file · web viewteori-teori tentang manajemen pelayanan dapat dibedakan menjadi dua,...
TRANSCRIPT
ANDRI AFRIYANTO
BAB III
PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANAN YANG BERORIENTASI KEPADA KEPENTINGAN
PELANGGAN
3.1. Pengantar
Sistem pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan pelanggan atau pengguna jasa
merupakan salah satu faktor yang harus ada agar dapat diselenggarakan pelayanan yang berkualitas.
Ada beberapa teori dan konsep terkait dengan pengembangan system pelayanan.
Teori-teori tentang manajemen pelayanan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
mengkajinya dari perspektif providers atau dari prosesnya dan yang mengkajinya dari perspektif
customers atau outputnya.
Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan baik, terlebih dahulu kita harus
memahami beberapa konsep pokok manajemen pelayanan tersebut seperti momen kritis pelayanan,
lingkaran pelayanan, model segitiga pelayanan dan gap model.
3.2 Momen Kritis Pelayanan (Moment of Truth)
Yaitu kontak yang terjadi antara konsumen dengan setiap aspek organisasi yang akan
membentuk opini konsumen tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.
(Albrecht dan Bradford; 1990:30).
Harus ada kesesuaian/kompatibilitas antara 3 faktor dalam pengelolaan momen kritis
pelayanan, yaitu:
1. Konteks pelayanan,2. Referensi yang dimiliki oleh konsumen,3. Referensi yang dimiliki oleh anggota organisasi penyelenggara pelayanan.
Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang baik, setiap organisasi harus mengidentifikasikan
dan mengelola momen kritis pelayanan secara baik. Kesesuaian antara 3 faktor tersebut dapat dilihat
dalam model / gambar berikut :
Gambar 3.1
The Moment of Truth Model
(Model Momen Kritis Pelayan)
Service Context(Konteks Pelayanan)
Input (Masukan) Input (Masukan)Customer’s Employee’s
Attitudes (perilaku)Values (Nilai)Beliefs (Kepercayaan)Wants (Keinginan)Feelings (Perasaan)Expectation (Harapan)
Frame of reference
(Referensi yang dimiliki oleh konsumen)
Frame of Reference(Referensi yang dimiliki oleh Anggota Organisasi)
Attitudes (perilaku)Values (Nilai)Beliefs (Kepercayaan)Wants (Keinginan)Feelings (Perasaan)Expectation (Harapan)
1
ANDRI AFRIYANTO
Moment of truth(Momen Kritis Pelayanan)
Sumber; Albrecht dan Bradford. (1990;37)
3.3 Lingkaran Pelayanan (The Cycles of service)
Yang berarti serangkaian momen kritis pelayanan yang dialami oleh konsumen ketika
konsumen memanfaatkan jasa pelayanan (Sumber; Albrecht dan Bradford. 1990;37).
Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik, kita harus memandang produk/jasa layanan kita
sebagaimana konsumen kita memandang produk/jasa layanan tersebut. Hal ini sangat sulit untuk
dilakukan karena biasanya organisasi penyelenggara pelayanan telah merumuskan system dan prosedur
pelayanan seperti diilustrasikan dengan pelayanan di plaza dalam gambar berikut :
Gambar 3.2
Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza
AKHIR LINGKARAN AWAL LINGKARAN
Ke arena parkir Masuk arena parkir
Disapa satpam Mencari tempat parkir
Keluar toko Masuk toko
Membayar Disapa satpam
Disapa kasir Ambil Trolly/tas
Menunggu Memilih belanjaan
Antri Keluar Minta tolong penjaga toko
Mengunjungi Counter obat
Membaca denah toko
Sumber : Albrecht & Bradford, (1990:34)
Bagi konsumen hampir setiap detik merupakan momen kritis pelayanan yang mungkin tidak
disadari oleh organisasi penyelenggara pelayanan dan orang-orang yang ada di dalamnya.
2
ANDRI AFRIYANTO
Konsep lingkaran pelayanan ini akan membantu kita mengidentifikasi momen-momen kritis
pelayanan yang harus dikelola secara professional. Penerapan konsep lingkaran pelayanan ini dapat
dilakukan untuk kepentingan survey sederhana atas kepuasan pelanggan dan metode untuk
mengidentifikasikan sumber-sumber ketidakpuasan pelanggan.
3.4 Teori ‘Exit’ dan ‘Voice’
Mekanisme exit berarti bahwa jika pelayanan publik tidak berkualitas maka konsumen/klien
harus memiliki kesempatan untuk memilih lembaga penyelenggara pelayanan publik yang lain yang
disukainya.
Mekanisme voice berarti adanya kesempatan untuk mengungkapkan ketidakpuasan kepada
lembaga penyelenggara pelayanan publik.
Hirschman (dalam Jones, 1994) menjelaskan bahwa mekanisme exit biasanya terhambat oleh
beberapa faktor seperti : 1. Kekuatan pemaksa dari negaara; 2. Tidak adanya lembaga penyelenggara
pelayanan publik alternative; dan 3. Tidak adanya biaya untuk menciptakan lembaga penyelenggara
pelayanan publik alternative.
Sedangkan mekanisme voice biasanya tidak efektif karena : 1. Pengetahuan dan kepercayaan
terhadap mekanisme yang ada; 2. Aksesibilitas serta biaya untuk mempergunakan mekanisme tersebut.
Teori exit dan voice ini sejalan dengan teori publik klasik yang menyatakan bahwa kekuasaan
cenderung untuk korup/disalahgunakan , sedangkan kekuasaan yang absolute sudah pasti akan
disalahgunakan.
Dengan demikian untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik diperlukan adanya
kesetaraan posisi tawar antara konsumen/klien dengan lembaga penyelenggara pelayanan. Secara
teoritis kesetaraan posisi tawar ini akan dapat dicapai dengan cara :
1. Meningkatkan posisi tawar klien/konsumen, atau dengan kata lain memberdayakan klien.
2. Mengontrol kewenangan/kekuasaan lembaga penyelenggara pelayanan public.
Keseimbangan posisi tawar tersebut dapat dicapai dengan menerapkan beberapa konsep berikut,
sesuai dengan karakteristik pelayanan publik yang diselenggarakan ;
a. Customer’s charter/client’s charter/citizen’s charter
Yaitu suatu dokumen yang didalamnya diatur tentang hak-hak dan kewajiban –kewajiban yang
melekat baik dalam diri providers, maupun customer, serta sanksi bagi kedua pihak apabila tidak dapat
memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan.3
ANDRI AFRIYANTO
b. Customer’s service standard
Yaitu standar pelayanan yang melekat dalam suatu jenis pelayanan publik tertentu, yang dalam
Kep. Mendagri No. 29/2002 disebut Standar Pelayanan Minimal (SPM).
c. Customer’s redress
Yaitu pemberian ganti rugi kepada customers apabila Pelayanan Publik yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada, baik dalam customer’s charter
maupun yang disebutkan dalam Customer’s service standard, baik berupa uang, penggantian pelayanan
serupa atau kompensasi tertentu.
d. Quality guarantees (garansi kualitas)
Yaitu suatu jaminan yang diberikan oleh instansi pemerintah/penyelenggara pelayanan publik
bahwa pelayanan publik yang diselenggarakannya pasti memenuhi standar tertentu. Apabila standar
tersebut tidak dapat dipenuhi maka customers berhak untuk meminta pemenuhan standar tersebut.
e. Quality inspectors
Yaitu suatu jabatan yang tugas, kewenangan dan tanggungjawabnya adalah memeriksa dan
memastikan bahwa pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah/penyelenggara pelayanan benar-
benar telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
f. Customer’s complaint systems
Yaitu system penanganan keluhan yang efektif dan responsive sehingga customer tidak segan
untuk menyampaikan keluhan/pengaduan karena pasti akan ditindaklanjuti.
Sistem penanganan keluhan ini dapat dilakukan dengan cara :
a. menunjuk pejabat tertentu
b. membuka hotline bebas pulsa
c. membuka kotak pos dengan nomor yang mudah diingat
d. membuat email address
g. Ombudsmen
Yaitu Lembaga pengawas independent yang tugas, kewenangan dan tanggungjawabnya adalah
untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pelaksana pelayanan publik dan melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap tindakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
h. Competitive public choice systems
4
ANDRI AFRIYANTO
Yaitu merupakan perwujudan dari mekanisme exit dengan cara customer diberi kesempatan
untuk memilih providers yang disukainya, dari beberapa providers yang menawarkan pelayanan publik
sejenis yang saling bersaing dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas.
i. Vouchers and reimbursement programs
Voucher adalah semacam kupon yang diberikan kepada warga masyarakat yang dianggap
berhak/memenuhi persyaratan tertentu untuk ditukar dengan jenis pelayanan publik tertentu disalah
satu penyelenggara pelayanan publik yang dipilih oleh customers. (misalnya voucher program
beasiswa pendidikan untuk kaum miskin dan penerimanya dapat memilih sekolah yang disukainya).
Nantinya sekolah dapat menukarkan voucher tersebut kepada pemerintah dengan sejumlah uang.
Reimbursement (program penggantian sejumah uang), Idenya, customers terlebih dahulu membayar
pelayanan public yang dipakainya, kemudian kuintansi pembayarannya dimintakan ganti kepada pihak
tertentu yang seharusnya bertanggungjawab untuk membayar biaya pelayanan tersebut. (misalnya
program asuransi kesehatan). Dengan cara tersebut sekolah dan Rumah Sakit akan bersaing untuk
menyelenggarakan pelayanan public yang terbaik, sehingga siswa dan pasien dating kepadanya.
j. Customer information systems and brokers
Yaitu suatu lembaga yang dibentuk dengan tugas, kewenangan dan tanggungjawab untuk
menghimpun dan menyediakan informasi bagi masyarakat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan publik.
Misalnya data yang dapat diakses meliputi :
a. Informasi tentang prosedur pelayanan publik tertentu.
b. Karakteristik providers tertentu
c. Providers yang memberikan pelayanan dari yang kurang baik sampai dengan yang terbaik.
k. Competitive bidding
Yaitu ketentuan bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu yang terkait dengan
penerimaan sejumlah uang, para providers harus bersaing karena adanya system pelelangan. Misalnya
kontrak untuk menyelenggarakan pelayanan angkutan kota pada trayek tertentu, harus dilakukan
dengan cara tender yang adil dan kompetitif.
l. Competitive benchmarking
Dimaksudkan agar didapatkan pelayanan publik yang berkualitas, setiap providers harus
melakukan perbandingan dengan providers lain yang menawarkan pelayanan publik sejenis, sehingga
diketahui kelebihan dan kekurangan yang melekat dalam dirinya dan dapat dilakukan perbaikan dengan
segera. Di Indonesia dilakukan dengan cara studi banding, namun kurang efektif karena berubah
menjadi sekedar wisata dan tidak ada tindak lanjutnya.
m. Privatization
5
ANDRI AFRIYANTO
Yaitu merupakan salah satu wujud dari mekanisme exit, karena sebagian dari proses
penyelenggaraan pelayanan publik diserahkan kepada pihak swasta, sehingga customers memiliki
beberapa pilihan.
n. Sistem penggajian berdasarkan prestasi
Yaitu mengkaitkan gaji yang diberikan dengan prestasi kerja khususnya dalam hal
penyelenggaraan pelayanan publik. Dengan demikian meskipun pangkat golongan dan masa kerja
pegawai sama, gaji yang diterimanya akan berbeda apabila prestasi kerjanya tidak sama.
o. Sistem kerja berdasarkan kontrak
Yaitu pegawai dipekerjakan dengan system kontrak sehingga dapat dilakukan evaluasi secara
periodik. Apabila prestasi pegawai jelek, maka kontrak kerja pegawai tersebut tidak perlu
diperpanjang. Pegawai akan terpacu untuk berprestasi secara maksimal dalam proses penyelenggaraan
pelayanan publik.
p. Sistem evaluasi prestasi kerja 3600
Yaitu masyarakat pengguna jasa pelayanan publik juga dilibatkan sebagai penilai prestasi
pegawai, tidak hanya atasan langsungnya, pegawai tidak hanya loyal kepada atasan langsungnya tetapi
juga akan sangat memperhatikan kepentingan customers karena nilai prestasi kerjanya juga ditentukan
oleh customers.
3.5 Model Segitiga Pelayanan (The Service Triangle)
Menurut Albert dan Zemke organisasi-organisasi yang bergerak dibidang pelayanan yang
sangat berhasil memiliki 3 kesamaan yaitu :
1. Disusunnya strategi pelayanan yang baik
2. Orang digaris depan yang berorientasi pada pelanggan/konsumen
3. Sistem pelayanan yang ramah.
Interaksi antara strategi, system dan orang digaris depan serta pelanggan akan menentukan
keberhasilan manajemen dan kinerja pelayanan organisasi tersebut. Seperti terlihat pada gambar berikut
:
6
ANDRI AFRIYANTO
Gambar
Model Segitiga Pelayanan
Strategi
Customer
Sistem SDM
Sumber: Albrecht dan Bradford (1990:27); Albrecht (1992:31).
3.6 Gap Model
Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990) manajemen pelayanan yang baik tidak dapat
diwujudkan karena adanya 5 Gap, yaitu :
a. Gap I (Gap Persepsi Manajemen)
Yaitu terdapat perbedaan antara harapan-harapan konsumen dengan persepsi manajemen
terhadap harapan-harapan konsumen.
Contoh : Harapan konsumen adalah mendapatkan pelayanan yang terbaik, meskipun harganya
mahal. Sebaliknya manajemen mempunyai persepsi bahwa konsumen mengharapkan harga
yang murah meskipun kualitasnya agak rendah.
Hal tersebut terjadi karena factor-faktor berikut :
7
ANDRI AFRIYANTO
a. Kurangnya riset pemasaran dan tidak dimanfaatkannya riset pemasaran.b. Kurang efektifnya komunikasi ke atas di dalam organisasi penyelenggara pelayanan.
c. Terlalu banyaknya tingkatan manajemen.
b. Gap 2 (Gap Persepsi Kualitas)
Yaitu Gap yang terjadi apabila terdapat perbedaan antara persepsi manajemen tentang harapan-
harapan konsumen dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang dirumuskan.
Hal tersebut terjadi karena faktor-faktor berikut :
a. Lemahnya komitmen manajemen terhadap kualitas pelayanan.
b. Tidak tepatnya persepsi tentang feasibilitas
c. Tidak tepatnya standarisasi tugas
d. Kurang tepatnya perumusan tujuan.
c. Gap 3 (Gap penyelenggaraan Pelayanan)
Yaitu pelayanan yang diberikan berbeda dengan spesifikasi kualitas pelayanan yang telah
dirumuskan.
Contoh : spesifikasi pelayanan menyatakan bahwa jam keberangkatan KA maksimal terlambat
3 menit, tetapi yang terjadi KA terlambat 30 menit.
Hal ini terjadi karena faktor-faktor :
a. Adanya ketidakjelasan peran
b. Adanya konflik peran
c. Tidak cocoknya karakteristik pekerja dengan pekerjaan.
d. Tidak cocoknya teknologi dengan karakteristik pekerjaan
e. Tidak tepatnya system pengawasan
f. Lemahnya control
g. Lemahnya kekompakan tim
d. Gap 4 (Gap komunikasi pasar)
Yaitu adanya perbedaan antara pelayanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal terhadap
konsumen.
Contoh : jadual perjalanan KA atau pesawat yang dijanjikan selalu tepat, ternyata selalu
terlambat.
Hal ini terjadi karena factor :
8
ANDRI AFRIYANTO
a. Kurangnya Komunikasi horizontal
b. Adanya kecenderungan untuk mengobral janji.
e. Gap 5 (Gap kualitas pelayanan)
Yaitu pelayanan yang diharapkan oleh konsumen tidak sama dengan pelayanan yang
senyatanya diterima atau dirasakan oleh konsumen.
Contoh : konsumen/pelanggan berharap dapat menyelesaikan perpanjangan KTP, SIM dalam
waktu satu hari, tapi kenyataannya baru selesai dalam satu minggu.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari akumulasi 4 Gap tersebut diatas.
Berdasarkan uraian diatas dapat diidenifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
pelayanan, yaitu :
a. Strategi pelayanan
b. Petugas/pejabat yang berorientasi pada klien
c. Sistem pelayanan yang berorientasi pada klien
d. Komitmen manajemen
e. Perumusan tujuan organisasi
f. Standarisasi tugas
g. Kepaduan tim
h. Kesesuaian antara orang dengan pekerjaan
i. Kesesuaian antara tehnologi dengan pekerjaan
j. Realitas kontrol
k. Kejelasan peran
l. Konflik peran
m. Tingkatan manajemen.
3.7 Prinsip-prinsip Manajemen Pelayanan
Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan baik, selain harus :
1. Mengelola momen kritis pelayanan;
2. Berempati kepada konsumen dengan cara membuat lingkaran pelayanan dan menghindari
terjadinya 5 macam Gap; ada juga prinsip-prinsip manajemen pelayanan yang dapat dipakai
sebagai acuan.
Menurut Vilijoen (1997 : 253-255) , prinsip-prinsip tersebut antara lain :
Identifikasikan kebutuhan konsumen yang sesungguhnya.
Sediakan pelayanan yang terpadu (one-stop-shop)9
ANDRI AFRIYANTO
Buat system yang mendukung pelayanan konsumen
Usahakan agar semua orang/karyawan bertanggungjawab terhadap kualitas pelayanan.
Layanilah keluhan konsumen dengan baik.
Terus berinovasi.
Karyawan adalah sama pentingnya dengan konsumen.
Bersikap tegas tetapi ramah terhadap konsumen.
Jalin komunikasi dan interaksi khusus dengan pelanggan.
Selalu mengontrol kualitas.
10