sirajam.files.wordpress.com · web viewsedangkan sisanya yaitu 20 siswa ( 66,7 % ) masih berada...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman globalisasi dan tehnologi yang semakin canggih,
menuntut perkembangan pendidikan harus berjalan seimbang, sejalan, dan seiring
agar kualitas sumber daya manusia negara kita tidak tertinggal dengan negara
berkembang lainnya. Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari
kesadaran tiap warganya tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda
sebagai penerus bangsa.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, proses dan hasil
pendidikan, maka seorang guru tidak hanya dituntut menguasai materi, namun
juga harus pandai dalam memilih strategi serta peka terhadap masalah yang
berkaitan dengan proses pembelajaran.
Disamping itu program pembelajaran adalah rencana proses belajar
mengajar yang didasarkan pada pertimbangan kompetensi dasar, indikator,
pengalaman belajar, materi, metode, alat atau media, alokasi waktu, sumber
belajar, serta sistem evaluasi. Dengan tujuan agar dapat menguasai proses belajar
dan hasil belajar yang optimal.
Pelajaran matematika dipandang sebagai bagian dari ilmu-imu dasar yang
berkembang pesat baik isi maupun aplikasinya serta dapat menumbuhkan
2
kemampuan siswa untuk berfikir kritis, sistematis, logis, kreatif dan
berkemampuan bekerja sama yang efektif. Perlu diketahui bahwa matematika
yang diajarkan sekolah khususnya di sekolah di jenjang penddidikan dasar dan
menengah mempunyai tujuan diantaranya menumbuhkembangkan kemampuan-
kemampuan siswa dan membentuk kepribadian siswa yang berpandu pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun kemampuan yang
diharapkan dimiliki oleh siswa adalah kemampuan bernalar, kemampuan memilih
strategi yang cocok dengan permasalahan, juga kemampuan menerima
mengemukakan suatu informasi secara cermat dan tepat.
Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa Mata
Pelajaran Matematika di Madrasah Ibtida’iyah bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut : Pertama, Memahami konsep Matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Kedua, Menggunakan penlaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika. Ketiga, Memecahkan masalah yang meliputi
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancag model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Keempat,
Mengomunisasikan gagasan dengan symbol, table diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah. Dan kelima, Memiliki sikap menghargai
3
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.1
Berdasarkan fakta yang ada di MI Roudlotul Ulum Surabaya khususnya
kelas III – C bahwa banyak siswa yang masih rendah tingkat pemahamannya pada
pembelajaran matematika materi pola barisan bilangan deret dan suku bilangan
asli, bilangan ganjil, bilangan genap, dan bilangan segitiga. Hal ini dikarenakan
cara berpikir siswa usia MI yang masih kongkrit. Berbeda dengan cara berpikir
orang dewasa yang abstrak, mereka telah mampu memahami secara langsung apa
yang dikatakan oleh orang lain, siswa usia MI masih membutuhkan alat bantu
atau perantara (media) untuk membantu mereka dalam memahami hal-hal yang
sulit.2
Begitu juga ketika diamati dari hasil belajar matematika siswa dalam
ulangan formatif, masih terlihat memprihatinkan. Dari 30 siswa kelas III – C MI
Roudlotul Ulum Surabaya yang dijadikan subyek penelitian, dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal ( KKM ) > 70,0 pada mata pelajaran matematika dapat
dilihat hasilnya yaitu hanya 10 siswa ( 33,3 % ) yang bisa mencapai nilai KKM,
sedangkan sisanya yaitu 20 siswa ( 66,7 % ) masih berada pada nilai di bawah
KKM.3
1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 20062 Hasil observasi, 30 September 20133 Hasil wawancara dengan Ibu Nanik Sulastri, S.Pd guru kelas III- C MI Roudlotul Ulum Surabaya, 30 September 2013
4
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan
Kelas yang berjudul “ UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN POLA
BARISAN BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA ULAR
TANGGA ( PENELITIAN TINDAKAN KELAS MATA PELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS III-C DI MI ROUDLOTUL ULUM
SURABAYA ), sebagai solusi agar pemahaman siswa kelas III – C di MI
Roudlotul Ulum Surabaya tentang materi pola barisan bilangan dapat
meningkatkan prestasi belajar pada siswa tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan
Pemahaman Pola Barisan Bilangan Dengan Menggunakan Alat Peraga Ular
Tangga ( Penelitian Tindakan Kelas Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III –
C di MI Roudlotul Ulum Surabaya ) dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan alat peraga ular tangga dalam meningkatkan hasil
belajar siswa materi pola barisan bilangan deret dan suku bilangan asli,
bilangan ganjil, bilangan genap, dan bilangan segitiga?
2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada materi pola barisan
bilangan melalui media ular tangga di MI Roudlotul Ulum Surabaya?
C. Tindakan yang Dipilih
5
Tindakan yang dipilih dalam melaksanakan penelitian ini sehubungan
dengan rumusan masalah yang ada di atas bahwasanya pemahaman siswa
terhadap materi pola barisan bilangan masih rendah adalah memanfaatkan media
ular tangga dalam proses pembelajaran matematika materi pola barisan bilangan.
D. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Ingin mengetahui penerapan alat peraga/media ular tangga dalam
meningkatkan hasil belajar siswa materi pola barisan bilangan di MI
Roudlotul Ulum Surabaya.
2. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pola barisan
bilangan melalui media ular tangga di MI Roudlotul Ulum Surabaya
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat PTK yang dilakukan oleh peneliti antara lain sebagai
berikut :
a. Bagi Guru
1) Membantu guru memperbaiki pembelajaran
2) Membantu guru berkembang secara profesional
6
3) Meningkatkan rasa percaya diri
4) Meningkatkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan
b. Manfaat Penelitian Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah sebagai tolak ukur keberhasilan
sekolah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang.
c. Manfaat Penelitian Bagi Siswa
1) Pengetahuan siswa sebagai peningkatan upaya memahami pola barisan
bilangan deret dan suku bilangan asli, bilangan genap, dan bilangan
segitiga.
2) Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru sehingga akan timbul
motivasi untuk belajar.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian peningkatan pemahaman pola barisan bilangan
dengan menggunakan alat peraga ular tangga adalah siswa-siswi kelas III-C MI
Roudlotul Ulum Surabaya, yang pelaksanaanya sejak tanggal 30 September – 7
Oktober 2013 yang bertempat di MI Roudlotul Ulum Surabaya
G. Sistematika Pembahasan
7
Sistematika pembahasan dalam proposal ini disusun secara sistematis dari
bab ke bab yang terdiri dari lima bab yang merupakan sebuah kesatuan yang
berkaitan serta memberikan atau menggambarkan secara lengkap dan jelas
tentang penelitian dan hasil-hasilnya.
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut
BAB I: Pendahuluan, atau bagian awal PTK yang meliputi; Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tindakan Yang Dipilih, Tujuan Penelitian, Ruang
Lingkup Penelitian, dan Sistematika Pembahasan
BAB II: Kajian Teori, atau bagian kedua PTK yang meliputi; Pemahaman, Alat
Peraga Ular Tangga, Peningkatan Pemahaman Pola Barisan Bilangan
Melalui Media Ular Tangga
BAB III: Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, atau bagian ketiga PTK yang
meliputi; Metode Penelitian, Setting Penelitian dan Karakteristik,
Subyek Penelitian, Variable yang di Selidiki, Rencana Tindakan, Data
dan Teknik Pengumpulannya, Analisis Data, Indikator Kinerja, dan
Tim Peneliti Beserta Karyanya.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi; Deskripsi Lokasi
Penelitian (sejarah singkat, visi misi, profil, dan struktur organisasi
sekolah), paparan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
menggunakan media ular tangga
BAB V: Penutup yang meliputi; kesimpulan dan saran
8
BAB II
KAJIAN TEORI
9
A. Konsep Tentang Pemahaman
Menurut W.J.S Poerwodarminto dalam kamus Bahasa Indonesia,
pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang
sesuatu hal. Mengerti merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa
ingin tahu,untuk mendapatkan pengetahuan, keterangan-keterangan dan untuk
mengerti sesuatu4. Maka arti pemahaman adalah melihat suatu hubungan ide
tentang suatu persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai
persoalan itu dikumpulkan.
Menurut Purwanto pemahaman adalah “tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta
yang diketahuinya”..5
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan
yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman
belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat
fundamental, karena dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan
prosedur.
. Agar dapat menentukan tercapai tujuan pembelajaran tersebut maka
perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai pemahaman 4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta, Rineka Cipta, 2010 hal 172)5Amaliyanti (Pemahaman Siswa Dalam Proses Belajar, 2013), http://ahli definisi.blogspot.com/2011/03/definisi-pemahaman-konsep.html
10
siswanya. Faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum dan
model pembelajaran). Menurut Skemp pemahaman pada pembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua.
Pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional
(instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa
baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa
hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum
atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan.6
Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan
pengalaman tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Meskipun siswa dapat
menjawab dengan benar siswa tidak dapat menjelaskan kenapa (why).7
Selanjutnya, pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional
(relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa
tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu
bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat
menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada
situasi lain.8 Pada tahapan ini, menurut peneliti siswa mampu menerapkan dan
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan media terutama media ular
tangga yang berkaitan dengan penelitian pola barisan bilangan.
6 Remajatuh.blogspot.com/2011/12/bab-i-pendahuluan.pendahuluan?m=17 Reentechnos.blogspot.com/2012/10/pesawat-sederhana_15html8 Remajatuh.blogspot.com/2011/12/bab-i-pendahuluan.pendahuluan?m=1
11
Dari penjelasan definisi tentang pemahaman tersebut, maka peneliti
mendeskripsikan indikator pemahaman antara lain;
1. Kemampuan siswa dalam mengklasifikasikan deret dan suku bilangan asli,
bilangan ganjil, bilangan genap, dan bilangan segitiga/beraturan.
2. Kemampuan siswa dalam menerapkan konsep tersebut dengan
menggunakan media ular tangga pada materi pola barisan bilangan.
B. Alat Peraga Ular Tangga
Alat peraga atau media ular tangga adalah perantara atau alat bantu
yang digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran matematika dalam
bentuk media visual ular tangga. Media ini terbuat dari kertas karton dengan
membentuk sebuah kolom kotak 10 baris dimana tiap barisnya terdapat 10
kotak.
Gambar 1Alat Peraga Ular Tangga
12
100 99 98 97 96 95 94 93 92 91
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
80 79 78 77 76 75 74 73 72 71
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
60 59 58 57 56 55 54 53 52 51
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
40 39 38 37 36 35 34 33 32 31
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
20 19 18 17 16 15 14 13 12 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Cara Penggunaan Media Ular Tangga
a. Amatilah soal pola barisan bilangan deret dan suku pada bilangan asli,
bilangan ganjil, bilangan genap dan bilangan segitiga/ bilangan tak
beraturan.
b. Lingkarilah deret dan suku pada kolom media ular tangga sesuai dengan
angka yang tertera pada soal tersebut.
c. Untuk mengetahui jawaban dari deret dan suku tersebut, maka gunakanlah
kalimat “ berjalan berapa kotak? “ untuk menghitung tiap suku untuk
mengetahui jawaban pola barisan bilangan.
d. Setelah melingkari kolom pada media ular tangga, maka taruhlah jawaban
yang dilingkari tersebut pada soal yang telah disediakan.
13
Contoh :
1) Soal deret bilangan ganjil
Perintah : Lingkarilah jawaban pada kolom angka dibawah ini kemudian
taruhlah hasil yang kalian lingkari pada jawaban soal pola barisan bilangan
21, 23, 25, 27, …, …, …, …, …,
100 99 98 97 96 95 94 93 92 91
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
80 79 78 77 76 75 74 73 72 71
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
60 59 58 57 56 55 54 53 52 51
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
40 39 38 37 36 35 34 33 32 31
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
20 19 18 17 16 15 14 13 12 11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
Siswa melingkari soal terlebih dahulu pada media ular tangga
( lingkaran warna hitam ). Dari tiap suku yang sudah dilingkari, siswa
akan mengetahui berapa selisih tiap kolom setiap angka yang sudah
dilingkari tersebut sehingga akan mengetahui jawabannya ( lingkaran
warna biru ).
C. Pola Barisan Bilangan
1. Pengertian Barisan Bilangan
14
Pola barisan bilangan yaitu susunan angka-angka yang mempunyai
pola-pola tertentu. Misalnya pada kalender terdapat susunan angka baik
mendatar, menurun, maupun diagonal ( miring )9
2. Jenis dan Bentuk Pola Bilangan
a. Bilangan Ganjil
Dalam bentuk gambar pola bilangan ganjil bisa dinyatakan dalam
gambar berikut ini :
Gambar 2Pola Bilangan Ganjil
( 1 ) ( 3 ) ( 5 )
Pada gambar di atas menunjukkan suatu bilangan ganjil, yang
dinyatakan dalam pola barisan bilangan 1, 3, 5,…..dst
b. Bilangan Genap
Dalam bentuk gambar pola bilangan genap bisa dinyatakan dalam
gambar berikut ini :
Gambar 3Pola Bilangan Genap
9 Udukuduk.blogspot.com, (pola barisan bilangan dan deret bilangan)
15
( 2 ) ( 4 ) ( 6 )
Pada gambar di atas menunjukkan suatu bilangan genap, yang
dinyatakan dalam pola barisan bilangan 2, 4, 6,…..dst
c. Bilangan Segitiga
Dalam bentuk gambar pola bilangan segitiga bisa dinyatakan dalam
gambar berikut ini :
Gambar 4Pola Bilangan Segitiga
( 1 ) ( 3 ) ( 6 )
Pada gambar di atas menunjukkan suatu bilangan genap, yang
dinyatakan dalam pola barisan bilangan 1, 3, 6,…..dst10
D. Peningkatan Pemahaman Pola Barisan Bilangan Melalui Media Ular Tangga
10 Udukuduk.blogspot.com, (pola barisan bilangan dan deret bilangan)
16
Pola barisan bilangan yaitu susunan angka-angka yang mempunyai pola-
pola tertentu11. Materi pola barisan bilangan deret dan suku bilangan asli,
bilangan ganjil, bilangan genap dan bilangan segitiga/beraturan merupakan satu
dari beberapa materi dasar mata pelajaran matematika yang harus dipahami oleh
siswa.
Menurut Brunner, anak akan belajar dengan baik jika melalui tiga tahap,
yakni tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif merupakan tahap
pengalaman langsung dimana anak berhubungan dengan benda-benda nyata atau
sesungguhnya. Tahap ikonik berkaitan dengan gambar, lukisan foto atau film.
Sedangkan simbolik merupakan tahap pengalaman abstrak. Jadi pada tahap
enaktif siswa harus menggunakan benda nyata dalam memulai belajar
matematika. Benda yang dianggap konkrit dalam matematika adalah media
pembelajaran tersebut.12
Ada beberapa alasan media dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Alasan pertama, berkenaan denga manfaat media pengajaran dalam proses
belajar siswa, antara lain;
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
11 Udukuduk.blogspot.com, (pola barisan bilangan dan deret bilangan12 Httpstaff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/ALAT%20PERAGA%20%20Secang.docx. 16 mei 2013
17
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknaya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
lebih baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuntun kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Alasan kedua mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses dan
hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir
manusia mengikuti tahap perkembangan, di mulai dari berpikir konkrit menuju ke
berpikir abstrak, di mulai dari berpikir sederhana ke berpikir kompleks.
Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut.
Sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkritkan, dan
hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.13
Sebagai upaya meningkatkan pemahaman pola barisan bilangan, seorag guru
dapat menggunakan alat peraga ular tangga sebagai alat bantu dalam mentransfer
materi kepada siswa. Karena dengan menggunakan media ular tangga ini, siswa
13 Nana Sudjana, Media Pembelajaran (Bandung: CV. Sinar Baru: 1997),hal 2
18
akan lebih dikongkritkan pola pikirnya. Proses tersebut dapat lebih melekat pada
siswa, karena siswa akan melakukan percobaan sendiri. Di samping itu
penggunaan media ular tangga ini juga akan menjadikan suasana kelas menjadi
lebih aktif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwasanya, siswa memerlukan alat bantu
untuk menyerap materi. Media ualar tangga merupakan media yang memenuhi
kriteria untuk mengkongkritkan materi. Media ular tangga dapat mewakili
keabstrakan matematika. Siswa bisa mendapatkan pengalaman secara langsung
dari media tersebut. Dan diharapkan dengan penggunaan media ular tangga ini
siswa bisa lebih aktif, kreatif, serta dapat menguasai materi mata pelajaran
matematika terutama materi pola barisan bilangan.
19
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan
M.Taggart dengan system spiral refleksi diri yang dimulai dengan cara tindakan,
pengamatan, refleksi, perencanaan kembali . Menurut Stephen Kemmis
Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk kajian refleksi diri yang dilakukan oleh
masyarakat dalam situasi sosial untuk meningkatkan keseimbangan dan keadilan
tentang praktik-praktik pendidikan dan sosial mereka sendiri, pemahaman
mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan situasi tempat dilaksanakannya
praktik-praktik itu.14
Dalam model Kemmis dan M.Taggart ini, penelitian menggunakan dan
mengembangkan siklus (cycle) dengan dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses
pembelajaran. Sebelum dalam tahap siklus, dilaksanakan studi kelayakan sebagai
penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan ide
yang tepat dalam pengembangan proses pembelajaran di kelas.
Adapun alur penelitian ini dimulai dengan studi pendahuluan, hasilnya
dipertimbangkan untuk kemudian menyusun rencana tindakan, dilanjutkan
14 Kinayati Djojosuroto dan M.L.A Sumaryati, (Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan Sastra, Jakarta, 2000) hal, 144.
RENCANA TINDAKAN
REFLEKSI
OBSERVASI PELAKSANAANTINDAKAN
RENCANA TINDAKAN
REFLEKSI
OBSERVASI PELAKSANAANTINDAKAN
SIKLUS I
SIKLUS II
20
dengan pelaksanaan tindakan, observasi pelaksanaan tindakan, refleksi proses
dan hasil tindakan. Ini adalah sebagai siklus pertama belum menyelesaikan
permasalahan, maka dilanjutkan dengan siklus kedua, dimana rencana
tindakannya berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama. Demikian penelitian
dilakukan siklus demi siklus sampai permasalahan penelitian dapat dipecahkan.
Siklus kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5Siklus Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan M. Taggart15
15 Suharsimi Arikunto,Suhardjono,Supardi,(Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta,Bumi Aksara)hal.16
21
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi 3 hal, yakni :
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Roudlotul Ulum Surabaya
khususnya kelas III-C.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pertengan semester ganjil tahun
pelajaran 2013-2014 tepatnya pada bulan September 2013
c. Siklus PTK
Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk dapat
mengetahui peningkatan pemahaman dan prestasi belajar matematika
terutama materi pola barisan bilangan deret dan suku bilangan asli, bilanga
ganjil, bilangan genap, dan bilangan segitiga atau tak beraturan dengan
menggunakan alat peraga ular tangga di MI Roudlotul Ulum Surabaya
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas III-C MI Roudlotul
Ulum Surabaya yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki
dan 13 siswi perempuan. Karakteristik siswa kelas III-C MI Roudlotul Ulum
22
Surabaya sangat beragam, baik dari segi sifat maupun tingkat kemampuan
intelegensinya. Dengan kondisi latar belakang yang berbeda-beda pula.
Pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa hasil
belajar siswanya yang masih perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan karena
peneliti pada waktu melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan Sertifikasi
Pendidikan Profesi Guru ( Sertifikasi PPG ) di kelas tersebut banyak
mengalami kendala yang cara perpikirnya masih menggunakan operasi
kongkrit, dimana berpikirnya berdasarkan atas obyek-obyek nyata. Mereka
beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yag sangat sulit. Oleh
karena itu pemanfaatan media merupakan salah satu usaha yang bisa
dilakukan oleh peneliti untuk menepis anggapan tersebut.
Berikut nama-nama siswa kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya
sebagai subyek penelitian:
Tabel 1Profil Siswa Kelas III – C MI Roudlotul Ulum Surabaya
No NIS Nama Siswa
1 3459 Abdul Karim
2 3461 Achmad Ali Rido’i
3 3462 Ahmad Saiful Rahman
4 3463 Choirul Anam
5 3464 Faisol Akbar
23
6 3465 Kamilia Siti Rahmania
7 3466 Kutsiyah
8 3467 Lilis Mitalia
9 3468 Maulana Malik Ibrahim
10 3469 Mat Siri
11 3470 Muhammad Amaruddin
12 3471 M. Arif Rahmat Hidayat
13 3472 Muhammad. Arifin Ilham
14 3474 Nur Jamilah
15 3475 Qurrota A’yun
16 3476 Rika Devita Sari
17 3477 Rishma Afrisya
18 3478 Rian Septiawan
19 3479 Rindu Ramadhani
20 3480 Royhan Jaelani
21 3482 Sirot Rahmatullah
22 3483 Siti Qomariyah
23 3484 Siti Hofifah
24 3485 Sohibul Ridho
25 3486 Wahyu Ramadhani
26 3488 Muhammad Ilham Akbar
27 3489 Siti Aisyah
28 3490 Qurrotul Aini
29 3491 Misnawati
30 3600 Aris Efendi
Mengamati
Refleksi Melakukan/melaksanakan tindakan kelas
Merencanakan
24
C. Variabel yang Diselidiki
Dalam penelitian ini variable yang diteliti yaitu:
1. Variabel Input : Siswa Kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya
2. Variabel Proses : Penerapan Alat Peraga Ular Tangga
3. Variabel Output : Peningkatan Pemahaman Pola Barisan Bilangan
D. Rencana Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui pengkajian berdaur, yang
terdiri dari 4 tahap yaitu merencanakan, melakukan, tindakan, pengamatan dan
refleksi (penelitian tindakan kelas).
25
Dalam pelaksanaan antara siklus I dan siklus II artinya ada hubungan
yang berkesinambungan yang peneliti uraikan dalam deskripsi per siklus, yakni
sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Perencanaan
Langkah-langkah yang ditempuh pada perbaikan pembelajaran siklus I
adalah :
1) Menyiapkan materi ajar
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
3) Membuat media pembelajaran
4) Menyiapkan instrumen evaluasi
5) Membuat instrument observasi kelas
b. Pelaksanaan
1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media yang telah
disiapkan
26
2) Memberikan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai
peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pola barisan
bilangan deret dan suku.
3) Mencatat dan mendokumentasikan semua kegiatan pada sklus I
sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi
4) Berdiskusi dengan guru kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya
mengenai kelemahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran yang
harus diperbaiki
c. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti
menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan.
Peneliti bersama guru kelas III-C mengamati seluruh kegiatan dan
mencatatnya dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
Hal-hal yang diobservasi diantaranya adalah:
1) Respon siswa dalam mengikuti pelajaran matematika dengan
menggunakan alat peraga/media ular tangga
2) Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang dibuat oleh peneliti.
3) Kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
d. Refleksi
27
Pada tahap refleksi diadakan pengkajian terhadap berbagai kejadian
yang terekam selama proses tindakan. Peneliti dan guru kelas III-C sebagai
pengamat mendiskripsikan hasil pelaksanaan tindakan dan mengevaluasi
seluruh kegiatan, kekuatan dan kelemahannya sebagai dasar dalam
merancang kegiatan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti dan guru kelas melakukan diskusi secara
mendalam tentang pencapaian indicator yang telah dicapai, untuk dianalisis
indicator mana yang belum tercapai untuk kemudian dilakukan tindakan
dalam siklus II, untuk mencapai indicator kerja, sampai mencapai
keberhasilan.
Adapun tahap perencanaanya adalah sebagai berikut:
1) Mengorganisir kekuatan dan kelemahan pada siklus I untuk dijadikan
bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.
2) Menyiapkan materi ajar
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II dengan
memperhatikan refleksi pada siklus I.
4) Membuat media pembelajaran.
5) Menyiapkan Lembar Kegiatan Siswa.
6) Membuat instrument observasi kelas.
28
b. Pelaksanaan
1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media yang telah
disiapkan dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaikan pada
siklus I.
2) Memberikan tes siklus II untuk mendapatkan data mengenai
peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pola barisan
bilangan.
3) Mencatat dan mendokumentasikan semua yang terjadi di dalam kelas
sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
4) Berdiskusi dengan guru kelas III-C mengenai kelemahan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran yang harus diperbaiki.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Peneliti
menyesuaikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan.
Peneliti bersama guru kelas III-C mengamati seluruh kegiatan dan
mencatatnya dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
Hal-hal yang diobservasi diantaranya adalah:
1) Respon siswa dalam mengikuti pelajaran matematika dengan
menggunakan alat peraga/media ular tangga pada siklus II.
29
2) Kemampuan siswa dalam mengerjakan Lembar Kegiatan pada siklus II
oleh peneliti.
3) Kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk
dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu
kesimpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II ini kemampuan siswa kelas
III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya pada mata pelajaran matematika materi
pola barisan bilangan menjadi lebih meningkat.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Data
Data adalah segala sesuatu yang diperoleh dari lapangan untuk
dijadikan bahan sebuah penelitian, proses pengambilan data terbagi atas dua
klasifikasi, yaitu:
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah hasil perolehan pengamatan pada sebuah
penelitian yang berupa angka statistik. Data inilah yang menjadi tolak ukur
pada penelitian kemanfaatan media ular tangga pada pola barisan bilangan.
b. Data Kualitatif
30
Data kualitatif merupakan perolehan pengamatan pada sebuah
penelitian yang berbentuk verbal atau penggambaran suatu pengamatan
menggunakan bahasa.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menunjukkan proses peneliti untuk
memperoleh data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
metode untuk memperoleh ata, antara lain:
a. Observasi
Obervasi/pengamatan adalah metode yang dilaksanakan untuk
mengamati kondisi, situasi proses dan perilaku objek pada saat proses
pembelajaran berlangsung, yaitu dari tahap awal sampai akhir proses
pembelajaran.
Tabel 2
31
Observasi Pembelajaran Pola Barisan Bilangan
b. Wawancara
No Obyek Pengamatan
1Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
32
Wawancara/interview adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara berhadapan langsung antara interviewer dan
responden dengan kegiatan lisan atau tanya jawab. Wawancara ini
dilakukan oleh peneliti dan guru kelas dalam mengetahui criteria siswa di
kelas tersebut.
c. Tes
Metode pemberian tes adalah metode pengumpulan data yang
berupa pemberian serentetan pertayaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat lain yang dimiliki suatu individu atau kelompok.
Tabel 4Kisi-kisi Soal Isian Pola Barisan Bilangan
No Kompetensi Dasar Indikator Contoh Soal Nilai KetSiklus 1 Siklus 2
11.1 Menentukan letak bilangan pada garis bilangan
1. Mengurutkan deret suku bilangan asli
2. Mengurutkan deret suku bilangan ganjil
3. Mengurutkan deret suku bilangan genap
4. Mengurutkan deret
1. 25, 26, 27, 28, …,…,…, …, …
2. 21, 23, 25, 27, …, …, …, …, …, …
3. 30, 32, 34, 36, …, …, …, …, …, …
4. 1, 2, 4, 7, 11, 16, …, …, …, …,
1. 50, 51, 52, 53, …, …, …, …, …, …
2. 11, 13, 15, 17, …, …, …, …, …, …
3. 10, 12, 14, 16, …, …, …, …, …, …
4. 5, 6, 8, 11, 15, 20, 26, …, …, …,
18
22
24
33
bilangan segitiga/tak beraturan
…, … …, …, … 36
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pencarian data yang berupa
catatan, transkrip, buku, jurnal, foto, dll. Dalam penelitian ini metode
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada
lembaga pendidikan/sekolah sebagai penunjang data.
F. Analisi Data
Analisis data merupakan suatu egiatan, dimana peneliti mulai
menganalisis metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian.
Metode penelitian dianalisis secara menyeluruh, dengan memahami bentuk-
bentuk kegiatan yang diterapkan dalam metode tersebut.
Untuk mengetahui nilai rata-rata siswa per-siklus, maka digunakkan
rumus rata-rata. Menurut Sudjana, untuk menghitung rata-rata kelas digunakan
rumus sebagai berikut;
Jumlah Seluruh SkorRata-rata (mean) = Banyaknya Subjek
34
Selanjutnya skor rata-rata yang diperoleh tersebut diklasifikasikan ke
dalam bentuk sebuah predikat yang mempunyai skala sebagai berikut:
90 – 100 : SB (Sangat Baik)
70 – 89 : B (Baik)
50 – 69 : C (Cukup)
0 – 49 : KB (Kurang Baik)
Untuk mengetahui sejauh mana prosentase ketuntasan belajar siswa pada
siklus I dan siklus II, maka digunakan rumus prosentase;
Siklus II - Siklus IP ═ X 100
Siklus I
Keterangan :
P = Prosentase yang akan dicari
Untuk mengetahui hasil perubahan tindakan yang dilakukan
menimbulkan perubahan, peningkatan, dan perbaikan dapat menggunakan rumus
prosentase sebagai berikut :
35
Siklus I – Pre Siklus I P = X 100
Pre Siklus I
Keterangan :
P = Presentase Peningkatan
Siklus I = Nilai rata-rata setelah tindakan
Pre Siklus I = Nilai rata-rata sebelum tindakan
G. Indikator Kinerja
Penelitian ini dianggap berhasil jika telah memenuhi indikator kinerja
berikut:
1. Sekurang-kurangnya 75% siswa menunjukkan peran aktif dalam kegiatan
pembelajaran matematika di kelas.
2. Sekurang-kurangnya 75% siswa mendapat nilai ulangan di atas krteria
ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditentukan.
3. Sekurang-kurangnya 75% siswa aktif dalam setiap kegiatan perbaikan
pembelajaran.
H. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat kolaboratif, dimana
peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran matematika kelas III-C MI
Roudlotul Ulum Surabaya. Peneliti sendiri adalah calon guru professional yang
36
mengikuti program Sertifikasi Pendidikan Profesi Guru (Sertifikasi PPG)
Angkatan Pertama tahun 2012 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya ( UIN Sunan Ampel ). Peneliti langsung menggali data yang ada
dilapangan kemudian diambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan,
dan melakukan feedback atas pembelajaran yang dilakukan ketika mengikuti
program PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) di MI Roudlotul Ulum Surabaya
tepatnya dimulai tanggal 16 Juli sampai 16 November 2013.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. MI Roudlotul Ulum
MI Roudlotul Ulum adalah salah satu lembaga pendidikan di
bawah naungan YPI Roudlotul Ulum. Didirikan pada pada tanggal 1
37
Desember 1984 yang beralamatkan di jalan Bulak banteng Baru Gang
Kamboja II/44 Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.
MI Roudlotul Ulum Surabaya merupakan sekolah madrasah yang
berada di tengah pemukiman penduduk dengan status sekolah
terakreditasi “ A “ dengan NSM 111235780033
2 VISI dan MISI MI Roudlotul Ulum .
a. VISI
MI. ROUDLOTUL ULUM ikut serta dalam mencerdaskan
anak bangsa, sesuai dengan Undang – Undang Kependidikan Nasional
yang digariskan Pemerintah, dengan mengedepankan Akhlakul
Karimah.
b. MISI
Pendidikan di MI. ROUDLOTUL ULUM Surabaya bertujuan
mencetak anak didik :
a. Berakhlakul Karimah
b. Cerdas dalam IPTEK dan IMTAQ
c. Terampil berkepribadian
38
3. Profil MI Roudlotul Ulum
1) Identitas Madrasah
Nama Madrasah : MI. ROUDLOTUL ULUM
Alamat : Bulak Banteng Baru Gg Kamboja II/44
Kecamatan : Kenjeran
Kab/Kota : Surabaya
No. Telp. : 031-3711176
2) KONDISI OBYEKTIF MADRASAH
Nama Yayasan : YPI. ROUDLOTUL ULUM
Alamat : Bulak Banteng Baru Gg Kamboja II/44
NSM : 111235780033
Tahun didirikan : 1 Desember 1984
Tahun beroperasi :
Kepemilikan Tanah
Status Tanah : Milik Yayasan
Surat Kepemilikan : Pembelian
Luas Tanah : 769 M2
Status Bangunan : Milik Yayasan
Luas Bangunan : 490 M2
Nomor rekening Madrasah : 0017812173
39
Jumlah siswa luar dan dalam Surabaya
N
o
Tahun
Pelajaran
Kelas IDalam Luar
Juml
ah
Kelas IIDalam Luar
Juml
ah
Kelas III Dal
am
Lua
r
Juml
ahPa Pi Pa Pi Pa Pi
1 2013-2014 62 49 44 67 111 46 51 48 49 97 54 43 61 36 97
No
TahunPelajaran Kelas IV Dal
amLuar
Jumlah
Kelas V Dalam
Luar
Jumlah
Kelas VI Dalam
Luar
Jumlah
Jumlah Seluruhnya Tota
lPa Pi Pa Pi Pa Pi Pa Pi1 2013-2014 66 63 72 57 129 71 55 57 69 126 55 64 89 30 119 354 325 679
1. a). Data Ruang
Jenis
Jumlah Ruangan Kelas asli (d)
Jumlah ruang lain
yang digunakan kelas (e)
Jumlah ruang yg digunakan U/ ruang kelas
(f)= (d+e)
Ukura
n
7x9
Ukuran
>63
Ukuran
<63
Jumlah(d)
A+b+c
Ruang
Kelas
12 12 - 12
b) Data Ruang Lain
No Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (m2)
01 Perpustakaan 1 30
40
02 Laboratorium IPA - -
03 Laboratirium Komputer 1 20
04 Laboratorium Bahasa - -
05 Ruang Ketrampilan - -
06 Ruang Kepala Madrasah 1 20
07 Ruang TU 1 8
08 Ruang BK - -
09 Ruang Guru 1 15
10 Asrama Guru - -
11 WC guru 1 4
12 WC Siswa 2 8
13 Kamar Mandi 3 12
14 Ruang UKS 1 6
15 Gudang 1 15
c) Data Inventaris
No Nama BarangKondisi
Jumlah KetBaik Layak Rusak
01 Komputer 1 2 10 13 Buah
02 Loker Guru - - 2 2 Buah
41
03 Meja Guru 5 4 10 19 Buah
04 Kursi Guru 8 8 12 28 Buah
05 Meja Siswa 40 120 200 360 Buah
06 Kursi Siswa 80 240 400 720 Buah
07 Meja Kasek - 1 - 1 Buah
08 Kursi Kasek - 1 - 1 Buah
09 Box File 20 10 13 43 Buah
10 Pigora 20 30 20 70 Buah
11 Papan Data 5 3 4 12 Lembar
12 Meja Tata Usaha 1 1 1 3 Buah
13 Kursi Tata Usaha 1 1 1 3 Buah
14 Kursi Tamu (set) 5 5 5 15 Buah
d) Data Guru dan Staf
Jumlah Guru/StafMI.
SwastaJumlah Guru/Staf Keterangan
Guru Tetap (PNS) - -
Guru Kontrak - -
42
Guru Honor Sekolah 21 21
Staf Tata Usaha 2 2
Penjaga Sekolah 2 2
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 September 2013 di
kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya.
a. Perencanaan
Beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti sebelum tindakan
dilaksanakan adalah :
1) Menyiapkan materi ajar
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
3) Membuat media pembelajaran
4) Menyiapkan instrument evaluasi siklus I
5) Membuat instrument observasi kelas siklus I
b. Tindakan
Pada tahap tindakan terbagi menjadi tiga bagian, yakni: kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebelum kegiatan dimulai, guru
membuka dengan mengucapkan salam. Pada kegiatan awalini guru
memberikan arpesepsi untuk menata pemikiran siswa. Setelah
43
memberikan arpesepsi guru menyampaikan tujuan pembelajara yang
akan dicapai sekaligus memberikan motivasi kepada peserta didik
dengan cara menjelaskan pentingnya materi yang akan dipelajari hari
ini.
Tahap selanjutnya adalah kegiatan inti. Pada tahap ini peneliti
membagi peserta didik menjadi lima kelompok. Setelah setiap peserta
didik sudah bersama kelompoknya masing-masing, peneliti
memberikan penjelasan mengenai media atau alat peraga ular tangga
yang akan dipergunakan pada pembelajaran materi pola barisan
bilangan. Setelah itu guru mendemonstrasikan cara penggunaan media
ular tangga tersebut.
Setelah itu peneliti menuliskan beberapa soal pola barisan
bilangan deret dan suku bilangan asli, bilangan ganjil, bilangan genap,
dan bilangan segitiga/tak beraturan di papan tulis dan membagikan pada
tiap kelompok untuk dikerjakan secara berdiskusi. Selanjutnya, peneliti
meminta kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
pekerjaannya didepan kelas. Setelah itu, peneliti dan siswa mengoreksi
pekerjaannya masing-masng sekaligus memberikan reward kepada
kelompok atau siswa yang memiliki nilai terbaik.
Pada tahap akhir, peneliti melakukan evaluasi berupa pemberian
soal post test untuk dikerjakan setiap siswa secara individu dan
dikumpulkan setelah selesai. Kemudian peneliti memberikan penguatan
44
dan kesimpulan tentang pelajaran hari ini sekaligus menyampaikan apa
yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, dan mengakhiri
pertemuan dengan salam.
c. Observasi
Pengamatan dilakukan oleh peneliti ketika proses pembelajaran
berlangsung. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus sebagai peneliti
yang mengobservasi aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran.
Peneliti mulai mengamati aktivitas siswa dalam menanggapi
pertanyaan materi pola barisan bilangan yang telah disediakan.
Kemudian mengamati kekompakan setiap kelompok dalam
mendiskusikan dan mempresentasikan tugas mereka.
Berikut adalah data hasil observasi yang dilakukan pada siklus I.
Sesuai yang direncanakan, observasi yang dilakukan adalah aktivitas
siswa selama pembelajaran, dan hasil belajar dengan menggunakan
media ular tangga
Tabel 3
Hasil Observasi Siklus IPembelajaran Pola Barisan Bilangan.
45
No Obyek Pengamatan Nilai Keterangan1 2 3 4
1Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ Sangat Baikderet dan suku bilangan asli
2Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ Baikderet dan suku bilangan ganjil
3Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ Baikderet dan suku bilangan genap
4Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ Baikderet dan suku bilangan segitiga/tak beraturan
5Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Sangat Baiktangga pada deret dan suku bilangan asli
6Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Baiktangga pada deret dan suku bilangan ganjil
7Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Baiktangga pada deret dan suku bilangan genap
8
Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Cukuptangga pada deret dan suku bilangan
segitiga/tak beraturan
JUMLAH 25
Tabel 4
DAFTAR NILAI EVALUASI POLA BARISAN BILANGANPADA SIKLUS I
46
No NIS Total Nilai KET
1 Abdul Karim 64 TT
2 Achmad Ali Rido’i 48 TT
3 Ahmad Saiful Rahman 0 TT
4 Choirul Anam 74 T
5 Faisol Akbar 80 T
6 Kamilia Siti Rahmania 62 TT
7 Kutsiyah 62 TT
8 Lilis Mitalia 72 T
9 Maulana Malik Ibrahim 70 T
10 Mat Siri 36 TT
11 Muhammad Amaruddin 52 TT
12 M. Arif Rahmat Hidayat 0 TT
13 Muhammad. Arifin Ilham 88 T
14 Nur Jamilah 74 T
15 Qurrota A’yun 100 T
16 Rika Devita Sari 94 T
17 Rishma Afrisya 100 T
18 Rian Septiawan 100 T
19 Rindu Ramadhani 64 TT
20 Royhan Jaelani 70 T
21 Sirot Rahmatullah 76 T
22 Siti Qomariyah 100 T
23 Siti Hofifah 70 T
24 Sohibul Ridho 64 TT
47
25 Wahyu Ramadhani 38 TT
26 Muhammad Ilham Akbar 88 T
27 Siti Aisyah 100 T
28 Qurrotul Aini 100 T
29 Misnawati 52 TT
30 Aris Efendi 64 TT
JUMLAH NILAI 2062
JUMLAH NILAI MAKSIMAL 3000
KKM 70,0
RATA-RATA
Rata-rata:
= 2062 30
= 68,7
JUMLAH SISWA YANG TUNTAS= 17 x 100 % 30
56,6 %
Untuk mengetahui peningkatan prosentase hasil belajar sebelum
tindakan ( pre siklus I ) adalah :
Siklus I – Pre Siklus I P = X 100
Pre Siklus I
48
56,6 – 33,3P = X 100
33,3
P = 69,9 %
Dari table di atas dapat dijelaskan bahwa nila rata-rata siswa
kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya adalah 68,7 dalam
menerapkan alat peraga ular tangga pada materi pola barisan bilangan,
sedangkan ketuntasan siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70,0 sebanyak 17
siswa atau 56, 6 % dari pembelajaran pola barisan bilangan sebelum
menggunakan media ular tangga yang hanya 33,3 % atau 10 siswa. Dari
perbaikan pembelajaran sebelum siklus I ( pre siklus ) terjadi
peningkatan sebanyak 69,9 %. Akan tetapi, pencapaian siswa yang
hanya tuntas dalam perbaikan pembelajaran pada silus I yang hanya
56,6 % dirasa kurang oleh peneliti untuk melanjutkan kembali rencana
perbaikan pembelajaran pola barisan bilangan pada siklus II,
dikarenakan prosentase kriteria ketuntasan adalah 75 %.
Berikut adalah diagram ketuntasan siswa pada siklus I pola
barisan bilangan.
Diagram 1Prosentase Ketuntasan dan Ketidaktuntasan pada Siklus 1
49
Tuntas
56,6%
Tidak Tuntas43.4 %
Keterangan :
Ketuntasan Siswa 56,6 % Ketidaktuntasan Siswa 43,4 %
d. Refleksi
Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I, hasil belajar siswa
kelas III-C MI Roudlotul Ulum mengalami peningkatan 69,9 %.
Namun perbaikan pembelajaran masih belum maksimal dikarenakan
ketuntasan yang hanya 56,6 % masih terlalu kecil dari yang dikehendaki
yaitu sebesar 75 %. Untuk itu perlu diadakan revisi pembelajaran guna
50
meningkatkan ketuntasan di atas 75 % pada perbaikan pembelajaran
siklus II.
Dari tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terdapat
beberapa kendala yang ditemukan, diantaranya adalah :
1) Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti belum maksimal, sehingga
beberapa siswa yang masih belum terbiasa melakukan pembelajaran
belum berani untuk menanyakan hal yang belum mereka pahami.
2) Manajemen pembagian waktu yang dilakukan peneliti pada saat
melakukan tindakan masih belum sempurna, sehingga beberapa
bagian pada tindakan terpaksa harus dipersingkat waktunya.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 7 Oktober di kelas
III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya.
a. Perencanaan
Sebagai tindak lanjut dari hasil tindakan sebelumnya yaitu siklus
I, peneliti melakukan sedikit perubahan strategi yang akan dilaksaakan
pada tindakan di siklus II.
Beberapa hal yang akan dilakukan peneliti sebelum tindakan di
siklus II adalah :
1) Menyiapka materi ajar yang lebih komplek.
51
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
3) Menyiapkan mdia pembelajaran.
4) Menyiapkan instrument evaluasi siklus II
5) Membuat instrument observasi kelas siklus II.
b. Tindakan
Pada tahapan siklus II ini, tidak jauh berbeda dengan yang
dilakukan pada siklus I. Peneliti tetap bertindak sebagai guru dan
mendapatkan bantuan dari guru kelas III-C MI Roudlotul Ulum
Surabaya. Adapun proses belajar mengajar siklus II mengacu pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memperhatikan perbaikan
pada siklus I, sehingga kesalahan maupun kekurangan pada siklus I
tidak terulang lagi pada siklus II.
Dalam pelaksanaan siklus II ini sebelu kegiatan inti berlangsung,
peneliti mencoba melakukan pendekatan yang lebih baik kepada peserta
didik sehingga mereka dapat merasa lebih mengekspresikan apa yang
mereka pikirkan. Selain itu peneliti juga mencoba untuk melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan sehingga apa
yang telah direncanakan di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dapat dilksanakan dengan sempurna.
c. Observasi
52
Seperti halnya yang dilakukan peneliti pada siklus I, pengamatan
dilakukan oleh peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung. Peneliti
tetap bertindak sebagai guru sekaligus sebagai peneliti yang
mengobservasi aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Berikut
adalah data hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siklus II.
Tabel 6Hasil Observasi Siklus II
Pembelajaran Pola Barisan Bilangan.
53
No Obyek Pengamatan Nilai Keterangan1 2 3 4
1Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ Sangat Baikderet dan suku bilangan asli
2Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ SangatBaikderet dan suku bilangan ganjil
3Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ Sangat Baikderet dan suku bilangan genap
4Siswa mengklasifikasikan pengetahuan
√ Baikderet dan suku bilangan segitiga/tak beraturan
5Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Sangat Baiktangga pada deret dan suku bilangan asli
6Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Sangat Baiktangga pada deret dan suku bilangan ganjil
7Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Sangat Baiktangga pada deret dan suku bilangan genap
8
Kemampuan siswa menerapkan media ular
√ Baiktangga pada deret dan suku bilangan
segitiga/tak beraturan
JUMLAH 29
Tabel 7
DAFTAR NILAI EVALUASI POLA BARISAN BILANGANPADA SIKLUS II
54
No NIS Total Nilai KET
1 Abdul Karim 88 T
2 Achmad Ali Rido’i 72 T
3 Ahmad Saiful Rahman 66 TT
4 Choirul Anam 100 T
5 Faisol Akbar 76 T
6 Kamilia Siti Rahmania 78 T
7 Kutsiyah 76 T
8 Lilis Mitalia 66 TT
9 Maulana Malik Ibrahim 82 T
10 Mat Siri 80 T
11 Muhammad Amaruddin 74 T
12 M. Arif Rahmat Hidayat 30 TT
13 Muhammad. Arifin Ilham 100 T
14 Nur Jamilah 88 T
15 Qurrota A’yun 100 T
16 Rika Devita Sari 94 T
17 Rishma Afrisya 94 T
18 Rian Septiawan 100 T
19 Rindu Ramadhani 88 T
20 Royhan Jaelani 82 T
21 Sirot Rahmatullah 100 T
22 Siti Qomariyah 82 T
23 Siti Hofifah 100 T
55
24 Sohibul Ridho 100 T
25 Wahyu Ramadhani 64 TT
26 Muhammad Ilham Akbar 100 T
27 Siti Aisyah 94 T
28 Qurrotul Aini 100 T
29 Misnawati 78 T
30 Aris Efendi 64 TT
JUMLAH NILAI 2516
JUMLAH NILAI MAKSIMAL 3000
KKM 70,0
RATA-RATA
Rata-rata:
= 2516 30
= 83,8
JUMLAH SISWA YANG TUNTAS= 25 x 100 % 30
83,3 %
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
alat peraga ular tangga dalam perbaikan pembelajaran pola barisan
bilangan siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 83,8 sedangkan
ketuntasan belajar mencapai 83,3 % dengan jumlah siswa yang tuntas
dalam perbaikan pembelajaran ini sebanyak 25 siswa.
56
Sedangkan perhitungan prosentase peningkatan dari siklus I ke
siklus II adalah :
Siklus II - Siklus IP ═ X 100
Siklus I
83,3 – 56,6P ═ X 100
56,6
═ 47 % ( Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke Siklus II )
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai yang dicapai oleh siswa
kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya pada materi pola barisan
bilangan dengan menggunakan alat peraga ular tangga memperoleh nilai
≥ 70,0 sebesar 83,3 % lebih besar dari kriteria prosentase ketuntasan
yang dikehendaki yaitu sebesar 75 %.
Berdasarkan data di atas dapat digambarkan hasil proses belajar
peserta didik pada siklus II di MI Roudlotul Ulum Surabaya sebagai
berikut :
Diagram 2
Prosentase Ketuntasan dan Ketidaktuntasan pada Siklus II
57
Tuntas
83,3 %
Tidak Tuntas16,7 %
Keterangan :
Ketuntasan Siswa 83,3 % Ketidaktuntasan Siswa 16,7 %
d. Refleksi
Secara keseluruhan pemanfaatan media ular tangga pada siswa
kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya pada materi pola barisan
bilangan bisa dikatakan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Pemanfaatan media ular tangga pada materi pola barisan bilangan
mempunyai efek yang positif terhadap pemahaman siswa kelas III-C MI
58
Roudlotul Ulum serta meningkatkan prestasi belajar pada materi
tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dari besaran prosentase ketuntasan
siswa yaitu 83,3 % pada siklus II.
Dari perolehan hasil belajar yang dapat dilihat pada akhir
pembelajaran di atas, peneliti memandng sudah tidak perlu lagi
melakukan tindakan lanjutan di MI Roudlotul Ulum Surabaya.
C. Pembahasan
1. Penerapan Alat Peraga Ular Tangga
Pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran matematika,
tidak semua peserta didik bisa langsung mencerna apa yang disampaikan
oleh peneliti. Hal ini dikarenakan sifat matematika itu sendiri yang abstrak.
Dalam prosesnya peserta didik membutuhkan semacam alat bantu yaitu
media/peraga. Pemanfaatan media ular tangga bisa menjadi sebuah solusi
untuk peningkatan hasilbelajar peserta didik.
Di MI Roudlotul Ulum Surabaya proses penyampaian materi
sering tidak menggunakan media pembelajaran. Sedangkan dalam
kehidupan peserta didik banyak sekali hal-hal yang erat hubungannya
dengan angka-angka. Berbalik keadaan dengan kenyataan, bahwasanya
penguasaan mereka terhadap pemahaman pola barisan bilangan sangatlah
minim sekali. Hal ini lah yang mendorong peneliti untuk mengadakan
penelitian tentang pola barisan bilangan ketika peneliti melaksanakan
59
Praktik Pengalaman Lapangan selama empat bulan di MI Roudlotul Ulum
Surabaya sebagai rangkaian kegiatan pada Sertifikasi Pendidikan Profesi
Guru ( PPG ).
Penggunaan media ular tangga pada siswa kelas III-C MI
Roudlotul Ulum Surabaya merupaka yang pertama kali dilakukan.
Sebelumnya, proses pembelajaran mereka hanya menggunakan materi yag
ada di dalam buku. Terkadang menggunakan buku penunjang lainnya,
namun belum ada perubahan yang sangat signifikan karena proses
pemahaman materinya, guru hanya menggunakan metode ceramah.
Dalam proses pembelajaran yang sedemikian itu, menjadikan
peserta didik kurang improvisasi dan mandiri dalam memahami pola
barisan bilangan tersebut. Oleh sebab itu dengan menggunakan media ular
tangga ini peserta didik lebih dihadapkan dengan aplikatif kehidupan
sehari-hari.
Pada tahap awal, peserta didik diberikan penjelasan akan tujuan
pembajaran terlebih dahulu. Penjelasan tersebut dimaksudkan agar peserta
didik mengetahui kemanfaatan materi yang akan disampaikan. Setelah
penjelasa terkait tujuan pembelajaran, peserta didik diperkenalkan denga
media pembelajaran yang akan dipakai dalam proses penyampaian materi.
Pengenalan media ular tangga disertakan dengan cara penggunaannya.
Ketika diperkenalkan peserta didik sangat antusias sekali, karena
pembelajaran kali ini menekankan permainan dengan menghitung tiap-tiap
60
kolom baris yang akan dilalui selayaknya memainkan permaina ular
tangga. Mereka tidak bosan karena mereka bisa berekspresi menggunakan
media tersebut. Peserta didik akan terhibur dengan apa yang mereka
lakukan. Dan yang terpenting peserta didik akan lebih memahami materi
yang aka disampaikan.
2. Temuan Hasil Tindakanan
Dari hasil kegtan pembelajaran mtematika materi pola barissan
bilangan dengan menggunakan alat peraga ular tangga yang telah
dilakukan selama dua siklus, diperoleh beberapa temuan hasil tindakan
sebagai barikut:
a. Berdasarkan pengamatan ditemukan bahwa, penerapan media ular
tangga pada pembelajaran matematika materi pola barisan bilangan
berjalan dengan baik melalui perbaikan pada tiap siklus. Pada siklus
pertama, penerapan media ular tangga memberikan pengaruh yang
positif. Dalam proses pembelajarannya penggunaan media ular tangga
menjadi semacam alat bantu yang kongkrit bagi siswa. Dengan
menggunakan media ular tangga siswa tidak hanya membayangkan
apa yang terjadi pada suatu deret dan suku bilangan, akan tetapi siswa
juga langsung mempraktekkan cara penggunaan media tersebut
sehingga mampu menyusus tiap-tiap suku bilangan asli, blangan ganjil,
bilangan genap, maupun bilangan segitiga/tak beraturan. Dengan
61
begitu siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Pada siklus kedua
sudah banyak siswa yang sudah memahami konsep pola barisa
bilangan deret dan suku bilangan, sehingga siswa menjadi lebih cepat
dalam menyelesaikan soal materi deret dan suku pada pola barisan
bilangan.
b. Berdasarkan analisis data yang diperoleh bahwa, penerapan media ular
tangga pada pembelaaran matematika materi pola barisan bilangan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari
prosentase ketuntasan belajar dan jumlah siswa pada siklus I yang
mendapatkan nilai ≥ dari nilai KKM (70,0) yakni 56,6 % dengan
jumlah siswa sebanyak 17 siswa, sedangkan pada siklus II sebanyak 25
siswa dengan prosentase sebesar 83,3 %.
Tabel 8Tabel Prosentase Ketuntasan Pola Barisan Bilangan
Kegiatan Siklus Jumlah KetuntasanSiswa
Prosentase Keterangan
Pre Siklus 10 Siswa 33,3 % Wawancara
Siklus I 17 Siswa 56, 6 % Observasi I
Siklus II 25 Siswa 83,3 % Observasi II
62
Selisih Prosentase
Pre Siklus ke Siklus I
- 69,9 % -
Selisih Prosentase
Siklus I ke Siklus II
- 47 % -
Peningkatan prosentase ketuntasan belajar tiap siklus dapat
digambarkan pada diagram sebagai berikut:
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
33,3%
56,6%
83,3%
Diagram 3Diagram Batang Antar Siklus
Pre Siklus Siklus I Siklus II
63
Dengan demikian, penggunaan media ular tangga dapat memberikan
pengalaman belajar yang baru kepada siswa untuk lebih mudah dalam
memahami pembelajaran matematika materi pola barisan bilangan, dan hal
tersebut akan membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar mereka.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
tentang penggunaan media alat peraga ular tangga untuk meningkatkan
pemhaman matematika materi pola barisan bilangan di MI Roudlotul Ulum
Surabaya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan media alat ular tangga di MI Roudlotul Ulum Surabaya berjalan
dengan baik. Penggunaan media ular tangga dalam pembelajaran matematika
64
dapat mengatasi cara berpikir siswa yang masih kongkrit. Dan siswa menjadi
lebih mudah memahami penjelasan peneliti tentang materi pola barisan
bilangan.
2. Pemanfaatan media ular tangga pada materi pola barisan bilangan dapat
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas III-C MI Roudlotul
Ulum Surabaya. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus I adalah 68,7 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 56,6 %, dan
pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 83,8 dengan prosentase ketuntasan
belajar sebesar 83,3 %.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan
menggunakan media ular tangga di MI Roudlotul Ulum Surabaya, peneliti
menyarankan agar :
Guru kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya diharapkan lebih
mengetahui kondisi siswa terutama proses pembelajaran. Aktifitas pembelajaran
yang begitu padat membuat siswa merasa jenuh dan letih untuk bisa menerima
atau meneruskan pembelajaran selanjutnya. Hal ini lah yang mendorong agar
guru kelas III-C MI Roudlotul Ulum Surabaya menggunakan model, metode,
atau media sebagai alat bantu pembelajaran agar siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan lebih baik.
65