bab ii metode perancangan a. analisis...

17
16 BAB II Metode Perancangan A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi cerita rakyat dan flora fauna Indonesia. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting yang harus dikuasai dalam sebuah perancangan. Permasalahan pertama, bagaimana merancang batik dengan mengambil sumber inspirasi cerita rakyat dan kekayaan alam Indonesia. Sesuai dengan gagasan yang diambil, dilakukan pendalaman dan pemahaman materi terhadap sumber inspirasi. Kedua, visualisasi cerita rakyat dan flora dan fauna Indonesia. Ketiga, teknik yang digunakan untuk mewujudkan visualisasi. B. Strategi Penyelesaian Adanya strategi pemecahan masalah diperlukan untuk mempermudah mengatasi masalah yang muncul berkaitan dengan perancangan motif batik. Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah adalah dengan melakukan pengumpulan data melalui studi pustaka tentang Batik Belanda, observasi di Museum Danar Hadi dan Go Tik Swan, wawancara dengan narasumber terkait perancangan yang dibahas, studi proses produksi perancangan, serta uji coba motif dan material (bahan) sebagai strategi awal dalam penyelesaian masalah. Konsep perancangan motif batik dengan mengambil sumber inspirasi cerita rakyat dan flora fauna Indonesia sebagai pengembangan motifnya, data-data dan pendalaman materi terkait dengan Batik Belanda menjadi hal utama yang harus dipahami. Observasi lapangan tentang Batik Belanda guna menunjang

Upload: hoangdieu

Post on 25-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

16

BAB II

Metode Perancangan

A. Analisis Permasalahan

Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam

perancangan batik dengan sumber inspirasi cerita rakyat dan flora fauna

Indonesia. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting yang harus dikuasai

dalam sebuah perancangan. Permasalahan pertama, bagaimana merancang batik

dengan mengambil sumber inspirasi cerita rakyat dan kekayaan alam Indonesia.

Sesuai dengan gagasan yang diambil, dilakukan pendalaman dan pemahaman

materi terhadap sumber inspirasi. Kedua, visualisasi cerita rakyat dan flora dan

fauna Indonesia. Ketiga, teknik yang digunakan untuk mewujudkan visualisasi.

B. Strategi Penyelesaian

Adanya strategi pemecahan masalah diperlukan untuk mempermudah

mengatasi masalah yang muncul berkaitan dengan perancangan motif batik.

Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah adalah dengan melakukan

pengumpulan data melalui studi pustaka tentang Batik Belanda, observasi di

Museum Danar Hadi dan Go Tik Swan, wawancara dengan narasumber terkait

perancangan yang dibahas, studi proses produksi perancangan, serta uji coba

motif dan material (bahan) sebagai strategi awal dalam penyelesaian masalah.

Konsep perancangan motif batik dengan mengambil sumber inspirasi cerita rakyat

dan flora fauna Indonesia sebagai pengembangan motifnya, data-data dan

pendalaman materi terkait dengan Batik Belanda menjadi hal utama yang harus

dipahami. Observasi lapangan tentang Batik Belanda guna menunjang

17

perancangan, serta uji coba bahan yang digunakan dalam perancangan untuk

mengetahui jenis kain yang tepat untuk teknik batik tulis.

C. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi

lapangan, wawancara, studi proses produksi dan uji coba material dan teknik.

1. Studi Pustaka

Data-data mengenai buku tentang Batik Belanda, yaitu :

a. Buku karangan Harmen C. Vandhuisen 2007 dengan judul Batik

Belanda 1840-1940: Pengaruh Belanda pada Batik dari Jawa Sejarah dan

Kisah di Sekitarnya. (Edisi terjemahan oleh Agus Setiadi).

b. Buku karangan H. Santosa Doellah 2002 dengan judul Batik: Pengaruh

Zaman dan Lingkungan.

c. Buku karangan Prof. Kusnin Asa 2014 dengan judul Mosaic Of

Indonesian Batik.

d. Buku karangan Lee Chor Lin 1991 dengan judul Batik: Creating and

Identity.

e. Buku karangan Daan Van Dartel 2007 dengan judul Collectors

Collected Exploring Dutch Colonial Culture Through The Study Of Batik.

18

2. Observasi Lapangan

Observasi lapangan ini dilakukan di dua tempat dan dilakukan pada

tanggal 21 April 2016 untuk mengetahui motif-motif Batik Belanda. Observasi

pertama observasi dilakukan di Museum Batik Danar Hadi Solo yang

beralamatkan di Jalan Brigjen Slamet Riyadi 261, Surakarta. Hasil dari observasi

ini didapatkan data macam-macam motif Batik Belanda, kebanyakan adalah motif

buketan dan motif pola cerita atau dongeng. Warna Batik Belanda mempunyai ciri

khas yaitu menggunakan warna-warna cerah. Hal ini berdasarkan pada tujuannya

agar berbeda dengan warna Batik Kraton atau Jawa.

Observasi kedua dilakukan di Kediaman Go Tik Swan Penembahan

Hardjonagoro atau yang dikenal dengan Ndalem Hardjonagoro, yang

beralamatkan di Jalan Kratonan 101 atau Jalan Yos Sudarsono 176, Surakarta.

Hasil observasi kedua memberikan data tentang perkembangan batik dahulu

hingga sekarang. Hal ini bisa dilihat juga dalam hasil wawancara dengan

narasumber. Dapat diketahui perkembangan batik dulu dan masa kini yang pada

awalnya batik dikerjakan hanya terbatas di dalam lingkungan keraton saja.

Namun, karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar keraton,maka

kesenian batik ini dibawa keluar keraton dan dikerjakan di rumah masing-masing.

Batik dulu dikenal dengan warna soga nya dan warna gelap sedangkan batik masa

kini sudah terdapat pengembangan dari segi desain motif dan warna yang

mengambil warna khas pesisir. Pangsa target batik saat ini untuk kaum muda juga

lebih menyukai batik dengan warna cerah dan motif-motif kontemporer sesuai

dengan selera anak muda.

19

Gambar 3. Batik Belanda Riding Hood Gambar 4. Perang Diponegoro

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016 Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

Gambar 5. Batik Belanda Perang Gambar 6. Batik Belanda Perang II

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016 Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

Gambar 7. Batik Belanda pola cerita Gambar 8. Snow White

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016 Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

20

Gambar 9. Kegiatan orang Belanda Gambar 10. Motif dongeng

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016 Sumber : Buku Batik: Creating and Identity

Gambar 11. Proses Membatik di Ndalem Hardjonagoro

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan juga keterangan-

keterangan yang tidak terobservasi. Wawancara tentang Batik Belanda dilakukan

di Museum Batik Danar Hadi pada tanggal 25 April 2016, pukul 11.00 WIB.

Narasumber adalah Ibu. Asti Suryo A selaku Assisten Manager Museum Danar

21

Hadi Solo. Pertanyaan yang diajukan sebagai berikut, pertama tentang Batik

Belanda, ciri khas motif Batik Belanda (warna, pola dan karakteristik),

perkembangan motif Batik Belanda saat ini, pangsa pasar Batik Belanda apakah

masih diminati atau tidak oleh masyarakat. Hasil dari wawancara dikatakan bahwa

Batik Belanda berawal dari masuknya penjajahan kolonial Belanda ke Indonesia,

laki-laki Belanda menikah dengan wanita Indonesia dan disebut dengan Indo-

Bumi. Pada waktu di Indonesia pakaian Belanda tidak nyaman digunakan di iklim

Indonesia, mulailah mereka membuat sarung. Terbesitlah mereka untuk

mendirikan pabrik dan mengimpor kain mori dari Inggris, Belanda dan Cina.

Ciri khas motif Batik Belanda itu sesuai dengan lingkungan Batik Belanda

itu sendiri berada, jika di lingkungan pesisiran maka warna, dan motif mengambil

bunga-bunga yang tumbuh disekitar lingkungan mereka, serta menggunakan

warna-warna cerah khas pesisiran. Jika berada di lingkungan Solo-Jogja atau

Kratonan, maka motif dan warna mengikuti warna dan motif Kratonan. Motif-

motif Batik Belanda yang terkenal adalah motif buketan ciri khas Eropa. Lalu

motif tapal kuda, di Eropa tapal kuda merupakan lambang untuk menolak bala

biasanya dipasang di depan pintu. Serta beberapa pola cerita seperti Snow White,

Hanzel and Gratel, Little Red Ridding Hood.

Motif Batik Belanda sangat kental dengan pengaruh budaya Eropa nya,

akan tetapi teknik yang digunakan adalah Teknik Batik Jawa. Untuk saat ini

pangsa pasar Batik Belanda, salah satu nya di Pekalongan terkenal dengan Batik

Kompeni, dan beberapa bulan yang lalu Danar Hadi Solo mengeluarkan koleksi

Hanzel and Gratel pada tahun 2016 dan terjual habis, itu membuktikan bahwa

Batik Belanda masih diminati masyarakat.

22

Gambar 12. Putra Presiden Bp. Joko Widodo, Kaesang Pangarep memakai kemeja

batik dengan pola cerita “Perang Diponegoro”

Sumber: https://www.instagram.com/kaesangp/

Wawancara kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2016 di Balai Besar

Kerajinan dan Batik Yogyakarta, yang beralamat di Jalan Kusumanegara 7,

Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Narasumber adalah Syamsudin (49 tahun) sebagai tenaga ahli di bagian Batik.

Hasil dari wawancara yaitu proses Batik Belanda dengan batik lainnya sama yang

membedakan adalah ciri khas motif dan warna yang digunakan. Motif Batik

Belanda memilik filosofi tersendiri bagi bangsa Belanda seperti motif tapal kuda

untuk penolak bala, dan motif buketan dan pola cerita yang mengambil cerita khas

eropa. Dari segi warna, batik Belanda di pengaruhi culture suatu tempat atau

daerah. Warna batik Belanda terkenal dengan warna lembut (soft) atau warna

tanah. Perkembangan Batik Belanda masih diminati, kebanyakan adalah turis-turis

asing.

23

4. Studi Proses Produksi

Selain obsevasi untuk mendukung strategi dalam proses produksi juga

dilakukan studi proses produksi. Studi dilakukan pada tanggal 14 April 2016 di

Batik Setya yang beralamatkan di Jalan Setono RT 02 RW 02 Laweyan,

Surakarta. Batik Setya memproduksi batik tulis dan batik lukis, di batik Satya

sangat terkenal dengan batik pemandangan alam dan kereta kencananya. Karena

dalam perancangan ini mengambil motif utama cerita rakyat dan motif pendukung

flora fauna Indonesia yang di dalam Batik Belanda penggambarannya realis,

sehingga studi proses produksi dilakukan di batik Setya yang setiap batiknya

menggambarkan karakter motif yang realis. Selain di batik Setya, studi proses

produksi dilakukan di pabrik Danar Hadi Solo yang berada di daerah Kartasura,

Sukoharjo. Di pabrik Danar Hadi proses produksi batik menggunakan teknik batik

tulis dan batik cap. Proses pewarnaan dengan teknik colet dan celup menggunakan

pewarna remasol, indigosol, napthol, dan rapid.

Gambar 13. Proses batik lukis di Batik Setya

Sumber: Luluk Khoironi M, 2016

24

Gambar 14. Proses pencoletan warna remasol

Sumber : Luluk Khoironi M, 2015

D. Uji Coba

1. Uji Coba Visual

Uji coba visual dilakukan untuk mencari karakter cerita rakyat dan flora

fauna Indonesia yang akan dituangkan kedalam desain batik. Dari hasil uji

coba visual ditemukan beberapa karakter yang tepat untuk menggambarkan

cerita rakyat dan flora fauna Indonesia. Hasil penggolongan visual didapat

visual berupa cerita rakyat nusantara yang mengambil cerita keong mas,

kancil mencuri timun dan timun mas yang menjadi motif utama dalam

perancangan desain batik, selanjutnya flora dan fauna Indonesia yang menjadi

motif pendukung.

25

Hasil Eksplorasi Visual Motif Menjadi Motif Batik

Timun Mas :

No Figuratif Visual I Visual II Keterangan

1

1. Motif utama dengan

penggayaan yang

berawal dari figuratif

ke deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II lebih

terkesan anak-anak.

2. Unsur dekoratif

terlihat dari isen-isen

pakaian yang

dikenakan.

2

1. Motif utama dengan

penggayaan yang

berawal dari figuratif

ke deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II lebih

terkesan anak-anak.

2. Unsur dekoratif

terlihat dari isen-isen

pakaian yang

dikenakan.

3

1. Motif utama dengan

penggayaan yang

berawal dari figuratif

ke deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II lebih

terkesan anak-anak.

2. Unsur stilasi terlihat

dari penggambaran

tumbuhan.

4

1. Motif utama dengan

penggayaan yang

berawal dari figuratif

ke deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II lebih

terkesan anak-anak.

2. Unsur stilasi terlihat

dari penggambaran

sulur daun timun.

26

5

1. Motif utama dengan

penggayaan yang

berawal dari figuratif

ke deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II lebih

terkesan anak-anak.

2. Unsur stilasi terlihat

dari penggambaran

tumbuhan.

Tabel 1. Tabel Percobaan Desain Timun Mas

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

Keong Mas :

No Figuratif Visual I Visual II Keterangan

1

1. Motif utama

dengan penggayaan

yang berawal dari

figuratif ke

deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II

lebih terkesan anak-

anak.

2. Unsur stilasi

terlihat dari

penggambaran

tumbuhan.

3. Unsur dekoratif

terlihat pada

penggamabaran isen-

isen pakaian dan

keong.

2

1. Motif utama

dengan penggayaan

yang berawal dari

figuratif ke

deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II

lebih terkesan anak-

anak.

2. Unsur stilasi

terlihat dari

penggambaran

tumbuhan.

3. Unsur dekoratif

terlihat pada

penggamabaran isen-

isen pakaian dan

guci.

27

3

1. Motif utama

dengan penggayaan

yang berawal dari

figuratif ke

deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II

lebih terkesan anak-

anak.

2. Unsur stilasi

terlihat dari

penggambaran

tumbuhan.

3. Unsur dekoratif

terlihat pada

penggamabaran isen-

isen pakaian.

Tabel 2. Tabel Percobaan Desain Keong Mas

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

Kancil Mencuri Timun :

No Figuratif Visual I Visual II Keterangan

1

1. Motif utama

dengan penggayaan

yang berawal dari

figuratif ke

deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II

lebih terkesan anak-

anak.

2. Unsur stilasi

terlihat dari

penggambaran

tumbuhan.

3. Unsur dekoratif

terlihat pada

penggamabaran isen-

isen pakaian dan

kancil

2

1. Motif utama

dengan penggayaan

yang berawal dari

figuratif ke

deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II

lebih terkesan anak-

anak.

2. Unsur stilasi

terlihat dari

penggambaran

tumbuhan.

3. Unsur dekoratif

terlihat pada

28

penggamabaran isen-

isen pakaian dan

kancil.

3

1. Motif utama

dengan penggayaan

yang berawal dari

figuratif ke

deformasi menjadi

dekoratif, karena

gambar visual II

lebih terkesan anak-

anak.

2. Unsur stilasi

terlihat dari

penggambaran

tumbuhan.

Tabel 3. Tabel Percobaan Desain Kancil Mencuri Timun

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

Motif Pendukung :

No Visual Asli Figuratif Dekoratif Stilasi

1.

Anggrek Bulan (Phalaenopsis

Amabilis)

29

2.

Bunga Jepun (Kamboja)

3.

Bunga Kenanga (Cananga

Odorata)

4.

Bunga Sepatu (Hibicus Rosa-

Sinensis L)

30

5.

Rafflesia Arnoldi

6.

Jalak Bali (Leucopsar

Rothschildi)

7.

Burung Enggang

8.

Burung Cenderawasih

Tabel 4. Tabel Percobaan Desain Motif Flora Fauna

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

31

2. Uji Coba Teknik Batik dan Bahan

Uji coba teknik dilakukan untuk mengetahui karakteristik pewarna yang

akan digunakan dalam proses perancangan desain. Berikut merupakan hasil uji

coba tersebut.

Gambar 16. Uji Coba Bahan

Sumber : Luluk Khoironi M, 2016

E. Gagasan Awal

Pada setiap awal perancangan suatu desain diperlukan gagasan awal untuk

mempersempit suatu masalah, pemahaman konsep dan beberapa aspek desain,

serta pendalaman sumber inspirasi. Gagasan awal dari perancangan ini adalah

merancang batik yang mengambil sumber inspirasi cerita rakyat sebagai motif

utama dan flora fauna sebagai motif pendukung. Awal perancangan ini dimulai

dengan pemahaman motif Batik Belanda sebagai karya tekstil terdahulu untuk

diferensiasi produk, mulai dari warna motif Batik Belanda yang mempunyai ciri

khas dengan warna cerah atau warna batik pesisiran, hingga pola motif cerita dan

buketan. Pemilihan cerita rakyat Indonesia yang dipilih sebagai motif utama

dalam perancangan berdasarkan dari hasil tanya jawab dan angket pada anak-anak

32

di SD Negeri Purwotomo Surakarta dan SDIT Fatahillah Sukoharjo, pada hasil

awal terdapat beberapa cerita rakyat yang kurang dikenal oleh anak-anak,

akhirnya dipilih 3 cerita rakyat dari beberapa cerita yang kurang diketahui oleh

anak, yaitu Timun Mas, Keong Mas, dan Kancil Mencuri Timun. Selain dari data

angket, ketiga judul tersebut juga didapatkan dari toko buku Gramedia pada survei

buku dongeng anak. Selain itu, dari ketiga cerita rakyat tersebut juga terdapat

pesan moral yang terpilih yang bisa disampaikan kepada anak-anak. Sedangkan

kekayaan alam Indonesia mengambil flora: Rafflesia Arnoldi, Anggrek Bulan

(Phalaenopsis Amabilis), Bunga Jepun (Kamboja), Bunga Kenanga (Cananga

Odorata), Bunga Sepatu (Hibicus Rosa-Sinensis L). Fauna: Jalak Bali (Leucopsar

Rothschildi), Burung Enggang, Burung Cenderawasih.

Perancangan ini bertujuan untuk ikut menjaga dan melestarikan agar

warisan bangsa Indonesia yang berupa cerita rakyat agar dapat tetap terjaga secara

turun-menurun sekaligus megajarkan tentang nilai moral budaya bangsa yang

terkandung di dalamnya, sekaligus untuk pelestarian kekayaan alam Indonesia

melalui perancangan motif batik untuk kebutuhan tekstil batik anak juga

memberikan pengetahuan masyarakat akan keberadaan flora dan fauna Indonesia

yang berada dalam keadaan terancam punah.