· web viewindustri pengolahan karet di indonesia meliputi industri penghasil karet konvensional...

172
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT 1984/85-1988/89 II REPUBLIK INDONESIA

Upload: others

Post on 09-Mar-2020

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

RENCANA

PEMBANGUNAN LIMA

TAHUN

KEEMPAT

1 9 8 4 / 8 5 - 1 9 8 8 / 8 9

II

REPUBLIK INDONESIA

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 1984

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

(REPELITA IV)

1984/85 - 1988/89

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Pembangunan Lima Tahun Keti-

ga (REPELITA III) telah menunjukkan hasil-hasil

yang cukup memadai sehingga dapat dijadikan

landasan yang kuat untuk tahap pembangunan se-

lanjutnya;

b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil yang

telah dicapai serta kemampuan-kemampuan yang

telah dapat dikembangkan dalam REPELITA III,

dianggap perlu untuk menetapkan REPELITA IV

yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari

REPELITA III;

3

c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan

tersebut di atas, serta dengan mendengar dan

memperhatikan secara sungguh-sungguh saran-sa-

ran dari Fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan

Rakyat, organisasi-organisasi serta masyarakat

pada umumnya, maka sesuai dengan tugas yang

diberikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat

seperti yang tercantum dalam Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1983 ten-

tang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dipan-

dang perlu untuk mengeluarkan Keputusan Presi-

den yang menetapkan Rencana Pembangunan Lima

Tahun Keempat (1984/85 - 1988/89).

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor

II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan

Negara;

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor

VII/MPR/1983 tentang Pelimpahan Tugas dan We-

wenang Kepada Presiden/Mandataris Majelis Per-

musyawaratan Rakyat dalam rangka Pensuksesan

dan Pengamanan Pembangunan Nasional;

4. Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1979 tentang

Rencana Pembangunan Lima Tahun Ketiga (REPE-

LITA III) 1979/80 - 1983/84;

5. Keputusan Presiden Nomor 45/M Tahun 1983 ten-

tang Pembentukan Kabinet Pembangunan IV.

4

M E M U T U S K A N

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT (REPE-

LITA IV) 1984/85 - 1988/89.

Pasal 1

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat 1984/85

- 1988/89 sebagaimana termuat dalam lampiran

Keputusan Presiden ini merupakan bagian dari-

pada Pola Dasar Pembangunan Nasional, Pola

Umum Pembangunan Jangka Panjang, dan Pola Umum

Pembangunan Lima Tahun Keempat sesuai dengan

Garis-Garis Besar Haluan Negara yang telah di-

tetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pasal 2

Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat terse-

but dalam Pasal 1, menjadi landasan dan pedo-

man bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pemba-

ngunan Lima Tahun Keempat.

Pasal 3

Kebijaksanaan-kebijaksanaan dari pada Rencana

Pembangunan Lima Tahun Keempat, dituangkan da-

lam Rencana Tahunan yang tercermin dalam Ang-

garan Pendapatan dan Belanja Negara serta ke-

bijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah lainnya.

5

Pasal 4

Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan dengan

memperhatikan kemungkinan-kemungkinan peru-

bahan dan perkembangan keadaan yang memerlukan

langkah-langkah penyesuaian terhadap Rencana

Pembangunan Lima Tahun Keempat.

Pasal 5

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Maret 1984

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

S O E H A R T O

6

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUNKEEMPAT

1984/85 - 1988/89

L A M P I R A NKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nomor 21 TAHUN 1984tentang

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT(REPELITA IV)

II

REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT

1984/85 — 1988/89

DAFTAR ISI

BUKU I

Bab 1. Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan

Bab 2. Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan

Bab 3. Keuangan Negara

Bab 4. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan

Bab 5. Neraca Pembayaran Internasional

Bab 6. Perluasan Kesempatan Kerja

Bab 7. Pengembangan Dunia Usaha

Bab 8. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup

Bab 9. Pertanian dan Pengairan

Bab 10. Pangan dan Perbaikan Gizi

BUKU II

Bab 11. I n d u s t r i

Bab 12. Pertambangan dan Energi

Bab 13. Perhubungan dan Pariwisata

Bab 14. Perdagangan

Bab 15. Koperasi

Bab 16. Tenaga Kerja

Bab 17. Transmigrasi

Bab 18. Perumahan dan Pemukiman

Bab 19. A g a m a

Bab 20. Pendidikan dan Generasi Muda

9

BUKU III

Bab 21. Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan TerhadapTuhan Yang Maha Esa

Bab 22. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan PenelitianBab 23. KesehatanBab 24. Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita

Bab 25. Kependudukan dan Keluarga Berencana

Bab 26. Pembangunan Daerah

Bab 27. H u k u mBab 28. Pertahanan KeamananBab 29. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial

Bab 30. Aparatur Pemerintah

BUKU IV

1. Daerah Istimewa Aceh

2. Sumatera Utara

3. Sumatera Barat

4. R i a u

5. J a m b i

6. Sumatera Selatan

7. B e n g k u 1 u

8. L a m p u n g

9. DKI Jakarta

10. Jawa Barat

11. Jawa Tengah

12. Daerah Istimewa Yogyakarta

13. Jawa Timur

10

14. Kalimantan Barat

15. Kalimantan Tengah

16. Kalimantan Selatan

17. Kalimantan Timur

18. Sulawesi Utara

19. Sulawesi Tengah

20. Sulawesi Tenggara

21. Sulawesi Selatan

22. B a 1 i

23. Nusa Tenggara Barat

24. Nusa Tenggara Timur

25. M a 1 u k u

26. Irian Jaya

27. Timor Timur

11

RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT1984/85 - 1 9 8 8 / 8 9

DAFTAR ISI BUKU II

Bab 11. I n d u s t r i . . . . . . . . . . . . . . . . 17

Bab 12. Pertambangan dan Energi . . . . . . . . . . . . 97

Bab 13. Perhubungan dan Pariwisata . . . . . . . . . . .167

Bab 14. Perdagangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 247

Bab 15. Koperasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .279

Bab 16. Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . .311

Bab 17. Transmigrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . .371

Bab 18. Perumahan dan Pemukiman . . . . . . . . . . . . 433

Bab 19. A g a m a . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .473

Bab 20. Pendidikan dan Generasi Muda . . . . . . . . . .509

13

BAB I N D U S T R I

11

I. PENDAHULUAN

Pembangunan industri merupakan unsur pokok dalam melaksa-

nakan ketetapan Garis-garis Besar Haluan Negara untuk memper-

cepat tercapainya sasaran pembangunan jangka panjang, dan da-

lam rangka menciptakan kerangka landasan bagi bangsa Indone-

sia untuk tumbuh dan berkembang terus. Selain dari terpenuhi-

nya kebutuhan pokok rakyat, sasaran pembangunan jangka pan-

jang yang hendak dicapai adalah struktur ekonomi seimbang di

mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang

didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh.

Karena pembangunan industri sangat panting dan menentukan

perkembangan dan pertumbuhan pembangunan selanjutnya, maka

pembangunan industri pada dasarnya merupakan usaha terpadu

untuk memantapkan proses industrialisasi dalam arti yang se-

luas-luasnya.

Dalam memantapkan proses industrialisasi, pembangunan in-

dustri harus diusahakan agar membawa pengaruh yang positif

bagi pembangunan serta mencegah dan menghindarkan timbulnya

kerawanan-kerawanan. Dalam hubungan ini pembangunan industri,

selain diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

makin seimbang antara industri dan pertanian, juga diarahkan

agar didalam sektor industri sendiri semakin terwujud kese-

imbangan dan keserasian antara industri besar/sedang dan in-

dustri kecil, antara industri hilir dan industri hulu, antara

17

BAB 11

I N D U S T R I

industri untuk pemenuhan dalam negeri dan industri ekspor,

antara industri padat modal dan industri padat karya, dan

sebagainya.

Secara keseluruhan pembangunan industri harus dapat me-

ningkatkan keahlian dan ketrampilan masyarakat serta memper-

tinggi sikap mental pembaharuan yang menjamin bangsa Indone-

sia mampu tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri. Pem-

bangunan industri yang mandiri harus ditujukan untuk memba-

ngun masyarakat modern yang mencerminkan kepribadian dan

citacita bangsa, dengan membangun masyarakat industri modern

yang adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara ditegaskan bahwa

pembangunan industri adalah bagian dari usaha jangka panjang

untuk merombak struktur ekonomi yang tidak seimbang karena

terlalu bercorak pertanian ke arah struktur ekonomi yang le-bih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri. Selan-jutnya Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa pem-

bangunan industri ditujukan untuk memperluas kesempatan ker-

ja, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor,

menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan memanfaat-

kan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia.

Berdasarkan Garis-garis Besar Haluan Negara maka dalam

Repelita IV pembangunan industri akan ditingkatkan dengan

pembangunan industri yang menghasilkan mesin-mesin industri.

Dengan demikian kebutuhan dalam negeri akan mesin-mesin in-

dustri makin dapat dipenuhi sendiri secara bertahap. Dalam

meningkatkan kemampuan menghasilkan mesin-mesin industri, di-kembangkan industri yang dapat menjamin pengadaan bahan baku dan bahan penolong yang diperlukan. Selanjutnya diambil lang-

kah-langkah untuk mengembangkan penguasaan teknologi dan ke-

18

teknikan yang diperlukan oleh industri permesinan. Selanjut-

nya akan lebih dikembangkan berbagai industri tertentu seper-

ti industri maritim, industri penerbangan, industri alat-alat

berat, industri elektronika serta lainnya yang dapat menun-

jang pertahanan keamanan nasional.

Selain itu akan dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan

industri yang menunjang sektor pertanian, seperti industri

yang menghasilkan alat dan sarana produksi pertanian serta

industri yang mengolah hasil pertanian, dalam rangka memper-

kuat dan memantapkan sektor pertanian guna menunjang perkem-

bangan industri.

Garis-garis Besar Haluan Negara selanjutnya mengarahkan

agar dalam pelaksanaan pembangunan industri akan diusahakan

terciptanya kaitan yang erat antara industri kecil, industri

menengah dan industri besar, sehingga pengembangan industri

besar dan menengah secara langsung merangsang pembangunan in-

dustri kecil. Oleh karena itu pembangunan industri juga di-

arahkan untuk lebih meningkatkan industri kecil dan kerajinan

rakyat antara lain dengan penyempurnaan, pengaturan, pembina-

an dan pengembangan usaha serta peningkatan produktivitas dan

perbaikan mutu produksi, dengan tujuan untuk memperluas ke-

sempatan kerja. Dengan berkembangnya industri kecil akan me-

ningkat pula pendapatan pengusaha dan pengrajin industri ke-

cil, serta kemampuannya untuk memasarkan dan mengekspor ha-

sil-hasil produksinya. Dalam hubungan ini sekaligus diusaha-

kan agar peranan koperasi industri kecil dapat lebih diting-

katkan.

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah-

daerah tertentu yang memiliki potensi sumber alam, akan lebih

19

ditingkatkan dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan

sumber-sumber pembangunan lainnya. Dalam hubungan ini akan

ditingkatkan keterkaitan pengembangan industri antar daerah

dalam rangka memperkokoh kesatuan ekonomi nasional.

Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan agar dalam me-

laksanakan pembangunan industri ditingkatkan langkah-langkah

untuk mengembangkan usaha swasta nasional. Untuk itu Pemerin-

tah akan lebih memberikan perhatian pada pembangunan prasara-

na dan penciptaan iklim yang menunjang pertumbuhan industri

serta akan meningkatkan pengembangan pendidikan dan latihan

mengenai penguasaan teknologi, keteknikan dan ketrampilan

serta kemampuan manajemen terutama bagi pengusaha kecil.

Dalam pembangunan industri akan selalu diusahakan untuk

mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, pemboros-

an penggunaan sumber alam, serta menghindarkan rangsangan ba-

gi tumbuhnya pola konsumsi mewah. Pembangunan industri na-

sional akan ditunjang oleh peningkatan pelaksanaan kebijaksa-

naan mengenai pengutamaan pemakaian hasil produksi industri

dalam negeri.

Dalam Repelita IV, secara garis besar jenis-jenis indus-

tri yang didorong pengembangannya dapat digolongkan dalam

empat kelompok sebagai berikut:

1. Industri untuk pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, sebagian

besar dicakup dalam aneka industri, yang telah tumbuh dan

berkembang sejak Repelita I dan pembangunannya akan terus

dimantapkan sehingga produk-produk industrinya dapat di-

jangkau oleh daya beli rakyat banyak;

20

2. Industri yang menghasilkan mesin-mesin industri beserta

industri yang dapat menjamin pengadaan bahan baku dan pe-

nolong yang diperlukan, sebagian besar dicakup dalam in-

dustri permesinan dan logam dasar, yang diprioritaskan

dalam Repelita IV;

3. Industri yang memanfaatkan sumber alam dan energi, sebagi-

an besar dicakup dalam industri kimia dasar, dengan meman-

faatkan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia;

4. Industri kecil dan kerajinan rakyat, yang penting peran-

annya dalam mewujudkan pemerataan kesempatan berusaha dan

perluasan lapangan kerja serta dalam membangun masyarakat

industri modern.

Sesuai dengan tahap pembangunan industri yang telah dica-

pai, maka dalam melaksanakan proses industrialisasi peranan

bangsa Indonesia sendiri di dalam pembangunan industri harus

terus diperbesar melalui peningkatan penguasaan perangkat lu-

nak serta peningkatan kemampuan untuk membangun dan mengelola

usaha industri.

Dalam Repelita IV nilai tambah riel sektor industri di-

perkirakan akan meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata

sekitar 9,5% per tahun. Perhitungan nilai tambah sektor in-

dustri ini meliputi bukan hanya nilai tambah produk-produk

ekonomi yang dicantumkan di dalam Bab ini, tetapi juga menca-

kup beberapa produk yang dibahas di dalam Bab 9 Pertanian dan

Pengairan, serta Bab 12 Pertambangan dan Energi.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Pembangunan industri sejak Repelita I sampai dengan Repe-

lita III telah memberikan dampak positif bagi kekuatan ekono-

21

mi nasional pada khususnya dan ketahanan nasional pada umum-

nya. Hal ini ditandai oleh terus meningkatnya hasil produksi

industri, walaupun perekonomian dunia mengalami kelesuan. Se-

lain berbagai kebutuhan pokok masyarakat serta keperluan un-

tuk menunjang kegiatan produksi telah dapat dipenuhi, berba-

gai jenis hasil industri dalam negeri telah dapat pula dieks-

por. Secara keseluruhan pertumbuhan industri yang dicapai cu-

kup tinggi, yaitu rata-rata per tahun sebesar 12,98% dalam

Repelita I, 13,70% dalam Repelita II dan 11,4% dalam Repelita

III. Nilai produksi industri besar dan menengah selama 3 ta-

hun pertama Repelita III meningkat dengan rata-rata sebesar

35,6% per tahun. Pada tahun 1981 kenaikan nilai produksi yang

paling menonjol terjadi pada industri makanan, minuman dan

tembakau dengan kenaikan rata-rata 34,9%, kemudian industri

kimia dan barang-barang kimia sebesar 18,1% dan industri

barang-barang dari logam, mesin dan peralatan sebesar 18%.

Adapun kelompok industri yang rendah kenaikan nilai produksi-

nya adalah kelompok industri kertas dan produk-produk dari

kertas sebesar 2% serta industri logam dasar sebesar 3%, se-

dang untuk kelompok-kelompok industri lainnya berkisar antara

4 - 12%.

Bila ditinjau dari segi nilai tambah maka pertumbuhan in-

dustri barang-barang mineral non logam menunjukkan angka ter-

tinggi yaitu sebesar 58,31%, kemudian disusul dengan industri

kayu dan produk-produk kayu sebesar 40,8%, industri makanan-

minuman dan tembakau sebesar 39,77% dan industri barang-barang

dari logam, mesin dan peralatan sebesar 37,8%.

Dalam Repelita III pemanfaatan kekayaan alam dalam pem-

bangunan industri telah meningkat. Hal ini terlihat dari ber-

kembangnya industri LNG, meningkatnya penggunaan gas alam un-

22

tuk industri baja, pupuk urea dan petrokimia, kapur dan tanah

liat untuk industri semen, kayu gelondongan untuk industri

kayu gergajian dan kayu lapis, hasil laut seperti ikan dan

udang untuk industri pengalengan dan pengawetan, hasil perta-

nian/perkebunan dan limbah pertanian untuk industri pulp dan

kertas, industri ban, industri crumb rubber, industri kelapa

sawit dan sebagainya.

Untuk memberi gambaran kemajuan sektor industri, maka da-

lam Tabel 11 - 1 dapat dilihat angka perkembangan produksi

beberapa industri yang penting, baik yang langsung merupakan

kehutuhan rakyat banyak maupun yang menunjang sektor-sektor

lainnya, seperti pertanian, perhubungan, dan pendidikan.

Meskipun perkembangan sektor industri sampai dengan Repe-

lita III menampilkan pertumbuhan yang cukup pesat, namun ma-

sih terdapat berbagai masalah yang perlu mendapat perhatian

dalam Repelita IV. Peranan sektor industri dalam struktur

ekonomi nasional masih belum begitu besar sedangkan keterka-

itan antara sektor industri dengan sektor-sektor lainnya be-

lum maksimal. Dengan dipercepatnya proses industrialisasi dan

dicapainya sasaran laju pertumbuhan industri sebesar 9,5% se-

tahun maka peranan sektor industri akan menjadi lebih besar

sehingga struktur ekonomi akan makin seimbang.

Bila ditinjau dari penyebarannya, pembangunan industri

sampai akhir Repelita III sebagian besar masih berlokasi di

Jawa, sedang di daerah-daerah di luar Jawa masih terbatas.

Namun demikian, selama Repelita III telah mulai dibangun in-

dustri-industri dasar/kunci yang mengolah sumber daya alam

dan energi yang pada umumnya berlokasi di luar Jawa. Berdiri-

nya industri dasar/kunci tersebut melalui pengaruh ganda yang

23

TABEL 11 – 1

PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL INDUSTRI,

1977/78 - 1982/83

No. Hasil Produksi Satuan 1977/78 1978/79 1979/80 1980/81 1981/82 1982/83

1. Minyak goreng Ribu ton 31,3 37,8 266,2 278,9 326,4 780,9

2. Rokok (kretek dan putih) Milyar batang 64,0 69,2 70,1 83,9 84,0 86,2

3. Tekstil Juta meter 1.332,5 1.576,5 1.910,0 2.027,3 2.094,0 1.708,0

4. Benang tenun Ribu bal 678,3 837,3 998,0 1.184,0 1.233,0 1.370,0

5. Kayu lapis Ribu m3 217,9 424,0 525,0 1.144,6 1.609,9 2.577,2

6. Pupuk urea Ribu ton 990,0 1.437,2 1.827,0 1.985,1 2.006,7 1.994,1

7. Alat penyemprot Buah 15.300,0 36.480,0 78.000,0 134.160,0 154.284,0 159.740,0

8. Semen Ribu ton 2.878,6 3.629,0 4.705,1 5.851,7 6.844,2 7.650,6

9. Kertas Ribu ton 83,5 155,2 214,2 232,0 246,6 296,9

10. Besi dan baja Ribu ton 405,2 598,3 859,9 1.334,6 1.509,9 1.841,8

diciptakannya, telah mampu menjadi penggerak utama bagi pem-

bangunan wilayah baik bagi tumbuhnya industri hilir dan kecil

maupun kegiatan ekonomi lainnya. Usaha ini akan terus diting-

katkan pada Repelita IV agar di samping akan memberikan sum-

bangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penguatan struktur

industri, juga mampu mendorong pembangunan di daerah.

Selaras dengan meningkatnya pembangunan industri dasar/

kunci, maka pemanfaatan sumber daya alam dan energi dapat di-

lakukan seoptimal mungkin. Oleh sebab itu penyediaan sumber

daya alam dan energi untuk industri harus dilakukan secara

konsepsional dan terpadu sehingga kekayaan alam yang terbatas

jumlahnya akan dapat dipergunakan untuk seluas-luasnya bagi

kemakmuran rakyat. Ketidak sesuaian dalam kebijaksanaan harga

dan penyediaan sumber daya alam dan energi bagi industri da-

lam negeri akan dapat memberi pengaruh terhadap kesinambungan

pembangunan industri dan harga hasil produksi industri.

Selanjutnya sejalan dengan pembangunan industri selama

Repelita IV perlu dilakukan pengamanan penyediaan angkutan,

baik dalam negeri maupun angkutan komoditi ekspor, seperti

angkutan semen, pupuk, baja, kertas, kayu lapis, dan sebagai-

nya, serta penyempurnaan tata niaga. Juga hares terus dilaku-

kan pengamanan penyediaan prasarana, di wilayah pengembangan

industri, antara lain zona industri Cikampek, Cibinong, Gre-

sik, Cilacap, Cilegon, Lhok Seumawe dan Indarung. Selain itu

pengamanan penyediaan air bagi keperluan proses produksi dan

tanah-tanah bagi pertumbuhan industri hilir perlu terus di-

tingkatkan.

Mengingat industri dasar/hulu mempunyai ciri padat modal,

berskala besar dan menggunakan teknologi tinggi serta berlo-

25

kasi di daerah lokasi sumber daya alam dan energi, yang belum

cukup berkembang, maka timbul masalah regional baru, yang

perlu ditangani secara konsepsional dan terpadu. Masalah ter-

sebut antara lain berupa perlunya pengaturan tata ruang, pe-

mukiman, lingkungan hidup, penyediaan sarana, dan prasarana,

pendidikan/latihan tenaga kerja siap pakai, pengembangan ke-

hidupan perekonomian daerah, dan sebagainya.

Meskipun sampai akhir Repelita III telah dilakukan usaha-

usaha untuk memantapkan dan memperkokoh struktur industri na-

sional, struktur industri masih harus dikembangkan terus se-

hingga tercipta keserasian yang memberi kekuatan pada kese-

luruhan pertumbuhan industri. Karena pertumbuhan industri

hingga saat ini lebih banyak pada industri-industri hilir

yang pada umumnya merupakan industri substitusi impor maka

struktur industri masih berat sebelah. Keadaan ini dapat me-

nimbulkan kerawanan, di mana lebih banyak terdapat jenis-jenis

industri yang sangat tergantung pada bahan baku, komponen, dan

perlengkapan mesin yang harus diimpor. Industri antara dan in-

dustri hulu yang dapat memberi kekuatan pada struktur industri

dan peningkatan nilai tambah yang tinggi masih belum berkem-

bang. Hal ini menyebabkan lemahnya kaitan-kaitan antar indus-

tri, baik secara vertikal maupun horizontal sehingga belum

dapat memberikan kemantapan pada struktur industri yang ada.

Dalam beberapa hal usaha untuk memperkuat dan memperdalam

struktur industri perlu melibatkan pengembangan industri

berskala besar. Namun demikian, kegiatan produksinya melalui

pengembangan sistem produksi yang mantap dapat didukung dan

diperkuat oleh serangkaian industri berskala kecil dan mene-

ngah. Ditinjau dari struktur produksi dan nilai tambah, sela-

ma ini peranan industri kecil masih sangat rendah. Di lain

26

pihak, industri kecil menyerap bagian terbesar dari tenaga

kerja di sektor industri. Selama Repelita IV perlu terus di-

usahakan agar peranan industri kecil di dalam struktur indus-

tri nasional dapat terus meningkat.

Permasalahan lain yang dihadapi di bidang industri adalah

terbatasnya modal nasional dan masih lemahnya kemampuan pe-

nguasaan teknologi, rancang bangun dan perekayasaan, pengua-

saan atas proses produksi dan pengelolaan usaha industri,

serta masih kurangnya keahlian dalam penelitian dan pengem-

bangan. Meningkatnya pembangunan industri harus pula didukung

oleh pertumbuhan dan penyediaan tenaga kerja profesional bagi

industri baik pada tingkat manager/puncak, menengah maupun

tenaga ahli dan trampil.

Selanjutnya dengan meningkatnya hasil produksi industri

dalam negeri maka perlu peningkatan usaha penggunaan hasil

produksi dalam negeri dan ekspor.

Tahap industrialisasi adalah tahap yang sulit dan mengan-

dung kerawanan-kerawanan. Pengalaman bangsa-bangsa lain me-

nunjukkan kegagalan dalam tahap industrialisasi ini, terutama

jika masyarakatnya secara politis, sosial dan mental tidak

siap menghadapi perubahan-perubahan besar yang dihadapi dalam

proses industrialisasi.

Akhirnya kemajuan yang telah dicapai disektor industri

perlu disertai dengan langkah-langkah pemantapan dan peng-

awasan yang menyeluruh dalam kelembagaan dan peraturan perun-

dangan, sehingga dicapai pengaturan yang mantap, jelas, leng-

kap, terpadu dan terarah, di dalam sektor industri. Berhasil-

nya usaha-usaha ini akan menciptakan iklim dan kepastian ber-

usaha yang sehat, di sektor industri.

27

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Pembangunan industri dalam Repelita IV akan diarahkan un-

tuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang seimbang dan

kokoh dalam rangka mewujudkan terciptanya landasan yang kuat

bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekua-

tannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur berda-

sarkan Pancasila. Oleh karena itu pembangunan industri dalam

Repelita IV akan diarahkan secara tepat dan dikaitkan dengan

posisi industri nasional yang hendak dicapai pada Repelita VI.

Pemberian prioritas dan dukungan serta dorongan bagi

pengembangan industri diarahkan untuk menjamin terlaksananya

usaha terpadu untuk memantapkan proses industrialisasi dalam

arti yang seluas-luasnya. Dengan demikian usaha pengembangan

industri bukan sekedar merupakan usaha untuk mengembangkan

dan menumbuhkan berbagai jenis industri, melainkan merupakan

usaha terpadu dan terarah untuk menjamin agar pembangunan in-

dustri yang mandiri membawa peningkatan kesejahteraan rakyat

banyak, memberikan pengaruh yang positif bagi pembangunan,

meningkatkan keahlian dan ketrampilan masyarakat untuk mem-

pertinggi sikap mental pembaharuan.

Pelaksanaan pembangunan industri harus disertai dengan

pembangunan-pembangunan di bidang agama dan kepercayaan, di

bidang sosial budaya, di bidang politik, dan di bidang perta-

hanan keamanan selain pembangunan di bidang ekonomi, sehing-

ga secara politis, sosial dan mental masyarakat siap mengha-

dapi perubahan-perubahan besar yang dihadapi dalam proses

industrialisasi. Pembangunan industri meliputi aspek-aspek

perobahan struktur ekonomi, perluasan kesempatan kerja, peme-

rataan kesempatan berusaha, pengurangan ketergantungan pada

impor, peningkatan ekspor hasil-hasil industri, pengembangan

28

pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah-daerah dan peman-

faatan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia.

Usaha-usaha untuk memanfaatkan sumber alam dan energi

serta sumber daya manusia, mengembangkan pusat-pusat pertum-

buhan industri yang menunjang pembangunan daerah, dan memera-

takan kesempatan berusaha, pada dasarnya merupakan kegiatan-

kegiatan yang saling kait-mengkait. Kegiatan-kegiatan terse-

but akan memberikan sumbangan yang besar terhadap terciptanya

struktur industri yang semakin sehat dan kuat, yang selanjut-

nya akan memberikan dampak yang nyata terhadap perubahan

struktur ekonomi nasional. Hal tersebut juga akan mencipta-

kan landasan yang semakin mantap untuk meningkatkan ekspor

dan mengurangi ketergantungan pada impor. Di samping itu ke-

giatan-kegiatan tersebut akan turut mendorong perluasan

kesempatan kerja.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka dalam Repelita

IV kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan industri yang akan

ditempuh adalah sebagai berikut:

Pertama, pembangunan industri diarahkan untuk dapat me-ngembangkan struktur ekonomi nasional, melalui penyusunan

program terpadu yang saling menunjang antara sektor industri

dengan sektor-sektor lainnya.

Dalam rangka memberikan dampak yang nyata dari pembangun-

an industri terhadap perubahan struktur ekonomi, akan diusa-

hakan untuk meningkatkan jalinan saling keterkaitan antara

sektor industri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Pening-

katan keterkaitan antara sektor industri dengan sektor-sektor

ekonomi lainnya tersebut akan dilaksanakan melalui program-

program yang terpadu untuk mencapai dua sasaran. Pertama, me-

29

ningkatkan kemampuan sektor industri dalam menaikkan nilai

tambah hasil-hasil produksi dari sektor-sektor ekonomi lain-

nya, membuka kemungkinan bagi berkembangnya kegiatan ekonomi,

memperluas kesempatan berusaha serta menambah lapangan kerja;

dan kedua, memperbesar pemenuhan kebutuhan akan sarana dan

peralatan yang diperlukan bagi pembangunan.

Dalam meningkatkan nilai tambah akan diusahakan agar

sumber alam dan energi, terutama hasil-hasil hutan, pertani-

an, laut, minyak dan gas, dapat dimanfaatkan secara optimal.

Untuk itu akan disusun kebijaksanaan pemanfaatan sumber alam

dan energi, baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan ba-

kar, dengan memperhatikan jumlah yang diperlukan, kontinuitas

penyediaan dan tingkat harga. Kebijaksanaan penyediaan dan

harga bahan baku harus disesuaikan dengan usaha peningkatan

nilai tambah produksi di dalam negeri. Langkah-langkah ke

arah penyusunan strategi dan konsepsi penggunaan sumber daya

alam dan energi yang dapat menjamin pembinaan dan pertumbuhan

industri serta yang memungkinkan pemanfaatan keunggulan kom-

paratif Indonesia akan lebih dimantapkan dalam Repelita IV.

Di lain pihak kebutuhan akan sarana dan alat-alat serta

mesin untuk pertanian dan produk-produk pertanian, eksplorasi

dan eksploitasi hasil-hasil tambang serta pengolahan hasil

produksi primer, konstruksi, listrik, gas dan air minum, diu-

sahakan sebanyak mungkin dipenuhi dari hasil produksi dalam

negeri. Kegiatan di sektor ekonomi lainnya diusahakan agar

dapat menciptakan pasaran untuk menampung hasil industri, bi-

dang permesinan khususnya dan industri yang menghasilkan pro-

duk-produk antara pada umumnya.

Dalam hubungan ini diciptakan iklim yang serasi dan seim-

30

bang antara pembangunan industri dan lingkungannya. Dengan

demikian dapat disusun suatu perencanaan tata ruang yang di-

dasarkan kepada rencana pembangunan industri secara menyelu-

ruh, sehingga dapat dihindari benturan-benturan kepentingan

dengan sektor ekonomi lainnya, terutama pertanian, industri

dan transmigrasi.

Dalam rangka peningkatan pusat-pusat pertumbuhan industri

di daerah sebagaimana digariskan dalam Garis-garis Besar Ha-

luan Negara, maka pembangunan industri diarahkan untuk dapat

mengembangkan dan menumbuhkan Wilayah-wilayah Pusat Pertum-

buhan Industri (WPPI) ke seluruh wilayah tanah air sesuai de-

ngan potensi sumber alam dan energi serta sumber daya manusia

yang tersedia di masing-masing WPPI. Melalui kerangka wilayah

Pusat Pertumbuhan Industri dan Zona-zona industri, lokasi da-

ri pembangunan industri menengah yang cukup pesat perkemba-

ngannya pada waktu ini akan diarahkan. Dalam hubungan ini

akan dibangun kawasan-kawasan industri yang hasil produksinya

berorientasi pasar dalam negeri dan ekspor sebagai suatu usa-

ha untuk menciptakan berbagai kemudahan dalam pembangunan in-

dustri. Kawasan industri sebagai sarana yang akan dapat mem-

berikan kemudahan dan mempercepat pertumbuhan dan pengembang-

an industri di daerah, disusun secara terpadu dalam rencana

pembangunan industri nasional. Sarana yang diciptakan dalam

kawasan industri harus bersifat sebagai "public utility" dan

diusahakan tidak atas dasar mencari keuntungan. Usaha-usaha

untuk menyediakan prasarana seperti listrik, air, jalan,

transpor, komunikasi dan sebagainya dalam jumlah dan mutu

yang memadai akan ditingkatkan.

Pelaksanaan program terpadu dalam pembangunan industri

31

didukung dengan tekad nasional untuk menggunakan hasil pro-

duksi barang dan jasa dalam negeri oleh Pemerintah dan masya-

rakat luas. Dari sektor industri dituntut kemampuan untuk me-

ningkatkan efisiensi dan untuk menghasilkan mutu yang mema-

dai. Dalam rangka menciptakan pasaran yang luas bagi hasil-

hasil industri, maka pelaksanaan kebijaksanaan mengenai peng-

utamaan penggunaan hasil produksi dalam negeri harus didukung

oleh kebijaksanaan kredit untuk konsumen yang sesuai, khusus-

nya untuk barang-barang modal.

Kedua, struktur industri sendiri akan makin diperkuat dan diperdalam. Usaha-usaha untuk memperkuat dan memperdalam

struktur industri akan ditingkatkan melalui usaha peningkatan

keterkaitan antara berbagai jenis industri, secara vertikal

dan horizontal serta bagi semua ukuran unit-unit usaha Indus-

tri yang ada. Dengan demikian pertumbuhan masing-masing ca-

bang dan jenis industri akan dapat saling mendukung dan sa-

ling menunjang. Kekosongan yang masih ada pada struktur in-

dustri nasional baik di arah hilir maupun hulu, akan diisi.

Dalam hubungan ini kebijaksanaan untuk perlindungan yang wa-

jar akan dilaksanakan melalui pengutamaan penggunaan hasil

produksi dalam negeri, penentuan harga dan perpajakan yang

akan meningkatkan kemampuan industri kecil. Dalam beberapa

hal usaha untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri

perlu melibatkan industri berskala besar, namun kegiatan-ke-

giatan produksinya harus didukung dan diperkuat oleh serang-

kaian industri berskala kecil dan menengah. Pengembangan in-

dustri berskala besar dan menengah sebaliknya harus merang-

sang pembangunan industri kecil.

Dalam tahap sekarang dan tahap-tahap pembangunan selan-

jutnya, pembangunan industri juga diarahkan untuk mengurangi

32

ketergantungan pada luar negeri. Pada saat ini ketergantungan

pada impor untuk barang-barang konsumsi cukup rendah namun

ketergantungan pada barang modal serta bahan baku dan peno-

long bagi kegiatan produksi dalam negeri masih tinggi. Dengan

demikian usaha-usaha pengurangan ketergantungan pada impor

lebih banyak ditujukan pada barang modal serta bahan-bahan

baku dan penolong tersebut. Usaha pengurangan impor tersebut

harus dapat dilaksanakan tanpa menimbulkan beban yang terlalu

berat bagi pembangunan.

Sistem perlindungan yang wajar akan terus dikembangkan.

Dalam hubungan ini para produsen dalam negeri dihindarkan

dari persaingan yang tidak wajar dan tidak sehat dari barang

impor. Sebaliknya para pemakai dilindungi dari kemungkinan

terjadinya tingkat harga hasil produksi industri dalam nege-

ri yang berlebihan. Penerapan sistem perlindungan ini me-

nyangkut dua unsur yang tidak terpisahkan, yakni pengaturan

tata niaga impor dan pembebanan impor. Melalui pengaturan ta-

ta niaga impor akan diusahakan terciptanya pasaran dalam ne-

geri yang dapat diandalkan dan akan dicegah terjadinya seg-

mentasi pasaran yang berlebihan. Pembebanan impor dilaksana-

kan dengan cara mengenakan pajak impor yang besarnya sesuai

dengan tujuan melindungi barang hasil produksi industri dalam

negeri secara wajar.

Sehubungan dengan usaha untuk mengurangi ketergantungan

pada impor, maka industri dalam negeri akan terus ditingkat-

kan agar dapat menghasilkan barang dengan harga wajar dan mu-

tu yang baik. Dalam hal ini perlu diusahakan terbinanya usaha

industri yang bisa mencapai skala berproduksi yang optimal

33

yang didukung pasaran dalam negeri yang cukup. Usaha pengu-

rangan ketergantungan pada impor akan dikaitkan dengan kebi-

jaksanaan peningkatan ekspor, karena usaha peningkatan ekspor

yang tidak dapat direalisir akan mengganggu pasaran dalam ne-

geri. Sejalan dengan itu maka dalam pelaksanaan kebijaksanaan

investasi dan perizinan di bidang industri, hal-hal ini akan

terus diperhatikan.

Dalam rangka mencapai pertumbuhan yang tinggi akan diba-

ngun industri yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dan da-

pat memberikan pengaruh yang luas serta bisa menciptakan ke-

terkaitan yang lebih kokoh antar berbagai sub-sektor industri

dan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya.

Industri-industri tersebut pada umumnya merupakan industri

dasar/hulu/kunci yang mengolah sumber alam dan energi menjadi

bahan baku, barang setengah jadi atau yang hasilnya dapat

diolah lebih lanjut oleh industri antara dan industri hilir.

Demikian pula akan dikembangkan berbagai industri yang dapat

menunjang pertahanan keamanan nasional, seperti industri

maritim, industri penerbangan, industri alat-alat berat,

sarana angkutan darat/kereta api dan industri elektronika.

Dengan demikian dalam Repelita IV pembangunan industri

yang menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri

berat maupun industri ringan akan mendapat prioritas. Dalam

hubungan ini akan ditingkatkan industri yang menghasilkan

alat dan sarana produksi pertanian serta industri yang mengo-

lah hasil pertanian dalam rangka memperkuat dan memantapkan

sektor pertanian guna menunjang perkembangan industri. Pem-

bangunan industri mesin juga ditujukan untuk mendorong per-

tumbuhan dan perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Pem-

bangunan industri yang menghasilkan mesin-mesin industri ter-

34

sebut dilakukan melalui penanganan secara integral yang men-

cakup jaminan pengadaan bahan baku yang kontinyu melalui pe-

ngembangan industri besi baja dan industri bukan baja, pe-

ningkatan pembangunan industri permesinan, listrik, elektro-

nika, pengembangan penguasaan teknologi dan keteknikan, dan

pengembangan kemampuan perekayasaan.

Pembangunan berbagai industri dasar/kunci yang menghasil-

kan bahan industri dan barang-barang jadi serta barang-barang

modal, akan memperkuat kaitan antara industri sejenis baik ke

depan maupun ke belakang serta dapat pula tercipta kaitan an-

tara industri dasar, aneka industri dan industri kecil. Mela-

lui pola keterkaitan ini dapat diketahui industri-industri

yang akan berkembang sebagai bagian dari "pohon industri" da-

ri masing-masing jenis industri dasar/kunci yang bersangkut-

an. Dengan demikian akan mudah diidentifikasi jenis-jenis in-

dustri yang mempunyai peluang untuk tumbuh sebagai akibat di-

kembangkannya industri permesinan, industri maritim, industri

penerbangan, industri alat-alat berat, sarana angkutan dan

industri elektronika.

Pembangunan kelompok industri yang menghasilkan mesin-me-

sin serta kelompok industri yang memanfaatkan sumber alam dan

energi dikaitkan dengan pengembangan kelompok industri untuk

pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dalam rangka membulatkan

struktur produksinya.

Ketiga, pembinaan industri kecil akan terus ditingkat-kan sehingga industri kecil tidak hanya membantu memecahkan

masalah kesempatan kerja, tetapi juga meningkat peranannya di

dalam proses pembentukan nilai tambah di sektor industri. Ke-

giatan-kegiatan produksi dalam kelompok industri untuk peme-

35

nuhan kebutuhan pokok rakyat, kelompok industri yang mengha-

silkan mesin-mesin industri, serta kelompok industri yang me-

manfaatkan sumber alam dan energi diarahkan agar didukung dan

diperkuat oleh pengembangan serangkaian industri berskala ke-

cil. Industri kecil yang modern akan dikembangkan dalam rang-

ka program keterkaitan.

Keempat, peranan bangsa Indonesia sendiri di dalam usa-ha pembangunan industri akan makin diperbesar melalui pening-

katan kemampuan dalam melakukan rancang bangun dan perekaya-

saan, dalam mengelola usaha industri, dalam penguasaan tekno-

logi proses produksi, serta dalam memilih dan mengembangkan

teknologi. Program untuk mempercepat berlangsungnya proses

alih teknologi dan untuk meningkatkan kemampuan nasional di

bidang perangkat lunak akan terus dimantapkan. Dalam melaksa-

nakan pembangunan industri diutamakan penggunaan jasa-jasa

konsultasi dalam negeri serta pemanfaatan kemampuan rancang

bangun dan perekayasaan baik untuk pembangunan pabrik maupun

untuk pembuatan produk-produk industri.

Kelima, peningkatan ekspor hasil-hasil industri akan

merupakan usaha nasional. Dalam rangka peningkatan ekspor ha-

sil-hasil industri di samping diversifikasi akan dilakukan

usaha-usaha untuk memperkuat daya saing produk-produk indus-

tri di pasaran internasional, baik harga, mutu maupun pening-

katan pelayanan. Penekanan harga dilakukan melalui penurunan

biaya produksi dengan meningkatkan pemanfaatan kapasitas na-

sional terpasang yang telah ada secara optimal serta dukungan

kebijaksanaan untuk mengurangi beban biaya transpor dan pema-

saran ke luar negeri. Di samping itu juga akan dilakukan pem-

binaan pengembangan usaha industri agar bisa mencapai skala

berproduksi yang optimal, penyediaan fasilitas perkreditan,

36

peningkatan produktivitas tenaga kerja serta penyediaan bahan

baku yang mencukupi dan lancar. Untuk meningkatkan mutu pro-

duk akan didorong kegiatan melakukan inovasi dan adaptasi,

meningkatkan penguasaan teknologi dan keteknikan serta dikem-

bangkan sistem sertifikasi mutu produk-produk ekspor. Dalam

hubungan ini juga dikembangkan penerapan kebijaksanaan yang

telah ditempuh untuk menjamin agar harga bahan baku dan peno-

long yang diperlukan bagi industri yang menghasilkan komoditi

untuk ekspor sebanding dengan harga-harga di pasaran interna-

sional.

Keenam, secara keseluruhannya melalui pembangunan in-

dustri yang ditujukan untuk mengubah bentuk masyarakat agra-

ris menjadi masyarakat industri harus tetap dijamin terwujud-

nya masyarakat Indonesia yang berkepribadian, maju,

sejahtera, adil dan lestari berdasarkan Pancasila. Untuk ini

maka akan terus diusahakan agar dihindarkan berbagai sumber

kerawanan sebagai akibat dari pembangunan industri, dan

untuk mendorong partisipasi luas masyarakat dalam

pembangunan industri.

Pembangunan industri pada dasarnya diarahkan pelaksanaan-

nya kepada inisiatif pihak swasta dan koperasi. Dalam hal ini

peranan Pemerintah adalah memberikan dorongan dan bimbingan

guna menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia

usaha industri. Untuk itu akan diberikan lebih banyak perha-

tian pada pembangunan prasarana yang diperlukan guna menun-

jang pertumbuhan industri. Di samping itu akan ditingkatkan

pula pengembangan pendidikan dan latihan mengenai penguasaan

teknologi keteknikan dan ketrampilan serta kemampuan manaje-

men terutama bagi industri kecil. Untuk beberapa kegiatan ca-

bang industri yang strategis dimana pihak swasta belum mampu

37

atau berminat untuk ikut serta, maka Pemerintah akan mempra-

karsai pembangunannya dengan tetap membuka kemungkinan parti-

sipasi swasta. Dalam hubungan ini senantiasa akan diusahakan

terciptanya keterpaduan dan keserasian dalam pertumbuhan

antara sektor swasta, koperasi dan negara, sehingga dapat

terjamin berkembangnya demokrasi ekonomi di sektor industri.

Pembangunan industri akan didukung oleh pertumbuhan dan

penyediaan tenaga kerja profesional bagi industri baik pada

tingkat pusat menengah maupun tenaga ahli dan trampil. Karena

itu usaha penyediaan tenaga kerja tersebut dalam Repelita IV

akan ditingkatkan melalui pola pendidikan dan latihan tenaga

kerja industri secara terpadu meliputi kursus manajemen ting-

kat atas dan menengah, pendidikan dan latihan kejuruan lokal,

latihan ketrampilan kerja, pendidikan dan latihan Tenaga Pe-

nyuluh Lapangan (TPL), pendidikan dan latihan pengembangan

motivasi kerja dan lain sebagainya.

Melalui pola pendidikan dan latihan industri ini diharap-

kan agar dapat diperoleh tenaga kerja profesional siap pakai

yang sekaligus akan dapat pula membantu pertumbuhan wiraswas-

ta-wiraswasta nasional yang tangguh. Di samping itu akan di-

dorong peningkatan rasa keikutsertaan sosial perusahaan in-

dustri yang ada, guna turut membantu pendidikan generasi muda

melalui pola bea siswa sehingga dapat dihasilkan tenaga kerja

yang berpendidikan tinggi. Bentuk keikutsertaan perusahaan-

perusahaan industri dalam usaha pendidikan dan latihan dengan

pola bea siswa ini adalah merupakan bagian dari keikutsertaan

tanggung jawab masyarakat industri terhadap penciptaan tenaga

kerja berpendidikan terampil dan mampu yang pada gilirannya

akan dapat mendorong percepatan pembangunan itu sendiri.

38

Dalam rangka penyerapan tenaga kerja tekanan utama dile-

takkan pada industri kecil dan berbagai industri lain yang

padat karya. Di samping itu akan dilakukan pula usaha-usaha

lain agar setiap kegiatan produksi dilakukan dengan menyerap

tenaga kerja semaksimal mungkin tanpa mengurangi efisiensi,

standar mutu, kecepatan dan ketepatan waktu dan sebagainya.

Melalui optimalisasi penggunaan kapasitas nasional terpasang,

penyerapan tenaga kerja dapat ditingkatkan tanpa memerlukan

investasi dalam jumlah yang besar. Iklim yang merangsang

penggunaan banyak tenaga kerja dalam kegiatan-kegiatan inves-

tasi akan terus dikembangkan. Dalam masa Repelita IV diperki-

rakan tenaga kerja baru yang diserap di sektor industri akan

mencapai sekitar 1.400.000 orang.

Dalam hubungan ini, generasi muda merupakan potensi yang

penting. Oleh sebab itu didorong adanya penyertaan, kecin-

taan, minat dan apresiasi generasi muda untuk berperanserta

dalam kegiatan industri.

Demikian pula golongan wanita dalam pembangunan industri

mempunyai peranan penting. Langkah-langkah akan diambil untuk

meningkatkan sumbangan wanita terhadap pembangunan di bidang

industri. Untuk itu akan ditingkatkan ketrampilan wanita pe-

kerja dan ditingkatkan kemampuan wiraswasta bagi wanita peng-

usaha. Perhatian khusus akan diberikan kepada peningkatan

peranan wanita di pedesaan dalam pengembangan industri kecil/

kerajinan rakyat dengan tujuan menciptakan lapangan kerja ba-

ru dan sekaligus mencegah urbanisasi wanita ke kota-kota.

Mengingat pembangunan industri pada Repelita IV memerlu-

kan dana yang cukup besar, maka akan diambil langkah-langkah

agar penggunaan dana luar maupun dalam negeri dimanfaatkan

39

secara efisien dan terarah pada pembangunan industri-industri

yang strategis dan sesuai dengan prioritasnya. Agar pemba-

ngunan tersebut dapat dilaksanakan secara lebih terarah dan

tepat, maka secara bertahap perlu ditingkatkan usaha peng-

galian sumber dana dari dalam negeri, sehingga pada akhirnya

pembangunan industri dapat didukung sepenuhnya oleh sumber

dana dalam negeri.

Dalam usaha peningkatan pembangunan sektor industri juga

akan diambil langkah-langkah dalam menjaga kelestarian alam,

sehingga pertumbuhan industri tidak membawa akibat rusaknya

lingkungan hidup dan pemborosan sumber alam. Khususnya dalam

pemanfaatan sumber daya air agar dihindari meluasnya lahan

kritis dan rusaknya daerah aliran sungai sebagai akibat dari

perkembangan dan pertumbuhan industri.

Demikian pula pembangunan industri akan diarahkan untuk

menghindarkan produksi barang-barang yang merangsang tumbuh-

nya pola konsumsi mewah.

Dalam Repelita IV pembinaan dan pembangunan industri se-

cara keseluruhan akan dilaksanakan dengan memperhatikan prio-

ritas dan ciri-ciri tiap-tiap kelompok industri agar secara

keseluruhan dapat diwujudkan suatu pola industri yang terpadu

dan serasi.

Dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 5% tiap

tahunnya, diperkirakan laju pertumbuhan kebutuhan domestik

terhadap produk industri selama Repelita IV rata-rata adalah

sekitar 8,5% setahun. Untuk mencapai sasaran laju pertumbuhan

sektor industri sebesar 9,5% setahun maka bagian dari hasil

produksi domestik sektor industri yang diekspor perlu diting-

katkan. Hal ini berarti bahwa segala upaya harus dilaksanakan

40

untuk mendorong ekspor barang-barang hasil industri sekaligus

memperbaiki struktur ekspor ke arah yang lebih seimbang.

Pertumbuhan industri sebesar 9,5% dalam Repelita IV, akan

dicapai melalui pertumbuhan kelompok industri sebagai beri-

kut, aneka industri akan tumbuh dengan 6,0% setahun, industri

permesinan dan logam dasar 17,0% setahun, industri kimia da-

sar 17,2% setahun, dan industri kecil dan kerajinan rakyat

sebesar 6,0% setahun.

Dalam hubungan ini ditekankan pengembangan industri yang

menghasilkan produk-produk industri yang diperlukan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dalam hubungannya de-

ngan papan, pangan, sandang serta peningkatan budaya, kese-

jahteraan dan kecerdasan masyarakat, akan terus ditingkatkan

dalam Repelita IV. Berkaitan dengan usaha penanggulangan gon-

dok endemik dalam rangka pengembangan industri pangan, akan

ditingkatkan produksi garam beryodium yang penyalurannya me-

lalui KUD atau pengusaha swasta. Di samping itu akan diting-

katkan pengamatan penyaluran, pemasaran dan tingkat harga

serta pengawasan mutu garam beryodium di berbagai daerah.

Berbagai macam peraturan dan perundangan serta ketentuan

yang lain di sektor industri harus lebih dimantapkan sehingga

diperoleh peraturan dan perundangan yang jelas, lengkap, ter-

padu dan terarah. Peraturan dan perundangan mengenai ketentu-

an perizinan, upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup,

paten, alih teknologi, pemilikan dan sebagainya lebih diper-

siapkan dan disusun secara konsepsional sesuai dengan kebu-

tuhan dan peningkatan pembangunan industri nasional.

Dengan berhasilnya usaha-usaha tersebut di atas akan di-

wujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertum-

41

buhan ekonomi yang cukup tinggi dan kesatuan ekonomi yang ko-

koh, sehingga akan terwujud pula stabilitas nasional yang se-

hat dan dinamis. Maka peranan sektor industri dalam mewujud-

kan Trilogi Pembangunan dalam Repelita IV adalah sangat pen-

ting.

Dalam kaitan ini maka peranan sektor industri dalam mem-

perbaiki struktur lapangan kerja akan terus ditingkatkan. Pe-

nanaman modal di sektor industri akan terus diusahakan agar

dapat memperluas lapangan kerja produktif sebanyak mungkin.

Disiplin pembangunan dan disiplin para aparatur penang-

gung jawabnya harus pula ditingkatkan sesuai dengan arah dan

tujuan pembangunan industri. Dalam hubungan ini kegiatan pen-

dayagunaan aparatur dan pengawasan akan lebih ditingkatkan.

IV. PROGRAM-PROGRAM

A. Industri Permesinan dan Logam Dasar

Dengan telah tumbuh dan berkembangnya ekonomi nasional

pada umumnya dan industri nasional pada khususnya dalam kurun

waktu Repelita I, II, dan III, maka terciptalah pasaran dalam

negeri secara lebih luas dan meningkat sehingga permintaan

akan bahan baku besi dan baja serta logam bukan baja, barang

modal, mesin peralatan, komponen dan suku cadang telah mening-

kat dari tahun ke tahun. Pasar dalam negeri yang telah cukup

tersedia ini dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi

dimulainya pelaksanaan pembangunan industri mesin-mesin baik

untuk industri berat maupun industri ringan.

Pendekatan pengembangan industri permesinan dan logam

dasar adalah melalui pembuatan mesin peralatan dan bahan lo-

42

gam yang mempunyai pasar yang jelas dan berulang. Di samping

itu juga pengembangan industri ini dilakukan melalui pembuat-

an mesin dan peralatan yang mempunyai rangkaian proses yang

panjang serta keterkaitannya yang luas, baik antara industri

besar, menengah dan kecil maupun antara industri hulu yang

menghasilkan bahan baku dan industri hilir, serta dapat menum-

buhkan kemampuan penguasaan teknologi dan perekayasaan.

Dalam rangka memantapkan struktur sektor industri dan

meningkatkan keterkaitan industri permesinan dan industri lo-

gam dasar, akan dikembangkan industri yang menghasilkan pro-

duk-produk dasar bagi industri permesinan, seperti industri-

industri cor, tempa, baja-baja khusus, dan "heat treatment".

Industri permesinan dapat dikembangkan dengan dua cara.

Pertama, dimulai dari penguasaan atau adaptasi dari rancang

bangun dan perekayasaan yang kemudian diikuti dengan pengua-

saan pembuatan peralatan. Kedua, dimulai dengan usaha pe-

rakitan yang kemudian diikuti dengan pembuatan komponen

melalui program penanggalan.

Melalui rencana pengembangan industri permesinan dan lo-

gam dasar dengan laju perkembangan sebesar 17 % setahun, di-

harapkan dapat diserap tenaga kerja langsung sebanyak 35.000

orang.

Pengembangan kelompok industri permesinan dan logam

dasar tersebut diprioritaskan pada :

1. Industri permesinan dan peralatan pabrik, yang menghasil-

kan antara lain mesin peralatan pabrik kelapa sawit, gu-

la, karet, teh, pengolahan kayu, pengolahan pangan,

teks- til, pabrik-pabrik kimia dasar dan logam dasar;

43

2. Industri mesin perkakas yang menghasilkan antara lain me-

sin bubut, mesin pres, mesin gurdi, mesin gergaji dan

mesin skrap;

3. Industri mesin pertanian yang menghasilkan antara lain

mesin dan peralatan untuk pengolahan dan perawatan tanah

serta mesin dan peralatan pasca panen;

4. Industri alat-alat berat dan konstruksi antara lain de-

ngan mengembangkan kemampuannya agar dapat memproduksi

alat-alat berat dan komponen-komponennya;

5. Industri peralatan listrik yang menghasilkan mesin dan

peralatan listrik tenaga serta mesin peralatan yang di-

perlukan untuk industri energi;

6. Industri peralatan elektronika yang menghasilkan perala-

tan telekom dan peralatan elektronika profesional terma-

suk komputer serta komponen-komponennya;

7. Industri kendaraan bermotor;

8. Industri kereta api;

9. Industri penerbangan yang menghasilkan pesawat terbang

kelas menengah dan perawatan pesawat terbang yang bero-

perasi di Indonesia;

10. Industri peralatan lepas pantai dan perkapalan;

11. Industri besi baja yang menghasilkan antara lain; slab,

lembaran baja canai panas, lembaran baja canai dingin,

billet carbon tinggi, pengecoran dan penempaan. Dalam

kegiatan pengembangan industri mesin dan peralatan akan

dilakukan pula usaha-usaha untuk membuat instalasi

pengolahan (paket) untuk penyediaan air bersih bagi

penduduk desa dan kota;

44

12. Industri bukan besi baja yang menghasilkan antara lain:

alumunium billet, alumunium slab, alumunium tuang dan

katode tembaga.

Dalam pembangunan industri tersebut, beberapa industri

telah dikaitkan dengan pengembangan industri yang menunjang

pertahanan keamanan.

Industri Permesinan

1. Industri mesin dan peralatan pabrik

Program pengembangan industri mesin dan peralatan pabrik

diarahkan untuk mendukung pengembangan pabrik-pabrik pengolah

hasil pertanian, perkebunan, kimia dasar, logam dasar dan per-

tambangan. Pembuatan mesin peralatan standar beserta suku ca-

dangnya diarahkan kepada mesin-mesin yang paling banyak di-

pergunakan dalam setiap proses produksi seperti boiler, heat

exchanger, pompa-pompa kompresor, blower, alat angkut, katup-

katup penggerak, penerus tenaga dan sebagainya. Sedangkan un-

tuk pembuatan mesin-mesin peralatan non standar akan diting-

katkan pengembangannya seperti untuk pabrik kelapa sawit,

gula, crumb rubber, kopi, teh, plywood, semen, kertas, pupuk,

perkayuan dan pabrik pengolahan logam.

Pada dasarnya industri mesin peralatan pabrik akan dikem-

bangkan di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI-Jaya, Jawa Tengah, dan

Sumatera Utara. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan wi-

layah, daerah Aceh akan didukung oleh bengkel-bengkel mesin

pabrik semen, pupuk dan LNG; Sumatera Barat oleh bengkel-beng-

kel mesin PT. Semen Padang dan PT. IKI; Kalimantan Timur oleh

bengkel-bengkel mesin PT. Pupuk Kaltim; dan Maluku oleh beng-

45

kel-bengkel mesin pabrik plywood. Bengkel-bengkel mesin terse-

but akan merawat dan memelihara mesin dari pabrik-pabrik besar

dengan memenuhi kebutuhan akan komponen dan bagian-bagian me-

sinnya.

Dalam pada itu akan ditingkatkan pula kemampuan perangkat

lunak untuk perekayasaan pabrik dengan cara mendorong tumbuh-

nya perusahaan perangkat lunak, baik yang berdiri sendiri

maupun yang terpadu dengan pabrik; mengembangkan perekayasaan

untuk pabrik-pabrik kopi, karet, kelapa sawit, gula yang se-

lanjutnya akan dikembangkan untuk pabrik semen, pupuk, kertas

dan lain-lain. Di samping itu juga diusahakan agar perekaya-

saan proyek-proyek milik Pemerintah dilaksanakan oleh tena-

ga-tenaga ahli dalam negeri.

Untuk mendukung pelaksanaan program pengembangan dari in-

dustri mesin dan peralatan pabrik tersebut, maka pabrik-pa-

brik mesin milik Pemerintah yang sudah ada yaitu PT. Barata

dan PT. Boma Bisma Indra, akan direhabilitasi sehingga kapa-

sitas pabrik-pabrik tersebut keseluruhannya akan meningkat

menjadi 85.000 ton setahun dan dapat menyerap tambahan tena-

ga kerja sekitar 9.000 orang.

Dalam pengembangan Industri Mesin dan Peralatan Pabrik

ini akan ditingkatkan pula kemampuan industri swasta serta

meningkatkan keterkaitan antar industri mesin termasuk indus-

tri kecil dengan melaksanakan sistem sub kontrak. Dalam rang-

ka mendukung pengembangan bengkel pabrik-pabrik besar terse-

but, peranan Balai Pengembangan Industri Logam dan Mesin di

Bandung akan ditingkatkan.

Lokasi dari beberapa industri penghasil komoditi strate-

gis adalah sebagai berikut : industri boiler dikembangkan di

46

Sumatera Utara dan Jawa Timur, industri bejana bertekanan,

heat exchanger dan tangki dikembangkan di Jawa Timur, Jawa

Barat, dan DKI-Jaya, sedangkan industri pompa kompresor di-

kembangkan di Jawa Barat dan Jawa Timur.

2. Industri mesin perkakas

Industri permesinan yang akan dikembangkan disamping

membutuhkan bahan baku berupa produk besi dan baja akan mem-

butuhkan pula mesin-mesin berbentuk barang modal seperti me-

sin skrap, mesin bubut, mesin frais, mesin bor, mesin gergaji,

mesin gerinda, mesin pemotong, mesin rol, dan lainnya.

Oleh karena itu pengembangan industri mesin perkakas di-

samping diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan mesin perkakas,

terutama untuk keperluan industri-industri dasar, hilir, ke-

cil dan untuk pendidikan (Sekolah-sekolah Kejuruan dan Pusat-

pusat Latihan Kerja), akan diarahkan pula untuk perbaikan

struktur industri termasuk pengurangan impor. Lokasi industri

mesin perkakas terdapat di Cilegon, Jawa Barat, DKI-Jaya, dan

Jawa Timur.

Langkah-langkah yang akan diambil untuk mencapai sasaran

tersebut adalah dengan mengoptimalkan kapasitas terpasang, me-

ngembangkan industri yang telah ada, serta mempromosikan pro-

yek-proyek kunci dan proyek strategis.

Beberapa proyek yang akan diprioritaskan adalah proyek

mesin skrap dengan kapasitas 100 unit setahun dan peningkatan

kapasitas industri yang ada yaitu mesin bubut dari 300 unit

setahun menjadi 1.000 unit setahun, mesin frais dari 250 unit

setahun menjadi 1.000 unit setahun dan mesin gurdi dari 1.000

unit setahun menjadi 1.500 unit setahun.

47

3. Industri mesin dan peralatan pertanian

Pengembangan industri mesin dan peralatan pertanian dia-

rahkan untuk pemenuhan kebutuhan mesin dan peralatan pertani-

an di dalam negeri, dan melindungi industri mesin dan pera-

latan pertanian yang sudah ada. Langkah-langkah yang akan

diambil dalam mencapai sasaran tersebut adalah dengan jalan

meningkatkan kapasitas terpasang yang ada serta melindungi

industri mesin dan peralatan pertanian di dalam negeri dengan

cara mengurangi impor peralatan pertanian. Proyek-proyek yang

dipromosikan antara lain adalah: proyek traktor besar dengan

kapasitas 2.000 unit/tahun, proyek perluasan dan peningkatan

industri "rice milling unit" dan proyek perluasan industri

traktor mini dan tangan serta alat pertanian lainnya seperti

pacul, pompa irigasi, sprayer, thresher, huller, polisher,

arit dan sebagainya. Industri rice milling unit dan traktor

pertanian akan dikembangkan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Sumatera Utara.

4. Industri alat-alat berat/konstruksi

Industri alat berat/konstruksi telah berkembang di dalam

negeri, antara lain road/vibro roller, stone crusher, beton

molen, wheel loader, motor grader, excavator, bulldozer, die-

sel engine non automotive dan petrol engine nan automotive.

Khusus untuk wheel loader, motor grader, excavator dan bull-

dozer, isian lokalnya masih rendah, sebagai akibat belum ber-

kembangnya industri komponen dan baru mulai. Oleh karena itu

pengembangan industri alat-alat berat/konstruksi diarahkan

untuk pemenuhan isian lokalnya dan kebutuhan akan produk

alat-alat berat dan konstruksi di dalam negeri. Disamping itu

pengembangan industri ini juga diarahkan untuk meningkatkan

48

nilai tambah dan perbaikan struktur industri, dengan cara

membuat sebanyak mungkin komponen yang diperlukan di dalam

negeri, serta meningkatkan keterkaitan dengan industri mene-

ngah dan kecil. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pen-

capaian sasaran tersebut adalah dengan mengoptimalkan kapasi-

tas terpasang serta mempromosikan industri komponen. Proyek

yang mendapatkan prioritas adalah proyek "petrol engine non

automotive" ukuran sampai dengan 30 PK, dengan kapasitas

50.000 unit/tahun dan proyek komponen hidrolik.

Industri perakitan alat-alat berat/konstruksi dikembang-

kan di Jawa Timur, Jawa Barat dan DKI-Jaya, termasuk industri

komponennya.

5. Industri peralatan listrik

Program pengembangan industri peralatan listrik terutama

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perluasan jaringan maupun

sistem kelistrikan nasional serta mesin peralatan untuk indus-

tri energi dan peralatan listrik untuk keperluan industri pa-

da umumnya. Industri peralatan listrik yang akan dikembangkan

mencakup antara lain turbin, ketel uap tenaga, generator, iso-

lator tegangan tinggi, transformator tenaga, panel tegangan

tinggi, circuit breakers, transformator distribusi, panel te-

gangan menengah/tegangan rendah, kWh meter, mini circuit bre-

akers, tiang listrik, hantaran (kabel tegangan tinggi), han-

taran (kabel tegangan menengah/tegangan rendah), motor lis-

trik, motor listrik fractional, generator-las dan peralatan

listrik rumah tangga.

Langkah-langkah yang akan dilakukan di dalam program pe-

ngembangan ini ialah meningkatkan kemampuan dari industri

yang sudah ada, baik yang sifatnya perangkat lunak (rancang

49

bangun dan perekayasaan) maupun yang sifatnya perangkat keras

dan menumbuhkan/mengusahakan pendirian industri ("manufactu-

ring") peralatan listrik yang jumlah kebutuhannya cukup be-

sar, antara lain generator untuk pengembangan listrik pedesa-

an, motor listrik untuk keperluan industri dan alat-alat pe-

ngangkutan, instrumen listrik, dan alat pengaman. Pengembang-

an industri peralatan listrik akan diprioritaskan pada pro-

yek-proyek baru dan pengembangan kemampuan dari industri-in-

dustri yang sudah ada.

Selanjutnya industri generator dikembangkan untuk dapat

memproduksi generator sampai dengan 1.000 kVA, industri motor

listrik untuk memenuhi keperluan pabrik dan "fractional" motor

serta industri transformator.

Lokasi industri peralatan listrik adalah di Jawa Timur,

Jawa Barat, DKI-Jaya dan Sumatera Utara.

6. Industri elektronika

Pengembangan industri elektronika terutama diarahkan un-

tuk menunjang pengembangan jaringan telekomunikasi nasional,

program penerangan nasional (peralatan siaran), peralatan

elektronika untuk industri pada umumnya (alat pengolahan data

elektronik/komputer), peralatan pendidikan dan peningkatan po-

tensi ekspor. Industri ini terdapat di Jawa Barat, DKI-Jaya,

Jawa Timur, dan Sumatera Utara.

Termasuk dalam industri elektronika antara lain, pesawat

telepon, PABX, sentral telepon (analog dan digital), tele-

printer, sentral telex, sentral komunikasi data, HF-SSB, VHF/

UHF transceiver, stasiun bumi kecil (SBK), radio broadcast,

50

airborne radar, marine radar, direction finders, micro compu-

ters, komponen elektronika aktif, komponen elektronika pasif,

pesawat penerima televisi, dan radio/radio cassette.

Dalam kegiatan manufacturing peralatan elektronika, pe-

ranan perangkat lunak jauh lebih dominan dibandingkan dengan

peranan perangkat keras. Dengan terbatasnya kemampuan perang-

kat lunak maka struktur industri elektronika dalam negeri ma-

sih lemah, dimana nilai tambah produk yang dihasilkan masih

rendah dan ketergantungan terhadap luar negeri dalam pembuat-

an desain cukup besar. Untuk meningkatkan perangkat lunak dan

memperkuat struktur industri ini, maka akan didirikan pusat

pengembangan industri elektronika yang akan menyediakan fasi-

litas penelitian dan pengembangan dalam bidang elektronika.

Mengingat bahwa perkembangan peralatan elektronika sangat di-

tentukan oleh perkembangan teknologi komponennya, maka pe-

nguasaan teknologi komponen sangat panting untuk meningkatkan

kemampuan diversifikasi, peningkatan nilai tambah, dan mengu-

rangi ketergantungan terhadap luar negeri dalam pembuatan de-

sain peralatan elektronika. Untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri dan peningkatan potensi ekspor serta penguasaan tekno-

logi komponen akan diusahakan pendirian pabrik komponen elek-

tronika yang memproduksi "semi conductor devices" dan

"integrated circuits".

Selanjutnya untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri

akan peralatan telekomunikasi dan peralatan siaran (TV dan

radio) serta meningkatkan potensi ekspor dalam Repelita IV,

akan dikembangkan kapasitas terpasang dari industri-industri

yang sudah ada, yaitu pesawat telepon, PABX, sentral telepon

"analog", sentral telepon digital, "HF-SSB transceivers",

51

"radio broadcast", VHF/UHF "radio transceivers", stasiun bumi

kecil, berbagai macam radar, micro computer, pesawat pengon-

trol dan lain-lain.

7. Industri kendaraan bermotor

Program pengembangan industri-industri kendaraan bermotor

terutama ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kendaraan

niaga di dalam negeri, dengan memanfaatkan komponen produksi

industri dalam negeri. Sasaran pengembangan sub sektor indus-

tri kendaraan bermotor di dalam negeri adalah agar pada tahun

1986/1987 seluruh komponen kendaraan bermotor jenis niaga su-

dah buatan dalam negeri. Adapun langkah-langkah yang akan di-

ambil dalam pencapaian sasaran tersebut adalah dengan mengop-

timalkan kapasitas terpasang serta mempromosikan proyek-proyek

kunci komponen kendaraan bermotor, demikian pula proyek-proyek

pendukungnya seperti pabrik cor dan tempa untuk membuat mesin.

Proyek kunci industri kendaraan bermotor yang akan dikembang-

kan adalah proyek mesin yang menggunakan bensin dan diesel ba-

gi kendaraan bermotor sebanyak 7 merek dengan kapasitas

425.000 buah setahun, proyek "power train", "suspension" dan

"steering system" dengan kapasitas masing-masing 360.000 buah

setahun, proyek pengecoran dan tempa ("foundry and forging

plant") untuk memenuhi kebutuhan industri mesin kendaraan

bermotor dengan kapasitas "iron casting" 32.600 ton setahun,

"alumunium casting" 3.540 ton setahun dan "forge blanks"

12.400 ton setahun. Lokasi industri ini adalah di Jawa Barat,

DKI-Jaya, dan Jawa Timur.

Selanjutnya akan terus dikembangkan industri komponen

kendaraan bermotor lainnya seperti cabin, rear body, chassis/

frame, fuel tank, wheelrim, leaf spring, muffler & tail pipe,

52

radiator, shock absorber, regulator dan ignition coil.

8. Industri kereta api

Pengembangan industri kereta api diarahkan untuk memenuhi

sarana angkutan akibat adanya lonjakan hasil industri antara

lain semen, pupuk dan aspal. Industri ini dikembangkan di Ma-

diun dan sekitarnya, sedangkan industri komponen utamanya di-

kembangkan di daerah Jawa Timur lainnya.

Pengembangan industri kereta api disamping untuk

memenuhi kebutuhan gerbong barang dan kereta penumpang,

ditingkatkan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan

peralatan, perlengkapan dan komponen kereta api, sehingga

secara bertahap dikurangi ketergantungan pada impor. Dalam

usaha mencapai sasaran tersebut, pengembangan industri kereta

api diarahkan pada program peningkatan proses

"manufacturing", pemanfaatan kapasitas terpasang yang ada dan

pengembangan bengkel-bengkel kereta api untuk sarana

pemeliharaan gerbong-gerbong, lok dan rel-rel kereta api.

Proyek-proyek yang dipromosikan untuk dibangun adalah

proyek gerbong penumpang; proyek kereta api rel diesel, kereta

rel listrik dan lokomotif; dan peningkatan kapasitas gerbong

barang, dengan investasi yang masih dalam penelitian.

9. Industri pesawat terbang

Pengembangan industri pesawat terbang dalam Repelita IV

akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pesawat terbang dalam

negeri dan ekspor, baik untuk pembuatan pesawat terbang mau-

pun reparasi serta sebagai sarana alih teknologi. Proyek yang

mendapat prioritas adalah peningkatan produksi pesawat terbang

jenis C - 212, helikopter jenis BO - 105, helikopter jenis

53

Puma, demikian pula produksi pesawat terbang jenis CN - 235

dan helikopter jenis BK - 117.

Industri pembuatan pesawat terbang dikembangkan di Ban-

dung, industri perawatan pesawat terbang di DKI-Jaya, Jawa

Barat dan Jawa Timur, sedangkan industri komponen pesawat

terbang di DKI-Jaya dan Jawa Barat.

PT Nurtanio melaksanakan alih teknologi melalui pro-

gram kerjasama dengan perusahaan penerbangan dari Spanyol,

Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat. Melalui alih teknologi

ini kemampuan Nurtanio akan berkembang antara lain berupa ke-

mampuan dapat menghasilkan suku cadang pesawat terbang peru-

sahaan BOEING dan AIRBUS INDUSTRIE, sesuai dengan standarnya.

Dengan kemampuan ini Indonesia dapat memperoleh offset dari

kedua perusahaan ini sekitar 40% dari harga pesawat yang

dibeli Indonesia. Pemberian offset ini dilaksanakan dalam

bentuk pembelian suku cadang dari Indonesia yang dibutuhkan

untuk produksi pesawat terbang.

Dalam pembuatan pesawat terbang dengan sistem lisensi

seperti sekarang ini, Indonesia telah dapat menghasilkan lo-

cal contents untuk pesawat CASA 212 sebesar 85%, untuk pesa-

wat helikopter NBO 105 sebesar 80%, untuk pesawat helikopter

PUMA/SUPER PUMA sebesar 20%, dan untuk pesawat CN 235 sebesar

50%.

10. Industri perkapalan

Pengembangan industri perkapalan diarahkan pula secara

bertahap untuk memenuhi kebutuhan armada pelayaran nasional,

baik untuk keperluan sipil maupun pertahanan dan mencakup

kegiatan industri bangunan baru maupun reparasi. Sejalan

54

dengan itu dikembangkan usaha-usaha industri untuk memenuhi

sebagian besar kebutuhan peralatan dan perlengkapan kapal.

Dengan demikian akan dapat dikurangi ketergantungan dari luar

negeri dan sekaligus dapat memperdalam struktur industri yang

ada. Langkah-langkah yang akan diambil dalam mencapai sasaran

tersebut adalah mengembangkan kemampuan penguasaan teknologi,

rehabilitasi peralatan yang ada, serta membangun galangan ka-

pal baru sesuai dengan kenaikan kebutuhan armada yang nyata.

Galangan-galangan baru yang akan dibangun berkapasitas

sampai dengan 10.000 DWT yaitu untuk kelas 501 sampai dengan

2.000 DWT sebanyak 14 buah, 2.001 sampai dengan 5.000 DWT se-

banyak 9 buah dan 5.001 sampai dengan 10.000 DWT sebanyak 4

buah, sehingga akan diperoleh penambahan dan peningkatan fa-

silitas galangan baru dengan kapasitas produksi yang cukup me-

madai. Sesuai dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan akan peme-

liharaan kapal yang ada, maka fasilitas reparasi kapal akan

ditingkatkan sampai dengan 30.000 DWT, yaitu untuk kelas sam-

pai dengan 500 DWT, 501 sampai dengan 2.000 DWT, 2.001 sampai

dengan 5.000 DWT, 5.001 sampai dengan 10.000 DWT, dan 10.001

sampai dengan 30.000 DWT. Penambahan dan peningkatan fasili-

tas galangan untuk reparasi tersebut, akan dapat meningkatkan

kemampuan produksi kapal didalam negeri setiap tahunnya. Khu-

sus di daerah Indonesia bagian Timur, fasilitas galangan di

Ujung Pandang akan ditingkatkan dari 500 DWT menjadi 5.000

DWT dan reparasi dari 500 DWT menjadi 7.000 DWT.

Disamping Ujung Pandang, pusat-pusat pengembangan indus-

tri kapal terdapat di DKI-Jaya, Surabaya dan Palembang.

55

Industri Logam Dasar 1. Industri besi baja

Pengembangan industri besi baja diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan akan produk besi baja di dalam negeri, mengurangi

ketergantungan pada impor serta juga diarahkan untuk meman-

tapkan struktur industri tersebut. Dalam hubungan ini lang-

kah-langkah yang akan diambil adalah mendorong investasi pada

proyek-proyek kunci dan proyek-proyek strategis, disamping

akan diusahakan optimalisasi dari kapasitas terpasang yang

sudah ada. Proyek-proyek kunci dalam industri dasar baja yang

dipromosikan untuk dibangun adalah pabrik lembaran baja canai

dingin untuk memenuhi kebutuhan industri hilir dengan kapa-

sitas 850.000 ton setahun, proyek lembaran baja lapis timah

untuk memenuhi kebutuhan industri pengalengan, dengan kapa-

sitas 130.000 ton setahun dan proyek pipa tanpa kampuh untuk

kebutuhan pipa baja tanpa kampuh yang banyak digunakan dalam

pengeboran minyak, dengan kapasitas 160.000 ton setahun. Se-

dangkan proyek-proyek industri baja yang mempunyai nilai stra-

tegis yang akan dikembangkan adalah proyek profil baja ukuran

besar (profil berat) untuk kebutuhan konstruksi, seperti ba-

ngunan gedung dan jembatan, dengan kapasitas 100.000 ton se-

tahun dan proyek baja paduan untuk mendukung perkembangan in-

dustri permesinan.

Demikian juga akan didorong pengembangan pembangunan

foundry dan forging untuk industri kendaraan bermotor. Indus-

tri besi baja lainnya seperti slab, ingot dan billet, besi

tuang, baja tuang, besi beton dan profil, batang kawat, pipa

las lurus, pila las spiral, lembaran baja canai panas, baja

lembaran lapis seng, kawat baja, kawat tali baja, sambungan

56

pipa, light gauge, akan terus dikembangkan.

Lokasi industri besi baja terdapat di Cilegon Jawa Barat,

Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Su-

matera Selatan.

2. Industri logam bukan besi baja

Pengembangan industri logam bukan besi baja ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan akan produk-produk logam bukan besi

ba-ja di dalam negeri dan untuk memperbaiki struktur industri

tersebut. Selain itu pengembangan industri logam bukan besi

baja ditujukan pula untuk mengurangi ketergantungan dari luar

negeri. Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam mengembang-

kan industri logam bukan besi baja adalah dengan meningkatkan

kemampuan industri-industri yang sudah ada, serta mempromosi-

kan pembangunan proyek-proyek kunci dan proyek-proyek strate-

gis. Proyek kunci industri logam bukan besi baja yang akan di-

promosikan untuk dibangun adalah proyek pabrik katode tembaga

(copper cathode plant) untuk memenuhi kebutuhan katode temba-

ga, yang dibutuhkan oleh industri batang kawat tembaga dan

ingot dengan kapasitas 100.000 ton setahun dan produk sam-

pingannya berupa asam sulfat yang sangat berguna untuk keper-

luan pabrik petrokimia. Proyek-proyek logam bukan besi baja

yang mempunyai nilai strategis antara lain proyek "alumu-

nium slab" untuk memenuhi kebutuhan industri alumunium lem-

baran, dengan kapasitas 40.000 ton setahun; proyek batang

kawat alumunium yang hasilnya akan digunakan antara lain pada

jaringan transmisi listrik, dengan kapasitas 15.000 ton seta-

hun; proyek "billet alumunium" untuk memenuhi kebutuhan in-

dustri batang kawat dan ekstrusi, dengan kapasitas 15.000 ton

setahun; proyek "alumunium casting" yang diperlukan untuk

57

menghasilkan produk-produk engineering seperti suku cadang

sepeda motor, motor diesel, kendaraan bermotor roda empat,

alat peralatan kapal dan lain-lain, dengan kapasitas 6.000

ton setahun; peningkatan kapasitas industri batang kawat tem-

baga akan ditingkatkan dari 36.000 ton menjadi 50.000 ton

setahun.

Industri alumunium hilir terdapat di Sumatera Utara, DKI-

Jaya, Jawa Barat dan Jawa Timur; industri katoda tembaga di

Jawa Timur; sedangkan industri barang-barang cor bukan besi

baja terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

B. Industri Kimia Dasar

Pembangunan industri kimia dasar dititik beratkan pada pe-

ngembangan industri kunci yang mampu mendorong terciptanya

struktur industri yang kokoh, dan dapat meningkatkan kemampu-

an teknologi nasional untuk mengolah sumber alam yang ada.

Pembangunan industri kimia dasar mencakup :

a. Industri pengolah minyak dan gas bumi, akan ditekankan

pada pembangunan industri pupuk nitrogen seperti urea dan

ZA dari gas alam, amonia, petrokimia dasar, menengah dan

hilir.

b. Industri kimia pengolah sumber alam selulosa, yang di-

arahkan pembangunannya untuk menghasilkan "pulp" serat

panjang dan pendek, kertas "kraft", kertas koran, kertas

tulis cetak, kertas rokok, kertas khusus lainnya dan di-

versifikasi rayon khususnya jenis rayon pengganti kapas.

Pengembangan industri ini akan dikaitkan dengan program

pengembangan wilayah, khususnya di daerah-daerah di luar

Jawa. Hasil pertanian yang banyak mengandung tepung dan

58

gula diarahkan untuk pengembangan industri kimia fermen-

tasi dan kimia lainnya yang menghasilkan produk-produk

industri kimia halus, obat-obatan, makanan ternak dan

bahan kimia organik lainnya.

c. Industri pengolah karet, diarahkan pembangunannya antara

lain untuk meningkatkan kemampuan ekspor produk-produk

karet, khususnya ban kendaraan bermotor.

d. Kelompok industri yang mengolah sumber alam non minyak

dan gas yang tidak dapat diperbaharui serta bersifat padat

energi terdiri dari industri pengolah hasil pertambangan

non minyak yang berupa tanah liat, kaolin, pasir kwarsa,

pozolan, batu gamping, kapur, batu fosfat, belerang, do-

lomit dan magnesia/khrom dan lain-lain dipergunakan seba-

gai bahan baku dan penolong untuk industri semen, bahan

bangunan, kaca lembaran dan botol, "refractory", pupuk

fosfat, insektisida, karbid, soda abu, pigment dan zat pe-

mutih, kertas, ban, alumina dan sebagainya. Pengembang-

an kelompok industri ini diarahkan untuk memenuhi kebu-

tuhan dalam negeri maupun ekspor. Dengan terus bertambah-

nya kebutuhan semen di dalam negeri, akan ditingkatkan

diversifikasi produk semen khusus dan dikembangkan indus-

tri hilir barang-barang dari semen. Sejalan dengan itu

akan dilakukan pula usaha untuk memproduksi bahan-bahan

penolong berupa gipsum untuk industri semen dan kertas

kraft untuk kantong semen. Untuk meningkatkan daya guna

distribusi semen, di beberapa daerah akan dikembangkan

sistem distribusi dalam bentuk curah, melalui unit-unit

pengantongan semen yang tersebar di daerah-daerah.

59

Melalui rencana pengembangan industri kimia dasar terse-

but dan dengan laju pertumbuhan lebih kurang sebesar 17,2% se-

tahun, diharapkan dapat diserap tenaga kerja langsung sebanyak

35.000 orang.

1. Industri agrokimia

Di bidang industri pupuk urea, beberapa proyek pupuk yang

mulai dibangun menjelang akhir Repelita III akan diteruskan

dan diselesaikan dalam Repelita IV, yaitu di Kalimantan Timur

dan di Aceh. Disamping itu dalam rangka memenuhi kebutuhan

yang makin meningkat, direncanakan untuk membangun lagi 2 pa-

brik pupuk urea, masing-masing dengan kapasitas 570.000 ton

per tahun, di Kalimantan Timur dan di Aceh sebagai perluasan,

atau di Sulawesi Selatan sebagai proyek baru.

Kapasitas produksi industri pupuk urea pada akhir Repeli-

ta IV diperkirakan akan mencapai 5,61 juta ton. Sedangkan un-

tuk memenuhi kebutuhan pupuk TSP yang terus meningkat, diren-

canakan tambahan sebesar 500.000 ton setahun, yang akan diba-

ngun di Gresik Jawa Timur. Untuk mendukung keperluan pupuk

TSP yang telah ada, akan dibangun pula pabrik asam fosfat de-

ngan kapasitas.660.000 ton setahun. Selanjutnya direncanakan

tambahan kapasitas pabrik Z.A. menjadi sebesar 650.000 ton

setahun, yang akan diperoleh sebagai hasil sampingan dari di-

bangunnya proyek asam fosfat tersebut, juga di Gresik Jawa

Timur. Juga industri pestisida yang membuat bahan aktif pes-

tisida akan ditingkatkan. Dalam Repelita IV direncanakan pem-

bangunan industri manufacturing pestisida dengan kapasitas

20.000 ton setahun, yaitu di Gresik Jawa Timur. Sedangkan pe-

ngembangan industri formulasi pestisida dilakukan secara se-

lektif, dengan memberikan prioritas kepada industri pestisida

60

yang mempunyai kaitan mutlak dengan kegiatan manufacturingnya

di dalam negeri.

2. Industri selulosa dan karet

Pengembangan industri pulp dan kertas mengutamakan penye-

lesaian pembangunan proyek-proyek kertas terpadu dan berskala

besar yaitu antara lain proyek kertas koran di Leces (Jawa Ti-

mur) berkapasitas 90.000 ton setahun dengan memanfaatkan ampas

tebu sebagai bahan baku, dan proyek kertas "kraft" untuk kan-

tong semen di Cilacap (Jawa Tengah) berkapasitas 90.000 ton

setahun. Di samping itu akan diusahakan pula untuk mempromosi-

kan pembangunan proyek "pulp" dan kertas terpadu yang berska-

la besar seperti proyek kertas kraft Aceh dan proyek kertas

Sesayap (Kalimantan Timur). Selain daripada itu akan dipromo-

sikan pula pembangunan proyek kertas koran yang kedua, yang

direncanakan di daerah perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah,

atau di Sumatera Utara.

Mengingat ketergantungan Indonesia akan serat kapas yang

sangat besar dari luar negeri, dipromosikan pula proyek rayon

terpadu yang menghasilkan serat rayon berkualitas tinggi, se-

bagai pengganti kapas untuk industri tekstil, yang direncana-

kan di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

Pembangunan industri ban selain ditujukan untuk mening-

katkan kemampuan pemenuhan kebutuhan dalam negeri diarahkan

pula untuk ekspor dengan memperhatikan permintaan pasar. Pem-

bangunan industri ban ini ditempuh dengan perluasan pabrik-

pabrik yang ada dan produksi jenis-jenis ban akan juga di-

arahkan kepada jenis-jenis yang selama ini masih diimpor. Ba-

gi pengembangan industri ban kendaraan beroda empat, telah

dipersiapkan secara terarah serta bertahap, dan diperkirakan

61

produksinya pada akhir Repelita IV akan mencapai 10,3 juta

buah setahun. Pengembangan ban pesawat terbang dan ban "heavy

duty" lainnya, seperti ban kendaraan militer, pertanian, per-

tambangan dan konstruksi, akan diusahakan pembangunan pabrik

industri ban yang baru.

Selanjutnya lokasi pengembangan ban sepeda motor/scooter,

disebarkan ke daerah yang kebutuhannya cukup potensial. Ka-

pasitas produksi industri ban sepeda motor/scooter pada akhir

Repelita IV diperkirakan akan mencapai 5,7 juta buah setahun.

Industri barang-barang karet untuk industri seperti "convey-

or transmision belt", pipa karet tekanan dan lain-lain juga

akan dikembangkan.

3. Industri kimia organik

Dengan telah berkembangnya berbagai industri hilir, maka

program utama industri kimia organik dalam Repelita IV adalah

mendorong terlaksananya pembangunan proyek-proyek industri pe-

trokimia hulu seperti olefin di Aceh, aromatik di Palembang

Sumatera Selatan, dan lain sebagainya, yang akan menghasilkan

bahan-bahan baku bagi industri-industri petrokimia menengah

dan hilir.

Untuk menjalin keterkaitan yang lebih kokoh dan serasi

antara industri-industri petrokimia, akan didorong pula per-

kembangan beberapa proyek industri petrokimia menengah dan

hilir yang berkaitan, antara lain caprolactam di Palembang

Sumatera Selatan, phthalic anhydride di Jawa Timur, DOP di

Jawa Timur dan Jawa Barat, polyestyrene, benang nylon untuk

ban di Jawa Barat, karet sintetis di Jawa Barat dan sebagai-

nya. Di samping itu akan dirintis pengembangan industri orga-

nik pengolahan hasil nabati, seperti bahan-bahan kimia yang

62

dibuat dari etanol dan produk-produk fermentasi lainnya.

4. Industri kimia anorganik

Pengembangan industri semen dilakukan melalui pembangunan

proyek semen baru dan perluasan dari pabrik semen yang ada di

Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Ma-

dura, dan daerah-daerah lain yang berpotensi. Kapasitas terpa-

sang industri semen pada akhir Repelita IV diharapkan akan

mencapai 21 juta ton.

Selanjutnya pengembangan industri kaca lembaran dilakukan

dengan mengutamakan penyelesaian proyek kaca lembaran yang

dewasa ini sedang dalam pembangunan di Gresik, Jawa Timur,

yang berkapasitas 120.000 ton per tahun dengan proses

"float". Di samping itu akan dirangsang pembangunan proyek

kaca lembaran berdasarkan proses "fourcault" di beberapa

daerah tertentu, seperti Jawa Tengah atau Sumatera Utara,

yang pemasarannya telah memungkinkan. Selanjutnya untuk me-

nunjang kebutuhan industri kendaraan bermotor, direncanakan

pula pengembangan industri kaca pengaman.

Di samping industri "refractory" yang penting artinya

guna menunjang perkembangan industri besi baja dan industri

semen, akan dipromosikan proyek "refractory" jenis basa ber-

kualitas tinggi di daerah Cilegon Jawa Barat. Juga akan di-

promosikan industri "chlor-kostik soda" berskala besar yang

produksinya dikaitkan dengan Proyek Pusat Olefin di Lhok Seu-

mawe, Aceh. Pembangunan proyek soda abu kemungkinan di Cila-

cap Jawa Tengah akan diusahakan untuk menunjang kebutuhan in-

dustri kaca lembaran dan gelas/botol yang kebutuhannya terus

meningkat, juga akan didorong penyelesaian proyek-proyek kar-

bid, seperti di Jawa Barat dan Sumatera Barat, yang diperlu-

63

kan untuk menunjang industri "engineering". Begitu pula diusa-

hakan pembangunan industri "sodium tripoly phosphate" (STPP)

yaitu di Jawa Timur, untuk menunjang industri "detergent".

Selanjutnya akan didorong pula pembangunan proyek-proyek

yang telah dirintis seperti : industri asam sulfat dan asam

fosfat, yang dikaitkan dengan pembangunan proyek pupuk fosfat

TSP III di Gresik Jawa Timur, dan proyek garam industri yang

akan dikembangkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Begitu pula

akan digalakkan pengembangan industri "gas industri" untuk me-

nunjang program pengawetan bahan pangan (pasca panen) dan in-

dustri baja, diversifikasi hasil produksi gas industri yang

belum dihasilkan di dalam negeri. Juga diusahakan pengembang-

an industri asam nitrat untuk menunjang pengembangan industri

bahan peledak, kemungkinan di Jawa Barat, yaitu dalam rangka

produksi ammonium nitrat dengan memanfaatkan ammoniak yang

dihasilkan di dalam negeri.

C. Aneka Industri

Pembangunan aneka industri dalam Repelita IV bertujuan

untuk meningkatkan peranserta dan prakarsa masyarakat dalam

kegiatan industri, memperluas kesempatan kerja serta mening-

katkan mutu dan ketrampilan kerja, meningkatkan hasil produk-

si, baik dalam jumlah, jenis, maupun mutu, guna memenuhi ke-

butuhan dalam negeri dan ekspor. Selanjutnya dikembangkan je-

nis industri yang mempunyai isian lokal yang tinggi,

sehingga dapat memperpanjang proses produksi ke arah hulu dan

hilir, serta keterkaitan terhadap industri besar, kecil, dan

berat yang menghasilkan mesin industri yang akan terus

dikembangkan pada masa Repelita-repelita selanjutnya.

Dengan sasaran laju pertumbuhan industri nasional sebesar

64

rata-rata 9,5% setahun dalam Repelita IV, maka laju pertumbu-

han aneka industri, terutama industri pemenuhan kebutuhan rak-

yat banyak, diperkirakan sebesar ± 6% setahun.

Untuk mencapai sasaran tersebut akan ditingkatkan peman-

faatan secara optimal kapasitas industri yang telah terpa-

sang dan peningkatan investasi baru. Disamping itu juga akan

ditingkatkan mutu dan desain serta dilakukan usaha-usaha peng-

aneka ragaman produk aneka industri sesuai permintaan pasar

baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Selain daripada itu, pengembangan aneka industri diarah-

kan kepada industri-industri yang mampu menciptakan lebih ba-

nyak kesempatan kerja baru, baik langsung maupun tidak lang-

sung. Selama Repelita IV diperkirakan dapat diserap sekitar

400.000 ribu tenaga kerja. Agar dapat didorong timbulnya pe-

nyebaran aneka industri ke daerah, maka sejalan dengan me-

ningkatnya pembangunan industri dasar/kunci yang berlokasi di

luar Jawa, akan dikembangkan keterpaduan dalam pembangunan

industri dimana disekitar lokasi industri dasar/kunci terse-

but akan mendorong berdirinya industri hilir dan industri ke-

cil.

Dalam rangka penghematan penggunaan energi, pertumbuhan

aneka industri sejauh mungkin dikelompokkan dalam suatu kawa-

san industri, agar kebutuhan energi dapat disediakan dari pu-

sat pembangkit tenaga listrik yang sama.

Sesuai dengan sasaran dan arah pengembangan aneka indus-

tri pada Repelita IV, maka prioritas pembangunan diberikan

pada industri-industri yang mengolah lebih lanjut bahan men-

65

tah dari sumber alam untuk memproduksi barang-barang jadi

maupun barang setengah jadi dan industri-industri yang dapat

meletakkan kaitan-kaitan antar industri, dan dapat menghasil-

kan barang-barang untuk kebutuhan rakyat banyak, serta indus-

tri yang menghasilkan barang-barang yang mempunyai potensi

ekspor atas dasar keunggulan komparatif yang dimiliki.

Berpedoman pada hal tersebut di atas maka program pengem-

bangan masing-masing kelompok industri dalam lingkungan aneka

industri adalah sebagai berikut:

1. Industri pengolah hasil sektor pertanian

Industri pengolah hasil sektor pertanian meliputi cabang

industri yang sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian

antara lain: industri minyak makan/goreng, industri pengaleng-

an ikan, daging, sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya.

Perkiraan pengembangan industri minyak goreng sampai akhir

Repelita IV adalah peningkatan kapasitas sebesar 1.967.389 ton

yang diperkirakan dapat menghasilkan produksi minyak kelapa

dan minyak kelapa sawit sebanyak 1.239.880 ton.

Sesuai dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit maka

lokasi minyak goreng kelapa sawit pada Repelita IV diutamakan

di daerah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumate-

ra Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah. Sasaran pengem-

bangan industri pengalengan makanan diarahkan pada peningkat-

an mutu yang disesuaikan dengan standar mutu internasional

serta diversifikasi produk yang sesuai dengan selera konsu-

men. Sedangkan lokasi industri diarahkan sesuai dengan pe-

ngembangan di sektor pertanian, peternakan dan perikanan,

66

diantaranya industri pengalengan ikan di Sumatera Utara,

Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara,

Sulawesi Selatan, Bali dan Maluku.

Industri pengalengan buah-buahan dan sayur-sayuran akan

dibangun di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Bali,

Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat, sedangkan industri

pengalengan daging akan dibangun di Bali, Nusa Tenggara Ba-

rat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.

Adapun langkah-langkah kebijaksanaan yang akan ditempuh

dalam pengembangan industri pengalengan antara lain adalah

dengan membatasi impor produk-produk industri pengolah hasil

sektor pertanian, mendorong pengembangan industri tin plate

dan mengatur bahan kemasan lainnya. Di samping itu akan di-

sederhanakan perizinan penanaman modal, meningkatkan stan-

darisasi dan mutu, serta menggalakkan penggunaan hasil produk-

si dalam negeri. Industri-industri lain yang berkaitan dengan

sektor pertanian antara lain meliputi industri pengolahan su-

su, industri rokok kretek dan industri garam konsumsi.

Pengembangan industri susu pasteurisasi/sterilisasi di-

arahkan pada optimalisasi kapasitas terpasang, usaha perluas-

an dan pendirian pabrik baru dengan penggunaan sebanyak mung-

kin susu segar produksi ternak perah dalam negeri.

Pengembangan industri garam konsumsi diarahkan pada pen-

dirian proyek-proyek baru di daerah Nusa Tenggara Timur, Nusa

Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Bali, Aceh dan Timor Timur.

2. Industri tekstil dan kulit

Pengembangan industri tekstil dalam Repelita IV diarahkan

67

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan peningkatan ekspor.

Perkiraan yang direncanakan akan dicapai pada akhir Repelita

IV untuk kebutuhan tekstil dalam negeri adalah sebesar 2.500

juta meter, sedangkan untuk ekspor sebesar 120 juta meter dan

pakaian jadi sebanyak 13,4 juta lusin.

Pengembangan industri pemintalan, pertenunan, perajutan

dan industri "finishing/dyeing/printing" dalam Repelita IV

dititik beratkan pada rehabilitasi, modernisasi dan perluasan

kapasitas agar tercapai skala unit produksi yang ekonomis, di

samping pembangunan proyek-proyek baru dengan teknologi muta-

khir, guna menunjang ekspor tekstil berkualitas tinggi yang

mampu bersaing di pasaran internasional.

Dalam rangka memperkuat struktur industri tekstil yang su-

dah ada serta meningkatkan nilai tambah dan kesempatan kerja

yang makin meningkat, perlu lebih digalakkan pendirian "cot-

ton belt", industri serat rayon dan serat sintetis, industri

cat tekstil dan bahan-bahan kimia pembantu, serta industri

permesinan yang menghasilkan mesin-mesin tekstil dan suku ca-

dang.

Pengembangan lokasi industri tekstil di masa mendatang di-

arahkan ke daerah-daerah di luar Jawa dengan berorientasi pa-

da bahan baku, antara lain industri pemintalan di daerah Nusa

Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara yang sedang dikembangkan

sebagai daerah "cotton belt", dan daerah Sumatera bagian Se-

latan yang mempunyai potensi pengembangan bahan baku baik un-

tuk serat polynosic maupun serat sintetis.

Pengembangan industri penyamakan kulit dan sepatu kulit

diarahkan kepada optimalisasi penggunaan kapasitas terpasang,

rehabilitasi dan modernisasi, serta pendirian proyek-proyek

68

baru yang dapat menghasilkan kulit jadi maupun sepatu kulit,

yang dapat memenuhi permintaan pasaran baik jenis maupun mu-

tunya.

Demi tercapainya sasaran kebutuhan tekstil, perlu diambil

langkah-langkah kebijaksanaan sebagai berikut: secara berta-

hap mengurangi ketergantungan pada bahan baku, bahan peno-

long, permesinan dan suku cadang yang masih diimpor. Keper-

luan tersebut akan dipenuhi dari dalam negeri dengan peman-

faatan kapasitas terpasang yang ada, peningkatan penggunaan

hasil industri permesinan dan hasil industri suku cadang,

peningkatan mutu hasil produksi, peningkatan efisiensi dan

produktivitas. Sebagai akibat tindakan-tindakan ini diharap-

kan hasil produksi dalam negeri akan mampu bersaing baik di

pasaran dalam negeri maupun di luar negeri, sehingga akan

dapat meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain dari itu

akan lebih digalakkan usaha-usaha dalam mewujudkan bapak

angkat-anak angkat, sistem sub kontrak dan sebagainya, untuk

meningkatkan keterkaitan antara industri besar, menengah dan

kecil.

Selanjutnya peningkatan penyediaan lapangan kerja, dengan

mengarahkan kegiatan penambahan investasi secara selektif pa-

da sektor yang mampu menyerap tenaga kerja relatif banyak,

terus dikembangkan. Demikian juga akan terus dikembangkan pe-

ningkatan ketrampilan melalui kegiatan pendidikan formal dan

informal, serta latihan industri dalam usaha mengatasi tekno-

logi tekstil.

3. Industri pengolahan karet

Industri pengolahan karet di Indonesia meliputi industri

penghasil karet konvensional yakni jenis "crepe", "sheet"

69

(RSS) dan "latex", industri penghasil karet spesifikasi tek-

nis (crumb rubber/SIR), dan industri barang-barang karet.

Umumnya industri "crumb rubber" di Indonesia masih meng-

gunakan proses mekanis. Mengingat perkembangan teknologi pe-

ngolahan karet di luar negeri jauh lebih sempurna maka perlu

dilakukan langkah-langkah mengenai pemilihan proses pengolahan

karet yang lebih maju dan tepat guna, agar mutu produksi karet

Indonesia dapat lebih bersaing di pasaran luar negeri. Jumlah

kebutuhan crumb rubber di dalam negeri pada tahun 1983/1984

adalah sekitar 60.000 ton setahun dan pada akhir Repelita IV

diperkirakan sekitar 88.000 ton.

Kebutuhan barang-barang dari karet di dalam negeri selama

Repelita IV akan terus meningkat sesuai dengan laju pemba-

ngunan dan pertambahan penduduk. Peningkatan konsumsi akan

dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri. Industri ini

diarahkan untuk menghasilkan barang-barang yang sangat diper-

lukan, seperti alat-alat kedokteran, komponen kendaraan, se-

patu kanvas/sol, alat-alat teknik, alat-alat olah raga dan

sebagainya, sambil melakukan program ekspor. Mengingat sifat

dan konsumen barang-barang tersebut, maka lokasi industrinya

pada tahap pertama direncanakan di Jawa dan Sumatera.

Pengembangan industri barang-barang karet ini harus di-

tunjang dengan peningkatan produksi karet alam di dalam ne-

geri, agar tidak mengganggu program ekspor karet yang merupa-

kan salah satu penghasil utama devisa negara.

4. Industri pengolahan kayu

Sasaran pengembangan kelompok industri ini dalam Repelita

IV selain untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, khususnya

70

didalam pemenuhan pembangunan perumahan, juga meningkatkan

devisa negara melalui ekspor berbagai hasil produksinya.

Kapasitas produksi kayu lapis, kayu gergajian dan furni-

ture akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Lokasi indus-

tri perkayuan yang perlu didorong pengembangannya antara lain

adalah sebagai berikut : industri penggergajian kayu di

daerah Bengkulu, Sulawesi Tenggara, dan Irian Jaya; industri

kayu lapis di daerah Bengkulu dan Irian Jaya; sedangkan indus-

tri perabot rumah tangga dan komponennya akan dikembangkan di

daerah Marunda DKI-Jaya, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kaliman-

tan Timur.

Adapun pembangunan industri perkayuan diarahkan untuk men-

ciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha tenaga ker-

ja trampil dengan membangun pusat-pusat latihan kerja, pendi-

dikan dan latihan dan sekolah-sekolah perkayuan, yang diarah-

kan untuk melaksanakan alih teknologi. Pembangunan industri

pengolahan kayu dititik beratkan pada pemasaran kayu untuk

ekspor yang akan dapat meningkatkan devisa negara. Dalam rang-

ka usaha untuk memelihara pasar di luar negeri, maka dilaksa-

nakan usaha diversifikasi produksi terutama "wood based pa-

nels" lainnya sebagai substitusi kayu lapis.

Pemilihan tingkat teknologi ditujukan untuk peningkatan

efisiensi pemanfaatan bahan baku dengan jalan "recovery" dan

peningkatan mutu, serta adanya pemanfaatan energi, terutama

dengan pemanfaatan limbah kayu sebagai sumber energi.

5. Industri komponen dan barang-barang elektronika

Industri ini mencakup hanya industri elektronika konsumen

dan alat-alat listrik rumah tangga seperti produk-produk ra-

71

dio, TV, lemari es, kipas angin dan sebagainya.

Pembangunan industri elektronika di Indonesia, dikembang-

kan pada pengembangan komponen-komponen elektronika, yang

perlu ditunjang dengan kegiatan penelitian dan pengembangan.

Dalam hal ini semua kegiatan diarahkan guna memperkuat struk-

tur industri tersebut, dengan meningkatkan isian lokal, pe-

rangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Dengan demikian di

masa mendatang sumbangan jenis industri ini terhadap pertum-

buhan ekonomi akan dapat meningkat, disamping menghasilkan

dan menghemat devisa dan memperluas kesempatan kerja.

Pengembangan industri komponen dan barang-barang elektro-

nika bertujuan untuk meningkatkan industri yang menggunakan

komponen buatan dalam negeri, sesuai dengan program penang-

galan dan rasionalisasi industri elektronika, yang direncana-

kan sebesar 30% pada awal Repelita IV dan akan meningkat

menjadi 60% pada akhir Repelita IV.

Adapun proyeksi kapasitas terpasang industri radio/radio

kaset pada akhir Repelita IV diharapkan mencapai sekitar

6.390.000 buah dengan perkiraan produksi sekitar 2.486.400

buah, yang akan dipasarkan di dalam negeri sekitar 2.162.400

buah dan yang akan diekspor sekitar 324.000 buah. Kapasitas

terpasang televisi hitam putih/berwarna diharapkan mencapai

sekitar 2.360.000 buah dengan jumlah produksi sekitar

1.769.300 buah dengan jumlah penjualan dalam negeri sekitar

1.591.200 buah serta yang direncanakan akan diekspor sebesar

178.100 buah.

Pengembangan perangkat lunak industri elektronika perlu

ditingkatkan dengan jalan meningkatkan kemampuan dari pusat

penelitian dan pengembangan. Pengembangan perangkat keras ju-

72

ga perlu didorong melalui pendirian industri komponen-kompo-

nen elektronika, khususnya komponen aktif.

Selain itu usaha kerjasama dalam produksi dan perluasan

pasaran luar negeri dari para produsen, industri elektronika

serta optimalisasi dari pada kapasitas terpasang yang sudah

ada, direncanakan untuk ditingkatkan.

6. Industri barang-barang keramik dan gelas

Sasaran kelompok industri ini selain untuk memenuhi kebu-

tuhan di dalam negeri juga diarahkan untuk ekspor. Industri

keramik khususnya meliputi komoditi wall tile, floor tile dan

refractories. Pengembangan industri keramik diarahkan ke lo-

kasi-lokasi mendekati sumber bahan baku umumnya di luar Jawa.

Produksi wall tile, floor tile dan refractories pada

akhir Repelita IV proyeksi produksinya masing-masing adalah

12,5 juta m2, 7,4 juta m2 dan 177 ribu ton.

Lokasi industri keramik terutama diarahkan di daerah :

Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Lampung, Sumatera Uta-

ra, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan

Maluku.

Industri gelas dan barang-barang gelas juga merupakan in-

dustri yang cukup potensial, karena memiliki keunggulan kom-

paratif yang disebabkan antara lain bahan baku utamanya dapat

diperoleh cukup banyak di dalam negeri.

Produksi gelas dan barang-barang gelas pada awal Repelita

IV diperkirakan 103.000 ton yang pada akhir Repelita IV dapat

ditingkatkan menjadi + 165.000 ton.

73

Lokasi industri gelas terutama dipilih di daerah :

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jaya, Jawa Te-

ngah dan Jawa Timur.

D. Industri Kecil

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara pembangunan

industri juga diarahkan untuk lebih meningkatkan industri ke-

cil dan kerajinan rakyat antara lain melalui penyempurnaan,

pengaturan, pembinaan dan pengembangan usaha serta peningkat-

an produktivitas dan perbaikan mutu produksi, dengan tujuan

untuk memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

Dengan berkembangnya industri kecil akan meningkat pula pen-

dapatan pengusaha dan pengrajin industri kecil, serta kemam-

puannya untuk memasarkan dan mengekspor hasil-hasil

produksinya. Dalam hubungan ini sekaligus diusahakan agar

peranan koperasi industri kecil dapat lebih ditingkatkan.

Untuk mencapai laju pertumbuhan yang cukup tinggi maka jenis-

jenis industri kecil yang mempunyai ciri berikut ini akan

lebih dikembangkan: (1) banyak menyerap tenaga kerja; (2)

hasil produksinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak;

(3) berkaitan dengan pembangunan sektor ekonomi lainnya

terutama de-ngan sektor pertanian dan konstruksi, yang

mempunyai keterkaitan dengan industri lainnya antara lain

industri permesinan, dan (4) hasilnya mempunyai prospek

ekspor.

Dengan meningkatnya pembangunan industri, khususnya indus-

tri kecil dan kerajinan pada Repelita IV, dengan proyeksi laju

pertumbuhan 6% setahun, diharapkan akan dapat diserap tenaga

kerja langsung sebanyak 930.000 orang. Sesuai dengan arah pe-

ngembangan di atas, program pengembangan masing-masing jenis

74

industri adalah sebagai berikut :

Pengembangan kelompok industri makanan dan minuman diu-

tamakan pada peningkatan mutu, perbaikan pengemasan, pengane-

karagaman produk dan pengembangan produk untuk substitusi im-

por serta peningkatan ekspor. Untuk kelompok industri temba-

kau, diarahkan pada peningkatan pengolahan tembakau rajangan

yang di keringkan sebagai bahan baku industri rokok dalam nege-

ri dan juga untuk ekspor dan peningkatan mutu serta pengemasan

rokok kretek, rokok klobot dan sejenisnya.

Selanjutnya industri kecil kelompok industri tekstil bu-

kan pakaian seperti kapas pembalut, kapas kosmetik, kain un-

tuk rumah tangga dan kesehatan, diarahkan pada peningkatan

mutu, desain dan pengembangan produk. Kelompok industri pa-

kaian jadi diarahkan pada pengembangan industri pakaian anak-

anak, pakaian wanita, seragam sekolah dan angkatan bersenja-

ta, serta pakaian-pakaian/kain yang memiliki keunggulan kom-

paratif.

Untuk kelompok industri penyamakan kulit dan pembuatan

barang dari kulit/kulit imitasi, pembinaannya diprioritaskan

pada usaha meningkatkan teknologi penyamakan kulit, baik un-

tuk bahan baku industri dalam negeri maupun untuk ekspor,

mengembangkan industri kecil sepatu, sandal, dan sarung ta-

ngan dari kulit, serta barang-barang dari kulit/kulit imitasi

lainnya.

Kelompok industri kayu dan barang dari kayu, rumput, ro-

tan, bambu dan sejenisnya, akan dikembangkan terutama indus-

tri bahan bangunan, alat-alat rumah tangga, serta barang-ba-

rang kerajinan lainnya dan diarahkan untuk diekspor.

Kelompok industri kertas, barang dari kertas dan industri

percetakan, pembinaannya diutamakan pada pembuatan barang da-

75

ri kertas, percetakan, penjilidan, dan pengemasan.

Kelompok industri kimia dan barang kimia lainnya diarah-

kan pada pengembangan industri kecil bahan kimia nabati se-

perti damar, siongka, minyak atsiri dan industri lain seperti

pemurnian belerang dan batu-batuan fosfat, arang aktif dalam

rangka substitusi impor atau untuk ekspor.

Kelompok industri hasil karet, pembinaannya terutama pada

industri pembuatan barang-barang karet yang mempunyai kaitan

dengan industri permesinan dan kendaraan bermotor dan bebera-

pa jenis industri barang-barang karet lainnya. Sedangkan ke-

lompok industri barang plastik diarahkan pada pengembangan

industri kecil plastik untuk rumah tangga, mainan anak-anak,

hiasan, pengemasan dan tali-temali.

Kelompok industri barang-barang keramik, dan bahan ba-

ngunan dari tanah liat, diarahkan untuk meningkatkan mutu dan

standar serta penganekaragaman produk. Demikian pula akan te-

rus dikembangkan industri kecil keramik yang menghasilkan

isolator dan komponen teknik lainnya. Kelompok industri ba-

rang-barang keramik, porselin dari tanah liat, pembinaannya

diutamakan pada pengembangan industri kecil bahan bangunan

dari tanah liat, industri kecil barang keramik untuk isolator

dan komponen teknik lainnya guna memenuhi pasaran dalam nege-

ri. Selanjutnya pengembangan ini dilaksanakan melalui peng-

anekaragaman produk, peningkatan usaha, produk dan mutu, pe-

nerapan standar, serta peningkatan produktivitas dan tekno-

logi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis, tradi-

sional dan sentra.

Kelompok barang-barang dari semen dan kapur pembinaannya

diarahkan pada industri kecil bahan bangunan dan penggilingan

76

kapur untuk lahan pertanian, kapur untuk industri melalui pe-

ningkatan produktivitas, pengembangan usaha, dan peningkatan

teknologi. Pengembangannya melalui industri tradisional non

sentra dan sentra serta industri kecil dinamis. Kelompok in-

dustri kecil barang galian bukan logam pembinaannya diutama-

kan pengembangan industri kecil kerajinan marmer dan batuaji

guna memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor melalui pengemba-

ngan desain, peningkatan mutu, peningkatan teknologi dan pe-

ngembangan usaha.

Kelompok industri dasar besi baja dan logam bukan besi

(non ferro metal) pembinaannya diutamakan pada pengembangan

industri kecil pengecoran barang-barang teknik melalui peng-

anekaragaman produk dan pengembangan usaha, peningkatan mutu,

pembinaan standar, pengembangan desain, peningkatan produk-

tivitas dan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil

dinamis dan sentra. Kelompok industri barang logam dasar ke-

cuali mesin beserta perlengkapannya pembinaannya diutamakan

pada industri kecil logam pembuatan hand tools sederhana,

alat pertanian sederhana, alat rumah tangga, pengemasan dan

barang-barang hiasan guna memenuhi pasaran dalam negeri mela-

lui peningkatan mutu, pembinaan desain, penerapan standar,

penganekaragaman produk dan pengembangan usaha dan peningkat-

an produktivitas serta teknologi. Pengembangannya melalui in-

dustri kecil dinamis, tradisional dan sentra.

Kelompok industri mesin dan mesin listrik, perlengkapan

dan bagian-bagiannya pembinaannya diutamakan pada industri

kecil pembuatan mesin-mesin pertanian sederhana, mesin perka-

kas sederhana dan mesin listrik tertentu untuk keperluan ru-

mah tangga beserta komponen-komponennya guna memenuhi pasaran

dalam negeri melalui penganekaragaman produk, pengembangan

77

usaha, peningkatan mutu, penerapan standar, pengembangan di-

sain, peningkatan produktivitas dan teknologi. Pengembangan-

nya melalui industri kecil dinamis. Kelompok industri alat-

alat angkutan pembinaannya diutamakan pada pengembangan in-

dustri kecil pembuatan dan reparasi kapal/perahu dari kayu

dan ferro semen, pembuatan bagian-bagian perlengkapan kapal/

perahu, bagian perlengkapan kendaraan bermotor, perakitan dan

reparasi sepeda, pembuatan bagian karoseri kendaraan bermotor

serta pembuatan komponen tertentu kereta api guna memenuhi

pasaran dalam negeri melalui peningkatan mutu, penerapan

standar, pembinaan disain, pengembangan usaha, peningkatan

produktivitas dan teknologi. Pengembangannya melalui industri

kecil dinamis.

Kelompok industri alat-alat ilmu pengetahuan pembinaannya

diutamakan bagi industri kecil pembuat alat-alat ilmu penge-

tahuan sederhana untuk laboratorium/penelitian alat-alat ukur

dan kontrol guna memenuhi pasaran dalam negeri melalui pe-

ningkatan mutu, penerapan standar, pengembangan usaha dan pe-

ningkatan teknologi. Pengembangannya melalui industri kecil

dinamis.

Kelompok industri lain-lain pembinaannya diutamakan bagi

industri kecil peralatan olah raga, peralatan musik, peralat-

an kesenian, alat peragaan pendidikan dan barang-barang kera-

jinan lainnya guna memenuhi pasaran dalam negeri dan ekspor

melalui pengembangan produk, pengembangan usaha, peningkatan

mutu, pengembangan disain, peningkatan produktivitas dan tek-

nologi. Pengembangannya melalui industri kecil dinamis, tra-

disional dan sentra.

Dalam rangka mencapai sasaran pengembangan industri kecil

dan kerajinan tersebut diatas, maka ditetapkan program pengem-

78

bangan industri kecil sebagai berikut:

1. Bimbingan dan penyuluhan industri kecil

Bantuan bagi industri kecil yang telah ada, akan diting-

katkan. Bagi industri-industri yang berada di dalam sentra

akan diberi bantuan berupa perangkat lunak dan perangkat ke-

ras. Sedangkan pembinaan industri kecil di luar sentra diuta-

makan dalam bentuk perangkat lunak. Bantuan perangkat lunak

diberikan dalam bentuk peningkatan kemampuan pengusaha/ peng-

rajin dibidang manajemen, keusahawanan, ketrampilan teknis,

studi, konsultasi serta pelayanan informasi teknis, dan lain

sebagainya. Sedangkan bantuan perangkat keras adalah dalam

bentuk bahan baku, bahan penolong, disain mesin/peralatan,

untuk peningkatan mutu serta ragam produksi.

Dalam hubungan ini akan ditingkatkan kemampuan maupun

jumlah tenaga penyuluh lapangan, baik generalis maupun spe-

sialis sebagai unsur pelaksana pembinaan industri kecil. Se-

lanjutnya sarana pendidikan dan latihan industri, unit alih

teknologi industri kecil, unit informasi industri kecil, pu-

sat pelayanan industri kecil, unit pelayanan industri kecil,

unit pelayanan disain, promosi dan informasi, unit pelayanan

teknis dan bantuan sarana tempat usaha, akan ditingkatkan.

Unit informasi industri kecil akan dikembangkan dan ber-

fungsi sebagai pusat informasi yang dapat memberikan pelayan-

an informasi usaha, informasi pasar, informasi tentang ke-

bijaksanaan pembinaan dan peraturan, serta informasi hasil

pembangunan pada umumnya, kepada seluruh masyarakat terutama

para pengusaha dan pengrajin serta siapapun yang berkaitan

dengan industri kecil.

79

Pusat Pendidikan dan Latihan akan didirikan di tingkat

pusat untuk keperluan secara nasional dan akan berfungsi se-

bagai fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan bagi wira-

swasta, pimpinan usaha, pengawasan, pengrajin, pembina, pela-

tih, TPL dan lain sebagainya.

Unit alih Teknologi Industri Kecil akan didirikan diting-

kat pusat dan bersifat nasional dan akan berperan sebagai

jembatan antara hasil-hasil penelitian yang telah ada dengan

penerapan hasilnya di lingkungan industri kecil.

Unit pelayanan disain industri kecil akan didirikan di

tingkat pusat dan bersifat nasional yang akan melakukan pene-

litian dan pengembangan disain sesuai dengan kebutuhan pe-

ngembangan industri kecil.

Unit promosi Industri Kecil akan didirikan di tingkat pu-

sat dan akan berfungsi sebagai promosi hasil produksi Indus-

tri kecil terutama jenis mata dagangan (komoditi) yang baru

dikembangkan dan promosi investasi.

Pusat Pelayanan Industri Kecil (PPIK) diusahakan untuk

didirikan secara bertahap di beberapa propinsi yang mempunyai

potensi industri kecil. Unit Pelayanan Industri Kecil (UPIK)

juga akan didirikan secara bertahap di beberapa daerah Ting-

kat II dan merupakan aparat pelaksana terdepan yang secara

langsung akan memberikan pelayanan informasi, promosi, pendi-

dikan dan latihan, disain serta alih teknologi termasuk dian-

taranya pelayanan pengujian sederhana.

Unit tersebut akan dilengkapi dengan Unit Pelayanan Tek-

nis (UPT) untuk industri kecil tertentu, terutama untuk sen-

tra-sentra atau LIK, atau PIK, dan SUIK. Terhadap LIK yang

80

telah berdiri akan dilaksanakan program pemantapan dan konso-

lidasi lebih lanjut sehingga LIK dapat memberikan dorongan

bagi pertumbuhan industri kecil. Unit pelayanan disain, unit

pelayanan promosi dan unit pelayanan informasi akan didirikan

di daerah yang memerlukan, berdasarkan penelitian yang cermat

dan benar-benar menunjang pertumbuhan di daerah tersebut.

Bantuan sarana tempat usaha dalam PIK dan SUIK ,akan di

kembangkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan para peng-

usaha dan pengrajin industri kecil, sehingga dapat memenuhi

standar tempat usaha yang baik dan memadai yang berfungsi pu-

la sebagai pusat pembinaan. Dalam hal ini Pemerintah akan

memberikan bantuan kearah berkembangnya kegiatan PIK dan SUIK

tersebut.

2. Program pengembangan industri kecil

Program ini bertujuan agar industri kecil dapat tumbuh

dan berkembang sehingga memperluas kesempatan kerja dan me-

ningkatkan pendapatan pengusaha serta pengrajin. Program pe-

ngembangan ini meliputi kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil

produksi, memperbaiki mutu dan pemasaran hasil produksi dan

meningkatkan kerjasama antar pengusaha melalui koperasi. Un-

tuk meningkatkan kemampuan pengusaha industri kecil akan di-

laksanakan berbagai pendidikan dan latihan yang berkaitan

dengan disiplin manajemen, keteknikan, kewiraswastaan, ke-

trampilan serta pengetahuan fungsional dan teknis, sesuai de-

ngan perkembangan kebutuhan nyata.

Adapun peningkatan kerjasama yang akan dibina meliputi

kerjasama antar instansi/lembaga, dunia usaha, lembaga swasta

dan kerjasama luar negeri. Kerjasama antar instansi/lembaga

81

bertujuan agar tercapai keterpaduan penerapan peraturan per-

undangan dalam pengembangan industri kecil, sejak tahap pe-

rencanaan sampai pelaksanaan di lapangan. Khusus mengenai

kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), akan dilan-

jutkan dan ditingkatkan dalam pengadaan bahan baku, alih tek-

nologi, pemasaran dan pemanfaatan fasilitas latihan maupun

laboratorium. Kerjasama antara Pemerintah dengan dunia usaha

akan ditingkatkan dalam pemberian informasi. Mengingat pengu-

saha industri kecil pada umumnya lemah, mereka akan didorong

untuk bergabung dalam bentuk koperasi dan bentuk usaha lain-

nya, sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi serta

memperkokoh kedudukannya dalam dunia usaha. Agar usaha indus-

tri kecil dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat, ma-

ka fasilitas perkreditan khusus untuk perusahaan-perusahaan

industri kecil dan kerajinan akan terus ditingkatkan. Karena

itu maka dasar pertimbangan dalam pemberian kredit untuk in-

dustri kecil dan kerajinan bukanlah atas dasar pertimbangan

jaminan, tetapi lebih didasarkan atas penelitian kelayakan

kegiatan usaha.

Kerjasama antara Pemerintah dengan lembaga swasta yang

bergerak di bidang pembinaan dan pengembangan industri kecil,

terutama di bidang pemasaran, pendidikan dan latihan serta

alih teknologi akan lebih ditingkatkan. Demikian pula kerja-

sama dengan lembaga-lembaga internasional akan ditingkatkan

termasuk lembaga-lembaga yang terdapat di negara-negara ang-

gota ASEAN. Selanjutnya akan dilaksanakan pula usaha pening-

katan kemampuan pengusaha industri kecil yang meliputi pendi-

dikan dan latihan pengembangan manajemen pengusaha, keteram-

pilan teknis manajemen tentang disain, studi perbandingan dan

82

latihan kerja yang diberikan kepada per orangan maupun secara

berkelompok terhadap pengusaha dan pengrajin industri kecil.

Untuk daerah-daerah tertentu, kegiatan pendidikan dan la-

tihan terutama ditekankan pada pengembangan manajemen pengu-

saha dan pendidikan/latihan teknis dalam pengembangan produk

dan disain. Studi perbandingan dilaksanakan terutama pada

industri-industri sejenis yang lebih modern dan besar, yang

memungkinkan pula pengembangan kerjasama usaha antara indus-

tri kecil dengan industri menengah dan besar, dan pada sen-

tra-sentra industri kecil lain yang lebih maju atau telah

berkembang. Untuk daerah lainnya, pendidikan dan latihan ker-

ja ditekankan pada peningkatan motivasi berusaha disamping

keusahawanan dan ketrampilan teknis. Untuk menunjang ter-

sedianya tenaga kerja yang trampil dalam Repelita IV jumlah

dan mutu sekolah-sekolah kejuruan akan ditingkatkan.

3. Program peranan wanita

Peranan dan partisipasi kaum wanita sangat dibutuhkan da-

lam pembangunan nasional. Dalam rangka meningkatkan peranan

dan partisipasi kaum wanita dalam sektor industri, khususnya

industri kecil, akan dilakukan peningkatan jumlah desa binaan

yang secara potensial mampu menerima pembinaan melalui ke-

giatan industri kecil rumah tangga kerajinan. Pendidikan

latihan motivator di dalam kerangka kegiatan membina, mengem-

bangkan dan mengelola kegiatan yang secara ekonomis memiliki

potensi yang dapat dikembangkan, akan ditingkatkan. Demikian

pula akan ditingkatkan bantuan desa binaan berupa peralatan-

peralatan, peningkatan ketrampilan dalam bentuk kursus dan

pendidikan latihan, kerjasama usaha (koperasi, kelompok usaha

kerajinan wanita), bimbingan dan penyuluhan serta peningkatan

83

bantuan promosi dan jalur usaha pemasaran yang tidak terlepas

dari jenis industri dan kondisi kelompok usaha kerajinan kaum

wanita di pedesaan. Kegiatan ini diharapkan akan dapat men-

jembatani antara konsumen dan kaum wanita pengrajin.

4. Program pengendalian industri

Kegiatan utama program pengendalian industri kecil ini

meliputi standarisasi dan pembinaan iklim usaha. Untuk mem-

berikan perlindungan dan memantapkan daya saing terhadap pro-

duk sejenis, maka standar produk industri kecil akan diterap-

kan berdasarkan kemampuan dan tingkat teknologi yang dikuasai

industri kecil. Pengusaha industri kecil akan dibina untuk

menerapkan sistem pengendalian mutu dan secara bertahap meme-

nuhi standar lokal, nasional maupun internasional.

Pembinaan iklim usaha dan iklim industri yang dapat mem-

berikan landasan yang kuat bagi hidupnya industri kecil serta

mendorong perkembangan selanjutnya, akan senantiasa diting-

katkan. Pembinaan ini dilakukan melalui peningkatan jumlah

dan jenis industri yang dicadangkan bagi industri kecil yang

telah memenuhi persyaratan, yang dilakukan secara selektif

dan bertahap. Usaha-usaha promosi investasi industri kecil

dan pemberian kemudahan-kemudahan, baik dalam memperoleh izin

usaha industri kecil dan pemberian perangsang serta fasilitas

untuk usaha-usaha industri kecil baru maupun perluasan, akan

ditingkatkan. Demikian pula kemudahan dan dukungan dalam pem-

biayaan, baik investasi maupun modal kerja bagi industri ke-

cil melalui kredit perbankan dengan syarat lunak dalam usaha

mengatasi masalah permodalan dalam industri kecil akan terus

ditingkatkan.

Selanjutnya guna meningkatkan pemasaran produksi industri

84

kecil, diusahakan peningkatan pencadangan pasaran. Kegiatan

promosi produk industri kecil akan ditingkatkan melalui ker-

jasama dengan instansi-instansi yang berwenang, pengusaha

yang bergerak di bidang distribusi pada tingkat daerah maupun

pusat serta informasi pasar.

Dalam rangka mengatasi keterbatasan industri kecil dalam

hal pengadaan bahan baku, peralatan, permodalan dan teknolo-

gi, terutama dalam bidang pemasaran, akan dilakukan penyem-

purnaan sistem bapak angkat antara industri kecil dengan in-

dustri besar dan menengah. Penyempurnaan ini antara lain da-

lam seleksi bapak angkat, pemberian perangsang/kemampuan bagi

bapak angkat yang telah menjalankan kewajibannya dengan baik,

serta ketentuan yang harus dipatuhi oleh bapak angkat dan in-

dustri kecil. Demikian pula akan ditetapkan peraturan menge-

nai sistem sub kontrak yang mengatur modal kontrak, perang-

sang dan pajak, serta peran instansi pembina. Selanjutnya

penggalakan usaha produksi barang-barang yang mempunyai pros-

pek untuk ekspor akan ditingkatkan dengan mengusahakan Bantu-

an bagi pengusaha industri kecil dalam hal pengawasan mutu,

waktu penyerahan dan permodalan. Bantuan ini juga akan dibe-

rikan dalam bentuk peningkatan kerjasama dengan instansi yang

berwenang dan dengan para pengusaha yang bergerak di bidang

ekspor, penataan sistem informasi pasar dan tata niaga ekspor

barang-barang industri kecil.

5. Program penelitian industri kecil

Program ini merupakan kegiatan penunjang dalam rangka pem-

bangunan dan pengembangan industri kecil yang meliputi pene-

litian terhadap produk-produk yang telah dihasilkan yang mem-

punyai prospek ekspor, pengembangan industri kecil di daerah

85

dalam rangka usaha peningkatan produktivitas, keterkaitan in-

dustri kecil, menengah dan besar. Penyiapan kebijaksanaan da-

lam pengembangan industri kecil, potensinya untuk dapat meng-

gunakan hasil-hasil pertanian dan penelitian pemakaian tekno-

logi tepatguna akan dikembangkan terus, secara selektif dan

bertahap, dengan tetap memperhatikan penyediaan kesempatan

kerja serta peningkatan mutu dan disain.

E. Kegiatan Penunjang

Program ini merupakan penunjang dari pelaksanaan pemba-

ngunan sektor industri pada Repelita IV dimana jangkauan dan

ruang lingkup tugas serta fungsinya semakin luas dalam semua

aspeknya, baik yang menyangkut bidang kegiatan Pemerintah mau-

pun swasta, dan meliputi program-program sebagai berikut :

1. Peningkatan perencanaan tenaga kerja di sektor indus-tri

Program ini meliputi kegiatan penyusunan rencana tenaga

kerja dalam kaitannya dengan pengembangan sektor industri.

Sasaran yang dituju ialah memperkirakan jumlah dan jenis te-

naga kerja menurut keahlian yang dibutuhkan dalam rangka me-

nunjang pembangunan industri. Disamping itu melalui program

ini dipelajari dan dikembangkan cara-cara memanfaatkan poten-

si sumber daya manusia sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan

proses industrialisasi.

2. Peningkatan pendayagunaan aparatur pemerintah dan pe-ngawasan

Program pendayagunaan aparatur pemerintah ditujukan untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi aparatur dalam melak-

86

sanakan tugas pokok Pemerintah di sektor industri, baik tugas

rutin maupun tugas pembangunan dan selanjutnya untuk pembina-

an, penyempurnaan dan penertiban aparatur Departemen Perin-

dustrian baik di tingkat pusat, daerah, maupun perusahaan-

perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), agar mampu menja-

di alat yang efisien, efektif, bersih dan berwibawa dengan

dilandasi oleh disiplin aparatur, semangat dan sikap pengab-

dian terhadap masyarakat. Untuk maksud tersebut akan dilaku-

kan usaha-usaha meningkatkan dan menyempurnakan organisasi

dan tatalaksana sistem pelayanan yang meliputi kelembagaan,

mekanisme prosedur dan tata kerja termasuk pembakuan, sistem

pelaporan, administrasi dan pelaksanaan pembinaan di sektor

industri, dan meningkatkan kemampuan, disiplin kerja, pembi-

naan kepegawaian berdasarkan sistem karir dan prestasi kerja

dan sebagainya.

Program pengawasan ditujukan untuk lebih meningkatkan

pengawasan dan pemeriksaan intern maupun ekstern agar pelak-

sanaan tugas rutin dan pembangunan di sektor industri dapat

berhasil dan berdayaguna sesuai dengan rencana, kebijaksanaan

dan peraturan yang ditetapkan, sekaligus meningkatkan kemam-

puan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan

pembangunan, sehingga aparatur Pemerintah mampu bekerja se-

cara terpadu, berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu akan

dilakukan usaha-usaha meningkatkan kemampuan semua aparatur

dan unit kerja untuk dapat secara efektif melaksanakan tugas

pengawasan dalam rangka pengendalian kebijaksanaan pembinaan

industri, meningkatkan pengawasan atas semua aspek pengelola-

an aparatur baik di bidang organisasi, tatalaksana, kepega-

waian, keuangan maupun perlengkapan. Usaha penertiban dalam

rangka menanggulangi penyimpangan-penyimpangan, pemborosan

87

kekayaan dan keuangan negara serta berbagai hal yang

menghambat pelaksanaan pembangunan, juga akan lebih

ditingkatkan.

3. Penyusunan perangkat peraturan perundangan

Program ini meliputi kegiatan penyusunan produk hukum

yang dapat menunjang sektor industri, melaksanakan

penyempurnaan dan penertiban pelaksanaan peraturan

perundangan dalam bidang industri, menyelesaikan Undang-

undang Perindustrian dan menyusun peraturan pelaksanaannya,

serta melaksanakan peraturan perundangan yang diperlukan.

4. Pembinaan dana investasi dan peningkatan produktivi-tas investasi

Program ini bertujuan untuk pengarahan sumber dana inves-

tasi dari kemampuan dalam negeri, mengingat sumber-sumber luar

negeri hanya merupakan pelengkap, dan peningkatan pendayaguna-

an terhadap investasi yang sudah dilakukan. Program ini

meliputi usaha-usaha peningkatan potensi investasi nasional

untuk pembangunan industri, penyediaan dana investasi untuk

industri hulu/kunci, yang mendorong saling keterkaitan dan

memperkuat struktur industri. Disamping itu program ini

meliputi pula kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan

perizinan industri, pembinaan dan pengendalian proyek-proyek

industri, dan promosi investasi.

5. Penyediaan prasarana

Program ini dimaksudkan untuk memberikan perhatian pada

pembangunan prasarana yang meliputi tenaga listrik, air, ja-

lan, perhubungan, pelabuhan dan lain-lain, dalam jumlah dan

88

mutu yang memadai untuk keperluan usaha-usaha industri. Pro-

gram ini berkaitan erat dan merupakan usaha terpadu dengan

program pusat pertumbuhan industri. Dalam hal ini akan dila-

kukan penelitian mengenai penyediaan biaya prasarana dan pe-

ranannya dalam struktur biaya produksi, penelitian terhadap

aspek sosial, ekonomi dan politik dalam pembangunan prasarana

untuk industri. Selanjutnya akan didorong adanya keterpaduan

usaha dalam penyediaan prasarana industri dengan berdasarkan

strategi pengembangan wilayah secara nasional.

6. Pencegahan pencemaran lingkungan

Program ini bertujuan agar proses industrialisasi yang

sedang berlangsung akan tetap menjamin terwujudnya kelesta-

rian alam dan lingkungan hidup. Program ini meliputi usaha

untuk mencegah pencemaran oleh industri, perusakan terhadap

lingkungan hidup, pemborosan penggunaan sumber alam, dan

menggunakan sumber alam secara lebih rasional serta mengin-

dahkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ke-

tentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Petunjuk-pe-

tunjuk Pelaksanaannya. Analisa tentang dampak lingkungan bagi

industri-industri baru dan pengembangan zona-zona industri

akan terus ditingkatkan, pengelolaan limbah industri akan mu-

lai dikembangkan secara mantap, sistem daur ulang dalam pe-

manfaatan limbah industri akan ditingkatkan dan lebih dikem-

bangkan dalam sistem kelompok industri dan sistem wilayah in-

dustri, dan pendidikan dan latihan pengendalian pencemaran

industri akan mulai dikembangkan. Disamping itu akan mulai di-

kembangkan pula sistem tatalaksana pengendalian pencemaran in-

dustri yang berhasilguna dan berdayaguna.

89

7. Penciptaan iklim usaha industri

Program ini ditujukan untuk menciptakan kondisi dan iklim

usaha yang sehat, sehingga sektor swasta akan mempunyai ke-

pastian usaha yang mantap, dan akan lebih meningkatkan kemam-

puan dan partisipasi dalam pembangunan industri nasional. Da-

lam kegiatan usaha, Pemerintah hanya akan berperan pada jenis

industri tertentu dimana sektor swasta tidak berminat sedang

dipihak lain jenis industri tersebut bersifat sangat strate-

gis. Disamping itu Pemerintah akan berusaha agar senantiasa

dapat menciptakan iklim berusaha yang saling menunjang antara

berbagai sektor sehingga dapat dipelihara kelestarian pelak-

sanaan Demokrasi Ekonomi.

8. Perlindungan industri

Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem perlin-

dungan yang wajar terhadap saingan impor, mendorong usaha dan

pelaksanaan pengutamaan penggunaan hasil produksi dalam nege-

ri dan sekaligus meningkatkan daya saing produksi dalam nege-

ri.

9. Kewiraswastaan

Program ini meliputi pengembangan kewiraswastaan dengan

jalan penyuluhan dan bimbingan untuk meningkatkan keahlian,

kemampuan usaha dan pemasaran. Program ini dimaksudkan untuk

lebih mendorong pemerataan kesempatan berusaha sehingga peng-

alihan usaha swasta asing ke swasta nasional dapat makin di-

percepat dengan memberikan peranan yang wajar terhadap pengu-

saha golongan ekonomi lemah dalam perekonomian nasional. Agar

dapat ditumbuhkan wiraswasta-wiraswasta nasional, sampai pada

tingkat tertentu Pemerintah akan memberikan bantuan langsung

90

sehingga wiraswasta dalam tingkat bawah dapat tumbuh dan ber-

kembang secara cepat dan dapat melaksanakan usahanya di atas

kaki sendiri.

10. Perekayasaan dan teknologi industri

Program ini bertujuan agar pembangunan industri semakin

banyak ditentukan oleh kemampuan bangsa Indonesia dan agar

teknologi industri yang diterapkan sesuai dengan kepentingan

nasional. Dalam rangka usaha meningkatkan kemampuan nasional,

maka kemampuan Balai/Lembaga-lembaga Penelitian dan Pengem-

bangan Industri maupun kemampuan perekayasaan, baik milik Pe-

merintah maupun swasta akan ditingkatkan terutama untuk disa-

in produk, perekayasaan dan penyediaan perangkat lunak, untuk

membantu usaha-usaha industri baik industri besar, menengah

maupun kecil. Karena itu pengembangan teknologi industri dan

perekayasaan dalam negeri akan dibantu sepenuhnya untuk terca-

painya tingkat pengembangan atas dasar kekuatan dan kemampuan

industri. Di samping itu maka penemuan-penemuan teknologi

baru dalam negeri akan semakin didorong sedangkan kemampuan

penguasaan teknologi tradisional akan ditingkatkan untuk men-

cegah keusangan.

11. Standarisasi dan normalisasi produk industri

Untuk lebih meningkatkan penguasaan teknologi, perekaya-

saan dan unsur-unsur keteknikan lainnya, pada dasarnya, ke-

giatan dalam standarisasi ditujukan Pertama, menjamin mutu

dalam rangka perlindungan konsumen dan merangsang peningkatan

penggunaan hasil produksi dalam negeri secara keseluruhan.

Kedua, untuk menunjang pengembangan industri, sekaligus

menjamin peningkatan keterkaitan pada pelaksanaan usaha

91

standarisasi, terutama antara industri hulu dan industri hi-

lir yang sudah berkembang selama ini. Ketiga, tercapainya ra-

sionalisasi pengembangan industri dan terealisirnya usaha-

usaha dalam rangka program penanggalan (deletion programme).

Dalam rangka pengembangan standarisasi maka kegiatan pe-

nyusunan konsep standar dalam Repelita IV terutama ditujukan

untuk produk industri-industri antara, barang modal dan ba-

rang-barang yang menyangkut keselamatan dan kepentingan umum.

Untuk produk-produk yang mempunyai potensi ekspor, akan di-

kembangkan sistem sertifikasi mutu produk-produk industri un-

tuk memberikan jaminan mutu dengan mendapatkan kepercayaan

internasional.

Untuk berbagai jenis hasil produksi industri yang stan-

darnya disusun oleh pihak pemakai sedang penerapannya sangat

diperlukan dalam rangka menunjang pengembangan industri, maka

standarnya akan ditetapkan sebagai Standar Industri Indonesia

(SII).

Untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi usaha indus-

tri serta menjamin perlindungan industri secara wajar, maka

kegiatan penerapan standarisasi industri akan lebih diting-

katkan. Untuk ini diusahakan agar sistem penerapan standar

tersebut, termasuk untuk industri kecil dapat dikembangkan

secara mantap, disatu pihak untuk menjamin peningkatan mutu,

dan di lain pihak mendorong pengembangan industri. Lembaga-

lembaga penelitian dan pengembangan industri yang dapat men-

dukung terlaksananya kegiatan penerapan standar tersebut

perlu ditingkatkan kemampuannya, terutama untuk pengujian

mutu produk-produk penting, termasuk produk barang-barang

modal.

92

TABEL 11 - 2

PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,1984/85 - 1988/89

(dalam jutaan rupiah)

I N D U S T R I

1984/85 1984/85-1988/89No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran

Pembangunan)(Anggaran

Pembangunan)

02 SEKTOR INDUSTRI 650.062,0 4.281.925,2

02.1 Sub Sektor Industri- - - - - - - - - - - - - -

650.062,0 - - - - - - -

4.281.925,2 - - - - - -- - - -

02.1.01 Program Bimbingan Dan Penyuluhan Industri 24.600,0 157.440,6

02.1.02 Program Pengembangan Industri 625.462,0 4.124.484,6

93