nurkhaqiqi.files.wordpress.com · web viewulumul hadist , (bandung: pt remaja rosdakarya,...
TRANSCRIPT
HADITS DHO’IF dan PENYEBABNYA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits
Pengampu: Khabiburrahman. M.Pd.I
Disusun oleh :
1) Abdin Nur Khaqiqi (111-14-329)
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SALATIGA
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh umat islam telah menerima paham dan keyakinan bahwa
hadits rasulullah merupakan pedoman hidup dan sumber hukum yang
utama setelah Al-Qur’an. Allah SWT telah memerintahkan umat islam
agar mematuhi rasul-Nya sebagaimana mematuhi Allah sendiri.
Sebagaimana firman Allah:
سول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا وما آتاكم الر.... ....
Artinya: “ ...Apa-apa yang disampaikan Rasulullah kepadamu
terima dan jagalah, dan apa-apa yang dilarang Rasul maka
tinggalakanlah...” (Q.S al-Hasyr[59]:7).
Oleh karena itu mempelajari hadits dan hal-hal yang terkait bagi
seorang muslim adalah keniscayaan. Untuk mengetahuinya, sudah tentu
memerlukan suatu pengetahuan yang disebut dengan musthalah
al-hadits/ulumul hadits.
Namun pada zaman sekarang ini orang-orang sering tidak
mengetahui mana hadits yang boleh digunakan sebagai hukum (shahih)
dan yang tidak (dho’if), sehingga dalam, sehingga dalam menentukan
hukum sering terjadi kerancauan. Oleh karena itu, dalam hadist ini kami
akan membahas tentang hadits dho’if dan penyebabnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari hadits dho’if?
2. Apakah kriteria-kriteria hadits dhoif?
3. Bagaimanakah macam-macam hadits dhoif dan penyebabnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hadits dho’if.
2. Untuk mengetahui kriteria-kriteria hadist dho’if.
3. Untuk mengetahui macam-macam hadits dho’if dan penyebabnya.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Dhaif
Kata dhaif menurut bahasa berarti lemah, sebagai lawan dari qawi
(yang kuat). Sebagai lawan kata dari shahih, kata dhaif juga berarti saqim
(yang sakit). Maka, sebutan hadis dhaif secara bahasa berarti hadis yang
lemah, yang sakit, dan yang tidak kuat.1 Bisa juga diartikan:
ما فقد شرطا من شروط الحديث المقبول“Hadist yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadist maqbul (yang dapat diterima)."2
Maksudnya adalah suatau hadis yang tidak memenuhi salah satu syarat
(kriteria) hadis shahih atau hasan dinyatakan sebagai hadis dhaif yang
berarti hadis itu tertolak (mardud) untuk dijadikan sebagai hujjah.
Secara terminologis, para ulama mendefinisikannya dengan redaksi
yang beragam, meskipun maksud dan kandungannya sama. Al-nawawi
dan Al-Qasimi mendefinisikan hadis dhoif dengan:
مالم يوجد فيه شروط الصحة وال شروط.الحسن
“Hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis shahih dan
syarat-syarat hadis hasan"
Menurut Jalaludin as-Suyuthi (w.911 H) hadits dho’if adalah:
مالم يجتمع فيه صفات الصحيح وال صفات.الحسن
“ Hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits shahih dan hadits hasan”.
1 Idri, Studi Hadis, (jakarta: PT fajar Interpratama Mandiri, 2010), hlm.177.2 Nuruddin ‘itr, ulumul hadist, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),hlm.291.
4
Dengan demikian hadits dho’if adalah hadits yang salah satu syarat
atau lebih dari persyaratan-persyaratan hadits shahih atau hadits hasan
tidak terpenuhi.3
B. Kriteria-kriteria Hadits dho’if.
Telah dijelaskan bpada sub bab “A” bahwa hadits dho’if ialah
hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat (kriteria) hadits shahih ataupun
hadits hasan. Sedang kriteria-kriteria hadis shahih adalah:
1. Sanadnya bersambung
2. Periwayat adil
3. Periwayat dhabit
4. Terlepas dari syadz
5. Terhindar dari illat
Sedang kriteria hadis hasan adalah:
1. Sanadnya bersambung
2. Periwayat adil
3. Periwayat kurang dhabit
4. Terlepas dari syadz
5. Terhindar dari illat
Berhubung hadis dhoif tidak memenuhi kriteria salah satu dari beberapa
kriteria tersebut, maka kriteria hadis dhaif adalah:
1. Sanadnya terputus
2. Periwayatnya tidak adil
3. Periwayatnya tidak dhobith
4. Mengandung syadz
5. Mengandung illat
Penjelasan dari kriteria-kriteria ini kemudian akan dijelaskan bersamaan
dengan penjelasan tentang macam-macam hadits dho’if.4
3 Mukarom Faisal Rasidin.dkk, Buku Ajar Hadits Program keagamaan, (Jawa tengah: Kementerian Agama, 2010), hlm.7.
4 Idri, Studi Hadis, hlm.179.
5
C. Macam-Macam Hadits Dho’if dan Penyebabnya
Para ulama berbeda pendapat dalam membagi macam-macam
hadits dho’if. Al-Hafidz Abdurrahman al-Iraqi (w.806 H) membagi haidits
dho’if kedalam 42 bagian. Meski demikian, secara garis besar, pembagian
hadits dho’if dapat dilihat dari dua faktor utama. Pertama, faktor
kesinambungan sanad hadits. Kedua, faktor-faktor lain di luar
kesinambungan sanad. Pembagaian hadits dho’if berdasarkan
penyebabnya adalah:
a) Hadits berdasarkan kesinambungan sanad
1) Hadits Mursal (المرسل)
Hadits Mursal adalah hadits yang terputus sanadnya pada
tingkatan shahaby (sahabat), sehingga dari tingkatan tabi,in langsung
ditarik kepada nabi Muhammad saw tenpa menyebutkan generasi
sahabat.
عن مالك عن عبد الله بن أبي بكر بن حزم أن في الكتابذي كتبه ال
رسو ل الله ص م لعمر بن حزم أن ال يمس القرأن إال طاهر.)مالك(
“ Dari malik, dari abdullah bin abi bakr bin hazm, bahwa
dalam surat yang ditulis Rasulullah saw kepada Amr bin Hazm
(tersebut): “ bahwa tidak menyentuh Al-Qur’an melainkan orang
yang bersih.”
Abdullah bin Abi Bakr ini seorang tabi’in, sedang seorang
tabi’in tidak semasa dan tidak bertemu Rasulullah saw. Maka
hadits ini menjadi terputus sanadnya pada tingkatan sahabat dan
menjadi hadits dho’if.
6
2) Hadits Munqathi’ (المنقطع (
Munqathi’ berasal dari bentuk verbal inqatha’a yang berarti
berhenti, kering, patah, pecah, atau putus. Secara istilah hadits
munqati’ adalah hadits yang terputus sanadnya seorang rawi atau
beberapa rawi tapi tidak secara berturut-turut.5
Contoh:
حدسنا قتيبة حدسنا أبو عوانة عن هشام بن عروة عن أبيه عن فاطمة بنت المنذر عن أم
م من سلمة قالت رسول الله ص.م ال يحردي وكان قبل ضاعة إال ما فتق األمعاء في الث الر
الفطام. )الترمذي(“Telah mengkhabarkan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan
kepada kami Abu ‘Awanah, telah menceritakan kepada kami
Hisyam bin ‘Urwah, dari fatimah binti munzir, ummul mukminin,
ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw: “tidak menjadikan
haram dari penyusuan, melinkan apa-apa yang sampai di
pencernaan dari susu, dan adalah (=teranggap hal ini) sebelum
(anak) berhenti (dari minum susu)."
Fatimah binti munzir tidak mendengar hadits tersebut dari
Ummu Salamah, waktu Ummu Salamah meninggal Fatimah masih
kecil dan tidak bertemu dengannya. Jadi terang antara fatimah dan
Ummu Salamah, ada seorang rawi yang gugur.
3) Hadits Mu’dlal (المعضل)Hadits mu’dlal adalah hadits yang terputus sanadnya dua
rawi atau lebih tapi secara berturut-turut.
Contoh:
افعي( اخبرنا سعيدبن سالم عن إبن )الش جريج أن رسول الله ص.م كان اذاراى البيت رفع
.يديه5 Ibid., hlm. 185.
7
"(kata Syafi’i): telah mengkhabarkan kepada kami Sa’id
bin salim, dari Ibnu Juraji, bahwa Nabi saw apabila melihat
Baitullah, beliau mengangkat kedua tangannya.”
Ibnu Juraji itu tidak semasa dengan nabi saw bahkan masa
hidupnya di bawah tabi’in, yakni pengikut tabi’an. Jadi, antara dia
dan rasulullah ada dua orang perantara, yaitu tabi’in dan sahabat.
Karena kedua orang dari tingkatan itu tidak ada, maka hadits
tersebut dinamakan mu’dlal.
4) Hadits Mudallas (المدلس) Hadits Mudallas yaitu hadits-hadits yang telah disisipkan
ke dalam sanadnya, seseorang yang bukan dari sanadnya, atau
dirupakannya dengan bukan rupanya yang asli.6 Dapat juga
diartikan sebagai hadits yang isnadnya tersembunyi, baik itu
tersembunyi sanadnya atau guru atau syaikhnya.
Contoh:
هري عن عمان بن را شد عن الز روى الن عروة عن عائشة ان رسول الله ص.م لم يضرب.امرأة قط وال خادما اال ان يجاهد في سبيل الله
“diriwayatkan oleh an-Nu’man bin Rasyid, dari Zuhri, dari
‘Urwah, dari ‘Aisyah, bahwa Rasulullah saw tidak pernah berkali-
kali memukul perempuan dan tidak juga seorang pelayan,
melainkan jika ia berjihad di jalan Allah.”
Sepintas lalu ketika melihat susunan sanad ini, dapat
dikatakan bahwa Zuhri mendengar riwayat itu dari ‘Urwah kerena
memang dia serimg meriwayatkan dari ‘Urwah.
Anggapan ini keliru karena imam Abu Hatim mengatakan,
bahwa Zuhri tidak pernah mendengar hadits tersebut dari ‘Urwah.
Ini berarti antara Zuhri dan ‘Urwah ada seorang rawi yang tidak
disebut oleh Zuhri.Karena Zuhri tidak mendengar riwayat tersebut
6 Hasbi Ash Shiddieqy, sejaran dan pengantar ilmu hadis, cet.10. ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), hlm.382.
8
dari ‘Urwah melainkan dari rawi lain maka tersamarlah sanadnya.
Oleh karena itu, hadits tersebut dinamakan hadits mudallas.
5) Hadits Mu’allal (المعلل)Hadis mua’allal adalah hadis yang memiliki cacat (‘illat),
sehingga bisa menyingkap atas ketidaksahihannya meski secara
lahir tidak nampak memiliki cacat. Cacat tersebut bisa jadi pada
sanad hadis atau matan hadis, atau bahkan keduanya. Contoh:
ه بن نمير حدثنا حدثنا إسحق بن منصور حدثنا عبد الله بن عمر عن نافع عن سعيد بن أبي هند عن عبيد الله عليه ه صلى الل أبي موسى األشعري أن رسول الل
م لباس الحرير والذهب على ذكور م قال حر وسلأمتي وأحل إلناثهم )الترمذي(
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Mansur, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair, telah
menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar, dari Nafi’, dari
Sa’id bin Abi Hindin, dari Abi Musa al-Asy’ari, bahwa Rasulullah
saw bersabda: “Telah diharamkan memakai sutera dan emas atas
orang laki-laki dari umatku dan dihalalkan bagi perempuan-
perempuan mereka.” (Tirmidzi)
Secara lahir, karena rawi-rawinya kepercayaan dan
sanadnya bersambung terus kepada nabi, sanad hadis tersebut
dikatakan sah. Tetapi sesudah diperiksa oleh ulama, terdapat
bahwa Said bin Abi Hindin tidak pernah mendengar hadis dari Abi
Musa. Oleh karena sanad tersebut secara lahir sah, tetapi sesudah
diselidiki terdapat penyakit atau cacatnya, sanad hadis tersebut
dinamakan hadis mu’allal.7
b) Hadits berdasarkan keadilan perawi1) Hadits Matruk
7 Mukarom Faisal Rasidin.dkk, Buku Ajar Hadits Program keagamaan, hlm. 48-51.
9
hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang dhaif,
karena posisinya yang dituduh berbuat dusta dalam hadis atau
nampak sifat fasik atas suatu perkataan atau perbuatan.
Contoh dari hadits ini adalah sebuah hadits yang
dikemikakan oleh Mahmud al-Thahhan, sebuah hadits yang di
riwayatkan al-Daruquthni dari ‘Umar bin Syamir yang berasal dari
‘Ali dan ‘Imar.
Hadits ini dinyatakan matruk karena ‘Amr bin Syamir
menurut al-Ja’fi al-Kufi adalaha seorang pendusta. Ibn Hibban
menyatakan bahwa ia adalah seorang pengikut Syi’ah Rafidhah
yang sering mencaci sahabat rasulullah.
2) Hadits Mawdhu’Hadits ini adalah hadis dusta yang dibuat-buat dan
dinisbahkan kepada Rasulullah saw. Secara bahasa mawdhu’
berarti sesuatu yang di gugurkan, yang di tinggalkan dan diada-
adakan. Secara istilah yaitu pernyataan yang dibuat seseorang yang
kemudian di nisbahkan kepada Rasulullah saw.
3) Hadits Munkar
Munkar secara bahasa berasal dari kata al-inkar yang
berarti mengingkari, lawan dari kata al-iqrar yang berarti yang
menetapkan. Hadits ini didefinisikan sebagai hadis yang
diriwayatkan rawi yang dhaif (lemah), di mana riwayatnya
bertentangan dengan rawi yang lebih tsiqah.8
c) Berdasarkan kedhabitan perawi
1) Hadits Mahraj
2) Hadits Maqlub
Hadits Maqlub ialah hadis yang sebagian para perawinya
terbalik dalam penyebutan sebagian matan atau nama orang yang
dinisbatkan dalam sanad.
3) Hadits Mazid8 Idri, Studi Hadis, hlm. 203-209.
10
4) Hadits Mudhtharib
Hadits Mudhtharib ialah hadis yang diriwayatkan oleh
seorang rawi atau beberapa rawi yang berbeda-beda, di mana
antara yang satu dengan yang lain saling bertentangan tanpa ada
kemungkinan membuat tarjih.
5) Hadits Mushahhaf
6) Hadits Majhul
d) Hadis karena mengandung syadz
1) Hadits Syadz
Hadits Syadz adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi
yang bisa diterima, namun memiliki perbedaan dengan rawi lain
yang memiliki derajat lebih utama.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits Dho’if adalah suatau hadis yang tidak memenuhi salah satu
syarat (kriteria) hadis shahih atau hasan dinyatakan sebagai hadis dhaif
yang berarti hadis itu tertolak (mardud) untuk dijadikan sebagai hujjah.
kriteria hadis dhaif adalah: Sanadnya terputus,Periwayatnya tidak
adil,Periwayatnya tidak dhobith, Mengandung syadz, dan Mengandung
illat.
Hadits dho’if terbagi menjadi beberapa macam yaitu Hadits
berdasarkan kesinambungan sanad adalah Mursal, Mudallas, Munqathi’,
mu’dlal, dan mu’allal. Hadits berdasarkan keadilan perawi, Matruk,
Mawdhu’, dan Munkar. Berdasarkan kedhabitan perawi adalah Mahraj,
Maqlub, Mazid, Mudhtharib, Mushahhaf, dan Majhul. Sedang hadits
karena mengandung syadz adalah hadits Syadz.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. (1954). Sejarah dan Penagantar Ilmu
Hadis. Jakarta: Bulan Bintang.
Idri. (2013). Studi Hadis. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.
‘Itr, Nuruddin. (2012). ‘Ulumul Hadis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rosidin, Mukarom Faisal.dkk. (2010). Buku Ajar Hadis Program
keagamaan. Jawa Tengah: Kementerian Agama.
13