x - sejarah indonesia - sriwijaya
TRANSCRIPT
svasti śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?)
ekādaśī śu
klapakşa vulan vaiśākha dapunta
hiya nāyik di
sāmvau mangalap siddhayātra di
saptamī śuklapakşa
vulan jyeşţha dapunta hiya maŕlapas
dari minānga
tāmvan mamāva yamvala dualakşa
dangan ko-(sa)
duaratus cāra di sāmvau dangan
jālan sarivu
tlurātus sapulu dua vañakña dātam di
mata jap
sukhacitta di pañcamī śuklapakşa
vula...
laghu mudita dātam marvuat vanua...
śrīvijaya jaya siddhayātra subhikşa...
Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 604, pada hari ke sebelas
paro-terang bulan Waiśakha DapuntaHiyang naik di
sampan mengambil siddhayātra. dihari ke tujuh paro-terang
bulan Jyestha Dapunta Hiyangberlepas dari Minanga
tambahan membawa bala tentara dualaksa dengan perbekalan
dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu
tiga ratus dua belas banyaknya datangdi mata jap (Mukha Upang)
sukacita. di hari ke lima paro-terangbulan....(Asada)
lega gembira datang membuatwanua....
Śrīwijayajaya, siddhayātra sempurna....
tra subhikşa...
Pada tanggal 23 Maret 684 Masehi, pada saat itulah taman ini yang
dinamakan Śrīksetra dibuat di bawah pimpinan Sri Baginda Śrī Jayanāśa.
Inilah niat baginda: Semoga yang ditanam di sini,
pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya
dapat dimakan, demikian pula bambu haur, waluh, dan pattum, dan
sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-
bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat
digunakan untuk kebaikan semua makhluk, yang dapat pindah tempat dan
yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan
kebahagiaan. Jika mereka lapar waktu beristirahat atau dalam perjalanan,
semoga mereka menemukan makanan serta air minum. Semoga semua
kebun yang mereka buka menjadi berlebih (panennya). Semoga suburlah
ternak bermacam jenis yang mereka pelihara, dan juga budak-budak milik
mereka. Semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa karena
tidak bisa tidur. Apa pun yang mereka perbuat, semoga semua planet dan
bintang menguntungkan mereka, dan semoga mereka terhindar dari penyakit
dan ketuaan selama menjalankan usaha mereka. Dan
juga semoga semua hamba mereka setia pada mereka dan berbakti, lagipula semoga
teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan semoga istri mereka menjadi
istri yang setia. Lebih-lebih lagi, di mana pun mereka berada, semoga di tempat itu
tidak ada pencuri, atau orang yang mempergunakan kekerasan, atau pembunuh, atau
penzinah. Selain itu, semoga mereka mempunyai seorang kawan sebagai penasihat
baik; semoga dalam diri mereka lahir pikiran Boddhi dan persahabatan (...) dari Tiga
Ratna, dan semoga mereka tidak terpisah dari Tiga Ratna itu. Dan juga semoga
senantiasa (mereka bersikap) murah hati, taat pada peraturan, dan sabar; semoga
dalam diri mereka terbit tenaga, kerajinan, pengetahuan akan semua kesenian
berbagai jenis; semoga semangat mereka terpusatkan, mereka memiliki
pengetahuan, ingatan, kecerdasan. Lagi pula semoga mereka teguh pendapatnya,
bertubuh intan seperti para mahāsattwa berkekuatan tiada bertara, berjaya, dan juga
ingat akan kehidupan-kehidupan mereka sebelumnya, berindra lengkap, berbentuk
penuh, berbahagia, bersenyum, tenang, bersuara yang menyenangkan, suara
Brahmā. Semoga mereka dilahirkan sebagai laki-laki, dan keberadaannya berkat
mereka sendiri; semoga mereka menjadi wadah Batu Ajaib, mempunyai kekuasaan
atas kelahiran-kelahiran, kekuasaan atas karma, kekuasaan atas noda, dan semoga
akhirnya mereka mendapatkan Penerangan sempurna lagi agung.
Tulisan yang dipahatkan pada prasasti
cukup panjang, namun secara garis besar
isinya tentang kutukan terhadap siapa saja
yang melakukan kejahatan
di kedatuan Sriwijaya dan tidak taat
kepada perintah datu. Adapun orang-orang
yang disumpah dalam prasasti adalah:
putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hājipratyaya), hakim (dandanayaka), ketuapekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawaspekerja rendah (addhyāksi nījavarna), ahli senjata(vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabatpengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), pelayan raja (marsī hāji), danbudak raja (hulun hāji)
Arti: Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya) Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan
melindungi Kadātuan Śrīwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah !
Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadātuan iniakan ada orang yang memberontak yang bersekongkol dengan parapemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkankata pemberontak;
yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidaktakluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh sayadiangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untukmelawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu Śrīwijaya, dan biar mereka
dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semuaperbuatannya yang jahat; seperti mengganggu :ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja,
saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahanpula biar mereka yang menghasut orang
supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kenakutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang takberbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut
mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada merekayang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya
dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebasan dari bencana, kelimpahansegalanya untuk semua negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terangbulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), pada saat itulah
kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baruberangkat untuk menyerang bhūmi jāwa yang tidak takluk kepada Śrīwijaya.
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi denganukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagianpuncak.
menggunakan aksara Pallawa dan
bahasanya Melayu Kuno. Isinya tentang
kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau
setia kepada raja dan orang-orang yang
berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini
mirip dengan yang terdapat pada Prasasti
Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.
Letaknya yang Strategis berada di jalur
Perdagangan Internasional antara India
dan Cina
Kekalahan Kerajaan Funan atas serangan
dari Kerajaan Kamboja
Dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang
Tuo telah ditulis sebutan Dapunta Hyang.
Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak
melakukan usaha perluasan daerah.
Tujuan dari perluasan daerah ini berkaitan
erat dengan lokasi perdagangan startegis
bagi Kerajaan Sriwijaya.
Perdagangan:
Dalam kegiatan perdagangan, Sriwijaya
mengekspor gading, kulit, dan beberapa
jenis binatang liar, sedangkan barang
impornya antara lain beras, rempah-
rempah, kayu manis, kemenyan, emas,
gading, dan binatang.
Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di Sriwijaya tinggalribuan pendeta dan pelajar agama Buddha. Salahseorang pendeta Buddha yang terkenal adalahSakyakirti. Banyak mahapeserta didik asing yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasaSanskerta. Kemudian mereka belajar agama Buddha di Nalanda, India. Antara tahun 1011 -1023 datang seorang pendeta agama Buddha dariTibet bernama Atisa untuk lebih memperdalampengetahuan agama Buddha.
Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat denganpantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, danKomering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijayatidak baik untuk perdagangan.
Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan terutama karena melemahnya angkatanlaut Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit.
Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala dan Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah Melayu lepas. Tahun 1377 armada angkatan laut Majapahit menyerang SriwijayaSerangan ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.