wilayah potensial budidaya rumput laut jenis eucheuma

20
Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma Dengan Metode Penginderaan Jauh Di Ujunggenteng Ahmad Rayhan Kamil 1 , Supratna 2 dan Tjiong Giok Pin 2 1 Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2 Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas tentang sebaran rumput laut berdasarkan kondisi fisik yang mencakup suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi (MPT), arus, salintas, serta oksigen terlarut (DO) untuk menentukan wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Penelitian deskriptif ini menggunakan analisis spasial dengan menerapkan metode penginderaan jauh dan survey lapangan pada 15 lokasi untuk pengumpulan dan pengolahan datanya. Setelah data terkumpul dan terolah analisis selanjutnya yang digunakan adalah metode overlay peta. Hasil penelitian menunjukan sebaran rumput laut merata hampir di setiap karang dan menunjukan adanya kesesuaian kondisi fisik pantai dengan syarat budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Berdasarkan sebaran dan kondisi fisik perairan inilah kemudian dapat ditentukan bahwa wilayah yang potensial adalah wilayah karang dan teluk serta bagian timur pantai dengan radius sampai 200 meter dari bibir pantai, wilayah yang cukup potensial adalah wilayah dengan radius 300-700 meter dari bibir pantai, sedangkan sisanya yang merupakan wilayah laut lepas adalah wilayah yang tidak potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut. Potential Region for Development of Seaweed Genus Eucheuma Using Remote Sensing Metho in Ujunggenteng Beach Abstract This research discusses the distribution of seaweed by the physical conditions that include sea surface temperature, total suspended solids, currents, salinity, and dissolved oxygen (DO) to determine areas of potential development seaweed cultivation in Ujunggenteng beach. This is a descriptive research which uses spatial by applying the method of remote sensing and field surveys in 15 locations for the collection and processing of data. Once the data is collected and processed further analysis is the method of overlaying a map. Based on the distribution and physical condition of the water is then determined that the potential area is the region of the reefs and bays along the east coast with a radius of up to 200 meters from the coast, an area of considerable potential is an area with a radius of 300-700 meters from the beach, while the rest which is an open sea area is the area that is not potential for the development of seaweed cultivation. Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah, salah satu kekayaan alamnya adalah di wilayah pesisir. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang banyak memiliki fungsi bagi makhluk hidup. Selain menjadi habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup, wilayah ini juga Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma Dengan Metode Penginderaan Jauh Di Ujunggenteng

Ahmad Rayhan Kamil1, Supratna2 dan Tjiong Giok Pin2

1Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak Penelitian ini membahas tentang sebaran rumput laut berdasarkan kondisi fisik yang mencakup suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi (MPT), arus, salintas, serta oksigen terlarut (DO) untuk menentukan wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Penelitian deskriptif ini menggunakan analisis spasial dengan menerapkan metode penginderaan jauh dan survey lapangan pada 15 lokasi untuk pengumpulan dan pengolahan datanya. Setelah data terkumpul dan terolah analisis selanjutnya yang digunakan adalah metode overlay peta. Hasil penelitian menunjukan sebaran rumput laut merata hampir di setiap karang dan menunjukan adanya kesesuaian kondisi fisik pantai dengan syarat budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Berdasarkan sebaran dan kondisi fisik perairan inilah kemudian dapat ditentukan bahwa wilayah yang potensial adalah wilayah karang dan teluk serta bagian timur pantai dengan radius sampai 200 meter dari bibir pantai, wilayah yang cukup potensial adalah wilayah dengan radius 300-700 meter dari bibir pantai, sedangkan sisanya yang merupakan wilayah laut lepas adalah wilayah yang tidak potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut.

Potential Region for Development of Seaweed Genus Eucheuma Using

Remote Sensing Metho in Ujunggenteng Beach

Abstract

This research discusses the distribution of seaweed by the physical conditions that include sea surface temperature, total suspended solids, currents, salinity, and dissolved oxygen (DO) to determine areas of potential development seaweed cultivation in Ujunggenteng beach. This is a descriptive research which uses spatial by applying the method of remote sensing and field surveys in 15 locations for the collection and processing of data. Once the data is collected and processed further analysis is the method of overlaying a map. Based on the distribution and physical condition of the water is then determined that the potential area is the region of the reefs and bays along the east coast with a radius of up to 200 meters from the coast, an area of considerable potential is an area with a radius of 300-700 meters from the beach, while the rest which is an open sea area is the area that is not potential for the development of seaweed cultivation. Pendahuluan

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang

sangat berlimpah, salah satu kekayaan alamnya adalah di wilayah pesisir. Wilayah

pesisir merupakan wilayah yang banyak memiliki fungsi bagi makhluk hidup.

Selain menjadi habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup, wilayah ini juga

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 2: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

menyediakan berbagai potensi-potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh

makhluk hidup yang hidup di wilayah ini dan sekitarnya.

Indonesia sebagai negara dengan wilayah pesisir yang luas, memiliki

potensi sumber daya kelautan yang berlimpah, sumber daya tersebut berupa

sumber daya perikanan maupun hasil laut lainnya. Dari beberapa sumber daya

yang berlimpah tersebut , salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah

rumput laut (Anggraini, 2006).

Rumput laut (seaweed), sebenarnya adalah jenis tumbuhan algae laut yang

termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta) di laut sehingga rumput laut

tidak memiliki akar, batang, dan daun. Rumput laut merupakan suatu komoditas

yang banyak diminati saat ini. Manfaatnya yang banyak menjadi alasan utama

untuk mengembangkan budidaya tanaman ini. Potensi dan kualitas yang

menjanjikan ini juga membuat rumput laut Indonesia diminati di berbagai belahan

dunia. Hampir kurang lebih 555 jenis rumput laut yang ada di Indonesia saat ini

menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan bagi Indonesia, baik rumput laut

kering maupun olahan dari rumput laut itu sendiri (Anggraini, 2006).

Atas dasar manfaat dan potensi yang dimiliki oleh rumput laut tersebut

maka perlu adanya budidaya rumput laut sebagai upaya untuk memenuhi

permintaan dan kebutuhan dari rumput laut itu sendiri, salah satunya adalah

dengan melakukan kegiatan budidaya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), budidaya merupakan suatu usaha yang bermanfaat dan

memberikan hasil, jadi budidaya rumput laut merupakan suatu usaha dalam

memanfaatkan rumput laut agar mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi atau

lainnya.

Rumput laut yang memilki nilai ekonomis serta manfaat yang tinggi

adalah jenis Eucheuma. Rumput laut jenis ini banyak diolah dalam bentuk kering

setelah melalui proses penjemuran atau diolah menjadi makanan siap konsumsi,

seperti: dodol, manisan dan minuman. Kandungan dietary fiber dan nutrisinya

bermanfaat sebagai antioksidan, antimutagenic, anti koagulan, anti tumor, dan

metabolisme lipid. Rumput laut juga sebagai sumber iodium alami yang terbaik

(Zada, 2009).

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 3: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki ekosistem rumput laut jenis

Eucheuma terdapat di Pantai Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap. Pantai ini

memiliki tiga karang besar yang menjadi substrat bagi rumput laut untuk hidup.

Karang- karang ini juga menjadi penghalang ombak sehingga dapat menjaga

rumput laut dari terjangan ombak, sehingga banyak sekali rumput laut yang

tumbuh secara alami.

Tinjauan Teoritis

Rumput Laut Jenis Eucheuma. Eucheuma adalah rumput laut penghasil

karaginan (carragenophyte). Jenis karaginan yang dihasilkan dari rumput laut ini

adalah kappa karagenan (Winarno, dalam Kalaka, 2014). Ciri-ciri Eucheuma

cottonii yaitu thallus silinder; permukaan licin; cartilageneus (menyerupai tulang

rawan/muda); serta berwarna hijau terang, hijau olive dan cokelat kemerahan.

Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-

tonjolan) dan duri lunak/tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan

bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (sistem percabangan

tiga-tiga). Habitat rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari

untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, rumput laut ini hanya mungkin hidup

pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu

mencapainya (Anggadireja, 2006).

Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia

perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan

dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54-73 % tergantung pada jenis dan

lokasi tempat tumbuhnya (Atmadja, 2012). Karaginan merupakan getah rumput

laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan

air panas (hot water) atau larutan alkali pada temperatur tinggi dan penting untuk

pangan.

Syarat Tumbuh Rumput Laut. Sebagai suatu komoditi, rumput laut

tentunya perlu beberapa persyaratan agar dapat tumbuh secara optimal. Beberapa

persyaratannya antara lain :

a. Suhu

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 4: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Suhu mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan sangat mempengaruhi

kehidupan rumput laut. Menurut SNI (2010), suhu perairan yang sesuai untuk

budidaya rumput laut adalah 26-32 oC. Suhu perairan dengan nilai tersebut

disesuaikan dengan perkembangan tetraspora yang berlangsung dengan baik pada

kisaran temperatur 25 – 30oC (Kadi dan Atmadja, 1988).

b. Muatan Padatan Tersuspensi (MPT)

Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) berkolerasi positif dengan kekeruhan.

Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, maka nilai kekeruhan juga semakin

tinggi. Namun, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya

kekeruhan seperti halnya dengan air laut (Effendi 2009). Menurut Akbar dan

Sudaryanto (2002) dalam Sulma et al. (2005), nilai muatan padatan tersuspensi

yang sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut adalah 0-20 mg/l, sedangkan

yang cukup sesuai adalah 20-80 mg/l, dan yang tidak sesuai adalah lebih dari 80

mg/l.

c. Arus

Arus berhubungan dengan kekuatan pergerakan massa air yang berpengaruh

terhadap pelekatan spora pada subtratnya. Karakteristik spora dari rumput laut

yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat umumnya cepat tenggelam

dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sementara itu,

rumput laut yang tumbuh di perairan yang tenang memiliki karakteristik spora

yang mengandung lapisan lendir dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih

besar. Pergerakan massa air tersebut juga sangat berperan dalam mempertahankan

sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan.

d. Salintas

Salinitas yang tinggi, yaitu 30 – 35 ppt dapat menyebabkan kemandulan bagi

pertumbuhan rumput laut. Rumput laut Jenis Eucheuma dapat tumbuh maksimum

pada kisaran salinitas 15 – 30 ppt dan optimumnya di salinitas 25 ppt Menurut

Anggadiredja ,et.al. (2006)

e. DO (Oksigen Terlarut)

Nilai DO akan berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut karna pengaruhnya

terhadap proses fotosintesis. Menurut SNI (2010), nilai DO yang masuk ke dalam

kriteria sesuai yaitu sebesar 3-8 mg/l.

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 5: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Budidaya Rumput Laut. Menurut Bank Bumi Daya (1991), dalam melakukan

pembudidayaan rumput laut, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1) Penentuan Lokasi

Pemilihan lokasi yang sesuai merupakan hal yang penting karena akan sangat

menentukan berhasil atau tidaknya budidaya rumput laut ini. Oleh karena itu

perlu dipilih lokasi-lokasi yang sesuai dengan syarat tumbuh rumput laut.

Untuk menentukan lokasi budidaya rumput laut membutuhkan kondisi perairan

sebagai berikut :

a. Budidaya dengan sistem lepas dasar untuk jenis Eucheuma membutuhkan

dasar perairan pantai stabil yang dibentuk dari potonan-potonan karang yang

mati dan bercampur dengan pasir karang, sedangkan untuk Gracillaria, dasar

perairan tambak yang baik adalah lumpur berpasir.

b. Lokasi budidaya sebaiknya digenangi air pada waktu surut terendah dengan

kedalaman antara 30–60 cm.

c. Salinitas optimal untuk jenis Eucheuma sekitar 32–35 permil, sedangkan

Gracilliria sekitar 15–35 permil.

d. Suhu air jenis Eucheuma antara 27–30 celcius, sedangkan Gracilliria antara

20–28 celcius.

e. Perairan bebas dari pencemaran, jauh dari sumber air tawar/muara sungai.

f. Kondisi air harus jernih dengan tingkat transaransi sekitar 1,5 meter, tidak

berlumpur.

g. PH air yang dibutuhkan jenis Eucheuma antara 7,5–8,0, sedangkan jenis

Gracilliria antara 8,2–8,7

h. Mempunyai gerakan air yang sedang serta terlindung dari pengaruh gelombang

ombak yang besar dan bebas dari pengaruh angin topan.

i. Bebas dari hama seperti ikan dan hewan lainnya yang bersifat herbivora.

2) Penyediaan Bibit dan Bahan

Bibit rumput laut yang ditanam berupa stek dan dipilih dari tanaman yang

masih segar dan dapat diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami atau dari

tanaman bekas budidaya, bibit–bibit rumput laut tersebut pada tali nylon.

Disamping itu bibit harus baru dan muda serta mempunyai cabang–cabang yang

banyak.

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 6: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Sebelum dilakukan penanaman, bibit yang dikumpulkan ditempatkan pada

keranjang atau jaring dengan dengan ukuran mata jaring yang paling kecil dan

bibit rumput laut tersebut jangan sampai terkena minyak, kehujanan atau

kekeringan, dan diusahakan kondisi bibit rumput laut tersebut selalu lembab.

Bahan konstruksi budidaya rumput laut digunakan jenis bahan yang tahan

terhadap air laut. Tali terbuat dari bahan sintetis, jangkar dibuat dari adukan

semen dan pasir (beton).

3) Metode Budidaya

Metode budidaya diperlukan untuk menentukan pertumbuhan rumput laut.

Terdapat empat metode budidaya berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar

perairan yang telah dikembangkan, yaitu :

a. Metode Lepas Dasar.

Metode ini merupakan metode dengan cara melakukan penanaman dengan cara

mengikat bibit tanaman Eucheuma pada karang lalu disebar, sedang untuk jenis

Gracillia langsung ditanam dengan berat bibit rumput rata – rata 100 gram.

Keuntungan dari metode ini adalah penanaman mudah dilakukan dengan biaya

yang relatif rendah, sedangkan kerugiannya adalah hasil produksi kurang baik,

mudah terserang penyakit dan banyak yang hilang terbawa arus air.

b. Metode Dekat Dasar

Bibit diikat dengan tali rafia, kemudian diikatkan pada tali nylon monofilament

yang direntangkan pada patok kayu dengan jarak 2,5 meter. Jarak antara dasar

perairan dengan bibit yang akan diikatkan berkisar antara 20–30 cm. Ketinggian

tali pengikat disesuaikan dengan kedudukan air pada waktu surut terendah. Berat

bibit setiap rumput rata–rata 100 gram.

c. Metode Rakit Apung

Metode ini cocok digunakan pada laut dengan dasar perairan yang terdiri dari

karang dan pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Penanaman menggunakan

rakit–rakit dari bambu. Untuk menahan rakit bambu dari arus digunakan tali

penahan berukuran 9 mm dan untuk menahan pada bagian dasar digunakan patok

sebagai jangkar.

Keuntungan metode ini adalah tingkat pertumbuhan lebih besar dibandingkan

dengan metode lainnya, disamping itu tanaman terhindar dari gangguan penyakit

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 7: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

bulu babi serta mudah pemeliharaannya, sedangkan kerugiannya adalah biaya

sarana budidaya relatif lebih mahal.

d. Metode Pertengahan

Secara umum metode ini hampir sama dengan metode rakit apung,

perbedaannya bibit diikat pada patok – patok.

Metode Penelitian

Pantai Ujung Genteng merupakan lokasi yang cocok untuk dijadikan

wilayah potensial rumput laut. Keberadaan karang menjadikan alasan utama

karena karang merupakan tempat yang cocok untuk dijadikan substrat sebagai

tempat hidup rumput laut. Selain itu, karang juga mendukung terhadap syarat

tumbuh rumput laut sebagai pelindung lokasi dan penghalang arus.

Dalam pengumpulan data karakteristik fisik pantai Ujunggenteng,

penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu pengumpulan data melalui data

penginderaan jauh dan melalui survey lapangan secara langsung. Data

penginderaan jauh digunakan untuk mengumpulkan data suhu permukaan laut,

muatan padatan tersuspensi (MPT), dan arus, sedangkan data survey lapangan

digunakan untuk mengumpulkan salinitas dan oksigen terlarut (DO). Data-data

yang dikumpulkan ini akan diolah dalam bentuk data statistik dan dalam bentuk

peta yang kemudian akan menghasilkan wilayah kesesuaian budidaya rumput laut.

Selain data-data karakteristik fisik pantai Ujunggenteng, penelitian ini juga

akan mengumpulkan data sebaran rumput laut yang dikumpulkan melalui survey

lapangan langsung dengan teknik pengumpulan data berupa ploting menggunakan

Global Positioning System (GPS). Hasil data sebaran rumput laut ini kemudian

akan diolah menjadi wilayah sebaran rumput laut.

Berdasarkan wilayah kesesuaian budidaya rumput laut, wilayah sebaran

budidaya rumput laut, serta wilayah budidaya rumput laut inilah kemudian akan

menghasilkan wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut.

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 8: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Gambar 1. Diagram alur pikir penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survey lapangan yang dilakukan pada

tanggal 20-23 Januari 2016 dan tanggal 25-28 April 2016. Survey lapangan

dilakukan untuk mengumpulkan data sebaran rumput laut dengan menggunakan

teknik plotting menggunakan GPS pada setiap rumput laut yang ada di lapangan,

sedangkan untuk data salinitas dan oksigen terlarut menggunakan teknik random

sampling dimana sampel yang diambil berjumlah 15 titik sampel yang tersebar di

perairan sekitar Pantai Ujunggenteng. Sedangkan data sekunder yang dibutukan

untuk mengumpulkan data suhu, muatan padatan tersuspensi, serta arah dan

kecepatan arus. Data suhu serta muatan padatan tersuspensi menggunakan data

citra satelit Landsat 8 yang didapat melalui website http:/earthexplorer.usgs.gov.

Data citra satelit yang diunduh yaitu citra Landsat 8 pada bulan Agustus dan

November 2015 untuk pengolahan data suhu serta citra Landsat 8 pada bulan Juni

2015 untuk pengolahan data muatan padatan tersuspensi. Sedangkan untuk data

Sebaran rumput laut Pantai Ujunggenteng

Pantai Ujung Genteng

Karakteristik Pantai Ujunggenteng

Syarat Tumbuh Rumput Laut

Wilayah Kesesuaian Budidaya Rumput Laut

Wilayah Sebaran Rumput Laut

Wilayah Potensial Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Suhu Permukaa

MPT

Fisik

Arus Salinitas DO

Kimia

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 9: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

kecepatan dan arah arus didapatkan melalui website http:/earth.nullschool.net

dimana dalam website tersebut sudah tersedia arah dan kecepatan arus pada lokasi

penelitian dan dapat dikumpulkan data pada tiap bulannya.

Data-data primer dan sekunder yang sudah terkumpul kemudian akan diolah

dengan berbagai cara sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, berikut

pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian kali ini :

Pengolahan Data Suhu dan Muatan Padatan Tersuspensi

Pengolahan data untuk suhu dan muatan padatan tersuspensi menggunakan

data penginderaan jauh dengan menggunakan data citra. Citra yang di gunakan

adalah citra landsat 8 yang di dapatkan melalui website

http://earthexplorer.usgs.gov/. Pengolahannya akan menggunakan software envy

5.1 dengan penggunaan fungsi band math. Fungsi band math merupakan

pengolahan citra dengan memasukan rumus-rumus berupa nilai algoritma

terhadap citra yang akan diolah. Rumus algoritma untuk setiap variabel berbeda-

beda, dimana untuk suhu permukaan laut, yang dicari terlebih dahulu adalah nilai

radiance spectral dari citra yang sebelumnya masih berupa digital number,

dengan rumus : Lχ = 0,0370588 * Digital Number + 32, dimana Lχ = nilai

radiance spectral

Setelah mendapatkan nilai radiance spectral, langkah selanjutnya adalah

mencari nilai temperatur, digunakan rumus : T = (!2  )/(!"(!!!"+ 1), dimana T =

Temperatur, K1 dan K2 = Nilai konstanta kalibrasi pada band 10, Lχ = nilai

radiance spectral.

Setelah mendapatkan nilai temperatur, kemudian barulah mencari nilai

suhu permukaan lautnya dengan menggunakan rumus : SST = 0,00684 !! +

137,59 T – 1161,2, dimana SST = Suhu Permukaan Laut, dan T = Temperatur.

Sedangkan untuk muatan padatan tersuspensi, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah mencari nilai reflektan pada citra. Band yang digunakn adala

band 4 yang merupakan band merah. Untuk mencari nilai reflektan, rumus yang

digunakan adalah :

dimana Mp = Faktor skala band 4, Qcal = Nilai digital number, Ap = Faktor

Penambah.

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 10: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Setelah mendapatkan nilai reflektan barulah dicari nilai muatan padatan

tersuspensinya, digunakan rumus : TSM = A*exp(S*R(0-) red band) , dimana TSM =

Muatan Padatan Tersuspensi, A dan S = variabel persamaan, R(0-) red band =

Nilai reflektan pada band 4.

Pengolahan Data Arus

Data arus merupakan data sekunder yang didapatkan melalui

http://earth.nullschool.net. Dalam website tersebut sudah dapat dilihat dengan

jelas arah serta kecepatan arus laut di wilayah Pantai Ujunggenteng. Data yang

didapat kemudian ditampilkan berupa data statistik melalui tabel yang akan

ditampilkan pada bagian hasil dan pembahasan.

Pengolahan Data Salinitas dan Oksigen Terlarut

Data salinitas dan oksigen terlarut yang didapatkan melalui survey lapangan

akan menghasilkan data statistik berupa nilai salinitas dan nilai oksigen terlarut

yang diambil dari 15 titik sampel di Pantai Ujunggenteng. Pengambilan data

semua dilakukan di lapangan baru kemudian sampel tersebut dihitung.

Penghitungan nilai salinitas menggunakan refraktometer, sedangkan nilai oksigen

terlarut menggunakan DO meter. Data statistik ini kemudian diolah dengan

menggunakan software ArcGIS 10.1 dengan metode interpolasi yang kemudian

akan menghasilkan peta nilai salinitas dan oksigen terlarut dari pantai ini.

Pembuatan Peta Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Pembuatan peta wilayah potensial budidaya rumput laut dengan

menggunakan software ArcGIS 10.1 dengan cara meng-overlay peta-peta yang

sudah dibuat yaitu peta sebaran suhu, peta muatan padatan tersuspensi, peta arus,

peta salinitas, serta peta oksigen terlarut dengan peta sebaran rumput laut yang

didapatkan dari plotting di lapangan langsung. Hasil dari peta dan data tersebut disesuaikan dengan kesesuaian dari syarat

tumbuh rumput laut, dimana syarat tumbuh rumput laut adalah sebagai berikut :

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 11: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Tabel 1. Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut untuk jenis Eucheuma

Sumber: (Ratnasari, dkk, 2014)

Penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut dilakukan dengan

menentukan kesesuaiannya berdasarkan kriteria nilai parameter yang telah

terdapat di SNI (2010) dan Sulma et al. (2005). Data pada tabel diatas akan

digunakan untuk menganalisis data-data dari karakteristik fisik yang telah

dikumpulkan dan diolah seperti pada penjelasan sebelumnya.

Analisis yang digunakan adalah metode analisis spasial dengan data dasar

berupa peta-peta serta data statistik hasil pengolahan data. Analisisnya

menggunakan analisis overlay dengan menggabungkan peta-peta serta data

statistik dari karakteristik fisik karang untuk mendapatkan informasi spasial baru

berupa wilayah potensial budidaya rumput laut. Analisis ini juga bersifat

deskriptif yaitu penggambaran dari data-data karakteristik fisik karang yang

menjadi variabel-variabel dalam penelitian. Analisis ini digunakan untuk

menganalisis dan mendeskripsikan hasil pengolahan data untuk menentukan

wilayah yang memiliki potensi budidaya rumput laut.

Hasil dan Pembahasan

Sebaran dan Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai Ujunggenteng.

Pantai Ujunggenteng adalah salah satu wilayah di Indonesia yang terkenal

memiliki produksi rumput laut yang banyak. Di pantai yang terletak di selatan

Jawa dan menghadap Samudra Hindia ini rumput laut tersebar hampir di seluruh

tiga karang besar yang ada di pantai ini. Sebarannya hampir tersebar merata

diseluruh karang yang merupakan substrat bagi tempat hidup rumput laut. Hal ini

No   Parameter   Sesuai  (S1)  Cukup  Sesuai  S2)  

Tidak  Sesuai  (S3)  

1   Suhu  Permukaan  Laut  (oC)   26  -­‐  32   20  -­‐  26   <  20  &  >32  

2   Muatan  Padatan  Tersuspensi  (mg/l)   <  20   20  -­‐  80   >  80  

3   Arus  (m/s)   0,2  -­‐  0,4   0,1  -­‐  0,2  

<  0,1  &  >  0,4  

4   Salinitas  (ppt)   28  -­‐  32   32  -­‐  35   <  28  &  >35  

5   Oksigen  terlarut  (mg/l)   3  -­‐  8   1  -­‐  3   <  1  

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 12: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

dikarenakan karang dan kondisi fisik di Pantai Ujunggenteng ini sesuai dengan

syarat tumbuh bagi rumput laut.

Keanekaragaman rumput laut di pantai ini juga cukup beragam, ada

banyak jenis rumput laut yang tersedia antara lain Eucheuma cottonii, sargassum,

rambu kasang, agar merah, dan agar hijau yang termasuk ke dalam jenis

Gracilliria, kades (Gelidium), dll. Jenis yang paling banyak ditemukan dan yang

paling banyak dikumpulkan adalah jenis sargassum yang bermanfaat untuk obat-

obatan, sedangkan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah jenis

Eucheuma.

Bila melihat sebaran rumput laut berdasarkan jenisnya, maka secara umum

sebaran rumput laut di Pantai Ujunggenteng ini dapat dideliniasikan ke dalam 3

wilayah, yaitu wilayah yang paling dekat dengan pantai dimana rumput laut yang

dominan adalah jenis Gracillaria, wilayah di tengah karang dengan rumput laut

yang dominan adalah gelidium, serta wilayah yang terjauh yang dekat dengan

tubir karang dominannya adalah jenis Sargassum. Hasil sebaran rumput laut di

lapangan ini menunjukan bahwa jenis Eucheuma masih jarang ditemukan di

pantai ini meskipun memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi.

Gambar 2. Peta sebaran rumput laut berdasarkan jenis rumput laut

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 13: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Karakteristik Pantai Ujunggenteng. Karakteristik Pantai Ujunggenteng secara

umum cocok untuk pertumbuhan rumput laut. Kondisi fisik yang juga menjadi

variabel dalam penelitian ini adalah suhu permukaan laut, muatan padatan

tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, serta kecepatan arus.

Suhu Permukaan Laut.

Berdasarkan data hasil pengolahan citra landsat 8 pada bulan Agustus dan

November dapat dilihat bahwa di perairan pantai suhu permukaan laut termasuk

ke dalam wilayah yang sesuai untuk budidaya rumput laut pada bulan November

2015 yaitu pada kisaran 26-32 oC, sedangkan pada bulan Agustus 2015 masuk ke

dalam kategori cukup sesuai yaitu pada kisaran 20-26 oC berdasarkan kategori

SNI (2010).

Pada bulan November suhu permukaan laut terlihat lebih hangat

dibandingkan dengan suhu permukaan laut pada bulan Agustus, hal itu

disebabkan karna pada bulan November merupakan musim hujan dimana terjadi

angin musim barat yang membawa suhu lebih hangat dibandingkan dengan angin

musim timur yang terjadi pada musim kemarau di bulan Agustus 2015.

Gambar 3. Suhu Permukaan Laut bulan Agustus dan November 2015

Selain data dari pengolahan citra landsat, dilakukan juga validasi

dilapangan untuk mengukur suhu permukaan laut di Pantai Ujunggenteng. Survey

lapangan ini mengambil 15 titik sampel di perairan sekitar Pantai Ujunggenteng.

Hasil menunjukan rata-rata suhu berkisar antara 30-33 oC, dimana menurut

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 14: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

kategori SNI masih masuk ke dalam wilayah yang sesuai untuk budidaya rumput

laut.

Gambar 5.3 Grafik nilai suhu permukaan laut di perairan sekitar pantai Ujunggenteng.

Muatan Padatan Tersuspensi.

Berdasarkan data pengolahan citra landsat pada bulan Juni 2015, perairan

di sekitar Pantai Ujunggenteng memiliki nilai muatan padatan tersuspensi yang

beragam yang kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kelas sesuai dengan nilai

kesesuaian untuk budidaya rumput laut. Hasil pengolahan data tersebut

menunjukan bahwa di wilayah karang nilai yang dominan adalah 20 – 80 mg/l.

Nilai ini masuk ke dalam kategori cukup sesuai untuk melakukan pembudidayaan

rumput laut, sedangkan nilai yang sesuai yaitu < 20 mg/l ada di wilayah laut lepas.

Hal ini disebabkan karena memang padatan akan berada lebih banyak di atas

karang, padatan-padatan tersebut dapat berupa pasir dan lumpur yang termasuk

kategori abiotik, serta banyak pula bakteri ataupun phytoplankton yang

merupakan komponen biotik yang berada di karang dibandingkan dengan yang

berada di laut lepas.

Gambar 3. Peta muatan padatan tersuspensi di sekitar perairan Pantai Ujunggenteng

28  29  30  31  32  33  34  

1   3   5   7   9   11   13   15  

Nilai  Suhu  

Permukaan  laut  (0C)  

Ti6k  Sampel  

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 15: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Kecepatan dan Arah Arus.

Berdasarkan data penginderaan jauh yang didapatkan dari web

earth.nullschool.net, kecepatan arus di Pantai Ujunggenteng selama tahun 2015

berkisar antara 0,1 sampai dengan 0,3 m/s. Arus menjadi faktor yang cukup

penting dalam pembudidayaan rumput laut karena kecepatan arus yang tidak

sesuai dapat merusak rumput laut dan mengganggu pertumbuhan rumput laut.

Selama pengamatan di setiap bulan di tahun 2015, kecepatan arus terendah adalah

0,08 m/s yang terjadi di bulan Juli dan kecepatan tertinggi yaitu 0,36 m/s yang

terjadi pada bulan Oktober. Secara umum, rata-rata kecepatan arus di perairan

Pantai Ujunggenteng yaitu 0,2 m/s dimana menurut klasifikasi SNI terhadap

kesesuaian budidaya rumput laut, nilai kecepatan arus tersebut adalah sesuai.

Tabel 2. Data arah dan kecepatan arus di perairan Pantai Ujunggenteng Tahun 2015.

Salinitas

Berdasarkan SNI, nilai salinitas yang sesuai dalam pembudidayaan rumput

laut adalah 28 – 32 ppt, cukup sesuai dengan nilai 32-35 ppt, dan tidak sesuai bila

nilainya < 28 atau > 35. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan di

No Bulan Arah Kecepatan

(m/s)

1 Januari Barat Daya 0,30

2 Februari Barat Daya 0,20

3 Maret Tenggara 0,24

4 April Selatan 0,30

5 Mei Tenggara 0,16

6 Juni Barat Daya 0,15

7 Juli Tenggara 0,08

8 Agustus Tenggara 0,10

9 September Tenggara 0,10

10 Oktober Tenggara 0,36

11 November Timur 0,22

12 Desember Barat Daya 0,22

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 16: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

perairan sekitar Pantai Ujunggenteng, hasil survey menunjukan nilai salinitas di

pantai tersebut berkisar antara 29 – 31 ppt dengan rata-rata nilai salinitas yaitu

29,67 ppt. Kisaran nilai tersebut masuk ke dalam kategori yang sesuai untuk

melakukan pembudidayaan rumput laut. Kisaran nilai tersebut masih normal

karena memang rata-rata air laut memiliki kisaran nilai salinitas sebesar 30-35

ppt.

Gambar 4. Grafik Nilai Salinitas di Pantai Ujunggenteng

Oksigen Terlarut.

Berdasarkan survey lapang yang dilakukan, nilai rata-rata DO di perairan

sekitar Pantai ujunggenteng adalah 6.70 dimana nilai terendah adalah 4,2 mg/l di

titik ke tujuh dan nilai terbesar adalah 7,2 mg/l. Nilai-nilai tersebut merupakan

nilai yang masuk kedalam kategori sesuai berdasarkan SNI, yaitu nilainya adalah

3 – 8 mg/l. Gambar 5 menunjukan wilayah karang di Pantai Ujunggenteng

dengan nilai oksigen terlarut yaitu berkisar 4-7 mg/l. Sama sepert nilai salinitas,

nilai oksigen terlarut ini juga didapatkan melalui survey lapangan pada 15 titik

yang diambil secara acak.

Gambar 5.7. Nilai Oksigen Terlarut di Pantai Ujunggenteng

28  28.5  29  

29.5  30  

30.5  31  

31.5  

1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15  

Salinitas  (PPT)  

Ti6k  ke-­‐  

0  

5  

10  

1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15  

DO  (mg/l)  

Ti6k  ke-­‐  

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 17: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Wilayah Potensial Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Pantai

Ujunggenteng. Berdasarkan pada kondisi fisik serta sebaran rumput laut yang

telah dibahas, maka dapat ditentukan wilayah potensial pengembangan budidaya

rumput laut jenis Euceuma. Wilayah potensial ini merupakan wilayah memiliki

potensi untuk dilakukan pengembangan budidaya rumput laut yang di dapat

melalui analisis keadaan kondisi fisik pantai dengan melihat suhu, muatan padatan

tersuspensi, arus laut, salinitas, serta oksigen terlarut yang kemudian di cocokan

dengan keadaan dari sebaran rumput laut.

Gambar 5.8. Wilayah Potensial Pengembangan Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Wilayah yang termasuk ke dalam karang adalah wilayah yang potensial

untuk dijadikan wilayah budidaya rumput laut, begitu pula pada wilayah teluk

yang berada diantara karang yang berada di selatan dengan karang yang berada di

tengah, masih termasuk ke dalam wilayah yang potensial. Wilayah lain yang

termasuk ke dalam wilaya potensial yaitu wilayah di dekat bibir pantai di sebelah

timur pantai. Wilayah yang berbatasan langsung dengan bibir pantai hingga pada

jarak 200 meter kea rah laut lepas masih termasuk ke dalam wilayah potensial.

Wilayah yang termasuk ke dalam wilayah yang cukup potensial adalah wilayah

yang berjarak sekitar 300-700 meter dari bibir pantai sampa dengan jarak sekitar

800 meter. Hal ini menunjukan bahwa pengembangan budidaya rumput laut akan

berpotensial sampai pada jarak 800 meter, sedangkan wilayah yang tidak potensial

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 18: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

berada 800 meter dari bibir pantai sampai dengan laut lepas. Hal ini memang

sesuai dengan kondisi fisik dari Pantai Ujunggenteng yang berdasarkan hasil

pengamatan melalui survey lapang dan pengamatan melalui data penginderaan

jauh pun memberikan data berupa hasil yang sesuai untuk wilayah yang

berpotensi dijadikan wilayah budidaya rumput laut di perairan sekitar karang

Pantai Ujunggenteng . Berdasarkan hasil penelitian dari kondisi fisik di perairan

sekitar karang Pantai Ujunggenteng, hampir semua variabel kondisi fisik pantai

menunjukan hasil yang masuk ke dalam kategori sesuai. Keberadaan karang serta

adanya teluk juga menjadi faktor penentu dalam menentukan wilayah potensial.

Karang dan teluk menjadi penghalang ombak sehingga memberikan

keterlindungan bagi rumput laut terhadap arus.

Kesimpulan.

Sebaran rumput laut hampir ada di seluruh karang di Pantai Ujunggenteng.

Sebarannya hampir merata dari karang pertama yang berada di selatan pantai

sampai dengan karang ketiga yang berada di timur pantai, yang membedakan

hanya keanekaragamannya dimana di karang pertama keanekaragaman rumput

lautnya lebih beragam. Kondisi fisik yang berupa suhu permukaan laut, muatan

padatan tersuspensi, kecepatan dan arah arus, salintas, serta oksigen terlarut yang

ada di pantai ini semuanya masuk ke dalam kategori yang sesuai ataupun cukup

sesuai pada bibir pantai sampai dengan jarak 500-1.000 meter, sedangkan pada

jarak lebih dari 1.000 meter masuk ke dalam wilayah yang tidak sesuai. Wilayah

yang termasuk kedalam wilayah potensial dan cukup potensial adalah wilayah

karang dan wilayah teluk pantai ini. Selain wilayah karang dan teluk wilayah yang

potensial adalah wilayah di timur pantai dengan jarak mencapai 200 meter dari

bibir pantai. Wilayah yang cukup potensial yaitu berjarak sekitar 300-700 meter

dari bibir pantai sampa dengan jarak sekitar 800 meter. Hal ini menunjukan bahwa

pengembangan budidaya rumput laut akan berpotensial sampai pada jarak 800

meter, sedangkan wilayah yang tidak potensial berada 800 meter dari bibir pantai

sampai dengan laut lepas.

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 19: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Daftar Pustaka

Ambas, I. (2006). Budidaya Rumput Laut. Pelatihan Budidaya Laut (Oremap Fase

II Kab. Selayar). Makassar: Yayasan Mattirotasi.

Anggadiredja, J, T., (2006). Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anggraini, O. (2006). Kajian Restropektif Program Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Pesisir. Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik

10(1).Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada.

Ardiansyah. (2015). Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI

5.1 dan ENVI LiDAR. Jakarta : P.T. Labsig Inderaja ISLIM.

Atmadja, W.S. (2012).Apa Rumput Laut itu sebenarnya?, diunduh melalui

http://www.coremap.or.id/print/article.php?id=264 (diakses pada

18/02/2016, pukul 00:43 wib)

Bank Bumi Daya. (1991). Rumput Laut di Indonesia. Jakarta: BBD;Urusan

Perencanaan & Pengembangan

Dahuri, R. (2003). Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Effendi I. (2009). Pengantar akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hasriyanti. (2014). Pemetaan Wilayah Produksi Rumput Laut di Kecamatan

Tamalatea, Kabupaten Jeneponto. Makassar: Universtas Negeri Makassar.

Kadi, A dan S. Atmadja. (1988). Rumput Laut (Algae) Jenis, Reproduksi,

Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Proyek Studi Potensi Sumber Daya

Alam Indonesia. Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI.

Kalaka, Sri Rahayu .(2014) .PENGEMBANGAN PRODUK PERMEN SOBA

DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma

cottonii. Unspecified thesis, Universitas Negeri Gorontalo.

Kusumawardhani, A.D. (2008). Wilayah Intensitas Budidaya Rumput Laut di

Pantai Karst Kabupaten Gunung Kidul. Jakarta:Universitas Indonesia.

Lillesand.T.M and R.W.Kiefer. (1979). Remote Sensing and Image Interpretation.

John Willey and sons. New York

Nordstrom, DK. (2000). Negative pH and extremely acidic mine waters from Iron

Mountain California. Journal Environ Sci Technol,34, 254-258.

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016

Page 20: Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma

Ratnasari, Arlina. Nirmala, Kukuh. Budhiman, Syarif. Emiyati. Hasyim, Bidawi.

(2014). Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis Untuk Penentuan Lokasi Budidaya Rumput Laut di Peraran

Teluk Gerupuk, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bogor:

Institut Pertanian Bogor

Standar Nasional Indonesia [SNI]. (2010). Produksi rumput laut kotoni

(Eucheuma cottoni) – Bagian 2: Metode Long-line. Badan Standarisasi

Nasional. SNI: 7579.2:2010.

Sulma S, Hasyim B, Susanto A, Budiono A. (2005). Pemanfaatan data

penginderaan

jauh untuk pengembangan budidaya laut. Pusat Pengembangan

Pemanfaatan

dan Teknologi PenginderaanJauh. Kedeputian Bidang Penginderaan Jauh.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Sutanto. (1986). Penginderaan Jauh I. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press

Tuhumury RAN. (2011). Studi parameter oseanografi fisika dan kimia untuk

kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Teluk Youtefa Kota Jayapura.

SAINS 11(2): 69-77.

Wahyudin, Yudi. (2011). Karakteristik Sumber Daya Pesisir dan Laut Kawasan

Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bogor:PKSPL-

IPB.

Wibowo, Lukas dan Fitriyani, Evi. (2012). Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma

Cottoni) Menjadi Serbuk Minuman Instan. Pontianak:Politeknik Negeri

Pontianak.

Yudhi. (2009). Khasiat dan Manfaat Rumput Laut. Jakarta

Zada, Almira. (2009). Pengaru Diet Rumput Laut Eucheuma sp. Teradap Jumlah

Eritrosit Tikus Wistar Dengan Diabetes Aloksan. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016