file · web viewpenelitian ini dilakukan pada siswa kelas xi program keahlian budidaya...
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Sudiatmika , Ketut.2008. Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Think - Pair - Share (TPS) Pada Siswa Kelas XI BS2 SMK Negeri 2 Negara
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Think - Pair - Share (TPS), Aktivitas Siswa, dan Hasil Belajar Fisika.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Meningkatkan Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran fisika dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) . 2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).
Penelitian ini dilakukan pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Budidaya Sayuran SMK Negeri 2 Negara Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa 30 orang. Tindakan dilakukan dalam 2 siklus dengan materi pelajaran meliputi pada siklus I tentang 7.4 Menguasai pengaruh kalor terhadap zat dan pada siklus II tentang 8.1 Menguasai hukum fluida statis. Data hasil penelitian berupa Aktivitas belajar siswa yang dikumpulkan dengan metode observasi yang menggunakan format observasi dan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar.
Hasil penelitian berdasarkan analisis data menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dari skor rata-rata 1,80 dengan katagori kurang aktif pada siklus I menjadi katagori cukup aktif pada siklus II dengan skor rata-rata 2,01 . Untuk hasil belajar mengalami peningkatan dari sebelum penelitian dengan rata- rata 62,00 menjadi 66,93 pada siklus I dan 73,25 pada siklus II dengan ketuntasan yang dicapai 65.67 % sebelum penelitian menjadi 77 % pada siklus I dan 87 % pada siklus II dari klasifikasi tuntas belum tuntas menjadi tuntas .
Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share ( TPS ).
Model pembelajaran kooperatif di kembangkan berdasarkan teori belajar kognitif –
konstruktivis. Menurut teori Vygotsky yang penekanan pada hakikat sosiokultural dimana
fungsi mental yang lebih tinggi muncul dalam percakapan atau kerjasama. Teori Vygotsky
yang lain adalah bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari dan tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan (zone of
proximal development ) dan scaffolding yang berarti memberikan bimbingan kegiatan belajar
kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa mengambil alih tanggung jawab
kegiatan yang bisa dikerjakan sendiri.
Vygotsky (dalam Depdiknas, 2005:10) dua implikasi utama teori pembelajaran
sebagai berikut : a). Menghendaki susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar
siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing
zone of proximal development mereka. b). Pendekatan Vygotsky dalam pengajaran
menekankan scaffolding, dengan siswa semakin lama semakin bertanggungjawab terhadap
pelajaran sendiri
Salah satu pengembangan pembelajaran kooperatif adalah Think-Piair-Share
( TPS ) dengan prinsip dasar tidak berubah . Pembelajaran ini menghendaki siswa bekerja
saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan
kelompok dari pada penghargaan individual.
Think-Piair-Share ( TPS ) (Depdiknas, 2005:15) memiliki prosedur yang
ditetapkan secara ekplisit untuk memberi siswa lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan
saling membantu sama lain . Langkah-langkah Pembelajaran Think-Pair-Share ( TPS )
sebagai berikut:
a. Tahap 1 : Thinking ( berpikir ). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran . Selanjutnya siswa diminta untuk memikirkan jawaban
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
b. Tahap 2 : Pairing ( berpasangan ). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa
yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama . Interaksi
pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau ide . Waktu yang diberikan 4-5
menit untuk berpasangan.
c. Tahap 3 : Sharing ( berbagi ). Pada tahap akhir ini, guru meminta kepada pasangan
untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini dapat
dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Pembelajaran secara kelompok kecil (Dimyati dan Mudjiono, 2006:166) merupakan
perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran
kelompok kecil adalah : a.) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, b).Mengembangkan
sikap sosial dan semangat bergotong royong dalam kehidupan, c).medinamiskan kegiatan
kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang
bertanggung jawab, dan d).mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada tiap anggota
kelompok dalam pemecahan masalah anggota kelompok.
Siswa dalam kelompok kecil dalam melaksanakan tugas berperan konstruktif dan
produktif dan peranan guru dalam pembelajaran kelompok kecil tertuju pada semangat
kelompok dalam memecahkan masalah.
2.2. Peningkatan Aktivitas Pembelajaran.
Keaktifan belajar banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik yang datang dari dalam
diri, maupun yang datang dari luar diri. Faktor yang datang dari dalam diri sendiri ada yang
berkaitan dengan kecakapan ,ada yang bukan kecakapan seperti minat dan dorongan untuk
belajar ( A.Trabani R. dan ES. Hamijaya,1990:49)
Menurut Nana Sudjana ( 2004: 61 ) keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan salah satu krateria yang dapat digunakan untuk menilai proses belajar
mengajar. Keaktifan tersebut dapat dilihat dalam hal : a).turut serta dalam melaksanakan
tugas belajarnya, b).terlibat dalam pemecahan masalah, c). bertanya kepada siswa lain atau
kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, d). berusaha mencari
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, e).melaksanakan diskusi kelompok
sesuai dengan petunjuk guru, f). menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperolehnya, g). melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, h).
kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan
tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Hal tersebut diatas berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan
menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:62) untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada
diri siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut : a).
menggunakan multimetode dan multi media, b). memberikan tugas secara kelompok dan
individual, c). memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan diskusi dalam kelompok
kecil ( beranggotakan tidak lebih dari 3 orang ). d). memberikan tugas untuk
membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta e). mengadakan tanya
jawab dan diskusi.
2.3. Hasil belajar siswa.
Menurut Nana Sudjana (2004:1) ruang lingkup penilaian pendidikan mencakup tiga
sasaran yakni : a).program pendidikan, b).proses belajar mengajar, dan c).hasil belajar. Hasil
belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
Gagne (dalam Ratna Wilis Dahar ,1991:135) membagi lima kategori hasil belajar
yaitu : a). keterampilan intelektual, b). strategi kognitif, c). sikap, d). informasi verbal,
e). keterampilan motorik. Dari kelima tersebut diatas tiga diantaranya merupakan hasil
belajar menurut Bloom yaitu ranah kognitif , ranah afektif dan ranah psikomotor.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik dan efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dalam proses
pembelajaran, siswa kelompok bawah dan siswa kelompok atas dapat bekerjasama dalam
menyelesaikan akademiknya. Hasil belajar yang lain adalah siswa mendapatkan keterampilan
kerjasama dan kolaborasi.
2.4. Kerangka Berpikir.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam ( IPA) yang mendasari
perkembangan teknologi maju . Materi fisika yang didalamnya memuat tentang hukum
kealaman sebagai syarat dan dasar untuk mencapai kompetensi program keahlian. Untuk
disadari kita semua bahwa siswa sekolah menengah kejuruan dalam kegiatan dilapangan
memerlukan adanya kerjasama dan interaksi sosial yang dapat membantu meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
Mencermati hal tersebut pada proses pembelajaran disekolah perlu adanya suatu
model pembelajaran yang di kenal dengan pembelajaran kooperatif tipe think - phare - share
yang didalamnya melatih siswa berinteraksi untuk dapat saling bertukar pikiran antara siswa
yang mampu dengan siswa yang kurang mampu dalam kelompok kecil. Dalam kelompok
yang kecil (terdiri dari 2 orang) siswa akan lebih leluasa untuk menyampaikan ide atau
gagasan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Atas dasar kajian pustaka dan
kerangka berfikir tersebut diatas bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe Think - Pair -
Share diharapkan dapat memberikan salah satu solusi untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa dan hasil belajar fisika .
2.5. Hipotesis Tindakan .
Berdasarkan masalah yang dirumuskan dengan teori yang dikemukakan maka
dapatlah disusun suatu hipotesa penelitian seperti berikut :
1. Penerapan model pembelajarn kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam
pembelajaran fisika dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI Budidaya
Sayuran SMK Negeri 2 Negara.
2. Penerapan model pembelajarn kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam
pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Budidaya Sayuran
SMK Negeri 2 Negara.