web viewdalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka...

22
Makalah Kewarganegaraan: Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selamat…! Pendapatan per kapita penduduk Indonesia menembus angka US $ 18,000 atau sekitar Rp. 180.000.000,00 per tahun. Angka tersebut jauh di atas beberapa negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang hanya memiliki pendapatan per kapita penduduk US $ 6,220, atau Thailand dengan pendapatan per kapita penduduknya US $ 2,990. Rekor tersebut hampir menyamai Korea yang memiliki income per kapita penduduk US $ 20,000, meskipun masih jauh di bawah Jepang, Australia, dan Amerika yang memiliki pendapatan per kapita penduduk di atas US $ 30,000. Itulah topik terhangat yang dicatat di halaman surat kabar nasional pada tahun 2030. Itu pun hanya prediksi beberapa ahli yang mengabaikan peningkatan pendapatan beberapa negara lain di atas yang memang memiliki pendapatan per kapita seperti apa yang tertulis saat ini. Dengan berat hati kita harus mengakui bahwa pendapatan per kapita penduduk Indonesia hanya US $ 1,946 pada tahun 2008, jauh di bawah Jepang US $ 34,189, Amerika US $

Upload: lamdien

Post on 16-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Makalah Kewarganegaraan:   Kemiskinan BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selamat…! Pendapatan per kapita penduduk Indonesia menembus angka US $

18,000 atau sekitar Rp. 180.000.000,00 per tahun. Angka tersebut jauh di atas

beberapa negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang hanya memiliki pendapatan

per kapita penduduk US $ 6,220, atau Thailand dengan pendapatan per kapita

penduduknya US $ 2,990. Rekor tersebut hampir menyamai Korea yang memiliki

income per kapita penduduk US $ 20,000, meskipun masih jauh di bawah Jepang,

Australia, dan Amerika yang memiliki pendapatan per kapita penduduk di atas US $

30,000.

Itulah topik terhangat yang dicatat di halaman surat kabar nasional pada tahun

2030. Itu pun hanya prediksi beberapa ahli yang mengabaikan peningkatan

pendapatan beberapa negara lain di atas yang memang memiliki pendapatan per

kapita seperti apa yang tertulis saat ini. Dengan berat hati kita harus mengakui bahwa

pendapatan per kapita penduduk Indonesia hanya US $ 1,946 pada tahun 2008, jauh

di bawah Jepang US $ 34,189, Amerika US $ 43,444, Australia US $ 50,000, dan

Singapura US $ 29,320. Apa masyarakat Indonesia harus menunggu sampai tahun

2030? Dan apa mungkin di tahun 2030 prediksi itu benar-benar akan tercapai? Atau

itu hanyalah mimpi indah belaka bagi rakyat Indonesia? Sampai sekarang masalah

kemiskinan masih menjadi “hantu” yang menakutkan bagi sebagian besar rakyat

Indonesia.

Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan

hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten

dan aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh

Negara-negara berkembang melainkan negara maju sepeti inggris dan Amerika

Page 2: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Serikat. Negara inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era

kebangkitan revolusi industri di Eropa. Sedangkan Amerika Serikat bahkan

mengalami depresi dan resesi ekonomi pada tahun 1930-an dan baru setelah tiga

puluh tahun kemudian Amerika Serikat tercatat sebagai Negara Adidaya dan terkaya

di dunia.

Pada kesempatan ini penyusun mencoba memaparkan secara global

kemiskinan Negara-negara di dunia ketiga, yaitu Negara-negara berkembang yang

nota-benenya ada di belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik

mengenai kemiskinan di Negara Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara

berkembang adalah Negara yang memiliki standar pendapatan rendah dengan

infrastruktur yang relatif terbelakang dan minimnya indeks perkembangan manusia

dengan norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut meliputi sebagian

Negara-negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-negara

pinggiran benua Asia.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu kemiskinan

alami dan kemiskinan buatan. kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya alam

(SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.

Kemiskinan Buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten

dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga

mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya,

para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan

pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.

B. Perumusan Masalah

Page 3: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Dalam tugas terstruktur individu ini, penyusun yang membahas mengenai

masalah kemiskinan, didapatkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam analisis

permasalahan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

“Apa yang menjadi masalah dasar dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia”.

C. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah yang membahas tentang kemiskinan di

Indonesia ini adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal materi agar ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi kemiskinan yang merupakan tantangan global dunia ketiga.

3. Untuk mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

D. Manfaat

A. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari

mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

A. Bagi pihak lain

Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan

dengan permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di Indonesia.

E. Ruang Lingkup

Dalam penyusunan Makalah ini penyusun mengambil sampel ruang lingkup

berupa masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

BAB II

Page 4: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

METODE PENULISAN

A. Objek Penulisan

Objek penulisan dalam tugas terstruktur individu ini adalah pengertian dan

permasalahan utama akibat kemiskinan, aspek kebijaksanaannya dan upaya

penyelesaian yang telah dilakukan oleh pemerintah.

B. Dasar Pemilihan Objek

Kami memilih Objek Penulisan ini adalah karena Kemiskinan merupakan

permasalahan kemanusiaan yang sangat kompleks. Selain itu, kemiskinan juga

menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Sebagai warga negara Indonesia,

dalam mengentaskan kemiskinan tidak hanya bertumpu pada bantuan pemerintah saja

namun di zaman globalisasi ini warga negara Indonesia dituntut untuk mempunyai

kualitas SDM yang unggul sehingga memungkinkan munculnya keunggulan

individual yang dapat memberikan sumbangan kepada kemakmuran individu dan

masyarakat.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan

adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan

permasalahan yang diangkat dalam makalah ini yaitu masalah mengenai

permasalahan dan upaya penuntasan kemiskinan di Indonesia. Sebagai referensi juga

diperoleh dari media berbagai media informasi baik dari televisi, koran maupun situs

web internet yang membahas mengenai permasalahan dan upaya penuntasan

kemiskinan di Indonesia.

D. Metode Analisis

Page 5: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu

mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis

permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari

alternatif pemecahan masalah

BAB III

ANALISIS PERMASALAHAN

A. Pembahasan

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh

negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti

Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung

tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada

masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang

sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan

daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang

rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

Berikut sedikit penjelasan mengenai kemiskinan yang sudah menjadi dilema

mengglobal yang sangat sulit dicari cara pemecahan terbaiknya.

1. Definisi

Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak

berharta (harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata

“fakir” diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang

terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini

bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi

negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.

Page 6: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

perkembangan arti definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan.

Berawal dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan

memperbaiki keadaan hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan

komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali

Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyediaan lapangan

kerja di berbagai sektor, baik sektor industri maupun pembangunan. Senada

dengan pendapat di atas adalah bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh

ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan

masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka

berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Arti definitif ini lebih

dikenal dengan kemiskinan struktural.

Deskripsi lain, arti definitif kemiskinan yang mulai bergeser misal pada

awal tahun 1990-an definisi kemiskinan tidak hanya berdasarkan tingkat

pendapatan, tapi juga mencakup ketidakmampuan di bidang kesehatan,

pendidikan dan perumahan. Di penghujung abad 20-an telah muncul arti definitif

terbaru, yaitu bahwa kemiskinan juga mencakup kerentanan, ketidakberdayaan

dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami

oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju,

seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di

penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di

Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja

pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga

kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman

kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi,

kriminalitas, pengangguran.

Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah kemiskinan,

terutama pada masa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-

Page 7: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

an Amerika Serikat tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia.

Sebagian besar penduduknya hidup dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat

telah banyak memberi bantuan kepada negara-negara lain. Namun, di balik

keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari jumlah

penduduknya tergolong miskin.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,

kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin

absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,

papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah

hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan

masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap

seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki

tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

1. Indikator-indikator Kemiskinan

Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri

secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut.

Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan

Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan

papan).

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan

dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.

Page 8: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.

6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita

korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan

terpencil).

1. Penyebab Kemiskinan

Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah

Kuraiyyim. Yang antara lain adalah:

a. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.

Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-

kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.

Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun

akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka

pendapatan per-kapita akan turun beriringan.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar

perkembangan pendapatan per-kapita:

a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.

b) Politik ekonomi yang tidak sehat.

c) Faktor-faktor luar neger, diantaranya:

Rusaknya syarat-syarat perdagangan

Page 9: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Beban hutang

Kurangnya bantuan luar negeri, dan

Perang

b. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.

Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan.

Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat

harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan

dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal

c. Biaya kehidupan yang tinggi.

Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai

akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat.

Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa

disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita

di depan publik dan banyaknya pengangguran.

d. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.

Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan

jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung

mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih

terbebani oleh pajak negara.

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia

Bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia? Program

Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan laporan tahunan

Pembangunan manusia (Human Development Report) 2006 yang bertajuk Beyord

scarcity; power, poverty dan the global water. Laporan ini menjadi rujukan

perencanaan pembangunan dan menjadi salah satu Indikator kegagalan atau

Page 10: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

keberhasilan sebuah negara menyejahterakan rakyatnya. Selama satu dekade ini

Indonesia berada pada Tier Medium Human Development peringkat ke 110,

terburuk di Asia Tenggara setelah Kamboja.

Jumlah kemiskinan dan persentase penduduk miskin selalu berfluktuasi

dari tahun ke tahun, meskipun ada kecenderungan menurun pada salah satu

periode (2000-2005). Pada periode 1996-1999 penduduk miskin meningkat

sebesar 13,96 juta, yaitu dari 34,01 juta(17,47%) menjadi 47,97 juta (23,43%)

pada tahun 1999. Kembali cerah ketika periode 1999-2002, penduduk miskin

menurun 9,57 juta yaitu dari 47,97 (23,43%) menurun menjadi 38,48 juta

(18,20%). Keadaan ini terulang ketika periode berikutnya (2002-2005) yaitu

penurunan penduduk miskin hingga 35,10 juta pada tahun 2005 dengan presentasi

menurun dari 18,20% menjadi 15,97 %. Sedangkan pada tahun 2006 penduduk

miskin bertambah dari 35,10 juta (15,97%) menjadi 39,05 juta (17,75%) berarti

penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta (1,78%).

Adapun laporan terakhir, Badan Pusat Statistika ( BPS ) yang telah

melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada bulan Maret

2007 angka resmi jumlah masyarakat miskin adalah 39,1 juta orang dengan

kisaran konsumsi kalori 2100 kilo kalori (kkal) atau garis kemiskinan ketika

pendapatan kurang dari Rp 152.847 per-kapita per bulan.

1. Penjelasan Teknis dan Sumber Data

Sebagai tinjauan kevalidan dan pemahaman data di atas secara lugas,

dipaparkan penjelasan data dan sumber data yang diambil dari Berita Resmi

Statistika No.47/ IX/ 1 September 2006, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (Basic Needs Approach). Dengan pendekatan ini

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi. Untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari

Page 11: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini dapat dihitung Head Count Indeks

(HCI) yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

b. Metode yang digunakan menghitung Garis Kemiskinan(GK) yang terdiri dari

dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis

Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Perhitungan garis kemiskinan

dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk

miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan per-kapita di

bawah garis kemiskinan.

c. Sumber utama data yang dipakai untuk menghitung kemiskinan adalah data

Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) panel Februari 2005 dan Maret

2006. Sebagai informasi tambahan,digunakan juga Survei Paket Komoditi

Kebutuhan Dasar (SPKKD) yang dipakai untuk memperkirakan Proporsi dari

Pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

1. Tantangan Kemiskinan di Indonesia

Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan

rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya

mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam

(SDA). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan

Masyarakat (IPM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih

menempati peringkat lebih rendah dari Malaysia dan Thailand di antara negara-

negara ASEAN. Sementara, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada

tahun yang sama sebesar 0,178. masih lebih tinggi dari Filipina dan Thailand.

Selain itu, kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding

negara ASEAN lainnya.

Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi

penduduk miskin di pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data

Susenas (National Social Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar

69,0 % penduduk Indonesia termasuk penduduk miskin yang sebagian besar

Page 12: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

bekerja di sektor pertanian. Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan

adalah kemiskinan di alami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan oleh

rendahnya kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan

terhadap perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka pembangunan gender

(Gender-related Development Indeks, GDI) dan angka Indeks pemberdayaan

Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).

Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai

peran yang sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan

masyarakat dari kemiskinan. Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan

pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil

dalam jangka waktu yang relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat

dari kemiskinan pada skala nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan

dasar bagi masyarakat. Akan tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka

terhadap keadaan lingkungan sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk

membawa masyarakat ke jurang kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya

laten dalam skala Nasional.

1. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan

Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan

menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan

pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci

dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai

acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan

pembangunan tahunan.

Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan

mencapai Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan

Kemiskinan (SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan

seluruh stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 %

pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan

Page 13: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah

dan mendorong gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.

Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai

berikut:

a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana

irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air

bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah

tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki

pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) .

b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana

stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan

investasi dan revitalisasi industri.

c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan

pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar

9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii) jaminan

pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah

sakit kelas tiga.

Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di

Indonesia.

Contoh dari upaya kemiskinan adalah di propinsi Jawa Barat tepatnya di Bandung

dengan diadakannya Bandung Peduli yang dibentuk pada tanggal 23 – 25

Februari 1998. Bandung Peduli adalah gerakan kemanusiaan yang memfokuskan

kegiatannya pada upaya menolong orang kelaparan, dan mengentaskan orang-

orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam melakukan kegiatan,

Bandung Peduli berpegang teguh pada wawasan kemanusiaan, tanpa

mengindahkan perbedaan suku, ras, agama, kepercayaan, ataupun haluan politik.

Page 14: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

Oleh karena sumbangan dari para dermawan tidak terlalu besar bila

dibandingkan dengan permasalahan kelaparan dan kemiskinan yang dihadapi,

maka Bandung Peduli melakukan targetting dengan sasaran bahwa orang yang

dibantu tinggal di Kabupaten/ Kotamadya Bandung, dan mereka yang tergolong

fakir. Golongan fakir yang dimaksud adalah orang yang miskin sekali dan paling

miskin bila diukur dengan “Ekuivalen Nilai Tukar Beras”.

B. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di

atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan

kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam

kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak.

Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah,

melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah

tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin

kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua lini

masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, tidak perlu sampai 2030 kemiskinan

akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.

2. Saran

Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha

yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka

peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk

lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak

mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,

mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.

Page 15: Web viewDalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Gunarso Dwi.2006. Modul Globalisasi. Banyumas. CV. Cahaya Pustaka

Santoso Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Unsoed : Purwokerto.

Santoso, Djoko. 2007. Wawasan Kebangsaan. Yogyakarta. The Indonesian Army Press

Riyadi, Slamet dkk. 2006. Kewarganegaraan Untuk SMA/ MA. Banyumas. CV. Cahaya

Pustaka.

www.pu.go.id/publik/p2kp/des/memahami99.html

www.geocities.com/rainforest/canopy/8087/miskin.html

http://fosmake.blogspot.com/20/07/08/kemiskinan-25.html