web viewsekali tidak dirancang untuk keberadaan anak-anak. layaknya anak indonesia yang lain, mereka...

Download Web viewsekali tidak dirancang untuk keberadaan anak-anak. Layaknya anak Indonesia yang lain, mereka pun berhak mendapatkan perlindungan

If you can't read please download the document

Upload: doankien

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Self Esteem pada Anak yang Berkonflik dengan Hukum

di Rutan Kebon Waru Bandung

A. Latar Belakang

Pada dekade terakhir ini banyak sekali kasus yang kita temukan mengenai anak yang berkonflik dengan hukum. Bahkan tren yang ada adalah semakin meningkatnya jumlah anak yang berkonflik dengan hukum tersebut. Di tahun 2009 jumlah anak yang berkonflik dengan hukum berada dalam rumah tahanan negara (Rutan) dan lembaga pemasyarakatan (Lapas) sebanyak 6.576 terdiri dari 2.188 anak berstatus tahanan dan 3.388 berstatus narapidana berada di dalam Rumah Tahanan Negara/Lembaga Pemasyarakatan (Data Bina Statistik Dirjen Pemasyarakatan, Juli 2009). Banyaknya anak yang berada di dalam Rutan/Lapas ini mengindikasikan bahwa penangkapan, penahanan dan penghukuman/pemenjaraan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum bukan lagi merupakan upaya yang terakhir (ultimum meredium), karena dalam tingkatan empiris terdapat sejumlah anak yang cukup besar yang berkonflik dengan hukum justru berada dalam tahanan sambil menunggu proses hukum mulai dari penyidikan, penuntutan sampai pada tahapan menunggu putusan pengadilan berupa putusan pidana penjara.

Kehidupan anak yang penuh dengan keceriaan dan kebebasan seakan tidak pernah dirasakan anak-anak yang berkonflik dengan hukum. Keseharian mereka diliputi dengan kekhawatiran, kegelisahan, rasa takut, bosan, dan stress menghadapi kerasnya kehidupan di Rumah tahanan (Rutan). Rutan, seperti yang kita semua ketahui adalah tempat dimana para tersangka menunggu jatuhnya vonis, sebelum status mereka berubah menjadi narapidana. Rutan Kebonwaru, adalah salah satu rutan yang ada di Bandung, dan sama sekali tidak dirancang untuk keberadaan anak-anak. Layaknya anak Indonesia yang lain, mereka pun berhak mendapatkan perlindungan dan pemenuhan hak-haknya seperti yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Mereka berhak mendapatkan aktivitas dan pelayanan yang mendukung proses tumbuh kembangnya. Sementara rutan bukanlah tempat yang layak untuk menunggu jatuhnya vonis bagi anak-anak itu, karena disana berkumpul sejumlah kriminal lain, yang pada akhirnya justru menjadi tempat anak-anak itu mengasah kriminalitas mereka.

Tahanan anak sebagai salah satu kelompok yang hidup dalam belenggu tembok-tembok tinggi penjara, tak luput dari kondisi seperti di atas. Tahanan anak pun seringkali diperlakukan sama dalam penjara layaknya tahanan dewasa. Terlebih lagi ketika tahanan anak ini bersatu dengan para tahanan dewasa. Tahanan anak ini acapkali dieksploitasi oleh para tahanan dewasa. Kondisi Rumah Tahanan Kebonwaru hampir serupa penjara-penjara lainnya. Meski telah mengalami renovasi, tetap saja kapasitasnya sangat terbatas. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar tahanan menghabiskan proses penahanannya di Rutan ini. Padahal, Rumah Tahanan hanya berfungsi sebaga tempat penahanan sementara selama para tahanan menjalani proses peradilan di pengadilan. Kondisi over capacity ini bertambah ketika tahanan anak harus bersatu dengan tahanan dewasa. Alhasil beberapa tahanan, khususnya tahanan anak, harus berpindah-pindah antara rutan yang satu ke rutan yang lain.

Kondisi memprihatinkan pun harus dialami para tahanan anak. Ketika mereka harus bersatu dan berinteraksi dengan para tahanan dewasa, tahanan anak seringkali menjadi korban eksploitasi para tahanan dewasa. Meski sel tahanan anak terpisah dari sel tahanan dewasa, tetapi hal itu tidak dapat mencegah beberapa bentuk eksploitasi terhadap tahanan anak. Dari eksplotasi yang bersipat ekonomi, eksploitasi bersipat fisik, hingga eksploitasi yang bersipat psikis. Kadangkala terjadi pula eksploitasi secara seksual. Namun, eksploitasi dalam kategori terakhir ini intensitasnya sangat kecil dan agak sulit untuk diungkap.

Dengan keadaan yang demikian, rasanya anak akan menjadi sulit untuk mengidentifikasi dirinya. Terlalu banyak keadaan yang memaksa mereka berinteraksi dengan para tahanan dewasa dan secara tidak langsung hal tersebut akan mempengaruhi harga dirinya. Self esteem (harga diri) bisa disebut sebagai evaluasi diri didasarkan pada pertimbangan guna mempertahankan penghargaan terhadap diri disertai keyakinan bahwa dirinya adalah orang yang mempunyai kemampuan, penting, berguna dan sukses (Coopersmith, 1967). Harga diri mempunyai hubungan dengan penyesuaian diri. Seorang anak dengan harga diri lebih mudah untuk mendapatkan teman (Coopersmith, 1967), dicintai orang lain (Heatherton & Vohs, 2000), dan mempunyai afeksi yang kaya (Coopersmith, 1967). Anak juga dapat menerima diri sendiri (Brown & Dutton, 1995), mempunyai keyakinan yang baik tentang dirinya (Heatherton & Vohs, 2000), mempunyai aspirasi yang tinggi (Brown & Dutton, 1995), mempunyai manajemen diri yang baik, optimis dan tekun (Baumeister, dkk., 1993), serta mempunyai karakter yang menarik, kompeten, hangat dan bermoral (Heatherton & Vohs, 2000)

Dengan berbagai ulasan yang telah dibahas di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Self Esteem pada Anak yang Berkonflik dengan Hukum di Rutan Kebon Waru Bandung

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di awal, maka fokus penelitian ini adalah mengenai self esteem yang terkait pada anak yang berkonflik dengan hukum. Bagaimana keadaan dan kondisi harga diri seorang anak yang berada dalam rumah tahanan bersama dengan orang dewasa.