bill, pranala sebagai padanan dari hyperlink, maupun terhubung/terputus padanan dari online/offline. Bagian dua adalah Tanja. Pernah dengar istilah tanja? Tuh kan, orang Indonesia saja tidak tahu apa itu tanja. Tanja merupakan akronim dari tanya jawab atau saat ini orang Indonesia sendiri justru lebih akrab dengan FAQ (Frequently Asked Question) atau QnA (Question and Answer). Indonesia sekali bukan? Pada bagian ini, Ivan berusaha menjawab dari pertanyaan-pertanyaan seputar berbahasa Indonesia. Tidak terbatas pada padanan kata tetapi juga perbedaan penulisan, perbedaan makna, asal suatu kata Bahasa Indonesia, dan lain-lain. Bagian tiga, penulis sedikit menguji pengetahuan kita sebagai pembaca dalam mengenal kata-kata Bahasa Indonesia seperti jalur atau lajur, ke luar atau keluar, maupun praktik atau praktek. Ah, aneh, tidak biasa, tidak enak didengar. Barangkali itu reaksi yang muncul ketika mendengar padanan kata asing dalam Bahasa Indonesia. Namun ketika orang Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik, benar, dan sesuai dengan tempatnya, ini dapat menjadi penyebab dari berkembangnya Bahasa Indonesia itu sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan Bahasa Ibu sendiri? BUKU PILIHAN ¢ Ocean Melody ¢ Blakanis ¢ Crazy and It Was ¢ Makamkan Dirimu Di Tanah Tak Dikenal ¢ Istana Bla Bla Bla ¢ Negeri Di Ujung Tanduk ¢ Busted ¢ Revolution 2020 “Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri.” – Pramoedya Ananta Toer– E-NEWSLETTER EDISI 09 VOL.IV | SEPTEMBER 2018 Penulis: Bambang Joko Susilo Penerbit: Bestari Penulis: Suryaning Wulan & Yul C Penerbit: Bestari Penulis Penerbit : Ivan Lanin : Kompas Sebuah Ajakan Kembali Berbahasa Indonesia

Upload: nguyenanh

Post on 08-Jun-2019

281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Xenoglosofilia menjawab dari pertanyaan-pertanyaan seputar berbahasa Indonesia. Tidak terbatas pada padanan kata tetapi juga perbedaan penulisan, perbedaan makna, asal suatu kata

PERPUSTAKAAN KPK

Xenoglosofilia

“Eh eh cerita dong gimana rasanya musim dingin di

Rusia.”

“Waahh sumpah yaa dingin banget di sana. But

luckily gue nggak ngerasain badai salju even gue juga ke

Tomsk. Dan saljunya itu loh, tebel bangeet. Literally tebel,

which is kalo lo jalan ni kaki lo akan tenggelem setengah

betis.”

Kata-kata seperti luckily, even, literally, hingga which

is saat ini semakin akrab di telinga kita sebagai kata yang

kerap digunakan dalam percakapan sehari-hari. Tidak

heran apabila muncul pula julukan “Bahasa Anak Jak-

Sel” atau Bahasa Anak Jakarta Selatan yang kerap

mencampurkan antara Bahasa Indonesia dengan

Bahasa Inggris. Dunia yang sekarang tampak tak

memiliki sekat akibat berkembangnya internet menjadi

pemicu penggunaan bahasa ‘gado-gado’ in i .

Masyarakat Indonesia dibuat merasa serba salah

dengan perkembangan tersebut. Hingga terjadi

xenoglosofilia di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu

kecendrungan untuk lebih senang menggunakan

bahasa asing dibanding Bahasa ibu-nya.

Sejatinya, tidak ada yang salah dengan kemampuan

berbahasa lebih dari bahasa ibu, selama dilakukan

dalam kaidah yang tepat. Misal, menggunakan Bahasa

Indonesia ketika berbicara dengan orang Indonesia dan

menggunakan Bahasa Inggr is da lam forum

internasional. Tidak berusaha untuk mencampurkan

kedua bahasa di forum yang kurang tepat. Perilaku

bahasa ‘gado-gado’ ini sedikit banyak memengaruhi

kemampuan berbahasa kita. Akibatnya kita setengah-

setengah dalam memahami bahasa, pun dalam

menggunakan bahasa ibu, kita hanya mengetahui

bahasa yang standar digunakan saja.

Bahasa adalah sarana komunikasi dalam

menyampaikan suatu pesan atau ide dengan baik

sehingga dapat diterima maksudnya oleh lawan bicara.

Bahasa yang d ip i l ih untuk d igunakan dalam

berkomunikasi ini kembali lagi kepada penyampai pesan

itu. Selama mayoritas yang menerima pesan

memahami bahasa yang digunakan oleh komunikator

maka sah-sah saja menggunakan bahasa lain.

Ivan Lanin dalam bukunya “Xenoglosofilia: Kenapa

Harus Nginggris?”, berusaha mengajak kita untuk

mencintai Bahasa Indonesia lebih dalam. Meskipun

Bahasa Indonesia menjadi bahasa ibu, namun belum

tentu kita memahami dengan tepat penggunaan

Bahasa tersebut. Tidak sedikit dari kita yang belum

dapat membedakan beberapa kata dalam Bahasa

Indonesia padahal sehari-hari digunakan seperti kata

lajur dan jalur yang memiliki makna berbeda. Selain itu,

banyak juga yang tidak dapat membedakan antara di

sebagai kata depan dan di- sebagai awalan. Fatal ketika

membuat tulisan bersifat ilmiah dalam Bahasa

Indonesia, kita tidak dapat membedakan hal-hal

tersebut.

Dalam buku ini, Ivan membagi tiga bagian, yakni

bagian satu mengenai xenoglosofilia yang menjelaskan

mengenai padanan kata asing dalam Bahasa Indonesia.

Seperti bon yang merupakan padanan dari bill, pranala

s e b a g a i p a d a n a n d a r i h y p e r l i n k , m a u p u n

terhubung/terputus padanan dari online/offline. Bagian

dua adalah Tanja. Pernah dengar istilah tanja? Tuh kan,

orang Indonesia saja tidak tahu apa itu tanja. Tanja

merupakan akronim dari tanya jawab atau saat ini orang

Indonesia sendiri justru lebih akrab dengan FAQ

(Frequently Asked Question) atau QnA (Question and

Answer). Indonesia sekali bukan? Pada bagian ini, Ivan

berusaha menjawab dari pertanyaan-pertanyaan

seputar berbahasa Indonesia. Tidak terbatas pada

padanan kata tetapi juga perbedaan penulisan,

perbedaan makna, asal suatu kata Bahasa Indonesia,

dan lain-lain. Bagian tiga, penulis sedikit menguji

pengetahuan kita sebagai pembaca dalam mengenal

kata-kata Bahasa Indonesia seperti jalur atau lajur, ke

luar atau keluar, maupun praktik atau praktek.

Ah, aneh, tidak biasa, tidak enak didengar.

Barangkali itu reaksi yang muncul ketika mendengar

padanan kata asing dalam Bahasa Indonesia. Namun

ketika orang Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia

dengan baik, benar, dan sesuai dengan tempatnya, ini

dapat menjadi penyebab dari berkembangnya Bahasa

Indonesia itu sendiri.

Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan

Bahasa Ibu sendiri?

BUKU PILIHAN

¢ Ocean Melody

¢ Blakanis

¢ Crazy and It Was

¢ Makamkan Dirimu Di Tanah Tak Dikenal

¢ Istana Bla Bla Bla

¢ Negeri Di Ujung Tanduk

¢ Busted

¢ Revolution 2020

“Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri.”

– Pramoedya Ananta Toer–

E-NEWSLETTER EDISI 09 VOL.IV | SEPTEMBER 2018

Penulis: Bambang Joko SusiloPenerbit: Bestari

Penulis: Suryaning Wulan & Yul CPenerbit: Bestari

PenulisPenerbit

: Ivan Lanin: Kompas

Sebuah Ajakan Kembali Berbahasa Indonesia

Page 2: Xenoglosofilia menjawab dari pertanyaan-pertanyaan seputar berbahasa Indonesia. Tidak terbatas pada padanan kata tetapi juga perbedaan penulisan, perbedaan makna, asal suatu kata

inong dan bemonya mengunjungi sekolah Kdasar, taman kanak-kanak atau sekolah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dua kali dalam

sepekan. Eits, ini bukan bemo sembarangan.

Bemo ini telah dimodifikasi, berisi ratusan koleksi

buku dan layar untuk menonton film. Ia

menyambangi sekolah-sekolah secara random di

wilayah Tanah Abang dan Pejompongan.

Kunjungan bemo pintar, menjadi momen

yang ditunggu anak-anak. Menurut para guru

sekolah yang disambangi, bemo pintar milik

Kinong, telah memberi pengaruh positif pada

anak.

“Kegiatan Pak Kinong mempengaruhi

perilaku anak-anak. Mereka jadi suka baca

daripada bermain saat waktu istirahat,” ujar Guru

PAUD Nusantara, Aisyah.

Yang menarik, tugas Kinong tak hanya

menyediakan buku saja. Dia juga menjelaskan

buku-buku mana saja yang bisa dibaca anak

sesuai usianya.

Tak terasa, Kinong telah berkeliling bersama

bemo pintar dalam enam tahun terakhir.

Mengapa bemo? Kendaraan roda tiga itu memiliki

bentuk ramping sehingga memudahkan akses

keluar masuk jalan-jalan kecil di Jakarta. Selain

itu, bemo juga memiliki kapasitas yang bisa

menampung banyak buku.

Untuk biaya operasional bemo, ia sisihkan

dari hasil narik bemo. Dalam sehari, Kinong

mendapatkan penghasilan bersih sekitar 70-80

ribu rupiah dari hasil narik bemo. Dari jumlah ini, ia

bagi dua, separuh untuk nafkah anak dan istrinya,

separuh lagi untuk operasional bemo pintar.

“Kalau di rumah, yang penting dapur

mengepul. Biar makan tak kenyang, asal tak

lapar,” katanya.

Meski hidup dalam kesederhanaan, Kinong

tak mengeluh dengan jalan pengabdian yang ia

pilih. “Hidup kan cuma sekali, saya ingin ketika

saya mati, saya meninggalkan dunia sudah

berjasa bagi orang lain, bermanfaat bagi orang

lain, juga untuk keluarga saya,” katanya.

Dari berbagai sumber

Inspirasi Literasi

Ü Indonesia memiliki 442 bahasa daerah yang telah diidentifikasi oleh Peta Bahasa Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Ü Bahasa Indonesia merupakan Bahasa resmi kedua di Vietnam. Hal ini ditandai dengan

diresmikannya penggunaan Bahasa Indonesia oleh Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City pada Bulan

Desember 2007. Sehingga Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sama dengan Bahasa

Inggris, Prancis, dan Jepang.

Ü Bahasa Indonesia telah dipelajari oleh lebih dari 45 negara di dunia, termasuk di 500 sekolah di

Australia.

tahukah kamu?

Artikel Korupsi

Asset Recovery and Mutual Legal Assistance

Bribery

Fraud

Indeks

Persepsi

Korupsi

Pemberantasan

Korupsi

di Indonesia

Kasus Korupsi

Korupsi dan Agama

Korupsi

di Wilayah

Lain

Korupsi Khusus

Money Laundering

Novel

Korupsi Pendidikan Antikorupsi

Peradilan

Peraturan

Korupsi

Prosiding

Korupsi

Teori Korupsi

Whis

tleblo

win

g

Direktori Subjek Korupsi Perpustakaan KPK

Kunjungi dan manfaatkan koleksi Perpustakaan KPK untuk mencari referensi dan rekreasi!

perpustakaan.kpk.go.id

Bemo Pustaka, Berkeliling untuk Mencerdaskan