wisata syariah di tapal kuda, ke mana? (harian jawa pos radar jember, 19 september 2014, hlm. 1)

Upload: khairunnisa-musari

Post on 10-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sebagai sebuah produk yang universal, wisata syariah seyogyanya menjadi gaya hidup halal yang kini makin mendunia. Meningkatnya wisatawan muslim dunia mendorong munculnya kebutuhan wisata yang islamic friendly yang semakin besar. Mengingat telah dicanangkannya Jawa Timur sebagai destinasi wisata syariah nasional, maka pemerintah daerah dan pelaku usaha wisata perlu bergandengan dengan pihak terkait, termasuk perguruan tinggi dan lembaga keuangan, untuk menjadi motor penggeraknya.

TRANSCRIPT

  • Wisata Syariah di Tapal Kuda, Ke Mana?

    Oleh: Khairunnisa Musari

    Dalam Konferensi Internasional dan

    Pembangunan Islami (KIPI) yang

    diselenggarakan Universitas Jember (Unej)

    dalam rangka Dies Natalis ke-50, ada

    beberapa sosok yang tampak mencolok

    tampilannya daripada yang lain. Dengan

    pakaian berwarna gelap, terdapat sejumlah

    orang yang senantiasa mengelompok dan

    mengenakan songkok putih yang seragam.

    Mereka selalu duduk berjejer dan cenderung

    untuk diam mendengarkan. Sesekali mereka

    tersenyum atau manggut-manggut ketika

    saling berpandangan dengan peserta

    konferensi lainnya. Kental sekali terlihat

    bahwa mereka orang asing. Lantunan nasyid sebagai pembuka

    konferensi yang dikumandangkan salah satu

    dari kelompok bersongkok putih itu

    menjelaskan bahwa mereka berasal dari

    negeri jiran. Ya, sosok-sosok bersongkok

    putih itu adalah para Doktor dan Profesor

    dari Universiti Sains Malaysia yang menjadi

    pemateri KIPI bersama sejumlah tokoh

    penggiat ekonomi Islam di tanah air yang

    diundang Unej untuk berbagi pandangan tentang situasi ekonomi Islam terkini, baik di Indonesia,

    Malaysia, dan dunia. Dari dalam negeri, para pemateri terwakili oleh beberapa tokoh ekonomi

    Islam nasional yang merepresentasikan unsur akademisi, praktisi, dan otoritas.

    Tidak bisa dipungkiri, momen KIPI merupakan salah satu geliat dari kegiatan ekonomi

    syariah di Tapal Kuda. Setelah setahun sebelumnya muncul Gerakan Ekonomi Syariah (GRES)

    yang memang dicanangkan sebagai program nasional, kini hadir Ikatan Ahli Ekonomi Islam

    (IAEI) Besuki Raya yang tidak tangung-tanggung membawahi kabupaten Probolinggo,

    Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi yang menjadi cikal bakal

    terbentuknya IAEI Jawa Timur.

    Nah, mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan

    salah satu dari sembilan destinasi wisata syariah di Indonesia. Ya, bersama Sumatera Barat,

    Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Makassar, dan Lombok, Jawa Timur ditetapkan

    sebagai destinasi wisata syariah nasional. Dengan dijadikannya Jawa Timur sebagai destinasi

    wisata syariah, maka provinsi ini bukan hanya dituntut untuk memiliki daya tarik obyek wisata

    religi atau wisata ziarah semata, tetapi juga dituntut untuk menyediakan fasilitas pendukung yang

    memenuhi standar berdasarkan ketentuan syariat. Eitsss, jangan menganggap wisata syariah ini latah mengekor booming ekonomi syariah,

    lho. Hayooo, siapa yang sudah pernah ke Thailand? Pasti belum banyak yang tahu bahwa Negeri

  • 1000 Pagoda tersebut sudah menerapkan konsep wisata syariah lebih dahulu ketimbang

    Indonesia. Thailand kini bahkan mereposisi diri untuk menjadi Halal Thailand to kitchen of the world. Hal ini bukan sekedar lip service. Thailand terbukti menjadi salah satu pengekspor produk halal utama di dunia.

    Ya, wisata syariah adalah potensi pasar yang banyak dilirik saat ini, bahkan oleh negara

    yang penduduknya mayoritas nonmuslim. Thailand, Singapura, Jepang, Korea, Taiwan bahkan

    China sekalipun adalah beberapa negara yang saat ini agresif menangkap ceruk pasar wisatawan

    muslim global dan gencar menawarkan Islamic tourism tour.

    Di Indonesia, sejumlah pemerintah daerah juga sudah mulai kencang mempromosikan

    wisata syariah, utamanya Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Jawa Barat terdapat 14

    kabupaten halal. Bahkan, Walikota Bandung, Ridwan Kamil, sudah berkomitmen untuk

    menjadikan Bandung sebagai kota halal.

    Sejauh ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun turut memberi dukungan terhadap

    pengembangan wisata syariah mengingat banyaknya unsur dalam wisata syariah yang erat

    kaitannya dengan peradaban Islam, selain adanya inisiasi yang didorong untuk meningkatkan

    ekonomi kreatif. Terlepas bahwa pemicu lahirnya wisata syariah adalah motif ekonomi yang

    melihat peluang besarnya pasar wisatawan muslim, kehadiran wisata syariah sepatutnya

    memperoleh apresiasi dalam rangka membumikan ekonomi syariah dan nilai-nilai syariah.

    Lalu, kalau wisata syariah di Tapal Kuda, kemana?

    Tapal Kuda?

    Ya, salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki banyak potensi wisata syariah

    adalah Tapal Kuda. Tapal Kuda yang meliputi kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jember,

    Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi ini semuanya memiliki tempat wisata religi dan ziarah

    disamping masyarakat setempat yang masih lekat kultur keIslamannya.

    Namun demikian, perlu diingat, wisata syariah bukan sekedar dimaknai sebagai wisata

    religi dan ziarah semata. Wisata syariah juga bukan sekedar paket wisata yang mengunjungi objek-objek wisata Islam. Lebih jauh, wisata syariah adalah jenis wisata yang memegang prinsip

    syariah Islam dengan tanpa mengubah objek wisata pada umumnya. Syariah Islam dalam konteks ini diantaranya meliputi jaminan kehalalan makanan, ketersediaan tempat sholat,

    kebersihan tempat wudhu, hotel yang tidak menjual minuman keras atau kolam renang yang

    memisahkan antara laki-laki dan perempuan.

    Ya, sebagai sebuah industri, wisata syariah hendaknya menjadi upaya bagi para penggiat

    ekonomi Islam untuk pengembangan nilai-nilai syariah ke dalam kegiatan bisnis yang kerap

    dipandang miring. Komponen-komponen di dalam wisata syariah berhubungan dengan nilai dan

    budaya masyarakat lokal yang perlu dilestarikan dalam rangka membangun nilai-nilai positif

    bagi lingkungan. Wisata syariah dinilai strategis dalam rangka mensosialisasikan nilai-nilai

    syariah kepada masyarakat lokal dan internasional.

    Sebagai sebuah produk yang universal, wisata syariah seyogyanya menjadi gaya hidup

    halal yang kini makin mendunia. Meningkatnya wisatawan muslim dunia mendorong munculnya

    kebutuhan wisata yang islamic friendly yang semakin besar. Mengingat telah dicanangkannya

    Jawa Timur sebagai destinasi wisata syariah nasional, maka pemerintah daerah dan pelaku usaha

    wisata perlu bergandengan dengan pihak terkait, termasuk perguruan tinggi dan lembaga

    keuangan, untuk menjadi motor penggeraknya.

    Jadi, kalau wisata syariah di Tapal Kuda, kemana? Tamu-tamu KIPI Unej dari Malaysia,

    Jakarta, Bogor, Surabaya, Malang tersebut akan kita ajak kemana? Kalau saya, mengingat

  • mereka saat ini hanya diagendakan untuk berada di Jember saja oleh panitia, saya mungkin akan

    mengajak mereka untuk mengunjungi Masjid Jami' Al Baitul Amien, Gedung Quran Aliah Putri, STAIN Jember, dan tentu saja Ponpes Al-Qodiri. Andaikan saja di Jember juga sudah

    berdiri pasar syariah sebagaimana yang dibangun oleh Guru saya Prof. Suroso Imam Zadjuli,

    tentu saja saya juga akan merekomendasikannya. Wallahualam bish showab.