wisata desa pekon hujung

Upload: kinanti-gitaputri

Post on 14-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

WISATA PEKON HUJUNG

Lokasi Desa Pekon Hujung Pekon(desa) Hujung berada di Kecamatan Belalau, Lampung Barat. Pekon Hujung menyatu dengan bagian kaki Gunung Pesagi yang merupakan gunung tertinggi di Lampung dengan ketinggan 2000 m dpl.

Panorama Pekon Hujung (http://wisbenbae.blogspot.com/2011_07_06_archive.html)

EkowisataEkowisata atau sering juga disebut dengan ekoturisme atau wisata ekologi rumusannya sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sbb : Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini ,kemudian disempurnakan

oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 yaitu ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat (Ekowisata Indonesia, 2011).http://www.ekowisata.info/definisi_ekowisata.html .

Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat kepada masyarakat setempat (Ekowisata Indonesia, 2011).

Potensi Ekowisata Pekon Hujunga)

Budaya Pekon Hujung Pekon Hujung dipenuhi bangunan ciri khas Lampung Barat yaitu rumah

Sabukh (Rumah Atap sabut). Mayoritas rumah Sabukh terbuat dari dinding bambu yang di sebut masyarakat sekitar dengan khesi, tidak hanya dinding, lantai rumah mereka juga terbuat dari bambu juga. Luas bangunan rumah tua tersebut mencapai 5,5 x 10 meter yang terdapat dua sampai tiga kamar tidur, sedangkan luas ruangan sisa di pakai sebagai tempat pertemuan dan dapur, sedangkan kamar mandi dan MCK, masyarkat mengandalkan sungai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sebanyak 14 rumah Sabukh usianya sudah ratusan tahun. Penghuni yang menempati rumah tersebut rata-rata merupakan keturunan generasi keempat. Rumah sabukh tersebut menurut pemilik saat ini didirikan sejak tahun 1867. Bertahannya rumah sabukh tersebut mencapai ratusan tahun menurut pemiliknya karena rumah tersebut warisan nenek moyang, juga karena rasa cinta mereka dengan sejarah keluarga. Rumah sabukh ini terbuat dari kayu dan bambu berkualitas. Jenis kayu yang dipilih jenis kayu klutum dan kayu medang dengan kondisi masih gelondongan, sementara bambu yang digunakan pun merupakan bambu yang sudah tua.

Keaslian arsitektur rumah Sabukh bertambah terasa begitu pengunjung bersentuhan dengan alam yang begitu segar di kaki Gunung Pesagi yang indah. Keaslian alam, suku budaya, dan arsitektur bangunan di Pekon Hujung menjadi daya tarik tersendiri. Menurut sumber yang didapatkan pemerintah Provinsi Lampung mengusulkan untuk menjadikan rumah sabukh tersebut sebagai salah satu cagar budaya yang dimiliki oleh Lampung Barat. Upaya ini harus mendapatkan respon yang tinggi dari pemerintah daerah, sebab jika tidak maka asset yang memiliki nilai sejarah yang tinggi akan hilang begitu saja, tanpa memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat dan pemerintah (Website Lampung Barat, 2011) http://lampungbarat.go.id/index.php? option=com_content&task=view&id=1741&Itemid=142#&Itemid=118 Lambar Usulkan 14 Rumah Beratap Sabukh Aren Menjadi Cagar Budaya. Adanya peninggalan rumah tua yang telah berumur ratusan tahun menunjukkan bahwa masyarakat masih memegang teguh amanat nenek moyang yang menggambarkan kehidupan masa lalu suku Lampung pedalama. bila upaya penyelamatan cagar budaya ini terlalu lama, maka peninggalan sejarah kehidupan suku Lampung akan terancam punah.

Rumah Sabukh (http://lampungbarat.go.id/index.php? option=com_content&task=view&id=1741&Itemid=142#&Itemid=118)

Rumah khas Lampung Barat tersebut kerap dijadikan homestay untuk para wisatawan sehingga dapat merasakan keseharian masyarakat pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk daerah perkotaan. Konsep ini juga memungkinkan wisatawan untuk terjun langsung melakukan aktifitas mereka misalnya bercocok tanam di sawah, mandi di sungai dll (Wisbenbae, 2011).b)

Gunung Pesagi Gunung pesagi memiliki pesona yang eksotik dan menantang. Setiap

tahunnya banyak pendaki yang datang untuk mencapai puncak gunung Pesagi baik dari Lampung dan Pulau Jawa. Apalagi setiap tahunnya Pemda Kabupaten Lampung Barat mengadakan event Kebut Gunung Pesagi. Puncak gunung Pesagi sendiri berada di Desa Pekon Hujung. Dari puncak gunung ini, pengunjung dapat menikmati keindahan wilayah Lampung Barat, Danau Ranau, permukiman masyarakat OKU, laut lepas Krui, dan laut lepas Belimbing. Terdapat 3 jalur pendakian untuk mencapai puncak Gunung Pesagi. Jalur pertama yaitu Pekon Bahway- Dusun Way Pematu, jalur kedua yaitu Pekon Bhaway-Dusun Ramuan, jalur ketiga yaitu Pekon Hujung. Pendakian menuju puncak Gunung Pesagi pengunjung akan di suguhi oleh pemandangan alama yang indah dan kekayaan keanekaragaman hayati Gunung Pesagi (Putra Lampung, 2010).

Event Kebut Pesagi (http://gumpalanfpunila.wordpress.com/photo/kibar-2/kibar-8/kebut-gunung-pesagi/)

Pengembangan Potensi Ekowisata Pekon Hujung Budaya masyarakat dan keindahan alam di Pekon Hujung membuatr wilayah ini berpotensi besar untuk dijadikan kawasan Ekowisata. Di Pekon Hujung wisatawan dapat menikmati dua keindahan sekaligus yaitu keindahan budaya dan alam Pekon Hujung. Namun, berdasarkan sumber yang didapatkan Pekon Hujung belum banyak diketahui wisatawan mancanegara dan belum terlalu dikelola oleh pemerintah dalam sarana wisatanya. Maka dari itu perlu dilakukan publikasi lebih lanjut dan pelatihan sumber daya manusia khusunya masyarakat lokal agar daerah wisata ini bisa lebih maju dan dapat dijadikan kawasan ekowisata. Contoh upaya-upaya yang bisa dilakukan (Floresecotourism, 2011) :1. Berkerjasama dengan LSM lingkungan yang memiliki misi membangun

ekowisata.2. Penyadartahuan dan pembelajaran tentang kepariwisataan masyarakat

lokal Program ini meliputi tentang metode pembelajaran bagi masyarakat lokal dan khususnya anggota kelompok tentang bagaimana melihat potensi,

merencanakan, membuat produk serta memasarkan kepada wisatawan yang berdasarkan nilai konservasi lingkungan. Kegiatan yang dilakukan adalah: a. Diskusi kelompok tentang pariwisata dan budayab. Kebersihan lingkungan ( contoh : konsep No Plastik

c. Pelatihan bahasa inggris 3. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Lokal Upaya yang dilakukan adalah : a. Pelatihan pelayanan b. Pelatihan pemanduan wisata c. Pelatihan masakan lokal d. Pelatihan penataan home stay dan lingkungan rumahe. Pelatihan anyaman/kerajinan khas

f. Kesenian dan budaya 4. Pengadaan Fasilitas Wisata secara partisipastif Pengembangan kepariwisataan tidak bisa dipisahkan dengan fasilitas wisata yang tersedia. Karena dalam setiap aktivitas wisata yang dilakukan oleh wisatawan membutuhkan akomodasi, makan dan minum serta informasi. Informasi tentang keberadaan Desa Wisata Pekon Hujung pertama-tama bisa dilakukan dengan membuat website khusus Pekon Hujung dan billboard potensi wisata Pekon Hujung di tempat strategis di Provinsi Lampung. Fasilitas lain seperti akses jalan dan transportasi serta MCK juga harus diperhatikan. 5. Pembuatan Peraturan Untuk Wisatawan Peraturan ini berguna untuk menjaga kelestarian Pekon Hujung dan ekosistem alamnya dan sebaiknya diberikan pula sanksi kepada wisatawan yang melanggar. DAFTAR PUSTAKA

Wisbenbae, 2011. Lampung Barat, The Origin of Lampung. http://wisbenbae.blogspot.com/2011_07_06_archive.html. Di akses 10 Oktober 2011. Floresecotourism, 2011. Kampung Tradisional Waerebo http://floresecotourism.com/lokasi_wisata/3/1/1/20/kampung_tradisional_waerebo .html. Di akses 10 Oktober 2011. Putra Lampung, 2010. Gunung Pesagi Lampung barat. http://alfinsungeraje.blogspot.com/2010/05/gunung-pesagi-lampungbarat.html. Di akses 10 Oktober 2011.