karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/asuransi.doc · web viewtetapi...
TRANSCRIPT
Makalah SPAI “ASURANSI”
MAKALAH
SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (SPAI)
“ASURANSI”
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu mata perkuliahan
Seminar Pendidikan Agama Islam (SPAI)
Dengan Dosen :
Dr. Syahidin, M.Pd.
Disusun oleh :
Galuh Sulisverat
054269
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESINFAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2008
1
Makalah SPAI “ASURANSI”
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
“Asuransi”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyusun makalah ini teramat banyak
kesulitan dan hambatan-hambatan yang dihadapi, namun berkat dorongan, bantuan dan
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan, penulis panjatkan
do’a agar semua amal baik yang telah diberikan mendapatkan imbalan yang setimpal dari
Allah SWT. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, serta
khususnya bagi penulis sendiri agar dapat menjadi bekal penulis dikemudian hari. Amin.
Bandung, Mei 2008
Penulis
2
Makalah SPAI “ASURANSI”
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….. 2
C. Sistematika Penulisan……………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….... 3
A. Pengertian Asuransi……………………………………….... 3
B. Macam – Macam Asuransi…………………………………. 3
C. Perbandingan antara Asuransi Syariah
dan Asuransi Konvensional………………………………… 5
D. Pendapat Ulama tentang Asuransi………………………… 9
E. Asuransi dalam Sistem dan Sudut Pandang
Hukum Islam………………………………………………… 12
BAB III KESIMPULAN………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 203
Makalah SPAI “ASURANSI”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarag ini adalah dimana zaman semakin maju dibarengi dengan
teknologi yang semakin pesat selain itu kemudahan dalam bertransaksi atau
perdagangan sudah bisa diacungi jempol karena dengan kemajuan zaman maka
tingkat kepintaran seseorang bisa sangat terpengaruh bahkan dalam dunia industri
atau dunia kerja, mereka yang mempunyai perusahaan sendiri bersaing untuk
mendapatkan keuntungan dari setiap penjualan produknya tetapi hal tersebut tidak
luput dari penawaran atau kesepakatan antara kedua pihak atau produsen dan
konsumen tentang jaminan suatu produk yang akan dibeli atau dipakai oleh
konsumen. Jaminan tersebut biasa dikenal dengan sebutan asuransi. Asuransi disini
dimaksudkan untuk jaminan suatu produk suatu perusahaan tetapi ada juga asuransi
yang berupa asuransi jiwa dimana jaminannya itu berupa jaminan kesehatan ataupun
anggaran untuk orang yang meninggal, asuransi jiwa biasanya berdiri dalam satu
perusahaan sendiri, ya.. biasanya bisa dibilang suatu perusahaan asuransi. Tetapi
selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan
dibahas dalam makalah ini.
Asuransi memiliki beberapa macam persyaratan tergantung dari ketentuan
produsennya atau pembuat produk yang akan diasuransikannya. Dan dalam
ketentuannya itu selalu berbeda-beda ada yang memang merugikan konsumen tetapi
menguntugkan bagi produsen dan ada pula yang saling menguntungkan antara kedua
belah pihak yaitu menguntungkan bagi konsumen dan menguntungkan pula bagi
produsennya. Dari perbedaan tersebut sehingga memunculkan persepsi dari berbagai
kalangan atau para ahli agama khususnya dalam agama Islam mengenai halal dan
haramnya penggunaan asuransi, maka dari itu hal tersebut yang melatarbelakangi
penulis dalam penulisan makalah ini yaitu yang akan membahas lebih jauh mengenai
bolehkah asuransi dipergunakan dalam kehidupan khususnya bagi kalangan orang
muslim, apakah haram atau halal asuransi digunakan?.
Asuransi yang akan dibahas dalam makalah ini sesuai dengan aturan Islam
yang berkenaan dengan hubungan antar manusia maka dari itu dipergunakan acuan
4
Makalah SPAI “ASURANSI”
mengenai hal tersebut yaitu dalam Fiqh Muamalah dimana dengan memahami Fiqh
muamalah kita sebagai umat Islam dapat memberikan nilai Islam yang solutif dan
alternative dalam tata hubungan antar manusia. Dan dalam makalah ini mudah-
mudahan bisa menemukan solusi dari permasalahan yang terjadi salah satunya
mengenai asuransi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis merumuskan permasalahan agar tidak
melebar kemana-mana, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa pandangan sistem Islam dalam penggunaan asuransi dalam kehidupan
umat muslim?
2. Apakah diperbolehkan atau tidak penggunaan asuransi dalam kehidupan orang
Islam?
C. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
D. Latar Belakang Masalah
E. Rumusan Masalah
F. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
F. Pengertian Asuransi
G. Macam – Macam Asuransi
H. Perbandingan antara Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional
I. Pendapat Ulama tentang Asuransi
J. Asuransi dalam Sistem dan Sudut Pandang Hukum Islam
BAB III KESIMPULAN
5
Makalah SPAI “ASURANSI”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Definisi asuransi adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi
(muammin) untuk memberikan kepada nasabah/klien-nya (muamman) sejumlah harta
sebagai konsekuensi dari pada akad itu, baik itu berbentuk imbalan, Gaji, atau ganti
rugi barang dalam bentuk apapun ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau
terbuktinya sebuah bahaya sebagaimana tertera dalam akad (transaksi), sebagai
imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala atau secara kontan
dari klien/nasabah tersebut (muamman) kepada perusahaan asuransi (muammin) di
saat hidupnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan salah
satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang
dananya diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi
Menurut pasal 246 Wetboek van Koophandel (kitab undang-undang
perniagaan) bahwa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan dimana
pihak yang meminjamkan berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima
sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh
yang dijamin karena akbat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
Menurut Fuad Mohd. Fachruddin ( 1985:201 ) yang dimaksud dengan asuransi
adalah suatu perjanjian-peruntungan. Sebelumnya beliau menjelaskan definisi
asuransi menurut Kitab Undang-Undang Perniagaan pasal 246.
B. Macam - Macam Asuransi
Asuransi yang terdapat pada Negara-negara didunia ini bermacam-macam.
Hal ini terjadi karena bermacam-macam pula sesuatu yang diasuransikan. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini macam-macam asuransi itu.
1. Asuransi Timbal Balik
Yang dimaksud dengan asuransi timbal balik adalah beberapa orang
memberikan iuran tertentu yang dikumpulkan dengan maksud meringankan
atau melepaskan beban sesorang dari mereka saat mendapat kecelakaan. Jika
6
Makalah SPAI “ASURANSI”
uang yang dikumpulkan tersebut telah habis, dipungut lagi iuran yang bar u
untuk persiapan selanjutnya, demikian seterusnya
2. Asuransi Dagang
Asuransi dagang adalah beberapa manusia yang senasib bermufakat dalam
mengadakan pertanggung jawaban bersama untuk memikul kerugian yang
menimpa salah seorang anggota mereka. Apabila timbul kecelakaan yang
merugikan salah seorang anggota kelompoknya yang telah berjanji itu, seluruh
orang yang tergabung dalam perjanjian tersebut memikul beban kerugian itu
dengan cara memungut derma (iuran) yang telah ditetapkan atas dasar kerja
sama untuk meringankan teman semasyarakat.
3. Asuransi Pemerintah
Asuransi pemerintah adalah menjamin pembayaran harga kerugian kepada
siapa saja yang menderita di waktu terjadinyasuatu kejadian yang merugikan
tanpa mempertimbagkan keuntungan, bahkan pemerintah menanggung
kekurangan yang ada karena uang yang dipungut sebagai iuran dan asuransi
lebih kecil daripada harga pembayaran kerugian yang harus diberikan kepada
penderita di waktu kerugia itu terjadi. Asuransi pemerintah dilakukan secara
obligator atau paksaan dan dilakukan oleh badan-badan yang telah ditentukan
untuk masing-masing keperluan.
4. Asuransi Jiwa
Yang dimaksud dengan asuransi jiwa adalah asuransi atas jiwa orang-
orang yang mempertanggungkan atas jiwa orang lain, penanggung
(asurador)berjanji akan membayar sejumlahuang kepada orang yang
disebutkan namanya dalam polis apabila yang mempertanggungkan (yang
ditanggung) meninggal dunia atau sesudah melewati masa-masa tertentu.
5. Asuransi atas Bahaya yang Menimpa Badan
Asuransi atas bahaya yang menimpa badan adalah asuransi dengan
keadaan–keadaan tertentu pada asuransi jiwa atas kerusakan-kerusakan diri
seseorang, seperti asuransi mata, asuransi telinga, asuransi tangan, atau
7
Makalah SPAI “ASURANSI”
asuransi atas penyakit-penyakit tertentu. Asuransi ini banyak dilakukan oleh
buruh-buruh industry yang menghadapi bermacam-macam kecelakaan dalam
menunaikan tugasnya.
6. Asuransi terhadap Bahaya-bahaya Pertanggungjawaban Sipil
Yang dimaksud dengan asuransi terhadap bahaya-bahaya
pertanggungjawaban sipil adalah asuransi yang diadakan terhadap benda-
benda, seperti asuransi rumah, perusahaan, mobil, kapal udara, kapal laut
motor, dan yang lainnya. Di RPA asuransi mengenai mobil dipaksakan.
C. Perbandingan antara Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional
1. Asuransi Konvensional
a. Ciri-Ciri Asuransi Konvensional
Ada beberapa ciri yang dimiliki asuransi konvensional, diantaranya
adalah:
Akad asuransi konvensianal adalah akad mulzim (perjanjian yang
wajib dilaksanakan) bagi kedua belah pihak, pihak penanggung dan
pihak tertanggung. Kedua kewajiban ini adalah kewajiban tertanggung
menbayar primi-premi asuransi dan kewajiban penanggung membayar
uang asuransi jika terjadi peristiwa yang diasuransikan.
Akad asuransi ini adalah akad mu’awadhah, yaitu akad yang
didalamnya kedua orang yang berakad dapat mengambil pengganti dari
apa yang telah diberikannya.
Akad asuransi ini adalah akad gharar karena masing-masing dari kedua
belah pihak penanggung dan tertanggung pada waktu melangsungkan
akad tidak mengetahui jumlah yang ia berikan dan jumlah yang dia
ambil.
Akad asuransi ini adalah akad idzan (penundukan) pihak yang kuat
adalah perusahan asuransi karena dialah yang menentukan syarat-
syarat yang tidak dimiliki tertanggung,
8
Makalah SPAI “ASURANSI”
2. Asuransi Syariah
a. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Suatu asuransi diperbolehkan secara syari, jika tidak menyimpang dari
prinsip-prinsip dan aturan-aturan syariat Islam. Untuk itu dalam muamalah
tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama ),
tolong menolong, saling menjamin, tidak berorentasi bisnis atau
keuntungan materi semata. Allah SWT berfirman,? Dan saling tolong
menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong
menolong dalam dosa dan permusuhan.
Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau
mudhorobah.
Sumbangan (tabarru?) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu
haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka
diselesaikan menurut syariat
Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah
ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakan
prinsip ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambilah
sejumlah uang guna membantu orang yang sangat memerlukan.
Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya
dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena
suatu musibah. Akan tetepi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas
kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jamaah.
Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut
aturan syar’i.
b. Ciri-Ciri Asuransi Syari’ah
Asuransi syariah memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah Sbb:
Akad asuransi syari?ah adalah bersifat tabarru?, sumbangan yang
diberikan tidak boleh ditarik kembali. Atau jika tidak tabarru?, maka
andil yang dibayarkan akan berupa tabungan yang akan diterima jika
terjadi peristiwa, atau akan diambil jika akad berhenti sesuai dengan
9
Makalah SPAI “ASURANSI”
kesepakatan, dengan tidak kurang dan tidak lebih. Atau jika lebih maka
kelebihan itu adalah kentungan hasil mudhorobah bukan riba.
Akad asuransi ini bukan akad mulzim (perjanjian yang wajib
dilaksanakan) bagi kedua belah pihak. Karena pihak anggota ketika
memberikan sumbangan tidak bertujuan untuk mendapat imbalan, dan
kalau ada imbalan, sesungguhnya imbalan tersebut didapat melalui izin
yang diberikan oleh jama?ah (seluruh peserta asuransi atau pengurus
yang ditunjuk bersama).
Dalam asuransi syari’ah tidak ada pihak yang lebih kuat karena semua
keputusan dan aturan-aturan diambil menurut izin jama?ah seperti
dalam asuransi takaful.
Akad asuransi syariah bersih dari gharar dan riba.
Asuransi syariah bernuansa kekeluargaan yang kental.
c. Manfaat Asuransi Syariah.
Berikut ini beberapa manfaat yang dapat dipetik dalam menggunakan
asuransi syariah, yaitu:
Tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa sepenanggungan di antara
anggota.
Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam salimg
tolong menolong.
Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat.
Secara umum dapat memberikan perlindungan-perlindungan dari
resiko kerugian yang diderita satu pihak.
Juga meningkatkan efesiensi, karena tidak perlu secara khusus
mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan
perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya.
Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu, dan tidak perlu mengganti/ membayar sendiri
kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti.
Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi
akan dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad.
10
Makalah SPAI “ASURANSI”
Menutup Loss of corning power seseorang atau badan usaha pada saat
ia tidak dapat berfungsi(bekerja).
3. Persamaan antara Asuransi Konvensional Dan Asuransi Syari’ah.
Jika diamati dengan seksama, ditemukan titik-titik kesamaan antara
asuransi konvensional dengan asuransi syariah, diantaranya sbb:
a. Akad kedua asuransi ini berdasarkan keridloan dari masing- masing pihak.
b. Kedua-duanya memberikan jaminan keamanan bagi para anggota
c. Kedua asuransi ini memiliki akad yang bersifad mustamir (terus)
d. Kedua-duanya berjalan sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak.
4. Perbedaan antara Asuransi Konvensional Dan Asuransi Syariah.
Dibandingkan asuransi konvensional, asuransi syariah memiliki perbedaan
mendasar dalam beberapa hal.
Pertama, keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi
syariah merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi
manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan
syariat Islam. Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu tidak
mendapat perhatian.
Kedua, prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong).
Yaitu nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami
kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli
antara nasabah dengan perusahaan).
Ketiga, dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah
(premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil
(mudharobah). Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana
dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
Keempat, premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik
nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan
perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan
pengelolaan dana tersebut.
11
Makalah SPAI “ASURANSI”
Kelima, untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari
rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk
keperluan tolong-menolong bila ada peserta yang terkena musibah. Sedangkan
dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening
milik perusahaan.
Keenam, keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik
dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi
milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.
Dari perbandingan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa asuransi
konvensional tidak memenuhi standar syar’i yang bisa dijadikan objek
muamalah yang syah bagi kaum muslimin. Hal itu dikarenakan banyaknya
penyimpangan-penyimpangan syariat yang ada dalam asuransi tersebut.
Oleh karena itu hendaklah kaum muslimin menjauhi dari bermuamalah
yang menggunakan model-model asuransi yang menyimpang tersebut, serta
menggantinya dengan asuransi yang senafas dengan prinsip-prinsip muamalah
yang telah dijelaskan oleh syariat Islam seperti bentuk-bentuk asuransi syariah
yang telah kami paparkan di muka.
D. Pendapat Ulama tentang Asuransi
Masalah asuransi dalam pandangan ajaran Islam termasuk masalah ijtihadiyah,
artinya hukumannya perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak dijelaskan oleh Al-
Quran dan Al-Sunnah secara eksplisit. Para imam mujtahid seperti Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal dan para mujtahid yang semasa
dengannya tidak memberikan fatwa mengenai asuransi karena pada masanya asuransi
belum dikenal. System asuransi baru dikenal di dunia Timur pada abad XIX Masehi.
Dunia Barat sudah mengenal system asuransi ini sejak abad XIV Masehi, sedangkan
para ulama mujtahid besar hidup pada sekitar abad II s.d. IX Masehi.
Dikalangan ulama atau cendekiawan Muslim terdapat empat pendapat tentang
hokum asuransi, yaitu :
12
Makalah SPAI “ASURANSI”
1. Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti sekarang
ini, termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain Sayyid Sabiq yang
diungkap dalam kitabnya FIqh Al-Sunnah, Abdullah Al-Qalqili, Muhammad
Yusuf Al-Qardhawi, dan Muhammad Bakhit Al-Muth’I, alasannya antara lain:
Asuransi pada hakikatnya sama dengan judi,
Mengandung unsure tidak jelas dan tidak pasti,
Mengandung unsure riba/rente,
Mengandung unsure eksploitasi karena apabila pemegang polis tidak bias
melanjutkan pembayaran preminya, bias hilang atau dikurangi uang premi
yang telah dibayarkan,
Premi-premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang polis diputar
dalam praktik riba (karena uag tersebut dikreditkan dan dibungakan),
Asuransi termasuk akad shafi, artinya jual beli atau tukar-menukar mata
uang tidak dengan uang tunai,
Hidup dan matinya manusia dijadikan objek bisnis, yang berarti
mendahului takdir Tuhan Yang Maha Esa.
2. Membolehkan semua asuransi dalam praktiknya dewasa ini.
Pendapat ini dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa,
Muhammad Yusuf Musa dan alasan-alasan yang dikemukakannya sebagai
berikut:
Tidak ada nash Alquran maupun nash Al-Hadis yang melarang asuransi,
Kedua pihat yang berjanji (asurador dan yang mempertanggungkan)
dengan penuh kerelaan menerima operasi ini dilakukan dengan memikul
tanggungjawab masing-masing,
Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak dan bahkan
asuransi menguntungkan kedua belah pihak,
Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang
terkumpul dapat diinvestasikan (disalurkan kembali untuk dijadikan
modal) untuk proyek-proyek yang produktif dan untuk pembanguna,
Asuransitermasuk akad mudharabah, maksudnya asuransi merupakan akad
kerja sama bagi hasil antara pemegang polis (pemilik modal) dengan pihak
13
Makalah SPAI “ASURANSI”
perusahaan asuransi yang mengatur modal atas dasar bagi hasil (profit and
loss sharing),
Asuransi termasuk syirkah ta’awuniyah,
Dianalogikan atau diqiaskan dengan system pension, seperti taspen,
Operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan
bersama,
Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda, kekayaan,
dan kepribadian.
Dengan alasan-alasan yang demikian, asuransi dianggap membawa
manfaat bagi pesertanya dan perusahaan asuransi secara bersamaan. Praktik
atau tindakan yang dapat mendatang kemaslahatan orang banyk dibenarkan
oleh agama.
Lebih jauh Fuad Mohammad Fachruddin menjelaskan bahwa asuransi
social, seperti asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan, diakibatkan oleh
pekerjaan,. Negara melakukannya terhadup setiap orang yang membayar iuran
premi yang ditentukan untuk itu, Negara pula yang memenuhi kekuragan yang
terdapat dalam perbedaan uang yang telah dipungut dengan uang pembayar
kerugian. Maka asuransi ini menuju ke arah kemaslahatan umum yang bersifat
social. Oleh karena itu, asuransi ini dibenarkan oleh agama Islam.
Asuransi terhadap kecelakaan, jika asuransinya tergolong kepada asuransi
campur (asuransi yang didalamnya termasuk penabungan). Hakikat asuransi
campur mencakup dua premi, yaitu untuk menutup bahaya kematian dan
untuk menyiapkan uang yang harus dibayar jika dia tidak meninggal dunia
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka hukumnya dibolehkan oleh
agama Islam karena asuransi campur didalamnya terdapat dorongan untuk
menabung dan penabungan itu untuk kemaslahatan umum. Syaratnya,
perusahaan asuransi berjanji kepada para pemegang polis bahwa uang
preminya tidak dikerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan riba, hal ini sama
dengan hokum penabungan pada pos, adapun asuransi biasa menurut Fuad
Mohammad Fachruddin tidak dibolehkan, karena asuransi ii tidak meuju
kearah kemaslahatan umum dan kepentingan bersama.
14
Makalah SPAI “ASURANSI”
3. Membolehkan asuransi yang bersifat social dan mengharamkan asuransi yang
bersifat komersial semata.
Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah. Alas an yang
dapat digunakan untuk membolehka asuransi yang bersifat social sama dengan
alas an pendapat kedua, sedangka alasan pengharaman asuransi bersifat
komersial semata-mata pada garis besarnya sama dengan alasan pendaat
pertama.
4. Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil
syar’I yang jelas mengharamkan ataupun secara jelas menghalalkannya.
Apabila hukum asuransi dikategorikan syubhat, konsekuensinya adalah umat
Islam dituntut untuk berhati-hati (al-ihtiyath) dalam menghadapi asuransi.
Umat Islam baru dibolehkan menjadi polis atau mendirikan perusahaan
asuransi apabila dalam keadaan darurat.
E. Asuransi dalam Sistem dan Sudut Pandang Hukum Islam
Mengingat masalah asuransi ini sudah memasyarakat di Indonesia dan
diperkirakan ummat Islam banyak terlibat di dalamnya, maka permasalahan tersebut
perlu juga ditinjau dari sudut pandang agama Islam.
Di kalangan ummat Islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak Islami.
Orang yang melakukan asuransi sama halnya dengan orang yang mengingkari rahmat
Allah. Allah-lah yang menentukan segala-segalanya dan memberikan rezeki kepada
makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya." (Q. S. Hud: 6)
"Dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi?
Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)???" (Q. S. An-Naml: 64)
"Dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keprluan hidup, dan
(kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan
pemberi rezeki kepadanya." (Q. S. Al-Hijr: 20)
15
Makalah SPAI “ASURANSI”
Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah
menyiapkan segala-galanya untuk keperluan semua makhluk-Nya, termasuk manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Allah telah menyiapkan bahan mentah, bukan bahan
matang. Manusia masih perlu mengolahnya, mencarinya dan mengikhtiarkannya.
Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar
untuk menghadapi masa depan dan masa tua. Namun karena masalah asuransi ini
tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka masalahnya dipandang sebagai
masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya
perbedaan pendapat sukar dihindari.
Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh
Islam. Yang paling mengemuka perbedaan tersebut terbagi tiga, yaitu:
1. Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti
Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‘i (mufti Mesir").
Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah:
Asuransi sama dengan judi
Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.
Asuransi mengandung unsur riba/renten.
Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila
tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang
sudah dibayar atau di kurangi.
Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan
mendahului takdir Allah.
2. Asuransi konvensional diperbolehkan
Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa
Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada fakultas Syari‘ah Universitas
Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm pada Universitas
16
Makalah SPAI “ASURANSI”
Cairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-
Haditsah wa Ahkamuha). Mereka beralasan:
Tidak ada nash (al-Qur‘an dan Sunnah) yang melarang asuransi.
Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
Saling menguntungkan kedua belah pihak.
Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi
yang terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif
dan pembangunan.
Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil)
Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta‘awuniyah).
Asuransi di analogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.
3. Asuransi yang bersifat sosial di perbolehkan dan yang bersifat komersial
diharamkan
Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru
besar Hukum Islam pada Universitas Cairo).
Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam
asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan
kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).
Alasan golongan yang mengatakan asuransi syubhat adalah karena tidak
ada dalil yang tegas haram atau tidak haramnya asuransi itu.
Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa masalah asuransi yang berkembang
dalam masyarakat pada saat ini, masih ada yang mempertanyakan dan mengundang
keragu-raguan, sehingga sukar untuk menentukan, yang mana yang paling dekat
kepada ketentuan hukum yang benar.
Sekiranya ada jalan lain yang dapat ditempuh, tentu jalan itulah yang pantas
dilalui. Jalan alternatif baru yang ditawarkan, adalah asuransi menurut ketentuan
agama Islam.
Dalam keadaan begini, sebaiknya berpegang kepada sabda Nabi Muhammad
SAW:
"Tinggalkan hal-hal yang meragukan kamu (berpeganglah) kepada hal-hal yagn
tidak meragukan kamu." (HR. Ahmad)
17
Makalah SPAI “ASURANSI”
Dijelaskan oleh Muhammad Nejatullah Shiddiqi bahwa asuransi merupakan
suatu kebutuhan dasar bagi mausia karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya
memerlukan santunan. Asuransi merupakan organisasi penyantun masalah-masalah
yang universal, seperti kematian mendadak, cacat, penyakit pengangguran, kebakaran,
banjir, badai, dan kecelakaan-kecelakaan yang bersangkutan dengan transportasi serta
kerugian financial yang disebabkannya. Kecelakaan-kecelakaan seperti diatas tidak
hanya bergantung pada tindakan para sukarelawan, kenyataan ini menuntut asuransi
untuk diperlakukan sebagai kebutuhan dasar manusia pada ruang lingkup yang sangat
luas dari kegiatan-kegiatan dan situasi manusia.
Keperluan perlindungan menghadai malapetaka dan kerugian financial yang
berkaitan dengan yang dihadapi setiap orang sama pentingnya dengan pemeliharaan
ketertiban. Untuk melenyapkan akibat buruk dari jenis kecelakaan yang diungkapkan
di atas yang berkaitan dengan ketentuan kesejahteraan umum dan jaminan social,
dalam suatu system yang Islami merupakan tugas negara untuk memberikan
pertolongan kepada orang-orang yang sedang mengalami kesulitan dan memenuhi
kebutuhan yang muncul akibat kecelakaan mendadak, cacat bawaan, pengangguran
sementara, usia lanjut ataupun keatian wajar dari pencari nafkah keluarga. Pada
umumnya Negara-negara akan mengandalkan pendapatnya sendiri untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban ini. Dalam kasus tertentu, sejumlah sumber khusus dapat juga
disadap untuk keperluan ini, misalnya pihak majikan dibebani atas nama pegawai
negeri sebagaimana halnya upah atau gaji.
Rancangan asuransi yang dipandang sejalan dengan nilai-nilai Islam diajukan
oleh Muhammad Nejatullah Shiddiqi sebagai berikut:
1. Semua asuransi yang menyangkut bahaya pada jiwa manusia, baik mengenai
anggota badan maupun kesehatan harus ditangani secara eksklusif dibawah
pengawasan Negara. Jika nyawa anggota badan atau kesehatan manusia
tertimpa akibat kecelakaan pada industry atau ketika sedang melaksanakan
tugas yang diperintahkan oleh majikannya, beban pertolongan dang anti rugi
dibebankan pada pemilik pabrik atau majikanya.
Prinsip yang sama dapat diterapkan ketika mmemutuskan masalah
pengangguran, apakah tindakan yang harus dilakukan oleh majikan atau
pemilik pabrik setelah mengakibatkan menganggurnya orang yang
18
Makalah SPAI “ASURANSI”
bersangkutan. Bersama dengan ini haruslah individu diberi kebebasan
mengambi asuransi guna menangguangi kerugian yang terjadi pada
kepentingan dirinya dan keluarganya oleh berbagai kecelakaan sehingga ia
dapat memelihara produktivitas ekonomi serta kelanjutan bisnisnya.
Asuransi seperti diatas juga harus menjadi kepentingan Negara dengan
membawa semua asuransi ke bawah wewenang dilaksanakan oleh Negara.
Negara harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kekayaan dan
harta milik orang banyak dari kebakaran, banjir, kerusakan gempa bumi,
badai, dan pencurian. Kesempatan haruslah diberikan kepada setiap individu
untuk mengambil asuransi terhadap kerugian financial yang terjadi. Uang
ganti rugi hendaklah ditetapkan dalam setiap kasus menurut persetujuan
kontrak sebelumnya yang menjadi dasar pembayaran premi oleh pemilik
kekayaan. Dalam hal seseorang jatuh miskin disebabkan oleh suatu musibah,
orang tersebut harus ditolong dari kemiskinannya dengan system jaminan
social. Jaminan ini mesti dapat diperoleh tanpa pembayaran premi apapun.
Akan cocok kiranya jika perusahaan-perusahaan besar seperti industry
pesawat terbang wajib untuk diasuransikan, rumah tempat tinggal juga dapat
dipertimbangkan menurut jalur-jalur ini, badan swasta yang melakukan usaha
asuransi bagi barang-barang kekayaan juga dapat diizinkan.
2. Hendaklah sebagian besar bentuk asuransi yang berkaitan denganjiwa,
perdagangan laut, kebakaran, dan kecelakaan dimasukkan dalam sector
Negara. Beberapa di antaranya yang berurusan dengan kecelakaan-kecelakaan
tertentu, hak-hak, dan kepentingan-kepentingan serta kontrak-kontrak yang
biasa diserahkan kepada sektor swasta.
19
Makalah SPAI “ASURANSI”
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat siambil kesimpulan bahwa asuransi yang
didalamnya terdapat unsur riba dan eksploitasi atau lebih kepada komersial semata
maka asuransi tersebut dikatakan haram, sedangkan asuransi yang bersifat kooperatif
hukumnya adalah halal karena asuransi yang khusus untuk suatu usaha dapat
dilakukan oleh manusia (sekumpulan manusia) atas dasar koperatif, dan suatu
asuransi yang tidak terbatas untuk sesuatu usaha dapat dilakukan oleh pemerintah
maksudnya adalah menguntungkan bagi semua orang atau asuransi bisa membantu
dalam kehidupan social.
Untuk lebih jelasnya dari uraian diatas disimpulkan dengan beberapa
pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam. Yang paling
mengemuka perbedaan tersebut terbagi tiga, yaitu:
1. Pendapat pertama : Mengharamkan
Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa,
Alasan-alasan yang dikemukakan ialah:
a. Asuransi sama dengan judi
b. Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.
c. Asuransi mengandung unsur riba/renten.
d. Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila
tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang
sudah dibayar atau di kurangi.
e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan
mendahului takdir Allah.
2. Pendapat Kedua : Membolehkan
Alasan-alasan yang dikemukakan ialah:
a. Tidak ada nash (al-Qur’an dan Sunnah) yang melarang asuransi.
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
20
Makalah SPAI “ASURANSI”
d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang
terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan
pembangunan.
e. Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil)
f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta’awuniyah).
g. Asuransi di analogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.
3. Pendapat Ketiga : Asuransi sosial boleh dan komersial haram
Alasan pendapat ketiga ini sama dengan pendapat pertama dalam asuransi
yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan pendapat kedua,
dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh). Alasan golongan yang mengatakan
asuransi syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas haram atau tidak
haramnya asuransi itu.
Dibandingkan asuransi konvensional, asuransi syariah memiliki
perbedaan mendasar dalam beberapa hal:
a. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong).
Dimana nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah
mengalami kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat
tadabuli (jual-beli antara nasabah dengan perusahaan).
b. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah
(premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil
(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana
dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
c. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan
pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan
perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan
pengelolaan dana tersebut.
d. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim
nasabah dana diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh
peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil
dari rekening milik perusahaan.
21
Makalah SPAI “ASURANSI”
e. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana
dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil.
Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi
milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.
f. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah
yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi
manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan
dengan syariat Islam. Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu
tidak mendapat perhatian.
22
Makalah SPAI “ASURANSI”
DAFTAR PUSTAKA
Fachruddin, Fuad Muhammad. 1985 Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan
Asuransi. Bandung: PT. Al-Ma’arif
Shiddiqi, Muhammad Nejatullah. 1985. Asuransi di Dalam Islam. alih bahasa oleh
Ta’lim Musafir. Bandung: Pustaka.
Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Mumalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zuhdi, Masyfuk. 1986. Islam dan Keluarga Berencana di Indonesi. Surabaya: Bina
Ilmu.
Http://hbis.wordpress.com/2007/11/23/hukum-islam-tentang-muamalah/
Http://syariahonline.com/
Http://trimudilah.wordpress.com/2007/06/21/hukum-asuransi/
Http://web.ipb.ac.id/~ono.suparno/html/insurance.html
Http://www.ajangkita.com/
Http://www.eramuslim.com/ustadz/eki/8119215446-hukum-asuransi-dalam-al-
quran.htm
Http://www.wikimu.com/
23