thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t35609.doc · web viewdalam menghitung biaya satuan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST PADA TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Windi Pertiwi 1, Firman Pribadi2, Triyani Marwati 2
1Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Departemen
Manajemen, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Intisari
Latar belakang : Pembayaran klaim Jamkesmas kepada rumah sakit berdasarkan pada paket INA CBGs, maka rumah sakit sebagai pelayan pasien Jamkesmas perlu mengadakan efisiensi di dalam pengelolaan pelayanan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan nya analisa biaya terhadap pelayanan tindakan Fakoemulsifikasi sehingga rumah sakit tidak mendapatkan kerugian.
Metode penelitian : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang melakukan perhitungan biaya satuan (unit cost) tindakan Fakoemulsifikasi pada INA CBGs dengan metode Activity Based Costing (ABC) sehingga dapat terjadi perbandingan biaya berdasarkan metode ABC dengan klaim INA CBG’s. Hasil : Berdasarkan perhitungan didapatkan biaya satuan tindakan Fakoemulsifikasi dengan metode activity based costing dalam CBG’s adalah Rp. 3.152.637. Dengan selisih antara biaya satuan Fakoemulsifikasi dalam CBG’s dan tarif INA CBG’s Fakoemulsifikasi adalah Rp. 413.155.
Kesimpulan : Terdapat selisih negatif antara perhitungan biaya satuan tindakan Fakoemulsifikasi dengan metode ABC dengan klaim INA CBG’s. Sehingga perlu dilakukan efisiensi oleh rumah sakit.
Kata kunci : Fakoemulsifikasi, Unit Cost, Activity Based Costing
1
CALCULATION OF UNIT COST ANALYSIS IN PHACOEMULSIFICATION SERVICE WITH ACTIVITY BASED
COSTING METHOD AT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HOSPITAL
Windi Pertiwi 1, Firman Pribadi2, Triyani Marwati 2
1Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Departemen
Manajemen, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract
Background : Payment of claims Jamkesmas to the hospital based on INA CBGs package, then the hospital as a patient care provider of Jamkesmas should conduct efficiency in the management of these services. It is necessary for its analysis of the cost of the service Phacoemulsification services so that hospitals do not get a loss.
Methods : This study is a qualitative study that calculate the unit cost (unit cost) Phacoemulsification in INA CBGs services using Activity Based Costing (ABC) that can occur based on the ABC method of cost comparison with INA CBG's claim.
Result : Based on the calculation, the unit cost of service Phacoemulsification with activity-based costing method in CBG's is Rp. 3.152.637. With the difference between the cost of the unit Phacoemulsification in CBG's and INA rates CBG's Phacoemulsification is Rp. 413.155.
Conclusions : There is a negative difference between the unit cost of service calculation Phacoemulsification with the ABC method with INA CBG's claim. So that needs to do efficiency of the hospital.
Key Word : Phacoemulsification, INA CBG's, Activity Based Costing.
2
PENDAHULUAN
Berdasarkan1 Kementrian Kesehatan telah melaksanakan penjaminan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu melalui
program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jamkesmas merupakan
bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan rakyat tidak
mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah dan dilaksanakan sejak tahun
2008.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 989/Menkes/SK/IX/2007
tentang pemberlakuan INA DRGs (Indonesia Diagnosis Related Groups) bagi
peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) mulai 1 juli
2008, maka standar baku tarif pelayanan kesehatan di rumah sakit besarnya
ditentukan berdasarkan klasifikasi jenis penyakit dan prosedur tindakan
pelayanan di rumah sakit sesuai dengan tipe rumah sakit dan kelas perawatan2.
Pada aspek pelayanan, pada Tahun 2011 diperkenalkan paket INA
CBGs. Penerapan cara pembayaran paket berbasis paket casemix dengan
sistem Indonesia Cased Based Group (INA CBGs) dalam program Jamkesmas
menuntut pemberi pelayanan kesehatan untuk menggunakan sumber daya
termasuk obat secara efisien dan rasional tetapi efektif. Untuk mencapai
kepuasan pasien yang baik dan efisiensi dalam hal biaya maka diperlukan
adanya prosedur tetap yang telah dibuat oleh rumah sakit dalam bentuk clinical
pathway3.
Dalam menghitung biaya satuan yang terjadi dalam layanan rumah
sakit, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pada tahun 1800-an dan awal
1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas
yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional.
Sistem akuntansi ini disebut Activit Based Costing. Definisi metode Activity
Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama
kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk4.
Tarif paket INA CBGs yang diterapkan juga termasuk dalam tarif untuk
tindakan Fakoemulsifikasi sebagai kasus operasi terbanyak di bagian bidang
3
ilmu penyakit mata yang ditangani oleh rumah sakit. Pada tahun 2012 ada
sebanyak 44 pasien katarak yang menjalani rawat inap di RS PKU
Muhammadiyah dan mendapatkan operasi katarak, 16 diantaranya adalah
pasien jamkesmas yang menjalani operasi katarak dengan teknik
Fakoemulsifikasi. Dengan adanya tarif yang telah diterapkan maka rumah sakit
perlu melakukan penyesuaian dengan tarif tersebut. Untuk itu perlu dilakukan
nya analisa biaya terhadap pelayanan tindakan Fakoemulsifikasi sehingga
rumah sakit tidak mendapatkan kerugian. Dari latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa biaya satuan tindakan Fakoemulsifikasi dengan metode activity
based costing dalam CBG’s ?
2. Berapa selisish antara biaya satuan Fakoemulsifikasi dalam CBG’s dan
tarif INA CBG’s Fakoemulsifikasi?
BAHAN DAN CARA
Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan melakukan studi kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Perhitungan unit cost dilakukan dengan menggunakan Metode Activity Based
Costing (ABC).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013 di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Subyek dan Obyek Penelitian
Pada penelitian ini subjek penelitian nya adalah Kepala Bagian Keuangan,
Dokter Spesialis Mata, Kepala Ruang Instalasi Bedah Sentral, petugas
administrasi seperti petugas pendaftaran, rekam medis, bagian mutu, bagian
pemasaran dan kesekertariatan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Sementara itu untuk objek penelitian nya adalah aktivitas yang dilakukan untuk
menghasilkan produk layanan jasa di pelayanan Fakoemulsifikasi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Aktivitas yang dimaksud adalah semua aktivitas
4
yang terjadi pada tindakan Fakoemulsifikasi baik langsung maupun penunjang
yang mendukung aktivitas tindakanFakoemulsifikasi.
Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah biaya satuan akomodasi
yang terjadi pada pasien yang mendapatkan tindakan Fakoemulsifikasi dan
aktivitas di unit rawat jalan Mata, Rawat Inap Arafah, Instalasi Bedah Sentral,
Gizi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Bagian Keuangan dan kasir.
Instrumen Penelitian
1. Pedoman dokumentasi yaitu prosedur yang terkait dengan pelayanan
Fakoemilsifikasi yang dimiliki RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Pedoman wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara
bertanya langsung atau berkomunikasi langsung dengan responden untuk
memperoleh informasi mengenai isu yang diteliti.
3. Panduan observasi menggunakan checklist dalam clinical pathway berupa
pengamatan secara langsung pada objek penelitian, yaitu aktivitas yang
dilakukan selama pasien di rawat.
4. Stopwatch adalah alat pengukur waktu yang digunakan untuk mengukur
lamanya waktu setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari pasien mendaftar
di pendaftaran sampai pasien keluar dari rumah sakit.
Analisis Data
Penelitian ini mengumpulkan data primer dan data sekunder. Dari hasil
pengumpulan data primer dan sekunder di atas, langkah selanjutnya adalah
pengolahan data biaya langsung dan tidak langsung pada tindakan
Fakoemulsifikasi yang merupakan alokasi biaya dari unit-unit (pelayanan,
penunjang dan non medis). Daa yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
metode activity based costing, hasil analisis kemudian dideskripsikan menjadi :
5
1. Menentukan activity centers pada unit yang terkait.
2. Menentukan kategori biaya dan cost driver masing masing kategori biaya
3. Membebankan biaya langsung yang dikonsumsi pada tindakan tindakan
Fakoemulsifikasi.
4. Menetukan besarnya biaya direct resource overhead dan indirect resource
overhead dan total overhead yang dikonsumsi masing-masing aktivitas
dengan menggunakan proposi waktu pada unit terkait yaitu rawat jalan
Mata, Instalasi Bedah Sentral, rawat inap Bangsal Arofah
5. Menentukan activity centers terait tindakan Fakoemulsifikasi yang terdapat
pada Clinial Pathways.
6. Membebankan biaya overhead kedalam masing masing activity centers
dalam clinical pathway.
7. Menjumlahkan biaya langsung dan overhead yang terdapat dalam clinical
pathway.
8. Membandingkan biaya CBG menggunakan penghitungan ABC dengan
Biaya INA CBGs yang ditetapkan olah pemerintah Menentukan kategori
biaya pasien pada template clinical pathway yaitu kelompok biaya yang
menimbulkan biaya pelayanan Fakoemulsifikasi.
HASIL
Gambaran Subyek Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Keuangan dan
Kepala Bagian Unit Poliklinik Penyakit Mata di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Masing-masing subyek penelitian diberi kesempatan
untuk mengemukakan pendapat. Pelayanan operasi katarak yang diberikan oleh
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada pasien dilakukan dengan metode
Fakoemulsifikasi. Mengenai sistem perhitungan yang diterapkan di rumah sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarya untuk pelayanan Fakoemulsifikasi adalah
dengan metode konvensional yakni berdasarkan bahan habis pakai dan dari biaya
tenaga kerjanya.
Penyajian Data Tindakan Fakoemulsifikasi
6
Proses penghitungan biaya satuan (unit cost) untuk tindakan
Fakoemulsifikasi pada program Jamkesmas di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan metode activity based costing adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan activity centers pada unit yang terkait.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan maka untuk
pelayanan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta maka activity
center yang ada di bagian rawat jalan, rawat inap dan instalasi bedah sentral
dapat dilihat pada tabel 10., tabel 11. dan Tabel 12.
2. Membebankan biaya langsung yang dikonsumsi pada tindakan
Fakoemulsifikasi
Tabel 1. Biaya Langsung Tindakan Fakoemulsifikasi.
Kategori biaya BiayaPendaftaran 12.500Pemeriksaan Dokter Spesialis Mata 22.500Pemeriksaan Biometri 150.000Pemeriksaan gula darah sewaktu 14.400Pemeriksaan Hbs Ag 40.000Gizi 22.500Materai 6.000Laundry 41.500Visite Dokter Spesialis Mata 1 35.000Visite Dokter Spesialis Mata 2 35.000Kasa lipat 5cm X 13 cm X 12 ply 2O Pcs 17.025Handscoend ST 6,5 Gamex 1 Pcs 13.950Handscoend ST 7 Gamex 1 Pcs 13.950Spuit Inj 1 cc 80IU Terumo 2 Pcs 8.250Spuit terumo 5cc 1 Pcs 3.300Cendo Pantocain 0,5%# 0.5 Boyol 6.300Aquadest Opls 25 cc, 2 4.125IOL Simflex1 Pcs 77.400Cendo Xitrol 21.325Cendo Floxa 22.500Cendo Noncort 32.500Tripan blue 38.500Miostat injection 38.500Micro knife 15’ 118.000
7
Ciprofloxacin 500 mg tab, 10 2.700Metilprednisolone 4 mg, 10 4.650Administrasi Rawat Inap Arafah 58.500Mesin Fakoemulsifikasi 795.454Steril Alat 200.000Jasa medis fakoemulsifikasi 1.050.000JUMLAH 2.906.329
Sumber : Data Sekunder
3. Menentukan biaya overhead
Pembebanan biaya overhead ke aktivitas melalui direct resources dan
indirect resources. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi biaya overhead
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan biaya indirect resources
Indirect resources merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung
ke aktivitas dengan basis yang bersifat sembarang atau proporsi. Unit non
fungsional meliputi unit-unit non medis seperti jajaran direksi, staff
administrasi (diklat, kepegawaian, tata usaha, logistik), dan satpam.
Tabel 2. Biaya Indirect Resource Overhead.
Biaya Indirect Resource Overhead RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 BiayaLabour-relatedBiaya Pegawai 8.318.871.403Equipment-related Biaya Perabotan dan alat kantor 293.911.128Biaya depresiasi mesin dan instalsi 108.085.548Spaced-related Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan 395.923.835Biaya Depresiasi Gedung Nonfungsional 53.181.580Service-related Biaya Pemakaian Barang Pengadaan 2.919.068.372Biaya Kantor dan langganan 4.697.790.343 Total 16.786.832.209
Sumber : Data Primer
8
Biaya indirect resource overhead RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
adalah sebesar Rp. 16.786.832.209 yang dibebankan akan dibebankan kepada unit
fungsional RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan dasar
proporsi jumlah pegawai di masing-masing unit fungsional. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Dasar Pembebanan Biaya Overhead.
Unit Fungsional jumlah pegawai Proposi (persen) Biaya*Rawat Inap 147 45% 7.554.074.494Rawat Jalan 28 9% 1.510.814.899Instalasi Bedah Sentral 20 6% 1.007.209.933Instalasi Gawat Darurat 20 6% 1.007.209.933Unit Penunjang 111 34% 5.707.522.951Total 326 100% 16.786.832.209*Biaya : jumlah pegawai per unit / total jumlah pegawai X total biaya
Sumber : Data Sekunder
Setelah mengetahui proporsi pembebanan masing-masing unit fungsional,
maka langkah selanjutnya dapat dilakukan menghitung pembebanan setiap satu
pasien yang mendapat tindakan fakoemulsifikasi. Dalam tahap ini akan dibagi
dengan 3 unit yang terkait pada pelayanan Fakoemulsifikasi yaitu sebagai berikut
a) Rawat jalan
Berdasarkan tabel 3. untuk biaya indirect resource overhead unit
rawat jalan mendapatkan beban sebesar Rp. 1.510.814.899 yang akan
dibebankan kepada seluruh pasien rawat jalan. Untuk itu jika seluruh pasien
selama 2012 adalah 74.935 pasien maka untuk pembebanan biaya indirect
resource overhead kepada setiap satu tindakan adalah Rp. 20.162 .
b) Rawat inap
Berdasarkan tabel 3. maka untuk unit rawat inap mendapat
pembebanan terbesar untuk biaya indirect resource overhead sebesar Rp.
7.554.074.494 yang akan dibebankan kepada seluruh unit rawat inap.
9
Berdasarkan proporsi yang didasarkan pada jumlah tempat tidur, maka unit
rawat inap Arafah yang memiliki jumlah tempat tidur 24 buah tempat tidur
yang dibandingkan dengan seluruh tempat tidur yaitu 207 tempat tidur yang
ada di unit rawat inap maka unit rawat inap Arafah mendapat pembebanan
biaya indirect resource overhead sebesar Rp. 875.834.724. Biaya indirect
resource overhead yang dibebankan pasien akan diproporsikan menjadi
pembebanan biaya indirect resource overhead per setiap hari rawat. Unit
rawat inap Arafah sendiri pada tahun 2012 jumlah hari rawat sebesar 9.168
hari rawat, sehingga untuk setiap hari rawat maka pasien akan mendapatkan
biaya pembebanan indirect resource overhead sebesar Rp. 95.532 .
c) Instalasi Bedah Sentral
Berdasarkan tabel 3. maka untuk instalasi bedah sentral mendapat
pembebanan untuk biaya indirect resource overhead sebesar Rp.
1.007.209.933 yang akan dibebankan kepada seluruh pasien instalasi bedah
sentral. Biaya indirect resource overhead yang dibebankan pada instalasi
bedah sentral akan dibebankan kepada pasien berdasarkan dasar pembebanan
yang telah dilakukan oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, yaitu
berdasarkan jenis operasi. Besar pembebanan proporsi dan jumlah pasien
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Tabel pembebanan tindakan operasi berdasarkan jenis operasi.
No Jenis Tindakan Operasi Jumlah Tindakan Pembebanan1. Operasi Kecil 306 0.52. Operasi Sedang 1451 13. Operasi Besar 1438 1.54. Operasi Khusus 1275 25. Operasi Canggih 144 2.5
Total 4614 7.5Sumber : Data Primer
Berdasarakan tabel 4. maka untuk operasi khusus akan mendapatkan
pembebanan biaya indirect resource overhead sebesar Rp.74.220.064.
Fakoemulsifikasi adalah salah satu tindakan operasi yang dilakukan oleh RS 10
PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang termasuk dalam operasi khusus. Jika
didasarkan pada jumlah tindakan operasi khusus maka untuk tindakan operasi
khusus akan mendapatkan pembebanan biaya indirect resource overhead
sebesar Rp. 58.212.
b. Menentukan biaya direct resources
Direct resources merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung ke
aktivitas melalui hubungan sebab akibat antara sumber daya yang
dikonsumsi dengan aktivitas yang ditimbulkan.
a) Rawat jalan
Tabel 6. Biaya Direct Resource Overhead unit rawat Jalan.
Biaya Direct Resource Overhead unit rawat jalan Jalan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 BiayaLabour-related 6.811Equipment-related 81Service-related 1.721 Total 8.613
Sumber : Data Primer
b) Rawat inap Arafah
Tabel 7. Biaya Direct Resource Overhead unit rawat inap Arafah.
Biaya Direct Resource Overhead unit rawat inap Arafah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 BiayaLabour-related 5.482Equipment-related 80Service-related 3.856 Total 9148
Sumber : Data Sekunder
c) Instalasi bedah sentral
Tabel. 8. Biaya Direct Resource Overhead unit Instalasi Bedah Sentral.
Biaya Direct Resource Overhead unit IBS RS PKU Biaya11
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012Labour-related 57.540Equipment-related 4.329Service-related 5742 Total 67.611
Sumber : Data Sekunder
c. Total biaya overhead
Tabel 9. Biaya total overhead.
Unit rumah sakit Biaya overhead Total biaya overhead
Indirect resource
Direct resource
Rawat Jalan 20.162 8.613 28.927Rawat Inap Arafah 95.532 9.418 104.950Instalasi Bedah Sentral 58.212 67.611 125.823
Sumber : Data Primer
d. Membebankan biaya overhead kedalam masing masing activity centers.
1) Pembebanan biaya overhead terhadap aktivitas pada unit rawat jalan.
Tabel 10. Pembebanan biaya overhead terhadap aktivitas pada unit rawat jalan.
Activity center waktu (menit)
Pembebanan biaya overhead
penerimaan pasien 3 933Pemeriksaan tanda vital 5 1.555anamnesis, pemeriksaan fisik. Diagnosis, penjelasan medis, Isi form , instruksi dokter
309.331
pemberian resep dokter 5 1.555pengisian administrasi pasien yang akan rawat inap
154.666
melakukan konsulan ke bagian dokter spesialis lain
154.666
mengantar pasien yang akan menjalani rawat inap
206.221
Total 93 28.927Pembebanan biaya overhead = waktu per akatifitas / total waktu aktifitas X total
biaya
Sumber : Data Primer
12
2) Pembebanan biaya overhead terhadap aktivitas pada unit rawat inap
Arafah .
Tabel 11. Pembebanan biaya overhead terhadap aktivitas pada unit Arafah.
Aktivitas rawat inap Waktu Pembebanan biaya overhead
Persiapan ruangan 15 6.478Menerima pasien baru 5 2.159Serah terima berkas 3 1.296Orientasi ruangan 15 6.478Pemasangan gelang identitas 5 2.159Pemeriksaan tanda vital 5 2.159Pengkajian riwayat alergi, nyeri, resiko jatuh 15 6.478Pemasangan intra vena line 15 6.478Mengisi Rekam Medis (asuhan keperawatan) 5 2.159persiapan pre operasi 20 8.638Penyiapan dan pemberian obat 15 6.478Observasi perdarahan 5 2.159Merawat luka 15 6.478Melakukan balance cairan 5 2.159Pengkajian nyeri 5 2.159Pengkajian fungsi saluran cerna 5 2.159Pemberian obat-obat Post Operasi 15 6.478Personal Higiene 20 8.638pengisian rekam medis 5 2.159Melepas infus dan gelang identitas 5 2.159Mengembalikan kelebihan obat ke farmasi 15 6.478Kelengkapan pasien pulang 10 4.319Memberikan surat pengantar penyelesaian administrasi
5 2.159
Mengantar Pasien Pulang 15 6.478 243 104.950
Pembebanan biaya overhead = waktu per akatifitas / total waktu aktifitas X total
biaya
Sumber : Data Primer
3) Pembebanan biaya overhead terhadap aktivitas pada unit Instalasi Bedah
Sentral .
13
Tabel 12. Pembebanan biaya overhead unit instalasi bedah sentral.
Aktivitas instalasi bedah sentral Waktu Pembebanan biaya overhead
Identifikasi pasien 5 4.339Serah terima pasien dan berkas RM 5 4.339Cek persiapan alat dan bahan tindakan operasi 5 4.339Cek list pre operasi 3 2.603Cek persiapan alat dan bahan anestesi 15 13.016Melakukan time in,durante, time out 15 13.016Melaksanakan pembiusan oleh dokter spesialis anastesi
1513.016
Melaksanakan operasi 30 26.032Menulis laporan operasi 5 4.339Menulis instruksi post op 5 4.339Pemantauan pasien setelah operasi 30 26.032Keputusan keluar dari recovery room oleh dokter spesialis anestesi
54.339
Melakukan pemanggilan ke ruangan untuk menjemput pasien
21.735
Serah terima pasien dan berkas RM 5 4.339Total 145 125.823
Pembebanan biaya overhead = waktu per akatifitas / total waktu
aktifitas X total biaya
Sumber : Data Primer
e. Menentukan activity centers terkait tindakan Fakoemulsifikasi yang terdapat
pada Clinial Pathways dan membebankan biaya overhead kedalam masing
masing activity centers dalam clinical pathway
1) Rawat Jalan
Tabel 13. Biaya overhead tindakan Fakoemulsifikasi unit rawat jalan Mata.
Aktivitas Jumlah transaksi
Biaya overhead per aktivitas
Jumlah biaya
penerimaan pasien 1 pasien 933 933Pemeriksaan tanda vital 1 aktivitas 1.555 1.555anamnesis, pemeriksaan fisik. Diagnosis, penjelasan medis,
1 aktivitas 9.331 9.331
14
Isi form , instruksi dokterpemberian resep dokter 1 aktivitas 1.555 1.555pengisian administrasi pasien yang akan rawat inap
1 aktivitas4.666 4.666
mengantar pasien yang akan menjalani rawat inap
1 pasien6.221 6.221
Jumlah biaya overhead 24.261Sumber : Data Primer
2) Rawat inap Arafah
Tabel 14. Biaya overhead tindakan Fakoemulsifikasi unit rawat inap Arafah.
Aktivitas unit Arafah Jumlah transaksi
Biaya overhead per aktivitas
Jumlah Biaya
Persiapan ruangan 1 aktivitas 6.478 6.478Menerima pasien baru 1 aktivitas 2.159 2.159Serah terima berkas 1 aktivitas 1.296 1.296Orientasi ruangan 1 aktivitas 6.478 6.478Pemasangan gelang identitas 1 aktivitas 2.159 2.159Pemeriksaan tanda vital 4 aktivitas 2.159 8.636Pengkajian riwayat alergi, nyeri, resiko jatuh
1 aktivitas6.478 6.478
Mengisi Rekam Medis (asuhan keperawatan)
4 aktivitas2.159 8.636
Persiapan pre operasi 1 aktivitas 8.638 8.638Penyiapan dan pemberian obat 2 aktivitas 6.478 12.956Pengkajian nyeri 1 aktivitas 2.159 2.159Pemberian obat-obat Post Operasi
1 aktivitas6.478 6.478
Personal Higiene 2 aktivitas 8.638 17.276pengisian rekam medis 1 aktivitas 2.159 2.159Melepas infus dan gelang identitas
1 aktivitas2.159 2.159
Mengembalikan kelebihan obat ke farmasi
1 aktivitas6.478 6.478
Kelengkapan pasien pulang 1 aktivitas 4.319 4.319Memberikan surat pengantar penyelesaian administrasi
1 aktivitas2.159 2.159
Mengantar Pasien Pulang 1 aktivitas 6.478 6.478Total biaya overhead 113.579
Sumber : Data Primer
3) Instalasi Bedah Sentral
15
Tabel 15. Biaya overhead tindakan Fakoemulsifikasi unit instalasi bedah sentral.
Aktivitas instalasi bedah sentral
Jumlah transaksi
Biaya overhead per aktivitas
Total biaya
Identifikasi pasien 1 aktivitas 4.339 4.339Serah terima pasien dan berkas RM
1 aktivitas4.339 4.339
Cek persiapan alat dan bahan tindakan operasi
1 aktivitas4.339 4.339
Cek list pre operasi 1 aktivitas 2.603 2.603Cek persiapan alat dan bahan anestesi
1 aktivitas13.016 13.016
Melakukan time in,durante, time out
1 aktivitas13.016 13.016
Melaksanakan operasi 1 aktivitas 26.032 26.032Menulis laporan operasi 1 aktivitas 4.339 4.339Menulis instruksi post operasi 1 aktivitas 4.339 4.339Pemantauan pasien setelah operasi
1 aktivitas26.032 26.032
Melakukan pemanggilan ke ruangan untuk menjemput pasien
1 aktivitas
1.735 1.735Serah terima pasien dan berkas RM
1 aktivitas4.339 4.339
Total biaya 108.468Sumber : Data Primer
f. Menjumlahkan biaya langsung dan overhead yang terdapat dalam clinical
pathway
Tabel. 16. Biaya satuan tindakan Fakoemulsifikasi.
No Struktur Biaya Biaya1. Biaya langsung tindakan Fakoemulsifikasi Rp. 2.906.3292. Biaya overhead rawat jalan tindakan
FakoemulsifikasiRp. 24.261
3. Biaya overhead rawat inap Arafah tindakan Fakoemulsifikasi
Rp. 113.579
4. Biaya overhead instalasi bedah sentral tindakan Fakoemulsifikasi
Rp. 108.468
Total biaya Rp. 3.152.367Sumber : Data Primer
16
Dari perhitungan diatas sehingga didapatkan biaya satuan tindakan
Fakoemulsifikasi dengan metode ABC pada sistem CBG’s adalah sebesar
Rp. 3.152.367.
PEMBAHASAN
Pembayaran tagihan Jamkesmas kepada Rumah sakit berdasar paket
INA CBG’s, yakni berdasarkan diagnosis atau jenis penyakit di mana sudah
ditentukan tarif masing-masing diagnosis penyakit tersebut, maka rumah sakit
sebagai pelayan pasien Jamkesmas perlu mengadakan efisiensi di dalam
pengelolaan pelayanan tersebut. Paket di sini sudah termasuk dalam
pemberian obat kepada pasien Jamkesmas, baik rawat jalan maupun rawat
inap5. Tindakan Fakoemulsifikasi masuk dalam layanan jamkesmas pada
system INA CBG’s Tahun 2011 dengan kode H26.9 dengan tarif sebesar Rp.
2.739.482 untuk rumah sakit tipe B seperti RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Namun jika menggunakan tarif tindakan Fakoemulsifikasi dalam
tindakan jamkesmas pada sistem INA CBG’s Tahun 2014 dengan kode
H.130.2 tarif nya adalah sebesar Rp. 4.225.236 untuk rumah sakit tipe B
seperti RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sementara itu hasil yang
muncul dari perhitungan tindakan Fakoemulsifikasi dengan metode Activity
Based Costing adalah Rp. 3.152.367. Hal ini menunjukan adanya selisih biaya
negatif antara tarif Fakoemulsifikasi INA CBG’s tahun 2011 yang telah
diterapkan oleh pemerintah pada layanan jamkesmas dengan biaya satuan
yang dikeluarkan oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebesar
Rp.413.155. Hal ini juga sesuai dengan penelitian seblumnya yang dilakukan
oleh6 , diperoleh kesimpulan bahwa biaya pelayanan tindakan medik operatif
yang dilakukan di Rumah Sakit Mohammad Husein Palembang 98,6% tidak
sesuai dan lebih besar dari tarif INA-DRG.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya efisiensi biaya yang
dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut maka RS PKU Muhammadiyah perlu
mengetahui struktur biaya apa yang tidak efisiensi sehingga dapat melakukan
efisiensi biaya.
17
Perhitungan tindakan Fakoemulsifikasi pada layanan Jamkesmas untuk
tahap awal adalah dengan menentukan aktivitas yang didapatkan melalui
clinical pathway. Tindakan Fakoemulsifikasi di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta melibatkan 3 unit pelayanan, yaitu unit rawat jalan, unit rawat
inap Arafah dan unit instalasi bedah sentral. Biaya pertama yang muncul
adalah biaya direct cost, untuk tindakan Fakoemulsifikasi pada layanan
Jamkesmas yaitu sebesar Rp. 2.906.329. Untuk biaya direct cost yang muncul
pada tindakan Fakoemulsifikasi layanan Jamkesmas struktur terbesar yang
muncul adalah jasa medis dokter. Berdasarkan studi kasus yang dialkukan
oleh 3, sarana pelayanan tingkat primer, sekunder dan tertier, yang selama ini
menerapkan tarif wajar akan mendapat pasokan dana lebih banyak apabila
masyarakat telah mengikuti system jaminan nasional dari tarif yang
diberlakukan dalam system jaminan nasional. Pembayaran secara fee for
service yang telah berjalan selama ini, baik untuk jasa pelayanan maupun jasa
tindak medis dokter masih diasumsikan lebih menguntungkan pelaku tindak
medis secara finansial, karena dokter spesialis sebelum era SJSN mendapatkan
penghasilan 80-90% dari pasien swasta (umum) sedangkan di-era SJSN akan
terbalik yaitu pendapatannya 80-90% dari BPJS dan hanya 10-20% dari pasien
kaya yang membayar sendiri.
Selain biaya jasa medis biaya lain yang juga muncul adalah biaya obat
dan bahan medis habis pakai, dalam hal ini pengguanaan obat tindakan
Fakoemulsifikasi sudah sesuai dengan formularium Jamkesmas yaitu
penggunaan obat generik, namun ada beberpa obat yang digunakan pada
tindakan Fakoemulsifikasi diluar formularium Jamkesmas. Kepatuhan dokter
dalam memberikan obat sesuai dengan formularium Jamkesmas sangat
berpengaruh terhadap mutu pelayanan dan efisiensi biaya di rumah sakit 5.
Dokter mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan efisiensi
pelayanan rumah sakit. Dokter mampu melakukan efisiensi biaya pasien
dengan melakukan pengobatan sesuai standar pengobatan yang disepakati,
memilih obat-obatan secara rasional dengan mempertimbangkan harga dan
18
efektifitas obat serta mematuhi formularium yang ditetapkan, memilih
pemeriksaan penunjang seperlunya, melakukan metode pengobatan rasional
dan memulangkan pasien secepatnya 7.
Dengan mempercepat waktu perawatan atau memperpendek waktu
rawat inap akan menyenangkan pasien dan keluarganya, sekaligus
penghematan bagi rumah sakit 8. Standar memperpendek waktu rawat inap
adalah apabila lebih cepat dipulangkan dari pada standar Jamkesmas. Menurut
paket layanan jamkesmas dengan kode H26.9 mempunyai standar waktu rawat
inap 3 hari dan untu RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, waktu rawat inap
sesuai dengan clinical pathway yang ada adalah 2 hari sehingga telah
dlakukan efisiensi biaya dalam hal waktu rawat inap.
Struktur biaya kedua yang muncul adalah biaya overhead. Biaya
overhead terbagi menjadi dua yaitu: indirect resource overhead dan direct
resource overhead 9 .Dalam biaya overhead struktur yang muncul biaya gaji
fungsional sepert biaya gaji pada unit rawat jalan mata, rawat inap arafah dan
instalasi bedah sentral jika didasarkan pada jumlaha tenaga kerja perawat yang
ada, yaitu 215 orang perawat, maka hal ini telah sesuai dengan 10 .
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan biaya satuan tindakan
Fakoemulsifikasi dengan metode activity based costing adalah Rp. 3.152.637dan
selisish antara biaya satuan Fakoemulsifikasi dan tarif INA CBG’s
Fakoemulsifikasi adalah Rp. 413.155.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan, 2010 Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan (Jamkesmas) 2010, Jakarta
2. Departemen Kesehatan, 2007, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 989/Menkes/SK/IX 2007 tentang Pemberlakuan INA DRG’s, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
3. Adisasmito, W,2008, Kebijakan Standar Pelayanan Medik dan Diagnosis Related Group (DRG), Kelayakan Penerapannya di Indonesia. 2008: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
4. Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, 2004, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta.
5. Alatas, Haidar, 2012. peran dokter spesialis dalam efisiensi pelayanan pasien Jamkesmas rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
6. Septianis, Dwi. Alwi , Masnir. Misnaniarti, 2009, Perbandinga Biaya Pelayanan Tindakan Medik Operatif Terhadap Tarif INA-DRG pada Program Jamkesmas di Rumah Sakit Mohammad Husein Palembang.
7. Ed, G. D, 2005, Evaluation of the effectiveness of a clinical pathway for bronchiolitis, Queensland University of Technology, Disadur dengan alamat http://www.eprints.qut.edu.au/16100/1/Joyce_Cheney_Thesis.pdf
8. Stephen B Archer MD, R. J, 2004, Implementation of a clinical pathway decreases length of stay and hospital charges for patients undergoing total colectomy and ileal pouch/anal anastomosis. Annals of Surgery , 122 (4), 699-705. Disadur dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1420929/
9. Baker J, 1998, ‘Activity-Based Costing and Activity-Based Management for Health Care’, Aspen Publisher, United States.
10. Departemen Kesehatan, 2010, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/SK/IX 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
20