yanuar17.files.wordpress.com€¦ · web viewwonogiri adalah sebuah daerah kabupaten di jawa...
TRANSCRIPT
UPACARA ADAT TRADSI PERNIKAHAN JAWA
Di desa Tasikhargo, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten
Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah
1. Pendahuluan
Secara kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-
Ruum: 21) dengan harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan
kasih sayang. Dari sini tampak bahwa sampai kapan pun, manusia tidak
mampu hidup seorang diri, tanpa bantuan dan kehadiran orang lain.
Pernikahan adalah hal yang sangat sakral. Orang jawa
menginterpretasikan makna pernikahan dalam sebuah lagu jawa yaitu
asmaradhana. Adat jawa memiliki filosofi pernikahan yang luar biasa sakral.
Mereka meyakini dan memahami modal atau bekal pernikahan bukanlah harta
atau wajah. Hati adalah yang menjadi modal utama terpautnya dua manusia.
Hati bukan hanya diartikan cinta yang muncul dari dua insan tetapi diartikan
sebagai agama atau iman.
Di bumi Indonesia yang kaya akan ragam budaya, adat istiadat yang
dimiliki beragam pula. Termasuk di dalamnya prosesi pernikahan. Adat Jawa
misalnya kebanyakan orang hanya mengenal proses siraman dan midodareni.
Padahal ada beberapa proses lain yang tak kalah pentingnya. Walau terkesan
njelimet, tak ada salahnya jika kita mengenal lebih jauh prosesi pernikahan
adat Jawa. Proses pernikahan adat Jawa dimulai dengan Siraman yang
dilakukan sebagi proses pembersihan jiwa dan raga yang dilakukan sehari
sebelum ijab kabul.
Perkawinan atau sering pula disebut dengan pernikahan merupakan
salah satu peristiwa penting dalam sejarah kehidupan setiap orang. Masyarakat
Jawa memaknai peristiwa perkawinannya dengan menyelenggarakan berbagai
upacara yang termasuk rumit. Upacara itu dimulai dari tahap perkenalan
sampai terjadinya pernikahan.
2. Letak Geografis
Wonogiri adalah sebuah daerah kabupaten di Jawa Tengah. Secara
astronomi Kabupaten Wonogiri terletak pada 7º 32’ - 8º 15’ LS dan 110º 41’ -
111º 18’BT. Sedangkan geografis lokasi Wonogiri berada di bagian tenggara
Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai
Selatan atau Samudra Indonesia, bagian barat berbatasan dengan Wonosari di
provinsi Yogyakarta, bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa
Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak
di Wonogiri Kota. Keadaan alamnya sebagaian besar terdiri dari pegunungan
yang berbatu gamping, terutama di bagaian Selatan, termasuk jajaran
Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo. Luas
kabupaten ini 1.822,37 km2 dengan populasi 1,5 juta jiwa.
Upacara adat ini saya cermati di dusun Mloyo Rt : 03/Rw : 02 , desa
Tasikhargo, kecamatan Jatisrono, kabupaten Wonogiri, propinsi Jawa Tengah.
3. Mata Pencaharian Masyarakat
Di desa Tasikhargo, mata pencaharian penduduk beragam seperti
petani, pedagang, pegawai negeri, pegawai swasta, buruh dan wirausaha. Bagi
pegawai negeri yaitu bekerja pada instansi/lembaga pemerintah dan digaji
dengan anggaran pemerintah. Sedangkan pegawai swasta bekerja di pabrik dsb.
Meskipun banyak mata pencaharian mayoritas masyarakat bekerja sebagai
petani.
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan:
a. Profesi
Bila dilihat berdasarkan profesi, penduduk di desa Tasikhargo
berprofesi sebagai guru dan wirausaha. Dalam bidang profesi ini suatu
jabatan atau pekerjaan membutuhkan keahlian dari anggotanya. Artinya
tidak sembarang orang yang tidak terlatih secara khusus untuk melakukan
pekerjaan itu. Jadi, masyarakat menjadikan profesi tersebut untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
b. Agama
Dilihat dari segi agama, agama yang dianut penduduk di desa
Tasikhargo yaitu Islam dan Kristen. Namun, dari ke dua agama yang dianut
oleh penduduk di desa saya, mayoritas penduduk menganut agama Islam.
Meskipun, kepercayaan antar penduduk berbeda mereka tetap bertoleransi,
saling tolong menolong antar sesama warga masyarakat.
c. Tingkat Pendidikan
Bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas masyarakat di
tempat tinggal saya hanya menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat
SMP saja. Namun tak sedikit pula yang melanjutkan pendidikan sampai
tingkat SLTA dan perguruan tinggi bagi yang keluarganya mampu.
5. Upacara Adat yang Masih di Lestarikan di Desa Tasikhargo :
a. Upacara penikahan
b. Upacara mitoni
c. Upacara setelah lahiran
d. Upacara saat dan setelah kematian
6. Prosesi Upacara Adat Pernikahan di Desa Tasikhargo
Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Tahapan-tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Nontoni
Pada tahap ini sangat dibutuhkan peranan seorang perantara. Perantara
ini merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria untuk menemui
keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk
nontoni, atau melihat calon dari dekat. Biasanya, utusan datang ke rumah
keluarga calon pengantin wanita bersama calon pengantin pria. Di rumah
itu, para calon mempelai bisa bertemu langsung meskipun hanya sekilas.
Pertemuan sekilas ini terjadi ketika calon pengantin wanita mengeluarkan
minuman dan makanan ringan sebagai jamuan. Tamu disambut oleh
keluarga calon pengantin wanita yang terdiri dari orangtua calon pengantin
wanita dan keluarganya, biasanya pakdhe atau paklik.
b. Nakokake/Nembung/Nglamar
Sebelum melangkah ke tahap selanjutnya, perantara akan menanyakan
beberapa hal pribadi seperti sudah adakah calon bagi calon mempelai
wanita. Bila belum ada calon, maka utusan dari calon pengantin pria
memberitahukan bahwa keluarga calon pengantin pria berkeinginan untuk
berbesanan. Lalu calon pengantin wanita diajak bertemu dengan calon
pengantin pria untuk ditanya kesediaannya menjadi istrinya. Bila calon
pengantin wanita setuju, maka perlu dilakukan langkah-langkah selanjutnya.
Langkah selanjutnya tersebut adalah ditentukannya hari H kedatangan
utusan untuk melakukan kekancingan rembag (peningset). Peningset ini
merupakan suatu simbol bahwa calon pengantin wanita sudah diikat secara
tidak resmi oleh calon pengantin pria. Peningset biasanya berupa :
1) Pisang ayu dan suruh ayu, lambang “SEDYA RAHAYU” (kehendak
untuk mencapai kesejahteraan lahir batin)
2) Kain batik tradisional dengan nama/corak yang melambangkan cita-cita
luhur. Contoh: Sido Mukti, Sida Mulya, Sido Asih, Truntum
3) Setagen (terbuat dari benang lawe) melambangkan suatu sandang
4) Padi/beras, gula jawa, garam, empon-empon: melambangkan pangan
5) Buah-buahan: melambangkan kesegaran/kesehatan
6) Sekedar tumbasan sarem (pembeli garam) berupa uang
7) Bisa ditambah dangan perhiasan, cincin dll
Waktu sekarang barang-barang itu bisa dihias/diatur merupakan suatu
binatang, perahu dsb yang disebut “BAKI LAMARAN”. Ketika semua
sudah berjalan dengan lancar, maka ditentukanlah tanggal dan hari
pernikahan. Biasanya penentuan tanggal dan hari pernikahan disesuaikan
dengan weton (hari lahir berdasarkan perhitungan Jawa) kedua calon
pengantin. Hal ini dimaksudkan agar pernikahan itu kelak mendatangkan
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga.
c. Tahap Siaga
Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan
sanak saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-
acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.
1) Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2) Kumbakarnan
Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
a) pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara,
keluarga, tetangga, handai taulan, dan kenalan.
b) adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c) mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
d) pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya
pembuatan undangan.
3) Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat
domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan
atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada
hajatan mantu, dengan cara ijab.
d. Pasang Tarub
Bila tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan
langkah selanjutnya yaitu pemasangan tarub dua/tiga hari menjelang hari
pernikahan. Di rumah calon pengantin putri sudah mulai memasang Tarub
(tambahan ruang untuk duduk para tamu) dengan hiasan :
1) Sepasang pohon pisang-raja yang berbuah dan masak, maknanya secara
singkat adalah :
Agar suami kelak menjadi kepala rumah tangga/pimpinan yang
baik bagi keluarganya/ lingkungannya/bangsanya. Serta dapat tumbuh
dan hidup di mana saja maka diharapkan bahwa ke dua mempelai pun
dapat hidup dan menyesuaikan diri di lingkungan mana pun juga dan
berhasil (berubah).
2) Sepasang Tebu Wulung
Tebu : anteping kalbu = tekat yang bulat
Wulung : mulus = matang
Maknanya, dari mempelai diharapkan agar segala sesuatu yang
sudah dipikir matang-matang dikerjakan/dilaksanakan dengan tekad yang
bulat, pantang mundur (“mulat sarira hangrasawani”)/mengutamakan
pikiran sehat.
3) Dua janjang kelapa gading yang masih muda
Kelapa gading : Kelapa yang kulitnya kuning
Kelapa muda : cengkir
Maknanya, kencengin pikir = kemauan yang keras
Dari mempelai diharapkan agar memiliki “kemauan yang keras”
untuk dapat mencapai tujuan serta akan saling mencintai dan saling
menjagai dan merawat satu sama lain.
4) Daun : beringin
Daun : Maja
Daun : Koro
Daun : Andong
Daun : Alang-alang
Daun : Apa-apa (daun dadap srep)
Maknanya, diharapkan dari mempelai kelak dapat tumbuh seperti
pohon beringin, menjadi pengayom lingkungannya dan agar semuanya
dapat berjalan dengan selamat sentosa lahir batin (aja ana-sekoro-koro
kalis alangan sawiji apa) atau kedua pengantin akan hidup aman dan
keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.
Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe yaitu hiasan
dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada
acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut.Sebelum Tarub dan
janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya
dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari:
pisang, kelapa, beras, daging sapi, tempe, buah-buahan, roti, bunga,
bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya.
Arti simbolis dari sesajian ini adalah agar diberkati leluhur dan
dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di tempat-tempat
dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti kamar mandi,
dapur, pintu gerbang, di bawah Tarub, di jalanan di dekat rumah, dan
sebagainya.
e. Kembar mayang
Berasal dari kata “kembar” artinya sama dan “mayang” artinya bunga� �
pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang
kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar
mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan
maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak
dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk
kembar mayang adalah :
1) Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung
yang terbuat dari kuningan.
2) Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.
3) Janur kuning, ± 4 pelepah.
4) Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun
apa-apa, daun girang dan daun andong.
5) Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
6) Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
7) Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai
tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak
terguling dan air tidak tumpah.
f. Upacara Siraman/Midodareni
Acara yang dilakukan pada siang hari sebelum Ijab atau upacara
pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman
biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan
dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka.
1) Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum acara dimulai:
a) Tempat air dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata
air.
b) Kembang setaman yaitu bunga-bunga seperti mawar, melati, cempaka,
kenanga, yang ditaruh di air.
c) Aroma lima warna yang digunakan sebagai sabun.
d) Sabun cuci rambut tradisional dari abu dari merang, santan, dan air
asam Jawa.
e) Gayung yang berasal dari kulit kelapa sebagai ciduk air.
f) Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk
tempat duduk pengantin selama prosesi berlangsung.
g) Kain putih untuk dipakai selama upacara siraman.
h) Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.
i) Kendi.
j) Sesajian
2) Sesajian merupakan hal yang dianggap penting dalam upacara Jawa.
Sesajian untuk siraman terdiri dari berbagai macam sajian:
a) Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan-hiasan.
b) Tumpeng Gundhul, nasi kuning tanpa hiasan.
c) Makanan seperti ayam, tahu, telur.
d) Buah-buahan seperti pisang dan lain-lain.
e) Kelapan muda.
f) Tujuh macam bubur.
g) Jajanan seperti kue manis, lemper, cendol.
h) Seekor ayam jago
i) Lampu lentera
j) Kembang Telon - tiga macam bunga (kenanga, melati, cempaka).
3) Urut-urutan acara siraman adalah sebagai berikut:
a) Pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari
kamarnya diiringi oleh orang tuanya masing-masing.
b) Pengantin tersebut berjalan menuju tempat siraman.
c) Beberapa orang berjalan di belakang mereka membawa baju batik,
handuk, dan sebagainya.
d) Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa.
e) Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu.
f) Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan
dalam posisi berdoa.
g) Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin
berkumur tiga kali.
h) Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher,
tangan dan kaki masing masing tiga kali.
i) Setelah orang tua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh empat
orang lain yang dianggap penting.
j) Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes atau
orang lain yang dianggap spesial. Sang pengantin dimandikan dengan
sabun dan shampo (secara simbolik).
k) Setelah itu acara pecah kendi yang dilakukan oleh ibu pengantin
perempuan.
g. Pecah Kendi
Kendi yang digunakan untuk siraman diambil. Ibu pengantin
perempuan atau Pameas (untuk siraman pengantin pria) atau orang yang
terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan "Wis Pecah Pamore"
artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah.
h. Pangkas Rikma, Tanam Rikma lan Ngerik
Acara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan
rambut tersebut ditanam di rumah belakang. Setelah acara Siraman,
pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Pemaes lalu mengeringkan
rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. Rambutnya lalu disisir dan
digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan wajah dan
leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin. Lalu
sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain batik. Sesajian untuk
upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman. Biasanya supaya
lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan / dimasukkan ke kamar
pengantin dan dipakai untuk sesajian upacara Ngerik.
i. Gendhongan lan Dodol Dhawet
Kedua orang tua pengantin perempuan menggendong anak mereka
yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anak. Kedua
orang tua pengantin wanita berjualan minuman dawet yaitu minuman manis
khas Solo, tujuannya agar banyak tamu yang datang. Bermakna apabila
sudah berumah tangga mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah dan
bermanfaat bagi kehidupan berumah tangga.
j. Akad Nikah
Akad nikah adalah inti dari acara perkawinan, yaitu pengesahan
pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Biasanya akad nikah
dilakukan sebelum acara resepsi. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga
pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada
pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan
disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Akad
nikah disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon pengantin dan
orang yang dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari
catatan sipil atau petugas agama.
k. Panggih
Usai acara akad nikah dilakukan upacara Panggih, di mana kembang
mayang dibawa keluar rumah dan diletakkan di persimpangan dekat rumah
yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Setelah itu pengantin perempuan
yang bertemu pengantin laki-laki akan melanjutkan upacara dengan
melakukan :
1) Balangan suruh
Upacara balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin secara
bergantian. Gantal yang dibawa untuk dilemparkan ke pengantin putra
oleh pengantin putri disebut gondhang kasih, sedang gantal yang
dipegang pengantin laki-laki disebut gondhang tutur. Makna dari
balangan suruh adalah berupa harapan semoga segala goda akan hilang
dan menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut. Gantal dibuat
dari daun sirih yang ditekuk membentuk bulatan (istilah Jawa: dilinting)
yang kemudian diikat dengan benang putih/lawe. Daun sirih merupakan
perlambang bahwa kedua penganten diharapkan bersatu dalam cipta,
karsa dan karya.
2) Ngidak endhog lan Wiji dadi
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol
seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya. Upacara ini dilakukan
setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog, pengantin
wanita segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang
telah diberi bunga setaman. Mencuci kaki ini melambangkan suatu
harapan bahwa "benih" yang akan diturunkan jauh dari mara bahaya dan
menjadi keturunan yang baik.
3) Sindur Binayang
Di dalam ritual ini ayah pengantin perempuan menuntun pasangan
pengantin ke kursi pelaminan, ibu pengantin perempuan menyampirkan
kain sindur sebagai tanda bahwa sang ayah menunjukkan jalan menuju
kebahagiaan dan sang ibu memberikan dukungan moral.
4) Timbangan
Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin
duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini dilakukan dengan jalan
sebagai berikut: ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin.
Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita,
sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan
ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan
bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna
upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin
dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa.
5) Kacar-kucur
Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain,
sedangkan pengantin wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang
diletakkan di pangkuannya. Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras
kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar,
melati, kenanga atau kanthil). Makna dari kacar kucur adalah
menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari
nafkah untuk keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak
boleh ada yang jatuh sedikitpun, maknanya agar pengantin wanita
diharapkan mempunyai sifat gemi, nastiti, surtini, dan ngati-ati atau hati-
hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh suaminya.
6) Dulangan
Dulangan merupakan suatu upacara yang dilakukan dengan cara
kedua pengantin saling menyuapkan makanan dan minuman. Makna
dulangan adalah sebagai simbol seksual, saling memberi dan menerima
atau kedua mempelai akan hidup bersama dalam susah maupun senang
dan saling menikmati milik mereka bersama.
7) Sungkeman
Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara
kedua pengantin duduk jongkok dengan memegang dan mencium lutut
kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua
pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol
perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua serta mohon doa
restu agar Tuhan selalu memberikan rahmatnya.
8) Kirab
Upacara kirab berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk
lampah, dan keluarga dekat untuk menjemput atau mengiringi pengantin
yang akan keluar dari tempat panggih ataupun akan memasuki tempat
panggih. Kirab merupakan suatu simbol penghormatan kepada kedua
pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak dapat
memimpin dan membina keluarga dengan baik
7. Nilai Edukasi Upacara Adat Pernikahan
Suatu upacara adat akan memiliki nilai yang tinggi apabila semua
persyaratan tersebut terpenuhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Setiap
upacara adat yang dilaksanakan selalu mengandung maksud atau keperluan
tertentu, di antaranya untuk pemujaan, permohonan, pencucian, penolakbalaan,
inisiasi, ungkapan kesyukuran, pengukuhan, atau sekadar pengekspresian
kegembiraan. Dalam praktek, suatu upacara adat acap kali merupakan
gabungan ekspresi dari sejumlah maksud di atas sekaligus. Namun di atas
segala-galanya, di setiap upacara adat pasti terkandung niat memohon
keselamatan. Keselamatan merupakan kata kunci dalam setiap upacara adat,
dan oleh karenanya dalam setiap upacara adat selalu terdapat acara berdoa
memohon keselamatan (slametan; wilujengan) dengan berbagai cara dan
sarana. Dalam suatu upacara adat biasanya akan ditampakkan simbol-simbol
kesakralan, kekhidmatan, keagungan, keindahan, dan bahkan keceriaan.
Dalam nilai religius tentang kepercayaan kepada Tuhan, kepercayaan
akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia, kepercayaan (animisme,
dinamisme), budaya. Sedangkan dalam nilai moralnya yaitu semoga menjadi
keluarga yang sakinah, mawadah dan warrohmah dalam mengarungi
kehidupan berumah tangga nanti seperti makna pernikahan dalam sebuah lagu
jawa yaitu Asmaradhana.
8. Komentar Saya (perlu/ tidak tradisi ini di lestarikan)
Menurut pendapat saya, dari penjelasan di atas mengenai tradisi
Pernikahan Jawa. Jika dilihat dari segi sosial budaya, adat pernikahan adat
jawa perlu dilestarikan supaya tidak hilang sebagai warisan dari nenek
moyang. Adat istiadat biasanya telah mendarah daging bagi penduduk,
sehingga sulit untuk dihilangkan. Adat istiadat juga dijadikan ciri khas dari
suatu daerah. Akan tetapi, dari segi agama islam khususnya, hal tersebut
bertentangan dikarenakan dalam pernikahan jawa terdapat beberapa ritual yang
tidak diajarkan dalam Islam seperti sesaji dan lain sebagainya. Biasanya ritual-
ritual seperti itu dilakukan oleh orang-orang hindu. Jadi, kalau dilihat dari segi
agama adat pernikahan seperti itu tidak dilestarikan.
Namun, dalam pernikahan adat jawa masih banyak prosesi-prosesi yang
mengandung unsur pendidikan, misalnya saja sungkeman. Sungkeman adalah
salah satu prosesi yang tidak melanggar agama karena mengandung makna rasa
hormat anak kepada orang tua. Jadi, yang perlu dilestarikan dalam pernikahan
adat jawa hanya prosesi yang ada unsur pendidikannya bukan yang
mengandung unsur mistisnya dan tidak berujung pada tindakan
mempersekutukan Tuhan.
9. Penutup
Indonesia kaya akan ragam seni, budaya dan adat istiadat salah satunya
yaitu Pernikahan Adat Jawa. Yang membedakan keanekaragaman adat istiadat
tersebut adalah pengaruh dari letak daerah itu. Baik secara astronomis,
geografis maupun peninggalan dari nenek moyang mereka terdahulu. Akibat
dari keanekaragaman tersebut membuat daerah memiliki ciri sendiri adat
istiadatnya sehingga Indonesia kaya akan kebudayaan.
Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prosesi
Pernikahan Adat Jawa merupakan penyelenggaraan upacara yang amat rumit.
Upacara itu dimulai dari tahap perkenalan sampai terjadinya pernikahan.
Walaupun terkesan rumit tapi di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan yang
bermanfaat bagi kita nantinya. Kita sebagai warga negara wajib menjaga,
melestarikan dan melindungi kebudayaan, agar warisan dari nenek moyang kita
tidak hilang dan kebudayaan negara kita tidak diambil oleh negara lain. Dalam
pernikahan adat jawa ini yang perlu kita lestarikan adalah prosesi yang tidak
ada unsur mempersekutukan Tuhan tetapi yang ada unsur pendidikannya.