· web viewperencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak...

60
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motor DC (Direct Current) atau motor arus searah termasuk dalam kategori jenis motor yang paling banyak digunakan baik dalam lingkungan industri, peralatan rumah tangga hingga ke mainan anak-anak ataupun sebagai piranti pendukung sistem instrumen elektronik. Motor DC memiliki jenis yang beragam mulai dari tipe magnet permanen, seri, shunt ataupun jenis magnet kompon. Tipe motor DC diimplementasikan berdasarkan jenis magnet yang digunakan. Kelebihan motor DC memiliki torsi yang tinggi, tidak memiliki kerugian daya reaktif dan tidak menimbulkan harmonisa pada sistem tenaga listrik yang mensuplainya. Perencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan

Upload: others

Post on 14-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motor DC (Direct Current) atau motor arus searah termasuk dalam

kategori jenis motor yang paling banyak digunakan baik dalam lingkungan

industri, peralatan rumah tangga hingga ke mainan anak-anak ataupun

sebagai piranti pendukung sistem instrumen elektronik. Motor DC memiliki

jenis yang beragam mulai dari tipe magnet permanen, seri, shunt ataupun

jenis magnet kompon. Tipe motor DC diimplementasikan berdasarkan

jenis magnet yang digunakan. Kelebihan motor DC memiliki torsi yang

tinggi, tidak memiliki kerugian daya reaktif dan tidak menimbulkan

harmonisa pada sistem tenaga listrik yang mensuplainya.

Perencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar

ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini

akan berjalan dengan baik melalui suatu sudut tinjauan perilaku atau

karakteristik sistem. Karakteristik utama yang harus diketahui adalah

karakteristik elektrik sistem tersebut seperti lonjakan arus start, profil

tegangan transien hingga analisa transien pada saat sistem terjadi

gangguan. Kemampuan mengetahui kondisi sistem yang sebenarnya

akan memberikan hasil perencanaan yang baik dan optimal. Proses

interpretasi atau menafsirkan perilaku sistem bukan merupakan pekerjaan

Page 2:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

2

yang mudah karena akan berkaitan dengan perilaku statik dan dinamik

sistem. Penggunaan perangkat lunak komputer juga akan menentukan

akurasi model yang diambil.

Kontrol otomatik telah memegang peranan yang penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan. Kontrol otomatik merupakan bagian

terpenting dalam industri saat ini.

Kontrol PID (Proportional – Integral – Derivative) merupakan

kombinasi dari ketiga jenis kontroler. Jika masing-masing dari ketiga jenis

kontroler tersebut berdiri sendiri maka hasil yang dicapai akan kurang baik

sebab masing-masing memiliki kelemahan maupun kelebihan sendiri-

sendiri.

Untuk memenuhi sistem yang diinginkan maka ketiga parameter

PID harus ditetapkan secara optimal. Ada beberapa metode tuning PID

konvensional yang telah dikembangkan, seperti metode coba-coba (cut

and try method), metode Ziegler-Nichols, metode tanggapan (step

respons), dan metode analitik.

Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan dengan metode-

metode diatas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan pengendali PID

dalam suatu sistem mempunyai kelemahan, yakni bahwa parameter-

parameter dalam pengendali harus selalu diubah (tuned up) bila terjadi

perubahan didalam sistem, perubahan tersebut akan menyebabkan

terjadinya penalaan kembali dari parameter-parameter PID tersebut

(Thomas & Poongodi, 2009).

Page 3:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

3

Dengan melihat hal tersebut diatas, penulis mencoba melakukan

penalaan dari parameter-parameter dengan mempertahankan kondisi

yang sudah ditentukan.

Penalaan pengendali PID adalah yang paling popular abad ini

karena keefektifannya, sederhana dalam implementasi dan luas

penggunaannya. Konfigurasi standar penalaan dari pengendali PID

memiliki parameter- parameter Kp, Ki dan Kd yang dipilih atau ditentukan

agar karakteristik plant sesuai dengan kriteria desain yang diharapkan.

Untuk penelitian ini, model yang dipilih adalah pengendalian

kecepatan dari motor arus searah. Alasannya adalah bahwa model ini

sering ditemui di instalasi industri. Pengendali PID ini akan dirancang

menggunakan metoda penalaan Ziegler Nichols dan dianalisa hasilnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan, antara lain:

1. Bagaimana merancang parameter PID dengan penalaan Ziegler

Nichols untuk kendali kecepatan motor arus searah.

2. Bagaimana menguji hasil penalaan PID dengan menggunakan

simulasi.

Page 4:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

4

C. Definisi Masalah

Definisi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Plant yang dipakai untuk pengujian adalah plant motor arus searah

terkendali jangkar yang dapat merepresentasikan suatu plant.

2. Kriteria performansi sistem yang direncanakan meliputi konstanta

Kp, Ki dan Kd menggunakan metode penalaan Ziegler Nichols.

3. Hasil penelitian akan ditampilkan dengan menggunakan proses

simulasi Matlab.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. merancang parameter PID dengan penalaan Ziegler Nichols untuk

kendali kecepatan motor arus searah terkendali jangkar berbasis

perhitungan nilai akar kuadrat rata-rata.

2. Mengsimulasikan hasil penalaan PID dengan metode Ziegler

Nichols untuk mengendalikan kecepatan motor arus searah

terkendali jangkar sehingga memiliki performa yang lebih optimal.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kontribusi dari penelitian ini adalah

mengembangkan dan meningkatkan pemahaman tentang pengendali PID

tertala berbasis perhitungan nilai akar rata-rata dalam memperoleh

Page 5:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

5

parameter-parameter PID yang optimal sehingga dihasilkan sistem yang

memenuhi kriteria performansi yang diharapkan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan, laporan tugas akhir ini disusun

dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang Latar belakang, Rumusan Masalah,

Batasan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian yang akan dilakukan, seperti penjelasan umum dari Motor arus

searah, Roadmap Penelitian, dan Kerangka Pikir.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tahapan metode perancangan sistem

pengendalian motor arus searah dengan pengendali PID tertala berbasis

perhitungan nilai akar kuadrat rata-rata.

BAB IV : PERANCANGAN DAN SIMULASI

Pada bab ini berisi tentang data hasil penelitian dari simulasi

pengendalian kecepatan motor arus searah dan analisa dari performansi

sistem pengendalian dengan pengendali PID tertala berbasis perhitungan

nilai akar kuadrat rata-rata.

Page 6:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

6

BAB V : KESIMPULAN

Pada bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa.

Page 7:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motor DC

Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetis yang mengubah

energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk,

misalnya memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakkan

kompresor, mengangkat bahan, dan lain-lain (Pinem, 2009). Motor listrik

digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di industri.

Motor arus searah memerlukan suplai tegangan yang searah pada

kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan

medan pada motor arus searah disebut stator (bagian yang tidak berputar)

dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi

putaran pada kumparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan

timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah arah pada setiap setengah

putaran, sehingga merupakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari arus

searah adalah membalik phasa tegangan dari gelombang yang

mempunyai nilai positif dengan menggunakan komutator, dengan

demikian arus yang berbalik arah dengan kumparan jangkar yang

berputar dalam medan magnet. Bentuk motor paling sederhana memiliki

kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas diantara kutub-kutub

magnet permanen.

Page 8:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

8

Gambar 1. Motor DC Sederhana (Pinem, 2009)

Catu tegangan dc dari baterai menuju ke lilitan melalui sikat yang

menyentuh komutator, dua segmen yang terhubung dengan dua ujung

lilitan. Kumparan satu lilitan pada gambar diatas disebut angker dinamo.

Angker dinamo adalah sebutan untuk komponen yang berputar di antara

medan magnet.

Motor arus searah dibedakan berdasarkan sumber penguatannya

(exciter), penggolongan motor arus searah adalah sebagai berikut:

a. Motor DC berpenguatan bebas

Pada motor DC berpenguatan bebas, sumber penguatnya tersendiri,

biasanya berupa sumber DC yang lain. Oleh karena itu, kumparan

medannya terpisah (tidak memiliki hubungan listrik) dengan

kumparan jangkarnya.

b. Motor DC berpenguatan sendiriMotor DC berpenguatan sendiri tidak

memiliki sumber penguat tersendiri. Kumparan medan dihubungkan

dengan kumparan jangkar. Berdasarkan hubungan itu, motor DC

berpenguatan sendiri dapat dibedakan menjadi:

Page 9:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

9

-. Motor DC seri (kumparan medan seri dengan kumparan jangkar)

-. Motor DC shunt (kumparan medan parallel dengan kumparan

jangkar)

-. Motor DC kompon (memiliki dua kumparan lainnya dihubung seri

dengan kumparan jangkar, sedangkan kumparan lainnya

dihubung paralel dengan kumparan jangkar).

Model fisik dari sebuah motor DC secara lengkap yang

menggambarkan bagan elektrik dan mekanik:

Gambar 2. Model fisik motor DC Terkendali Jangkar (Harifuddin, 2008)

1. Model Dinamik motor DC :

Bagian elektrik :

(1)

Bagian mekanik :

(2)

Sifat motor, berlaku: T ( t )=K mia(t ) (3)

Sifat generator, berlaku: eb ( t )=Kbω(t ) (4)

ea ( t )−eb (t )=Raia (t )+Ladia(t )dt

dia(t )dt

= 1La

[ea ( t )−eb ( t )−Raia ( t ) ]

d ω(t)dt

=1J [T (t )−Bω (t ) ]

Page 10:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

10

2. Model Bagan Kotak :

Berdasarkan model dinamik diatas maka motor arus searah dapat

direpresentasikan dalam bentuk bagan kotak, sebagai berikut :

K m 1 J

B B 𝜔 ( t )

di a ( t ) dt

K b

d 𝜔

( t ) dt

න𝑑𝑡

R a

i a ( t )

i a ( t ) R a

e b ( t )

𝜔 ( t )

T ( t )

e a ( t ) 1 𝐿𝑎

Elektrik Mekanik

න𝑑𝑡

Gambar 3. Model bagan kotak Motor DC Terkendali Jangkar

3. Model Nisbah Alih

Model nisbah alih yang akan dicari, yaitu :

a. Masukan tegangan jangkar Ea, keluaran berupa kecepatan putar ω

G1 (S)Ea(S) ω(S)

b. Masukan tegangan jangkar Ea, keluaran berupa arus jangkar I a

G2(S)Ea(S) Ia(S)

Asumsikan keadaan awal = 0, maka dapat dilakukan transformasi

Laplace dari bagan kotak pada gambar 3 menjadi sebagai berikut :

Ea ( s)=L[e¿¿a (t )] ,Eb (s )=L[e¿¿b ( t )]¿¿

I a ( s )=L[ i¿¿ a (t )] ,ω ( s )=L [ω (t )]¿

Page 11:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

11

Maka akan diperoleh gambar 4 sebagai berikut :

Penyederhanaan model bagan kotak diatas, sebagai berikut :

Gambar 4. Penyederhanaan bagan kotak motor DC Terkendali Jangkar

K m 1 J

B B 𝜔(𝑠)

(

K b

)

R a

I a ( s )

I a ( s ) R a

E b ( s )

T ( s )

E a ( s )

Elektrik Mekanik

1𝐿𝑎

sIa(s) sω(s) 1s 1s

ω(s)

Gambar 4(a)

Gambar 4(b)

Gambar 4(c)

Gambar 4(d)

Page 12:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

12

Analisis Nisbah Alih Motor DC Kendali Jangkar

a. Untuk masukan Ea(s) dan keluaran ω(s) :

Dari gambar diatas maka :

(5)

Dari persamaan (5) terlihat bahwa :

; ;

Dimana :

ωn = Frekuensi alamiah tak teredam (undamped natural

frequency) (rad/sec)

b. Untuk masukan Ia(s) dan keluaran ω(s) :

G1 (s )=ω (s )Ea(s)

=K m

(La s+Ra ) ( Js+B )+K mKb

¿Km

J La s2+(J Ra+BLa) s+(BRa+K m. Kb)

¿Km/J La

s2+( J Ra+B LaJ La ) s+(B Ra+Km .K b

J La )

Ko=Km

J La2ξωn=

(J Ra+B La)J La

G1(s)=Ko

(s2+2 ξωn s+ωn2 )

ωn2=

(BRa+Km .K b)J La

ξ = Nisbah redaman (damping ratio)

ω (s)I a(s)

=Km

Js+B→I a (s )ω ( s )

= Js+BKm

G2 (s )=

I a (s )ω ( s)

∗ω ( s )

Ea (s )= Js+B

Kmx

K m

(L¿¿ as+Ra) (Js+B )+Km Kb ¿

¿ Js+BJLa s

2+(B La+JR ¿¿a)s+(BRa+KmKb)¿x

1/J La1/J La

Page 13:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

13

(6)

(7)

Dari persamaan (6) terlihat bahwa :

;

4. Analisis Kecepatan Putar Motor ω (t) dan Arus Jangkar I a(t):

a. Analisis Kecepatan Putar Motor ω (t)

(8)

dimana: (9)

Dengan mengsubstitusi persamaan (5) dan (9) ke persamaan (8),

maka:

(10)

G2 (s )=

1Las+ BJ La

s2+(B La+JR¿¿a)

J Las+

(BRa+KmKb )J La

¿

G2 (s )=

1Las+ BJ La

s2+2ωn s+ωn2

G2 (s )= as+bs2+2ωn s+ωn

2

1La

=a BJ La

=b

G1 (s )= ω ( s )Ea (s )

ω ( s )=G1 ( s )∗Ea (s )

Ea ( s)=L {ea(t )}=Eanom x1S

( s )=Ko

s2+2❑n s+❑n2 x (Eanom

s )( s)= (Ko .Eanom) x 1

s(s2+2❑n s+❑n2)

G2 (s )= 1Las ( 1s2+2ωn s+ωn

2 )+ BJ La ( 1

s2+2ωn s+ωn2 )

Page 14:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

14

Sehingga, ( t ) dapat dicari dengan invers Transformasi Laplace :

( t )=L−1 {(s ) }

(11)

Dimana :

dan ∅≡ cos−1

b. Analisis Arus Jangkar ia(t )

Jika (12)

dan (13)

Dengan memasukkan pers.(6) dan pers.(12) ke persamaan (13),

diperoleh :

Sehingga nilai ia(t) diperoleh yaitu:

ia (t )=L−1 {I a (s ) }

¿ L−1 {(K o . Eanom ) x 1s (s2+2❑n s+❑n

2) }( t )=(K o . Eanom )¿

❑d≡ωn√1−❑2

I a ( s )=G2 ( s ) x Ea (s )

Ea ( s)=L {ea(t )}=Eanom x1S

I a ( s )=[ 1Las ( 1s2+2ωn s+ωn

2 )+ BJ La ( 1

s2+2ωn s+ωn2 )]∗Eanom

s¿EanomLa [ 1

s2+2ωn s+ωn2 ]+B . EanomJ La

¿

¿EanomLa

L−1[ 1s2+2ωn s+ωn

2 ]+ B .Eanom

J LaL−1¿

Page 15:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

15

Dengan menggunakan tabel laplace maka persamaan diatas

diubah menjadi:

B. Roadmap Penelitian

Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan

penelitian tesis ini, antara lain:

1. “Pemodelan Dan Pengendalian Motor DC Terkendali Jangkar” oleh

Harifuddin (2008). Penelitian ini menjelaskan bahwa pengendalian

sebuah motor dimaksudkan untuk memperkecil arus pengasutan

saat motor terhubung ke jala-jala, memperkecil adanya pengaruh

gangguan terhadap kecepatan motor dan bagaimana mengatur

variasi kecepatannya. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif dimana data sheet sebuah motor dianalisis dengan

menggunakan persamaan matematik.

2. “Sistem Kendali Umpan balik (Feedback Control) Menggunakan

Teknik Pengendalian PID (Proporsional Integral Derivative)” oleh

A.Y. Erwin Dodu (2009). Penelitian ini menjelaskan mengenai

sistem pengendalian yang bisa digunakan untuk memperbaiki

performansi suatu sistem dinamis karena terdapat mekanisme

umpan-balik dari kondisi aktual (keluaran sistem) ke keadaan yang

diinginkan (masukan sistem) sehingga didapatkan error yang bisa

ia( t ) = EaLa [ 1

ωde−ςωn t . sin ωd t ]+ Ea .B

La J [ 1ωn

2 −1

ωnωde

−ςωn t .sin (ωd t+φ )]

Page 16:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

16

digunakan untuk mengarahkan kondisi aktual menuju ke keadaan

yang diinginkan.Penggunaan PID pada sistem kendali umpan-balik

akan semakin mempercepat waktu tanggapan sistem.

3. “Pengembangan Metoda Self Tuning Parameter PID Controller

Dengan Menggunakan Genetic Algorithm Pada Pengaturan Motor

Induksi Sebagai Penggerak Mobil Listrik” oleh Era Purwanto,dkk

(2010). Dalam penelitian ini, metode alternatif yang digunakan

adalah Genetic Algorithm (GA) yang diimplementasikan untuk

mendapatkan kombinasi parameter P, I, dan D dari kontroler PID

dalam simulasi pengaturan kecepatan motor induksi tiga fasa

sehingga kecepatan motor dapat dipertahankan agar sama dengan

kecepatan referensi dalam steady-state.

4. “Metode Algoritma Genetika dengan Sistem Fuzzy Logic untuk

Penentuan Parameter Pengendali PID” oleh Bhakti Yudho Suprapto

dan Sariman (2012). Dalam penelitian ini, Algoritma Genetika

dengan sistem Logika Samar (Fuzzy Logic) pada sistem motor arus

searah dipergunakan untuk mendapatkan parameter pengendali PID

yang didasarkan pada nilai mean square error (MSE).

Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya. Penelitian ini akan membahas pengendalian

kecepatan motor arus searah terkendali jangkar dengan pengendali PID

tertala berbasis perhitungan nilai akar kuadrat rata-rata.

Page 17:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

17

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir pada penelitian ini akan ditunjukkan pada blok

diagram berikut:

Gambar 5. Kerangka Pikir

Permasalahan

Penggunaan Pengendali PID dengan metoda Ziegler-

Solusi

Mendesain sistem pengendali agar diperoleh parameter Kp, Ki dan Kd sesuai kriteria performansi yang

diharapkan

Metodologi

Mengendalikan kecepatan motor DC terkendali jangkar dengan pengendali PID tertala berbasis perhitungan

nilai akar kuadrat rata-rata

Hasil Penelitian

Diperoleh parameter Kp, Ki dan Kd yang terbaik

Page 18:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pengendali PID

1. Respon Sistem

Respon suatu sistem kontrol selalu menunjukkan osilasi teredam

sebelum mencapai steady-state (Purwanto, 2009). Penggolongan

karakteristik respons transien suatu sistem kendali terhadap masukan

tangga satuan secara grafik ditunjukkan pada gambar 6.

Pengelompokan ini didefinisikan sebagai berikut:

a. Waktu naik tr :

Waktu naik adalah waktu yang diperlukan oleh respons untuk

naik dari 10% menjadi 90%, 5% menjadi 95%, atau 0% menjadi

100% dari nilai akhir yang biasa digunakan. Untuk sistem atas

redaman waktu naik yang biasa digunakan 10% menjadi 90%.

b. Overshoot maksimum Mp :

Overshoot maksimum adalah nilai puncak kurva respons diukur

dari satuan.

c. Waktu steady-state ts :

Waktu steady-state adalah waktu yang diperlukan untuk

merenspons kurva agar dapat mencapai dan tetap berada dalam

gugus nilai akhir ukuran yang disederhanakan dengan

Page 19:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

19

presentase mutlak harga akhirnya (biasanya 2% atau 5%).

Waktu steady-state tadi dihubungkan tetapan waktu terbesar

sistem kontrol.

Gambar 6. Kurva respon tangga satuan menunjukkan tr, Mp dan ts (Purwanto, 2009)

2. Kendali PID

Sesuai dengan namanya, pengendali ini merupakan kombinasi dari

tiga sistem kendali yaitu proportional, integral dan derivative. Jika masing-

masing dari ketiga pengendali tersebut berdiri sendiri, hasil yang dicapai

kurang bagus sebab masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan

sendiri-sendiri (Tatang dkk., 2007). Karena itu kombinasi dari ketiga

sistem kendali tersebut diharapkan dapat mengeliminasi kelemahan

masing-masing dan mampu memberikan kontribusi dari kelebihan masing-

masing. Tanggapan sistem kendali PID terhadap perubahan parameter

seperti terlihat pada Tabel 1 sebagai berikut.

Page 20:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

20

Tabel 1. Tanggapan sistem kendali PID terhadap perubahan parameter (Erwin, 2009)

Tanggapan loop tertutup

Waktu naik Overshoot Waktu

turunKesalahan keadaan

tunakProporsional (Kp)

Menurun MeningkatPerubahan kecil

Menurun

Integral (Ki) Menurun Meningkat Meningkat Hilang

Derivative (Kd)Perubahan kecil

Menurun MenurunPerubahan kecil

Masing-masing kendali dapat bekerja dan diimplementasikan baik

secara terpisah maupun kombinasi secara bersamaan dengan tujuan

saling melengkapi diantara masing-masing karakteristik kendali tersebut.

Penjelasan untuk masing-masing kendali, berikut ini:

Pada aksi kendali proporsional, keluaran sistem kendali akan

berbanding lurus dengan masukan dan error, dan menghasilkan

tanggapan yang cepat. Akan tetapi overshoot meningkat sehingga sistem

cukup bermasalah terutama saat awal beroperasi.

Untuk kendali integral, keluaran sistem berubah dengan cepat

sesuai perubahan error, sehingga error steady state mendekati nol.

Sedangkan aksi kendali derivative bekerja sesuai dengan laju perubahan

error. Oleh karena itu, kendali ini berfungsi mereduksi laju perubahan error

sehingga menjaga kestabilan sistem. Dalam perancangan sistem kontrol

PID yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter Kp, Ki dan Kd

supaya tanggapan keluaran sistem sesuai yang diinginkan.

Page 21:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

21

Pengendali PID ini paling banyak dipergunakan karena sederhana

dan mudah dipelajari serta penalaan parameternya. Lebih dari 95 %

proses di industri menggunakan pengendali ini (Sumiati, 2009).

Pengendali ini merupakan gabungan dari pengendali proportional (P),

integral (I), dan derivative (D).

Secara umum fungsi dari masing-masing kontroler dalam kontroler

PID adalah sebagai berikut (Purwanto, 2009):

a. Proportional

- Berfungsi untuk mempercepat terjadinya respons terhadap

sinyal error.

- Bekerja efektif pada daerah sebelum sistem mencapai daerah

set point / kondisi start.

b. Integral

- Berfungsi memelihara sinyal kontrol konstan.

- Bekerja efektif pada daerah di mana sistem mencapai set point.

c. Derivative

- Berfungsi mendapatkan sinyal kontrol dari perubahan errornya.

- Bekerja efektif pada daerah transient.

Berikut ini merupakan blok diagram dari sistem pengendali

berumpan balik (closed loop) seperti pada Gambar 7 berikut.

Page 22:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

22

Gambar 7. Diagram blok sistem pengendali berumpan balik (Sukendar, 2007)

dimana :

Plant : sistem yang akan dikendalikan

Controller : Pengendali yang memberikan respon untuk memperbaiki

respon

Error : SP – PV

dengan Set Point (SP) adalah suatu parameter nilai referensi atau nilai

yang diinginkan. Present Value (PV) adalah variable terukur yang di

umpan balikan oleh sensor. Keluaran pengendali PID akan mengubah

respon mengikuti perubahan yang ada pada hasil pengukuran sensor dan

set point yang ditentukan. Pembuat dan pengembang pengendali PID

menggunakan nama untuk mengidentifikasi ketiga model pada pengendali

yaitu:

P (Kp) = Konstanta Proportional

I (Ki) = ∫ 1T iS

=K i

s = Konstanta Integral

D (Kd) = T dde (t)dt

= Konstanta Derivative

Atau secara umum persamaannya adalah sebagai berikut (Sumiati, 2009):

u (t )=K p . e ( t )+Ki .∫e ( t )dt+Kd . d e (t)dt

(14)

Page 23:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

23

B. Metode Penalaan Ziegler Nichols

Metode penentuan parameter pengendali PID Ziegler Nichols

memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode klasik. Salah satu

kelebihan tersebut adalah tidak ditekankannya penurunan model

matematik komponen yang akan diatur (plant).

Penalaan parameter pengendali PID selalu didasari atas tinjauan

terhadap karakteristik yang diatur (plant). Dengan demikian betapapun

rumitnya suatu plant, perilaku plant tersebut harus diketahui terlebih

dahulu sebelum penalaan parameter PID itu dilakukan. Kerena

penyusunan model matematik plant tidak mudah, maka dikembangkan

suatu metode eksperimental. Metode ini didasarkan pada reaksi plant

yang dikenal suatu perubahan. Dengan menggunakan metode itu model

matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi, karena dengan

menggunakan data yang berupa kurva keluaran. Penalaan bertujuan

untuk mendapatkan kinerja sistem sesuai spesifikasi perancangan.

Cara menentukan PID berdasarkan metode penalaan Ziegler-

Nichols dilakukan secara eksperimen (asumsi model belum diketahui).

Metode ini bertujuan untuk pencapaian maximum overshoot (MO) : 25 %

terhadap masukan step.

Metode open loop adalah metode pertama Ziegler-Nichols untuk

penalaan kendali PID (Zaidir, 2015) dengan memperoleh secara

eksperimen tanggapan plant terhadap masukan unit-step akan

menghasilkan kurva S.

Page 24:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

24

Kurva bentuk S memiliki karakteristik dengan dua buah konstanta,

yaitu waktu tunda L dan konstanta waktu T. Kedua parameter tersebut

diperoleh dengan menggambar garis tangensial pada titik infleksi dari

kurva penalaan PID Ziegler Nichols dan memperoleh perpotongan garis

tangensial dengan garis axis waktu dan garis c(t) = K seperti pada

gambar 9.

Gambar 8. Tanggapan unit step (Zaidir, 2015)

Gambar 9. Kurva Penalaan PID Ziegler-Nichols (Zaidir, 2015)

Berdasarkan kurva penalaan PID diatas, Zigler-Nichols

menentukan parameter Kp, Ti dan Td pada metode pertama berbasis

tanggapan undak open loop dirangkum pada Tabel 2. Untuk kendali PID

yang dirancang dalam paralel atau tiga aksi terpisah maka Ti dan Td harus

konversi untuk mendapatkan Ki dan Kd dengan rumus (Zaidir, 2015):

(15)Ki=KpTi

Page 25:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

25

(16)

Berikut tabel perhitungan nilai PID:

Tabel 2. Aturan penalaan Ziegler Nichols open loop (Zaidir, 2015):

Tipe Kp Ti Td

P T/L ~ 0

PI 0.9T/L L/0.3 0

PID 1.2T/L 2L 0.5L

C. Root Mean Square (RMS)

Nilai Root Mean Square (RMS) adalah nilai akar rata-rata kuadrat

dari suatu besaran yang berubah sebagai fungsi waktu selama suatu

interval waktu t. Untuk perhitungan kesalahan pengukuran kecepatan

RMSE (Root Mean Square Error) dan perhitungan kesalahan pengukuran

tegangan jangkar RMS_Ea pada setiap waktu t dapat dilihat seperti pada

persamaan (17) dan (18).

RMSE ( t ) =√ 1t ∫ [ error( t ) ]2dt

(17)

dimana error(t) = ωref – ω(t)

dengan ωref adalah suatu parameter nilai acuan atau nilai yang diinginkan

dari putaran nominalnya, sedangkan ω(t) adalah nilai pembacaan sensor

saat itu atau variabel terukur yang di umpan balikkan oleh sensor dari

kecepatan putar itu sendiri.

Kd=Kp x Td

Page 26:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

26

RMSEa (t ) =√ 1t∫ [ errorEa ( t ) ]2 dt

(18)

dimana errorEa(t) = Earef – ea(t)

dengan Earef adalah suatu parameter nilai acuan atau nilai yang diinginkan

dari tegangan nominalnya, sedangkan ea(t) adalah nilai pembacaan

sensor saat itu atau variabel terukur yang di umpan balikkan oleh sensor

dari tegangannya itu sendiri.

D. Rancangan Penelitian

Proses perancangan sistem ini dilakukan beberapa tahap, antara

lain:

Gambar 10. Diagram Alir Penelitian

Page 27:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

27

BAB IV

PERANCANGAN DAN SIMULASI

A. Motor Arus Searah

Motor arus searah yang digunakan adalah motor arus searah

terkendali jangkar tipe 73186 class 0.3. Parameter motor arus searah

terkendali jangkar dalam simulasi diberikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter data motor DC Terkendali Jangkar

Sumber: Motor DC Terkendali Jangkar Type 73186 class 0.3 pada Laboratorium Elektronika Daya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin.

Dari data-data yang ada diatas dapat dikonversi ke sistem MKS

dan menganalisis parameter lainnya. Adapun perhitungannya adalah

sebagai berikut:

1. Kecepatan nominal (nom)

nom = 2000 RPM x 2/60 = 209,440 rad/sec

No

Parameter Simbol Nilai Satuan

1 Daya P 0,3 KWatt

2Kecepatan putar

nominalnom 2000 RPM

3 Tegangan Jangkar Ea 220 Volt

4 Arus Jangkar Ia 1,8 Ampere

5 Tahanan Jangkar Ra 12

6 Induktansi Jangkar La 0.0080 Hendry

7 Momen Inersia J 0,177 Nmsec2/rad

Page 28:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

28

2. Konstanta gesekan/friction (B)

Dimana nilai T :

T nom=P( watt)ω (rad/sec )

T nom=300209,440

wattrad/sec

T nom=1,432 N .m/secrad

T nom=1,432 kg .m2

sec2

Sehingga:

B=Tω

B=1,432209,440

Nmrad/sec

B=6,837x10−3 Nm .secrad

B=6,837x10−3 kg .m2

rad . sec

3. Konstanta motor (Km)

Km=TIa

=1,4321,8

=0,796 N .mAmp

B= Tωnom

Page 29:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

29

4. Konstanta GGL lawan (Kb)

Kb=Ea−I a . Ra

ω=

220−(1,8x12)209,440

=0,947 Volt . secrad

Tabel 4. Parameter Motor DC Terkendali Jangkar dan hasil analisis parameter lainnya:

Sumber : Motor DC Terkendali Jangkar Type 73186 class 0.3 pada Laboratorium Elektronika Daya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin dan hasil analisis.

No. Parameter Simbol Nilai Satuan

1. Daya P 0,3 KWatt

2. Kecepatan putar nominal nom

2000 RPM

209,440 rad/sec

3. Tegangan Jangkar Ea 220 Volt

5. Arus Jangkar Ia 1,8 Ampere

6. Tahanan Jangkar Ra 12

7. Momen Inersia J 0,177 Nmsec2/rad

8.Konstanta

gesekan/frictionB 6,837x10-3 Kg.m2/rad.sec

9. Konstanta motor Km 0,796 N.m/Amp.

10. Konstanta GGL lawan Kb 0,947 Volt.sec/rad

11. Torsi T 1,432 Kg.m2/sec2

Page 30:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

30

B. Motor DC Kendali Jangkar tanpa Gangguan

Pada kondisi ini motor dalam keadaan normal (steady state) dan

belum mengalami gangguan, seperti diperlihatkan pada gambar simulink

di bawah ini :

Gambar 11. Model simulasi motor DC tanpa gangguan

Berdasarkan gambar simulasi motor DC tanpa gangguan (Gambar

11) diatas pada kecepatan motor ω(t) dan arus jangkar ia(t) hampir

mendekati nilai yang tertera pada name plate motor DC terkendali jangkar

yaitu kecepatan motor sekitar 2000 RPM dan arus jangkar sekitar 1,8

Ampere. Bila simulink diatas di jalankan maka akan terlihat grafik hasil

simulasi sebagai berikut :

90

alpha

time

Waktu [sec]220*pi/sqrt(2)

220

VariAC

0

Tidak ada Tambahan Rs

Ea

Tegangan Jangkar [Volt]

220

Tegangan Jala21997

Tachometer

omega

Putaran Motor [RPM]

AC In

AlphaTegangan Jangkar

Penyearah Terkendal i

ea(t) [Volt]

B [N.m.sec/rad]

Ra-serie

w(t) [RPM]

ia(t) [Ampere]

MOTOR DC

1s

Integrator

90

Display1

220

Display

1

Constant

0.007

Beban Nominal

arus

Arus Jangkar [Ampere]

1.83

Amperemeter

alpha

Alpha

Page 31:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

31

Gambar 12. Grafik hasil simulasi antara tegangan (Ea), kecepatan motor (omega) alpha dan arus jangkar terhadap waktu tanpa gangguan.

C. Motor DC Kendali Jangkar dengan Gangguan tanpa Pengendali

Pada kondisi motor dalam kondisi gangguan seperti diperlihatkan

pada gambar simulasi dibawah ini :

0 10 20 30 40 50 60 70 80219

220

221

time [sec]

Ea(

t)[V

olt]

0 10 20 30 40 50 60 70 8089

90

91

time [sec]

alph

a [d

eg]

0 10 20 30 40 50 60 70 80-200

0

200

time [sec]

Ia(t)

[Am

pere

]

0 10 20 30 40 50 60 70 800

1

2x 10

4

time[sec]

omeg

a [R

PM

]

Page 32:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

32

Gambar 13. Gambar bagan simulasi motor DC kondisi gangguan tanpa pengendali

Perubahan kecepatan putaran motor arus searah terjadi seiring

dengan perubahan beban, artinya cepat atau lambatnya putaran motor

tergantung pada naik atau turunnya beban motor tersebut. Perubahan

beban itu sendiri kemudian disebut dengan gangguan (disturbance).

Walaupun ada gangguan yang terjadi namun kecepatan putaran

motor arus searah sedapat mungkin tetap berputar pada kecepatan

nominalnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa yang

dimaksud dengan kondisi gangguan adalah seberapa besar perubahan

beban yang diberikan ke motor yang berdampak pada perubahan

kecepatan motor arus searah.

Berdasarkan gambar simulasi motor DC tanpa pengendali (Gambar

13) diatas jika dijalankan diperoleh RMSE = 68,63 RPM dan RMS_Ea = 0,

dengan grafik hasil simulasi sebagai berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80219220221

time [sec]

Ea(

t)[Vol

t]

0 10 20 30 40 50 60 70 800

0.010.02

time [sec]B[k

g.m

2/ra

d.se

c]

0 10 20 30 40 50 60 70 80899091

time [sec]

alph

a [d

eg]

0 10 20 30 40 50 60 70 80024

time [sec]

arus

[Am

pere

]

0 10 20 30 40 50 60 70 80-200

0200

time [sec]

erro

r[RPM

]

0 10 20 30 40 50 60 70 80180020002200

time[sec]omeg

a [R

PM

]

Page 33:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

33

Gambar 14. Grafik hasil simulasi antara tegangan, beban, alpha (sudut penyalaan), arus jangkar, error dan kecepatan putar terhadap waktu tanpa pengendalian.

Nilai besaran gangguan yang terjadi pada arus dan putaran motor

pada gambar grafik diatas :

a.Gangguan arus terendah mencapai 0,3396 Ampere sedangkan

gangguan arus tertinggi mencapai 3,311 Ampere dari arus nominalnya

sebesar 1,8 Ampere.

b.Gangguan putaran terendah terjadi pada 1818 RPM sedangkan

gangguan putaran tertinggi mencapai 2177 RPM dari putaran

nominalnya sebesar 2000 RPM.

Untuk perhitungan RMSE dan RMS_Ea pada setiap waktu t dapat

dilihat seperti pada persamaan (17) dan (18).

dimana error(t) = ωref – ω(t)

dimana errorEa(t) = Earef – ea(t)

Berdasarkan perhitungan pada persamaan (17) dan (18) jika

dijalankan tanpa pengendali diperoleh kesalahan pengukuran kecepatan

RMSE sebesar 68,63 RPM (3,4315 %) dan Kesalahan pengukuran

RMSE( t )=√1t ∫ [ error (t )]2dt

RMSEa (t )=√ 1t∫ [ errorEa( t )]2 dt

Page 34:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

34

tegangan jangkar RMS_Ea tanpa pengendali 0. Kesalahan pengukuran

tegangan jangkar RMS_Ea = 0 krn tidak ada umpan balik.

D. Motor Arus Searah Kendali Jangkar Dengan Pengendalian Pada

Kondisi Gangguan (Closed loop Control)

Pengendali yang digunakan yaitu kendali Proporsional-Integral-

Derivatif (PID). Diperlihatkan potongan grafik hasil simulasi kecepatan

motor arus searah terhadap kondisi gangguan tanpa pengendali seperti

Gambar 15.

Gambar 15. Potongan grafik hasil simulasi kecepatan motor terhadap waktu dengan gangguan tanpa pengendalian.

Dari gambar grafik diatas diperoleh : L = 0,63 dan T= 1,89.

Sehingga diperoleh :

Kp = 1.2T/L

= 1.2 (1.89/0.63)

= 3.6

Ti = 2L

= 2 x 0.63

= 1.26

Ki = Kp / Ti

Page 35:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

35

= 3.6 / 1.26

= 2.857

Td = 0.5L

= 0.5 x 0.63

= 0.315

Kd = Kp x Td

= 3.6 x 0.315

= 1.134

Dalam membuat pengendalian daur tertutup pada motor arus

searah terkendali jangkar, dapat dilihat pada model motor arus searah

yang telah dibuat sebelumnya dengan memposisikan saklar pada posisi

closed. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar simulink berikut ini :

Page 36:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

36

Gambar 16. Gambar bagan simulink motor DC kondisi gangguan dengan pengendali (closed loop control)

Bila motor arus searah closed loop control dengan inisialisasi

sistem PID : Pengendali Proporsional-Integral-Derivative (Kp = 3,6 ,

Ki = 2,857 , Kd = 1,134), maka diperoleh diperoleh kesalahan pengukuran

kecepatan RMSE sebesar 65,99 RPM (3,2995 %) dan kesalahan

pengukuran tegangan jangkar RMS_Ea sebesar 4,362 Volt (1,9827 %)

serta dihasilkan grafik tegangan, beban, alpha, error (selisih antara

kecepatan putar referensi dengan kecepatan putar yang terukur) dan

kecepatan putar seperti pada Gambar 17.

Gambar 17. Grafik hasil simulasi motor arus searah dengan pengendali Kp = 3,6 , Ki = 2,857 dan Kd = 1,134

Dari Grafik hubungan kesalahan pengukuran kecepatan RMSE

(RPM) dengan penguatan K untuk K = 1 sampai K = 5 seperti pada

Gambar 18.

0 10 20 30 40 50 60 70 80200

220

240

time [sec]

Ea(

t)[Volt]

0 10 20 30 40 50 60 70 800

0.01

0.02

time [sec]B[k

g.m

2/ra

d.se

c]

0 10 20 30 40 50 60 70 8085

90

95

time [sec]

alph

a [d

eg]

0 10 20 30 40 50 60 70 80-500

0

500

time [sec]

erro

r[RPM

]

0 10 20 30 40 50 60 70 801500

2000

2500

time[sec]

omeg

a [R

PM

]

Page 37:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

37

1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 535

40

45

50

55

60

65

70

k

RPM

Gambar 18. Grafik hubungan kesalahan pengukuran kecepatan RMSE (RPM) dengan penguatan K untuk K = 1 sampai K = 5

Dari grafik hubungan kesalahan pengukuran tegangan jangkar

RMS_Ea (Volt) terhadap penguatan K untuk K = 1 sampai K = 5 seperti

pada Gambar 19.

1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 54

4.5

5

5.5

6

6.5

7

7.5

8

8.5

9

k

Vol

t

Page 38:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

38

Gambar 19. Grafik hubungan kesalahan pengukuran tegangan jangkar RMS_Ea (Volt) terhadap penguatan K untuk K = 1 sampai K = 5

Dengan Kp = 3,6 , Ki = 2,857 , dan Kd = 1,134 sesuai penalaan

Ziegler-Nichols, maka untuk menentukan titik optimum dapat diambil

perpotongan dari grafik RMSE dan RMS_Ea dengan mengambil titik

minimum dari selisihnya seperti terlihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Grafik hubungan RMSE (%), RMS_Ea (%) dan selisihnya (%) terhadap penguatan K untuk K =1 sampai K = 5

Dari grafik seperti gambar 20 diatas dapat dianalisis :

1. Semakin besar nilai K maka RMSE semakin kecil dan RMS_Ea

semakin besar.

2. Titik optimum dari RMSE dan RMS_Ea berada pada titik minimum dari

selisihnya yaitu 0,0036 (K = 1,94 , RMSE = 57,9 RPM (2,8950 %) ,

1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

k

%

X: 1.94Y: 0.003636

RMSERMSEaSelisih

Page 39:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

39

RMS_Ea = 6,361 Volt (2.8914 %). Maka diperoleh nilai pengendali PID

tertala secara manual sebagai berikut:

Kp = 1,94 x 3,6 = 6,984

Ki = 1,94 x 2,857 = 5,543

Kd = 1,94 x 1,134 = 2,199

Bila motor arus searah closed loop control dengan inisialisasi

sistem dengan parameter PID hasil penalaan untuk Kp = 6,984 ,

Ki = 5,543 , Kd = 2,199 , maka diperoleh diperoleh kesalahan pengukuran

kecepatan RMSE sebesar 57,9 RPM (2,8950 %) dan kesalahan

pengukuran tegangan jangkar RMS_Ea sebesar 6,361 Volt (2.8914 %)

serta dihasilkan grafik tegangan, beban, alpha, error (selisih antara

kecepatan putar referensi dengan kecepatan putar yang terukur) dan

kecepatan putar seperti pada Gambar 21.

Gambar 21. Grafik hasil simulasi motor arus searah dengan pengendali Kp = 6,984 , Ki = 5,543 , dan Kd = 2,199 hasil penalaan

0 10 20 30 40 50 60 70 80200

220

240

time [sec]

Ea(

t)[Volt]

0 10 20 30 40 50 60 70 800

0.01

0.02

time [sec]B[k

g.m

2/ra

d.se

c]

0 10 20 30 40 50 60 70 8085

90

95

time [sec]

alph

a [d

eg]

0 10 20 30 40 50 60 70 80-200

0

200

time [sec]

erro

r[RPM

]

0 10 20 30 40 50 60 70 801800

2000

2200

time[sec]

omeg

a [R

PM

]

Page 40:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

40

Perbandingan RMSE tanpa pengendali, RMSE dengan pengendali

PID dengan metode Ziegler Nichols serta RMSE pengendali PID dengan

memperhitungkan RMS_Ea seperti diberikan pada tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan RMSE tanpa pengendali, RMSE dengan pengendali PID dengan metode Ziegler Nichols dan RMSE dengan pengendali PID dengan memperhitungkan RMS_Ea.

E. Penalaan Otomatis

Untuk menentukan parameter PID tertala dengan metode Ziegler

Nichols secara otomatis dengan memperhitungkan RMSE (RPM) dan

RMS_Ea (Volt) sebagai masukannya pada pengendali. Selengkapnya

dapat dilihat pada gambar bagan berikut ini,

RMSE Tanpa Kendali

(%)

RMSE Dengan Kendali PID

dengan metode Ziegler Nichols(%)

RMSE Dengan Kendali PID

dengan Memperhitungkan

RMS_Ea (%)

3,4315 3,2995 2,8950

Page 41:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

41

Gambar 22. Gambar Bagan simulasi motor arus searah kondisi gangguan dengan pengendali tertala.

Model subsistem pengendali tertala dari bagan simulasi motor arus searah

dapat dilihat pada gambar bagan berikut ini,

Gambar 23. Gambar subsistem pengendali tertala dari bagan simulasi motor arus searah.

Bila motor arus searah closed loop control dengan inisialisasi

sistem dengan parameter PID tertala untuk k = 0,045 , maka diperoleh

gain K sebesar 2,663 seperti terlihat pada gambar 24 berikut,

0 50 100 150 200 250 300 3501

1.2

1.4

1.6

1.8

2

2.2

2.4

2.6

2.8

X: 282.7Y: 2.663

Gai

n K

time [sec]

Page 42:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

42

Gambar 24. Grafik hasil simulasi motor arus searah dengan pengendali tertala untuk k = 0,045

Dari grafik hasil simulasi motor arus searah dengan pengendali

tertala untuk k = 0,045 diperoleh gain K sebesar 2,663. Maka diperoleh

nilai pengendali PID tertala secara otomatis sebagai berikut:

Kp = 2,663 x 3,6 = 9,587

Ki = 2,663 x 2,857 = 7,608

Kd = 2,663 x 1,134 = 3,019

Page 43:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

43

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil simulasi diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Untuk kesalahan pengukuran kecepatan RMSE tanpa pengendali

68,63 RPM (3,4315 %), RMSE dengan pengendali PID dengan metode

Ziegler Nichols 65,99 RPM (3,2995 %) serta RMSE dengan pengendali

PID dengan memperhitungkan RMS_Ea 57,9 RPM (2,8950 %) selama

80 detik dan mengalami gangguan koefisien gesek sekitar 20 detik.

2. Kesalahan pengukuran tegangan jangkar RMS_Ea tanpa pengendali 0,

dengan pengendali PID dengan metode Ziegler Nichols sebesar

4,362 Volt (1,9827 %) serta dengan pengendali PID dengan

memperhitungkan RMS_Ea sebesar 6,361 Volt (2.8914 %). Kesalahan

pengukuran tegangan jangkar RMS_Ea = 0 karena tidak ada umpan

balik.

3. Dari hasil pengendali PID tertala untuk Gain k = 2,663 diperoleh

Kp = 9,587 , Ki = 7,608 , dan Kd = 3,019. Dengan nilai Kp, Ki dan Kd

tersebut, sistem dapat berjalan dengan baik dengan mempertahankan

kecepatan putaran motor mendekati setpoint.

Page 44:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

44

DAFTAR PUSTAKA

Pinem, A. 2009. Pengaturan Kecepatan Motor DC Dengan Integral Siklus Kontrol (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Bobal, Vladimir. 1999. Self-Tuning PID Controller. Department of Automatic Control, Faxculty of Technology Zlin: Proceedings of the 7th Mediterranean Conference on Control and Automation (MED99) Haifa, Israel - June 28-30.

Purwanto E., Mukti W., & Soebagio. 2009. Pengembangan Metoda Self Tuning Parameter PID Controller Dengan Menggunakan Genetic Algorithm Pada Pengaturan Motor Induksi Sebagai Penggerak Mobil Listrik, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, di Yogyakarta 20 Juni.

Erwin, S. 2009. Kontrol Proporsional Integral Derivatif (PID) Untuk Motor DC Menggunakan Personal Computer. Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom Bandung.

Harifuddin. 2008. Pemodelan dan Pengendalian Motor DC Terkendali Jangkar. Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni.

Ogata K. 1991. Teknik Kontrol Automatik –terjemahan: Ir. Edi Laksono, Jakarta:Erlangga.

Tatang S & Berayan M. 2007. Sistem Pengaturan Motor AC Servo Dengan Kontroller PID Self Tuning Berbasis Fuzzy Logic. Jurnal DiSainTek Vol. 01, No. 01, Desember.

Thomas N & Poongodi P. 2009. Position Control of DC Motor Using Genetic Algorithm Based PID Controller. Proceedings of the World Congress on Engineering Vol II WCE 2009, London, U.K – July 1-3.

Ruzita S. 2009. Analisis Pengendalian Motor DC Menggunakan Logika PID Dengan Mikro Kontroler ATMEGA 8535. Jurnal Teknik Mesin Vol. 6, No. 2, Desember.

Zaidir J. 2015. Implementasi Kendali PID Penalaan Ziegler Nichols Mengunakan Mikrokontroler. Jurnal Informatika, Vol.15, No.1, Juni.

Page 45:  · Web viewPerencanaan suatu sistem tenaga baik dalam skala industri besar ataupun kecil tidak akan lepas dari suatu asumsi bagaimana sistem ini akan berjalan dengan baik melalui

45