· web viewsalah satu langkah terpenting adalah paket-paket kebijaksanaan deregula- si dan...
TRANSCRIPT
BAB 14PERDAGANGA
N
BAB 14
PERDAGANGAN
I. PENDAHULUAN
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) menetapkan bahwa
pembangunan perdagangan diarahkan untuk menunjang peningkatan
produksi sesuai dengan perkembangan kebutuhan pembangunan
serta perkembangan ekonomi dunia. Pembangunan perdagangan di-
tujukan pula untuk meningkatkan pendapatan produsen dan seka-
ligus menjamin kepentingan konsumen, meningkatkan penerimaan
devisa, memperluas lapangan kerja dan lebih memeratakan ke-
sempatan berusaha.
Guna menunjang peningkatan produksi seperti tersebut di
atas perlu ditingkatkan perdagangan dalam negeri dan luar ne-
geri. Selanjutnya agar peningkatan perdagangan tersebut se-
kaligus dapat meningkatkan pendapatan produsen dan menjamin
kepentingan konsumen, kebijaksanaan perdagangan perlu diarah-
kan untuk menciptakan keadaan dan perkembangan harga yang la-
yak dan bersaing melalui peningkatan efisiensi perdagangan
dalam dan luar negeri menuju terwujudnya sistem tata niaga
dan distribusi nasional yang efisien dan efektif. Peningkat-
an efisiensi perdagangan tersebut diharapkan dapat menurunkan
289
biaya pemasaran serta memperlancar arus barang dan jasa se-
hingga tercipta kemantapan harga-harga. Dengan terciptanya
harga yang layak dan bersaing tersebut pada gilirannya dapat
menunjang usaha peningkatan produksi dan ekspor dan selanjut-
nya akan memperluas lapangan kerja; menunjang peningkatan
pendapatan produsen, eksportir dan tenaga kerja serta menun-
jang pemantapan stabilitas ekonomi dan melindungi kepentingan
konsumen. Deregulasi perdagangan yang dilaksanakan dalam Re-
pelita IV ditujukan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan
seperti tersebut di atas menuju terwujudnya sistem tata niaga
dan distribusi nasional yang efisien dan efektif.
Selanjutnya GBHN menetapkan kebijaksanaan perdagangan
untuk kurun waktu Repelita V sebagai berikut.
1. Sistem tata niaga dan distribusi nasional yang efisien
dan efektif diupayakan melalui kebijaksanaan perdagangan
yang terpadu dan saling mendukung dengan kebijaksanaan
di bidang-bidang lainnya.
2. Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan produksi; me-
ningkatkan pendapatan produsen dan sekaligus menjamin
kepentingan konsumen, meningkatkan penerimaan devisa,
memperluas lapangan kerja dan memeratakan kesempatan
berusaha, perlu ditingkatkan penyebaran informasi pasar
yang lebih merata dan upaya penyederhanaan tata niaga
termasuk perizinan serta penyempurnaan lembaga-lembaga
perdagangan dan pemasaran.
3. Guna menjamin penyebaran bahan-bahan kebutuhan pokok dan
bahan penting lainnya secara merata dan dengan harga
yang layak perlu ditingkatkan perdagangan dan penyediaan
barang-barang tersebut.
290
4. Dalam rangka mendorong ekspor dan produksi untuk ekspor,
khususnya barang-barang di luar minyak dan gas bumi,
perlu ditingkatkan daya saing dan upaya penerobosan ser-
ta perluasan pasar luar negeri. Sejalan dengan itu per-
lu terus ditingkatkan dan dimantapkan berbagai kebijak-
sanaan penunjang seperti perkreditan, perasuransian dan
perhubungan.
5. Dalam hubungannya dengan impor, kebijaksanaan ditujukan
terutama untuk menjamin pengadaan barang dan jasa, khu-
susnya barang modal, bahan baku dan penolong serta tek-
nologi yang diperlukan untuk pembangunan di berbagai
sektor. Kebijaksanaan impor ditujukan pula untuk mendo-
rong pengembangan industri dalam negeri yang efisien se-
hingga mampu menghasilkan barang dan jasa dengan mutu
dan harga yang bersaing baik di dalam maupun di luar ne-
geri sekaligus menunjang ekspor dan mendorong penggunaan
hasil produksi dalam negeri, serta memberikan perlin-
dungan yang wajar kepada industri dalam negeri. Dalam
pada itu impor barang-barang mewah terus dikendalikan
dalam rangka penghematan devisa dan pelaksanaan pola hi-
dup sederhana.
6. Dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha, kebijaksana-
an perdagangan yang mendorong dan membantu koperasi
dan pengusaha golongan ekonomi lemah perlu dilanjutkan
dan makin disempurnakan. Juga perlu didorong kerja sama
antara usaha besar dan menengah baik usaha negara maupun
swasta dengan koperasi dan pengusaha golongan ekonomi
lemah.
Rangkaian arah kebijaksanaan tersebut di atas diharapkan
dapat menunjang terwujudnya sistem tata niaga dan distribusi
291
nasional yang efisien dan efektif serta keseimbangan dan ke-
serasian pembangunan sektor perdagangan. Kondisi sektor per-
dagangan seperti itu sekaligus akan membantu terwujudnya pe-
merataan pembangunan dan hasil-hasilnya, peningkatan pertum-
buhan ekonomi dan stabilitas nasional.
II. KEADAAN DAN MASALAH
1. Perdagangan Dalam Negeri
kebijaksanaan pengembangan perdagangan dalam negeri se-
lama Repelita IV diarahkan untuk memelihara stabilitas harga-
harga, memperluas pemasaran barang-barang produksi dalam ne-
geri dan meningkatkan peranan pengusaha/pedagang nasional
khususnya pedagang golongan ekonomi lemah.
Sasaran yang ingin dicapai dari upaya menjaga stabilitas
harga adalah tercapainya suatu tingkat harga yang wajar bagi
produsen dan terjangkau oleh rakyat banyak. Pemeliharaan
stabilitas harga tersebut dilakukan dengan meningkatkan ke-
lancaran penyaluran barang dari produsen kepada konsumen,
baik konsumen antara maupun konsumen akhir, serta pengendali-
an cadangan melalui koordinasi yang serasi dengan sektor pro-
duksi dan sektor perhubungan. Dengan demikian, perbedaan
harga yang diakibatkan oleh adanya perbedaan waktu dan daerah
dapat ditekan serendah mungkin. Secara makro, stabilitas har-
ga juga dicapai melalui upaya pengendalian inflasi.
Selama Repelita IV, dapat dikatakan bahwa upaya memeli-
hara stabilitas harga-harga telah mencapai hasil-hasil yang
menggembirakan. Keberhasilan tersebut tercermin dari rendah-
nya laju inflasi, yang diukur dari indeks harga konsumen
292
(IHK) gabungan di 17 ibu kota propinsi, yaitu rata-rata di
bawah 7% setahun. Indikator-indikator lain seperti kenaikan
harga-harga tahunan, triwulanan dan bulanan selama Repe-
lita IV juga menunjukkan peningkatan yang rendah. Demikian
pula perbedaan tingkat inflasi antar daerah seperti yang
diukur dari INK 17 kota; indeks 9 bahan pokok di 17 kota dan
indeks harga bahan-bahan penting lainnya di 3 kota, yaitu
Medan, Jakarta dan Surabaya; juga menunjukkan kecenderungan
yang semakin menurun.
Seperti telah disebutkan di atas, upaya memelihara sta-
bilitas harga dilaksanakan melalui upaya peningkatan kelan-
caran arus bahan-bahan penting serta pengendalian cadangan.
Dua upaya tersebut pada gilirannya dituangkan ke dalam peng-
aturan tata niaga barang-barang penting, yang meliputi garam,
minyak goreng, pupuk, cengkeh, kapas, semen, besi baja dan
kertas koran.
Di samping pengaturan tata niaga, upaya pemeliharaan
stabilitas harga didukung pula oleh penyempurnaan prasarana
pemasaran, yang meliputi prasarana fisik dan prasarana kelem-
bagaan. Dalam rangka penyempurnaan prasarana fisik, langkah
awal yang telah diambil adalah pendataan mengenai jumlah, pe-
nyebaran serta kualitas prasarana yang tersedia. Informasi
yang diperoleh digunakan untuk masukan perencanaan, pemba-
ngunan dan pengawasan prasarana pemasaran serta perencanaan
cadangan dalam rangka pengendalian cadangan nasional barang-
barang penting. Langkah selanjutnya yang telah dilaksanakan,
di samping pendataan, adalah penyediaan tempat berusaha yang
layak bagi para pedagang. Upaya tersebut dilakukan melalui
pembangunan dan atau pemugaran prasarana fisik perdagangan
seperti pasar Inpres, pusat pertokoan dan pusat perbelanjaan,
293
pergudangan dan pembangunan kawasan berikat. Sementara itu
penyempurnaan prasarana kelembagaan ditujukan untuk memberi-
kan kemudahan, kepastian dan perluasan kesempatan berusaha
kepada masyarakat. Kebijaksanaan tersebut dilaksanakan mela-
lui perundang-undangan, peraturan-peraturan serta paket-paket
kebijaksanaan lainnya.
Untuk memantapkan harga dan melaksanakan pemerataan
pengadaan barang untuk daerah yang dinilai terpencil dan ra-
wan dari segi prasarana dilaksanakan perdagangan perintis.
Kebijaksanaan ini antara lain diselenggarakan melalui kegiat-
an pelayaran perintis. Kegiatan ini diselenggarakan sebelum
kegiatan komersial bisa diselenggarakan pada tingkat harga
yang wajar dan terjangkau oleh masyarakat di daerah yang ber-
sangkutan. Daerah yang dinilai terpencil dan rawan dari segi
prasarana perdagangan tersebut meliputi 16 daerah, antara lain
adalah kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, Maluku Teng-
gara, Maluku Tengah, Maluku Utara dan Irian Jaya.
Sasaran lain yang ingin dicapai oleh kebijaksanaan pe-
ngembangan perdagangan dalam negeri dalam Repelita IV adalah
memperluas pasaran barang-barang hasil produksi dalam negeri.
Dalam rangka itu telah diselenggarakan pusat-pusat pameran
dagang tetap di 12 ibu kota propinsi dan pameran dagang keli-
ling di 35 ibu kota kabupaten. Pameran tersebut selain ber-
fungsi sebagai pusat pemasaran barang hasil produksi dalam
negeri juga berfungsi sebagai pusat informasi bagi para peda-
gang dan para produsen barang-barang yang dipasarkan. Sampai
dengan akhir Repelita IV telah disebarkan informasi yang mem-
perkenalkan 60 mata dagang hasil industri dan pertambangan serta
74 mata dagang hasil pertanian.
294
Dalam usaha meningkatkan peranan pengusaha golongan eko-
nomi lemah selama Repelita IV telah dilaksanakan beberapa
upaya sebagai berikut.
a. Peningkatan keterampilan dan kewiraswastaan peng-
usaha golongan ekonomi lemah melalui penelusuran
minat, penataran, penyuluhan dan konsultasi. Sampai
dengan akhir Repelita IV telah dibina lebih dari
120 ribu pedagang dan telah dilaksanakan pendidik-
an dan latihan untuk tenaga penyuluh lapangan yang
diikuti oleh 466 anggota yang terdiri dari
pegawai Departemen Perdagangan dan perguruan
tinggi.
b. Pemberian sarana dan kemudahan-kemudahan bagi peng-
usaha golongan ekonomi lemah yang berupa pengusaha-
an bantuan modal kerja dengan tingkat bunga rendah
(KIK, KAKI), Kredit Usaha Pedesaan dan sebagainya),
pengusahaan tempat usaha yang layak, dan memadai
me- lalui Inpres pasar dan Inpres pertokoan.
Sampai akhir tahun keempat
Repelita IV telah ditampung se- banyak lebih
dari 517 ribu pedagang di 2,8 ribu pa-
sar Inpres dan lebih dari 15 ribu pedagang di pusat
pasar dan pertokoan.
c. Pemberian kemudahan dalam perizinan dengan diberi-
kan SIUP yang berlaku seumur hidup di seluruh Indo-
nesia. Sebelumnya SIUP hanya berlaku untuk lima ta-
hun khusus di tempat SIUP dikeluarkan.
d. Pengikutsertaan pengusaha golongan ekonomi lemah
dalam kegiatan perdagangan yang ditunjuk Pemerin-
tah, baik sebagai penyalur maupun pengecer, beker-
ja sama dengan persero niaga.
295
e. Pemberian bantuan pemasaran bagi pengusaha golongan
ekonomi lemah melalui fasilitas pameran dagang dan
pekan-pekan yang dilakukan baik di dalam maupun di
luar negeri. Sampai akhir tahun keempat Repelita IV
sebanyak 21,8 ribu pedagang golongan ekonomi lemah
telah mengikuti pameran dagang secara tetap.
f. Pelayanan dan pemberian informasi pasar melalui se-
lebaran, siaran radio, pameran dan peragaan; dan
ketujuh, pendirian pusat-pusat pembinaan dan
pelayanan pedagang golongan ekonomi lemah di 12
propinsi.
Di samping hal-hal yang disebutkan di atas selama Repe-
lita IV telah dibina lebih dari 18 ribu pedagang golongan
ekonomi lemah. Kepada para pedagang yang telah mengikuti
pembinaan tersebut masih terus diberikan kemudahan-kemudahan
seperti yang diuraikan di atas antara lain berupa bantuan
modal kerja dengan tingkat bunga rendah.
Dalam usaha pembinaan sektor informal di bidang perda-
gangan sampai dengan akhir Repelita IV telah dilakukan pen-
dataan pada 300,3 ribu pedagang yang terdapat di 1.995 lokasi
yang tersebar hampir di semua propinsi. Fasilitas yang diberi-
kan adalah kios, tenda, los, kredit dan lain-lain. Di
samping itu kepada mereka diberikan penataran, penyuluhan dan
konsultasi.
2. Perdagangan Luar Negeri
Kebijaksanaan pengembangan perdagangan luar negeri meli-
puti kebijaksanaan ekspor dan kebijaksanaan impor. Dalam Re-
pelita IV kebijaksanaan ekspor diarahkan untuk meningkatkan
296
penerimaan devisa dan perluasan kesempatan kerja melalui pe-
ningkatan ekspor dan produksi untuk ekspor. Sementara itu ke-
bijaksanaan impor diarahkan untuk menjamin penyediaan barang
modal, bahan baku dan barang penolong serta teknologi yang
diperlukan untuk pembangunan di berbagai sektor; untuk mendo-
rong pengembangan industri dalam negeri yang efisien; dan
untuk pengendalian impor barang mewah.
Berbagai langkah telah dilaksanakan untuk meningkatkan
ekspor, khususnya ekspor komoditi di luar migas. Salah satu
langkah terpenting adalah paket-paket kebijaksanaan deregula-
si dan debirokratisasi yang dimulai pada tahun 1985 dengan
dikeluarkannya Inpres No. 4 Tahun 1985 yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa di pelabuhan.
Kebijaksanaan tersebut telah berhasil memperlancar arus doku-
men dan mengurangi biaya pengurusannya. Inpres No. 4 terse-
but diikuti oleh paket kebijaksanaan 6 Mei 1986 yang mengatur
pembebasan dan pengembalian bea masuk yang diberikan untuk
barang dan bahan yang diimpor untuk keperluan produksi yang
diekspor. Untuk melanjutkan serta menyempurnakan kedua pa-
ket kebijaksanaan tersebut di atas, dikeluarkan kebijaksanaan-
kebijaksanaan deregulasi lanjutan yaitu paket kebijaksana-
an Oktober 1986, paket kebijaksanaan Januari 1987 dan paket
kebijaksanaan Desember 1987. Tiga paket kebijaksanaan terse-
but dimaksudkan untuk: (a) membebaskan sektor ekspor dari
dampak negatif ekonomi biaya tinggi di dalam negeri melalui
pemberian kemudahan impor bahan baku untuk produksi ekspor,
dan (b) menyempurnakan peraturan-peraturan yang tidak sesuai
lagi dengan keadaan melalui pemberian kelonggaran-kelonggaran
kepada produsen barang ekspor untuk mengekspor barang yang
sama dari produsen lain, kepada perusahaan asing untuk meng-
adakan usaha patungan (joint venture) dengan pihak Indonesia
297
dalam usaha ekspor dan kepada pengusaha pemilik izin usaha di
luar angka pengenal ekspor (APE) untuk melakukan ekspor.
Langkah kebijaksanaan lainnya dalam rangka mendorong
ekspor adalah peningkatan mutu barang ekspor yang meliputi
penetapan standar mutu barang ekspor, penyebarluasan standar
mutu tersebut di dalam negeri dan di luar negeri, serta pe-
nyuluhan dan pengawasan mutu barang ekspor.
Upaya peningkatan ekspor dilaksanakan pula melalui di-
versifikasi ekspor yang meliputi diversifikasi barang maupun
pasar. Usaha diversifikasi produk dilaksanakan dengan mendo-
rong ekspor komoditi-komoditi baru yang potensial, termasuk
di dalamnya mendorong ekspor dari produk yang telah diproses
lebih lanjut yang sebelumnya diekspor dalam bentuk bahan men-
tah maupun barang setengah jadi. Sementara itu diversifikasi
pasar diupayakan melalui peningkatan peranan perwakilan R.I.
di luar negeri, pengiriman misi dagang dan partisipasi pada
pameran dagang di luar negeri serta peningkatan hubungan ker-
ja sama ekonomi inter nasional baik secara bilateral, regio-
nal, maupun internasional.
Untuk meningkatkan kerja sama bilateral selama Repe-
lita IV telah dirintis kerja sama dagang Baru dengan negara-
negara Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin dan Eropa Timur.
Indonesia telah menandatangani perjanjian bilateral dengan 46
negara. Selain perjanjian perdagangan telah pula dibentuk
berbagai forum kerja sama dalam komisi-komisi bersama, kelompok-
kelompok kerja, pertemuan-pertemuan tingkat menteri dan
pertemuan-pertemuan yang bersifat konsultatif dengan 17
negara. Berbagai pembicaraan diadakan terutama untuk mengu-
rangi hambatan-hambatan perdagangan ataupun masalah-masalah
yang dapat mengarah kehubungan perdagangan antara negara yang
298
kurang harmonis, termasuk pembicaraan tentang adanya rencana
perwujudan pasar bersama negara-negara MEE pada tahun 1992,
dan rencana dibentuknya wilayah perdagangan bebas antara
Amerika Serikat dengan Kanada.
Kerja sama regional dalam rangka ASEAN ditempuh dengan
meneruskan komitmen-komitmen yang lalu, terutama melalui
Committee on Trade and Tourism (COTT). Sampai saat ini alat
yang efektip adalah pendekatan tarif di mana telah dipertu-
karkan keringanan tarif terhadap hampir 13 ribu jenis komoditi.
Persetujuan tersebut dikenal sebagai ASEAN Preferential
Trade Arrangements. Forum dialog ASEAN dengan mitra-mitra
dagangnya, seperti Australia, Canada, MEE, Jepang, New
Zealand, USA, dan lembaga UNDP/ITC/UNCTAD terus dikembang-
kan. Inti dialog adalah penghapusan atau pengurangan hambat-
an perdagangan, baik tarif maupun non tarif, serta peningkat-
an peluang pasar, pemanfaatan GSP dan masalah-masalah lainnya
yang dianggap penting.
Kerja sama perdagangan multilateral yang bertujuan meng-
hapuskan atau mengurangi hambatan tarif dan non tarif melalui
lembaga-lembaga internasional juga dilakukan melalui perun-
dingan-perundingan dalam forum-forum GATT dan UNCTAD. Mela-
lui wadah ini Indonesia berusaha berpartisipasi aktif guna
melindungi dan memperjuangkan kepentingan Indonesia, baik
sendiri maupun secara bersama-sama dengan negara berkembang
lainnya. Melalui forum UNCTAD, Indonesia bersama negara ber-
kembang lainnya dapat memperoleh fasilitas GSP. Adapun da-
lam rangka menggalang kerja sama antar negara berkembang te-
lah dirintis adanya Global System of Trade Preferences (GSTP)
dan State Trading Organization (STO).
299
Forum lainnya di mana Indonesia aktif memainkan peranan-
nya adalah Organisasi Konperensi Islam (OKI). Kerja sama ini
semula lebih berorientasi politik, dalam perkembangannya te-
lah mengarah pula ke dalam masalah-masalah ekonomi dan per-
dagangan. Sebagai hasilnya Indonesia telah meratifikasi "Sta-
tus Agreement on Promotion, Protection and Guarantee of In-
vestment". Dalam rangka program komoditi terpadu UNCTAD,
Indonesia turut dalam perundingan-perundingan untuk terwujud-
nya stabilisasi harga komoditi-komoditi di pasaran interna-
sional seperti kopi, karet, kayu lapis, coklat, jute, dan
produknya.
Usaha lainnya yang dilakukan untuk mendorong peningkatan
ekspor ialah mengkaitkan pembelian barang kebutuhan Pemerint-
ah dari luar negeri dengan kewajiban membeli barang ekspor
dari Indonesia atau disebut kebijaksanaan imbal beli. Kebi-
jaksanaan imbal beli ini merupakan salah satu bagian dari
sistem "counter trade". Kebijaksanaan imbal beli mulai di-
berlakukan pertama kali pada tahun 1982. Pada tahun pertama
kebijaksanaan tersebut dimulai, hanya terdapat 10 negara yang
melakukan kegiatan imbal beli dengan Indonesia, tetapi pada
tahun 1986 meningkat menjadi 25 negara. Nilai realisasinya
juga meningkat dari US$ 130 juta pada tahun 1982 menjadi US$
1,4 milyar pada tahun 1987. Jenis komoditi yang banyak dibe-
li oleh perusahaan asing yang dikenakan kewajiban imbal beli
terutama adalah komoditi yang mudah dipasarkan dan perminta-
annya di pasaran dunia cukup besar, seperti karet, kayu olah-
an, ikan tuna dan udang. Cara yang juga sudah diterapkan da-
lam perdagangan imbal beli di Indonesia, khususnya dalam peng-
adaan peralatan produksi dengan teknologi tinggi adalah cara
"offset" dan "pay back". Cara "offset" menentukan bahwa untuk
setiap pengadaan peralatan yang diimpor, pemasok diwajibkan
300
untuk menggunakan komponen produksi dalam negeri. Sedangkan
cara "pay back" menentukan bahwa pembayaran kembali terhadap
investasi yang telah ditanamkan dilakukan dengan hasil pro-
duksi dari perusahaan yang bersangkutan.
Di samping kebijaksanaan-kebijaksanaan di atas telah di-
tempuh beberapa kebijaksanaan yang menyangkut kelembagaan dan
lembaga penunjang. Dalam Repelita IV telah berhasil diben-
tuk Bursa Komoditi Indonesia yang berfungsi untuk meningkat-
kan keteraturan perdagangan melalui sistem pemasaran yang
tertib, teratur dan transparan. Dengan sistem tersebut diha-
rapkan dapat mendorong terciptanya kepastian berusaha, per-
lindungan yang lebih besar untuk kelangsungan usaha produ-
sen, peningkatan pendapatan, khususnya pendapatan petani pro-
dusen. Dengan pelaksanaan sistem tersebut pada gilirannya
akan membantu meningkatkan penghasilan devisa.
Bursa Komoditi Indonesia mulai melakukan kegiatannya pa-
da tahun 1985 dengan perdagangan fisik karet. Kemudian, pada
tahun 1986, diperluas dengan perdagangan fisik kopi. Dalam
rangka deregulasi dan debirokratisasi, Bursa Komoditi Indone-
sia berfungsi pula sebagai sarana pelaksanaan dari kebijaksa-
naan Pemerintah. Di samping kegiatan tersebut di atas, Bursa
Komoditi Indonesia juga melakukan kegiatan promosi baik di
dalam maupun di luar negeri, membantu menyelesaikan sengketa
dagang melalui arbitrase yang dibentuk oleh Bursa Komoditi
Indonesia dan membantu industri barang jadi hasil karet me-
lalui pemberian fasilitas pembayaran di muka (bridging finan-
cing).
Fasilitas penunjang lainnya yang telah dibentuk adalah
Kawasan Berikat Nusantara (KBN), yang menyediakan tempat be-
serta segala fasilitas dan kemudahannya guna menunjang
301
eksportir untuk memproduksi dan mengekspor barang agar daya
saingnya meningkat.
Berbagai upaya peningkatan ekspor komoditi-komoditi non
migas tersebut telah memberikan hasil yang menggembirakan,
berupa meningkatnya ekspor komoditi non migas selama Repe-
lita IV. Nilai ekspor di luar migas telah meningkat dari US$
5.367 juta pada tahun terakhir Repelita III menjadi US$
11.225 juta pada tahun terakhir Repelita IV. Dengan demikian
selama kurun waktu Repelita IV, laju pertumbuhan nilai ekspor
di luar migas mencapai 15,9% per tahun, yang terdiri atas ni-
lai ekspor komoditi pertanian dengan laju pertumbuhan sebesar
6,7% per tahun, nilai ekspor komoditi pertambangan dengan la-
ju pertumbuhan sebesar 7,9% per tahun dan nilai ekspor komo-
diti industri dengan laju pertumbuhan sebesar 28,2% per tahun.
Seperti telah disebutkan di muka kebijaksanaan impor di-
tujukan untuk menjamin impor barang dan jasa yang sangat di-
perlukan di berbagai sektor; untuk mendorong pertumbuhan pro-
duktivitas industri dalam negeri, baik industri yang ber-
orientasi ekspor maupun industri substitusi impor dan untuk
mengendalikan penggunaan devisa. Sasaran tersebut dicapai
melalui kebijaksanaan pelaksanaan yang bersifat tidak lang-
sung yaitu dengan mengurangi peraturan-peraturan tata niaga
dan menggantikannya dengan kebijaksanaan tarif. Dalam tahun
1985 tingkat tarif maksimum telah diturunkan dari 225% menja-
di 60%, sedang jumlah golongan tarif diturunkan dari 26 men-
jadi 16. Struktur tarif tersebut telah mengalami banyak
perubahan-perubahan melalui berbagai paket kebijaksanaan de-
regulasi yang dikeluarkan sejak tahun 1986 sampai dengan ta-
hun 1988. Beberapa jenis barang dikenakan pembebasan, ke-
ringanan atau kenaikan bea masuk dan beberapa jenis barang
302
lainnya dikenakan bea masuk tambahan. Pembebasan dan ke-
ringanan bea masuk dimaksudkan untuk melancarkan impor ba-
rang-barang penting yang diperlukan oleh berbagai sektor ter-
masuk untuk peningkatan ekspor; sedangkan kenaikan bea masuk,
pengenaan bea masuk tambahan dimaksudkan sebagai pengganti
penghapusan hambatan non tarif untuk barang-barang yang masih
memerlukan perlindungan.
Sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut maka berbagai
sektor telah mengalami kemajuan yang menggembirakan seperti
yang antara lain tercermin dari peningkatan ekspor hasil-ha-
sil industri. Keberhasilan tersebut tercermin pula dari per-
ubahan struktur impor, yakni penurunan pangsa impor barang-
barang konsumsi dari seluruh nilai impor dan kenaikan pangsa
impor bahan baku dan penolong serta kenaikan pangsa impor
barang modal.
3. Beberapa Hal yang Memerlukan Tindak Lanjut
Pelaksanaan pembangunan sektor perdagangan selama Repe-
lita IV telah mencapai berbagai hasil. Selama kurun waktu
tersebut ekspor non migas terus meningkat, pasar dalam nege-
ri makin mantap, efisiensi produksi dalam negeri meningkat
sehingga daya saing baik di pasaran dalam negeri maupun di
luar negeri juga meningkat. Di samping itu kemampuan lembaga
perdagangan dan pemasaran terutama peranan pengusaha golongan
ekonomi lemah dan koperasi meningkat pula. Selanjutnya pra-
sarana pemasaran juga semakin baik seperti yang tercermin da-
lam kegiatan-kegiatan usaha yang makin tertib dan sarana
serta prasarana penunjang kegiatan perdagangan yang makin
berfungsi. Peningkatan efisiensi perdagangan tersebut amat
penting artinya untuk masa pembangunan jangka panjang tahap
303
kedua. Dengan perkataan la in dalam Repel ita IV te lah berhasi l dimantapkan kerangka landasan dalam sektor perdagangan. Wa- laupun demikian beberapa masalah di bidang perdagangan masih perlu mendapat perhatian dan memerlukan penanganan lebih l an ju t .
Kerangka landasan di sektor perdagangan masih perlu dimantapkan agar mampu berperan dalam mengatasi dampak nega- t i f dar i gejolak s i t uas i perekonomian dunia yang masih belum menunjukkan tanda-tanda untuk membaik, maupun dalam meman-faatkan peluang-peluang yang terbuka. Di samping i tu sektor perdagangan harus mampu pula berperan dalam menghadapi kecen-derungan makin meningkatnya proteksionisme di negara-negara maju di satu pihak, dan meningkatnya persaingan yang semakin tajam antara sesama negara penghasil komoditi yang sama di l a in pihak. Kerangka landasan yang mantap di sektor perda- gangan diperlukan juga agar dapat berperan dalam menjaga ke-langsungan pembangunan, khususnya dalam menciptakan kesempat- an ker ja dan dalam menghadapi kendala neraca pembayaran.
Peningkatan dan pemantapan ekspor, terutama ekspor non migas, akan tetap merupakan upaya yang penting dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa dan meningkatkan peluang pen-ciptaan kesempatan ker ja . Di samping itu s t a b i l i t a s pasar dalam negeri juga perlu dimantapkan terus karena merupakan prasyarat bagi kelancaran pembangunan ekonomi nasional .
304
III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
1. Kebijaksanaan Pembangunan PerdaganganPembangunan subsektor perdagangan dalam negeri
mempu- nya i peranan yang pent ing da lam rangka mewujudkan Tr i log i
Pembangunan yang meliputi pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, meningkatkan laju pertumbuhan dan memantapkan sta-
bilitas ekonomi. Perdagangan dalam negeri yang efisien dan
efektif menunjang kelancaran arus barang dan jasa antar
daerah dan pada gilirannya dapat mendorong kegiatan pemba-
ngunan di daerah-daerah dan menyebarkan hasil-hasil pemba-
ngunan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Kelancaran
dan meratanya penyebaran barang dan jasa ke seluruh daerah
Indonesia tersebut turut mengurangi kesenjangan antar daerah.
Dengan perkataan lain keberhasilan pembangunan dalam sektor
perdagangan akan memberikan sumbangan yang besar untuk terwu-
judnya Wawasan Nusantara.
Sistem tata niaga yang efisien dan efektif dapat pula
mendorong tersedianya barang dan jasa di pasar dengan harga
yang layak bagi produsen dan terjangkau oleh daya beli rak-
yat; dengan demikian akan membantu meningkatkan kesejahteraan
hidup rakyat, baik sebagai produsen maupun konsumen. Dalam
pada itu kelancaran pengadaan bahan baku dan bahan penolong
akan membantu menjamin kelangsungan produksi barang yang ber-
sangkutan. Selanjutnya kelancaran arus barang dan jasa serta
meluasnya pasar bagi produk-produk dalam negeri akan mendo-
rong kegiatan produksi lebih lanjut baik langsung kepada sek-
tor yang bersangkutan maupun tidak langsung ke sektor-sektor
lainnya. Pada gilirannya meluas dan berkembangnya kegiatan
sektor perdagangan dan sektor-sektor lainnya akan meningkatkan
kesempatan kerja.
Perdagangan luar negeri, yang meliputi ekspor dan impor,
juga penting bagi perekonomian Indonesia. Ekspor merupakan sumber
penting bagi penerimaan devisa yang sangat diperlukan bagi
pembiayaan pembangunan. Peningkatan penerimaan devisa
305
dari ekspor juga penting dalam ikut meringankan beban neraca
pembayaran. Di samping itu, ekspor juga merupakan pendorong
bagi perkembangan ekonomi lebih lanjut, terutama dalam keada-
an daya beli dalam negeri yang masih terbatas yang dapat me-
rupakan kendala bagi peningkatan produksi dalam negeri.
Impor barang dan jasa terutama bahan baku, barang modal
dan teknologi yang belum dapat atau belum cukup diproduksi
dalam negeri sangat diperlukan untuk melengkapi faktor pro-
duksi dalam negeri lainnya sehingga dimungkinkan kegiatan
produksi secara penuh.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka kebi-
jaksanaan pembangunan perdagangan diarahkan untuk meningkat-
kan efisiensi perdagangan dalam dan luar negeri dengan tujuan
lebih memperlancar arus barang dan jasa, mendorong pembentuk-
an harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menun-
jang usaha peningkatan efisiensi produksi, mengembangkan
ekspor, memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
meningkatkan dan meratakan pendapatan rakyat serta memantap-
kan stabilitas ekonomi.
Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembangunan sektor
perdagangan seperti tersebut di atas, GBHN menetapkan kebi-
jaksanaan perdagangan untuk Repelita V sebagai berikut. Pen-
bangunan sektor perdagangan yang diarahkan untuk mewujudkan
sistem tata niaga yang efisien dan efektif perlu diupayakan
melalui kebijaksanaan perdagangan yang terpadu dan saling
mendukung dengan kebijaksanaan di bidang-bidang lainnya. Ke-
terpaduan dan keserasian kebijaksanaan tersebut diperlukan
agar dapat dicapai keseimbangan dalam mencapai berbagai tuju-
an pembangunan.
Penyebaran informasi yang lebih merata perlu ditingkatkan
306
agar lalu lintas perdagangan dapat berlangsung lebih lancar
serta dapat mendorong persaingan yang sehat dan meningkatkan
daya saing di pasar dunia. Kebijaksanaan tersebut perlu didu-
kung dengan kebijaksanaan penyederhanaan tata niaga serta
penyempurnaan lembaga perdagangan.
Selain itu kebijaksanaan deregulasi di sektor perdagang-
an akan dilanjutkan dan ditingkatkan. Kebijaksanaan deregula-
si tersebut sangat penting artinya dalam upaya meningkatkan
efisiensi perdagangan pada khususnya dan dalam upaya memera-
ngi ekonomi biaya tinggi pada umumnya. Kebijaksanaan tersebut
juga sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kepada
dunia usaha.
Kebijaksanaan peningkatan perdagangan dan penyediaan
bahan kebutuhan pokok dan bahan penting lainnya akan dilan-
jutkan sehingga lebih menjamin penyebarannya secara merata
dan tepat waktu dengan harga yang layak dan terjangkau oleh
masyarakat banyak sekaligus meningkatkan pendapatan konsu-
men. Untuk itu pola penyediaan dan penyaluran bahan-bahan
tersebut perlu lebih disempurnakan dan lebih terpadu dengan
bidang lainnya, seperti bidang produksi, perkreditan dan ja-
sa perhubungan.
Guna mendorong ekspor dan produksi untuk ekspor, khusus-
nya barang-barang di luar minyak dan gas bumi, kebijaksanaan
ekspor melalui peningkatan daya saing dan penerobosan serta
perluasan pasar akan ditingkatkan. Langkah-langkah yang akan
diambil meliputi usaha meningkatkan efisiensi dan mutu hasil
produksi, menjamin kesinambungan dan ketepatan waktu penye-
rahan, menganekaragamkan barang dan pasal; ekspor, meningkat-
kan informasi perdagangan dan promosi ekspor, menyempurnakan
sarana pemasaran ekspor serta meningkatkan kerja sama perda-
gangan internasional. Sejalan dengan itu akan dimantapkan
307
pula berbagai kebijaksanaan penunjang seperti perkreditan,
perasuransian dan perhubungan.
Kebijaksanaan impor yang ditujukan untuk menjamin peng-
adaan barang-barang dan jasa penting, untuk mendorong pening-
katan efisiensi industri dalam negeri dan untuk pengendalian
pengeluaran devisa akan dilanjutkan dan disempurnakan. Sa-
saran-sasaran kebijaksanaan impor tersebut sedapat mungkin
akan dicapai secara tidak langsung, yaitu melalui kebijaksa-
naan tarif.
Dalam rangka pemerataan kesempatan berusaha, kebijaksana-
an pengembangan pedagang golongan ekonomi lemah akan dilan-
jutkan dan disempurnakan, antara lain dengan memberikan kemu-
dahan dalam mengembangkan usaha termasuk penyediaan kredit
dan permodalan, memberikan penyuluhan dan informasi perdagang-
an, memperluas penyediaan tempat berusaha yang layak serta
meningkatkan pembinaan. Juga perlu didorong kerja sama antara
usaha besar dan menengah dengan koperasi dan pedagang golong-
an ekonomi lemah.
2. Sasaran dan Langkah-langkah
Memperhatikan arah kebijaksanaan pembangunan seperti di-
uraikan di atas, maka sasaran yang hendak dicapai adalah ter-
ciptanya sistem tata niaga dan distribusi nasional yang efek-
tif dan efisien serta peningkatan partisipasi pengusaha na-
sional di sektor perdagangan. Rincian sasaran dan upaya
untuk mencapainya adalah sebagai berikut.
a. Meningkatnya tranparansi pasar agar pengusaha dapat
mengetahui perkembangan dan peluang pasar untuk da-
pat memanfaatkannya dalam kegiatan jual beli, baik
308
dalam rangka kegiatan perdagangan dalam negeri
maupun perdagangan luar negeri. Hal ini dilakukan
melalui penyebaran informasi, brosur tentang per-
aturan dan perizinan, buku komoditi, profil per-
usahaan, dan sebagainya terutama mengenai usaha di
bidang ekspor dan impor.
b. Semakin tertibnya usaha niaga agar tercipta iklim
usaha dan kepastian berusaha yang semakin mantap
serta terlindunginya kepentingan konsumen. Hal ini
dilakukan melalui pemasyarakatan ketentuan-ketentu-
an di bidang perdagangan dan melalui upaya pening-
katan pemahaman dunia usaha atas peraturan per-
undang-undangan di bidang perdagangan dan upaya
peningkatan pelayanan di bidang perizinan.
c. Semakin meluas dan berfungsinya sarana dan prasara-
na penunjang perdagangan, seperti perbankan, asu-
ransi, transportasi, promosi, surveyor, telekomuni-
kasi, periklanan, arbitrasi, bursa komoditi, kawas-
an berikat dan sebagainya, untuk dapat mening-
katkan efisiensi perdagangan. Hal ini diupayakan
melalui langkah-langkah memperluas dan mendorong
berkembangnya usaha di bidang jasa penunjang perda-
gangan, serta meningkatkan keterpaduan dan koordi-
nasi kebijaksanaan dan langkah antara instansi-
instansi pembina jasa penunjang perdagangan.
d. Semakin mempunyai lembaga-lembaga perdagangan dan
pemasaran, terutama koperasi dan golongan ekonomi
lemah, agar arus barang dan jasa makin lancar, per-
saingan yang sehat makin meningkat dan demikian ju-
ga daya saing di pasar dunia. Hal ini dilakukan
309
melalui upaya memperluas fasilitas pendidikan dan
latihan di bidang pemasaran dan ekspor, terutama
bagi pengusaha golongan ekonomi lemah, dan mendo-
rong dunia usaha untuk memanfaatkan fasilitas ter-
sebut untuk meningkatkan kemampuan usahanya. Di
samping itu juga diupayakan perkembangan iklim
demi berkembangnya persaingan yang sehat agar dunia
usaha menjadi lebih kreatif. Selanjutnya didorong
kerja sama antara usaha besar, termasuk BUMN, kope-
rasi dan golongan ekonomi lemah antara lain dengan
pembentukan "trading house," serta didorong ber-
fungsinya asosiasi-asosiasi usaha.
e. Semakin mantapnya pasar dalam negeri yang ditandai
oleh semakin lancarnya arus barang dan jasa sehing-
ga harga-harga stabil pada. tingkat yang terjangkau
rakyat banyak; terpenuhinya kebutuhan rakyat akan
bahan pokok dan bahan penting, termasuk untuk yang
tinggal di daerah-daerah terpencil. Ini semua di-
upayakan melalui langkah-langkah meningkatkan dan
memperluas pengadaan dan penyaluran bahan pokok dan
penting ke daerah-daerah, termasuk ke daerah ter-
pencil. Di samping itu juga diusahakan melalui
upaya memperlancar arus barang dan jasa dalam rang-
ka memantapkan harga di pasaran.
f. Semakin meluasnya penggunaan barang hasil industri
dalam negeri dan semakin terkendalinya impor ba-
rang mewah. Hal ini dicapai dengan memperluas pe-
ngenalan barang-barang industri dalam negeri, pe-
ningkatan mutu melalui penyuluhan, bimbingan dan
pengawasan mutu barang, peningkatan penyuluhan dan
310
perlindungan konsumen, dan pengendalian impor ba-
rang mewah.g. Penerimaan ekspor yang meningkat dan struktur ekspor
yang berkembang ke arah peningkatan ekspor komoditi
non migas, terutama hasil komoditi olahan, serta
semakin meluasnya pasaran ekspor di luar negeri.
Ini diupayakan melalui langkah-langkah yang bersi-
fat melanjutkan dan meningkatkan usaha diversify-
kasi komoditi baik secara horizontal maupun verti-
kal. Di samping itu juga diupayakan melalui pening-
katan penerobosan pasar luar negeri yang potensial
dengan cara meningkatkan promosi kepada calon-ca-
lon pembeli, serta melanjutkan dan meningkatkan
partisipasi dan peranan Indonesia dalam perunding-
an-perundingan bilateral, regional dan multilateral
dan dalam perundingan-perundingan komoditi di forum
internasional. Perundingan - perundingan tersebut
amat penting dalam rangka menghilangkan atau me-
ngurangi hambatan-hambatan di bidang perdagangan
luar negeri.
h. Meningkatnya daya saing produk-produk dalam negeri
baik di pasaran luar negeri maupun di dalam negeri
untuk mendukung upaya penerobosan pasar. Ini di-
upayakan melalui langkah-langkah meningkatkan per-
baikan mutu barang, menekan biaya produksi dan pe-
masaran, meningkatkan pengenalan produsen terhadap
kebutuhan atau permintaan konsumen terutama di pa-
sar-luar negeri. Di samping itu juga diusahakan me-
lalui upaya memperlancar pengadaan bahan baku dan
penolong bagi industri dalam negeri terutama
311
industri ekspor, menyempurnakan sistem proteksi
bagi industri dalam negeri yang efisien, serta
meningkatkan dan memperluas pelayanan informasi
pasar terutama mengenai peluang ekspor ke luar negeri.
Pencapaian sasaran-sasaran pembangunan perdagangan se-
perti tersebut di atas memerlukan unsur-unsur penunjang, se-
perti : penataan kembali peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang perdagangan, peningkatan kemampuan apara-
tur, kegiatan penelitian dan pengembangan, serta pengawasan.
Untuk itu di bidang penelitian dan pengembangan akan diupaya-
kan penyediaan data dan informasi yang semakin akurat dan
terolah secara cepat dan tepat waktu agar dapat memenuhi ke-
butuhan untuk penetapan kebijaksanaan dan perencanaan. Hal
ini dilakukan antara lain melalui upaya penelitian mengenai
peluang ekspor. Di samping itu juga dilakukan penelitian un-
tuk meningkatkan kemampuan lembaga perdagangan dan pemasaran,
serta untuk memantapkan tata niaga guna menunjang kelancaran
arus barang dan untuk mengembangkan kerja sama antara usaha
kuat dan lemah. Kemudian juga penelitian untuk mendukung pe-
rundingan multilateral, regional dan bilateral.
IV. PROGRAM-PROGRAM
Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan perdagang-
an tersebut di atas akan dilaksanakan melalui serangkaian
program dan proyek di bidang perdagangan. Program-program
untuk sektor perdagangan tersebut terdiri dari program pe-
ngembangan perdagangan dalam negeri, program pengembangan
perdagangan luar negeri dan program penunjang.
312
1. Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri
Program pengembangan perdagangan dalam negeri meliputi
upaya-upaya pemantapan pasar dalam negeri, peningkatan daya
saing komoditi produk dalam negeri, pewujudan pasar yang
transparan, peningkatan kemampuan lembaga perdagangan, pewu-
judan tertib usaha di bidang perdagangan dan perlindungan
konsumen, pengembangan prasarana dan sarana penunjang perda-
gangan serta penunjangan peningkatan dan pemantapan ekspor.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut.
Pemantapan pasar dalam negeri diselenggarakan melalui
upaya-upaya sebagai berikut.
a. Pemantapan pengadaan dan penyaluran barang-barang
kebutuhan pokok dan penting bagi seluruh anggota
masyarakat termasuk anggota masyarakat di daerah-
daerah terpencil. Usaha ini meliputi kegiatan pe-
nyempurnaan pola pengadaan dan penyaluran barang
pokok dan penting, peningkatan pemantauan dan eva-
luasi pengadaan di tiap-tiap daerah, serta peman-
tapan pengadaan dan penyaluran bahan baku dan bahan
penolong untuk menunjang perkembangan produksi
industri dalam negeri.
b. Perluasan pasaran barang-barang produksi dalam ne-
geri, termasuk hasil produksi pengusaha golongan
ekonomi lemah, yang meliputi kegiatan pengembangan
pameran dagang di ibu kota-ibu kota propinsi, pe-
ngembangan kontak-kontak dagang, perluasan kegiatan
promosi dagang, pemantapan pengembangan sistem
informasi pasar, dan penertiban kegiatan periklanan.
313
Peningkatan daya saing komoditi produk-produk dalam ne-
geri dilaksanakan melalui upaya perluasan pengenalan produk-
produk dalam negeri, peningkatan dan pengawasan mutu barang
produksi dalam negeri, penekanan biaya produksi dalam negeri
melalui persaingan yang sehat, dan pengendalian impor ter-
utama impor barang-barang mewah.
Pewujudan pasar yang transparan dilaksanakan melalui
upaya peningkatan pelayanan informasi pasar yang makin me-
luas bagi produsen, pengusaha dan lembaga-lembaga pemasaran.
Usaha ini meliputi kegiatan peningkatan dan penyebaran in-
formasi pasar melalui penyebaran bahan terbitan dan penyu-
luhan lapangan. Informasi yang disebarkan mencakup data me-
ngenai profil perusahaan, profil komoditi dan informasi ten-
tang tata niaga barang-barang, termasuk barang yang diatur.
Peningkatan kemampuan lembaga perdagangan dilaksanakan
melalui upaya:
a. Pemantapan pengembangan peranan pedagang golongan
ekonomi lemah dan koperasi, termasuk mereka yang
tergolong dalam pengusaha muda dan wanita peng-
usaha. Usaha ini diarahkan pada peningkatan kemam-
puan kewiraswastaan dan keterampilan berusaha. Di
samping itu usaha ini meliputi kegiatan-kegiatan
penataran, penyuluhan dan pemberian kesempatan ber-
konsultasi, pengupayaan pengembangan kegiatan-ke-
giatan pemasaran produk-produk baru, pengupayaan
agar sistem perkreditan semakin membantu pengem-
bangan usaha, dan pendorongan pengembangan sistem
bapak dan anak angkat dengan melibatkan pengusaha-
pengusaha besar, menengah dan BUMN dalam rangka me-
ningkatkan kemampuan berusaha bagi golongan ekonomi
314
lemah dan koperasi. Selanjutnya dilakukan juga
pengupayaan perluasan tempat-tempat berusaha mela-
lui pembangunan pusat-pusat pertokoan dan pasar,
dan peningkatan kegiatan pelayanan oleh unit pela-
yanan di daerah bagi para pengusaha golongan ekonomi
lemah.
b. Pendorongan pertumbuhan lembaga pendidikan dan la-
tihan di masyarakat dalam rangka memperluas kesem-
patan bagi dunia usaha untuk meningkatkan keteram-
pilan di bidang pemasaran terutama pemasaran eks-
por. Di samping itu akan diefektifkan peranan aso-
siasi-asosiasi usaha dalam rangka pengembangan
usaha dari anggota-anggotanya.
c. Peningkatan kemampuan dan penyempurnaan lembaga
perdagangan dan pemasaran. Usaha ini meliputi ke-
giatan peningkatan keterampilan dan peningkatan pe-
ranan grosir dan distributor serta penyalur dan
pengumpul, perluasan peranan bursa komoditi, serta
pengembangan usaha niaga dengan kemampuan pelayanan
yang lebih luas. Juga diusahakan peningkatan peran-
an lembaga konsumen, peningkatan peranan persero-
persero niaga, pengembangan kerja sama usaha antara
Koperasi, BUNN dan Swasta terutama dalam rangka
pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah. Di
samping itu diusahakan peningkatan pembinaan
terhadap pendirian berbagai jenis pasar.
Pewujudan tertib usaha di bidang perdagangan dan perlin-
dungan konsumen dilaksanakan melalui upaya:
a. Pemantapan tertib dan kepastian usaha perdagangan,
yang meliputi kegiatan penyempurnaan sistem admi-
315
nistrasi dalam perdagangan; termasuk penyempurnaan per-
undang-undangan dan peraturan-peraturan di bidang perda-
gangan, penyederhanaan perizinan serta peningkatan daya
guna pelaksanaannya, serta peningkatan pelayanan dalam
pemberian SIUP dan pelaksanaan WDP.
b. Peningkatan perlindungan konsumen melalui peraturan
perundang-undangan, pengawasan mutu dan kemetrolo-
gian, serta mendorong peran serta masyarakat dalam
perlindungan kepentingan konsumen.
Pengembangan prasarana dan sarana penunjang perdagangan
dalam negeri dilaksananakan melalui upaya.
a. Pemantapan langkah-langkah pengembangan prasarana
perdagangan yang meliputi kegiatan pembinaan pasar,
tempat-tempat pelelangan, pusat-pusat perdagangan
antar pulau dan antar daerah serta pengembangan pu-
sat-pusat pengumpulan hasil produksi. Juga dibina
pusat-pusat penyimpanan dan penyaluran sarana pro-
duksi, pengembangan kawasan berikat, pengembangan
pasar-pasar untuk komoditi sejenis dan penyempurna-
an sistem perkreditan untuk kegiatan pemasaran.
b. Peningkatan peranan kemetrologian, termasuk di da-
lamnya kegiatan perluasan sarana maupun prasarana
kemetrologian, pemantapan upaya peningkatan kemampu-
an petugas-petugas metrologi, dan peningkatan pe-
nyuluhan kemetrologian.
c. Peningkatan kerja sama dan koordinasi antara ins-
tansi-instansi yang memberikan jasa penunjang per-
dagangan. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
dan mengembangkan daya guna lembaga atau sarana
316
perdagangan, pemantapan kerja sama antar instansi
dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kerja asing,
peningkatan pembinaan dan kerja sama antara asosiasi-
asosiasi niaga dan komoditi.
d. Pengupayaan kerja sama di tingkat pusat dan daerah
dalam pengembangan Inpres pasar dan pertokoan di
daerah perbatasan, daerah pedalaman, daerah terpen-
cil dan daerah transmigrasi.
e. Pengupayaan keterpaduan kerja sama antar instansi
dan antara lembaga-lembaga perdagangan, pengupayaan
kemudahan tempat berusaha dan fasilitas lainnya,
peningkatan dan pengembangan pelayanan, tugas-tugas
operasional, kerja sama teknis, peningkatan kuali-
tas dan kuantitas standar kemetrologian.
Peningkatan dan pemantapan ekspor dilaksanakan melalui
peningkatan kelancaran arus barang di dalam negeri, terutama
barang-barang ekspor hasil pertanian, hasil-hasil industri
dan hasil-hasil pertambangan. Peningkatan dan pemantapan itu
diupayakan melalui kegiatan peningkatan efisiensi dan penu-
runan biaya sarana dan prasarana angkutan barang dari pusat-
pusat produksi ke pusat-pusat pemasaran.
2. Program Pengembangan Perdagangan Luar Negeri
Program pengembangan perdagangan luar negeri meliputi
upaya-upaya peningkatan dan pemantapan ekspor, peningkatan
daya saing komoditi ekspor, penyebaran informasi mengenai pa-
sar luar negeri, pengendalian impor, pembinaan kelembagaan,
pewujudan tertib usaha dan pengembangan prasarana dan sarana
penunjang perdagangan luar negeri.
317
Peningkatan dan pemantapan ekspor dilaksanakan melalui
upaya.
a. Peningkatan kerja sama antara unsur-unsur yang ter-
kait dalam rangka peningkatan ekspor non migas,
baik di antara instansi Pemerintah maupun antara
instansi Pemerintah dengan dunia usaha. Dengan de-
mikian diharapkan dapat dimantapkan rencana pengem-
bangan ekspor non migas untuk dijadikan pedoman dan
arah pengembangan ekspor, baik bagi aparatur Peme-
rintah maupun dunia usaha yang terkait, dalam upaya
mendorong ekspor non migas.
b. Diversifikasi komoditi ekspor melalui kegiatan pe-
ngembangan baru produk-produk ekspor yang poten-
sial, peningkatan ekspor barang jadi yang mempunyai
nilai tambah lebih tinggi, serta pemantapan ekspor
komoditi tradisional.
c. Peningkatan usaha diversifikasi pasar ekspor di
luar negeri akan dilakukan melalui kegiatan penero-
bosan pasaran baru, pemantapan pasaran tradisional,
pemanfaatan fasilitas pelabuhan bebas atau kawasan
berikat, pemantapan kebijaksanaan imbal beli serta
counter trade lainnya.
d. Pembinaan dan peningkatan kerja sama internasional
akan digiatkan melalui forum perundingan bilateral,
regional dan multilateral.
e. Peningkatan promosi ekspor. Ini dilaksanakan mela-
lui pendekatan kepada dunia usaha atau importir dan
badan atau lembaga perdagangan di negara-negara tujuan
ekspor, peningkatan publikasi dan visualisasi
318
ekspor Indonesia, pengiriman misi dagang dan pe-
ningkatan peran serta pengusaha nasional dalam pa-
meran dagang di luar negeri.
Peningkatan daya saing komoditi ekspor dilaksanakan de-
ngan upaya.
a. Peningkatan, pengawasan dan pengendalian mutu, pem-
binaan dunia usaha agar berperan aktif dalam peng-
awasan mutu, peningkatan jaringan dan peningkatan
tanggung jawab laboratorium penguji mutu di setiap
propinsi.
b. Peningkatan kesinambungan penyerahan barang dan pe-
ningkatan efisiensi pemasaran melalui kegiatan bur-
sa komoditi, pengusahaan rasionalisasi biaya tata
niaga di dalam negeri, penyederhanaan pola pengum-
pulan dan penyaluran arus barang ekspor.
c. Peningkatan kerja sama antara sektor perdagangan
dan sektor lainnya dalam upaya peningkatan produk-
tivitas yang berorientasi ekspor, pelanjutan penye-
derhanaan dan atau penghapusan perizinan, penyem-
purnaan pola pembiayaan ekspor, penyempurnaan kebi-
jaksanaan pengapalan barang ekspor, penyederhanaan
struktur perpajakan dan prosedur pengurusannya,
penyempurnaan sistem pengelolaan "draw back" dan
perangsang ekspor lainnya.
Peningkatan dan penyebaran informasi mengenai pasar luar
negeri melalui upaya.
319
a. Peningkatan pelayanan informasi kepada dunia usaha
dengan cara penyebarluasan informasi pasar secara
kontinyu yang berasal dari luar negeri ke dalam ne-
geri.
b. Penyebaran informasi mengenai hasil-hasil pengamat-
an pasar yang mempunyai prospek di wilayah-wilayah
tujuan ekspor dan penerusan informasi, yang diper-
oleh tersebut kepada pengusaha di dalam negeri. Ju-
ga diusahakan penyusunan profil komoditi, profil
importir atau profil eksportir dan peraturan impor
di luar negeri bagi kepentingan dunia usaha dan
instansi di dalam negeri.
c. Pengembangan kegiatan perdagangan melalui bursa ko-
moditi dalam rangka pembentukan harga yang trans-
paran menuju kepada terbentuknya harga panutan bagi
komoditi ekspor utama.
Pengendalian impor dilaksanakan dengan upaya.
a. Memperlancar pengadaan barang modal dan bahan peno-
long yang menunjang produksi barang ekspor melalui
penyederhanaan peraturan, dan pengendalian impor
dengan mekanisme pembebanan bea masuk.
b. Penyempurnaan perangkat pengendalian impor, seperti
penyempurnaan klasifikasi barang impor dan penye-
suaian tarif pos.
Pembinaan kelembagaan ditempuh dengan upaya-upaya seba-
gai berikut.
320
a. Peningkatan kemampuan pengusaha, baik yang bergerak
di bidang impor maupun ekspor, termasuk pengusaha
golongan ekonomi lemah.
b. Peningkatan kemampuan aparat yang menangani ,kegiat-
an perdagangan luar negeri, baik yang bertugas di
dalam negeri maupun yang bertugas di luar negeri.
Pewujudan tertib usaha di bidang perdagangan luar negeri
dilaksanakan dengan upaya.
a. Penertiban kegiatan usaha eksportir melalui kegiat-
an-kegiatan pemantapan asosiasi, pengamanan pelak-
sanaan kebijaksanaan ekspor dan kebijaksanaan pe-
nertiban eksportir.
b. Pemantapan pengoperasian bursa komoditi sebagai
lembaga penunjang bagi dunia usaha dan sebagai pe-
rangkat pelaksana kebijaksanaan untuk mewujudkan
transparansi pasar.
c. Pembinaan eksportir dalam penyusunan kontrak dagang
yang dapat memperkuat posisi eksportir menghadapi
pengusaha luar negeri, penyelesaian klaim-klaim da-
ri pembeli di luar negeri melalui lembaga banding.
Pengembangan prasarana dan sarana penunjang perdagangan
luar negeri akan terus dilakukan melalui upaya-upaya:
a. Peningkatan peran serta lembaga penunjang perda-
gangan luar negeri, seperti kawasan berikat, bursa
komoditi, asuransi ekspor, dan jasa surveyor.
b. Pengusahaan pembentukan dan pembinaan "Indonesia
Trade Centre" dan lembaga penunjang lainnya yang
dirasakan perlu, guna memperlancar kegiatan perda-
gangan luar negeri.
321
c. Peningkatan kerja sama pengusaha di bidang perda-
gangan luar negeri, meliputi kerja sama antara
pengusaha menengah dan kecil, BUMN dan koperasi.
d. Penyelenggaraan pameran dagang dan keikutsertaan
dalam pameran dagang, baik di dalam maupun di luar
negeri, pengembangan laboratorium penguji mutu, pe-
nyempurnaan sistem jaringan informasi antara sum-
ber-sumber informasi, dengan unit-unitnya di pusat
dan daerah, pengadaan perangkat keras dan perangkat
lunak serta penyempurnaan mekanisme kerja.
e. Pemantapan dan peningkatan usaha keterpaduan antara
instansi yang terkait dalam kegiatan ekspor non mi-
gas dalam pembangunan, pembinaan dan pengembangan
prasarana dan saran penunjang perdagangan luar ne-
geri.
3. Program Penunjang
Program penunjang berupa program penelitian dan pengem-
bangan perdagangan, meliputi upaya.
a. Peningkatan dan pemantapan sistem dan kegiatan-ke-
giatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data
perdagangan.
b. Penelitian perdagangan dalam dan luar negeri yang
meliputi proyeksi barang-barang ekspor dan impor
Indonesia; penelitian tentang efisiensi tata niaga
dan jalur pemasaran barang-barang ekspor, bahan po-
kok, penting dan barang strategis; penelitian ten-
tang peta dagang dalam dan luar negeri; penelitian
322
tentang kehidupan dunia usaha dan pelaku niaga,
termasuk ekonomi lemah; penelitian hukum terapan di
bidang perdagangan dan penelitian tentang masalah-
masalah khusus yang menunjang kebijaksanaan Peme-
rintah.
323
TABEL 14-1PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 - 1993/94(dalam milyar rupiah)
PERDAGANGAN
1989/90 1989/90-1993/94No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (anggaran
pembangunan)
(anggaran
pembangunan)
05 SEKTOR PERDAGANGAN DAN KOPERASI 199 9 1.428,9
05.1 Subsektor perdagangan 54.9 400,6
05.1.01 Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri 26,3 149,1
05.1.02 Program Pengembangan PerdaganganLuar Negeri 28,6 251,5
324