xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/8128318/1115220360/name/bab… · web viewtersebut dipanaskan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja praktek merupakan salah satu program untuk lebih mendekatkan
dunia kampus dengan dunia industri, yang dijadikan salah satu mata kuliah wajib
dari Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung. Kerja praktek ini harus
ditempuh oleh setiap mahasiswa karena berguna untuk bekal terjun di dunia
industri setelah lulus.
Dengan program kerja praktek, mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui perkembangan teknologi dan industri yang relevan dengan program
studinya. Pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman tentang dunia industri yang
didapatkan secara langsung melalui praktek industri akan membuka wacana bagi
mahasiswa jauh lebih nyata sehingga diharapkan mahasiswa dapat
memadukannya dengan ilmu pengetahuan yang telah didapat di dalam
perkuliahan. Dengan kerja praktek, diharapkan mampu membuka dan
meningkatkan hubungan kerja sama yang erat antara lembaga pendidikan dengan
industri.
PT Krakatau Steel merupakan salah satu perusahaan industri baja
dunia (word class) dan saat ini masih menjadi industri baja terbesar di Indonesia
yang mencapai jutaan ton per tahunnya. Sebagai sebuah perusahaan industri yang
besar, PT Krakatau Steel menggunakan perangkat lunak maupun keras untuk
mendukung proses produksinya. Dari berbagai macam alat yang digunakan
perawatan sangat diperlukan agar semua dapat berjalan dengan sempurna. Salah
satunya pada Divisi Cold Rolling Mill (CRM) di PT Krakatau Steel yang akan
menjadi kajian dalam laporan kerja praktek ini.
Pemilihan PT Krakatau Steel sebagai tempat untuk melaksanakan
kerja praktek karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang berkembang
dalam bidang perindustrian dan termasuk dalam kelompok Badan Usaha Milik
1
Negara Industri Strategis (BUMNIS) yang bergerak dalam lingkup bisnis industri
baja terpadu dan industri perdagangan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Kerja praktek ini bertujuan untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai penerapan disiplin ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. Penerapan
disiplin ilmu ini dirasa sangat penting karena ini yang diperoleh mahasiswa di
bangku kuliah kurang penerapannya terhadap kenyataan di dunia kerja.
Dengan adanya kerja praktek ini diharapkan mahasiswa mendapatkan
tambahan ilmu pengetahuan yang tidak diperoleh di bangku kuliah. Selain itu,
mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman yang bisa dijadikan bekal untuk
memasuki dunia kerja dan juga mahasiswa diharapkan dapat mengikuti
perkembangan teknologi sehingga tidak terjadi suatu kesenjangan antara teknologi
maupun ilmu pengetahuan terbaru dalam dunia pendidikan dengan dunia industri
yang akan dimasuki setelah selesai dari jenjang pendidikan akedemisnya. Adapun
tujuan lain diadakannya kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan dengan baik salah satu mata kuliah wajib yakni Kerja
Praktek (KP) pada semester V untuk mahasiswa spesialisasi produksi dan
perawatan Program Studi Teknik Mesin.
2. Memberikan pengalaman nyata tentang kondisi secara kongkrit, sehingga
memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia kerja secara nyata.
3. Memupuk kemampuan beradaptasi, berkomunikasi, dan memahami lebih
dalam tentang tugas sebagai individu dan kelompok kerja.
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa secara mandiri dan kelompok
dalam memecahkan masalah yang timbul di dalam bekerja.
1.3 Ruang Lingkup Bahasan
Adapun ruang lingkup bahasan yang ditinjau dan diamati selama
Kerja Praktek ini adalah:
1. Data yang diambil merupakan data pada bulan Agustus 2009.
2
2. Peninjauan dan pengamatan hanya dilakukan pada divisi Cold Rolling Mill
(CRM) pada line Temper Mill dan Cold Rolling Finishing.
3. Pembahasan difokuskan hanya pada sistem hidraulik pada Line Temper
Mill dan Cold Rolling Finishing.
1.4 Metode Pengumpulan Data Kerja Praktek
Dalam menyelesaikan beberapa masalah yang dihadapi, penulis perlu
mencari sumber-sumber data yang diperlukan. Untuk mendapatkan data-data
tersebut, penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya:
1. Studi lapangan (observasi). Dilakukan dengan penelusuran langsung ke
lapangan divisi CRM (Cold Rolling Mill) dimana studi kasus yang
diangkat akan dibahas.
2. Wawancara. Dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemecahan
masalah tersebut.
3. Studi literatur. Dilakukan dengan penelusuran ke ruangan tempat
penyimpanan data-data yang berhubungan dengan CRM, data-data teknik
perusahaan, dan pencarian di modul-modul kuliah.
1.5 Sistematika Penulisan Laporan
Laporan ini disusun terdiri dari 6 bab, pada setiap bab terdiri dari sub-
bab. Di bawah ini sistematika laporan yang akan ditulis secara garis besar yaitu:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan
kerja praktek, ruang lingkup pembahasan, metode pengambilan data, dan
sistematika penulisan laporan.
3
Bab II Tinjauan Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang sejarah umum perusahaan, visi dan misi
perusahaan, ruang lingkup perusahaan, kepegawaian, dan struktur organisasi
perusahaan.
Bab III Divisi Cold Rolling Mill (CRM)
Bab ini berisi tentang sejarah singkat divisi CRM, struktur organisasi
divisi CRM, dan lini proses produksi pada divisi PP-IV CRM.
Bab IV Perawatan Sistem Hidrolik
Bab ini berisi tentang permasalahan yang terjadi pada sistem hidrolik,
analisa, dan penanganan masalah tersebut.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan tentang pengamatan yang telah dilakukan
oleh penulis selama kerja praktek serta saran yang bersifat membangun untuk
perusahaan.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah PT Krakatau Steel
PT Krakatau Steel yang berlokasi di Cilegon merupakan industri
pengolah baja terbesar di Indonesia. Pabrik ini merupakan permulaan proyek baja
dari pemerintahan yang mulai berdiri pada bulan Mei 1962. Pada mulanya proyek
tersebut dikenal dengan nama proyek pabrik baja “ TRIKORA” yang mendapat
bantuan dari pemerintah Rusia.
Akibat adanya pemberontakan G30S PKI proyek pembangunan dari
tahun 1966 sampai tahun 1972 dapat dikatakan terhenti sama sekali, kesulitan
utamanya adalah pembiayaan pembangunan pabrik. Akhirnya, berdasarkan
peraturan pemerintah No 35 tahun 1970, proyek pabrik baja “ TRIKORA”
dirubah menjadi PT Krakatau Steel yang disahkan dengan ditandatangani akte
notaris No. 35 pada tanggal 23 Oktober 1971. PT Krakatau Steel melanjutkan
pembangunan proyek, dan pada akhir tahun 1976 pabrik besi beton telah
diselesaikan dan dioperasikan secara komersil sejak tahun 1977.
Pabrik besi siku yang berada didalam satu gedung dengan pabrik besi
beton selesai pembangunannya pada bulan Juli 1977. Dengan selesainya pabrik
besi siku tersebut maka seluruh pembangunan pabrik baja yang mulanya
merupakan proyek bantuan Rusia dapat diselesaikan.
Selanjutnya PT Krakatau Steel melaksanakan pembangunan pabrik–
pabrik baru sebagai perluasan usaha. Sesuai tujuan pendirian PT. Krakatau Steel,
maka pabrik–pabrik yang dibangun adalah yang terpadu, yaitu dapat mengolah
bijih besi sampai dengan produk–produk barang jadi dari baja.
2.2 Visi dan Misi PT Krakatau Steel
Sebagai acuan dalam proses pengembangan kualitas dan kuantitas
produksi, PT Krakatau Steel memillii visi dan misi sebagai berikut :
5
1. Visi
Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh
dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka
di dunia.
2. Misi
Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran
bangsa .
2.3 Ruang Lingkup Perusahaan
2.3.1 Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik baja PT. Krakatau Steel yang terletak di daerah Anyer ,
Kodya Cilegon provinsi Banten dengan luas areal keseluruhan ± 2400 hektar .
adapun pemilihan lokasi tersebut melalui beberapa pertimbangan antara lain
sebagai berikut :
1. Tanah yang tersedia untuk areal pabrik cukup luas atau kurang baik
untuk pertanian.
2. Telah tersedianya jalan raya dan rel kereta api .
3. Lokasi pabrik dekat dengan laut sehingga memunginkan untuk
membangun pelabuhan yang mampu melayani kapal berbobot besar
sehingga memudahkan untuk impor bahan mentah maupun ekspor
barang hasil produksi.
4. Sumber air yang merupakan kebutuhan pokok dari pabrik dan
kebutuhan sehari–hari cukup memadai.
5. Jumlah penduduk yang berada disekitarnya belum padat.
Disamping alasan–alasan diatas, pemilihan lokasi tersebut juga
mendapat persoalan lain yang perlu diatasi, seperti tidak tersedianya tenaga kerja
setempat yang terampil, sulitnya mendapat air permukaan, dan sulitnya
pembangkit listrik.
Namun kesulitan–kesulitan seperti tersebut dapat segera diatasi
dengan mencari tenaga–tenaga kerja dari daerah lain, membangun waduk pada
6
sungai Kerenceng, membangun pembangkit listrik tenaga uap yang disalurkan
dari Indramayu, Jawa Barat dengan menggunakan pipa.
2.3.2 Unit–Unit dan Hasil Produksi
PT Krakatau Steel sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang
saling mendukung, yaitu:
1. Pabrik Besi Spons ( Direct Reduction Plant)
Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani suatu
proses pengolahan biji besi/pellet menjadi besi spons. Besi spons
merupakan bahan baku mentah untuk membuat baja, bentuk dari biji
besi spons tersebut seperti butiran-butiran kelereng, dimana butiran
atau biji besi tersebut diproses reduksi secara langsung (Direct
Reduction).
2. Pabrik Slab Baja ( Slab Steel Plant/SSP )
Pabrik slab baja merupakan pabrik untuk tempat peleburan
besi dimana pabrik slab baja ini terdiri dari dua buah pabrik, yaitu:
a. Slab Steel Plant I
Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja
batangan.
b. Slab Steel Plant II
Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja
lembaran.
Besi spons diisikan di dalam dapur listrik dengan
menggunakan continous feeding, selain spons dapur listrik juga diisi
dengan scrap atau besi tua dan batu kapur secukupnya kemudian
bahan tersebut dilebur menjadi baja cair yang masih berbentuk
batangan/lembaran-lembaran besi yang belum diolah dengan
membutuhkan panas yang sangat tinggi mencapai titik didih 1650°C.
Sumber panasnya berasal dari energi listrik yang dialirkan melalui
7
elektroda listrik yang membara. Kapasitas produksi terpasang yaitu
sekitar 1.000.000 ton/tahun.
Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu: 4
buah dapur listrik yang masing-masing berkapasitas 120 ton baja cair
dan 2 buah mesin kontiniu dengan masing-masing 1 jalur percetakan
slab (mould).
3. Pabrik Billet Baja ( Billet Steel Plant/BSP)
Billet Steel Plant (BSP) meerupakan pabrik yang
menghasilkan lempengan baja dengan bahan baku utamnya yaitu
scrap, besi spons, dan batu kapur. Semua bahan baku tersebut
dimasukkan dalam ruangan dapur listrik untuk pengolahan dan
kemudian dicetak menjadi lempengan baja. Dengan kapasitas
produksi 500.000 ton/tahun. Ukuran dari hasil billet baja tersebut
yaitu: panjang: 6m, 10m, dan 12m. Dengan penampang : 100 x
100mm, 110 x 110mm, dan 120 x 120mm.
Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama
dengan proses pabrik Slab Steel Plant perbedaanya hanya terletak
pada bentuk cetakan. Hasil pabrik ini juga dapat digunakan oleh
pabrik wire rod sebagai bahan baku. Sedangkan untuk perlengkapan
utama dari pabrik ini yaitu: tersedia 4 buah dapur listrik dan 4 buah
mesin tuang continue.
4. Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill/HSM )
Pabrik Hot Strip Mill (HSM) merupakan bagian pabrik
untuk mengukur ketebalan dari lembaran-lembaran baja. Dengan
menggunakan alat overhead crane, slab dibersihkan terlebih dahulu
dengan rollertable dan siap untuk dimasukkan ke furnace dengan
menggunakan slab pusher.
Di dalam furnace dipanaskan dengan temperature
mencapai sekitar 1300°C. Setelah itu slab tersebut dikirim ke
8
roughing stand dirol untuk menipiskan ketebalan ±200mm menjadi
±20-40mm. Pada finishing stand dirol kembali untuk mendapatkan
ketebalan ukuran yang direncanakan tergantung dari permintaan
konsumen.
A. Perlengkapan utama dari pabrik HSM antara lain:
a. Lima buah finishing stand yang dilengkapi dengan alat ukur
untuk mengontrol secara otomatis yaitu mengukur lebar,
tebal, dan temperature strip
b. Sebuah for high finishing stand yang dilengkapi dengan ukur
flange edger roll dan water desclaler dengan tekanan air 400
bar.
c. Sebuah dapur pemanas yang berkapasitas 300 ton/jam dengan
bahan bakar gas alam.
d. Sebuah down coiler lengkap dengan conveyor.
e. Dua jalur mesin pemotong yang digunakan untuk:
1. Pemotong slitting atau recoiling untuk strip yang tebalnya
±10 mm yang pengoperasiannya dikendalikan dengan
komputer.
2. Pemotong dan trimming plat dengan tebal 4-25 mm.
5. Pabrik Baja Dingin ( Cold Rolling Mill/CRM )
Cold Rolling Mill (CRM) merupakan suatu pabrik yang
mengolah lembaran baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya
oleh pabrik Hot Strip Mill (HSM). Kemudian hasil dari pabrik HSM
ditipiskan kembali melalui proses pendinginan pada tandem Cold
Reduction Mill sampai 92% dari hasil ketebalan sebelumnya.
Sebelum melakukan penipisan lembaran baja tersebut harus
dibersihkan terlebih dahulu ke dalam tangki yang berisi HCl.
Kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan sistem
Batch Annealing Furnace (BAF) dan Contionous Annealing Line
9
(CAL), hasil lembaran baja tersebut diratakan dengan temper mill
sesuai dengan permintaan konsumen.
6. Pabrik Batang Kawat ( Wire Rod Mill/WRM )
Pabrik Wire Rod Mill (WRM) adalah sebuah pabrik yang
memproses batangan kawat baja. Produk-produk pabrik batang
kawat juga merupakan bahan baku dari pabrik-pabrik seperti mur
dan baut, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain sebagainya.
Dengan melakukan penimbangan, pencatatan, dan pemeriksaan
secara visual serta pengaturan posisi, billet siap dimasukkan ke
dalam furnace dimana billet tersebut dipanaskan dengan temperatur
1200°C. Pengeluaran billet didorong dengan alat yang disebut billet
injector. Kemudian setelah billet didinginkan dengan air, maka billet
siap untuk digulung loop plyer.
A. Peralatan utama dalam pabrik Wire Rod Mill adalah:
a. Sebuah furnace dengan kapasitas 60 ton/jam.
b. Dua buah konveyor dingin.
c. Dua buah mesin untuk merapikan atau mengompakkan
gulungan dan mengikatnya.
Kapasitas produksi pabrik ini mencapai 200.000 ton/tahun
batang kawat. Diameter kawat yang dihasilkan adalah 5,5 mm, 8
mm, 10 mm, 12 mm. Ukuran yang dihasilkan: panjang 10.000 mm,
berat 900 Kg, penampang 110 x 110 mm.
B. Untuk variasi batang kawat yang dihasilkan terdiri dari:
a. Batang kawat karbon rendah.
b. Batang kawat untuk elektroda las.
c. Batang kawat untuk cold holding.
Selain itu PT Krakatau Steel (Persero) juga memiliki
beberapa sarana yang mendukung unit-unit produksi di atas,
yaitu:
10
a. Pelabuhan Cigading yang menampung kapal-kapal dengan
bobot 1500 ton/jam dan alat pembuat besi spons (conveyor)
dengan kapasitas 2000 ton.
b. Ban berjalan (conveyor belt) dari pelabuhan ke pabrik sejauh
6 km guna membawa bahan baku pellet dari pelabuhan
Cigading.
c. Pusat pembersihan air dari Waduk Krenceng yang mampu
menyediakan air untuk keperluan industri dengan debit 2000
liter/detik.
d. Gas Alam yang keluar dari dua sumber melalui sambungan
pipa yaitu gas alam Parini dan Arjuno di lepas pantai
Cilamoya dan sumber gas Murindu.
e. PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap ) yang berkapasitas
400MW yang terdiri dari 5 unit, dengan masing-masing
berkapasitas 80MW dengan dilengkapi komputer sebagai
penyimpan dokumentasi variabel-variabel proses operasi.
f. Telekomunikasi yang menghubungkan semua unit kawasan
industri dan kawasan perumahan dinas dengan kapasitas
±1340 set pesawat telepon.
g. Daerah perkotaan yang terdiri dari perumahan pemimpin dan
karyawan sebanyak ±1400 rumah. Selain itu juga terdapat
sekolah seperti TK, SD, SMP, SMK, rumah sakit serta sarana
olahraga.
h. Bus antar jemput untuk karyawan dan juga mobil-mobil dinas
PT Krakatau Steel (Persero).
2.3.3 Fasilitas dan Sarana Pendukung
Untuk menunjang kegiatan kerja sama bisnis di bidang produksi
baja, PT Krakatau Steel dilengkapi dan didukung dengan berbagai fasilitas
dan sarana yang berbentuk badan usaha mandiri sebagai anak perusahaan
PT Krakatau steel , diantaranya adalah sebagai berikut :
11
1. PT Krakatau Daya Listrik ( PT. KDL)
PT KDL merupakan perusahaan yang mengoperasikan pembangkit
listrik guna mensuplai kebutuhan listrik PT Krakatau Steel. Perusahaan
ini memiliki pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 400
MW yang terdiri dari 5 unit turbin dan masing – masing berkapasitas
80 MW, selain itu juga dilengkapi dengan sistem jaringan dan
distribusi sampai ke konsumen.
2. PT Krakatau Bandar Samudra ( PT KBS)
PT KBS merupakan perusahaan yang mengoperasikan pelabuhan
khusus Cigading sebagai tempat bongkar muat produk dan berbagai
komoditi keperluan PT KS. Saat ini perusahaan memiliki dermaga
dengan panjang 1098 m dan kedalaman 14 m, yang mampu melayani
bongkar muat kapal dengan bobot mati hingga 70.000 DWT.
3. PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI)
Perusahaan ini berfungsi mensuplai kebutuhan air di industri PT
Krakatau Steel,dengan debit air sebesar 2000 ltr/detik. Air bersih yang
dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan proses industri di seluruh
kawasan PT KS maupun bagi warga komplek perumahan KS.
4. PT KHI Pipe Industri (PT KHI)
Perusahaan ini menggunakan produk dari pengerolan baja
lembaran panas ( HSM ) yang memproduksi berbagai jenis pipa–pipa
baja untuk penyaluran minyak, gas atau air ataupun struktur bangunan.
Pada saat ini PT KHI dapat memproduksi pipa dengan diameter 4 - 80
inchi dengan spesifikasi API ( American Petroleum Industries ) sampai
dengan grade 5 LX – 70.
12
5. PT Krakatau Engineering Coorporation (PT KE)
Perusahaan ini mendukung bidang perekaysaan industri PT KS.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha engineering,
procurement, construction, proyek managemen,t dan prediktif
management ( PT MM) yang didukung oleh 468 orang tenaga
profesional yang berpengalaman.
6. PT Krakatau Wajatama (PT KW)
Perusahaan ini memproduksi baja tulangan beton, baja profil
ukuran medium ke bawah serta kawat paku dengan kapasitas masing–
masing 150 ton per tahun, 45 ribu ton per tahun dan 18 ribu ton per
tahun.
7. PT Krakatau Information Technology (PT KIT)
Perusahaan ini mendukung pengembangan teknologi informasi,
yang didukung oleh 131 orang tenaga profesional yang telah
berpengalaman dibidang pengelolaan dan pengembangan sistem,
otomasi pabrik, jaringan dan komunikasi dan value added network.
8. PT Pelat Timah Nusantara ( PT LATINUSA)
Perusahaan ini memproduksi plat timah ( tin plate ). Perusahaan ini
mampu menghasilkan 130.000 ton per tahun plat timah ( coil, sheet )
dengan kualitas prime , assorted waste, dan unassorted waste yang
dapat digunakan untuk can /food critical, general can/non critical
dengan pasar domestik.
9. PT Krakatau Industri Estate Cilegon (PT KIEC)
Perusahaan ini bergerak di bidan pengelolaan jasa kawasan
industri, SOR, dan hotel. Selain itu juga sebagai pengelola seluruh
aset–aset perusahaan baik produk maupun jasa.
13
10. PT Krakatau Medika (PT KM)
Perusahaan ini bergerak di bidang pelayanan kesehatan ( Rumah
Sakit PT Krakatau Steel ). Sebagai rumah sakit bagi karyawan PT
KS, serta karyawan anak perusahaan PT KS serta umum.
2.4 Kepegawaian
Tenaga kerja merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan untuk
membentuk suatu kesatuan dalam operasional dari perusahaan sehingga
kegiatan untuk menghasilkan produksi dapat berjalan menurut fungsinya
PT krakatau Steel memiliki sekitar 6500 karyawan organik dan beberapa
ribu karyawan non organik. Karyawan organik diangkat untuk
menunjang operasi perusahaan dalam waktu lama , sedangkan karyawan
non organik diangkat sesuai dengan jenis pkerjaan yang ada pada waktu
tertentu terdiri dari karyawan harian lepas, kontrak , dan honorer , dan
disuplai dari beberapa perusahaan labour suplai yang mendapatkan
kontrak kerja dari PT Krakatau Steel.
2.4.1 Status Karyawan
1. Karyawan Organik
Karyawan Organik adalah karyawan yang diangkat sebagai
karyawan tetap setelah memenuhi persyaratan yang telah di
tentukan oleh dewan direksi.
2. Karyawan Non Organik
Adalah karyawan yang diangkat dalam jangka waktu tertentu,
karyawan non organik dibagi lagi menjadi 3 macam , yaitu :
a. Karyawan harian lepas, karyawan harian ini diorganisasikan
oleh suatu badan usaha perseorangan yang bertujuan untuk
memberikan tenaga kerja yang diperlukan oleh perusahaan.
Karyawan ini sewaktu – waktu dapat diputus hubungan
kerjanya apabila perusahaan sudah tidak membutuhkannya
lagi tanpa mendapat pesangon.
14
b. Karyawan kontrak, karyawan ini diperlukan oleh perusahaan
dalam jangka waktu tertentu dan apabila perusahaan masih
membutuhkannya pada saat kontraknya habis, maka
perusahaan dapat memperpanjang kontraknya.
c. Karyawan honorer, karyawan yang tenaganya sewaktu –
waktu dibutuhkan oleh perusahaan dan upah yang diberikan
perusahaan kepada tersebut dihitung dalam jangka waktu
sesuai dengan harga yang disepakati bersama.
2.4.2 Waktu Kerja Karyawan
Dalam upaya untuk mencapai target yang diinginkan , maka
pabrik harus beroperasi secara maksimal dan terus menerus .Untuk
itu PT Krakatau Steel menyusun program kerja untuk karyawan
yaitu :
a. Karyawan Non Shift
Waktu kerja per hari di PT KS adalah 8 jam atau 40 jam per
minggunya , dengan waktu istirahat selama 60 menit.Waktu
kerja karyawan non shift dari senin s/d jumat, masuk mulai
pukul 08.00 hingga pukul 16.30 , dengan waktu istirahat
pukul 12.00 s/d 13.00.kecuali pada hari Jumat karyawan
masuk mulai pukul 09.30 s/d 17.00 dengan waktu istirahat
pukul 11.30 s/d 13.00.
b. Karyawan shift
Waktu kerja karyawan shift diatur secara bergiliran selama
24 jam dengan pembagian waktu kerja sebanyak 3 shift.
Masing–masing shift bekerja selama 8 jam dengann sistem
kerja dilakukan oleh group shift dimana 3 grup shift bekerja
selama 24 jam dan 1 grup shift libur. Untuk pembagian
sistem ini adalah sebagai berikut :
a. Shift 1 bekerja pukul 06.00 s/d 14.00 WIB
b. Shift 2 bekerja pukul 14.00 s/d 22.00 WIB
15
c. Shift 3 bekerja pukul 22.00 s/d 06.00 WIB
2.4.3 Kesejahteraan Karyawan
Selain gaji dan tunjangan yang diberikan, perusahaan juga
berusaha meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan cara
memberikan fasilitas–fasilitas antara lain :
a. Asuransi tenaga kerja
Terdiri dari asuransi kematian dan asuransi kecelakaan yang diberikan
melalui asuransi sosial tenaga kerja .
b. Jaminan kesehatan
Berupa pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan untuk karyawan dan
keluarganya yang sedang sakit baik fisik maupun mental. Yang berhak
menerima adalah karyawan tetap, istri atau suami karyawan yang
terdaftar di divisi personalia dan anak kandung karyawan ataupun anak
angkat yang sah dan terdaftar di divisi personalia dengan ketentuan
belum mencapai umur 21 tahun dan belum berpenghasilan tetap.
c. Jaminan hari tua
Diberikan kepada karyawan yang memenuhi ketentuan telah mencapai
usia 55 tahun atau pensiun dipercepat karena cacat. Selain itu juga
diberikan fasilitas pendidikan dan tunjangan hari raya.
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan
PT Krakatau steel secara garis besar organisasinya berbentuk garis dan
staf, dimana pada strukturnya direktur utama merupakan eksklusif tertinggi
( lampiran 1). Direktur utama membawahi kepala direktorat yaitu:
a) Direktorat Perencanan dan Teknologi
Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, dan
mengevaluasi usaha, pengolahan data, pengadaan sarana dan
prasarana penunjang kawasan industri dan masalah konstruksi
serta menangani masalah–masalah yang berkaitan dengan
16
teknologi, baik bersifat jangka panjang, permasalahan sehari–hari
dan yang tidak terselesaikan dan masalah–masalah lintas sektoral.
b) Direktorat Produksi
Bertugas merencanaan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang pengoperasian dan perawatan sarana
produksi, metalurgi, dan koordinasi produksi.
c) Direktorat SBM
Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan,
pendidikan dan pelatihan kerja, serta merencanakan organisasi,
hubungan masyarakat dan administrasi pengelolaan kawasan serta
keselamatan kerja.
d) Direktorat Keuangan
Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang keuangan.
e) Direktorat pemasaran
Bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan di bidang pemasaran produk.
f) Direktorat logistik
Bertugas menangani masalah pembelian suku cadang, bahan baku
dan bahan pembantu serta pergudangan.
17
BAB III
DIVISI CRM
3.1 Sejarah Singkat Divisi CRM
Cold Rolling Mill (CRM) atau yang disebut juga pabrik pengerolan
baja lembaran dingin (PPBLD) adalah bagian dari PT Krakatau Steel yang berdiri
pada tanggal 19 Februari 1983 dengan nama PT Cold Rolling Mill Indonesia
Utama (PT CRMIU). Pabrik ini terletak kawasan industri berat Krakatau, Cilegon,
dengan luas pabrik 101.392 m2 di atas tanah seluas 400.000 m2. Peletakan pertama
pembangunannya dilakukan pada tanggal 14 Februari 1984 oleh Menteri
Perindustrian Indonesia Ir. Hartanto dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 23 Februari 1987 sebagai pabrik lembaran baja dingin pertama di
Indonesia.
Realisasi berdirinya pabrik ini tercapai atas kerja sama tiga
perusahaan induk, yaitu PT Krakatau Steel (40%), PT Kaulin Indah (40%), dan
satu perusahaan asing (Perancis) yaitu Sestiacie (20%). Salah satu tujuan
berdirinya pengolahan lembaran baja dingin ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan akan lembaran baja tipis yang setiap tahunnya meningkat.
Pabrik CRM ini mulai beroperasi secara komersial pada bulan April
1987 dengan menghasilkan baja lembaran dingin yang memiliki ketebalan 0,18-
3,00mm. Kapasitas produksi dari pabrik ini adalah 850.000 ton/tahun dengan
kemungkinan untuk ditingkatkan mencapai 1.500.000 ton/tahun untuk memenuhi
kebutuhan luar negeri dan dalam negeri.
Teknologi terbaru dari Spanyol, Prancis, dan Amerika Serikat
diterapkan untuk perangkat keras dan lunak. PT CRMIU merupakan pabrik
termodern di Asia Tenggara pada saat diresmikan. Ahli teknologi disiapkan
melalui pendidikan terampil Indonesia di Prancis, Spanyol, Italia, Belanda,
Taiwan, dan Indonesia. Pada bulan Oktober 1991 PT CRMIU bergabung dengan
PT Krakatau Steel menjadi Badan Usaha Miliki Negara (BUMN). Upacara
penggabungannya dilakukan oleh Menteri Muda Perindustrian, yang merupakan
18
satu divisi di bawah PT Krakatau Steel dengan nama divisi Cold Rolling Mill
(CRM).
Pabrik baja lembaran dingin (CRM) merupakan kelanjutan dari HSM
(Hot Strip Mill) yang merupakan salah satu proyek dari PT Krakatau Steel. Proses
produksi yang utama dari CRM ini adalah:
a. Pickling ( pengangkatan kotoran)
b. Cold Rolling (pengerolan dingin)
c. Cleaning (pembersihan permukaan)
d. Annealing (penghalusan butir)
e. Tempering (pengembalian sifat mekanis)
f. Recoiling (penggulungan kembali)
g. Shearing (pemotongan)
h. Packaging (pengepakan)
Sebagian besar konsumen dari produk CRM adalah lembaran baja
dingin dengan kualitas yang sama dengan tingkat keakuratan yang tinggi untuk
setiap dimensi. Produk hasil dari CRM berupa CRC (Cold Rolled Coil) yang pada
umumnya diperlukan untuk pembuatan kaleng makanan dan minuman maupun
bagian dari mobil dan part lain yang menggunakan baja tipis.
3.2 Struktur Organisasi Divisi CRM
19
Engineer
TCM
BAF
ECL1
TPMPRP
CPL
HRC
REC
SHR
CRC
CRSCR SLIT
ECL2
3.3 Lini Proses Produksi pada Divisi PP-IV CRM
Berdasarkan alur produksinya, CRM menghasilkan 4 macam produk,
yaitu:
1. Pickle and oil : CPL merupakan proses akhir produksi.
2. As Rolled : TCM merupakan proses akhir tanpa melewati
proses downstream selanjutnya.
3. Full Hard : Tidak melewati proses annealing (CAL/BAF)
4. Soft : Melewati proses annealing (CAL/BAF)
Berikut adalah diagram alir produksi divisi CRM
Gambar 3.1 Diagram alir produksi divisi CRM
Keterangan:
20
Divisi CRM mempunyai unit-unit produksi yang masing-masing
memiliki fungsi tersendiri. Proses produksi yang ada diantaranya adalah:
1. Continous Pickling Line (CPL)
Sebelum bahan baku Hot Rolled Coil (HRC) dari HSM dapat
diproses di Continous Tandem Cold Mill (CTCM), karat di permukaan HRC yang
berasal dari oksidasi selama proses hot rolling harus dihilangkan dengan proses
Pickling menggunakan asam clorida (HCl). Proses ini berlangsung dengan
melewatkan HRC pada tangki cairan asam yang terdiri dari 4 buah tangki
sehingga permukaannya menjadi bersih. Lembaran yang sudah dibersihkan
selanjutnya diratakan bagian pinggirnya dan dipotong untuk proses selanjutnya.
Limbah dari cairan asam clorida dapat diolah kembali melalui proses dekomposisi
menjadi cairan asam clorida dan oksidasi besi. Oksidasi besi dari proses ini dapat
dimanfaatkan dalam industri pencelupan dan ferrite.
Sebelum diproses, plat disiapkan di preparation section untuk
memotong ujung coil sepanjang 2-3 meter. Kemudian strip diarahkan oleh
magnetic threading rolls agar dapat dengan tepat masuk pada pinch roll
processor. Setelah itu plat disambung dengan pengelasan menggunakan mesin las
flash butt welder.
Sisa-sisa oksida pada strip dihilangkan dengan cara mekanik dan
kimia. Untuk yang mekanik dilakukan menggunakan scale breaker, dengan
memecahkan deposit osksida pada permukaan strip. Untuk cara kimia dilakukan
dengan menggunkan HCl 18% dan digunakan waktu optimal agar proses
penghilangan scale berjalan dengan baik. Proses ini dilakukan di dalam pickling
tank.
Proses tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses-proses berikut:
1. Rinsing Section, proses ini untuk membersihkan sisa HCl yang
masih menempel pada permukaan strip dengan menggunakan
air. Strip yang keluar dari pickling tank disemprot dengan air.
2. Dryer, proses untuk mengeringkan air pembersih yang masih
melekat pada permukaan strip dengan cara menyemprotkan
21
udara panas pada permukaan strip untuk menguapkan sisa air
yang ada.
3. Trimmer, adalah proses pemotongan sisi-sisi strip sesuai
ukuran yang diinginkan untuk memudahkan pada proses
handling.
4. Oiler, merupakan proses untuk mencegah permukaan strip
agar tidak teroksidasi. Masing-masing strip diberikan minyak
pelumas (mineral oil dan palm oil) untuk kategori produk yang
berbeda-beda.
5. Recoiler, merupakan proses penggulungan strip menjadi coil
dengan ukuran diameter tertentu.
Berikut adalah alur proses produksi CPL
Gambar 3.2 Alur proses produksi Continous Pickling Line
2. Continous Tandem Cold Mill (CTCM)
Pada lini produksi ini bertujuan untuk menipiskan baja lembaran
atau strip yang sudah dibersihkan di CPL untuk mencapai ketebalan yang
diinginkan. Ketebalan strip minimum yang bisa dicapai disini yaitu setebal 0,18
mm. Peralatan ini dikontrol melalui komputer dengan kecepatan rolling
maksimum 1980 m/menit dan dapat menipiskan baja lembaran maksimum sampai
92%.
22
Pengerolan di CTCM menggunakan sistem 4 tingkat, dimana
lembaran yang tipis dapat diroll menjadi tipis lagi. Untuk meningkatkan hasil
yang lebih berkualitas, biasanya roll disusun secara seri sebanyak lima tahapan
atau 5 stand. Karena setiap stand terdapat reduksi yang berbeda-beda, maka strip
bergerak dengan kecepatan yang berbeda pula pada setiap standnya.
CTCM terdiri dari 5 stand dan masing-masing stand yang ada
mempunyai 4 buah rol. Keempat rol baja tersebut masing-masing terdiri dari dua
rol utama (Work Roll) dan dua rol pendukung (Back Up Roll), dengan
pengecualian pada rol pertama dan kelima dapat dimodifikasi menjadi 6 buah rol
pada masing-masing unitnya. Pada modifikasi ini ditambahkan 2 rol untuk
menghasilkan lembaran yang lebih tipis dan lebih halus permukaannya.
Berikut adalah alur produksi pada CTCM.
Gambar 3.3 Alur produksi CTCM
3. Batch Annealing Furnace (BAF)
Setelah proses reduksi pada lini CTCM, coil harus dipanaskan di
Batch Annealing Furnace untuk proses pengkristalisasian. Strip yang mengalami
penekanan dan pengerasan di lintasan mill sebelumnya mengalami perubahan
struktur kristal pada strip tersebut. Sehingga untuk mengembalikannya harus
dipanaskan pada temperatur 590°C-700°C untuk menentukan karakteristik yang
tepat dari strip agar didapat ductility, yield elongation, softness, dan drawbility
yang diinginkan.
23
Berikut adalah gambar susunan coil pada BAF
Gambar 3.4 Susunan coil pada BAF
4. Electrolytic Cleaning Line 1 (ECL 1)
Setelah proses reduksi ketebalan di CTCM, oli yang melapisi kedua
permukaan strip, grease, dan material lainnya yang terbawa pada waktu proses
reduksi harus dihilangkan. Untuk tetap menghasilkan baja kualitas baik,
digunakan Electrolitic Cleaning Line 1 yang menggunakan arus tinggi. Arus
tinggi ini diberikan dari rol konduktor sebagai electroda positif, solusi sebagai
elektroda negatif (wrap to wrap system) oleh karena oli, grease, dan material
lainnya dapat dibersihkan dari kedua permukaan strip. Lintasan ECL 1 ini terdiri
dari Entry section, Process section, dan Exit Section. Pada ECL 1 ini digunakan
untuk mengerol permukaan yang memeliki ketebalan kurang dari 0,4 mm.
Pada prinsipnya, pada proses ECL 1 menggunakn prinsip
elektrolisis, yaitu menjadikan strip bermuatan positif atau negatif, sehingga akan
menghilangkan oli dan gemuk dari permukaan strip. Larutan kimia yang
digunakan pada HCD tank (High Current Density tank) bersifat basa, yaitu
NaOH, Na2O, dan SiO2 dengan konsentrasi 30-40 g/l. Sisa oli yang terlepas akan
larut menjadi busa sabun (emulsi) untuk diproses lebih lanjut.
24
Berikut adalah alur produksi ECL 1
Gambar 3.5 Alur produksi ECL 1
5. Electrolytic Cleaning Line 2 (ECL 2)
Setelah proses elektrolitik pertama, masih ada beberapa kotoran yang
menempel pada strip dan harus dihilangkan sampai bersih. Untuk itu digunakan
elektrolytic cleaning line 2 yang menggunakan arus 6000 ampere (maks). Arus ini
diberikan dengan menggunakan grid to grid system , oleh karena itu oli, grease,
dan material lainnya dapat dihilangkan dan dibersihkan dari kedua permukaan
strip. Lintasannya terdiri dari entry section, process section dan exit section.
Selain itu digunakan pula untuk mengerol permukaan dengan ketebalan lebih dari
0,4 mm.
Berikut adalah gambar alur produksi ECL 2
Gambar 3.6 Alur produksi ECL 2
25
6. Continous Annealing Line (CAL)
Tujuan utama dari proses annealing ini adalah pengkristalisasian
kembali strip setelah proses di CTCM. Ketika tebal strip mengalami proses
penipisan, struktur kristal dari strip mengalami perubahan sehingga daya
properties mekanisnya berkurang. Dalam proses annealing strip dipanaskan
sampai 700°C maksimum selama periode tertentu kemudian didinginkan (proses
kristalisasi). Proses ini dapat meningkatkan mechanical properties dari strip
sehingga diperoleh kemampuan formability, drawbility, dan ductility yang
diinginkan.
Proses ini digunakan untuk menghasilkan produk yang nantinya
akan digunakan untuk aplikasi kaleng minuman, lembaran seng, dan lain
sebagainya. Furnace disini dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
operator dalam pengoperasiannya. Annealing Furnace dibagi menjadi tiga zona,
yaitu Heating Zone, (area pemanasan), Holding Zone (area penahanan panas), dan
cooling Zone (area pendinginan.)
Berikut adalah alur produksi pada CAL
Gambar 3.7 Alur Produksi CAL
7. Temper Pass Mill (TPM)
Pada prinsipnya TPM adalah sama dengan CTCM. Perbedaanya
adalah di dalam TPM ini bertujuan untuk mendaptkan kembali atau
mengembalikan sifat-sifat mekanik logam/baja yang diperlukan, kerataan
26
permukaan, dan meningkatkan strip shape. Reduksi ketebalan di TPM sangatlah
kecil, yaitu antara 0,1-5% sedangkan penipisan pada CTCM jauh lebih besar dari
TPM yaitu 50-90%.
Pada TPM terdapat dua buah stand, stand 1 berfungsi untuk
mengatur kualitas dan mekanis pada strip sedangkan stand2 untuk mengatur
kualiatas permukaan strip. Apabila dalam opersinya hanya menggunakan satu
stand saja (single stand) maka stand tersebut menjalankan kedua fungsi di atas.
Jadi secara khusus fungsi pengerolan temper ini adalah:
1. Menstabilakan dan merubah sifat baja.
2. Mengembalikan pola dan tekstur baja.
3. Memperbaiki bentuk lembaran baja.
Berikut adalah alur pada proses produksi TPM
Gambar 3.8 Alur proses produksi TPM
8. Preparation Line (finishing)
Lini ini khusus untuk inspeksi akhir dari proses untuk melengkapi
kualitas produk sesuai dengan permintaan customer seperti pelumasan dan
pemotongan sisi. Ketebalan yang dapat diproses di lini adalah 0,20-0,60 mm.
Coil melewati unit ini dari TPM untuk pengukuran dan pemeriksaan.
Produk yang cacat dipisahkan dan coil yang baik dibawa ke pengepakan untuk
dikapalkan atau dikirim ke konsumen. Pada unit ini, coil diminyaki (tergantung
pesanan) dan dipotong-potong menurut berat yang dikehendaki.
27
Berikut adalah alur proses produksi pada preparation line
Gambar 3.9 Alur proses produksi Preparation Line
9. Recoiling Line (finishing)
Lini khusus untuk inspeksi akhir dari proses untuk pembungkusan
dalam bentuk gulungan. Ketebalan yang dapat diproses di lini adalah 0,2mm –
3,00 mm. Unit ini memproses coil dari TPM untuk pemeriksaan akhir yang
dikehendaki konsumen. Coil diperiksa dimensinya, kerusakan permukaannya, dan
diminyaki sesuai dengan permintaan konsumen. Coil dapat juga diratakan
pinggirnya sesuai kebutuhan konsumen.
Berikut adalah alur produksi pada recoiling line
Gambar 3.10 Alur proses produksi Recoiling Line
10. Shearing Line (finishing)
Lini ini khusus untuk inspeksi akhir dari proses CRM untuk
pemotongan sisi, pemotongan strip dalam bentuk lembaran. Ketebalan yang dapat
diproses di lini ini adalah 0,2mm-3,00mm.
28
Berikut adalah alur proses produksi pada shearing line
Gambar 3.11 Alur proses produksi Shearing Line
11. Slitting Line (finishing)
Untuk lini Cold Rolling Finishing (CRF), selain lini Preparation,
Recoiling, dan Shearing ada juga lini Slitting, yaitu lini yang bertujuan untuk
memotong coil menjadi beberapa bagian dengan lebar tertentu sesuai dengan
pesanan. Proses inspeksi akhir terhadap kualitas strip juga dilakukan pada lini ini.
Output utama dari pabrik CRM ini ada 2 macam bentuk, yaitu:
1. CRC (Cold Rolled Coil), yang bentuk akhirnya berupa gulungan baja.
2. CRS (Cold Rolled Sheet), yang bentuk akhirnya berupa lembaran baja.
Sedangkan jika dibedakan berdasarkan ukurannya, ouput dari CRM
bisa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Light, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,2 mm dengan kapasitas
produksi sekitar 500 ton/shift.
2. Medium, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,21-0,59 mm dengan
kapasitas produksi sekitar 700 ton/shift.
3. Heavy, yaitu baja dengan ukuran ketebalan 0,6 mm ke atas dengan
kapasitas produksi sekitar 1300 ton/shift.
Pembuatan produk akhir CRM ini tergantung kepada permintaan
konsumen. Jadi tidak tetap harus dihasilkan berapa perbulannya untuk CRC dan
CRS. Dan juga tidak semua output akhir CRM harus melewati sepuluh unit proses
29
produksi yang ada di CRM, semua itu tergantung pada permintaan konsumen dan
fungsi produk yang akan digunakan nantinya. Ada produk yang setelah diproses
CPL dan CTCM langsung masuk ke dalam ware house (finished goods) dan siap
untuk dijual atau dikirim ke konsumen dan ada juga yang masuk ke CPL, CTCM,
BAF, TPM, CRF baru kemudian masuk ke ware house (finished goods).
30
BAB IV
PERAWATAN SISTEM HIDROLIK
4.1 Landasan Teori
Pada dasarnya sistem hidrolik adalah pengubah energi mekanik
menjadi energi hidrolik yang kemudian dikirimkan dengan memanfaatkan aliran
fluida, dan dikendalikan secara beraturan, pada akhirnya dirubah kembali menjadi
energi mekanik.
4.1.1 Elemen–Elemen Dasar Sistem Hidrolik
Elemen–elemen dasar pada sistem hidrolik dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
4.1.1.1 Konversi Energi
Dalam hal ini dibagi menjadi 2, pada sisi primer yaitu pompa dan
pada sisi sekunder yaitu aktuator.
1. Pompa Hidrolik
A. Fungsi dan cara kerja
Pompa hidrolik adalah komponen yang digunakan untuk
mengubah energi hidrolik menjadi energi mekanik atau
sebaliknya. Pompa secara normal menghisap fluida dari suplai
penampung melalui sisi hisap atau masuk dan mendorongnya
ke keluaran pompa atau sisi tekan. Cara kerja pompa itu
sendiri terbagi menjadi 2 :
a. Pompa hanya akan mensuplai oli bila pada sistem
membutuhkan aliran oli untuk menjaga tekanan agar
tetap pada settingannya.
b. Bila tekanan sudah tercapai dan tidak ada lagi peralatan
yang bergerak maka pompa hanya akan menahan
tekanan tanpa aliran oli.
31
B. Jenis – jenis pompa hidrolik
Berikut adalah klasifikasi dari pompa hidrolik:
2. Aktuator
A. Fungsi dan cara kerja
Fungsi dari aktuator adalah mengubah energi hidrolik dari
pompa menjadi energi mekanik.
B. Jenis – jenis aktuator
a. Single Acting Cylinder ( SAC )
Di bawah ini adalah gambar dari single acting cylinder
Gambar 4.1 Single Acting Cylinder
32
b. Double Acting Cylinder ( DAC )
Di bawah ini adalah gambar dari double acting cylinder
single rod
Gambar 4.2 Double Acting Cylinder Single Rod
Dibawah ini adalah gambar dari double acting cylinder
double rod
Gambar 4.3Double Acting Cylinder Double Rod
33
3. Motor Hidrolik
Berikut adalah klasifikasi dari motor yang digunakan pada
hidrolik.
4.1.1.2 Pengendalian Energi
Besaran dan pengaruh energi hidrolik dalam bentuk tekanan dan
aliran dikendalikan dan dipengaruhi oleh katup yang bervariasi dan juga
jenis pompa yang digunakan.
Beberapa jenis katup yang digunakan pada hidrolik, yaitu:
1. Katup pengendali arah
Katup ini mengontrol arah aliran dari fluida hidrolik dan juga
mengatur arah gerakan dan posisi komponen yang bekerja.
Di bawah ini adalah contoh-contoh dari katup pengendali arah.
Gambar 4.4 Simbol-simbol katup pengendali arah
34
Di bawah ini adalah gambar dari katup 4/3 double solenoid
Gambar 4.5 Katup 4/3 double solenoid
2. Katup pengendali tekanan
Fungsi dari katup ini adalah membatasi tekanan dalam sistem
sehingga melindungi tiap–tiap komponen dari kelebihan tekanan.
Di bawah ini adalah contoh-contoh dari katup pengendali
tekanan.
35
Gambar 4.6 Katup pengendali tekanan
3. Katup pengendali arah
Fungsi katup ini adalah untuk mengatur kecepatan dan gerakan
dari aktuator.
Di bawah ini adalah contoh-contoh dari katup pengendali arah.
Gambar 4.7 Simbol katup pengendali arah
4.1.1.3 Penghantaran Energi
Media hidrolik ( oli ) diarahkan dan disalurkan melaluai pipa–pipa
dan hose. Oli yang digunakan adalah jenis turalik 48.
Pemilihan oli untuk sistem hidrolik disesuaikan dengan
pemakaiannya.
36
4.1.1.4 Elemen – elemen pendukung lainnya
Dalam berjalannya sistem hidrolik dibutuhkan komponen–
komponen lain untuk melengkapi seperti filter, reservoir, pendingan
pemanas, dan juga alat ukur sebagai indikator besaran–besaran yang
terjadi seperti pressure gauge.
4.1.2 Karakteristik Sistem Hidrolik
1. Gerakan yang halus akibat oli yang tidak dapat di kompresi
2. Penyimpanan energi terbatas
3. Memerlukan jalur sirkulasi aliran oli
4. Dapat bekerja ketika berada pada beban maksimal
5. Kavitasi
4.1.3 Keuntungan dan Kerugian Sistem Hidrolik
1. Keuntungan
a. Pembangkitan dan pemindahan gaya yang besar dengan komponen
yang kecil dan pengendalian dapat diatur.
b. Alat kontrol dapat dikendalikan dari jarak jauh dengan elektro
hidrolik.
c. Umur pemkaian panjang karena adanya pelumasan sendiri.
2. Kerugian
a. Polusi akibat oli yang terbuang.
b. Sangat sensitif terhadap kotoran.
c. Menimbulkan bahaya akibat tekan yang berlebihan.
d. Bergantung pada temperatur.
d.2 Aplikasi Sistem Hidrolik
Penggunaan sistem hidrolik pada plant TPM dan CRF sangat dominan
hal ini terlihat dari hampir semua pergerakan yang terjadi selama proses produksi
didukung oleh suatu sistem hidrolik, berikut adalah beberapa aplikasi sistem
hidrolik yang digunakan :
37
d.2.1 Sistem Hidrolik pada Mandrel Uncoiler dan Recoiler
Salah satu aplikasi sistem hidrolik yang paling sederhana namun
sangat mempengaruhi proses produksi adalah aplikasi pada mandrel uncoiler
dan recoiler.
Di bawah ini adalah posisi mandrel pada posisi colapse.
Gambar 4.8 Posisi mandrel pada saat colapse
d.2.1.1 Komponen Hidrolik yang Digunakan
Berikut adalah beberapa komponen yang digunakan pada sistem
hidrolik mandrel uncoiler dan recoiler.
1. Power pack
Power pack terdiri dari seperangkat motor listrik dan pompa
hidrolik. Fungsi dari power pack sendiri adalah untuk
menyuplai fluida bertekanan.
2. Katup relief valve
Katup relief valve digunakan sebagai pengatur tekanan yang
akan digunakan agar tekanan yang digunakan tidak
berlebihan.
3. Katup pengendali arah
Katup pengendali arah yang digunakan adalah katup 4/3
double pilot dengan solenoid. Fungsi dari katup ini adalah
untuk mengatur arah aliran dari fluida.
38
4. Katup one way flow control
Katup ini termasuk dalam katup pengendali aliran, katup ini
memungkinkan kita untuk mengatur laju aliran dari fluida
kerja.
5. Double acting silinder
Double acting silinder berfungsi sebagai aktuator yang
mempengaruhi pergerakan yang terjadi pada mandrel.
d.2.1.2 Cara Kerja dan Fungsi Sistem Hidrolik
Cara kerja pada pada sistem ini adalah, fluida bertekanan yang
dihasilkan oleh power pack dialirkan melalui relief valve, pada katup ini
dilakukan penyettingan tekanan kerja yang akan digunakan. Aliran
dialirkan ke katup arah 4/3, ketika operator menekan tombol1 menggeser
katup sehingga aliran dapat mengalir mendorong silinder bergerak maju
yang mengakibatkan mandrel expand, pada saat tombol 2 ditekan maka
katup kembali bergeser aliran bergerak menekan silinder untuk masuk
sehingga posisi mandrel menjadi colapse.
Fungsi dari sistem hidrolik pada mandrel ini adalah ketika
proses produksi berlangsung coil dipasangkan pada mandrel lalu mandrel
diposisikan pada posisi expand hal ini dimaksudkan agar pada saat coil
berputar gulungan coil tidak bergerak kemana – mana, sementara pada saat
pergantian coil, mandrel berada pada posisi colapse untuk memudahkan
coil masuk.
d.2.2 Sistem Sidrolik pada Work Roll Bending
Inti dari proses tempering adalah pada proses work roll bending.
Fungsi dari proses bending adalah untuk memperbaiki bentuk strip pada saat
rolling, sehingga dapat dicapai hasil permukaan strip yang rata.
39
Di bawah ini adalah line temper mill pada divisi CRM.
Gambar 4.9 Line Temper Mill
d.2.2.1 Komponen Hidrolik yang Digunakan
1. Power pack
Power pack terdiri dari seperangkat motor listrik dan
pompa hidrolik. Fungsi dari power pack sendiri adalah untuk
menyuplai fluida bertekanan.
2. Katup relief valve
Katup relief valve digunakan sebagai pengatur tekanan
yang akan digunakan agar tekanan yang digunakan tidak
berlebihan.
3. Katup pengendali arah
Katup arah digunakan untuk mengatur kemana aliran
fluida akan bergerak. Katup yang digunakan adalah katup 4/2
dan 4/3. Pada bending positif menggunakn 1 katup
pengendali arah sementara bending negatif menggunaka 2
katup pengendali arah.
40
4. Katup pengendali aliran
Katup ini berfungsi untuk mengatur laju aliran fluida
hidrolik sehingga kecepatan silinder dapat diatur.
5. Katup servo
Katup servo sebenarnya termasuk dalam katup
pengendali aliran, katup ini memiliki fungsi yang sama
dengan katup proposional, namun katup ini lebih presisi lagi
karena data inputan melalui sistem elektronik sehingga kita
dapat mengatur seberapa jauh silinder bergerak.
6. Silinder
Fungsi silinder adalah sebagai aktuator untuk
melakukan proses pembendingan.
d.2.2.2 Fungsi dan Cara Kerja
Fungsi dari sistem hidrolik pada proses bending ini adalah untuk
membending work roll atau work roll seolah – olah dibengkokkan agar
flatness dari strip yang diinginkan dapat tercapai.
Cara kerja pada proses bending adalah ketika strip baru
dimasukkan maka operator akan mensetting seberapa besar bending yang
diperlukan agar seluruh bagian strip menjadi rata dengan menggerakan
silinder, silinder yang bergerak akan mendorong work roll sehingga seolah
– olah work roll dibending (dibengkokkan), seberapa jauh pergerakan
silinder diatur oleh servo.
Proses bending dibagi menjadi 2 yaitu bending positif dan
bending negatif.
1. Bending positif
Digunakan untuk memperbaiki bagian pinggir dari strip
dengan menekan bagian tengahnya.( STRIP WAY HEAVY).
2. Bending negatif
Digunakan untuk memperbaiki bagian tengah dari strip
dengan menekan bagian pinggirnya.( CENTER BUCKLE)
41
Di bawah ini adalah gambar dari bending positif dan bending
negatif.
Gambar 4.10 Proses bending positif dan bending negatif
d.2.3 Sistem Hidrolik pada Coil Car
Fungsi dari coil car adalah untuk mentransferkan coil baik ketika
awal pemasangan pada mandrel dan juga pada saat pelepasan dari mandrel.
Fungsi sistem hidrolik pada proses ini adalah pada saat coil diletakkan diatas
coil car maka operator akan menekan tombol 1 sehingga mendorong katup
lalu aliran fluida mendorong silinder pertama maju yang bergerak mendorong
coil car mendekati mandrel, lalu tombol 2 berfungsi untuk mengaktifkan katup
ke-2 yang mengakibatkan silinder yang ke 2 bergerak mendorong coil car naik
agar coil dapat masuk ke mandrel. Setelah coil masuk ke mandrel maka tombol
dua di non-aktifkan sehingga katup kembali pada posisi awal, sehingga
silinder 2 akan bergerak masuk coil car bergerak turun, lalu untuk
mengembalikan coil car pada posisi awal agar tidak bertabrakan, tombol 1 di
non-aktifkan sehingga silinder bergerak mundur coil car bergerak kembali ke
posisi awal.
42
Di bawah ini adalah gambar dari coil yang berada diatas coil car.
Gambar 4.11 Coil
Di bawah ini adalah salah satu contoh gambar coil car
Gambar 4.12 Coil car
d.2.4 Sistem Hidrolik pada Centering Line
Fungsi dari centering line adalah untuk menjaga agar pergerakan
strip tetap ditengah sehingga pada saat proses pemotongan dan welding hingga
proses recoiler strip akan tergulung dengan sempurna. Cara kerja sistem
hidrolik pada centering line adalah denga menggunakan sensor ketika terjadi
pergerakan baik ke arah kanan maupun ke arah kiri dari strip maka sensor
tersebut akan mengirimkan sinyal kepada katup servo agar silinder bergerak
menggerakan mandrel sesuai dengan kompensasi hasil pergeseran strip agar
posisi strip tetap berada di tengah.
43
Di bawah ini adalah gambar sistem hidrolik pada centering line.
Gambar 4.13 Sistem hidrolik pada centering line
4.3 Manajemen Perawatan Dinas Mekanik Plant TPM dan CRF
4.3.1 Pengertian Perawatan
Perawatan dalam Bahasa Inggris adalah maintenance, yaitu suatu
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan, pabrik, dan lain
sebagainya terhadap suatu mesin atau komponen untuk meminimalisir
terjadinya kerusakan. Maintenance dapat diartikan juga sebagai pemeliharaan
yang bertujuan untuk menaikkan umur pakai mesin menjadi lebih lama.
Perawatan dalam ruang lingkup usaha, kerja dan analisanya berasa di
dalam suatu pabrik dapat diartikan sebagai usaha kerja dan analisa dari
sekumpulan personil sehingga tingkat kegunaan dari fasilitas dan peralatan
setinggi mungkin dan kontinuitas produksi dapat terus terjamin. Selain itu,
personil perawatan harus dapat menjaga agar pabrik dapat bekerja secara
efektif dan efisien dengan meminimalkan atau mengurangi masalah-masalah
menjadi seoptimal mungkin.
Oleh karena itu, kegiatan perawatan merupakan salah satu peranan
yang sangat menentukan dalam kegiatan produksi dalam suatu perusahaan
yang sangat terkait dengan kelancaran atau kemacetan produksi, kelambatan,
dan volume produksi serta efisiensi berproduksi. Dalam banyak kasus sering
44
kurang diperhatikan masalah perawatan ini, sehingga terjadilah kegiatan
perawatan yang tidak teratur. Peranan penting dari perawatan baru diingat
setelah mesin-mesin yang dimiliki rusak atau tidak bisa jalan sama sekali.
4.3.1.1 Ruang lingkup perawatan pabrik
Ruang lingkup perawatan pabrik terdiri dari:
1. Inspeksi peralatan pabrik.
2. Perbaikan perawatan pabrik dan pengesetan ulang.
3. Kendali atas kontrol sistem perawatan.
4. Maintenance engineering.
4.3.1.2 Beberapa konsep dasar sistem perawatan
Agar kerusakan dapat diminimalisir, maka sistem untuk perawatan
memiliki beberapa konsep dasar, yaitu:
1. Cleaning (pembersihan)
Pada proses ini harus dilakukan secara berkala, terutama
pada mesin-mesin produksi yang mudah terkena korosi dan
kerusakan komponen tertentu.
2. Inspection (pemeriksaan)
Pada proses ini dilakukan pemeriksaan seperti
mengencangkan baut dan mur, pemberian lubricant (oli atau
grease), dan lain-lain.
3. Repair (perbaikan)
Pada proses ini dilakukan apabila mesin bekerja tidak
normal. Proses ini merupakan tindak lanjut dari inspeksi.
4. Replacement (penggantian)
Pada proses ini dilakukan apabila komponen yang
mengalami kerusakan tidak dapat diperbaiki lagi.
4.3.2 Macam-Macam Perawatan
Berikut ini merupakan macam-macam perawatan yang digunakan,
yaitu:
45
1. Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance adalah jenis perawatan yang dilakukan
apabila ada mesin yang mengalami kerusakan dan tidak bisa
berproduksi. Sistem perawatan seperti ini sangat kurang efektif jika
diterapkan pada mesin-mesin produksi yang besar dan sangat penting,
karena jika mesin tersebut rusak maka membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk memperbaikinya dan akan menimbulkan delay produksi
yang cukup besar.
2. Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah jenis perawatan yang biasa
dilakukan secara berkala berupa jadwal. Jadwal perawatan ini
menggunakan suatu program numerik yang setiap saat bisa mengalami
perubahan yang disesuaikan dengan manual book, pengalaman, dan
brosur. Suatu mesin harus memiliki sejarah perawatan supaya untuk
perawatan selanjutnya lebih mudah untuk dilakukan.
3. Predictive Maintenance
Predictive Maintenance adalah jenis perawatan yang dilakukan
berdasarkan prediksi terhadap peralatan (komponen mesin) dari data-
data (misal: data temperature) yang ada pada mesin.
4. Proaktif Maintenance
Perawatan yang lebih ditekankan pada referensi peralatan
(komponen mesin) dengan mengkaji apakah yang ada pada manual
book sudah sama dengan kondisi lingkungannya dengan tujuan
menekan biaya.
5. Reliability Centered Maintenance
Perawatan yang dilakukan dengan mengolah data dengan cara
melihat alat dari kondisi actual di lapangan terpusat yang kemudian
disimulasikan dalam bentuk software seperti halnya berupa grafik
optimasi dari harga dan frekuensi. Kegunaan dari software ini juga
dapat memperhitungkan kerugian jika pabrik mengalami gangguan.
Untuk saat ini kerugian pabrik pada saat (Rp/jam)
46
Delay : Rp. 12.576.470
Idle : Rp. 16.740.537
Opportunity profit : Rp. 75.998.523
4.3.3 Manajemen Perawatan
Manajemen perawatan merupakan bagian yang terpenting dari suatu
pekerjaan perawatan dan merupakan bagian yang selalu menggunakan biaya
untuk pemakaian, personil, material, suku cadang, dan metode perawatan.
Aktivitas manajemen perawatan meliputi pekerjaan sebagai berikut:
1. Pembuatan program dan perancanaan pekerjaan perawatan
(maintenance planning and programming).
2. Proses pengontrolan pekerjaan perawatan (maintenance process
control).
3. Estimasi pekerjaan perawatan (maintenance result estimation)
4. Perbaikan performansi perawatan (maintenance performance
improvement).
Dalam arti yang sempit bahwa proses kendali perawatan adalah
bagaimana kita dapat mengelola dari manajemen perawatan dan hal ini biasa
disebut kendali perawatan (maintenance control). Akan tetapi, dalam arti yang
lebih luas bahwa manajemen perawatan mempunyai fungsi perawatan yang
berpengalaman dikarenakan kompleksitas dari pekerjaan perawatan itu sendiri.
Semua pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan pencegahan kerusakan
atau degradasi dari performansi peralatan dapat dihindari sehingga produksi
dapat dijaga dalam kondisi yang optimal.
Lingkup kerja pada sistem perawatan sangat luas dan kompleks
sekali. Dalam menjelaskan perawatan ini dibutuhkan personil yang
berpengalaman dalam bidangnya merawat sebuah peralatan, metode perawatan
baik untuk inspeksi maupun perbaikan, material atau suku cadang, peralatan
yang akan digunakan serta beberapa prosedur perawatan yang meliputi sebagai
berikut:
47
1. Organisasi dan prosedur perawatan (organization and
administration system).
2. Sistem perawatan (maintenance system)
A. Perencanaan dan pengendalian (planning and scheduling).
B. Pembiayaan dan perencanaan anggaran biaya (cost and
budget control).
C. Estimasi biaya dan rincian biaya (estimation procedure and
cost index).
D. Spesifikasi perawatan (maintenance specification)
E. Jadwal pelaksanaan dan estimasi pekerjaan (time schedule
and work estimation).
F. Pelatihan dan penyiapan data teknis (training and technical
data).
G. Pergudangan atau penyimpanan dan perencanaan suku
cadang (stores and spare parts inventory).
H. Keselamatan kerja dan kesehatan kerja (safety procedure and
plant protection).
4.3.4 Perawatan Sistem Hidrolik
Untuk menghindari terjadinya kerusakan pada sistem hidrolik
maka diperlukan suatu mekanisme perawatan yang dapat meminimalisir
terjadinya suatu kerusakan yang terjadi pada sistem hidrolik. Salah satu
mekanisme perawatan yang digunakan adalah preventif maintenance, dasar
dilakukannya preventif maintenance adalah dari hasil laporan harian yang
dilakukan oleh petugas shift dengan sistem check list dan juga laporan tertulis.
Dari hasil laporan tersebut maka disusunlah suatu jadwal khusus perawatan
sistem hidrolik. Berikut adalah beberapa contoh preventive maintenance yang
dilakukan pada sistem hidrolik.
1. Pengecekan berkala level oli dan temperatur
Dalam usaha pencegahan kerusakan yang terjadi pada
sistem hidrolik salah satu hal yang penting adalah pengecekan
48
level oli pada tangki hidrolik, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga agar level oli selalu berada pada batas standar.
Kurangnya level oli pada tangki dapat mengakibatkan tekanan
yang diinginkan tidak tercapai. Pengecekan level oli dilakukan
dengan cara melihat indikator level oli yang berada pada tangki,
bila indikator menunjukan bahwa level oli sudah berada di
bawah standar maka mekanik akan segera menambahkan oli
yang sesuai. Berkurangnya level oli dapat terjadi akibat adanya
kebocoran – kebocoran yang terjadi pada silinder dan hose. Pada
beberapa tangki dilengkapi dengan suatu sensor limit switch
dimana terdapat 3 bagian pada oil leveller yaitu high , medium
dan low, ketika oli berada pada kondisi low maka pompa akan
mati secara otomatis. Selain pengecekan level oli perlu
dilakukan juga pengecekan temperatur dari oli tersebut,
temperatur oli tersebut harus tetap berada pada temperatur kerja
oli yaitu dibawah 60°C atau sekitar 50°C – 60°C. Temperatur
yang naik dapat berakibat pada meningkatnya gesekan dan
menyebabkan kebocoran.
Di bawah ini adalah gambar dari tangki oli dan oli leveller.
Gambar 4.14 Tangki oli dan oli leveller
49
2. Pengecekan tekanan
Pengecekan tekanan biasanya dilakukan satu minggu
sekali dengan menggunakan pressure gauge. Pengecekan
tekanan untuk menjaga agar tekanan tidak berlebihan maupun
berada dibawah tekanan standar, untuk tekanan standar pompa
hidrolik yang bekerja berkisar antara 125 hingga 135 bar,
sementara untuk pompa hidrostatik mencapai 200bar, sementara
pada akumulator bergantung pada kapasitas akumulator itu
sendiri. Pengecekan tekanan pada pompa perlu dilakukan karena
jika tekanan yang dihasilkan pompa terlalu kecil maka akan
berakibat pada kurangnya daya dorong pada silinder sehingga
mengganggu jalannya proses produksi. Sementara bila tekanan
terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya getaran, panas yang
mengakibatkan kebocoran pada seal, silinder, katup, connection
hose, dan lain sebagainya.
3. Pengecekan dan penggantian oli
Pengecekan kandungan oli biasanya dilakukan dengan
memeriksa kekentalan dan kandungan dari oli tersebut.
Kekentalan ini disesuaikan dengan temperatur kerja dari oli
yaitu sekitar 50°C -60° C. Pengecekan dilakukan dengan cara
mengambil sampel dari oli tersebut kemudian dibawa ke lab
untuk dianalisis sehingga dapat diketahui nilai viskositas dan
kandungan udara dan air yang terdapat pada oli.
Penggantian oli dilakukan bergantung pada hasil dari
analisis lab yaitu viskositas, dan kandungan zat lain yang
terdapat pada oli. Pada saat penggantian oli, oli bekas yang
berada pada tangki dikuras terlebih dahulu lalu dibersihkan
dengan udara bertekanan agar sisa oli terbuang, dan juga
pembersihan pada filter–filter. Pastikan karakteristik oli sama
dengan yang sebelumnya agar tidak terjadi masalah.
50
4. Pengecekan filter, seal, hose
Setiap panel hidrolik biasanya mempunyai 2 filter, 1 filter
yang bekerja dan filter yang lain sebagain cadangan. Fungsi dari
filter ini adalah untuk menyaring kotoran – kotoran yang dibawa
oleh oli yang berasal dari dinding-dinding pipa. Pengecekan
filter dilakukan seminggu sekali, untuk melakukan pengecekan
terhadap filter maka filter harus dilepas, pengecekan dapat
dilakukan selagi mesin bekerja dengan syarat aliran fluida
dialihkan ke filter cadangan.
Untuk perawatan pada seal dengan cara melakukan
pengecekan secara rutin, kerusakan pada seal dapat terlihat jika
terdapat rembesan oli.
Pengecekan hose dilakukan dengan melihat kondisi dari
hose itu sendiri dan memeriksa kekencangan pada sambungan
hose untuk mencegah terjadinya kebocoran .
5. Pengecekan kebisingan getaran dan kekencangan baut
Pengecekan dilakukan secara rutin, pastikan tidak ada
suara maupun getaran yang tidak normal baik pada motor listrik
maupun pada pompa hidrolik. Pastikan baut – baut terpasang
dengan kencang.
4.4 Analisis Permasalahan pada Sistem Hidrolik
Berikut adalah beberapa contoh troubleshooting yang terjadi pada sistem
hidrolik.
4.4.1 Kebocoran pada Silinder Hidrolik
Kebocoran pada silinder hidrolik mengakibatkan silinder tidak
bergerak keluar maupun masuk atau pergerakannya tidak sesuai yang
diharapkan.
51
4.4.1.1 Analisis penyebab kerusakan
Kebocoran pada silinder hidrolik diakibatkan oleh rusaknya
seal pada silinder hidrolik, sehingga berakibat fluida yang datang tidak
mendorong katup keluar tetapi justru bocor. Kerusakan pada seal dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Umur pemakaian seal yang sudah tidak layak.
2. Bahan dari seal yang buruk.
3. Akibat dari fluida hidrolik itu sendiri baik karena tekanan yang
terlalu tinggi, fluida yang sudah kotor sehingga terjadi gesekan
yang dapat merusak seal dan suhu yang terlalu tinggi
menyebabkan seal mudah rusak.
4.4.1.2 Solusi dari masalah
Kebocoran pada silinder dapat diatasi dengan mengganti seal
yang bocor dengan seal yang sesuai dengan standar. Sebagai langkah
pencegahan dilakukan dengan cara pemeriksaan dan penggantian seal
secara rutin dan pemeriksaan fluida kerja.
Di bawah ini adalah gambar double acting cylinder yang akan
diperbaiki.
Gambar 4.15 Double acting cylinder
52
4.4.2 Kerusakan pada Katup Servo
Kerusakan pada katup servo dapat diakibatkan oleh 2 hal yaitu
kerusakan pada sistem elektrik dan pada sistem mekanik.
Untuk mengetahui jenis kerusakan dapat dilakukan hal berikut ini :
1. Pompa dalam kondisi hidup, pasang pressure gauge pada output
servo cek tekanannya bila tidak sesuai dengan standar, lepaskan
plug connection elektriknya bila tekanan berkisar antara 80
sampai 100 bar artinya servo masih dalam kondisi baik, namun
bila tekanan tidak sesuai standar maka dapat dipastikan servo
valve sudah tidak baik lagi.
2. Apabila standar tekanan pada saat on tidak tercapai sementara
pada saat plug connection elektrik dilepas tekanan masih
berkisar antara 80 sampai 100 bar maka kerusakan disebabkan
oleh sistem elektriknya.
3. Apabila setelah plug connection elektrik dilepas dan tekanan
tidak sesuai standar maka dapat dipastikan servo valve
mengalami sticking atau filter blocked.
4. Apabila kerusakan terjadi pada sistem elektriknya maka
diberikan kepada bagian elektrik, namun bila kerusakan terjadi
pada mekaniknya maka perbaikkan dilakukan dengan cara
mengganti filter atau membersihkannya. (pembersihan filter
pada servo dilakukan dalam kondisi terlepas ).
53
Di bawah ini adalah gambar dari katup servo.
Gambar 4.16 Katup servo
4.4.3 Kerusakan pada Katup Pengendali Arah
Kerusakan pada katup pengendali arah dapat diakibatkan beberapa hal
seperti kerusakan pada sistem elektriknya, terjadi sticking pada katup dan
kebocoran pada O-ring.
Berikut adalah beberapa langkah pengecekan kerusakan pada katup :
1. Bila pada saat katup didorong silinder dapat keluar namun ketika
tombol pada operator ditekan silinder tidak keluar maka kerusakan
terjadi pada bagian elektrik.
2. Bila pada saat katup ditekan namun silinder tidak dapat keluar
berarti terjadi sticking. Perbaikkan dilakukan dengan cara
mengganti katupnya, lalu katup yang rusak diabawa ke bagian work
shop untuk diperbaiki.
3. Bila pada katup terdapat rembesan oli maka terjadi kebocoran pada
O ring, kebocoran pada O ring dapat terjadi akibat tekanan yang
terlalu tinggi, dan gesekan dari kotoran yang dibawa oleh fluida.
Perbaikkan dilakukan dengan mengganti O ring yang sesuai.
54
Di bawah ini adalah gambar dari katup pengendali arah.
Gambar 4.17 Katup pengendali arah
4.4.4 Permasalahan pada Filter
Permasalahan yang sering terjadi pada filter adalah kotoran yang
sudah terlalu menumpuk sehingga menutup aliran fluida, akibatnya tekanan
menjadi sangat tinggi dan bila terus didiamkan akan membuat filter rusak.
Cara pengecekan terhadap filter adalah dengan melihat teanan yang
terjadi pada filter apabila tekanan pada filter berada di atas 4 bar maka dapat
dipastikan filter sudah kotor dan harus diganti.
Pembersihan filter yang sesuai dengan standar adalah dengan
menggunakan cairan khusus, filter direndam dalam cairan tersebut selama
beberapa jam lalu dibersihkan dengan udara bertekanan, namun pada
kenyataanya dilapangan filter dibersihkan hanya dengan menggunakan udara
bertekanan rendah.
4.4.5 Permasalahan pada Pompa
Adapun beberapa permasalahan yang terjadi pada pompa, yaitu:
1. Pompa tidak bekerja
Berikut beberapa penyebab pompa tidak bekerja :
55
A. Pipa hisap tidak terpasang dengan benar, hal ini dapat diatasi
dengan cara mengencangkan sambungan pipa, sekaligus
memeriksa seal apakah masih bagus atau tidak.
B. Oli level terlalu rendah, segera tambahkan oli hingga batas
standar.
C. Arah putaran pompa salah
D. Fluida terlalu kental dan dingin, cek nilai viskositas fluida
lakukan pemanasan sebelum digunakan.
2. Kebocoran pada pompa
A. Saluran seal rusak karena poros yang buruk, ganti seal
dengan yang baru, lakukan poleshing kembali pada poros
yang rusak.
B. Seal ring bengkok atau keluar dari rumahnya akibat tekanan
yang terlalu tinggi, keringkan jalur seal, ganti seal dengan
yang baru cek tekanan pada pompa.
C. Viskositas kurang baik, fluida kotor, serta suhu tidak normal
menyebabkan seal mudah rusak.
Di bawah ini adalah gambar pompa yang digunakan pada sistem
hidrolik
Gambar 4.18 Pompa
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan pada di PT Krakatau
Steel Divisi CRM pada plant TPM dan CRF dapat disimpulkan beberapa hal
antara lain:
1. Perawatan sistem hidrolik yang dilakukan pada plant TPM dan CRF
yaitu dengan menggunakan preventif maintenance hal ini dilakukan
untuk mencegah berhentinya proses produksi (Break down
maintenance) akibat terjadi kerusakan pada sistem hidrolik.
2. Berdasarkan hasil analisis permasalahan yang terjadi pada sistem
hidrolik dapat disimpulkan bahwa permasalahan hidrolik dapat di
minimalisir dengan menjaga fluida kerja itu sendiri yaitu dengan cara
menjaga viskositas, kebersihan, dan suhu oli yang digunakan sebagai
fluida hidrolik.
5.2 Saran
Adapun saran yang penulis ingin sampaikan kepada pihak PT
Krakatau Steel pada umumnya dan Divisi CRM pada khusunya antara lain:
1. Tidak adanya kegiatan khusus untuk pratikan dalam pelaksanaan kerja
praktek untuk menambah skill dan menerapkan ilmu yang diperoleh
dibangku perkuliahan pada dunia kerja yang sebenarnya.
57
DAFTAR PUSTAKA
PT CRMI. Commisoning Sequence Maintenance Manual. 1985.
PT Krakatau Steel. Diklat Sertifikasi Operator Muda
PT Krakatau Steel. Hidraulic System Work Roll Bending.
http://commercial.jcprimo.com/pdf/hydraulic.pdf
58