· web viewkoperasi non-kud yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai...

66
BAB KOPERASI

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

BAB K O P E R A S

I

Page 2:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

13

Page 3:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan
Page 4:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

BAB 13

K O P E R A S I

I. PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33 Ayat (1) menya-takan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasannya antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang, dan bangun per-usahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Dengan demikian, UUD 1945 menempatkan koperasi pada kedudukan sebagai soko-guru perekonomian nasional dan sekaligus sebagai bagian integral tata perekonomian nasional.

Dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi, amanat terse-but mengandung makna yang amat penting dan mendalam, yaitu bahwa jiwa dan semangat koperasi harus dimiliki oleh seluruh masyarakat termasuk semua badan usaha yang ada dalam sistem ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

247

Page 5:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dite-gaskan kembali bahwa hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini sangat sesuai dengan salah satu fungsi dan peran koperasi, yaitu mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Lebih lanjut GBHN 1993 menyatakan bahwa pembangunan nasional adalah pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat. Amanat ini secara jelas dianut dalam prinsip koperasi. Koperasi sesuai dengan watak sosialnya adalah wadah ekonomi yang paling ampuh untuk menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan dalam upaya untuk menciptakan pembangunan yang berkeadilan. Selain itu, koperasi juga merupakan organisasi ekonomi yang paling banyak melibatkan peran serta rakyat. Oleh karena itu, koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat perlu lebih banyak diikutsertakan dalam upaya pembangunan, untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata, tumbuh dari bawah, berakar di masyarakat dan mendapat dukungan luas dari rakyat.

GBHN 1993 mengingatkan bahwa upaya untuk lebih memera-takan pembangunan serta menghilangkan kemiskinan dan keterbe-lakangan masih perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Dalam rangka ini maka penataan peran ketiga pelaku ekonomi dalam ekonomi nasional sesuai amanat UUD 1945 masih perlu terus dilanjutkan, terutama peranan koperasi. Perhatian secara khusus perlu diberikan kepada pembinaan usaha golongan masyarakat yang berkemampuan lemah serta upaya untuk menciptakan lapang-an kerja guna menampung angkatan kerja yang terus meningkat.

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) pembangunan koperasi perlu dilan-jutkan dan makin diarahkan untuk mewujudkan koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri serta sebagai sokoguru pereko-nomian nasional, yang merupakan wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi rakyat di semua kegiatan perekonomian

248

Page 6:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

nasional, sehingga mampu berperan utama dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan itu perlu ditingkatkan dengan sungguh-sungguh penataan koperasi, usaha negara, dan usaha swasta agar masing-masing melaksanakan fungsi dan peranannya dalam perekonomian nasional yang didasar-kan pads demokrasi ekonomi berlandaskan Pancasila. Pembangun-an ekonomi secara bertahap harus ditata dengan peraturan per-undang-undangan.

Selanjutnya, dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) VI GBHN 1993 menggariskan bahwa koperasi yang merupakan bagian integral dari perekonomian nasional, baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat, pembangunannya diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi makin maju, makin mandiri, dan makin berakar dalam masyarakat serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat, dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

GBHN 1993 juga mengamanatkan agar dalam Repelita VI pembangunan koperasi diselenggarakan melalui peningkatan kemampuan organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan permo-dalan dengan didukung oleh peningkatan jiwa dan semangat ber-koperasi menuju pemantapan perannya sebagai sokoguru pereko-nomian nasional.

Berdasarkan berbagai pokok pikiran di atas, pembangunan koperasi mutlak diperlukan dalam upaya membangun perekonomi-an nasional karena merupakan amanat konstitusi. Selain itu, koperasi juga merupakan wadah yang paling tepat untuk meng-galang kekuatan ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab bersama rakyat dan Pemerin-tah, yang harus dilaksanakan dalam rangka menumbuhkan ke-majuan dan kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia.

249

Page 7:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Pembangunan koperasi dalam PJP II dan Repelita VI disusun dan diselenggarakan dengan berlandaskan pada pengarahan GBHN 1993 seperti tersebut di atas.

II. PEMBANGUNAN KOPERASI DALAM PJP I

Pembangunan koperasi dalam PJP I telah menunjukkan berba-gai keberhasilan yang amat berarti, baik ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi maupun nilai usaha koperasi. Koperasi juga telah terlibat dan berperan aktif dalam kegiatan ekonomi rakyat serta sekaligus mulai dapat meningkatkan kese-jahteraan para anggotanya. Keadaan tersebut tercermin antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah anggota koperasi, jumlah dan ragam bidang usaha koperasi, jumlah sim-panan anggota, jumlah modal usaha, serta jumlah nilai usaha koperasi.

Sampai dengan tahun keempat Repelita V telah terdapat sebanyak 39.031 buah koperasi yang terdiri atas 8.749 buah kope-rasi unit desa (KUD) dan 30.282 buah koperasi non-KUD, yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan demikian, jumlah koperasi pada tahun keempat Repelita V hampir mencapai dua kali lipat dari jumlah koperasi pada akhir Repelita I sebanyak 19.975 buah.

Koperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, 1.541 buah koperasi serba usaha (KSU), 1.176 buah koperasi industri kerajinan rakyat (Kopinkra), 894 buah koperasi simpan pinjam (KSP), 642 buah koperasi pedagang pasar (Koppas), 73 buah koperasi produksi tahu tempe, 31 buah koperasi pelayaran rakyat, 658 buah koperasi wanita, dan 73 buah koperasi di lingkungan generasi muda (koperasi pemuda), serta sebanyak 6.529 aneka koperasi lainnya.

250

Page 8:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Dari sebanyak 8.749 buah KUD yang ada di seluruh Indone-sia, 47,3 persen di antaranya atau sebanyak 4.140 buah telah memenuhi kriteria sebagai KUD mandiri yang tersebar di 2.705 kecamatan. Ini berarti di setiap kecamatan rata-rata terdapat lebih dari satu buah KUD mandiri.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah koperasi, jumlah anggota koperasi pun telah tumbuh dengan pesat. Pada akhir tahun keempat Repelita V terdapat sebanyak 33,7 juta orang anggota koperasi primer yang terdiri dari 20,5 juta orang anggota KUD dan 13,2 juta orang anggota koperasi non-KUD. Dengan demikian, secara keseluruhan jumlahnya telah mencapai lebih dari sebelas kali lipat dari jumlah anggota koperasi pada akhir Repelita I.

Di bidang usaha, perkembangan selama PJP I juga cukup menggembirakan. Pada akhir tahun keempat Repelita V jumlah simpanan anggota koperasi telah mencapai Rp1,1 triliun atau sekitar 35,6 persen dari jumlah modal usaha koperasi sebesar Rp3,2 triliun pada tahun yang sama. Adapun nilai usahanya telah mencapai Rp6,8 triliun. Pada akhir Repelita I jumlahnya baru mencapai Rp6,8 miliar untuk simpanan anggota atau 31,1 per-sen dari jumlah modal usaha koperasi sebesar Rp21,9 miliar, dan Rp61,5 miliar untuk nilai usaha koperasi. Dengan demikian, selama PJP I telah terjadi peningkatan yang sangat pesat dalam jumlah simpanan, modal usaha, dan nilai usaha koperasi secara keseluruhan. Peningkatan yang pesat dari nilai usaha koperasi pada tahun keempat Repelita V dibanding pada awal Repelita I berkaitan erat dengan perkembangan bidang usaha koperasi selama PJP I.

Kemajuan ini cukup menggembirakan karena telah menunjuk-kan bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan usaha semakin berperan aktif dan terlibat lebih luas dalam berbagai kegiatan ekonomi serta sekaligus telah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya yang pada umumnya masih terbatas kemampuan ekonominya. Keadaan ini antara lain merupakan hasil dari berbagai

251

Page 9:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

kebijaksanaan perkoperasian, kebijaksanaan makro, dan sekaligus peran serta masyarakat anggota koperasi dalam PJP I. Kebijaksa-naan perkoperasian tersebut ditempuh melalui program pembinaan kelembagaan koperasi dan pengembangan usaha koperasi, dengan kegiatan yang meliputi pendidikan dan pelatihan, magang, penyu-luhan dan penerangan, bimbingan dan konsultasi, serta ditunjang pula dengan berbagai kegiatan penelitian perkoperasian serta kebi-jaksanaan makro, baik di bidang fiskal-moneter maupun sektor riil, berupa perkreditan, subsidi ataupun proteksi. Sesuai dengan tahap-an pembangunan nasional dalam PJP I, peranan Pemerintah dalam pembangunan koperasi pada masa itu masih besar, terutama pada kegiatan yang bersifat perintis dan kegiatan perkoperasian lainnya yang belum sepenuhnya mampu dilaksanakan sendiri oleh gerakan koperasi.

Kebijaksanaan pembinaan usaha koperasi sejak Repelita I, yang diprioritaskan untuk mendukung keberhasilan program pengadaan pangan nasional melalui KUD, yang didukung dengan pemberian kredit pengadaan pangan beserta penyediaan jaminan kreditnya telah memberikan sumbangan besar bagi tercapainya swasembada beras sejak tahun 1984.

Sejalan dengan, perkembangan pembangunan nasional yang ditandai oleh kemajuan yang pesat di berbagai sektor di luar sektor pertanian, bidang usaha koperasi juga turut berkembang. Dewasa ini lingkup bidang usaha koperasi mencakup baik usaha pertanian maupun usaha nonpertanian, seperti industri pengolahan dan jasa. Bidang usaha tersebut di antaranya adalah pengadaan pangan, penyaluran pupuk, pemasaran kopra, pemasaran cengkih, pema-saran susu, pemasaran hasil perikanan, peternakan, pertambangan rakyat, kerajinan rakyat, penyaluran BBM, penyaluran semen, usaha pakaian jadi, usaha industri logam dan tambang rakyat, usaha angkutan darat, sungai, dan Taut, pembangunan perumahan sederhana dan pemugarannya, pelayanan jasa simpan pinjam, pelayanan jasa titipan, penyaluran alat kontrasepsi untuk program keluarga berencana (KB) kepada para anggotanya di daerah

252

Page 10:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

terpencil dan masyarakat sekitarnya, pemasaran jasa telekomunika-si, pemasaran jasa kelistrikan perdesaan, penyaluran kredit candak kulak (KCK), penyaluran kredit tebu rakyat intensifikasi (TRI) dan lain sebagainya.

Sumbangan koperasi secara nasional dalam pengadaan maupun penyaluran beberapa komoditas penting cukup besar. Dalam pengadaan pangan nasional sumbangan koperasi telah mencapai lebih dari 90 persen. Dalam kegiatan penyaluran pupuk sumbangan koperasi telah mencapai lebih dari 75 persen dan koperasi susu telah memasok sekitar 55 persen dari kebutuhan susu nasional.

Dalam pada itu, gerakan koperasi Indonesia telah memiliki organisasi tunggal, yaitu Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) yang berfungsi sebagai wadah perjuangan dan pembawa aspirasi bagi kepentingan gerakan koperasi. Di samping itu, selama PJP I telah pula terbentuk beberapa prasarana penunjang bagi gerakan koperasi yang juga merupakan aset bagi pembangunan koperasi pada PJP II. Prasarana penunjang tersebut di antaranya adalah Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Akademi Koperasi (Akop) sebagai lembaga pendidikan pencetak sarjana dan kader pembangunan koperasi yang ahli di bidang manajemen koperasi. Selain itu, telah berdiri pula koperasi jasa audit (KJA) yang tersebar di 20 propinsi dan berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa audit, jasa bimbingan dan konsultansi manajemen, serta jasa pelatihan. Di bidang asuransi, gerakan koperasi juga telah memi-liki Koperasi Asuransi Indonesia (KAI).

Di bidang keuangan, telah dibentuk Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) yang merupakan penyempurnaan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) dan berfungsi memberikan jaminan atas kredit kepada koperasi yang diberikan oleh bank. Selain itu, telah pula dibentuk Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin) dan lembaga keuangan lain seperti Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), koperasi bank perkreditan rakyat (KBPR), serta koperasi simpan pinjam (KSP).

253

Page 11:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Modal penting lainnya bagi pengembangan koperasi pada PJP II adalah Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang memberikan landasan hukum yang kuat bagi pembangunan koperasi yang lebih selaras dengan pembangunan di sektor-sektor lainnya dalam upaya membangun koperasi yang maju dan mandiri. Pada prinsipnya, undang-undang perkoperasian yang baru memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada gerakan koperasi untuk menentukan arah pengembangan usahanya agar makin sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan para anggotanya. Dalam pada itu, Pemerintah tetap memberikan bimbingan, kemu-dahan dan perlindungan dalam rangka memandirikan koperasi.

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Pembangunan koperasi pada PJP I telah berhasil meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat antara lain dengan semakin tumbuhnya koperasi mandiri dan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai koperasi. Memasuki PJP II perlu lebih dikenali adanya berbagai tantangan yang akan dihadapi. Dengan memanfaatkan peluang dan mengatasi kendala yang ada, diharapkan pembangunan koperasi pada PJP II akan lebih berhasil.

1. Tantangan

Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi selama PJP I, masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan, yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan penangan-annya dalam PJP II, sebagai tantangan untuk mewujudkan cita-cita perkoperasian seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945.

Hingga saat ini karena berbagai alasan ekonomi dan non ekonomi, koperasi pada umumnya belum dapat melaksanakan

254

Page 12:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

sepenuhnya prinsip koperasi sebagaimana yang dicita-citakan, sehingga koperasi sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat belum dapat mengembangkan sepenuhnya potensi dan kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Di samping itu berbagai kondisi struktural dan sistem yang ada masih menghambat koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan kaidah ekonomi untuk meraih dan memanfaatkan berbagai kesempatan ekonomi secara optimal. Sementara itu dengan terbukanya perekonomian nasional terhadap perkembangan perekonomian dunia, akan menghadirkan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan ekonomi nasional. Persaingan usaha akan makin ketat, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu mengantisipasi dan merencanakan masa depan meningkat pula. Kedudukan dan ke-beradaan koperasi akan makin mantap apabila koperasi makin ter-integrasi dan berperan menentukan ke dalam perekonomian nasio-nal. Oleh karena itu, tantangan dalam pembangunan koperasi adalah mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, dan mandiri serta memiliki daya saing sehingga mampu meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional sekaligus kesejahteraan anggotanya.

Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional, peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam hal ini, koperasi sebenarnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas terutama dalam hal yang menyangkut kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Dalam kenyataannya, koperasi masih menghadapi berbagai hambatan struktural dan sistem untuk dapat berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan, antara lain dalam memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. Dengan demikian, yang menjadi tantangan adalah mewujudkan koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan

255

Page 13:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

ekonomi rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi rakyat.

Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berpartisipa-si aktif dalam organisasi koperasi, dan kesadaran masyarakat untuk bergabung dalam wadah koperasi. Sementara itu, kepercayaan masyarakat terhadap koperasi makin meningkat, tetapi belum cukup memadai antara lain disebabkan oleh masih adanya berbagai hambatan untuk meningkatkan manfaat koperasi bagi anggotanya. Hal ini antara lain telah menyebabkan lambatnya koperasi meng-akar dalam masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan dan menampung peran serta masyarakat secara luas. Oleh karena itu, mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berakar kuat dalam masyarakat juga merupakan tantangan pemba-ngunan koperasi dalam PJP II.

2. Kendala

Pengalaman pembangunan koperasi dalam PJP I telah mem-berikan petunjuk bahwa untuk menjawab berbagai tantangan dalam PJP II, masih terdapat beberapa kendala yang membutuhkan perha-tian dalam rangka menggariskan kebijaksanaan dan menyusun program untuk mencapai sasaran yang dikehendaki.

Kendala utama yang dihadapi, yang juga merupakan kendala bagi dunia usaha pada umumnya, adalah tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia koperasi yang umumnya belum memadai. Kendala ini menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan koperasi dalam menjalankan fungsi dan peranannya dan berakibat antara lain pada kurang efektif dan efisiennya orga-nisasi dan manajemen koperasi. Hal ini tercermin pada pengelolaan koperasi dan tingkat partisipasi anggota yang belum optimal. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme antara lain melalui berbagai pela-tihan, hasilnya masih jauh dari memadai.

256

Page 14:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Berkaitan dengan kendala utama tersebut, terdapat pula kenda-la lain yang lebih spesifik, yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan koperasi. Kendala tersebut adalah lemahnya struktur permodalan koperasi, rendahnya usaha pemupukan permodalan dari anggota dan dari dalam koperasi, serta terbatasnya akses koperasi ke sumber permodalan dari luar. Meskipun permodalan bukan faktor utama yang menentukan keberhasilan koperasi, kelemahan permodalan ditambah dengan kendala lainnya akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan koperasi. Kendala penting lainnya adalah terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi koperasi, yang berpengaruh antara lain pada rendahnya kemampuan koperasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahanya, sehingga menyebabkan pula terbatasnya daya saing koperasi.

Mekanisme kelembagaan dan sistem koperasi yang seharusnya berpijak pada prinsip koperasi, belum berjalan dengan baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya kesadaran anggota akan hak dan kewajibannya, serta belum berfungsinya secara penuh meka-nisme kerja antarpengurus dan antara pengurus dengan pengelola koperasi.

Masih kurangnya kepercayaan untuk saling bekerja sama, merupakan kendala pula bagi terwujudnya kerja sama dan terben-tuknya jaringan usaha antara koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya.

Kurang memadainya prasarana dan sarana yang tersedia di wilayah tertentu, terutama kelembagaan keuangan baik bank rnaupun bukan bank, produksi dan pemasaran, khususnya di daerah tertinggal, turut pula menjadi kendala bagi pengembangan koperasi di daerah tersebut. Kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembinaan koperasi antarsektor dan antardaerah merupakan kendala pula bagi pembangunan koperasi.

257

Page 15:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Kendala lainnya adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi, serta kurangnya kepedulian dan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, yang tercermin dari masih rendahnya peran serta dan dukungan masyarakat dalam pem-bangunan koperasi.

3. Peluang

Selaras dengan perkembangan pembangunan yang dinamis dan pertumbuhan ekonomi, dalam Repelita VI terbuka berbagai pelu-ang usaha yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan koperasi. Pembangunan nasional dalam PJP II khususnya Repelita VI yang mendahulukan aspek pemerataan akan membuka peluang yang lebih besar bagi pembangunan koperasi.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sebagai landasan hukum baru, juga memberikan peluang yang diharapkan akan mampu mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan mandiri. Koperasi primer yang berskala kecil agar berhimpun dalam koperasi sekunder secara lebih mantap sehingga lebih terkonsolidasi menjadi kekuatan ekonomi yang besar dan tangguh serta mampu memanfaatkan peluang keterbukaan perekonomian Indonesia terhadap perekono-mian dunia.

Selain itu, terdapat juga berbagai peluang lainnya dalam pembangunan koperasi dalam Repelita VI, di antaranya adalah kemauan politik yang kuat dari Pemerintah dan berkembangnya tuntutan masyarakat untuk lebih membangun koperasi dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Panca-sila dan UUD 1945. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai hasil pembangunan yang berkelanjutan sejak PJP I juga akan menciptakan peluang bagi berkembangnya usaha koperasi di masa depan.

258

Page 16:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Sementara itu, makin terbukanya perekonomian dunia turut pula menciptakan berbagai peluang baru bagi koperasi, di antara-nya adalah makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produk-si koperasi Indonesia, serta makin terbukanya kesempatan kerja sama internasional antargerakan koperasi di berbagai bidang.

Perubahan struktur perekonomian nasional menciptakan peluang untuk lebih berkembangnya koperasi di perdesaan/KUD yang berusaha di bidang agrobisnis, agroindustri, dan industri perdesaan lainnya. Sementara itu, Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman akan mendorong diversi-fikasi usaha koperasi sesuai dengan kepentingan masyarakat se-tempat.

Dalam PJP II tuntutan terhadap perlindungan dan jaminan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi tenaga kerja, yang telah mulai dirasakan pada saat ini, diperkirakan akan semakin mening-kat. Di samping itu, diperkirakan pula terjadi pertumbuhan yang pesat di sektor industri yang akan meningkatkan jumlah dan jenis perusahaan. Keadaan ini menciptakan peluang bagi tumbuhnya koperasi karyawan baru.

Berbagai tantangan, kendala, dan peluang tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan koperasi dalam PJP II. Untuk menjawab berbagai tantangan, dan mengatasi kendala terse-but serta memanfaatkan peluang yang tersedia, disusun berbagai kebijaksanaan dan program dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan koperasi dalam PJP II, khususnya Repelita VI.

259

Page 17:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar koperasi makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat. Koperasi sebagai badan usaha yang makin mandiri dan andal harus mampu memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Pembangunan koperasi juga diarahkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang didukung oleh jiwa dan semangat yang tinggi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta menjadi sokoguru perekonomian nasional yang tangguh. Koperasi di perdesaan perlu dikembangkan mutu dan kemampuannya, dan perlu makin ditingkatkan peranannya dalam kehidupan ekonomi di perdesaan.

Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional. Peran aktif masyarakat dalam menumbuhkem-bangkan koperasi terus ditingkatkan dengan meningkatkan kesadar-an, kegairahan, dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan masyarakat melalui upaya penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan. Fungsi dan peranan koperasi juga menjadi tanggung jawab lembaga gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan kepentingan dan pembawa aspirasi gerakan koperasi, bekerja sama dengan Pemerin-tah sebagai pembina dan pelindung.

Pengembangan koperasi didukung melalui pemberian kesem-patan berusaha yang seluas-luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan pencip-taan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh permodalan. Untuk mengembangkan dan melindungi usaha rakyat yang diselenggarakan dalam wadah koperasi demi kepentingan

260

Page 18:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

rakyat, dapat ditetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh koperasi. Kegiatan ekonomi di suatu wila-yah yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi agar tidak dima-suki oleh badan usaha lainnya dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional dalam rangka pemerataan kesempat-an usaha dan kesempatan kerja.

Kerja sama antarkoperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan perekonomian berdasar-kan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas kekeluar-gaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan, serta saling mendukung dan saling menguntungkan. Potensi koperasi untuk tumbuh menjadi usaha skala besar terus ditingkatkan, antara lain melalui perluasan jaringan usaha koperasi, pemilikan saham, keterkaitan dengan usaha hulu dan usaha hilir, baik dalam usaha negara maupun usaha swasta.

2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

GBHN 1993 menetapkan bahwa sasaran pembangunan kopera-si dalam PJP II adalah terwujudnya koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat, dan mandiri serta sebagai sokoguru perekonomian nasional yang merupakan wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi rakyat di semua kegiatan perekonomian nasional sehingga mampu berperan utama dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kese-jahteraan rakyat.

b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan bidang ekonomi dalam Repelita VI di antaranya adalah tertata dan mantapnya kelembagaan dan sistem koperasi agar koperasi makin efisien serta berperan utama dalam

261

Page 19:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

perekonomian rakyat dan berakar dalam masyarakat. Adapun sasaran pembangunan koperasi dalam Repelita VI adalah koperasi yang makin maju, makin mandiri dan makin berakar dalam masya-rakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Sesuai dengan sasaran tersebut di atas, ditetapkan sasaran operasional pembangunan koperasi dalam Repelita VI, yaitu makin meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang berdampak pada makin meningkatnya kemampuan organisasi dan manajemen koperasi, makin meningkatnya partisipasi aktif anggota, serta makin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan teknologi tepat; makin kukuhnya struktur permo-dalan koperasi; makin kukuhnya jaringan usaha koperasi secara horizontal dan vertikal; serta makin berfungsi dan berperannya lembaga gerakan koperasi. Dengan demikian, diharapkan daya saing koperasi dan kesejahteraan anggota koperasi makin mening-kat pula.

Selain sasaran operasional yang bersifat umum tersebut, dite-tapkan sasaran pengembangan koperasi di perdesaan dan di perko-taan.

Sasaran pengembangan koperasi di perdesaan adalah makin berkembangnya koperasi di perdesaan/KUD yang mampu memberi-kan kesempatan dan menumbuhkan prakarsa masyarakat perdesaan untuk meningkatkan usaha sesuai dengan kebutuhan mereka serta sekaligus mampu memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan mereka; makin menyebarnya KUD mandiri di seluruh pelosok tanah air; makin meningkatnya kualitas KUD mandiri yang telah ada sehingga kemandiriannya makin mantap; makin meningkatnya kemampuan usaha dan peran kopera-si di perdesaan/KUD untuk mendorong berkembangnya agrobisnis, agroindustri, industri perdesaan, jasa keuangan, dan jasa lainnya termasuk penyediaan kebutuhan pokok; makin berkembangnya koperasi sekunder yang secara khusus menangani komoditas

262

Page 20:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

tertentu, terutama yang mempunyai nilai komersial tinggi untuk pasar dalam dan luar negeri sesuai dengan potensi masyarakat setempat; makin meningkatnya kualitas pelayanan usaha koperasi di perdesaan/KUD kepada para anggotanya dan masyarakat di daerah tertinggal, terisolasi, terpencil, perbatasan, dan permu-kiman transmigrasi; serta makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antarkoperasi, dan kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya.

Secara kuantitatif sasarannya adalah terwujudnya 2.700 KUD mandiri baru dalam rangka terwujudnya minimal satu buah KUD mandiri pada setiap kecamatan; makin mantapnya 5.000 KUD mandiri untuk berfungsi sebagai pusat pengembangan perekonomi-an di perdesaan sehingga mampu menggerakkan, mengelola, dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal dalam rangka meningkatkan pendapatan, kesempatan usaha, dan lapangan kerja di perdesaan; serta terwujudnya minimal satu buah KUD mandiri inti yang mampu mengelola komoditas andalan di setiap kabupaten dan berperan sebagai pusat pengembangan koperasi lain di sekitarnya.

Sasaran pengembangan koperasi di perkotaan adalah makin berkembangnya koperasi yang berbasis konsumen yang mampu melayani kebutuhan pokok anggota dan masyarakat di daerah permukiman rakyat; makin berkembangnya koperasi karyawan, koperasi pegawai negeri, dan koperasi di lingkungan ABRI; makin berkembangnya koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam kope-rasi dan koperasi jasa keuangan lainnya; makin berkembangnya koperasi jasa di berbagai bidang; makin meningkatnya kualitas pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat di daerah perkotaan yang tertinggal; serta makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antarkoperasi, dan kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya.

Secara kuantitatif sasarannya adalah tumbuhnya 8.000 kopera-si karyawan baru pada perusahaan yang belum memiliki koperasi

263

Page 21:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

karyawan; terwujudnya 3.000 koperasi karyawan mandiri; serta makin terkonsolidasi dan mantapnya 4.000 koperasi pegawai negeri dan koperasi di lingkungan ABRI, 1.500 koperasi serba usaha, 24.000 koperasi di bidang jasa keuangan, 1.500 koperasi di bidang industri dan ketenagalistrikan, dan 1.000 koperasi pedagang pasar, perumahan, jasa wisata, dan profesi.

3. Kebijaksanaan

Secara umum, kebijaksanaan pembangunan perkoperasian dalam Repelita VI adalah meningkatkan prakarsa, kemampuan, dan peran serta gerakan koperasi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan dan memantapkan kelembagaan, usaha, dan sistem koperasi untuk mewujudkan peran utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat.

Secara khusus, kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam Repelita VI adalah sebagai berikut.

Pertama, meningkatkan akses dan pangsa pasar, antara lain dengan meningkatkan keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan kepastian usaha, memperluas akses terhadap informasi usaha, mengadakan pencadangan usaha, membantu penyediaan sarana dan prasarana usaha yang memadai, serta menyederhanakan perizinan. Upaya ini ditunjang dengan menyusun berbagai peraturan perun-dang-undangan yang mendukung pengembangan koperasi, dan menghapuskan peraturan perundang-undangan yang menghambat perkembangan koperasi, serta mengembangkan sistem pelayanan informasi pasar, harga, produksi, dan distribusi yang memadai.

Kedua, memperluas akses terhadap sumber permodalan, memperkukuh struktur permodalan dan meningkatkan kemampuan pemanfaatan modal koperasi, antara lain dengan meningkatkan jumlah pagu dan jenis pinjaman untuk koperasi; mendorong

264

Page 22:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

pemupukan dana internal koperasi; menciptakan berbagai kemu-dahan untuk memperoleh pembiayaan dan jaminan pembiayaan; mengembangkan sistem perkreditan yang mendukung dan sesuai dengan kepentingan koperasi pada khususnya dan perekonomian rakyat pada umumnya; mengembangkan sistem pembiayaan terma-suk lembaga pengelola yang sesuai untuk itu, dalam rangka menyebarkan dan mendayagunakan sumber dana yang tersedia bagi koperasi dan gerakan koperasi, yaitu antara lain yang berasal dari penyisihan laba bersih BUMN, penyertaan modal Pemerintah, imbalan jasa (fee) yang diterima KUD dari pelaksanaan program Pemerintah, serta dana lainnya yang berasal dari gerakan koperasi; serta mengembangkan berbagai lembaga keuangan yang mendu-kung gerakan koperasi, antara lain Perum PKK, lembaga asuransi usaha koperasi, lembaga pembiayaan koperasi, dan lembaga modal ventura, agar makin mampu melayani kebutuhan keuangan untuk pengembangan usaha anggota koperasi. Kebijaksanaan ini men-cakup upaya pendayagunaan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang sudah ada.

Ketiga, meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, antara lain dengan meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme anggota, pengurus, pengawas, dan karyawan koperasi; mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prin-sip koperasi dan kaidah usaha ekonomi; mendorong proses pe-ngembangan karier karyawan koperasi; mendorong terwujudnya tertib organisasi dan tata hubungan kerja yang efektif; mendorong berfungsinya perangkat organisasi koperasi; meningkatkan parti-sipasi anggota; mendorong terwujudnya keterkaitan antarkoperasi, baik secara vertikal maupun horizontal dalam bidang informasi, usaha dan manajemen; meningkatkan kemampuan lembaga gerakan koperasi agar mampu berfungsi dan berperan dalam memperjuang-kan kepentingan dan membawa aspirasi koperasi; dan meningkat- kan pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat koperasi melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perkoperasian, baik bagi anggota koperasi, pengelola koperasi maupun masyara-kat.

265

Page 23:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Keempat, meningkatkan akses terhadap teknologi dan mening-katkan kemampuan memanfaatkannya, antara lain dengan mening-katkan kegiatan penelitian dan pengembangan, memanfaatkan hasil penelitian/pengkajian lembaga lain, meningkatkan kegiatan alih teknologi, memberikan kemudahan untuk melakukan inovasi dan mendapatkan hak cipta, memberikan kemudahan untuk modernisasi peralatan, serta mengembangkan dan melindungi teknologi yang telah dikuasai oleh anggota koperasi secara turun-temurun.

Kelima, mengembangkan kemitraan, antara lain dengan mengembangkan kerja sama antarkoperasi, baik secara horizontal, vertikal maupun kerja sama internasional; mendorong koperasi sekunder agar lebih mampu mengkonsolidasi dan memperkukuh jaringan keterkaitan dengan koperasi primer serta mendorong kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya, baik dalam bentuk kontrak dagang, subkontrak, usaha patungan maupun bentuk kemitraan lainnya, yang dilandasi oleh prinsip saling membutuh-kan, saling menunjang dan saling menguntungkan. Kemitraan usaha ini juga dilakukan dengan meningkatkan penjualan saham perusahaan swasta yang sehat kepada koperasi melalui pemberian berbagai insentif dan kemudahan kepada kedua pihak, serta didu-kung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai.

Mengingat lingkup pembangunan koperasi sangat luas dan terkait dengan berbagai sektor pembangunan lainnya seperti sektor industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi, per-tambangan, kehutanan, pembangunan daerah, keuangan, transmi-grasi, energi, serta perumahan dan permukiman, pelaksanaan kebijaksanaan di atas dilakukan secara terpadu dan selaras dengan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan perkoperasian di sektor tersebut. Kebijaksanaan tersebut juga dilaksanakan di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok masyarakat yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

266

Page 24:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Dengan bertitik tolak dari sasaran dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan di atas, disusun program pembangunan koperasi dalam Repelita VI, yang uraiannya secara terinci dapat diikuti di bawah ini.

V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan untuk mencapai berbagai sasaran di atas, disusun program pembangunan koperasi yang terdiri atas program pokok dan program penunjang yang dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Program pokok meliputi program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan koperasi; program pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan koperasi; program peningkatan dan perluasan usaha koperasi; program kerja sama antarkoperasi dan kemitraan usaha; dan program pemantapan kelembagaan koperasi. Adapun program penunjang meliputi program pembangunan perkoperasian di daerah tertinggal; program pengembangan informasi perkopera-sian; program penelitian dan pengembangan koperasi; program pembinaan dan pengembangan pemuda di bidang perkoperasian; program peranan wanita di bidang perkoperasian; dan program pengembangan hukum di bidang perkoperasian. Program pokok dan program penunjang tersebut bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan dan usaha koperasi, terutama yang memiliki keterkaitan langsung dengan kepentingan anggotanya yang berusaha di berbagai bidang usaha, baik di perdesaan maupun di perkotaan.

1. Program Pokok

a. Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewirausahaan, profesionalisme, keterampilan dan wawasan para anggota,

267

Page 25:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

pengurus, karyawan, dan pengawas koperasi, termasuk kemam-puan manajemen dan kemampuan memanfaatkan, mengembang-kan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahanya serta mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang yang terbu-ka bagi pengembangan kegiatan usaha baru. Hal demikian akan mendorong tumbuh dan berkembangnya motivasi masyarakat luas, sehingga koperasi benar-benar mampu menjadi semangat usaha masyarakat. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme, pengetahuan, dan keterampilan, serta rasa pengabdian dan tanggung jawab para pembina koperasi agar efisiensi dan efektivitas pembinaan koperasi makin meningkat. Sedangkan program penyuluhan koperasi juga bertujuan menumbuhkan rasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab dari seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan koperasi menjadi gerakan nasional.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai berikut :

(1) menyediakan dan mengembangkan prasarana dan sarana pendidikan, pelatihan, penyuluhan, magang, serta bimbingan dan konsultansi usaha perkoperasian yang memadai;

(2) meningkatkan pendidikan perkoperasian bagi anggota koperasi tentang hak dan kewajibannya sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi, antara lain melalui penyuluhan dan pelatihan keterampilan usaha; kegiatan ini didukung dengan penyempurnaan materi dan metode pelaksanaan pendidikan anggota agar lebih meningkatkan peran serta mereka;

(3) meningkatkan produktivitas usaha anggota melalui kelompok untuk mengoptimalkan potensi usaha per-seorangan anggota;

268

Page 26:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

(4) meningkatkan pendidikan perkoperasian bagi pengurus/ pengelola usaha koperasi melalui penyuluhan, pelatihan manajemen dan keterampilan usaha, praktek kerja (magang), studi banding, dan bimbingan penyusunan kelayakan usaha terapan yang memanfaatkan teknologi tepat;

(5) meningkatkan pelatihan dan penataran perkoperasian bagi pengawas koperasi, kader, serta wanita, pemuda, dan kelompok strategis lainnya yang berpotensi menjadi motivator koperasi;

(6) meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi pembina koperasi, termasuk petugas konsultansi lapangan;

(7) meningkatkan pelatihan, bimbingan dan penyuluhan teknis, serta penyediaan informasi teknologi dalam rangka alih teknologi;

(8) meningkatkan pelayanan konsultansi manajemen bagi koperasi;

(9) mengembangkan sistem karier dan sistem balas jasa yang menarik bagi pengelola koperasi;

(10)mewujudkan proses kaderisasi yang sehat pada gerakan koperasi dengan memanfaatkan media kaderisasi, seperti lembaga pendidikan perkoperasian serta koperasi di kalangan generasi muda;

(11)meningkatkan kemampuan gerakan koperasi untuk melak-sanakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perkoperasian; dan

(12)memasyarakatkan koperasi melalui penyuluhan per-koperasian untuk mewujudkan koperasi menjadi gerakan nasional.

269

Page 27:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

b. Program Pengembangan Lembaga Keuangan dan Pembiayaan Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemupukan modal dan meningkatkan kemampuan memanfaatkan modal, dalam rangka menyehatkan struktur permodalan koperasi.

Program ini ditempuh terutama dengan kegiatan sebagai berikut :

(1) meningkatkan fasilitas pembiayaan dan jaminan pembiayaan yang dibutuhkan koperasi dan anggotanya, termasuk modal ventura;

(2)mengembangkan lembaga keuangan koperasi, antara lain koperasi simpan pinjam, koperasi bank perkreditan rakyat, koperasi pembiayaan, dan koperasi asuransi;

(3)memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada anggota koperasi untuk meningkatkan pemupukan modal sendiri, terutama yang berasal dari simpanan anggota dan dana cadangan, serta pelatihan untuk meningkatkan kemam-puan penyusunan kelayakan usaha koperasi dan pemanfaatan modal koperasi;

(4)memberikan bimbingan dan kemudahan bagi koperasi yang telah berkembang dan maju untuk menerbitkan obligasi dan Surat hutang lainnya; dan

270

Page 28:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

(5) mendorong pemupukan modal penyertaan pada koperasi, baik yang bersumber dari Pemerintah maupun dari masyarakat.

c. Program Peningkatan dan Perluasan Usaha Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan koperasi kepada anggotanya, antara lain dengan meningkatkan promosi

Page 29:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

usaha, menyediakan informasi peluang usaha dan pasar, mengem-bangkan jaringan pemasaran, melaksanakan misi dagang, menye-diakan sarana dan prasarana pemasaran, memberikan bimbingan dan konsultansi pemasaran, serta memantapkan sistem distribusi.

d. Program Kerja Santa Antarkoperasi dan Kemitraan Usaha

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efek-tivitas kegiatan koperasi, baik dalam aspek kelembagaan, yaitu antara lain meningkatkan pendidikan dan pelatihan, maupun dalam aspek usaha yaitu antara lain memperkukuh jaringan usaha kopera-si, meningkatkan keterkaitan usaha, mempercepat proses alih teknologi, meningkatkan kepastian usaha, serta memperluas pemasaran hasil produksi koperasi.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai berikut :

(1) mengembangkan jaringan usaha koperasi yang lebih luas, antara lain di bidang konsumsi, produksi, pengolahan, pemasaran, dan permodalan;

(2) mengenali potensi usaha koperasi dan badan usaha lainnya, yang didukung oleh penyediaan informasi usaha dan upaya promosi untuk mendorong terjalinnya hubungan kemitraan usaha dalam berbagai bentuk/pola, yang dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, saling menunjang dan sating menguntungkan;

(3) mendorong spesialisasi usaha di tingkat koperasi sekunder dalam rangka peningkatan konsolidasi, daya guna dan hasil guna kerja sama antarkoperasi dan kemitraan usaha antara koperasi dengan badan usaha lainnya; dan

271

Page 30:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

(4) menyempurnakan konsep dan mekanisme pelaksanaan pola perusahaan inti rakyat (PIR) dalam rangka pelaksanaan demokratisasi ekonomi, meningkatkan kedu-dukan koperasi dan daya tawar (bargaining power) anggota koperasi.

e. Program Pemantapan Kelembagaan Koperasi

Program ini bertujuan untuk menata dan memantapkan kelem-bagaan koperasi agar makin sesuai dengan kebutuhan gerakan koperasi dan selaras dengan perkembangan lingkungan yang dina-mis.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai berikut :

(1) menumbuhkan, mengembangkan, dan memandirikan koperasi di perdesaan/KUD, antara lain melalui pembinaan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan koperasi di perdesaan/KUD sehingga mampu mandiri dalam swakarsa, swadaya, dan swakerta, dan mampu berfungsi dan berperan secara optimal dalam perekonomian rakyat; membina untuk memantapkan koperasi di perdesaan/KUD mandiri sehingga mampu memanfaatkan berbagai peluang pengembangan agroindustri dan industri lain di perdesaan; membina untuk mengembangkan KUD mandiri inti di setiap kabupaten sebagai pusat pengembangan koperasi di sekitarnya; serta memberi kesempatan bagi tumbuh dan berkembangnya koperasi sekunder yang secara spesifik menangani komoditas tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat;

(2) mengembangkan koperasi di daerah terisolasi, terpencil, perbatasan, dan permukiman transmigrasi;

272

Page 31:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

(3) menumbuhkan, mengembangkan, dan memandirikan koperasi di perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perkotaan, antara lain koperasi karyawan/pegawai di lingkungan perusahaan swasta dan BUMN serta di lingkungan instansi pemerintah dan ABRI; dan membina koperasi lainnya di perkotaan, seperti koperasi pedagang pasar dan koperasi serba usaha;

(4) mengembangkan sistem akuntansi koperasi untuk memperkuat kelembagaan koperasi seiring dengan makin luasnya usaha koperasi sehingga manajemen koperasi lebih transparan dan dapat diaudit;

(5) meningkatkan kemampuan lembaga gerakan koperasi, antara lain dengan mendorong meningkatnya kerja sama antara lembaga gerakan koperasi dengan himpunan/ asosiasi usaha nasional lainnya, dan dengan lembaga gerakan koperasi internasional di berbagai bidang; di samping itu, mengembangkan sistem dan mekanisme yang lebih efektif untuk meningkatkan pemupukan dana koperasi yang dihimpun oleh lembaga gerakan koperasi dari anggotanya;

(6) mengenali potensi kelembagaan dan usaha ekonomi rakyat untuk dikembangkan menjadi koperasi yang sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat; dan

(7) menyusun dan merumuskan peraturan perundang-undangan yang mendukung, dan menghapus produk hukum yang menghambat pengembangan koperasi khu-susnya dan demokrasi ekonomi umumnya.

273

Page 32:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

2. Program Penunjang

a. Program Pembangunan Perkoperasian di DaerahTertinggal

Peran serta koperasi dalam upaya pembangunan daerah ter-tinggal adalah dengan mendorong tumbuhnya kelompok usaha bersama yang produktif, dan selanjutnya diarahkan untuk berkem-bang menjadi koperasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat; serta meningkatkan kualitas dan kemampuan koperasi yang telah ada sehingga dapat meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan usahanya kepada anggota dan masyarakat di daerah tertinggal.

Peningkatan kualitas dan kemampuan koperasi di daerah ter-tinggal dilakukan terutama dengan kegiatan sebagai berikut:

(1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia koperasi/ KUD melalui pelatihan, magang, pendidikan, penyuluhan, dan studi banding; di samping itu, juga akan dilakukan penempatan tenaga kerja sukarela terdidik (TKST) serta tenaga sarjana dan terdidik lainnya pada koperasi/KUD di daerah tertinggal, serta peningkatan dan pengembangan kemampuan tenaga penyuluh per-koperasian;

(2) membangun prasarana dan sarana usaha koperasi, antara lain warung serba ada (waserda) dan tempat pelayanan koperasi (TPK), untuk merangsang kegiatan ekonomi dan penyediaan berbagai kebutuhan masyarakat;

(3) menyediakan bantuan modal kerja untuk mendukung kelancaran dan pengembangan usaha koperasi/KUD dan anggotanya;

274

Page 33:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

(4) meningkatkan peran serta koperasi/KUD dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat daerah tertinggal;

(5) menyediakan informasi peluang usaha dan pasar; dan

(6) meningkatkan peran serta koperasi/KUD dalam penyediaan energi listrik bagi masyarakat daerah tertinggal, yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, termasuk untuk mendorong tumbuh kembangnya berbagai usaha produktif masyarakat.

b. Program Pengembangan Informasi Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengem-bangkan sistem informasi yang dibutuhkan koperasi, berupa jaring-an informasi kelembagaan dan usaha yang, antara lain, meliputi informasi tentang produksi, informasi pemasaran dalam negeri maupun ekspor, informasi permodalan, serta informasi untuk men-dukung terjalinnya kerja sama, keterkaitan, dan kemitraan usaha.

c. Program Penelitian dan Pengembangan Koperasi

Program ini bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pengem-bangan koperasi terutama yang berkaitan dengan peningkatan kua-litas sumber daya manusia koperasi; peningkatan akses dan pangsa pasar koperasi; peningkatan akses terhadap sumber permodalan dan struktur permodalan koperasi; peningkatan kemampuan dan akses terhadap teknologi; pemantapan kelembagaan, organisasi, dan manajemen; kemitraan usaha, baik antarkoperasi maupun antara koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya; serta melakukan pengkajian kebijaksanaan untuk mewujudkan pembinaan koperasi secara otonom dalam Repelita VI.

275

Page 34:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

d. Program Pembinaan dan Pengembangan Pemuda di Bidang Perkoperasian

Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kepeloporan generasi muda dalam pembangunan koperasi, serta pewarisan nilai, semangat, dan jiwa koperasi pada generasi penerus.

e. Program Peranan Wanita di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan koperasi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pemberian kesempatan yang luas kepada kaum wanita untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan perkoperasian.

f. Program Pengembangan Hukum di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk mengembangkan hukum yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang tangguh, mandiri, berakar dalam masyarakat, serta mampu berpe-ran di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat. Program ini meliputi pula kegiatan penyusunan dan perumusan peraturan perundang-undangan di berbagai sektor yang mendukung pembangunan koperasi.

VI. RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM REPELITA VI

Program-program pembangunan koperasi tersebut di atas dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam program-program tersebut, yang akan dibiayai dengan anggaran pembangunan selama Repelita VI (1994/95 - 1998/99) adalah sebesar Rp693.400,0 juta. Rencana anggaran pembangunan koperasi untuk tahun pertama dan selama Repelita VI menurut sektor, sub sektor dan program dalam sistem APBN dapat dilihat dalam Tabel 13-1.

276

Page 35:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan

Tabel 13—1RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI

Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 — 1998/99)

(dalam juta rupiah

No. -Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 — 1998/99

05 SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAHANASIONAL, KEUANGAN DAN KOPERASI

05.5 Sub Sektor Koperasi den Pengusaha Kecil

05.5.01 Program Pengembangan Koperasi 93.460,0 693.400,0

Page 36:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan
Page 37:  · Web viewKoperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas 13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan