komarudin92.files.wordpress.com€¦  · web viewsalah satu masalah nasional yang tak kunjung...

30
“ KEBIJAKAN PENGURANGAN KETIMPANGAN UNTUK PEMERATAAN PEMBANGUNAN“ TUGAS MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA DI SUSUN OLEH : 1. KOMARUDIN 41183402120081 Fakultas Ekonomi – Manajemen Semester 5 Universitas Islam 45 Bekasi

Upload: others

Post on 30-Sep-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

“ KEBIJAKAN PENGURANGAN KETIMPANGAN UNTUK PEMERATAAN PEMBANGUNAN“

TUGAS MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

1. KOMARUDIN 41183402120081

Fakultas Ekonomi – Manajemen Semester 5Universitas Islam 45 Bekasi

BAB I

Page 2: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah

ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah, khususnya antara Jawa dan Luar Jawa.

Kesenjangan itu tercermin dari penyebaran sumber daya manusia, industri, perdagangan dan

jasa, infrastruktur, irigasi, listrik, pendidikan dan bahkan sektor pertanian.

Sektor industri hingga kini 80 persennya masih berada di Jawa. Tentu juga sektor

perdagangan dan jasa. Berkembangnya kegiatan ekonomi di Jawa-Bali ditunjang infrastruktur

yang relatif lebih baik, seperti jalan raya, pelabuhan dan bandara serta ketersediaan energi

listrik. Jawa masih menjadi episentrum ekonomi nasional yang secara simbolik terlihat dari

pertumbuhan sektor finansial.

Sekalipun sudah otonomi daerah, ketimpangan pendidikan Jawa-luar Jawa tetap lebar.

Sekolah-sekolah dan universitas-universitas terbaik umumnya berada di Jawa.  Jangan heran

setiap tahun terjadi gelombang “migrasi” SDM-SDM terbaik (“brain drain”) yang dimulai

saat anak-anak unggul dari luar Jawa memilih masuk ke universitas-universitas di Jawa dan

umumnya enggan kembali ke daerah asalnya.

Kebijakan pembangunan yang justru memperlebar kesenjangan antarwilayah itu telah

membawa implikasi berlapis-lapis. Kebijakan pertumbuhan minus pemerataan bahkan

menimbulkan berbagai dilema dalam pembangunan nasional di kemudian hari. Berbagai

program pemerintah tak berjalan optimal bahkan gagal, karena tak ditopang kebijakan di

sektor terkait lainnya.

Transmigrasi, pengentasan kemiskinan, pembangunan daerah tertinggal dan

perbatasan, swasembada pangan, maritim, dan sistem transportasi nasional merupakan

beberapa contoh program yang tak bisa berjalan optimal, karena tak didukung keseimbangan

pembangunan infrastruktur, SDM (pendidikan) dan distribusi modal antara Jawa dan luar

Jawa.

Ketimpangan ini akhirnya juga menyisakan banyak masalah pembangunan di Jawa,

yang sewaktu-waktu bisa berubah menjadi “bom” yang meruntuhkan sendi-sendi

pembangunan negara.  Konsentrasi pembangunan di Jawa bakal memunculkan komplikasi

pada masalah lingkungan, ketersediaan pangan, kemiskinan, dan tentu saja berbagai masalah

politik dan sosial lainnya.  Padahal, di sisi lain (seperti dikatakan sebagian ekonom), secara

umum, pertumbuhan  yang terjadi saat ini juga tak bertumpu pada sektor riil, sehingga gagal

mengatasi kemiskinan dan pengangguran.

1

Page 3: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

Ke depan harus ada perubahan atau koreksi mendasar terhadap paradigma

pembangunan nasional yang selama ini justru melestarikan pelbagai ketimpangan. Sejarah

Indonesia kontemporer menunjukkan, pertumbuhan tanpa memperhatikan aspek pemerataan,

termasuk pemerataan distribusi antarwilayah, dan sektor riil, akan menyulitkan bangsa ini

keluar dari berbagai bentuk krisis dan jerat pembangunan di masa mendatang.

Beberapa waktu lalu muncul wacana pemindahan ibukota negara Republik Indonesia

dari Jakarta ke Kalimantan. Salah satu pemrakarsanya adalah Tim Visi Indonesia 2033, yang

dibentuk sejumlah akademisi beberapa universitas di Jawa. Ditinjau dari berbagai aspek,

termasuk aspek strategis, ide relokasi ibukota negara ke luar Jawa ini tentu progresif

dibandingkan jika hanya memindahkan pusat pemerintahan ke wilayah di sekitar Jakarta atau

daerah lainnya di Jawa.

Pembangunan episentrum baru di luar Jawa itu diharapkan bisa menjadi katalisator

distribusi pembangunan yang relatif lebih merata ke luar Jawa, khususnya kawasan Indonesia

timur, sekaligus mengurangi beban Pulau Jawa yang sudah sedemikian berat, akibat

kepadatan penduduk, kerusakan lingkungan dan daya dukung alam yang kian berkurang.

1.2. Rumusan masalah

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi rumusan dalam

makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana ketimpangan pembangunan bisa terjadi?

b. Bagaimana cara mengatasi ketimpangan pembangunan yang telah terjadi?

c. Apa yang telah menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan di Indonesia?

d. Siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya ketimpangan pembangunan di

Indonesia?

1.3. Tujuan

Tujuan dari makalah yang dibuat adalah sebagai saran referensi untuk mengetahui

bagaimana keadaan pembangunan yang terjadi di Indonesia, apakah suda termasuk kedalam

pembangunan yang sudah maju atau masih dalam pengembangan. Jadi dengan adanya

makalah ini semoga semua yang membaca bisa ikut andil dalam membangun infrastruktur di

wilayah Indonesia seingga pembangunan menjadi merata dan tidak terjadi ketimpangan

dalam pembangunan.

2

Page 4: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.     Kondisi Umum

Seiring dengan pembangunan ekonomi yang semakin berorientasi kepada mekanisme

pasar serta adanya pergeseran struktur perekonomian, ketimpangan pembangunan antar

wilayah di Indonesia merupakan hal yang sulit dihindari.  Kesenjangan antardaerah terjadi

terutama antara perdesaan dan perkotaan, antara Jawa dan luar Jawa, antara

kawasan hinterland dengan kawasan perbatasan, serta antara Kawasan Barat Indonesia dan

Kawasan Timur Indonesia. Berbagai bentuk kesenjangan yang timbul meliputi kesenjangan

tingkat kesejahteraan ekonomi maupun sosial. Kesenjangan yang ada juga diperburuk oleh

faktor tidak meratanya potensi sumber daya terutama sumber daya manusia dan sumber daya

alam antara daerah yang satu dengan yang lain, serta kebjakan pemerintah yang selama ini

terlalu sentralistis baik dalam proses perencanaan maupun pengambilan keputusan.

Sejauh ini berbagai upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan pembangunan

antardaerah baik secara langsung maupun tidak langsung, baik yang berbentuk kerangka

regulasi maupun kerangka anggaran telah dilakukan, namun demikian hasilnya masih belum

cukup memadai untuk mengurangi tingkat kesenjangan yang ada.

Wilayah strategis dan cepat tumbuh dengan potensi sumber daya alam dan lokasi

yang menguntungkan, seharusnya berkembang dan mampu menjadi pendorong percepatan

pembangunan bagi wilayah yang potensi ekonominya rendah (wilayah tertinggal), dan

wilayah perbatasan. Namun demikian wilayah strategis dan cepat tumbuh masih menghadapi

banyak kendala dalam berbagai aspek seperti infrastruktur, SDM, kelembagaan, maupun

akses terhadap input produksi dan pasar. 

Sementara itu kota-kota nasional yang seharusnya menjadi penggerak bagi

pembangunan disekitarnya - khususnya wilayah perdesaan - justru memberikan dampak yang

merugikan (backwash effects). Hal ini antara lain dikarenakan kurang berfungsinya sistem

kota-kota nasional secara hirarkis sehingga belum dapat memberikan pelayanan yang efektif

dan optimal bagi wilayah pengaruhnya. Di samping itu masih terjadi ketidakseimbangan

pertumbuhan antar kota-kota besar, metropolitan dengan kota-kota menengah dan kecil,

dimana pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan masih terkonsentrasi di pulau Jawa

dan Bali.

3

Page 5: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

Tantangan utama yang dihadapi dalam meningkatkan pembangunan di wilayah yang

tertinggal adalah begitu banyak daerah tertinggal yang harus ditangani, dimana sebagian

diantaranya lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau. Akibatnya masyarakat yang berada

di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program–program

pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat

terbatas serta terisolir dari wilayah di sekitarnya. Oleh karena itu kesejahteraan kelompok

masyarakat yang hidup di wilayah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan

pembangunan yang besar dari pemerintah. Permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan wilayah tertinggal, termasuk yang masih dihuni oleh komunitas adat terpencil

antara lain: (1) terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan wilayah tertinggal

dengan wilayah yang relatif lebih maju; (2) kepadatan penduduk relatif rendah dan tersebar;

(3) kebanyakan wilayah-wilayah ini miskin sumber daya, khususnya sumber daya alam dan

manusia; (4) belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah

daerah karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) secara langsung;

(5) belum optimalnya dukungan sektor terkait untuk pengembangan wilayah-wilayah ini.

Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayah perbatasan

adalah  arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung

berorientasi ’inward looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi

halaman belakang dari pembangunan negara. Akibatnya, wilayah-wilayah perbatasan

dianggap bukan merupakan wilayah prioritas pembangunan oleh pemerintah pusat maupun

daerah. Sementara itu pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia sulit berkembang terutama

karena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau. Diantaranya banyak yang tidak

berpenghuni atau sangat sedikit jumlah penduduknya, serta belum tersentuh oleh pelayanan

dasar dari pemerintah.

Pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah pada dasarnya merupakan upaya

yang bersifat jangka panjang, yang hasilnya tidak dapat segera dinikmati dalam jangka

pendek  Oleh karena itu konsistensi kebijakan dan perencanaan serta pengarusutamaan

anggaran yang terkait dengan program-program dan kegiatan pengurangan ketimpangan

pembangunan sangat penting.

2.2.      Permasalahan pembangunan Indonesia

Masih Tingginya Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah. Pembangunan Nasional

yang telah dilakukan selama ini secara umum telah mampu meningkatkan kesejahteraan

4

Page 6: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

masyarakat di daerah, namun demikian pembangunan tersebut ternyata juga menimbulkan

dampak kesenjangan yang lebar antar daerah, seperti antara Jawa-Luar Jawa, antara Kawasan

Barat Indonesia (KBI)-Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antara kota-desa. Untuk dua

konteks pertama, ketimpangan telah berakibat langsung pada munculnya semangat

kedaerahan yang, pada titik yang paling ekstrim, muncul dalam bentuk upaya-upaya

separatis. Untuk konteks yang ketiga-kesenjangan antara desa dan kota-adalah konsekuensi

dari perubahan struktur ekonomi dan proses industrialisasi, dimana investasi ekonomi oleh

swasta maupun pemerintah (infrastruktur dan kelembagaan) cenderung terkonsentrasi di

daerah perkotaan. Akibatnya, kota mengalami pertumbuhan yang lebih cepat sedangkan

wilayah perdesaan relatif tertinggal. Upaya-upaya percepatan pembangunan pada daerah

yang masih tertinggal tersebut, meskipun telah dimulai sejak lebih dari sepuluh tahun yang

lalu namun hasilnya masih belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat yang tinggal

di daerah dimaksud.

Wilayah Perbatasan dan Terpencil Kondisinya Masih Terbelakang. Perhatian berbagai

pihak terhadap pembangunan di kawasan perbatasan pada beberapa tahun terakhir ini

semakin besar. Disamping memiliki potensi sumber daya alam yang besar, kawasan

perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar, merupakan wilayah yang sangat strategis bagi

pertahanan dan keamanan negara. Namun di beberapa wilayah perbatasan terjadi kesenjangan

pembangunan yang cukup besar dengan negara tetangga yang dikhawatirkan dalam jangka

panjang akan menimbulkan berbagai kerawanan. Untuk wilayah perbatasan (khususnya

perbatasan darat) disamping masalah rendahnya dana pembangunan, penyebab utama

ketertinggalan adalah akibat dari arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini

cenderung berorientasi’inward looking’ sehingga seolah-oleh kawasan perbatasan hanya

menjadi halaman belakang dari pembangunan kita. Sementara itu pulau-pulau kecil yang ada

di Indonesia sulit berkembang terutama karena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau.

Diantaranya banyak yang tidak berpenghuni atau sangat sedikit jumlah penduduknya, serta

belum tersentuh oleh pelayanan dasar dari pemerintah seperti sekolah, puskesmas, dll.

Banyak Wilayah Yang Masih Tertinggal. Kesejahteraan kelompok masyarakat yang

hidup di wilayah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari

pemerintah. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya memiliki akses

yang sangat terbatas kepada pelayanan sosial, ekonomi, dan politik serta terisolir dari wilayah

di sekitarnya. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan wilayah tertinggal,

khususnya yang masih dihuni oleh komunitas adat terpencil antara lain: (1) sulitnya mencari

5

Page 7: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

lahan bagi pemberdayaan komunitas adat terpencil secara eksitu development, (2) belum

diprioritaskannya pengembangan wilayah tertinggal oleh pemerintah daerah karena tidak

menghasilkan PAD secara langsung, serta (3) belum optimalnya dukungan sektor terkait.

Masih Terjadinya Konflik di Berbagai Wilayah. Dalam beberapa tahun terakhir, di

beberapa daerah terjadi konflik antar pemeluk agama, suku, dan golongan. Faktor penyebab

konflik antara lain adalah karena adanya kesenjangan ekonomi, sosial, dan tidak terpenuhinya

hak-hak politik masyarakat di wilayah tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan sehingga

pada saat ini konflik-konflik horisontal itu telah mereda. Namun demikian dibeberapa daerah

potensi konflik masih ada.

Belum Dikembangkannya Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh. Masalah dan

tantangan yang harus diselesaikan untuk mempercepat pengembangan kawasan strategis dan

cepat tumbuh dan mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan adalah:

(1) keterbatasan informasi pasar dan informasi teknologi untuk pengembangan produk

unggulan; (2) belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan dari pelaku

pengembangan kawasan di daerah; (3) belum optimalnya dukungan kebijakan nasional dan

daerah yang berpihak pada petani dan pelaku swasta; (4) belum berkembangnya infrastruktur

kelembagaan yang berorientasi pada pengelolaan pengembangan usaha yang berkelanjutan

dalam perekonomian daerah; (5) belum berkembangnya koordinasi, sinergitas, dan kerjasama

diantara pelaku-pelaku pengembangan kawasan, baik pemerintah (antar sektor), swasta,

lembaga non pemerintah, dan petani, serta antara pusat, propinsi, dan kabupaten/kota, dalam

upaya peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan; (6) masih terbatasnya akses

petani dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal pengembangan usaha, input produksi,

dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran, dalam upaya mengembangkan peluang usaha

dan kerjasama investasi; (7) keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi di

daerah dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah; serta (8)

belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar negara untuk mendukung

peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan.

Pertumbuhan Perkotaan Yang Tidak Seimbang. Permasalahan utama dalam

pembangunan perkotaan adalah pertumbuhan yang tidak seimbang antara kota-kota

besar/metropolitan dengan kota-kota menengah dan kecil. Hal ini dikarenakan pertumbuhan

kota-kota terlalu terpusat di pulau Jawa-Bali, sedangkan pertumbuhan kota-kota menengah

dan kecil berjalan lambat dan tertinggal. Permasalahan lainnya meliputi: (1) belum

6

Page 8: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

optimalnya fungsi ekonomi perkotaan terutama di kota-kota menengah dan kecil dalam hal

menarik investasi dan tempat penciptaan lapangan pekerjaan; (2) kualitas lingkungan fisik

kawasan perkotaan yang tidak berkelanjutan dan cenderung memburuk; (3) kualitas hidup

(sosial) masyarakat di perkotaan yang menurun karena permasalahan sosial-ekonomi, serta

karena penurunan kualitas pelayanan kebutuhan dasar perkotaan dan perdesaan.

2.3.    Arah Kebijakan Pembangunan Indonesia

Salah satu kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi

regional adalah memberikan otonomi kepada daerah untuk menyelenggarakan program-

program pembangunan regional, sehingga seluruh pertanggungjawaban, pengelolaan dan

pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah daerah.

Namun sebagaimana diketahui meskipun ada otonomi daerah, pembangunan ekonomi

didaerah tidak hanya berasal dari program pembangunan regional (sebagai manifestasi dari

azas desentralisasi), tapi juga berasal dari program sektoral (sebagai perwujudan azas

dekonsentrasi). Kedua program itu dijalankan secara bersama-sama oleh pemerintah dalam

rangka menjembatani kesenjangan kemajuan pembangunan ekonomi antardaerah. Tetapi,

sampai saat ini program sektoral masih mendominasi program regional, sehingga otonomi

daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggung jawab belum terwujud sepenuhnya.

           Pertumbuhan yang tinggi tersebut belum sepenuhnya dinikmati secara merata oleh

lapisan masyarakat di daerah. Keragaman ekonomi antardaerah tersebut antara lain

disebabkan karena tingkat perbedaan yang cukup berarti dalam laju pertumbuhan

antardaerah, potensi antardaerah yang telah dikembangkan, laju pertumbuhan penduduk, laju

inflasi, penyerapan tenaga kerja menurut sektor, kualitas sumberdaya manusia, fasilitas yang

tersedia antardaerah dan tingkat produktivitas tenaga kerja antar daerah.

Di samping itu ketimpangan antarwilayah terjadi karena struktur ekonomi yang

berbeda, dimana sektor dominan yang tumbuh cepat dapat mendorong sektor-sektor lain yang

pada gilirannya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Pertumbuhan

ekonmi yang tinggi akan berpengaruh juga terhadap besarnya kontribusinya pada PDRB

Provinsi.

Ketidakseimbangan dalam perekonomian antardaerah menyangkut pola dan arah

investasi serta prioritas alokasinya di antara berbagai daerah dalam wilayah negara kesatuan

atau Provinsi, khususnya yang menyangkut investasi dalam sumberdaya manusia dan

7

Page 9: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

investasi dalam prasarana fisik.  Kondisi ini pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat

pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita antardaerah di suatu wilayah,

sehingga kecenderungan terjadinya perbedaan dan ketimpangan pada pola, laju pertumbuhan

dan pendapatan perkapita antar berbagai kawasan dalam suatu wilayah dalam satu negara.

Sejak tahun 1999 pertumbuhan ekonomi mulai meningkat, namun karena sebagian

besar daerah kabupaten masih mengandalkan pertumbuhan ekonominya pada sektor primer

seperti sumberdaya alam dan migas, menyebabkan tingkat kesenjangan pendapatan

antardaerah juga meningkat. Hal ini tergambar dari kontribusi sektor primer masih relatif

besar untuk terutama migas.

Keadaan ini sebenarnya jika tidak disikapi dengan arif, akan berpengaruh pada

struktur ekonomi Provinsi Jambi yang pada gilirannya ketergantungan pada migas menjadi

besar, dan kreativitas untuk mendorong sektor lain dapat berkurang.

Dengan demikian  jika dihubungkan dengan trend meningkatnya tingkat kesenjangan

pendapatan antardaerah memberikan indikasi bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat

kesenjangan pendapatan antar daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jambi, untuk

beberapa periode. Karateristik wilayah yang sangat berbeda antara wilayah barat dan timur

membutuhkan penanganan yang berbeda pula, baik dalam pembangunan infrastruktur

maupun sumberdaya manusianya.

Dalam rangka mencapai sasaran pengurangan ketimpangan pembangunan

antarwilayah dimaksud diatas, diperlukan arah kebijakan sebagai berikut:

1. Mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan

cepat tumbuh sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya

dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’ yang sinergis, tanpa

mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan

keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi. Upaya ini dapat dilakukan melalui

pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi,

sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antarsektor, antarpemerintah, dunia usaha, dan

masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah;

2.       Meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah-wilayah

tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang

secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain.

Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan selain dengan pemberdayaan masyarakat

8

Page 10: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

secara langsung melalui skema dana alokasi khusus, public service

obligation (PSO), universal service obligation (USO) dan keperintisan, perlu pula dilakukan

penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis

dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’; 

3.       Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan dengan mengubah arah kebijakan

pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward

looking, sehingga kawasan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas

ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan yang dilakukan

selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan (security approach), juga

diperlukan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach);

4.       Menyeimbangan pertumbuhan pembangunan antarkota-kota metropolitan, besar,

menengah, dan kecil secara hirarkis dalam suatu ‘sistem pembangunan perkotaan nasional.’

Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi (forward and

backward linkages) sejak tahap awal mata rantai industri, tahap proses produksi antara, tahap

akhir produksi (final process), sampai tahap konsumsi (final demand) di masing-masing kota

sesuai dengan hirarkinya. Hal ini perlu didukung, antara lain, peningkatan aksesibilitas dan

mobilitas orang, barang dan jasa antarkota-kota tersebut, antara lain melalui penyelesaian dan

peningkatan pembangunan trans Kalimantan, trans Sulawesi;

5.       Meningkatkan percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah, terutama di

luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor

penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya, maupun dalam melayani kebutuhan

warga kotanya. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi

kebutuhan pelayanan dasar perkotaan seseuai dengan tipologi kota masing-masing;

6.       Mendorong peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan

kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan

merupakan ‘backward linkages’ dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu

‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’;   

7.       Mengendalikan pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dalam suatu ‘sistem

wilayah pembangunan metropolitan’ yang compact, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta

mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan;

9

Page 11: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

8.       Mengoperasionalisasikan ’Rencana Tata Ruang’ sesuai dengan hirarki perencanaan

(RTRW-Nasional, RTRW-Pulau, RTRW-Provinsi, RTRW-Kabupaten/Kota) sebagai acuan

koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah; dan

9.       Merumuskan sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif, serta melaksanakan

penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan,

transparansi, dan demokrasi.

2.4.    Program-Program Pembangunan

Program-program yang diperlukan untuk menerapkan arah kebijakan pengurangan

ketimpangan pembangunan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

2.4.1. Program Unggulan

a. Program Pengembangan Wilayah Strategis Dan Cepat Tumbuh

  Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk-produk

unggulan di pasar regional, nasional, dan global, maka kegiatan pokok yang akan dilakukan

untuk mefasilitasi pemerintah daerah adalah :

1)   Peningkatan pengembangan kawasan-kawasan yang strategis dan cepat tumbuh,

khususnya kawasan yang memiliki produk unggulan, melalui pemberian bantuan teknis

dan pendampingan kepada Pemerintah Daerah, pelaku usaha, pengrajin, petani dan

nelayan;

2)   Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana, seperti pembangunan sistem

jaringan perhubungan termasuk outlet-outletpemasaran yang efisien dalam rangka

menghubungkan kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan pusat-pusat perdagangan

nasional dan internasional, termasuk upaya untuk meningkatkan aksesibilitas yang

menghubungkan dengan wilayah-wilayah tertinggal;

3)   Pemberdayaan kemampuan pemerintah daerah untuk membangun klaster-klaster

industri, agroindustri, yang berdaya saing di lokasi-lokasi strategis melalui pemberian

insentif yang kompetitif sehingga dapat menarik investor domestik maupun asing untuk

menanamkan modalnya.

4)   Penguatan pemerintah daerah untuk meningkatkan, mengefektifkan dan

memperluas kerjasama pembangunan ekonomi regional yang saling menguntungkan

10

Page 12: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

antar Provinsi Jambi, dengan Provinsi Riau serta dengan negara-negara tetangga,

termasuk peningkatan kerjasama ekonomi sub-regional yang selama ini sudah dirintis,

yaitu IMS-GT;

5)   Peningkatan kerja sama antar pemerintah daerah melalui sistem jejaring kerja

(networking) yang saling menguntungkan. Kerja sama ini sangat bermanfaat sebagai

sarana saling berbagi pengalaman (sharing of experiences), saling berbagi manfaat

(sharing of benefits), maupun saling berbagi dalam memikul tanggung jawab

pembiayaan pembangunan (sharing of burdens) terutama untuk pembangunan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi yang menuntut skala ekonomi (scale of

economy) tertentu sehingga tidak efisien untuk dibangun di masing-masing daerah;

6)   Pemberdayaan pemerintah daerah dalam: (a) mengidentifikasi produk-produk

unggulan; (b) pengembangan informasi pasar bagi hasil-hasil produk unggulan; (b)

peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan pelaku ekonomi; (c)

peningkatan akses petani dan pengusaha kecil menengah kepada sumber-sumber

permodalan; (d) perluasan jaringan informasi teknologi dan pemanfaatan riset dan

teknologi yang difokuskan untuk mendukung produk unggulan; (e)pengembangan

kelembagaan pengelolaan pengembangan usaha;

2.4.2. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal

1)   Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan,

khususnya untuk pembangunan sarana dan prasarana ekonomi di wilayah-wilayah

tertinggal melalui, antara lain, penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunan

seperti: pemberian prioritas dana alokasi khusus (DAK), skema pembiayaan lain baik

kerjasama dengan Pemerintah maupun swasta.

2)   Peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap masyarakat, aparatur

pemerintah, kelembagaan, dan keuangan daerah. Selain dari pada itu, upaya percepatan

pembangunan SDM sangat diperlukan melalui pengembangan sarana dan prasarana

sosial terutama bidang pendidikan dan kesehatan;

3)   Pemberdayaan komunitas adat terpencil untuk meningkatkan kesejahteraan

dan kemampuan beradaptasi dengan kehidupan masyarakat yang lebih kompetitif;

11

Page 13: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

4)   Pembentukan pengelompokan permukiman untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas penyediaan pelayanan umum, terutama untuk wilayah-wilayah yang

mempunyai kepadatan penduduk rendah dan tersebar. Hal ini antara lain dapat

dilaksanakan melalui transmigrasi lokal, maupun antar regional;

5)   Peningkatan akses petani, nelayan, transmigran dan pengusaha kecil

menengah kepada sumbersumber permodalan, khususnya dengan skema dana bergulir

dan kredit mikro, serta melalui upaya penjaminan kredit mikro oleh pemerintah

kepada perbankan, salah satu seperti Kredit KUPEM

6)   Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah tertinggal dengan

wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis, terutama pembangunan sistem jaringan

transportasi yang menghubungkan antar wilayah.

2.4.3. Program Pengelolaan Pertanahan

Program penataan ruang tidak akan berjalan secara efektif tanpa disertai

program pengelolaan pertanahan. Program pengelolaan pertanahan ditujukan untuk:

(1) meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah kepada masyarakat melalui

penegakan hukum pertanahan yang adil dan transparan secara konsisten; (2)

memperkuat kelembagaan pertanahan di provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka

peningkatan pelayanan kepada masyarakat; (3) mengembangkan sistem pengelolaan

dan administrasi pertanahan yang transparan, terpadu, efektif dan efisien dalam

rangka peningkatan keadilan kepemilikan tanah oleh masyarakat; dan (4) melanjutkan

penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah secara

berkelanjutan sesuai dengan RTRW dan dengan memperhatikan kepentingan rakyat.

2.4.4. Program Penunjang

a. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan

Program ini ditujukan untuk: (1) menjaga kesatuan wilayah Provinsi Jambi

melalui penetapan hak yang dijamin oleh hukum nasional; (2) meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial dan

budaya serta keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk berhubungan

dengan provinsi tetangga.

12

Page 14: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk memfasilitasi pemerintah daerah adalah :

1). Penguatan pemerintah daerah dalam mempercepat peningkatan kualitas hidup

dan kesejahteraan masyarakat melalui: (a) peningkatan pembangunan sarana dan

prasarana sosial dan ekonomi; (b) peningkatan kapasitas SDM; (c) pemberdayaan

kapasitas aparatur pemerintah dan kelembagaan; (d) peningkatan mobilisasi

pendanaan pembangunan;

2). Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan,

terutama untuk pembangunan sarana dan prasarana ekonomi di wilayah-wilayah

perbatasan dan pulau-pulau kecil melalui, antara lain, penerapan berbagai skema

pembiayaan pembangunan seperti: pemberian prioritas dana alokasi khusus (DAK),

dan skema lainnya.

b. Program Pengembangan Kota-kota Kecil dan Menengah

Program ini bertujuan untuk : (1) meningkatkan kemampuan pembangunan

dan produktivitas kota-kota kecil dan menengah; (2) meningkatkan fungsi eksternal

kota-kota kecil dan menengah dalam suatu ’sistem wilayah pengembangan ekonomi’

dan memantapkan pelayanan internal kota- kota tersebut.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk memfasilitasi pemerintah daerah adalah :

1)         Peningkatan pertumbuhan industri kecil di kota-kota kecil, khususnya industri

yang mengolah hasil pertanian (agroindustry) dari wilayah-wilayah perdesaan,

melalui: (a) pengembangan sentrasentra industri kecil dengan menggunakan teknologi

tepat guna; (b) peningkatan fungsi pasar lokal; (c) peningkatan prasarana dan sarana

transportasi yang menghubungkan kota-kota kecil dengan wilayah-wilayah perdesaan;

.

2)         Penyiapan dan pemantapan infrastruktur sosial dasar perkotaan di kota-kota

kecil dan menengah untuk dapat melayani fungsi internal dan eksternal kotanya,

terutama wilayah-wilayah yang masuk dalam satuan wilayah pengembangan

ekonomi;

3)         Pemberdayaan kemampuan: (a) profesionalisme aparatur dalam pengelolaan

dan peningkatan produktivitas kota; (b) kewirausahaan dan manajemen pengusaha

kecil dan menengah dalam meningkatkan kegiatan usaha, termasuk penerapan ‘good

13

Page 15: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

corporate governance’; (c) masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan kebijakan-kebijakan publik perkotaan di kota-kota kecil dan menengah;

4)         Penyempurnaan kelembagaan melalui reformasi dan restrukturisasi

kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip ‘good urban governance’ dalam

pengelolaan perkotaan kota-kota kecil dan menengah dalam rangka meningkatkan

fungsi pelayanan publik;

5)         Pemberdayaan kemampuan pemerintah kota dalam memobilisasi dana

pembangunan melalui: (a) peningkatan kemitraan dengan swasta dan masyarakat; (b)

pinjaman langsung dari bank komersial dan pemerintah provinsi dan pusat; (c)

penerbitan obligasi daerah (municipal bond); (d) ekstensifikasi dan intensifikasi pajak

dan retribusi;

6)         Pemberdayaan kemampuan pengusaha kecil dan menengah, melalui: (a)

pemberian akses permodalan; (b) pengembangan informasi pasar bagi produk-produk

lokal; (c) pemberian bantuan teknologi tepat guna.

c. Program Penataan Tata Ruang Wilayah

Rencana tata ruang merupakan landasan atau acuan kebijakan spasial bagi

pembangunan lintas sektor maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis

dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) telah

menetapkan norma-norma spatial pemanfaatan ruang wilayah daerah. RTRW

Provinsi berisikan: (a) pola pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan

budidaya di Provinsi Jambi; (b) struktur pengembangan jaringan sarana dan prasarana

wilayah, termasuk pusat-pusat permukiman. Oleh karena itu, sangat penting untuk

memanfaatkan RTRW Provinsi Jambi sebagai acuan penataan ruang daerah, yang

kemudian dijabarkan kedalam RTRW Kabupaten/Kota.

1) Pengembangan Kawasan Khusus

a) Pengembangan kawasan cepat tumbuh, dan lokasi strategis;

b) Pengembangan kawasan potensial/prospektif, yang memiliki potensi kekayaan

sumber daya alam;

c) Pengembangan kawasan terbelakang, yang kurang memiliki sumber daya alam

14

Page 16: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

dan atau terisolasi, termasuk daerah perbatasan;

d) Pengembangan kawasan berbasis kelautan.

2) Kebijakan Pengembangan Kawasan Tumbuh Cepat dan Strategis

a) Peningkatan dan diversifikasi produk unggulan;

b) Peningkatan arus perdagangan antara wilayah;

c) Peningkatan fungsi kota sedang dan kecil di luar Jambi;

d) Peningkatan prasarana dan sarana ekonomi antar daerah;

e) Peningkatan iklim investasi dan usaha;

f) Peningkatan Kerjasama dan usaha;

g) Peningkatan Kapasitas pemerintah antar daerah dalam pengembangan

ekonomi wilayah/lokal;

h) Pengendalian kualitas lingkungan kawasan permukiman;

i) Peningkatan kualitas hidup masyarakat.

3) Kebijakan Pengembangan Kawasan Profektif

a) Peningkatan iklim investasi dan kemudahan perizinan dalam pengembangan

kawasan prospektif;

b) Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana kawasan prospektif;

c) Peningkatan keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan bisnis di

kawasan prospektif;

d) Peningkatan keterkaitan ekonomi lokal dan global;

e)  Peningkatan kapasitas pemerintah dalam pengembangan ekonomi di kawasan

prospektif.

4) Kebijakan Pengembangan Kawasan Tertinggal (Termasuk Kawasan Terisolasi dan

Perbatasan).

15

Page 17: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

a) Peningkatan ketersediaan pelayanan prasarana dan sarana di kawasan tertinggal dan

perbatasan (sebagai beranda depan);

b) Peningkatan pengembangan agribisnis skala besar di kawasan tertinggal dan

perbatasan;

c)  Peningkatan pengamanan pemanfaatan sumber daya kehutanan dan kelautan di

daerah perbatasan;

d) Peningkatan penyediaan pos pemeriksaan lintas antara negera;

e)  Peningkatan pengamanan garis perbatasan negara.

5) Kebijakan Pengembangan Kawasan Berbasis Kelautan

a) Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana kawasan berbasis kelautan (maritim);

b) Peningkatan pengembangan industri berbasis kelautan skala besar;

c) Pengembangan armada nelayan;

d) Peningkatan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil;

e) Peningkatan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan;

f) Peningkatan pengamanan pantai dan batas negara di lautan bebas.

16

Page 18: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayah perbatasan

adalah  arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung

berorientasi ’inward looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi

halaman belakang dari pembangunan negara. Akibatnya, wilayah-wilayah perbatasan

dianggap bukan merupakan wilayah prioritas pembangunan oleh pemerintah pusat maupun

daerah. Sementara itu pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia sulit berkembang terutama

karena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau. Diantaranya banyak yang tidak

berpenghuni atau sangat sedikit jumlah penduduknya, serta belum tersentuh oleh pelayanan

dasar dari pemerintah.

Pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah pada dasarnya merupakan upaya

yang bersifat jangka panjang, yang hasilnya tidak dapat segera dinikmati dalam jangka

pendek  Oleh karena itu konsistensi kebijakan dan perencanaan serta pengarusutamaan

anggaran yang terkait dengan program-program dan kegiatan pengurangan ketimpangan

pembangunan sangat penting. 

3.2. Saran

Setelah dibuatnya makalah ini maka dapat saran yang dapat kami sampaikan adalah

bahwasannya pemerintah harus lebih jeli lagi dalam mengatur pembangunan di tiap daerah di

Indonesia sehingga mengurangi ketimpangan pembangunan dan dapat menciptakan

pembangunan yang merata diseuruh Indonesia.

3.3. Penutup

Dengan dibuatnya makalah ini semoga bisa memberikan manfaat dan dapat

memberikan referensi bagi setiap pembaca sehingga bisa tahu tentang keadaan pembangunan

yang terjadi di Indonesia dan bisa ikut andil dalam membangun Indonesia untuk menjadi

suatu Negara yang lebih berkembang dan menjadi Negara yang maju.

17

Page 19: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

DAFTAR PUSTAKA

Israriskandar. 2011. Kebijakan Pemerintah dan Ketimpangan Pembangunan.

Diunduh dari situs (http://israriskandar.wordpress.com/2011/03/12/kebijakan-

pemerintah-dan-ketimpangan-pembangunan/) pada tanggal 19 November 2011 pukul

20.21.

Priya, Kusuma. 2010. Pengembangan Kawasan. Diunduh dari situs

(http://kusumapriya.blogspot.com) pada 19 November 2011 pukul 20.30.

Sukirno, Sadono. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:

Rajawali Pers

www.komarudin92.wordpress.com/home

18

Page 20: komarudin92.files.wordpress.com€¦  · Web viewSalah satu masalah nasional yang tak kunjung terselesaikan hingga saat ini adalah ketimpangan distribusi pembangunan antarwilayah,

19