· web viewkuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. prosentase kenaikan...

171
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Upload: others

Post on 19-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Page 2:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071
Page 3:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

B A B VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana yang telah digariskan dalam Repelita III pemba-ngunan sektor pertanian tetap memegang peranan utama. Pemba- ngunan Pertanian diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan, antara lain meningkatkan produksi pangan, meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan pendapatan devisa negara dan menunjang usaha-usaha meningkatkan pembangunan industri.

Produksi hasil pertanian sebagian besar dilaksanakan oleh petani kecil yang merupakan bagian terbesar dari penduduk dan lokasinya tersebar di seluruh daerah. Oleh karena itu pembangunan pertanian juga diarahkan pada usaha penyebaran hasil-hasil pembangunan untuk mencapai pemerataan pendapatan serta memperluas kesem- patan kerja.

Untuk mencapai berbagai tujuan tersebut, dalam Repelita III ini dalam sektor pertanian dilaksanakan empat usaha pokok, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi, yang semua -nya merupakan usaha terpadu dengan pembangunan daerah di desa- desa.

Dalam pelaksanaan pembangunan pertanian dalam tahun per- tama Repelita III ini telah tercapai hasil-hasil sebagai dapat dilihat dalam Tabel VI — 1. Di bidang pertanian tanaman pangan, produksi beras tahun 1979 mencapai 17.918 juta ton, atau 2,24 % di atas tahun 1978 (17,525 juta ton). Produksi ubi kayu dan kedele masing -masing meningkat dari 12.902 ribu ton dan 617 ribu ton menjadi 13.330 ribu ton dan 674 ribu ton. Sebaliknya produksi jagung dan kacang tanah menurun, masing-masing dari 4.029 ribu ton dan 446 ribu ton menjadi 3.305 ribu ton dan 418 ribu ton.

Dalam pada itu di bidang perikanan juga terjadi peningkatan produksi. Dibanding dengan tahun 1978 hasil perikanan darat me -

279

Page 4:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 1PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,

( ribu ton )

Jenis Hasil 19781) 19792)

Beras 17.525 17.918

Jagung 4.029 3.305

Ubi kayu 12.902 13.330

Ubi jalar 2.083 2.043

Kedelai 617 674

Kacang tanah 446 418

Ikan laut 1.227 1.305

Ikan darat 420 432

Daging 474,6 494,5

Telur 151,0 164,1

Susu 3) 62,3 67,2

Karet 884 893

Kelapa sawit/minyak 517 623

Kelapa/kopra 1.560 1.559,85

Kopi 222 223,40

T e h 88 121

Cengkeh 21,63 21,83

L a d a . 46 46,20

Tembakau 81 82

Gula tebu 1.616 1.686

Kapas 0,50 0,50

Kayu jati 4) 475 575

Kayu rimba4) 30.619 25.852

1) Angka diperbaiki kecuali untuk karet, kelapa/minyak/sawit, kelapa/kopra, kayu jati dan kayu rimba

2) Angka sementara3) Dalam juta liter4) Dalam ribu m3

280

Page 5:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

ningkat dengan 2,9 % sehingga menjadi 432 ribu ton dan hasil perikanan laut meningkat dengan 6,4 % sehingga menjadi 1.305 ribu ton. Usaha peningkatan produksi perikanan terus ditingkatkan dengan peningkatan ketrampilan nelayan, penggunaan teknologi tepat guna, perluasan areal usaha, baik di laut maupun di darat, serta dengan penyebaran benih unggul.

Produksi daging, telur dan susu tahun 1979 masing-masing se- besar 494,5 ribu ton, 164,1 ribu ton dan 67,2 juta liter. Dibanding dengan produksi tahun 1978, masing-masing sebesar 474,6 ribu ton, 151,0 ribu ton dan 62,3 juta liter, produksi tahun 1979 tersebut juga menunjukkan peningkatan yang berarti. Di pihak lain, karena ada- nya ketidak seimbangan antara peningkatan populasi dengan jumlah pemotongan, jumlah populasi sapi, kerbau dan babi masih meng- alami penurunan.

Dibanding dengan tahun 1978, produksi hasil-hasil perkebunan tahun 1979 juga meningkat, kecuali kelapa/kopra dan kapas. Produksi karet, gula tebu, teh dan tembakau masing-masing sebesar 1,02%, 4,3%, 37,5% dan 1,23%.

Produksi kayu jati tahun ,1979 berjumlah 575 ribu meter kubik. Ini berarti meningkat sebesar 21,05 % bila dibandingkan dengan produksi tahun 1978 yang berjumlah 475 meter kubik. Produksi kayu rimba tahun 1979 turun sebesar 15,57 % dibanding tahun 1978 yang produksinya sebesar 30,619 ribu meter kubik.

Perkembangan volume ekspor hasil pertanian secara umum tahun 1979 dapat dilihat di Tabel VI—2. Sebagai tampak dari tabel tersebut, dalam tahun 1979 volume ekspor hasil-hasil perkebunan meningkat dibandingkan dengan tahun 1978, kecuali kopra yang sejak tahun 1978 tidak diekspor.

Volume ekspor karet tahun 1979 diperkirakan 933,9 ribu ton, yang berarti ada peningkatan sebesar 7,8 % dibanding tahun sebe- lumnya. Ekspor kopi juga meningkat, yaitu sebanyak 230,4 ribu ton untuk tahun 1979. Ekspor tahun 1978 berjumlah 215,9 ribu ton. Angka ekspor tahun 1979 tersebut di atas merupakan hasil ekspor selama bulan Januari 1979 — Nopember 1979.

281

Page 6:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 2VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING,

(ribu ton )

Jenis Produksi 1978 1979`

Karat 865,91) 933,9

Minyak sawit 412,2 436,7

T e h 56,31) 68,5

K o p I 215,9 230,4

L a d a 37,0 37,3

Tembakau 25,61) 25,8

Kopra

Udang (sugar dan awetan) 32,6 34,22

Ikan segar 13,9 16,90

Sapi (ribu ekspor) 0,4 0

Kerbau (ribu ekspor) 0 0

Ta1it ternak 4,8 5,8

Kayu3) 19.202 19.247Jagung 21,1 6,8Kacang tanah 2,2 2,oGaplek .307,8 306,6

1 Angka diperbaiki2 Angka Sementara3 Dalam ribuan m3

Ekspor udang dan ikan segar juga meningkat. Demikian Pula ekspor kulit ternak yang meningkat sebesar 20,8% dibandingkan dengan tahun 1978.

Pada tahun 1979 tidak ada ekspor ternak sapi ataupun kerbau. Hal ini terutama disebabkan oleh populasi yang semakin menurun.

Page 7:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Kegiatan reboisasi dan penghijauan dalam tahun 1979 juga ditingkatkan dalam rangka merehabilitasi lahan yang tidak produktif282

Page 8:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

dan kritis, seperti tanah kosong, padang alang-alang, bekas penebang- an dan lain-lain. Pelaksanaan usaha ini sangat penting dan erat hubungannya dengan usaha menjaga sumber alam dan perlindungan serta pelestarian alam.

Berkat peranannya dalam bidang pertanian pembangunan dalam bidang pengairan dalam Repelita III juga memperoleh prioritas utama dalam tahun kedua Repelita III ini. Hasil-hasil pembangunan Subsektor pengairan adalah sebagai berikut. Dalam tahun anggaran 1979/80 telah diselesaikan rehabilitasi jaringan utama yang meliputi areal seluas 44.604 Ha, penyempurnaan dan pembangunan jaringan tertier yang meliputi 129.887 Ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 126.559 Ha, serta pembukaan daerah rawa dan pasang surut masing-masing meliputi areal 8.236 Ha dan 47.388 Ha. Di samping itu dalam pelaksanaan proyek perbaikan dan pengamanan sungai telah diselesaikan jaringan yang mencakup areal seluas 93.250 Ha.B. PERTANIAN PANGAN

Usaha pembangunan pertanian pangan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan reha-bilitasi serta pembinaan usaha niaga pertanian. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan bimbingan ma- sal (Bimas), penyuluhan, penyediaan benih Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), peningkatan pemberantasan hama penyakit tanam- an, dan usaha-usaha perluasan areal dengan cara pencetakan sawah baru dan pembinaan pertanian daerah transmigrasi.

1. Padi/BerasPada tahun 1979 produksi beras Indonesia mencapai 17.9.18

ribu ton atau 2,24 % di atas tahun 1978 (17.525 ribu ton). Produksi beras di Jawa meningkat lebih besar, yaitu sebesar 2,46 %, sedang - kan luar Jawa meningkat sebesar 1,91%. Kenaikan produksi beras tersebut disebabkan oleh meningkatnya hasil rata-rata per ha. Hal ini disebabkan karena iklim/curah hujan baik, adanya usaha Inten- sifikasi khusus (Insus) dan makin meluasnya penggunaan benih Va- rietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), pupuk dan pestisida. Per -kembangan produksi beras selama tahun 1978 dan tahun 1979 dapat diikuti pada Tabel VI — 3 dan Grafik VI — 1.

283

Page 9:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI—3P R O D U K S I B E R A

S 1978 — 1979 (ribu ton)

19781) 1979 2)

J a w a 10.607 10.868Luar Jawa 6.918 7.050Indonesia 17.525 17.918

1) Angka diperbaiki. 2) Angka sementara.

Dalam tahun 1979 luas areal panen mengalami penurunan. Pe-nurunan luas panen terjadi di Jawa. Luas panen di Jawa menurun dari 4.750 ribu ha pada tahun 1978 menjadi 4.666 ha pada tahun 1979. Di luar Jawa luas panen bahkan meningkat dari 4.179 ribu ha pada tahun 1978 menjadi 4.184 ribu ha pada tahun 1979. Adanya penurunan luas panen di Jawa ini disebabkan oleh serangan hama wereng dan tikus. Tabel VI—4 dan Grafik VI—2 memperlihatkan perkembangan luas panen selama tahun-tahun 1978 — 1979.

Penurunan luas areal panen padi tidak menyebabkan penurunan dalam produksi beras sebagai keseluruhan karena ternyata diim- bangi oleh kenaikan hasil rata-rata per ha, yaitu dari 1,96 ribu ton/ ha pada tahun 1978 menjadi 2,02 ribu ton/ha pada tahun 1979 (Tabel VI — 5). Demikianlah maka produksi total beras tahun 1979 masih lebih tinggi dari tahun 1978.

Hasil rata-rata beras per ha di Jawa meningkat dari. 2,23 ton beras/ha pada tahun 1978 menjadi 2,32 ton beras/ha tahun 1979, di luar Jawa meningkat dari 1,66 ton beras/ha menjadi 1,69 ton beras/ ha. Meningkatnya hasil rata-rata per hektar ini disebabkan oleh adanya iklim yang baik, adanya usaha-usaha Insus dan semakin meluasnya penggunaan benih unggul, pupuk dan pestisida. Tabel VI — 5 dan Grafik VI 3 memperlihatkan perkembangan hasil rata-rata beras per ha tahun 1978 — 1979.

284

Page 10:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 1PRODUKSI BERAS 1978 - 1979

285

Page 11:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 4L U A S P A N E N P A D I,

1978 — 1979(ribuan ha)

1978') 19792)

Jawa 4.750 4.666Luar Jawa 4.179 4.184Indonesia 8.929 8.850

') Angka diperbaiki. 2) Angka sementara.

Areal panen intensifikasi tahun 1979 meningkat sebesar 3,7 %, yaitu dari 4.848 ribu ha pada tahun 1978 menjadi 5.026 ribu ha pada tahun 1979 (Tabel VI — 6 dan Grafik VI — 4). Kenaikan ini terjadi karena adanya peningkatan areal Inmas yang besar, sedangkan areal Bimas menurun.

Areal panen Bimas mengalami penurunan sebesar 19,18 %, yaitu dari 1.960 ribu ton ha dalam tahun 1978 menjadi 1.584 ribu ha pada tahun 1979. Sebaliknya areal Inmas naik 19,19 % dibanding tahun 1978, yaitu dari 2.888 ribu ha menjadi 3.442 ribu ha.

Selama tahun 1978 iklim yang baik sangat membantu usaha peningkatan produksi pangan. Tetapi selama itu masalah hama penyakit masih tetap merupakan tantangan yang besar. Gangguan hama/penyakit inilah terutama yang menyebabkan luas panen di Jawa menurun dibandingkan dengan tahun 1978. Tahun 1978 ting- kat kerusakan padi sawah di Jawa Madura sekitar 3,6 % meliputi areal seluas 135.453 ha. Tahun 1979 tingkat kerusakan meningkat sehingga mencapai 6,8 % atau sekitar 273.220 ha. Hama yang ba- nyak menyerang adalah wereng dan tikus. Perkembangan luas panen dan kerusakan padi sawah Januari — Agustus di Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel VI — 7 dan Grafik VI — 5.

Dalam program intensifikasi petani yang memperoleh kredit dalam rangka pengadaan sarana produksi (Bimas) jumlahnya terus menurun karena semakin banyak dari mereka yang telah dapat

286

Page 12:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI - 2LUAS PANEN PADI, 1978 - 1979

(Ribu H a )

287

Page 13:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI— 5HAS1L RATA-RATA BERAS PER HA,

1978 — 1979(ton)

19781) 1979 2)

J a w a 2,23 2,32

Luar Jawa 1,66 1,69

Indonesia 1,96 2,02

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

TABEL VI— 6AREAL PANEN INTENSIFIKASI PADI,

1978 — 1979

B i m a s

(ribu ha)

I n m a s Intensifikasi

TahunBiasa Baru

BiasadanBaru

Biasa BaruBiasadanBaru

Biasa BaruBiasa

dan Baru

19781) 236 1.724 1.960 800 2.088 2.888 1.036 3.812 4.848

1979 2) 201 1.383 1.584 835 2.607 3.442 1.036 3.990 5.026

') Angka diperbaiki. 2) Angka sementara.

membeli sarana .produksi dengan tunai (Inmas). Akan tetapi di antara semua petani sebagai keseluruhan, masih banyak petani yang belum turut serta di dalam program intensifikasi. Dari luas panen selu -ruhnya, areal panen intensifikasi baru mencapai 56 %.

Mulai MT tahun 1979 telah diperkenalkan usaha intensifikasi khusus yang merupakan peningkatan mutu intensifikasi. Hasil rata- rata intensifikasi beras tahun 1979 mencapai 2,38 ton per hektar,

288

Page 14:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 3

HASIL RATA-RATA BERAS PER HA, 1978 – 1979

( ton )

289

Page 15:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 4AREAL PANEN INTENSIFIKASI PADI,

1978/79 – 1979/80

290

Page 16:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI - 7LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH, JANUARI

— AGUSTUSDI JAWA DAN MADURA,

1978 — 1979

19781) 1979 2)

Jumlah luas panen kotor dan kerusakan (ha) 3.766.282 4.012.522Kerusakan (ha) 135.453 273.220% kerusakan 3,6 6,8

') Angka diperbaiki. 2)Angka sementara.

atau 40 kg lebih tinggi dari tahun 1978 (2,34 ton per hektar). Me-ningkatnya hasil rata-rata intensifikasi beras tersebut antara lain disebabkan oleh adanya usaha Insus, lebih baiknya pengairan, meningkatnya kegiatan-kegiatan penyuluhan, penyediaan kredit dan penyediaan sarana pertanian dan oleh adanya jaminan akan harga hasil yang wajar sebagai akibat adanya kebijaksanaan harga dasar. Perkembangan rata-rata hasil intensifikasi beras 1978 — 1979 dapat dilihat pada Tabel VI — 8 dan Grafik VI — 6.

Kegiatan penyuluhan terus ditingkatkan dengan menambah fasi-litas-fasilitas kerja serta jumlah tenaga penyuluhnya. Penyuluhan yang diselenggarakan diarahkan pada usaha mengubah perilaku dan persepsi para petani dan keluarganya dengan jalan berusaha mem- berikan kepada mereka : pengetahuan yang lebih luas, ketrampilan yang lebih baik, kecakapan mengelola yang lebih efisien, sikap yang lebih progresif dan motivasi tindakan yang lebih rasionil.

Usaha ke arah tersebut antara lain dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kegiatan kursus tani, demonstrasi, informasi pertanian, pembinaan kelompok dan himpunan petani serta diadakannya per-lombaan / penghargaan.

Penyediaan prasarana seperti Balai-balai Penyuluhan Pertani- an, Pusat Informasi Pertanian dan personil penyuluhan, seperti PPS dan PPL, terus ditambah dan ditingkatkan. Jumlah tenaga

291

Page 17:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI - 5LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAHJANUARI - AGUSTUS DI JAWA DAN MADURA

1978 - 1979

Page 18:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

292

Page 19:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI -8HASIL RATA-RATA INTENSIFIKASI BERAS,

1978 — 1979(ton per ha)

Page 20:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

1978 1979 1)

Hasil rata-rata 2,34 2,38

1) Angka sementara.

Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) sebanyak 392 orang. Tenaga Penyuluh Pertanian Madya (PPM) dan Penyuluh Pertanian La- pangan (PPL) yang penempatannya tersebar di seluruh Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP), ditingkatkan dari 8.434 orang pada tahun 1978 menjadi 10.614 orang pada tahun 1979. Jumlah (WKPP) pun menjadi lebih banyak, dari 7.961 buah pada tahun 1978 menjadi 9.902 buah pada tahun 1979, sehingga sekarang semua dae- rah pertanian di Indonesia sudah dibagi habis oleh daerah kerja penyuluhan. Sarana pelayanan unit desa lainnya juga telah diting- katkan. BRI Unit Desa, misalnya, dalam tahun 1979 jumlahnya te- lah menjadi 3.307 buah. Di samping itu prasarana-prasarana lain juga telah meningkat menjadi : kios sebanyak 11.584 buah dan BUUD/KUD 4.532 buah. Usaha lain untuk meningkatkan gairah petani berupa perubahan harga dasar gabah, yang terhitung mulai 1 Pebruari 1980 ditingkatkan dari Rp. 95, /kg menjadi Rp. 105,—/kg.

Kesadaran petani akan manfaat pupuk juga meningkat. Peng- gunaan pupuk secara keseluruhan dalam tahun 1979 meningkat sebesar 7,7% (Tabel VI — 9), Kenaikan penggunaan pupuk tersebut disebabkan oleh peningkatan mutu intensifikasi melalui program intensifikasi khusus. Para petani yang mengikuti program ini sudah menggunakan dosis penggunaan pupuk sesuai dengan yang direkomen-dasikan.

Penggunaan insektisida dalam tahun 1979 meningkat dibanding dengan tahun 1978, sedang penggunaan fungisida dan rodentisida menurun. Menurunnya penggunaan fungisida disebabkan oleh adanya kesulitan dalam pelaksanaan pengadaan, sedangkan menurunnya peng-gunaan rodentisida disebabkan oleh adanya perubahan penggunaan

293

Page 21:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI - 6HASIL RATA-RATA INTENSIFIKASI BERAS

1978 - 1979

( Ton/Ha )

294

Page 22:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI—9

PENGGUNAAN PUPUK, SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN,

1978 — 1979(ton zat hara)

J e n i s 1978 1979 2)

N 463.9331) 536.818

P 2 0 5 126.477 1) 129.955

P 2 0 11.678 35.869

J u m l a h : 602.088 702.642

1) Angka diperbaiki. 2) Angka sementara.

rodentisida akut (Zincphosphide) dengan rodentisida anti coagulant. Rodentisida akut dapat menyebabkan kematian tikus seketika, se- hingga petani lebih menyukai rodentisida akut dari pada rodentisida anti coagulant, walaupun rodentisida anti coagulant secara teknis dapat lebih menjamin berhasilnya pengendalian hama tikus. Pada Tabel VI — 10 dan Grafik VI— 7 dapat dilihat penggunaan pestisida dan rodentisida di sektor tanaman pangan dalam tahun 1978 — 1979.

Para petani pada umumnya menggunakan pestisida dengan dosis yang masih di bawah rekomendasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini disebabkan oleh belum mantapnya sistem penyaluran pestisida, kurangnya alat penyemprotan dan tidak cocoknya jenis pestisida yang tersedia dengan jenis hama/penyakit setempat.

Dalam rangka pengamanan dan perlindungan produksi tanaman pangan diambil kebijaksanaan mengadakan pemberantasan hama/ penyakit terpadu (integrated pest control). Pelaksanaan pemberantasan ini dilakukan dengan memanfaatkan semua cara pemberantasan, baik

295

Page 23:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 10

PENGGUNAAN PESTISIDA DAN RODENTISIDADI SEKTOR TANAMAN PANGAN,

1978 — 1979

Tahun Insektisida(ton)

Rodentisida(ton)

Fungisida(ton)

Lain-lain

1978

4.165,0 121,0 696,60 150,60197

9 1)4.191,13 79,0 611,80 268,32

1) Angka sementara.

secara biologis, dengan menggunakan pestisida, maupun dengan cara menerapkan tata tanam yang dapat menurunkan dan menekan populasi hama.

Usaha pengendalian wereng coklat dilaksanakan dengan jalan lebih menekankan penanaman padi VUTW. Penanaman padi VUTW — 1 (PB 26, PB 28, PB 29, PB 30, PB 34, Asahan, Citarum, Serayu, Berantas), dilaksanakan di daerah serangan wereng coklat biotype 1 dan daerah serangan baru. Sedangkan penanaman padi VUTW — 2 (PB 32, PB 38) diusahakan di daerah serangan wereng coklat biotype 2.

2. Palawija dan HortikulturaPembinaan dan pengembangan produksi palawija dan hortikul-

tura terus digiatkan karena mempunyai peranan penting sebagai sumber bahan makanan. Produksi palawija dan hortikultura, terutama di daerah-daerah yang tidak mempunyai pengairan baik, merupakan sumber pendapatan bagi para petani. Sedangkan di daerah yang sudah berpengairan, di samping padi, pertanaman palawija dan hortikultura dilakukan dalam rangka diversifikasi pertanaman. Diversifikasi ini akan meningkatkan daya guna air, menekan perkembangan hama dan penyakit secara biologis serta membantu memberikan penghasilan kepada petani sepanjang tahun.

296

Page 24:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 7

PENGGUNAAN PESTISIDA DAN RODENTISIDASEKTOR TANAMAN PANGAN,

1978 - 1979

297

Page 25:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Perkembangan produksi palawija dapat diikuti dalam Tabel VI— 11 dan Grafik VI — 8. Dalam tahun 1979 produksi beberapa jenis palawija mengalami penurunan. Produksi jagung, ubi jalar dan kacang tanah masing-masing menurun dari 4.029 ribu ton, 2.083 ribu ton dan 446 ribu ton pada tahun 1978 menjadi 3.305 ribu ton, 2.043 ribu ton dan 418 ribu ton pada tahun 1979. Sedangkan produksi ubi kayu dan kedele masing-masing meningkat menjadi 13.330 ribu ton dan 674 ribu ton pada tahun 1979. Produksi bahan-bahan tersebut pada tahun 1978 mencapai 12.902 ribu ton dan 617 ribu ton.

Penurunan produksi jagung, ubi jalar dan kacang tanah disebab- kan oleh menurunnya luas panen, dan, kecuali ubi jalar, menurunnya hasil rata-rata/ha. Hal ini dapat dilihat dari Tabel VI—11 dan Tabel VI—12 serta Grafik VI — 8 dan Grafik VI—9. Sedangkan dalam hal ubi jalar kenaikan hasil rata-rata/ha nya ternyata tidak dapat mengimbangi penurunan dalam luas panennya.

Dari uraian di atas ternyata program intensifikasi peningkatan produksi palawija belum memenuhi harapan. Hal ini selain disebab- kan oleh faktor hama penyakit dan iklim, juga disebabkan oleh belum memadainya pengembangan dan penerangan teknologi serta pelayanan dan jaminan pemasaran bahan produksi yang dihasilkan, sehingga petani kurang bergairah ikut serta dalam program intensifikasi pala- wija.

Usaha pembinaan dan pengembangan produksi palawija dilakukan dengan jalan :(a) Pembinaan daerah yang melaksanakan Bimas/Inmas Palawija;(b) Pembinaan Pengelolaan Pusat Pengembangan Pertanian Palawija;(c) Menyebarkan Varietas Unggul Palawija.

Dalam Repelita III, usaha pengembangan produksi buah- buahan dan sayuran ditekankan pada pengembangan buah-buahan dan sayuran di sekitar kota-kota. Hal ini didasarkan atas pertim- bangan bahwa pemasaran sayur-sayuran dan buah-buahan di seki- tar kota-kota akan lebih lancar sehingga petani yang bersangkutan akan langsung dapat menikmati keuntungan dari hasil-hasil pengem-bangan yang diselenggarakan.

298

Page 26:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI - 1 1PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,

1978 — 1979

J e n i s 19781) 1979 2)

Jagung : Produksi (ribu ton) 4.029 3,305

Hasid rata-rata (kw/ha) 13,32 12,84

Ubi Kayu : Produksi (ribu ton) 12.902 13.330

Hasil rata-rata (kw/ha) 93,00 49,00

Ubi jalar : Produksi (ribu ton) 2.083 2.043

Hasil rata-rata (kw/ha) 69,00 73,00

Kedelai : Produksi (ribu ton) 617 674

Hasil rata-rata (kw/ha) 8,41 8,82

Kacang tanah : Produksi (ribu ton) 466 418

Hasil rata-rata (kw/ton) 8,80 8,53

1) Angka diperbaiki. 2) Angka sementara.

Dalam Tabel VI - 1 3 dan Grafik VI—10 dapat dilihat luas panen produksi dan hasil rata-rata hortikultura 1978 - 1979.

Dibandingkan dengan tahun 1978, produksi sayur-sayuran pada tahun 1979 mengalami kenaikan 71,2 % dan buah-buahan mengalami kenaikan 31,4 %.

Kenaikan produksi hortikultura tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas panen dan hasil rata-rata. Luas panen sayuran tahun 1979 mengalami kenaikan 27,7 %, sedang luas panen buah- buahan mengalami kenaikan 14,7 %. Hasil rata-rata sayuran me - ningkat dari 29,35 kwt/ha pada tahun 1978 menjadi 39,33 kwt/ha pada tahun 1979 dan hasil rata-rata buah-buahan meningkat dari 62,13 kwt/ha pada tahun 1978 menjadi 71,18 kwt/ha pada tahun 1979.

299

Page 27:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI - 8PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS

PALAWIJA, 1978 - 1979

J a g u n g

Page 28:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

(lanjutan Grafik VI-8)

Page 29:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

(lanjutan Grafik VI-8

Page 30:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI - 1 2

LUAS PANEN PALAWIJA,1978 — 1979

(ribu ha)

Jenis 1978 1979 2)

Jagung 3.0251)

2.575

Ubi kayo 1.383 1)

1.418

Ubi jalar 3011) 273

Kacang tanah 506 1) 490

Kedele 733 1) 764

1) Angka diperbaiki. 2) Angka sementara.

TABEL VI — 13LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA,

1978

— 1979

Tahun Luas Panen Produksi(ribu ha) (ribu ton)

Hasilrata-rataKw/ha

Sayuran Buah2an

Sayuran

Buah2

annSayura

nBuah2a

n19781) 692 436 2031 2709 29,35 62,13

1979 2) 884 500 3477 3559 39,33 71,18

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

303

Page 31:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 9LUAS PANEN PALAWIJA 1978 – 1979

Page 32:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

(sambungan grafik VI - 9)

305

Page 33:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 10LUAS PANEN PRODUKSI HORTIKULTURA

1978 - 1979

Page 34:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

C. P E T E R N A K A N

Pembangunan peternakan sejak akhir Repelita II sampai dengan tahun pertama Repelita III masih tetap merupakan lan - jutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, yaitu menitik berat - kan pada peningkatan kegiatan-kegiatan pengamanan ternak, pengembangan usaha produksi dan distribusi ransuman dan obat-obatan, penyediaan bibit ternak dan hijauan makanan ternak serta peningkatan kegiatan penyuluhan bagi peternak. Langkah-langkah itu dimaksudkan untuk meningkatkan populasi ternak, meningkat- kan pendapatan peternak dan memperluas kesempatan kerja.

Gambaran mengenai perkembangan populasi ternak selama akhir Repelita 1I hingga tahun pertama Repelita III dapat dilihat pada Tabel VI — 14 dan Grafik VI — 11. Dari tabel tersebut tampak bahwa dalam masa-masa tersebut terjadi kenaikan dan penurunan populasi ternak. Di antara jenis-jenis ternak yang jumlah popula- sinya meningkat terdapat sapi perah yang telah meningkat dari 93 ribu ekor pada tahun 1978 menjadi 98 ribu ekor pada tahun 1979. Kuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071 ribu ekor pada tahun 1978 menjadi 7.007 ribu ekor pada tahun 1979. Hal ini disebabkan antara lain oleh karena tumbuhnya perusahaan-perusahaan besar peter - nakan di beberapa kota besar dan tersedianya faktor pendukung lainnya, seperti perusahaan makanan ternak dan obat-obatan.

Jumlah populasi ternak sapi, kebau, kambing dan babi menu- run. Penurunan jenis-jenis ternak tersebut disebabkan oleh :(a) masih rendahnya tingkat kelahiran ternak,

(b) terkonsentrasinya ternak besar di pulau Jawa yang sudah padat penduduknya sehingga persediaan makanan ternak terutama hijauan makanan ternak kurang memadai,

(c) pemotongan ternak yang meningkat terns yang disebabkan oleh naiknya permintaan konsumsi daging akibat meningkatnya daya beli masyarakat dan kesadaran masyarakat akan mutu gizi yang lebih baik, dan

307

Page 35:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI— 14P O P U L A S I T E R N A K ,

1978 — 1979(ribu ekor)

308

1979 2)

6.17898

2.2697.4024.3612.855

719114.350

7.00718.689

Page 36:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Denis TernakS a p iSapi perah KerbauKambingDombaB a b iK u d aAyam Kampung Ayam Ras 1 t i k

1978

6.212 1)

932275 7.419 4.101 2.890 689

108.916 6.071 17.541

Page 37:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

TABEL VI— 15PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,

1978 — 1979(ribu ton)

1978

474,6 1)151,01) 62,3

1979 2)494,5 164,1 67,2

Jenis Produksi

Daging Telur Susu 3)

1) Angka diperbaiki.2) Angka sementara. 3)

Page 38:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRA FIK V I – 1 1P OPU LA S I TE RN AK , 19 78 – 19 79

Page 39:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

(sambungan grafik VI – 11)

Page 40:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

sambungan grafik VI –11)

(d) belum nampaknya hasil-hasil usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan ternak besar karena waktu yang relatif singkat.

Dalam Tabel VI — 15 dan Grafik VI — 12 digambarkan perkem-bangan produksi daging, susu dan telur. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 1978, hasil produksi daging, telur dan susu mening- kat secara berarti. Yang tidak tergambarkan oleh tabel tersebut adalah hal-hal berikut :

Produksi daging sapi merupakan bagian terbesar dari seluruh produksi daging; produksi telur terdiri dari telur itik, telur ayam kampung dan telur ayam ras; sedangkan peningkatan produksi susu sejalan dengan pertambahan populasi sapi perah; dalam ta -

311

Page 41:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 12PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU, 1978 – 1979

( ribu ton )

312

Page 42:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

hun 1979 telah diimpor sebanyak 6.184 ekor bibit sapi perah untuk koperasi Peternak dalam rangka Pengembangan Usaha Sapi Perah.

Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi ternak dilaksanakan dengan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Intensifikasi dilaksanakan melalui Panca Usaha Ternak Potong (PUTP), Bimas Ayam, Pengembangan Usaha Sapi Perah (PUSP) dan dalam rangka "Rural Credit Project" (RCP). Usaha-usaha ini dilaksanakan melalui paket-paket kredit bagi para peternak. Paket kredit tersebut diberi- kan dalam bentuk sarana produksi, yaitu bibit, makanan ternak, obat-obatan dan kredit. Bunganya rendah dan para penerimanya juga memperoleh bimbingan dalam manajemen dan pemasaran hasilnya.

Diversifikasi diwujudkan dalam bentuk menggiatkan usaha peter-nakan yang belum ditangani secara khusus, yang peningkatan produksi -nya akan dapat membantu menutup kekurangan permintaan hasil ternak. Misalnya Bimas broiler.

Usaha ekstensifikasi dilaksanakan untuk memanfaatkan sumber alam seoptimal mungkin untuk meningkatkan populasi ternak dan produksi hasil-hasilnya. Usaha ini dilaksanakan di daerah-daerah yang masih jarang penduduknya dan dikaitkan dengan pengembangan daerah-daerah transmigrasi dan pemukiman kembali.

Pemberian kredit untuk Panca Usaha Ternak Potong pada tahun 1979 dilaksanakan di 13 propinsi dan meliputi 21.940 paket untuk ternak kereman dan 1.295 paket untuk ternak pembibitan. Sedangkan kredit Bimas ayam diperkirakan berjumlah 1.400 paket dengan nilai kredit sebesar Rp. 840 juta dan diberikan kepada peternak di 20 lokasi.

Dalam rangka pengembangan peternakan menengah dan besar dalam tahun 1978 telah diselenggarakan "ranch manager training". Di samping itu telah diusahakan pula adanya penyediaan fasilitas kredit dan pemberian bimbingan teknis. Kegiatan dan usaha ini dilaksanakan untuk mendorong minat swasta dalam bidang peternakan.

Dalam Repelita III ini akan dikembangkan proyek perkreditan dalam bentuk lain untuk pemeliharaan sapi potong dengan target 30.000 ekor sapi betina bibit. Proyek ini akan dilaksanakan di daerah-daerah Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur dan

313

Page 43:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

D.I. Yogyakarta dan terutama dimaksudkan untuk mengembangkan peternakan kecil. Kredit yang disediakan akan diberikan dengan suku bunga rendah, tenggang waktu 3 tahun dan masa pengembalian kredit 8 tahun.

Dalam rangka pengembangan peternakan unggas di kota-kota, dalam tahun 1978 — 1979 telah diberikan bimbingan teknis kepada perusahaan pembibitan ayam, perusahaan penghasil ransuman dan perusahaan penghasil obat-obatan. Di samping itu, dalam rangka usaha pemanfaatan tanah yang masih kosong untuk peningkatan pendapatan petani, dalam tahun-tahun tersebut juga telah dibagi-bagikan bibit ternak melalui sistem paket kredit.

Beberapa masalah yang menghambat usaha-usaha peningkatan produksi antara lain adalah :

(a) ketrampilan dalam berproduksi masih rendah dan pemasaran hasil masih berjalan secara tradisional,

(b) kurangnya modal dan peralatan produksi,(c) stock ternak tidak seimbang dengan jumlah kebutuhan, dan

(d) kurangnya tenaga trampil untuk melaksanakan pembinaan dan penyuluhan yang efektif.

Untuk meningkatkan populasi ternak besar, dalam tahun 1979 juga diambil langkah-langkah sebagai berikut :

(a) pengamanan ternak melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit untuk menekan angka kematian ternak hingga serendah mungkin,

(b) pembinaan penyediaan bibit dan hijauan makanan ternak serta impor bibit ternak untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui persilangan dan sekaligus menambah stock ternak,

(c) inseminasi buatan guna memperbesar tingkat kelahiran dan meningkatkan produksi ternak,

(d) pendidikan, latihan dan penyuluhan, guna meningkatkan ketram- pilan para petugas dalam menjalankan penyuluhan kepada para peternak.

314

Page 44:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Dalam tahun 1979 usaha meningkatkan sarana penyuluhan, seperti tenaga penyuluh, vaksinator dan inseminator tetap ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel VI — 16 dan Grafik VI — 13. Jumlah tenaga PPL dan demonstrator pada tahun 1979 telah diting- katkan menjadi 655 orang. Kader peternak pada tahun 1979 mencapai jumlah 2.754 orang. Inseminator pada tahun 1979 juga meningkat

TABEL VI -16JUMLAH TENAGA PENYULUH, VAKSINATOR,

INSEMINATOR,1978 — 1979

(orang)

1978 1979 1)

1. SMS/PPS 348 348

2. PPL dan demonstrator 463 655

3. Kader Peternak 2.694 2.754

4. Inseminator 295 335

5. Lab. Diagnostik 205 265

6. Vaksinator 1.130 1.130

1) Angka sementara.

sehingga menjadi 335 orang. Peningkatan tenaga-tenaga tersebut dimaksudkan agar usaha melaksanakan peningkatan produksi ternak dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi dan teknologi, beternak seperti kawin buatan/kawin suntik, dapat lebih ditingkatkan. Jumlah SMS/TPS dan vaksinator dalam tahun 1979 tidak ditambah karena dirasakan cukup.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, untuk meningkat- kan populasi ternak dilakukan pula kegiatan membagi-bagikan bibit ternak dengan sistem kredit. Pada tahun 1979, sebagai tampak dari Tabel VI — 17 dan Grafik Vi — 14 telah dibagi-bagikan 16.115 ekor

315

Page 45:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071
Page 46:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 13JUMLAH TENAGA PENYULUH, VAKSINATOR, INSEMINATOR,

1978 – 1979( orang )

316

Page 47:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

sambungan Grafik VI – 13

317

Page 48:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI—17PENYEBARAN BIBIT TERNAK,

(ekor)

Jenis Ternak 1978 1979 1)

1. S a p i 14.812 16.115

2. K ,e b au 1.665 6.260

3. Kambing/Domba 905 6.850

4. K u d a 3.000

5. B a b i — 2.010

1) Angka sementara.

kan dengan cara meningkatkan,. produksi vaksin dan menyelenggarakan vaksinasi massal di daerah-daerah. Dalam tahun 1978/79 telah berhasil diproduksi vaksin sebanyak 55,3 juta dosis.

Untuk menunjang kegiatan tersebut di atas dilaksanakan pem-bangunan laboratorium diagnostik dan rehabilitasi karantina hewan. Sampai dengan tahun 1979 telah dibangun laboratorium type A seba- nyak 5 buah dengan lokasi di Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Lampung; laboratorium type B sebanyak 17 buah yang lokasinya tersebar diberbagai daerah dan laboratorium type C sebanyak 18 buah yang lokasinya tersebar di 26 propinsi. Sedangkan rehabilitasi/pembangunan karantina hewan dilakukan untuk wilayah I di Medan, wilayah II di Jakarta, wilayah III di Surabaya, wilayah IV di Denpasar dan untuk wilayah V di Ujung Pandang.

Di bidang pemasaran ke luar negeri, dalam tahun 1979 ekspor ternak sapi dan kerbau dihentikan karena semakin meningkatnya permintaan akan kebutuhan protein hewan di dalam negeri. Selanjut- nya ekspor kulit ternak dan tulang meningkat dari 4,83 ribu ton dan 7,88 ribu ton pada tahun 1978 menjadi 5,80 ribu ton dan 9,20 ribu ton pada tahun 1979. Perkembangan volume ekspor ternak dan hasil- hasil ternak dalam tahun-tahun 1978 dan 1979 dapat diikuti pada Tabel VI — 18.

318

Page 49:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 14 PENYEBARAN BIBIT TERNAK, 1978 – 1979

( ekor )

( 000 )

319

Page 50:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

( Sambungan Gr a f i k VI - 14 )

Page 51:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI - 1 8VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL TERNAK,

1978 — 1979

Jenis Ternak/Hasil Ternak 1978 1) 1979 2)

Ternak (Ekor)

Sapi 400 0

Kerbau

Kulit (ton)

0 0

Sapi 1.410,3 2.155,1

Kerbau 120,6 144,2

Kambing 2.294,1 2.602,7

Domba 1.009,6 893,7

Tulang dan tanduk (ton) 7.879,0 9.201,41) Angka diperbaiki.2) Angka sementara.

D. PERIKANAN

Sebagaimana tertuang dalam Repelita III, usaha pembangunan perikanan dititik beratkan pada pengembangan perikanan rakyat dengan tujuan memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapat - an para nelayan/petani ikan, meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bermutu gizi tinggi dan untuk meningkatkan ekspor. Penganekaragaman usaha perikanan serta pengembangan industri penunjang dan pengolahan di bidang perikanan juga diharap- kan akan memperluas lapangan kerja.

321

Page 52:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Dalam pembangunan bidang perikanan kegiatan-kegiatan intensi-fikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi perikanan terus ditingkatkan. Usaha pembinaan dan peningkatan kemampuan teknis para nelayan/ petani ikan melalui program-program penyuluhan dan latihan-latihan ketrampilan dalam teknik-teknik usaha perikanan juga dilanjutkan. Usaha pembinaan yang demikian akan meningkatkan produktivitas kaum nelayan dan akan meningkatkan mutu hasil pekerjaan mereka.

Untuk menjamin kelancaran pengumpulan dan pemasaran, agar peningkatan produksi para nelayan/petani ikan sungguh-sungguh dapat menghasilkan pendapatan yang meningkat bagi mereka, sejak Repelita II dilaksanakan kegiatan rehabilitasi dan pembangunan Pangkalan-pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang dilengkapi dengan dermaga, tempat pelelangan ikan, penyediaan air tawar dan penerangan listrik. Sampai dengan tahun 1979 pangkalan pendarat ikan yang dibangun telah berjumlah sebanyak 22 buah dan yang direhabilitasikan sebanyak 139 buah. PPI yang dibangun tersebut juga berfungsi sebagai tempat pertemuan, penyuluhan dan penyebaran informasi di bidang perikanan serta sebagai pusat pengembangan perikanan.

Kegiatan-kegiatan pemasaran ikan segar antar pulau dilakukan dengan sistem rantai dingin. Pembangunan sarana-sarana seperti cold storage, freezer dan truk-truk pendingin, dilakukan oleh perusahaan milik negara. Perusahaan-perusahaan milik negara yang bersangkutan di samping berusaha dalam bidang produksi dan pemasaran hasil pro-duksinya sendiri, diwajibkan ikut mengembangkan usaha perikanan rakyat di daerah sekitarnya dengan jalan membantu pengembangan teknologi perikanan rakyat dan mengembangkan pemasaran hasil usaha mereka. Di daerah Sumatera Barat telah didirikan Proyek Pemasaran Ikan Segar yang berfungsi sebagai proyek perintis dan percontohan Proyek ini telah beroperasi sejak tahun 1977.

Usaha memajukan perikanan rakyat juga dilakukan melalui pengembangan koperasi-koperasi perikanan. Di samping itu untuk meningkatkan daya saing para nelayan/petani ikan, mutu produksi perikanan darat dan perikanan laut perlu ditingkatkan. Untuk itu telah dibangun laboratorium pembinaan mutu di 14 daerah.

322

Page 53:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Sejak tahun 1974 telah dilaksanakan sistem perkreditan KIK dan KMKP yang ditujukan untuk membiayai usaha motorisasi perahu/ kapal, ekstensifikasi tambak, Berta intensifikasi kolam dan tambak. Dalam tahun 1978/1979 K1K yang telah disalurkan berjumlah Rp. 863.985.000,— dan KMKP berjumlah Rp. 17.225.000,

Di samping fasilitas perkreditan melalui program KIK dan KMKP tersebut, sejak tahun 1979 disediakan pula kredit dalam rangka Rural Credit Project melalui BRI. Kredit tersebut akan disalurkan kepada petani tambak di Jawa dan di Sulawesi Selatan dan petani kolam di Jawa Barat. Kredit tersebut juga disediakan untuk usaha motorisasi perahu layar dan pembangunan pabrik es.

Guna melindungi kegiatan para nelayan tradisional yang masih rendah daya saingnya terhadap saingan usaha perikanan modern, sejak Repelita Ii. diadakan pembatasan-pembatasan dan pembagian daerah/ wilayah penangkapan ikan. Walaupun demikian penggunaan kapal jenis Trawl, misalnya, seringkali melanggar batas daerah eksploitasi yang telah ditentukan. Dan dengan demikian merugikan para nelayan tradisional sehingga menimbulkan ketegangan sosial. Demikianlah maka dalam rangka melindungi nelayan tradisional diambil kebijak-sanaan untuk secara berangsur-angsur mengurangi penggunaan kapal jenis trawl, diganti dengan pukat-pukat/peralatan lain yang lebih tepat dan aman. Di samping itu kegiatan-kegiatan pengawasan telah diting .

katkan agar lebih efektif.

Akhir-akhir ini tekanan-tekanan terhadap sumber-sumber per- ikanan terasa makin meningkat sehingga kelestariannya mulai ter - ganggu, terutama di pantai utara Jawa dan Selat Malaka. Untuk me-ngurangi tekanan-tekanan itu, dan dalam rangka usaha ekstensifikasi usaha perikanan, di daerah-daerah yang masih besar potensi perikanan-nya dibangun basis operasi perikanan baru. Dengan demikian diharap-kan daerah-daerah yang terganggu kelestarian sumber perikanannya dapat dipulihkan kembali. Pembangunan basis operasi perikanan ini juga dimaksudkan untuk merangsang transmigrasi nelayan dari daerah yang telah kritis perikanannya. Sampai dengan tahun 1979 telah ber-hasil dibangun sebanyak 22 buah basis operasi perikanan yang baru.

323

Page 54:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

i. Produksi Perikanan

Produksi perikanan dari tahun ke tahun terus meningkat. Demi- kian juga pada tahun 1979 kegiatan produksi perikanan telah meng-hasilkan 1.737 ribu ton ikan. Ini berarti ada peningkatan sebesar 5,5% dibanding dengan tahun 1978. Dalam Tabel VI — 19 dan Grafik VI — 15 terlihat produksi jenis perikanan laut dalam tahun 1979 meningkat sebesar 6,4% dan mencapai jumlah 1.305 ribu ton. Sedang produksi perikanan darat hanya naik sebanyak 2,9%.

TABEL VI — 19P R O D U K S I P E R I K A N A N ,

1978 — 1979(ribu ton)

Jenis Hasil 19781) 1979')

Ikan Laut 1.227 1.305

Ikan Darat 420 432

Jumlah 1.647 1.737

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Laju peningkatan produksi perikanan laut yang mencapai 6,4% tersebut disebabkan oleh semakin meluasnya penggunaan perahu ber ,

motor dan penggunaan peralatan penangkapan yang lebih produktif oleh para nelayan. Penggunaan perahu bermotor meningkat pesat. Pada tahun 1978 jumlah perahu bermotor 25.992 dan pada tahun 1979 telah mencapai 30.400. Jadi dalam satu tahun itu penggunaan perahu bermotor meningkat sebesar 17,0%. Sebaliknya jumlah perahu tak bermotor menurun dari 222.121 dalam tahun 1978 menjadi 213.700 dalam tahun 1979 (Tabel VI — 20).

Perkembangan produksi perikanan darat tidak secepat produksi perikanan laut. Perkembangan produksi budidaya cukup baik, ter-

324

Page 55:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071
Page 56:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 15PRODUKSI PERIKANAN,

1978 – 1979

Page 57:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 20PERAHU/KAPAL MOTOR DAN PERAHU TANPA MOTOR,

1978 — 1979

Jenis Perahu/Kapal 19781) 19792)

1. Perahu/Kapal Motor 25.992 30.400

2. Perahu Tanpa Motor 222.121 213.700

Jumlah 248.113 244.100

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

utama budidaya tambak yang dalam tahun 1979 produksinya mening- kat sebesar 4,5% di atas tahun 1978. Perincian hasil perikanan darat dapat diikuti dalam Tabel VI — 21.

Untuk menunjang perkembangan usaha budidaya, khususnya budidaya tambak, sampai dengan tahun 1979 setiap tahun diadakan rehabilitasi saluran-saluran tambak. Kegiatan itu dilaksanakan di Daerah Istimewa Aceh, Sumut, Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel.

TABEL VI — 21PRODUKSI PERIKANAN DARAT,

1978 — 1979(ribu ton)

Jenis Usaha 19781) 19792)

1. Usaha Budidaya 171 177— Tambak 88 92— Kolam 58 60— Sawah 25 25

2.— KarambaPerairan Umum 249 255

Jumlah 420 432

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

326

Page 58:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Dari segi produktivitas dalam bidang perikanan terlihat perkem- bangan yang menggembirakan. Produktivitas dalam usaha perikanan budidaya meningkat dari 622 kg/ha/th pada tahun 1978 menjadi 640 kg/ha/th pada tahun 1979. Dan produktivitas tambak meningkat dari 513 kg/ha/th menjadi 531 kg/ha/th. Di sektor perikanan laut, produktivitas armada perikanan juga naik dari 4,94 ton per perahu/ kapal per tahun pada tahun 1978 menjadi 5,34 ton per perahu/kapal per tahun pada tahun 1979.

2. Volume Ekspor dan Impor Hasil Perikanan

Volume ekspor hasil perikanan tahun 1979 telah meningkat sehingga mencapai 6,6% di atas tahun 1978. Pada tahun 1978 volume ekspor berjumlah 63.485 ton, pada tahun 1979 meningkat menjadi 67.700 ton. Peningkatan terbesar dicapai dalam ekspor ikan segar, yaitu sebesar 21,5% sehingga berjumlah 16.900 ton. Kemudian disusul oleh ekspor katak yang meningkat sebesar 20,4%. Di lain pihak volume ekspor jenis ubur-ubur yang diasin menurun dari 1.860 ton pada tahun 1978 menjadi 1.500 ton pada tahun 1979.

Perkembangan volume ekspor hasil perikanan dalam tahun-tahun 1978 dan 1979 dapat dilihat pada Tabel VI — 22, dan Grafik VI — 16.

TABEL VI — 22VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,

1978 — 1979(ton)

Komoditi 1978 19791)

Udang Segar/Awetan 32.620 34.220Ikan segar 13.907 16.900K a t a k 2.325 2.800Ikan hias 359 400Ubur-ubur (diasin) 1.860 1.500Lainnya 12.414 11.900

Jumlah 63.485 67.720

1) Angka sementara

327

Page 59:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 16VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,

1978 – 1979( ton )

Page 60:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

LANJUTAN GRAFIK VI – 16

Bersamaan dengan kenaikan volume ekspor hasil-hasil perikanan, volume impor hasil perikanan pada awal Repelita III juga meningkat dan mencapai 29.300 ton. Ini berarti bahwa dibanding dengan volume impor tahun 1978, yang jumlahnya 27.099 ton, ada peningkatan impor sebesar 8,1%. Kenaikan itu terutama terjadi dalam impor tepung ikan, yang berjumlah 18.948 ton pada tahun 1978 dan menjadi 26.050 ton dalam tahun 1979, dan impor kerang-kerangan dan binatang lunak (segar kering).

Impor beberapa jenis hasil perikanan yang lain menurun. Dalam Tabel VI — 23 dapat dilihat adanya penurunan volume impor ikan awetan dan ikan dalam kaleng, masing-masing dari 36 ton dan 7.528 ton pada tahun 1978 menjadi 10 ton dan 2.860 ton pada tahun 1979, dan juga penurunan impor beberapa jenis hasil perikanan lainnya.

329

Page 61:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 23VOLUME IMPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,

1978 — 1979(ton)

Komoditi 19781) 19792)

Ikan Awetan (asap asin kering) 36 10Ikan dalam kaleng 7.528 2.860Minyak Ikan 303 220Kerang-kerangan, binatang lunak(segar kering) 21 50Agar-agar 96 50Lainnya 19.115 26.110

Jumlah 27.099 29.300

1) Angka diperbaiki kecuali angka ikan awetan2) Angka sementara

Penurunan volume impor ikan dalam kaleng mempunyai arti sangat penting. Sebab dengan penurunan impor ikan dalam kaleng itu ternyata nilai impor hasil-hasil perikanan seluruhnya tahun 1979 menurun 39,2%, meskipun terjadi kenaikan dalam volume impor hasil-hasil perikanan.

E. PERKEBUNANUsaha-usaha pembangunan perkebunan dalam Repelita III meru-

pakan kelanjutan dan peningkatan usaha-usaha yang dilaksanakan dalam Repelita IT. Usaha-usaha ini masih dititik beratkan pada pem-bangunan perkebunan rakyat, karena perkebunan rakyat merupakan sumber mata pencaharian terbesar bagi penduduk yang hidupnya dari sektor perkebunan. Lagi pula hasil produksi per ha dan mutu hasil perkebunan rakyat masih rendah bila dibandingkan dengan hasil per-kebunan besar.

Usaha-usaha itu, selain untuk meningkatkan produksi, juga dimak-sudkan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan, memperluas kesempatan kerja, memelihara kelestarian sumber daya alam dan untuk meningkatkan partisipasi petani dalam pembangunan.

330

Page 62:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan-kegiatan yang dilak- sanakan meliputi intensifikasi, diversifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi atau peremajaan kebun-kebun yang tanamannya sudah tidak ekonomis lagi.

Khusus untuk perkebunan rakyat, kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan melalui sistem Unit-unit Pelaksana Proyek (UPP) dan melalui perkebunan inti. Melalui UPP diusahakan peningkatan dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan, penyediaan sarana produksi dan fasilitas kredit bagi petani perkebunan dan peningkatan kegiatan pemberantas- an hama dan penyakit. Di samping itu oleh Unit-unit tersebut dilaksa- nakan pula penganekaragaman tanaman dan rehabilitasi atau pemba- ngunan fasilitas pengolahan hash-hasil perkebunan rakyat.

Dalam tahun 1978 telah dibentuk sebanyak 361 buah UPP untuk menangani komoditi karet, kelapa, kopi, cengkeh, kapas, tembakau, lada, teh, tebu, jambu mete dan lain-lain. Dalam tahun 1979 jumlah UPP telah ditingkatkan menjadi 594 buah. Lokasi kegiatan unit-unit tersebut, tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di sentra-sentra produksi perkebunan rakyat, dan wilayah tugasnya meliputi areal pembinaan seluas 1.106.355 ha.

Yang dimaksudkan dengan sistem perkebunan inti adalah sistem pembinaan yang menugaskan perkebunan-perkebunan besar negara yang secara teknis dan ekonomis sudah kuat untuk turut membina perkembangan perkebunan rakyat sekitarnya. Dari perkebunan-perke-bunan besar ini diharapkan adanya pengalihan teknologi, di samping penyediaan sarana produksi dan pemberian fasilitas pengolahan dan pemasaran.

Sistem perkebunan inti ini terutama baru dilaksanakan dalam rangka ekstensifikasi (perluasan areal tanaman) yang sekaligus meru- pakan usaha pemukiman kembali. Petani yang diikut sertakan ter- utama diprioritaskan para petani ladang, buruh tani dan buruh per - kebunan. Sampai dengan tahun 1979/80 pengembangan perkebunan inti telah dilaksanakan di propinsi D.I. Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Selatan. Pengembangan dengan sistem ini yang bare meliputi tanaman kelapa sawit dan karet, meliputi areal seluas lebih kurang 34.200 ha dan jumlah petani yang terlibat lebih kurang 17.100 KK.

331

Page 63:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Pengembangan perkebunan karet rakyat dibina melalui Unit-unit Pelaksanaan Proyek dengan kegiatan terpadu. Sampai dengan tahun 1979 telah dibangun 5 buah unit besar peremajaan karet dan unit kecil pengolahan/peremajaan karet telah ditingkatkan menjadi 26 unit, ter -sebar di daerah-daerah tingkat I di Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat. Areal pembinaan seluruhnya telah meningkat menjadi 115.000 ha. Untuk menunjang kegiatan peremajaan karet tersebut dalam tahun 1979/80 telah diproduksi bibit unggul okulasi di kebun bibit karet seluas 949 ha dan telah disalurkan sebanyak 550.000 batang bibit.

Di samping melalui Unit-unit Pelaksana Proyek tersebut, pem- binaan karet rakyat dilaksanakan juga melalui sistem proyek-proyek khusus, sistem Nucleus Estate Smallholder (NES), dan Smallholder Rubber Development Project (SRDP). Ketiga sistem ini telah dilaksa -nakan di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jambi dan Kalimantan Barat. Areal pembinaan melalui sistem ini seluruhnya meliputi 41.200 ha.

Untuk pembinaan kelapa rakyat sampai dengan tahun 1979 telah dikembangkan sebanyak 250 UPP Kelapa. Sebagai keseluruhan pem-binaan yang dilakukan oleh unit-unit tersebut meliputi areal seluas 750.000 ha, yang lokasinya tersebar hampir di seluruh Daerah Tingkat I di luar Jawa. Untuk menunjang peremajaan kelapa, dalam tahun 1979/80 telah dibangun kebun bibit kelapa seluas 214,5 ha.

Dalam tahun 1979 telah_ dimulai peremajaan kelapa dengan menggunakan bibit kelapa hibrida. Untuk menunjang usaha tersebut telah dibangun kebun-kebun induk/bibit di beberapa daerah, yaitu di Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Sebagian dari pembangunan kebun-kebun induk itu diusahakan oleh perkebunan negara. Selain itu telah dibangun pula 50 petak percobaan, masing-masing seluas 2 ha, di 18 Daerah Tingkat I.

Untuk meningkatkan produksi kopi telah dilaksanakan intensifi - kasi kopi dengan cara pemangkasan. Untuk itu dalam tahun 1979 ini unit intensifikasi kopi telah ditingkatkan dari 50 unit menjadi 85 unit, dengan areal pembinaan seluas 61.000 ha. Kegiatan ini telah dilaksana-kan di beberapa tempat di Sumatera, Jawa, Sulawesi Selatan dan Bali,

332

Page 64:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Selain itu untuk meningkatkan mutu kopi dengan cara memperbaiki pengolahannya, sampai dengan tahun 1979 telah dibangun 5 unit pusat pengolahan kopi.

Dalam usaha meningkatkan produksi cengkeh, sampai dengan tahun 1979 telah dikembangkan 23 unit intensifikasi cengkeh di 10 daerah utama, yaitu Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara dan Maluku. Areal pembinaannya meliputi 13.200 ha. Di samping itu dalam usaha perluasan areal tanaman cengkeh setiap tahun disalurkan sekitar 9 juta bibit untuk seluruh daerah pembinaan cengkeh.

Untuk meningkatkan produksi lada sampai tahun 1979 telah dikembangkan 6 unit intensifikasi lada di daerah-daerah Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Areal pembinaannya meliputi 20.000 ha.

Usaha peningkatan produksi teh dilakukan melalui proyek pengembangan teh rakyat dan swasta nasional. Luas areal pembinaan perkebunan teh dalam tahun 1979/80 diperkirakan meliputi 13.200 ha.

Dalam perkebunan tembakau sampai dengan tahun 1979 telah dikembangkan 10 Unit Proyek Intensifikasi Tembakau, dengan luas areal pembinaannya meliputi 10.000 ha dan lokasinya tersebar di 7 daerah, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur. Sulawesi Selatan, Bali dan Nusa Tenggara Barat.

Untuk meningkatkan produksi tebu telah dilaksanakan proyek Tebu Rakyat Intensifikasi. Untuk itu pada tahun 1979 telah dikembang-kan unit intensifikasi tebu sebanyak 58 unit, dengan luas areal pem-binaan sebesar 91.705 ha. Kegiatan ini dilaksanakan di berbagai daerah, yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Dalam usaha pembinaan perkebunan kapas pada tahun 1979 telah dibuat 7 unit intensifikasi kapas, yang meliputi 4.750 ha areal pembi-naan. Di samping itu juga dibuat demplot intensifikasi seluas 10 ha. Usaha pembinaan perkebunan kapas dilaksanakan di daerah-daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat.

333

Page 65:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Dalam rangka usaha peningkatan produksi jambu mete pada tahun 1979 dibentuk 98 unit Pelaksana Pengembangan Jambu Mete. Lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, meliputi daerah-daerah Suma- tera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara. Luas areal pembinaannya 24.500 ha.

Untuk rosella, dalam usaha peningkatan produksinya, pada tahun 1979 telah dikembangkan 3 unit Intensifikasi Serat Karung (ISKARA), dengan lokasi di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Luas areal pembinaannya meliputi 10.900 ha.

Untuk aneka tanaman lain seperti coklat, pala, cassiavera, kina, kapok dan panili telah diadakan pula usaha-usaha peningkatan pro- duksi, antara lain dengan mengadakan pembibitan. Target luas pem- bibitan untuk tanaman-tanaman tersebut dalam tahun 1979 meliputi 96,5 ha.

Bantuan untuk melaksanakan usaha rehabilitasi dan perluasan areal juga diberikan kepada perkebunan swasta nasional yang kemam- -puan manajemen perusahaannya belum memadai dan permodalannya masih lemah. Dalam mencapai tujuan itu kegiatan pembinaan ditingkatkan, antara lain, dengan jalan memperluas kerjasama antara peng-usaha-pengusaha perkebunan.

Dalam tahun 1979/80 juga dilaksanakan usaha-usaha perbaikan dan peningkatan kapasitas pengolahan, usaha-usaha peremajaan dan perluasan areal tanaman serta usaha-usaha penganekaragaman jenis hasil produksi dan perbaikan mutu dalam perkebunan negara.

Perkembangan produksi sub sektor perkebunan selama periode 1978 — 1979 dapat dilihat pada 334

Page 66:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Tabel VI — 24 dan Grafik VI — 17. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam tahun 1979 terjadi peningkat- an produksi hasil-hasil perkebunan, kecuali untuk kelapa/kopra dan kapas. Dibanding tahun 1978 produksi karet dalam tahun 1979 me-ningkat 1,02%, produksi minyak sawit meningkat 20,5%, produksi teh meningkat 37,5%, produksi gula tebu meningkat 4,33%, produksi tembakau meningkat 1,23% dan produksi cengkeh meningkat 1,06%. Sedangkan kopi dan lada pada tahun 1979 masing-masing hanya me-ningkat 0,63% dan 0,43%.

Page 67:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071
Page 68:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 24PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN TERPENTING,

1978 — 1979(ribu ton)

Jenis Komoditi 19781) 19792)

1. Karet 884 893

2. Minyak sawit 517 623

3. Inti Sawit 102 115

4. Kelapa/Kopra 1.560 1.559,855. K o p i 222 223,406. T h e 88 1217. Cengkeh 21,60 21,838. L a d a 46 46,209. Tembakau 81 8210. Gula/tebu 1.616 1.68611. Kapas 0,50 0,50

1) Angka diperbaiki kecuali untuk karet, minyak sawit dan kelapa/kopra.2) Angka sementara.

Perkembangan produksi cengkeh dan lada pada tahun 1979 tidak menunjukkan kenaikan yang berarti. Usaha intensifikasi cengkeh dan lada belum tampak pengaruhnya terhadap pertumbuhan produksi.

Peningkatan produksi tebu yang cukup berarti tersebut merupa- kan hasil usaha perluasan areal tanaman dan usaha peningkatan hasil tebu per ha. Perluasan areal yang ada meliputi baik yang diusahakan oleh pabrik sendiri maupun areal tebu rakyat, termasuk Tebu Rakyat Intensifikasi (TR1). Sedangkan kenaikan peningkatan produksi per ha diperoleh melalui intensifikasi, pengembangan dengan "ratoon system" serta melalui rehabilitasi dan penambahan pabrik gula.

335

Page 69:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 17PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN

TERPENTING, 1978 – 1979

Page 70:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

sambungan Grafik VI - 17

Page 71:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

sambungan Grafik VI - 17

Page 72:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

sambungan Grafik - 17

Page 73:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang dalam tahun 1978/79 telah mencapai areal seluas 77.632 ha, pada tahun 1979/80 telah meningkat menjadi 91.705 ha (Tabel VI — 25) dan Grafik VI -- 18. Ini berarti ada peningkatan areal seluas 14.073 ha, atau 18,13%, dari luas tahun 1978/79.

TABEL VI — 25AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,

1978 — 1979(ha)

Lokasi 1978/79 1979/801)

1. Jawa Barat 6.086 9,0432. Jawa Tengah 19.352 21.263

3. D.I. Yogyakarta 2.509 3.910

4. Jawa Timur 49.685 57.489

1) Angka sementara

Perkembangan produksi perkebunan rakyat selama tahun 1978 dan 1979 dapat dilihat pada Tabel VI — 26 dan Grafik VI — 19. Dari tabel tersebut ternyata bahwa produksi perkebunan rakyat pada umumnya menunjukkan kenaikan. Dibanding tahun 1978 produksi teh pada tahun 1979 menunjukkan kenaikan terbesar 2,94%, sedangkan produksi karat, cengkeh dan lada juga menunjukkan peningkatan, masing-masing sebesar 0,16%, 0,95% dan 0,43%. Peningkatan tersebut terutama adalah hasil pelaksanaan usaha-usaha yang dipadukan mela- lui unit-unit kerja dan meliputi kegiatan-kegiatan penyuluhan, pembe-rantasan hama penyakit, pengadaan bibit unggul dan penyediaan fasi- litas perkreditan.

Perkembangan produksi perkebunan swasta selama tahun-tahun 1978 — 1979 dapat dilihat pada Tabel VI — 27 dan Grafik VI — 20. Bila dibanding tahun 1978 produksi kopi pada tahun 1979 menunjuk- kan kenaikan sebesar 6,67% dan produksi cengkeh kenaikannya men-

340

Page 74:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 18AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI, 1978 – 1979

( ha )

Page 75:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 26PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT,

1978 — 1979(ribu ton)

Jenis Komoditi 19781) 19792)

1. Karet 612 613

2. Kelapa/kopra 1.554 1.554

3. T e h 17 17,50

4. K o p i 206 206

5. Cengkeh 21 21,20

6. Gula/tebu 485 485

7. L a d a 46 46,20

8. Tembakau 68 68

9. Kapas 0,50 0,50

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

capai 5%. Pada tahun 1979 beberapa produksi perkebunan swasta, seperti teh, minyak sawit dan kelapa mengalami penurunan, masing -masing sebesar 4 , 1 7 % 0,67% dan 2,5%. Penurunan itu diperkirakan karena perkebunan-perkebunan swasta kekurangan modal.

Dalam perkebunan swasta yang menunjukkan kenaikan produksi- nya biasanya perkebunan besar swasta asing. Keadaan permodalan dan manajemen perkebunan-perkebunan swasta asing pada umumnya sangat memadai, sehingga pemeliharaan tanaman, pemupukan dan pengolahan hasil terlaksanakan lebih sempurna dari perkebunan-perke-bunan swasta nasional.

Produksi perkebunan besar negara (PNP/PTP) selama tahun tahun 1978 dan 1979 seperti tampak dalam Tabel VI — 28 dan

Page 76:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

342

Page 77:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 19PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT, 1978 – 1979

( ribu ton )

Page 78:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

( Lanjutan Grafik VI – 19 )

Page 79:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

( Lan j u ta n Gr a f ik V I )

345

Page 80:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 27PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA,

1978 — 1979(ribu ton)

Denis Komoditi 1978 19791)

1. Karet 110 110

2. The 12 11,50

3. Kopi 6 6,40

4. Minyak sawit 150 149

5. Inti sawit 30 30

6. Gula Tebu 171 171

7. Kelapa/Kopra 6 5,85

8. Cengkeh 0,60 0,63

1) Angka sementara

Grafik VI — 21, berkembang secara mantap untuk setiap komoditi. Dibanding dengan tahun 1978 produksi minyak sawit dan inti sawit pada tahun 1979 masing-masing telah meningkat sebesar 29,16% dan 18,06 %. Produksi teh pada tahun 1979 menunjukkan kenaikan yang sangat berarti, yaitu sebesar 55,93 %. Kemudian berturut-turut produksi karet meningkat 4,94 %, kopi meningkat 10 %, gula tebu meningkat 7,29 % dan tembakau meningkat 7,69 %.

Peningkatan-peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan produksi per ha dan oleh perluasan areal produktif. Peningkatan produksi minyak sawit terutama disebabkan oleh kenaikan hasil per ha, sebagai hasil penggunaan bibit unggul serta pemilihan dan pengolahan hasil yang lebih sempurna. Demikian pula kenaikan produksi teh dan tembakau. Peningkatan produksi karet merupa- kan hasil dari pemeliharaan yang lebih baik dan lebih teratur terhadap tanaman serta hasil dari penerapan sistem penyadapan yang lebih baik dengan penggunaan sistem stimulasi. Sedangk

346

Page 81:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 20PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA,

1978 – 1979( ribu ton )

Page 82:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Lanjutan Grafik VI – 20

Page 83:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 28PRODUKSI PERKEBUNAN DASAR NEGARA,

1978 — 1979(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 19791)

1. Karet 162 1702. Minyak sawit 3671) 4743. Inti sawit 721) 854. T e h 59 925. Gula Tebu 9601) 1.0306. Kopi 10 117. Tembakau 13 14

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI — 29VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN,

1978 — 1979(ribu ton)

Komoditi 1978 19792)

1. Karet 865,91) 933,92. Minyak sawit 412,2 436,73. Kopi 215,9 230,44. T e h 56,31) 68,55. Lada 37,0 37,36. Tembakau 25,6 25,8

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

349

Page 84:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 21PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA,

1978 – 1979(ribu ton)

Page 85:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Lanjutan Grafik VI – 21

Page 86:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 22VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN, 1978 – 1979

( ribu ton )

452

Page 87:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Lanjutan Grafik VI – 22

Page 88:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

peningkatan gula tebu merupakan hasil dari usaha intensifikasi, pe -makaian bibit unggul, perbaikan sarana produksi Berta rehabilitasi dan pembangunan pabrik-pabrik gula.

Perkembangan ekspor komoditi perkebunan selama tahun-tahun1978 dan 1979 dapat dilihat pada Tabel VI — 29 dan Grafik VI — 22. Dibanding dengan tahun 1978 dalam tahun 1979 volume ekspor kopi menunjukkan peningkatan yang mantap yaitu sebesar 6,72 %, ekspor karet meningkat 7,8 %, ekspor kelapa sawit meningkat 5,9 % dan ekspor teh meningkat 21,7 %. Sedangkan peningkatan ekspor lada dan tembakau pada tahun 1979 sama, yaitu sebesar 0,8 %.

Kenaikan ekspor komoditi perkebunan tersebut terutama di -sebabkan oleh kenaikan harga di pasaran dunia dan karena kebijak-sanaan Pemerintah dalam usaha pengembangan ekspor.

F. K E H U T A N A NPembangunan sektor kehutanan dalam Repelita III selain ditu jukan

untuk memenuhi kebutuhan dalam Negeri akan bahan kehu- -tanan, untuk meningkatkan penghasilan devisa Negara dan untuk memperluas kesempatan kerja, juga ditujukan untuk menjaga ke-lestarian sumber alam hutan. Untuk meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan yang lain sejak Repelita I telah dilaksanakan inten -sifikasi yang meliputi usaha-usaha pengelolaan pengusahaan hutan, pemanfaatan hasil hutan. Dan sejak Repelita 1I pengolahan hasil hutan telah digalakkan. Pengolahan hasil hutan diarahkan untuk meningkatkan industri hasil hutan. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pengolahan hasil hutan di dalam negeri ekspor kayu gelon-dongan berangsur-angsur dapat dikurangi, sedangkan ekspor kayu konversi ditingkatkan. Dengan demikian pembangunan sektor kehu-tanan akan semakin besar sumbangannya dalam usaha memperluas kesempatan kerja dan memperbesar penerimaan-penerimaan devisa dan pendapatan negara.

Perlindungan terhadap kelestarian alam dan sumber alam hutan dilaksanakan dengan mengadakan pembinaan dan pengawasan eksploitasi hutan yang lebih efektip, cara pemberian izin Hak Peng -usahaan Hutan (HPH) yang lebih ketat dan pengembangan sistem

r GL

354

Page 89:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

tebang pilih yang lebih tegas. Di samping itu telah ditingkatkan pula kegiatan-kegiatan reboisasi dan penghijauan, terlebih-lebih dalam rangka penyelamatan dan rehabilitasi tanah kritis di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Di samping itu untuk melindungi kehidupan binatang langka dan mengembangkan fungsi hutan sebagai daerah wisata, areal lokasi hutan suaka alam dan hutan wisata telah di- perluas.

1. Produksi dan Ekspor Hasil HutanProduksi hasil hutan yang berupa kayu dalam tahun 1979 ber-

jumlah 26,43 juta M3. Dibandingkan dengan produksi tahun 1978 yang jumlahnya 31.09 juta M3, produksi kayu tahun 1979 menurun 15,0 %. Meskipun demikian karena harga kayu di luar negeri mem- baik, ekspor kayu pada tahun 1979 mencapai 19,25 juta M3, jadi meningkat sebesar 0,26 % dibanding dengan ekspor tahun 1978. Ekspor kayu tahun 1978 hanya berjumlah 19,20 juta M3. Hal ini ter- lihat dalam Tabel VI—30 dan Grafik VI—23.

TABEL VI — 30PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU INDONESIA,

1978 — 1979(Kayu Jati dan rimba)

Tahun Produksi Ekspor % Ekspor terhadapProduksi(ribu M3 r.e) 1)

1978 31.094 19.202 61,8

19792) 26.427 19.247 72,8

1) Round wood equivalent2) Angka sementara

Produksi dan ekspor kayu jati pada tahun 1979, sebagaimana terlihat dalam Tabel VI—31 dan Grafik VI—24, masing-masing berjumlah 575 ribu M3 dan 51,7 ribu M3. Hal ini menunjukkan

355

Page 90:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 23PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU INDONESIA, 1978 – 1979

(kayu jati dan rimba)

356

Page 91:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI — 31PERKEMI3ANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATI,

Tahun

1978 — 1979

Produksi Ekspor % terhadapProduksi(ribu M3 r.e.) 1)

1978 475 40,5 8,519792) 575 51,7 8,9

1) Round wood equivalent2) Angka sementara

adanya peningkatan produksi sebesar 21,1 % dan peningkatan eks- por sebesar 27,7 %. Dalam tahun 1978 produksi kayu jati berjumlah 475 ribu M3 dan ekspornya berjumlah 40,5 ribu M3.

Beberapa jenis kayu Indonesia, seperti meranti, ramin, agathis, jail, pulai dan kruing, sudah mempunyai kedudukan yang man- tap di pasaran luar negeri. Sedangkan jenis kayu yang lain perlu dikembangkan dan dipromosikan untuk dapat memasuki pasaran. Dalam Tabel VI — 32 dan Grafik VI — 25 dapat terlihat bahwa kayu meranti masih merupakan komoditi ekspor utama, dan pada tahun 1978 dan 1979 masing-masing meliputi 66,0 % dan 67,8 % dari total volume ekspor.

Di antara negara-negara pengimpor kayu Indonesia, Jepang masih merupakan negara pengimpor utama. Pada tahun 1979 impor negara ini mencapai 49,5 % darn seluruh ekspor kayu Indonesia. Negara-negara pengimpor penting yang lain adalah Korea Selatan, Taiwan, dan juga Singapura dan Italia. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel VI — 33 dan Grafik VI — 26.

Sejalan dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk mengurangi ekspor kayu gelondongan (bulat) dan meningkatkan ekspor kayu konversi, ekspor kayu konversi meningkat darn 756,7 ribu M3 pada tahun 1978 menjadi 1.304,6 ribu M3 dalam tahun 1979, seperti ta

357

Page 92:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 24PERKEBUNAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATI,

1978 – 1979

458

Page 93:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Tabel VI — 32PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT KOMODITI,

1978 — 1979(Dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

Jenis Kayu 1978 19792)

Meranti 66,01) 67,8Ramin 5,51) 4,0Agathis 1,31) 1,3J a t I 0,21) 0,2Pulai 2,8 1,6Kapur/Keruing 10,61) 10,1Lain-lain 13,61) 15,0

I) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI — 33PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI NEGARA

TUJUAN, 1978 — 1979(Dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

Negara tujuan 19781) 19792)

1. Jepang 45,7 49,52. Korea Selatan 25,7 21,33. Taiwan 16,9 14,94. Singapura 6,9 7,65. Italia 2,83) 3,53)6. Lain-lain 1,0 4,5

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Termasuk ekspor ke Eropah

359

Page 94:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI – 25PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT KOMODITI,

1978 – 1979( Dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu )

360

Page 95:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071
Page 96:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI - 26PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI

NEGARA TUJUAN, 1978 - 1979.

( Dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu )

100 100

Page 97:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

pak dalam Tabel VI — 34 dan Grafik VI — 27. Dalam tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa prosentase ekspor kayu konversi terhadap total ekspor kayu meningkat dari 3,94 % menjadi 6,78 %. Pening- katan tersebut menunjukkan adanya peningkatan kegiatan di bidang industri pengolahan kayu di dalam negeri.

TABEL VI — 34PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU KONVERSI,

1978 — 1979

Tahun Volume(Ribu m3)

% Terhadap seluruhEkspor Kayu

19781) 756,7 3,94

19792) 1.304,6 6,78

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Industri hasil hutan dibedakan antara industri HPH dan indus- tri non HPH. Perkembangan industri hasil hutan, sebagai dapat dilihat pada Tabel VI — 35, semakin meningkat.

Sampai dengan akhir Desember 1979 jumlah unit industri milik pemegang HPH mencapai 280 buah, terdiri dari 170 unit yang sudah berproduksi, 20 unit yang masih pada tahap konstruksi dan 90 unit yang masih pada tahap rekomendasi. Kapasitas produksi mereka diperkirakan : yang telah berproduksi akan mencapai sebesar 11.001.000 intake, yang baru pada tahap konstruksi sebesar 1.346.500 intake dan yang masih dalam tahap rekomendasi sebesar 8.755.900 intake.

362

Page 98:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI - 27

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU KONVERSI,

1978 - 1979

363

Page 99:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071
Page 100:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

364

Page 101:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

TABEL VI – 36PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN

1978 – 1979(unit usaha)

365

Page 102:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Sampai dengan tahun 1979 di tanah air kita terdapat 702 unit HPH dengan jumlah areal seluas 71.899.150 ha dan dengan nilai investasi total sebesar US $ 1.512.531 juta dan Rp. 500,— juta. Di antara unit-unit tersebut sebanyak 462 unit dengan areal seluas 44.930.150 dan investasi sebesar US $ 1.315.781 juta + Rp. 500,- juta telah mendapat SK. HPH; sebanyak 15 unit dengan areal seluas 1.338.000 ha dengan investasi US $ 48.350 juta telah memperoleh persetujuan Kehutanan; sebanyak 49 unit dengan areal seluas 5.599.000 ha dan investasi sebesar US $ 148.400 juta telah memper - oleh persetujuan Menteri Pertanian; dan sebanyak 176 unit dengan areal seluas 16.556.000 ha mencapai taraf pencadangan survey/ instruksi FA dan clearing. Perkembangan pengusahaan hutan ini dapat dilihat pada Tabel VI — 36.

2. Perkembangan Usaha Reboisasi dan Penghijauan

Kegiatan reboisasi dan penghijauan bertujuan menjaga kelesta- rian alam serta menjaga dan meningkatkan fungsi hutan sebagai "water regulator". Dengan demikian reboisasi dan penghijauan juga bertujuan untuk menjaga penyediaan air dan menjamin pengamanan hasil pembangunan seperti bangunan irigasi/dam dan pengamanan tempat-tempat pemukiman.

Agar kegiatan reboisasi dan penghijauan dapat berhasil diper- lukan adanya kesediaan, baik pada para pemegang HPH maupun di pihak masyarakat, untuk menghindarkan cara-cara penebangan liar yang langsung berakibat mengganggu potensi cumber alam dan me-nimbulkan bahaya kekeringan dan menyebabkan banjir.

Dalam rangka kegiatan reboisasi dan penghijauan, para peme- gang HPH dibebani kewajiban untuk melaksanakan dan membiayai reboisasi hutan yang telah mereka eksploitasi. Untuk memperlancar usaha-usaha penghijauan, dalam tahun 1979/80 telah disebar seba- nyak 3.046 petugas lapangan penghijauan (PLP) ke daerah-daerah. Seorang PLP mempunyai tugas membimbing masyarakat dalam me-laksanakan penghijauan. Tahun 1980 jumlah PLP ditambah lagi dengan 195 orang. Selanjutnya untuk menggalakkan kegiatan penghi-jauan dilakukan pula usaha-usaha untuk memperbaiki organisasi gerakan penghijauan nasional dan penyuluhan kepada masyarakat.

366

Page 103:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Sasaran fisik reboisasi dan penghijauan adalah lahan yang tidak produktif dan bahkan kritis, seperti tanah kosong, padang alang- alang, bekas tebangan dan lain-lain.

Dalam tahun 1979 realisasi kegiatan reboisasi dan penghijauan masing-masing meliputi areal seluas 301.340 ha dan 680.092 ha (Tabel VI — 37 dan Grafik VI — 28).

TABEL VI - 37REALISASI KEGIATAN REBOISASI. DAN PENGHIJAUAN.

1978 - 1979( ha )

R e b o i s a s iTahun Tanah kosong

Bekas Te-bang Habis Rehabilitasi Jumlah Penghijau-

( A P B N ) (APBD) (Pengusaha) an

1978 265.136 p.m.. p.m. 265.136 689.291

19791) 301.340 p.m. 301.340 680.092

1) Angka sementara

Di beberapa daerah terasa adanya hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan reboisasi dan penghijauan. Adanya hambatan-hambatan tersebut antara lain disebabkan oleh kurang sempurnanya tata laksana, personil dan pengawasan, tidak terselenggarakannya penyediaan benih yang cukup dan bermutu serta penentuan tanaman yang kurang sesuai. Di samping itu ada pula hambatan-hambatan yang timbul sebagai akibat terjadinya kebakaran, gangguan ternak dan gangguan masyarakat sekitarnya. Yang terakhir ini persoalannya Bering bertambah rumit karena kurang jelasnya batas-batas pemilikan tanah.

Dalam pada itu kegiatan usaha perlindungan dan pelestarian alam berupa hutan suaka alam dan hutan wisata sampai akhir tahun 1979 mencapai areal seluas 6.847,98 ribu ha yang terdiri atas 239 lokasi/unit. Di samping itu dewasa ini sedang diproses usulan

367

Page 104:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

GRAFIK VI - 28REALISASI KEGIATAN REBOISASI DAN PENGHIJAUAN

1978 - 1979(ha)

368

Page 105:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

350.000 -

300.000 -

250.000 _

200.000 -

150.000 -

100.000 -

50.000 -0

Reboisasi Tanah Kosong

1978

Page 106:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

(Lanjutan Grafik VI-28)

369

Page 107:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Reboisasi Penghijauan 700.000 — 1

600.000 -

500.000 --

680.092

Page 108:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071
Page 109:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

1979

Page 110:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

cadangan areal Suaka Alam dan Hutan Wisata yang meliputi areal seluas kurang lebih 3.152,02 ribu ha, dengan unit-unit yang lokasi - nya tersebar di 24 propinsi. Apabila usul ini telah disetujui areal hutan suaka alam dan hutan wisata secara keseluruhan akan meli- puti lebih kurang 10 juta ha.

G. PENGAIRANPengairan berperan dalam rangka usaha pemanfaatan air dan

pembangunan sumber-sumber air untuk tujuan-tujuan pembangunan pada umumnya dan pembangunan pertanian pada khususnya. Selain peranannya dalam menjamin kelangsungan dari kesuburan tanah pertanian serta peningkatan produksi pertanian, pengairan juga ber- peran dalam menyediakan tenaga air untuk pembangkitan tenaga listrik, menyediakan air untuk perkembangan industri tertentu, me-nyediakan air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan keper- luan rekreasi.

Pembangunan pengairan ditujukan untuk menunjang produksi pertanian, khususnya untuk meningkatkan produksi pangan, menun- jang program transmigrasi dan menunjang pembangunan daerah. Di samping itu pembangunan dalam pengairan ditujukan pula untuk menunjang kegiatan sektor-sektor lain, seperti pembangunan waduk serbaguna yang dapat dimanfaatkan bukan sa ja untuk pem-bangunan pertanian tetapi juga untuk pembangkit listrik tenaga air, penyediaan air untuk industri dan untuk menunjang peningkat- an kesehatan masyarakat dengan menyediakan air baku yang meme- nuhi syarat-syarat kesehatan guna keperluan daerah pemukiman dan kebutuhan rumah tangga serta perkotaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut selama Repelita III kegiatan-kegiatan dalam pengairan dititik beratkan kepada usaha-usaha pengaturan dan pengelolaan air beserta sumber-sumbernya untuk memenuhi berbagai macam keperluan, dengan memperhatikan ke-terbatasan kemampuan serta potensi sumber-sumber yang tersedia.

Dalam usaha pembangunan tersebut dilaksanakan berbagai jenis program kegiatan yaitu Perbaikan dan Peningkatan Jaringan Irigasi

370

Page 111:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

yang sudah ada, Pembangunan Jaringan Irigasi Baru, Pengembangan Daerah Rawa dan Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air. Untuk menunjang kegiatan tersebut dilaksanakan juga kegiatan-kegiatan penelitian, survey, penyelidikan dan perancangan pengembangan sum-ber-sumber air termasuk air tanah.

Dalam Tabel VI — 38 dapat dilihat hasil-hasil kegiatan dalam pembangunan sub sektor pengairan selama tahun-tahun 1978/79 dan 1979/80. Dalam tahun anggaran 1979/80 telah diselesaikan rehabili - tasi jaringan utama yang meliputi areal seluas 44.604 ha, pemba- ngunan jaringan irigasi baru yang meliputi areal seluas 126.559 ha serta pembukaan daerah pasang surut dan daerah rawa masing- masing seluas 8.236 ha dan 47.388 ha. Di samping itu juga telah diselesaikan program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air berupa perbaikan dan pengamanan sungai yang meliputi areal seluas 93.250 ha.

TABEL VI - 38HASIL PEMBANGUNAN PENGAIRAN,

1978/79 -- 1979/80(dalam ha)

No. P r o g r a m 1978/79 1979/80 1)

1. Perbaikan dan PeningkatanI r i gas i

70.498 44 .60 4

2. Pembangunan Jaringan I r i gas ibaru

41.715 126.559

3. Pengembangan Daerah Rama 122.604 55.624

a. Proyek Pasang Surut (116.252) 47.388b. Proyek Pengembangan Daerah

Rawa(6.352) 8.236

4. Penyelamatan Hutan, 2Yinah danAir

62.228 93.250

1) Angka sementara

371

Page 112:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Kebijaksanaan yang ditempuh dalam rehabilitasi dan perluasan areal irigasi adalah mengutamakan penyelesaian kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan produksi pertanian secara langsung. Sedang- kan pembangunan irigasi sebagian besar terdiri dari irigasi seder- hana, yaitu irigasi yang masing-masing meliputi areal pengairan kurang dari 2.000 ha.

Dengan terselesaikannya pembangunan suatu jaringan irigasi baru belum berarti bahwa jaringan tersebut langsung akan dapat berfungsi dengan effektif. Jaringan tersebut baru dapat dimanfaat- kan apabila telah ada jaringan tersier dan kwarternya dan dalam rangka perluasan areal baru, apabila pencetakan sawahnya telah selesai. Sehubungan dengan kegiatan pencetakan sawah, Pemerintah memberikan bantuan berupa penyediaan kredit yang disertai dengan bimbingan teknis.

Sejak dimulainya Repelita III pembangunan jaringan irigasi di -utamakan di daerah-daerah yang prasarana fisiknya, seperti jaringan jalan, sudah baik dan di daerah-daerah yang masyarakat taninya sudah mampu dan berhasrat, sehingga pencetakan sawah dan pem- bangunan jaringan irigasi tersier dan kwarternya dapat berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian areal persawahan yang potensial dapat segera berfungsi sebagai sawah yang produktif.

Kegiatan pengembangan air tanah tetap ditingkatkan, khusus- nya di daerah-daerah pertanian kering dan rawan yang air permu- kaannya sudah langka, sehingga daerah-daerah tersebut ikut mera- sakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Selain untuk kebutuhan pertanian, pengembangan tersebut juga dimaksudkan untuk menambah penyedian air untuk berbagai macam keperluan, ter - utama untuk kebutuhan rumah tangga.

Di samping pembangunan irigasi baru dengan sistem konven- sional, pembangunan reklamasi rawa dan pengairan pasang surut juga terus ditingkatkan. Hasil dari kegiatan-kegiatan tersebut diha- rapkan dapat mengubah daerah rawa menjadi pusat-pusat produksi padi yang baru dan dengan demikian akan membantu usaha pengem-bangan wilayah dan program transmigrasi.

372

Page 113:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Dengan bertambah banyaknya jaringan-jaringan irigasi yang sudah direhabitasikan dan selesai dibangun, maka kegiatan eksploi- tasi, pemeliharaan dan pengamanan yang diperlukan untuk menjamin kelestarian berfungsinya jaringan-jaringan irigasi tersebut semakin bertambah penting. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut partisipasi para petani pemakai air sangat diperlukan.

Dalam rangka pemeliharaan dan pengamanan prasarana irigasi khususnya dan pengelolaan sumber daya alam, air, tanah dan ling- kungan hidup pada umumnya, sejak Repelita II dilaksanakan ber- bagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam hubung- an itu meliputi antara lain, reboisasi dan penghijauan, pencegahan erosi di lahan yang kemiringannya relatif tinggi dengan cara ber - cocok tanam menurut garis tinggi atau secara "triperopping", pem-bangunan sengkedan (terasering) dan pemilihan tanaman penutup (ground cover) yang tepat. Usaha-usaha lain dalam rangka pencegah -an/pengendalian erosi dan sedimentasi berupa kegiatan-kegiatan di bidang teknik pengairan yang meliputi pembangunan chek-dam, dam-dam penahan dan kantong pasir serta perbaikan sungai.

1. Program Perbaikan dan Peningkatan IrigasiDalam Repelita III direncanakan perbaikan dan peningkatan

jaringan irigasi yang meliputi areal seluas 536.000 ha. Perbaikan dan peningkatan irigasi terutama dilaksanakan terhadap jaringan irigasi yang sudah ada tetapi dalam keadaan rusak dan tidak berfungsi lagi.

Program ini meliputi proyek-proyek : Prosida, Prosijat, Proyek irigasi Way Seputih-Sekampung, Serayu, Gambarsari Pesanggrahan, Delta Brantas, Simalungun, Tabo-Tabo, Pengembangan Lombok Se- latan, Mbay-Lembor, Lalung Semarang Barat, Kalimantong di NTB. Jenebrang di Sulawesi Selatan, Tukad Ajung Yeh Ho di Bali, Sumba di NTT, Warujayeng Turi Tunggorono di Jatim dan irigasi Aceh Utara-Aceh Barat. Sebagian besar dari proyek-proyek tersebut me-rupakan proyek lanjutan.

Dalam tahun anggaran 1979/80 telah selesai dilaksanakan rehabilitasi jaringan utama yang meliputi areal seluas 44.604 ha. Agar supaya jaringan irigasi yang telah selesai dibangun dapat segera ber-

373

Page 114:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

fungsi dan dimanfaatkan dengan effektif, dalam tahun 1979/80 di-laksanakan Pula penyempurnaan dan pembangunan saluran tersier dan saluran pembuang. Selama tahun anggaran 1979/80 telah dise-lesaikan pembangunan jaringan tersier yang meliputi areal seluas ± 129.887 ha.

Salah satu proyek irigasi yang termasuk dalam program ini ada- lah Proyek Irigasi Jatiluhur. Dalam rangka proyek ini perlu dilaksa- nakan rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi yang meliputi areal seluas 341.000 ha. Dari rencana itu dalam tahun 1979/80 telah diselesaikan rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi utama dengan areal seluas 11.000 ha dan jaringan tersier dengan areal seluas 67.500 ha.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi BaruProgram Pembangunan Jaringan Irigasi Baru dalam Repelita III

direncanakan meliputi areal seluas 700.000 ha. Program ini meliputi pembangunan jaringan irigasi sederhana, jaringan irigasi sedang kecil, jaringan tersier, dan jaringan irigasi khusus.

Oleh karena proyek jaringan irigasi sedang kecil dan proyek jaringan sederhana bersifat "quick yielding", artinya dapat memberi- kan hasil dalam jangka waktu relatif singkat, maka proyek tersebut memperoleh prioritas utama. Dalam tahun 1979/80 Proyek irigasi sedang kecil dan Proyek irigasi sederhana yang lokasinya tersebar di seluruh Tanah Air diperkirakan telah dapat memungkinkan pembu- kaan areal seluas 106.662 ha.

Pembangunan irigasi khusus pada umumnya terdiri dari pem-bangunan prasarana irigasi baru yang besar sehingga diperlukan penanganan khusus Proyek-proyek tersebut di antaranya adalah iri - gasi Krueng Jrue, Gumbasa, Kedu Selatan, Kali Progo, Krueng Baro, Jambu Aye-Langkahan, Batang Gadis, Panti Rao, Belitang, Way Jepara, Way Umpu/Pengubuan, Ciletuh-Cilandak, Lodoyo, K. Progo, Dumoga, Teluk Lada dan Semboja. Dalam tahun 1979/80 dari proyek ini diperkirakan telah dapat membuka areal seluas 19.897 ha. Hasil pelaksanaan dari beberapa proyek irigasi khusus dapat digambarkan sebagai berikut :

374

Page 115:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

a) Proyek Irigasi Dumoga di Sulawesi UtaraKegiatan proyek ini meliputi pembangunan jaringan utama dan jaringan tersier yang direncanakan selesai tahun 1985. Proyek ini, setelah selesai, diharapkan akan dapat mengairi areal seluas 13.807 ha. Dalam tahun 1979/80 diperkirakan telah diselesaikan pembangunan jaringan tersier yang meliputi areal seluas 3.600 ha.

b) Proyek Irigasi Krueng Jrue di AcehKegiatan proyek irigasi Krueng J rue dalam tahun 1979/80 meru-pakan kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Apabila telah selesai proyek ini diperkirakan akan dapat mengairi areal seluas 10.555 ha. Dalam tahun 1979/80 diperkirakan telah diselesaikan pembangunan jaringan tersier yang meliputi areal seluas 1.250 ha.

c) Proyek .Irigasi Kali Progo di YogyakartaProyek irigasi Kali Progo meliputi kegiatan-kegiatan pembangun- an irigasi baru dan rehabilitasi jaringan yang sudah ada. Dalam proyek ini tercakup pembangunan saluran drainase dan peng- aturan pencegahan banjir Kali Bogowonto dan Kali Opak. Dalam tahun 1979/80 diperkirakan telah diselesaikan pembangun- an dan rehabilitasi jaringan yang meliputi areal seluas 5.090 ha.

d) Proyek Irigasi Way Jepara di LampungProyek ini, yang meliputi pembangunan jaringan utama, jaring- an tersier dan pencetakan sawah, telah mendekati penyelesaian. Diharapkan proyek ini dapat mengairi areal seluas 8.481 ha.

3. Program Pengembangan Daerah RawaDalam rangka pelaksanaan Program Pengembangan Daerah

Rawa selama Repelita III direncanakan dibuka areal reklamasi pasang surut seluas 400.000 ha dan reklamasi rawa seluas 135.000 ha. Program ini meliputi proyek-proyek pengembangan pengairan pasang surut di Riau, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan/Tengah dan proyek-proyek reklamasi Rawa di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumbar, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

375

Page 116:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Dalam tahun 1979/80 proyek pengembangan pengairan pasang surut telah berhasil memperluas areal pertanian dengan 47.388 ha, sedangkan proyek reklamasi Rawa telah menambah areal pertanian seluas 8.236 ha.

4. Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air merupakan salah satu program penunjang pembangunan pengairan yang ditujukan untuk mengamankan daerah produksi dan daerah pemukiman yang padat serta jalur-jalur pengangkutan terhadap gangguan bencana banjir, dan untuk pengamanan sungai-sungai yang menjadi sumber-sumber air bagi jaringan irigasi yang sudah ada.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berkenaan dengan program ini ialah : pengaturan sungai yang dilaksanakan dalam wujud penge- rukan dasar sungai, perluasan aliran, pembuatan sudetan, perlindung- an dan perluasan tebing, pembuatan tanggul, pembuatan saluran ban- jir, pembuatan pintu-pintu banjir dan lain-lainnya. Di samping itu dalam rangka pengamanan terhadap banjir dilaksanakan juga per- siapan bahan-bahan, penyediaan peralatan dan tenaga serta latihan-latihan baik bagi penduduk maupun bagi tenaga-tenaga yang khusus bertugas mengendalikan banjir.

Program pengamanan sungai dalam Repelita III diperkirakan akan meliputi areal seluas lebih kurang 770.000 ha. Dalam tahun anggaran 1979/80 realisasi pelaksanaan program pengamanan sungai meliputi areal seluas 93.250 ha.

Dalam program ini ada proyek-proyek pengamanan sungai yang dilola secara khusus, yaitu Bengawan Solo, Cimanuk, Citandui, sungai Pemali Comal, Cisanggarung, sungai Arakundo, Wampu, Ular, Kali Brantas dan pengendalian banjir Jakarta. Di samping untuk pengendalian banjir, proyek-proyek ini juga dimaksudkan untuk mengamankan daerah produksi pertanian dan untuk menun- jang sektor industri, seperti untuk pembangkitan tenaga listrik dan penyedian air bagi keperluan industri.

376

Page 117:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071

Untuk menanggulangi bencana alam akibat gunung berapi, seperti Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Semeru dan Gunung Agung, kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain adalah: pem- buatan kantong-kantong pasir dan penguatan tebing untuk mencegah terjadinya tanah longsor.

5. Program Penelitian Pertanian dan Pengairan

Guna menunjang program-program tersebut di atas, dalam tahun 1979/80 juga dilaksanakan kegiatan penelitian yang meliputi kegiat- an-kegiatan survey dan penyelidikan untuk perencanaan teknis ba- ngunan pengairan, perencanaan pengembangan wilayah sungai dan untuk perencanaan pengelolaan lingkungan pengairan, danau-danau dan waduk-waduk. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan juga pemasangan instalasi jaringan hidro-metrologi dan observasi hidrologi proyek-proyek pengairan.

377

Page 118:  · Web viewKuda, domba dan semua jenis unggas populasinya juga meningkat. Prosentase kenaikan terbesar dialami oleh ayam ras, yaitu sebesar 15,4 %, yang telah meningkat dari 6.071