onlysenja.files.wordpress.com€¦ · web viewdigital sebagai langkah untuk menghadapi pasar...
TRANSCRIPT
PERSEPSI AUDIENS TERHADAP IKLAN SOFT
SELLING DAN
HARD SELLING TOYOTA NEW YARIS DI YOUTUBE
Hendri Rizaldi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari 2 Yogyakarta 55281
(+62) 858 3637 4745
Email : [email protected]
Abstrak
Iklan digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan penjualan
kepada target sasarannya. Perubahan iklan dari tahun ke tahun menunjukkan
bahwa tren iklan selalu mengalami perkembangan. Penelitian ini menggunakan
Teori Perbedaan Individu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
persepsi audiens terhadap iklan soft selling dan hard selling Toyota New Yaris di
YouTube. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Adapun
dimensi pembentuk persepsi audiens adalah perhatian, penafsiran dan
pengetahuan. Temuan dari penelitian ini adalah responden memiliki persepsi yang
berbeda terhadap iklan Toyota. Persepsi responden yang bervariasi sesuai dengan
teori yang digunakan, yaitu teori perbedaan individu. Meskipun diberi perlakuan
yang sama namun setiap individu akan menanggapinya secara berbeda sehingga
muncul persepsi yang berbeda pula.
Kata Kunci: Iklam, soft-selling, Hard-selling, YouTube
Pengantar
Iklan digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan penjualan
kepada target sasarannya. Iklan dikemas semenarik mungkin agar target pasar
tertarik terhadap apa yang dipromosikan.
Kegiatan branding dalam perkembangan teknologi perlu melalui lebih dari satu
platform, termasuk platform digital yang paling sering diakses masyarakat
Indonesia contohnya adalah YouTube dan dewasa kini muncul trend beriklan
melalui YouTube. (Deliusno, 2015).
Seiring mengikutinya perkembangan jaman dan teknologi maka
berkembang pula pola dalam beriklan. Perubahan iklan dari masa ke masa
membuktikan bahwa iklan selalu berkembang. Gaya penyampaian iklan juga
semakin beragam. Secara umum strategi penyampaian ini dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu iklan hard selling dan soft selling.
Hard selling merupakan strategi untuk mempromosikan produk atau jasa
yang ditujukan untuk memengaruhi tindakan konsumen. Strategi ini menekankan
kepada pengambilan keputusan yang didasarkan atas rasional atau adanya
keuntungan tambahan yang diberikan suatu produk. Sedangkan soft selling
merupakan strategi berupa penyampaian pesan secara emosional. Soft selling
berupaya menciptakan respon yang didasarkan pada perilaku, mood, impian,
perasaan, dan daya tarik emosional. Strategi ini biasa digunakan dalam produk
atau jasa dengan biaya yang tinggi (high-involvement) seperti mobil, smartphone,
tour, dan sebagainya (Trisnanto, 2007).
Kelebihan iklan hard selling adalah bisa cepat membuat orang mengenali
produk/jasa apa yang ditawarkan. Sedangkan kelebihan iklan soft selling adalah
bisa membangun brand image di benak audiens serta membangun relasi jangka
panjang dengan mereka yang merasa ada keterkaitan dengan value dari
produk/jasa yang diiklankan.
Aplikas YouTube sebagai sebuah media mulai banyak diminati para
pemilik brand untuk melakukan promosi produknya, salah satunya adalah brand
Toyota. PT Toyota-Astra Motor (TAM) atau lebih dikenal dengan Toyota
merupakan perusahaan joint-venture antara PT Astra Internasional Tbk dan
Toyota Motor Corporation, Jepang. Toyota memiliki channel YouTube dengan
username Toyota Indonesia dan jumlah subscribers mencapai 273.879 akun.
(Priyanto, 2018).
Toyota Indonesia sudah banyak meraih penghargaan dari berbagai
kompetisi, diantaranya adalah WOW Brand Award, Gold Champion, Best Digital
Program of The Year pada 2018. Selain itu Toyota juga terus berusaha
mempertahankan eksistensinya sebagai market leader di pasar otomotif nasional.
Oleh karena itu Toyota memanfaatkan platform digital sebagai langkah untuk
menghadapi pasar otomotif dengan kompetitor yang semakin besar dalam
berinovasi. Untuk memudahkan pelanggan mengakses berbagai informasi tentang
produk dan layanan, Toyota memanfaatkan bebagai media sosial seperti
YouTube, website, Facebook, Twitter, dan Instagram.
Pada 23 Februari 2018 Toyota merilis iklan hard selling dengan judul
“New Yaris - Powered by Excitement”. Dalam iklan hard selling tersebut
ditampilkan secara langsung bagaimana penggunaan fitur dari Toyota New Yaris
seperti 7 SRS airbags, Vehicle Stability Control (VSC), dan Hill-Start Assist
Control (HSA). Iklan dengan durasi 30 detik tersebut telah ditonton sebanyak 1,7
juta kali.
Melihat peluang tersebut pada 13 Agustus 2018 brand Toyota kembali
meluncurkan iklan di YouTube. Iklan tersebut dikemas dalam bentuk web series
berjudul “Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode”. Dengan total 4 episode, web series
ini memiliki 4 juta views untuk episode pertamanya. Berbeda dari iklan
sebelumnya, kali ini Toyota menggunakan strategi soft selling.
Pemaduan konsep marketing mix menempatkan konsumen sebagai target
dan sekaligus pijakan awal dalam bentuk komunikasi pemasarannya. Web series
merupakan gebrakan baru dalam dunia periklanan, terkhusus di bidang otomotif.
Pada episode pertama, web series ini menampilkan pesan-pesan tersirat
yang berhubungan dengan produk Toyota New Yaris tersebut. Dari adegan dan
penggunaan properti menggambarkan bagaimana Toyota dekat dengan
keseharian. Cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari ini mampu membuat
penonton penasaran sehingga bertahan untuk menonton sampai durasi yang cukup
lama dan mendapat banyak views di YouTube. Melalui episode pertama ini,
Toyota berhasil meningkatkan penjualan.
Dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi audiens
terhadap iklan soft selling dan hard selling Toyota New Yaris di YouTube.
Pertama, bagaimana sebuah iklan dapat menyampaikan pesan mengenai fitur-fitur
keselamatan dalam produk Toyota yang dikemas dengan daya tarik rasional.
Kedua, bagaimana sebuah web series yang ditonton dengan cuma-cuma namun
ternyata mengandung pesan penjualan yang tersirat di dalamnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi audiens
terhadap iklan soft selling dan hard selling Toyota New Yaris melalui platform
YouTube. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
baru mengenai perkembangan strategi periklanan bagi pembaca, peneliti lain,
maupun agensi iklan dan produsen. Secara praktis, hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan wacana bagi produsen, agensi iklan, dan
konsumen. Produsen dan agensi iklan dapat menjadikan hasil penelitian ini
sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan iklan. Sedangkan konsumen
mendapatkan pengetahuan tambahan mengenai iklan produk melalui penelitian
ini.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan tinjauan tentang
penelitian terdahulu dengan tujuan untuk mendapat rujukan pendukung,
pembanding, pelengkap, dan memberi gambaran awal mengenai penelitian.
Penelitian pertama berjudul “Perbandingan Persepsi Khalayak Antara Iklan yang
Mengandung Humor dan Tidak Mengandung Humor (Ira Yuni Mirandha dan Adi
Bayu Mahadian, Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat Universitas Telkom)”.
Hasil penelitiannya menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat persepsi audiens
yang signifikan antara 2 iklan yang diteliti.
Penelitian kedua berjudul “Kajian Pemaknaan Bahasa Tubuh dan Persepsi
Audiens Terhadap Iklan Garuda Indonesia Versi “Hands” (Rizky Indah Sari, Ira
Wirasari, dan Ilhamsyah, Jurnal Penelitian Komunikasi Universitas Telkom)”.
Hasil penelitiannya menunjukkan Garuda Indonesia berhasil menampilkan citra
brand yang baik, menarik perhatian audiens, serta audiens berhasil memahami
makna pesan yang terdapat pada iklan.
Penelitian ketiga berjudul “Persepsi Masyarakat Mengenai Pesan dalam
Iklan (Amar Abdul Azis Asyari, Jurnal Universitas Komputer Indonesia)”. Hasil
penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap iklan secara keseluruhan
adalah persepsi positif.
Penelitian ini akan menggunakan Teori Perbedaan Individu. Teori
perbedaan individu menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu
sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa, sehingga menimbulkan efek
tertentu. Menurut teori ini, individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran
media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama jika
berkaitan dengan kepentingannya konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan
kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap
pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologis. Jadi efek media massa pada
khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara
individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini memiliki beberapa
keunggulan dan kebaruan, diantaranya dalam penelitian ini penulis berusaha
mengambil subjek secara relevan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian itu
sendiri. Selain itu, penulis memakai seluruh anggota populasi sebagai subjek
penelitian. Dengan menggunakan Teori kontemporer yaitu Teori Perbedaan
Individu, penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Objek dari
penelitian yang akan dilakukan penulis mengandung unsur kebaruan (novelty).
Penelitian ini juga menguji hipotesis bagaimana persepsi audiens terhadap iklan
yang berjenis hard sell dan soft sell yang mana hal ini belum pernah ada peneliti
yang melakukannya.
Metode Peneletian
Dalam penelitian ini peniliti menggunakan metode penelitian eksperimen.
Metode ini merupakan bagian dari metode kuantitatif. Dalam hal ini, peneliti
memberikan treatment dengan cara memperlihatkan video iklan hard sell dan soft
sell dari Toyota New Yaris (Sugiyono, 2008).
Penelitian ini menggunakan eksperimen model One-Shot Case Study.
Dalam model ini, suatu kelompok akan diberikan treatment/perlakuan dan
selanjutnya diobservasi hasilnya. Treatment sebagai variabel independen, dan
hasil sebagai variabel dependen. Objek yang diamati adalah persepsi audiens
terhadap iklan hard selling dan soft selling dari produk Toyota New Yaris. Dalam
hal ini, subjek penelitiannya adalah 30 mahasiswa Konsentrasi Periklanan Jurusan
Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
angkatan 2015, yang mana penelitian ini juga akan dilakukan di Kampus II
Babarsari UPN “Veteran” Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan Skala Likert sebagai skala pengukuran. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan
(Sugiyono, 2008).
Penelitian ini menggunakan instrumen utama berupa observasi dan
kuesioner yang dibagikan kepada subjek penelitian. Kuesioner ini berupa
pernyataan yang sudah disediakan alternatif jawabannya. Jawaban yang peneliti
gunakan dalam kuesioner yaitu Sangat Setuju (SS) dengan skor 5, Setuju (S)
dengan skor 4, Kurang Setuju (KS) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan skor
2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1.
Peneliti menggunakan analisis deskriptif presentase untuk menjabarkan
hasil dari kuesioner yang berupa angka-angka menjadi kalimat. Dalam analisis
deskriptif ini perhitungan yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2008).
Variabel penelitian ini yaitu perhatian, penafsiran, dan pengetahuan.
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi lebih
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Penafsiran
merupakan kegiatan untuk mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti
bagi individu (Rakhmat, 2004). Pengetahuan terjadi bila ada perubahan pada apa
yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Kognitif terjadi pada diri
komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya (Notoatmodjo, 2003).
Hasil dan Pembahasan
Sesuai dengan uraian pada bab sebelumnya, penelitian ini akan berfokus
pada 2 jenis iklan dari Toyota yang dirilis melalui YouTube channelnya. Toyota
memiliki channel YouTube dengan username Toyota Indonesia dan jumlah
subscribers mencapai 273.879 akun. Pada Februari 2018 channel tersebut
mendapat penghargaan Silver Play Button dari Google Indonesia karena memiliki
subscribers lebih dari 100.000. Kedua iklan tersebut memiliki kesamaan dalam
produk yang diiklankan, yaitu mobil Toyota New Yaris yang dirilis pada 20
Februari 2018 lalu.
Iklan pertama berjenis hard selling. Hard selling merupakan strategi untuk
mempromosikan produk atau jasa yang ditujukan untuk memengaruhi tindakan
konsumen. Strategi ini menekankan kepada pengambilan keputusan yang
didasarkan atas rasional atau adanya keuntungan tambahan yang diberikan suatu
produk. Pada 23 Februari 2018 Toyota merilis iklan hard selling dengan judul
“New Yaris - Powered by Excitement”. Iklan ini menggambarkan tentang fitur
keselamatan dari mobil tersebut. Dalam iklan tersebut ditampilkan secara
langsung bagaimana penggunaan fitur dari Toyota New Yaris seperti 7 SRS
airbags, Vehicle Stability Control (VSC), dan Hill-Start Assist Control (HSA).
Iklan dengan durasi 30 detik tersebut telah ditonton sebanyak 1,7 juta kali.
Gambar: Tampilan Iklan Hard Selling
Iklan hard selling di atas memiliki latar waktu malam hari di sebuah
perkotaan dengan suasana yang semarak. Selain itu, iklan ini juga menggunakan
backsound dan sound effect bernuansa modern dan futuristik. Untuk pemerannya,
iklan ini menggunakan warga mancanegara. Namun pada iklan ini pemeran hanya
muncul sekilas dan lebih menyorot pada car shoot.
Iklan kedua yang akan diteliti adalah iklan berjenis soft selling. Strategi ini
berupa penyampaian pesan secara emosional. Soft selling berupaya menciptakan
respon yang didasarkan pada perilaku, mood, impian, perasaan, dan daya Tarik
emosional. Strategi ini biasa digunakan dalam produk atau jasa dengan biaya yang
tinggi (high-involvement) seperti mobil, smartphone, tour, dan sebagainya. Pada
13 Agustus 2018 brand Toyota meluncurkan iklan di YouTube yang dikemas
dalam bentuk web series berjudul “Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode”. Dengan
total 4 episode, web series ini memiliki 4 juta views untuk episode pertamanya.
Gambar: Tampilan Iklan Soft Selling
Berbeda dengan iklan sebelumnya, iklan versi soft selling berlatar waktu
siang dan malam hari di Kabupaten Batang dan mengandung berbagai macam
suasana seperti menegangkan, menyedihkan, serta mengharukan. Iklan ini
menggunakan backsound berupa lagu sendu yang dinyanyikan oleh pemusik
Indonesia yaitu Kunto Aji dan Adhitia Sofyan. Kemudian untuk pemeran utama,
iklan ini menampilkan Dion Wiyoko dan Sheila Dara. Keduanya merupakan
selebritis yang cukup terkenal di Indonesia serta sering membintangi berbagai ftv,
iklan, dan film layar lebar.
Web series ini menceritakan tentang Satrio (Dion Wiyoko) dan Ayu
(Sheila Dara) yang merupakan pasangan kekasih selama 8 tahun. Saat
mempersiapkan pernikahan tiba-tiba Satrio ingin memutuskan hubungannya
dengan Ayu dengan alasan tidak cinta sejak awal. Satrio pun ingin memberitahu
kepada orang tua Ayu bahwa mereka sudah putus dan agar membatalkan
pernikahan. Namun hal sebaliknya terjadi saat Satrio bertemu ayah Ayu yang
sedang sakit dan berharap agar Satrio dan Ayu segera menikah sebelum beliau
meninggal.
Penelitian ini berusaha mengetahui bagaimana persepsi audiens terhadap
kedua iklan. Persepsi tersebut dilihat dari 3 faktor yang memengaruhinya, yaitu:
perhatian, penafsiran, dan pengetahuan.
Adapun responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Konsentrasi
Periklanan, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta angkatan 2015 sejumlah 30 mahasiwa. Responden tersebut
terdiri dari 13 responden laki-laki dan 17 responden perempuan.
Tabel Durasi Penggunaan YouTube Responden.
Frequency Valid Percent Cumulative Percent
<30 menit 3 10.0 10.0
30 – 45 menit 4 13.3 23.3
45 – 1 jam 8 26.7 50.0
>1 jam 15 50.0 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Dilihat dari durasi penggunaan, sebanyak 15 responden (50%) mengakses
YouTube lebih dari 1 jam dalam sehari. Persentase terbesar kedua pada
penggunaan selama 45 menit-1 jam dalam sehari yaitu sebanyak 8 responden
(26,7%). Kemudian disusul penggunaan selama 30-45 menit sebanyak 4
responden (13,3%) dan kurang dari 30 menit sebanyak 3 responden (10%).
Menurut penelitian, rata-rata orang Indonesia menggunakan YouTube
selama 42,4 menit dalam sehari. Maka dapat dikatakan bahwa lebih dari 75%
responden memiliki durasi penggunaan YouTube di atas rata-rata orang Indonesia
pada umumnya. Ini membuktikan bahwa mereka adalah pengguna YouTube yang
aktif.
Berdasarkan riset YouTube dan Kantar terhadap pengguna YouTube di
Indonesia ada beberapa hal yang mendasari keaktifan responden dalam
menggunakan YouTube. Pertama, YouTube memiliki peran menggantikan
televisi. Menurut riset, 92% pengguna di Indonesia menyatakan YouTube adalah
tujuan pertama mereka ketika mencari konten video. Selain itu, pengguna di
Indonesia juga menggunakan YouTube untuk menonton konten yang tidak sempat
mereka tonton secara langsung ketika disiarkan televisi.
Alasan kedua, kini YouTube makin populer di masyarakat rural. Hal ini
didasari karena infrastruktur penyediaan internet yang semakin baik. Kemudian
harga sarana mengakses internet seperti paket data yang semakin terjangkau, serta
konten yang semakin relevan dengan minat warganet rural.
Alasan selanjutnya adalah kreator dan brand Indonesia makin produktif.
Jumlah kreator Indonesia yang memperoleh Gold Play Button menunjukkan
peningkatan warga Indonesia yang menggunakan YouTube. Selain para kreator,
brand di Indonesia juga memanfaatkan YouTube untuk beriklan. Pemilik brand
mulai menyadari potensi YouTube untuk menarik konsumen lewat penyampaian
iklan yang kreatif (Praditya, 2018).
Tabel Lama Penggunaan YouTube Responden.
Frequency Valid Percent Cumulative Percent
1–3 Tahun 1 3.3 3.3
3-6 Tahun 9 30.0 33.3
6-9 Tahun 18 60.0 93.3
>9 Tahun 2 6.7 100.0
Total 30 100.0
Sumber: Data diolah oleh peneliti dengan (SPSS) 22.0 for windows (2019)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden menggunakan
YouTube sejak 6-9 tahun lalu dengan persentase sebesar 60%, kemudian 3-6
tahun dengan persentase 30%, lebih dari 9 tahun sebanyak 6,7%, dan 1-3 tahun
sebanyak 3,3%.
Dari data di atas dapat dikatakan bahwa kebanyakan responden sudah
menggunakan YouTube selama 6-9 tahun. Jika dihitung, maka 6-9 tahun lalu
adalah masa ketika responden memasuki usia anak Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan pada saat itu warnet (warung internet) sedang marak berkembang.
Selain itu, responden sedang memasuki usia remaja awal, dimana sedang gemar
mencoba hal baru. Maka dapat dikatakan wajar apabila responden telah
menggunakan YouTube sejak 6-9 tahun lalu.
Setelah dilakukan penelitian mendalam. Adapun hasil dari penelitian yang
berjudul Persepsi Audiens Terhadap Iklan Soft Selling dan Hard Selling Toyota
New Yaris di YouTube adalah tidak terdapat perbedaan persepsi audiens terhadap
kedua iklan. Iklan hard selling dan soft selling tersebut sama-sama dipersepsi
secara positif.
Pada pembahasan ini, iklan termasuk dalam bagian komunikasi massa
dimana pesan-pesan dikomunikasikan menggunakan media massa kepada
sejumlah besar orang. Kedua iklan yang diamati tersebut dipublikasikan melalui
akun YouTube Toyota. Dari penyampaian pesan tersebut diharapkan iklan dapat
memenuhi fungsinya untuk membangkitkan keinginan khalayak terhadap produk,
memberikan informasi, serta mengingatkan audiens terhadap produk yang
diiklankan.
Agar pesan dapat sampai kepada audiens, mereka harus mempersepsi
pesan tersebut. Persepsi sebagai inti dari komunikasi dan penafsiran sebagai inti
dari persepsi. Persepsi disebut sebagai inti dari komunikasi karena jika persepsi
tidak akurat maka komunikasi tidak akan berjalan secara efektif. Persepsi dalam
penelitian ini dilihat dari 3 dimensi pembentuknya yaitu perhatian, penafsiran,
serta pengetahuan.
Jika dikaitkan dengan teori maka masing-masing individu memiliki
karakteristik yang berbeda yang kemudian akan memengaruhi perilaku mereka
dalam menanggapi sesuatu. Perbedaan itu disebabkan karena perbedaan
lingkungan maupun pengalaman sehingga menghasilkan perbedaan pandangan
dalam menghadapi sesuatu. Setiap orang dengan sendirinya akan memiliki
persepsi yang berbeda sehubungan dengan kepribadiannya.
Dari segi pembuat pesan (dalam hal ini pengiklan), mereka harus membuat
iklan yang sesuai dengan segmentasi produk yang diiklankan. Toyota New Yaris
merupakan produk keluaran Toyota pada 20 Februari 2018 yang memilih generasi
muda sebagai target marketnya. Agar pesan penjualan dapat diterima dengan baik
oleh sasaran, Toyota beriklan dengan gaya hard selling dan soft selling. Kedua
iklan tersebut setelah diteliti ternyata sama-sama dipersepsi positif oleh
responden.
Pertama, karena menyasar anak muda, kedua iklan menggunakan talent
yang juga termasuk generasi muda. Pada iklan hard selling Toyota menggunakan
warga mancanegara, sedang pada iklan soft selling menggunakan selebritis
Indonesia yang sudah terkenal.
Kedua, Toyota memilih warna citrus sebagai warna ikon produk. Warna
tersebut mencerminkan generasi muda yang aktif dan dinamis. Selain itu warna
citrus juga dipilih karena jarang ada mobil dengan warna sangat mencolok
sehingga akan digemari oleh anak muda yang ingin tampil beda. Kini, warna
tersebut juga menjadi warna yang sedang digandrungi oleh generasi milenial. Tak
heran, permintaan konsumen terhadap Toyota New Yaris dengan warna Citrus
lebih tinggi dari warna lain.
Ketiga, Toyota beriklan melalui YouTube. Pemilihan media iklan ini
sangat efektif mengingat sasaran dari iklan adalah generasi muda. Sebagai
pengguna aktif internet, iklan akan lebih cepat sampai kepada target marketing
menggunakan media YouTube daripada media lain.
Kedua iklan yang dirilis melalui akun YouTube Toyota tersebut tidak jauh
berbeda, hanya gaya penyampaiannya saja yang berbeda. Iklan hard selling
bertujuan untuk meningkatkan penjualan. Iklan berdurasi 30 detik tersebut
menyampaikan fitur keselamatan Toyota New Yaris secara langsung disertai
peragaan dan tulisan.
Sementara itu, iklan soft selling bertujuan untuk membangun citra merek.
Iklan ini dibalut dalam web series yang terdiri dari 4 episode. Dalam iklannya,
fitur keselamatan produk tidak disampaikan secara langsung. Pengemasan iklan
ini cenderung kepada pendekatan emosional sehingga audiens akan larut dalam
ceritanya dan tidak menyadari bahwa sedang menonton iklan.
Perhitungan menunjukkan bahwa iklan hard selling dipersepsi oleh
audiens sebesar 73% sedangkan iklan soft selling sebesar 75%. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua iklan menarik untuk ditonton. Selain karena
menambah informasi baru, audiens juga tertarik dengan kedua iklan karena
setting, alur, pemeran, dan unsur pendukung lainnya.
Hasil secara umum menunjukkan tidak adanya perbedaan persepsi audiens
terhadap kedua iklan. Meskipun responden memiliki jawaban yang berbeda pada
setiap pertanyaan yang diajukan, namun hasil akhir persepsi memperlihatkan hasil
yang tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena kedua iklan memiliki
keunggulan di poin-poin tertentu yang kemudian menghasilkan perhitungan akhir
yang tidak jauh berbeda.
Dimensi pembentuk persepsi yang pertama adalah perhatian. Perhatian
terjadi ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi lebih menonjol dalam kesadaran
pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian audiens diukur dari faktor penarik
perhatiannya, baik faktor eksternal maupun internal. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa iklan soft selling lebih menarik perhatian daripada iklan
hard selling. Persentase keduanya memiliki selisih 10%.
Pada dimensi pertama ini iklan hard selling unggul dalam poin
penggunaan produk dengan warna mencolok. Pemilihan warna yang kemudian
dipadukan dengan latar waktu malam hari membuat produk sangat kontras dengan
latar tersebut sehingga menarik perhatian audiens. Kemudian, pada dimensi ini
iklan soft selling unggul dalam beberapa poin yang membuat iklan ini dinilai lebih
menarik perhatian daripada iklan hard selling. Keunggulan tersebut ada pada poin
informasi baru, talent, setting, alur, sound effect dan backsound, sinematografi,
serta sentuhan emosional yang ada pada iklan tersebut.
Dimensi kedua adalah penafsiran. Penafsiran merupakan kegiatan untuk
mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi individu. Penafsiran
dilihat melalui dua dimensi, yaitu sistem nilai dan pengalaman masa lalu. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa iklan hard selling lebih unggul sebanyak 3%
dari iklan soft selling.
Pada dimensi ini iklan soft selling unggul dalam 2 poin yaitu gaya iklan
yang sesuai segmentasi dan iklan mengandung estetika. Selain kedua poin
tersebut, iklan hard selling lebih unggul. Poin yang dimaksud adalah citrus
sebagai warna ikon produk, nilai guna produk, serta kecocokan produk untuk
segmentasinya.
Kemudian dimensi ketiga adalah pengetahuan. Pengetahuan terjadi bila
ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak.
Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan audiens setelah melihat iklan,
peneliti membaginya dalam 6 indikator yang merupakan tingkatan pengetahuan.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa iklan hard selling lebih unggul sebanyak
3% dari iklan soft selling.
Pada dimensi ketiga ini iklan hard selling unggul dalam semua poin
kecuali pada pernyataan bahwa produk memang ditujukan untuk generasi
milenial. Selain poin itu, iklan hard selling lebih unggul. Hal ini terjadi karena
memang pada dasarnya iklan hard selling memiliki daya tarik positif/rasional. Isi
pesan iklan tersebut menekankan pada fakta, belajar, dan persuasi logis. Daya
tarik ini cenderung bersifat informatif dan umumnya pengiklan menggunakan
daya Tarik ini untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang diiklankan
mempunyai manfaat khusus yang memuaskan konsumen.
Keseluruhan rangkaian pembentukan persepsi di atas sesuai dengan teori
yang digunakan dan relevan dalam penelitian ini yaitu teori perbedaan individu.
Persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Setiap individu memiliki tingkat perhatian,
kepentingan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berbeda. Hal tersebut akan
membuat individu memiliki selektivitas yang berbeda pula terhadap komunikasi
massa. Dengan kata lain, pengaruh media terhadap individu akan berbeda satu
sama lain.
Dalam hal ini responden diberikan stimulus yang sama, yaitu iklan hard
selling dan soft selling dari Toyota New Yaris. Kemudian setelah diukur
menggunakan tiga dimensi pembentuk persepsi, didapat jawaban yang sangat
bervariasi dari responden. Karena memiliki perbedaan secara psikologis, maka
persepsi setiap responden terhadap kedua iklan juga berbeda.
Meskipun jawaban yang diberikan oleh responden tidak sama, hasil akhir
menunjukkan bahwa kedua iklan dipersepsi secara positif. Hal ini dapat terjadi
karena masing-masing individu
memiliki pandangan yang berbeda sehingga memberikan penilaian yang
berbeda pula pada setiap poinnya. Mereka akan memberikan angka yang tinggi
pada poin yang disetujui, begitu pula sebaliknya.
Hasil yang berbeda tersebut kemudian diolah dan didapat kesimpulan
bahwa kedua iklan sama-sama dipersepsi secara positif. Ini berarti Toyota sebagai
pengiklan sudah beriklan dengan dengan baik. Dalam hal ini Toyota
memerhatikan keunggulan dari masing-masing iklan dan kemudian menggunakan
keduanya. Selain itu, tujuan Toyota untuk meningkatkan penjualan dan
membangun citra merek dapat tercapai melalui kedua iklan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai persepsi
audiens terhadap iklan hard selling dan soft selling Toyota New Yaris, maka
didapat simpulan bahwa responden memiliki persepsi atau pandangan yang
berbeda terhadap kedua jenis iklan. Jawaban responden yang bervariasi sesuai
dengan teori yang digunakan, yaitu teori perbedaan individu. Meskipun diberi
perlakuan yang sama namun setiap individu akan menanggapinya secara berbeda
sehingga muncul persepsi yang berbeda pula.
Adapun persepsi audiens yang muncul terhadap iklan hard selling dan
iklan soft selling merupakan persepsi positif. Persepsi tersebut dilihat dari tiga
dimensi pembentuk persepsi yaitu perhatian, penafsiran, serta pengetahuan.
Dalam aspek perhatian, iklan soft selling memiliki nilai persepsi positif lebih
besar daripada iklan hard selling. Ini berarti iklan soft selling dinilai lebih menarik
oleh responden. Dalam aspek penafsiran dan pengetahuan, iklan hard selling
memiliki nilai persepsi positif lebih besar daripada iklan soft selling. Ini
menunjukkan iklan hard selling dinilai lebih memiliki nilai-nilai serta
pengetahuan yang kemudian dapat diterima dengan baik oleh responden.
Persepsi negatif ataupun netral pada indikator tertentu menunjukkan iklan
tersebut masih kurang dalam hal penyampaian pesannya. Kemudian jawaban
responden yang masih ragu-ragu menunjukkan bahwa pembuat iklan kurang bisa
meyakinkan audiens terhadap isi pesan iklan. Hal ini menunjukkan kurangnya
informasi dapat menimbulkan persepsi yang salah dan kelengkapan informasi
akan membantu penerima informasi untuk memiliki persepsi yang lebih cermat.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kedua iklan sama-sama dipersepsi
positif. Iklan hard selling memiliki persepsi sebesar 73% sedangkan iklan soft
selling memiliki persepsi sebesar 75%. Selisih sebesar 2% tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi audiens yang signifikan dalam penelitian
ini.
Perpaduan antara iklan hard selling dan soft selling akan memudahkan
pengiklan dalam mencapai tujuannya untuk meningkatkan penjualan produk serta
membangun citra merek. Ini terjadi karena setiap jenis iklan memiliki keunggulan
dan kelemahan masing-masing.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar menambah dan memperluas
subjek penelitian sehingga diperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan
tujuannya. Selain itu agar melakukan penelitian dengan membandingkan jenis
iklan lain yang belum pernah diteliti sebelumnya.
Daftar Pustaka
Asyari, A. A. A. (2016). Persepsi Masyarakat Mengenai Pesan dalam Iklan.
Jurnal Universitas Komputer Indonesia.
Deliusno. (2015). 10 Video Iklan Terpopuler 2014. Retrieved from
https://tekno.kompas.com/read/2015/01/17/19270017/10.Video.Iklan.Terpo
puler.2014
Miranda, I. Y., & Mahadian, A. B. (2017). Perbandingan Persepsi Khalayak
Antara Iklan yang Mengandung Humor dan Tidak Mengandung Humor.
Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat Universitas Telkom Vol. 1, No. 2
Edisi Februari 2017.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Praditya, D. (2018). 3 Fakta Menarik dari Riset Google tentang Perkembangan
YouTube di Indonesia. Retrieved from
https://id.techinasia.com/faktaperkembangan-%0Ayoutube-di-indonesia
Priyanto, W. (2018). Toyota Dinobatkan Sebagai Merek Tepopuler di Indonesia.
Retrieved from https://www.gooto.com/read/1068424/toyotadinobatkan-
%0Asebagai-merek-terpopuler-di-indonesia
Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sari, R. I., Wirasari, I., & Ilhamsyah. (2017). Kajian Pemaknaan Bahasa Tubuh
dan Persepsi Audiens Terhadap Iklan Garuda Indonesia Versi “Hands.”
Jurnal Penelitian Komunikasi Univesitas Telkom Vol. 4, No. 2 Edisi Agustus
2017.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Trisnanto, A. (2007). Cerdas Beriklan. Yogyakarta: Galangpress.