· web viewdaerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran...
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan “Analisis Kebutuhan Air Irigasi” tepat pada
waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester IV matakuliah
“Irigasi dan Drainasi”. Laporan ini mencakup syarat tumbuh tanaman, fungsi air dalam
pertumbuhannya, analisis kondisi meteorologi daerah sample, kondisi tanah dan lain
sebagainya yang dijadikan input pada aplikasi Cropwat 8.0 untuk menganalisis kebutuhan air
tanaman, kebutuhan air irigasi, pemilihan metode irigasi dan rencana desain irigasi di lapang
sekaligus evaluasinya.
Pepatah mengatakan bahwa “Tada Gading yang Tak Retak”. Oleh karena itu, penulis
menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan, baik dari penulisannya maupun dari
isinya. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan agar penulisan laporan
selanjutnya dapat lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 12 April 2012
Ika Dyah Saraswati
Page 1 of 20
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kegiatan bercocok tanam tentu tidak dapat dipungkiri bahwa tanah dan air
menjadi salah satu faktor penting di dalamnya. Tanah dan air saling berhubungan yang
akhirnya membentuk suatu sistem pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman. Sifat-sifat yang
dimiliki oleh tanah menjadi indikator bagi kemampuannya untuk menyediakan dan
menyimpan air, sehingga apabila kita melihat pada sifat tanah memiliki korelasi dengan air
yang dapat diberikan kepada tanaman. Oleh sebab itu pemahaman mengenai tanah sangat
dibutuhkan bagi petani untuk mengetahui cara atau metode untuk mencukupi kebutuhan air
tanamannya.
Pada beberapa daerah terdapat tanah yang tidak dapat menahan air dengan baik karena
terlalu banyak pori makro, sehingga setiap air yang mengalami infiltrasi akan sangat mudah
untuk terdrainasi ke bawah akibat gaya grafitasi. Sementara itu, di daerah lain yang memiliki
tanah dengan sifat sangat kuat menahan air menyebabkan tanah berada dalam keadaan
tergenang. Tanah yang memiliki banyak sekali pori mikro memiliki kemampuan yang sangat
kuat untuk menyimpan air sekaligus sulit bagi air untuk masuk atau infiltrasi sulit.
Gambaran diatas adalah fenomena yang wajar dan sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut seharusnya dapat ditangani dengan memahami kebutuhan air
tanaman, sehingga metode pemberian air dapat diterapkan sesuai dengan jenih tanaman dan
tanah. Faktor iklim juga tak dapat ditinggalkan, karena pemenuhan kebutuhan air juga
memperhatikan kondisi curah hujan wilayah setempat. Sehingga perlu bagi setiap orang yang
memiliki kepentingan dalam bercocok tanam dan kegiatan pemenuhan air tanaman untuk
mengetahui sifat tanah lahan, kondisi meteorologi wilayah, dan kebutuhan tanaman tiap stadia
pertumbuhannya. Dengan mengetahui ketiganya, maka analisis untuk menentukan metode
irigasi yang tepat dapat dilakukan.
1.2. Tujuan
untuk mengetahui korelasi antara faktor tanah, iklim dan stadia pertumbuhan tanaman
dalam pemenuhan kebutuhan air tanaman
untuk menganalisis kesesuaian metode irigasi yang tepat dengan melihat faktorfaktor
yang ada
Page 2 of 20
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
a. Kesesuaian Iklim
Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan
subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o LS dan 39o LU.
Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar
matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.
b. Curah Hujan
Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya,
namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar
proses pemasakan (pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan
kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang
diperlukan adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan
curah hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75
mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm
dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu merupakan
daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu.
c. Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan
terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan
penyebarannya di suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari.
Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada
siang hari, cuaca berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari
menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya
proses pernafasan.
d. Angin
Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu
karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap
Page 3 of 20
berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat,
bisa menyebabkan robohnya tanaman tebu yang sudah tinggi.
e. Suhu
Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama
mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang
hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan
sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30 oC,
beda suhu musiman tidak lebih dari 6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari
10o.
e. Kelembaban Udara
Kelembaban udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar
air cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%.
f. Kesesuaian Lahan
Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu
dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu
adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu
adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang berpasir dan lempung liat.
Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 –
7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan keadaan
lingkungan tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan
baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P
karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis”
daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia.
Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.
g. Kelas Kesesuaian Lahan dan Faktor Pembatas
Berpedoman pada syarat tumbuh tanaman tebu, maka faktor pembatas utama untuk
tanaman tebu adalah kesuburan tanah, solum tanah, kemiringan lereng dan tekstur tanah.
Pengusahaan tanaman tebu harus dilakukan pada tanah dengan kemiringan <8%. Tanah
Page 4 of 20
dengan kelas S1, S2 dan S3 tanpa faktor pembatas yang berat merupakan klas lahan yang
sesuai untuk tanaman tebu. Sebaran lahan tebu di Indonesia disajikan pada tabel.
Dari persyaratan tumbuh untuk tanaman tebu dapat diringkaskan sebagai berikut :
Ringkasan Persyaratan Tumbuh Tebu
Komponen Syarat TumbuhKorelasi *)
(dgn rendemen)
Letak lintang 35o LS dan 39o LU
Iklim
Curah hujan 1.500 – 3.000 mm per tahun dengan 4-5 bulan
kering nyata
-0,70
Penyinaran
matahari
Matahari penuh tanpa awan -0,37
Suhu optimum 24-30o
Suhu maksimum 32o -0.66
Angin < 10 km/jam
Kelembaban udara < 80%
Tanah
Topografi 0 – 5%,
Sifat fisik Drainase baik, tidak ada batuan di permukaan
(< 40 cm), solum dalam (> 60cm)
Sifat kimia pH 5,5 – 7,0, ketersediaan hara seimbang,
tidak terdapat Cl dalam jumlah banyak
Kelas kesesuaian S1, S2, S3 tanpa faktor penghambat yang
berat
Keterangan : *) = Windiharto dan Chujaemi (2000)
(Anonymous b, 2011)
2.2. Fungsi Air Dalam Pertumbuhan Tanaman
Dalam bidang pertanian, air memegang peran yang sangat vital. Air dapat menjadi
faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil.
Pemberian air secara optimal menurut fase pertumbuhan tanaman akan meningkatkan hasil,
sebaliknya, pemberian air yang kurang atau berlebihan akan berpengaruh buruk terhadap
pertumbuhan tanaman, serta menurunkan kuantitas dan kualitas hasil (Cahyono, B., 2003). Page 5 of 20
Secara umum, tanaman membutuhkan air untuk melakukan fungsi sebagai berikut:
1. Menentukan laju fotosintesis. Seperti yang kita ketahui bahwa air adalah salah
satu materi untuk melakukan fotosintesis, sehingga air yang diberikan akan
berbanding lurus dengan tingkat fotosintesis yang akan terjadi.
2. Sebagai pelarut universal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pelarut dalam hal ini adalah melarutkan unsur hara agar lebih mudah untuk
diserap akar tanaman, selain itu juga dapat melarutkan zat berbahaya bagi
tanaman agar tidak diserap oleh akar tanaman
3. Menentukan proses transportasi unsur hara yang ada di dalam tanah
4. Mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan sehingga
pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara merata pada tubuh tanaman
(Susilowarno, G., et.al. 2001).
Dalam sumber lain juga dijelaskan sebagai berikut ini:
1. Bahagian dari protoplasma. Biasanya air membentuk 85-90% dari berat
keseluruhan bahagian hijau tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh)
2. Reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses
hidrolitik seperti perubahan pati menjadi gula
3. Pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material yang bergerak ke dalam tumbuhan,
melalui dinding sel dan jaringan xylem serta menjamin kesinambungannya
4. Sesuatu yang essensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertambahan sel,
stabilitas bentuk daun, proses membuka atau menutupnya stomata, kelangsungan
gerak struktur tumbuhan (Ismail, 2001).
2.3. Software Cropwat 8
CROPWAT 8,0 untuk Windows adalah program komputer untuk perhitungan
kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah, iklim dan tanaman.
Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi
manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman.
CROPWAT 8,0 juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan
untuk menilai kinerja tanaman di bawah kedua kondisi tadah hujan dan irigasi (Anonymous a,
2012).
Berisi data meteorologi berisi temperatur minimum, maksimum,
Page 6 of 20
radiasi matahari, kecepatan angin, kelembaban, lama penyinaran
Berisi besarnyacurah hujan yang turun dan hujan effektif
Berisi koefisien tanaman tiap fase pertumbuhan, kedelaman akar,
respon terhadap lahan
Jenis tanah, kedalaman efektif yang dapat ditembus akar,
kelembaban, kekuatan infiltrasi
Menujukkan berapa banyak air yang dibutuhkan tanaman selama
hidupnya
Penjadwalan irigasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor
iklim, tanaman, dan tanah dari data diatasnya
Data tanaman yang digunakan sebagai tanaman tumpangsari dari
tanaman utama, atau tanaman rotasi dari tanaman utama
Hasil dari perencanaan irigasi apabila menggunakan tanaman
tumpangsari pada tanaman utama atau penggunaan sistem rotasi
2.4. Macam Metode Irigasi
Irigasi permukaan : Penggenangan, border, alur
Irigasi permukaan, yaitu dengan sistem basin atau furrow yang berfungsi sebagai
sistem draiansi pada musim hujan (Sobir, 2000). Hal yang harus dipertimbankan
apabila akan memilih sistem irigasi permukaan adalah sebagai berikut :
- Topografi Lahan kemiringan lahan berhubungan dengan kemana air akan
mengalir
- Jenis tekstur tanah tekstur tanah mempengaruhi pada infiltrasi air tanah yang
kemudian akan menunjukkan pola pergerakan air tanah terhadap akar tanaman
sebagai sasaran pembasahan,
- laju infiltrasi
- Jenis Tanaman keadaan kanopi tanaman, berhubungan dengan pembasahan,
keefektivan pemberian air, dan kemampuan tanaman untuk menyerap air tanah
- Bentuk Lahan bentuk lahan berhubungan dengan kemiringan lahan
- guludan/petakan menunjukkan aliran air yang dapat dilakukan pada daerah
petakan atau guludan
Pemberian air tanaman dapat dilakukab dengan tiga cara yaitu :
Page 7 of 20
a. Basin atau sistem penggenangan seperti di tanah sawah.
Hal yang harus mendapat perhatian dalam sistem basin adalah perbedaan tekstur
tanah dalam satu petak penggenangan, sebab terkadang tekstur dapat berbeda.
Kemudian penjadwalan irigasi, dan penggenangan dapat menebabkan pengolahan
menjadi buruk
b. Furrow Area irigasi atau irigasi dengan alur :
Hal yang harus dipertimbangkana adalah :
- area yang akan diirigasi (ha) harus diperhatikan untuk menentukan debit air yang
akan diberikan
- Tebal irigasi : tebal air yang harus masuk/ infiltrasi mengisi reservoir tanah,
apabila air yang masuk terlalu banyak akan menyebabkan tanah berada dalam
keadaan jenuh dan ini tidak baik bagi tanaman,
- Lama irigasi : waktu dalam jam yg diperlukan untuk memenuhi tebal irigasi (mm)
tergantung besarnya aliran (stream size).
c. Irigasi border yaitu dengan melakukan penggenangan di sebelah kanan dan kiri barus
tanaman dengan harapan air akan merembes ke akar tanaman
Irigasi curah atau sprinkler
- Kelebihan
o Sesuai untuk daerah dengan topografi kurang teratur dan solum tanah yang
reletif dangkal
o Tidak memerlukan jaringan saluran terbuka, sehingga secara tidak
langsung akan menembah luas lahan produktif dan terhindar dari masalah
gulma air
o Cocok untuk lahan pertanian dengan jenis tanah bertekstur pasir tanpa
menimbulkan masalah kehilangan air yang berlebihan
o Sesuai untuk lahan berkelerengan tanpa menimbulkan masalah erosi yang
dapatmengurangi tingkat kesuburan tanah
- Kekurangan
o Biaya investasi dan biaya operasional reletif tinggi, antara lain untuk
operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang lain untuk operasi pompa air
dan tenaga pelaksana yang terampil
o Memerlukan rencana dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh
tingkat efisiensi yang tinggi
o Dapat meningkatkan penyakit bercak daun
Page 8 of 20
o Biaya untuk menangani gulma tinggi
o Mengganggu kegiatan lain jika kegiatan irigasi sedang beerlangsung
(Sobir. 2000).
Irigasi tetes atau drip
Irigasi drip adalah cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik di
permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara kontinyu dan
perlahan. Irigasi ini menggunakan emiter dan pipa berlubang atau selang plastik.
Keuntungan menggunakan irigasi tetes yaitu :
1. Tanaman dapat memperoleh air sesuai kebutuhan
2. Daun tidak basah sehingga mengurangi cendawan
3. Biaya operasi dan pemeliharaan relatif rendah karena otomatisasi penuh
4. Pengolahan lahan atau tanaman dapat terus berlangsung selama irigasi karena
hanya sekitar tanaman yang memperoleh pembasmian
5. Distribusi pupuk hanya disekitar perakaran saja sehingga penggunaannya lebih
efisien (Lingga,Pinus.2000).
Page 9 of 20
III. METODE ANALISIS
3.1. Analisis Kebutuhan Air Tanaman
Jika kita melihat pada tabel crop water requirenment diatas maka kita akan
mendapatkan bahwa kebutuhan air tanaman yang titunjukkan dengan evapotranspiration crop
(Etc) maka kita akan mendapatkan bahwa dari masa awal penanaman hingga akhir akan
panen menunjukkan jumlah air 1687 mm.
Kebutuhan air tanaman setiap ekade berbeda, tergantung pada stadia tanaman yang
ditunjukkan oleh Kc (koefisien crop). Pada masa awal tanam dan akhir masa tanam Kc lebih
rendah hal ini berpengaruh pada CWR yang lebih rendah, sedangkan pada masa awal Page 10 of 20
CWR : : IWR
menjelang pertengahan, masa petengahan atau Mid dan menjelang awal masa akhir tanam Kc
lebih tinggi sehingga berpengaruh pada CWR yang menjadi lebih tinggi.
3.2. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa
hujan banyak terjadi pada bulan-bulan awal april
dan terus menurun intensitasnya sampai pada
pertengahan agustus. Sehingga pada rentang awal
april hingga pertengahan agustus memerlukan
lebih banyak air irigasi sebagai supply tambahan
bagi CWR atau evapotranspirasi tanaman.
Dari bulan agustus akhir hingga menjelang
awal april hujan kembali terjadi dengan intensitas
yang cenderung meningkat sehingga air bagi
tanaman CWR dapat terpenuhi, hal ini berpengaruh pada kebutuhan air irigassi IWR, dengan
adanya hujan maka IWR turun.
Akumulasi effisiensi hujan adalah 1228,4 mm, sedangkan kebutuhan air irigasi (IWR)
dari awal tanam hingga akhir tanam menjelang panen adalah 704,6 mm. Effisiensi hujan
adalah 5,1%, seperti yang ditunjukkan dalam tabel bahwa total hujan adalah 2208,0 mm,
sedangkan air hujan yang dimanfaatkan tumbuhan hanya 1228,4 mm. Sedangkan effisiensi
lahan 70% menunjukkan bahwa air irigasi yang dapat dimanfaatkan maksimal oleh tanaman
adalah 70% dari 704,6 mm adalah 556,5 mm.
3.3. Analisis Pemilihan Metode Irigasi
Dari gambaran diatas kita dapat menentukan sistem irigasi yang baik,
Sprinkler : Apabila kita memutuskan untuk menggunakan metode sprinkler maka akan
sulit karena melihat morfologi tanaman tebu yang selain tinggi juga berdaun (canopy)
rimbun, sehingga air tidak akan effisien bagi tanaman, karena air yang dikeluarkan
hanya akan mengenai daun dan kemungkinan kecil akan sampai ke tanah.
Irigasi permukaan : Apabila kita menggunakan irigasi permukaan, yang menjadi
pertimbangan adalah effisiensi air yang diberikan dan yang dimanfaatkan oleh
tanaman secara maksimal. Sebab air yang diberikan tidak sepenuhnya akan digunakan
Page 11 of 20
Arah air Akhir aliran air
oleh tanaman, sebagian ada yang menguap dan sebagian lagi akan turun ke bawah
tanah karena gravitasi.
irigasi tetes atau drip : menurut saya, irigasi ini paling baik diantara metode irigasi
yang lain. Dengan menggunakan irigasi drip pemberian air bagi tanaman tebu akan
lebih effisien dan hemat air. Air yang diberikan berasal dari pipa-pipa yang masing-
masing mengalirkan air kepada tanaman tebu secara langsung. Air akan dikeluarkan
melalui lubang pada pipa, sehingga debitnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan,
sehingga tidak akan berlebihan atau kekurangan. Selain itu air tidak akan mengenai
daun, sehingga kekhawatiran tentang penyakit yang menyerang daun dapat diatasi.
3.4. Perancangan Design Irigasi di Lapangan
Dengan menggunakan metode irigasi drip diharapkan effisiensi pemberian air dapat
dilaksanakan. Sistem drip dengan menggunakan sumber dari tandon air yang airnya berasal
dari pompa. Kemudian dari tandon air tersebut dialirkan ke seluruh tanaman tebu dengan
menggunakan pipa-pipa yang mengalir di setiap baris-baris tanaman (juring). Setiap titik
tempat tanaman tebu berada kemudian diberi lubang agar air dapat keluar.
Pengaliran dapat disesuaikan dengan jadwal irigasi, sehingga perlu adanya kran
(pembuka dan penutup aliran air) pada saluran tersebut. Sedangkan pada akhir atau ujung
areal pertanaman dimana tidak ada tanaman tebu yang harus dialiri air lagi diberikan penutup
alur, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ikatan di ujung sehingga aliran air akan
terhenti.
Gb. 3.1 Desain irigasi drip di lahan
Page 12 of 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi Studi
Daerah studi iklim Malang di stasiun iklim karang kates. Karang kates adalah hulu
sungai brantas yang merupakan daerah tangkapan dan resepan air hujan yang sangat penting
bagi daerah-daerah di bawahnya. Wilayah ini mempunyai rataan curah hujan tahunan sebesar
1700-2700 mm, sekitar 75 % terjadi pada musim hujan dan 25 % pada musim kemarau.
Daerah ini merupakan salah satu pusat produksi tanaman hor-tikultura, terutama
kentang, kubis, wortel, bawang merah, bawang putih, kacang merah, apel, dan tanaman
perkebunan seperti tebu lahan kering. Kondisi agroekologi di wilayah ini sangat mendukung
bagi pola usahatani tanaman tersebut secara intensif.
Namun demikian sebagian besar wilayah ini mempunyai indeks bahaya erosi yang
sangat tinggi. Keadaan seperti ini telah memaksa dilakukannya berbagai upaya untuk
melestarikan sumberdaya lahan, baik secara teknis, biologis, dan sosial ekonomis.
Kepanjen terletak di ketinggian rata rata 350 m dpl dan diapit oeh 3 gunung yaitu
Kawi, Semeru dan pegunungan selatan, terletak pada titik koordinat 112º17’10,9” –
112º57’00” Bujur Timur dan 55,11” – 8º26’34,45” Lintang Selatan.
Kecamatan Kepanjen terletak di wilayah Kabupaten Malang Selatan dengan luas
wilayah sebesar 4.624 hektar yang terdiri atas lahan sawah dan lahan kering. Lahan sawah
memiliki luas 2.431 hektar sedangkan lahan kering memiliki luas 2.193 hektar Lahan sawah
secara keseluruhan terbagi atas lahan sawah berpengairan diusahakan, lahan sawah tidak
berpengairan diusahakan, lahan sawah sementara tidak diusahakan dan lahan tidur/tidak
diusahakan, sedangkan lahan kering terdiri atas permukiman, tegal/kebun, perkebunan dan
padang rumput/rawa.
Potensi pertanian yang terkandung di wilayah Kecamatan Kepanjen cukup potensial
dan strategis sehingga tidak heran apabila daerah ini menjadi salah satu daerah penyangga
bagi produksi pangan (dalam hal ini tanaman padi) Kabupaten Malang, misalnya saja pada
tahun 2006 produksi pangan tanaman padi mencapai 364.439 ton, meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya (Hanif M.F., 2008).
Page 13 of 20
4.2. Kebutuhan Air Tanaman
4.2.1. Kondisi Meteorologi Lokasi Studi
Dari data klimatologi diatas kita dapat mengetahui bahwa pada wilayah karangkater
rata-rata untuk temperatur udara minimum adalah 20,50 C, sementara untuk temperatur
maksimum rata-rata adalah 31,80 C. Kelembaban relatifnya cenderung tinggi yaitu 79% hal ini
dikarenakan lama penyinaran oleh matahari termasuk rendah yaitu hanya 7,8 jam dan kurang
dari 12 jam sedangkan kecepatan angin juga termasuk rendah kurang dari 175 km/jam yaitu
hanya 167 km/jam dengan radiasi 20,6.
4.2.2. Kebutuhan Air Tanaman
Rata-rata ETo adalah 4,52 sehingga dengan mempertimbangkan Kc tanaman tebu
didapatkan 1687 dari awal sampai akhir. Kebutuhan air tanahaman setiap dekade ditunjukkan
dengan tabel pada poin 3.1 yang menunjukkan berapa air yang dibutuhkan tanaman pada satu
dekadenya. Kemudian dengan mempertimbangkan hujan dan effisiensi air hujan yang
dimanfaatkan oleh tanaman maka didapatkan kebutuhan air irigase seperti pada tabel 4.2.1
diatas. Maka dengan mempertimbangkan data tersebut kegiatan irigasi dapat dilakukan sesuai
dengan debit yang sesuai agar irigasi efisien.
Page 14 of 20
4.3. Kebutuhan Air Irigasi Sesuai Skenario
Decade IRW (mm/dec) Decade IRW (mm/dec)
April 1
April 2
April 3
Mey 1
Mey 2
Mey 3
Juni 1
Juni 2
Juni 3
Juli 1
Juli 2
Juli 3
Agustus 1
Agustus 2
Agustus 3
September 1
September 2
September 3
Oktober 1
0,0
0,0
0,0
0,0
4,7
14,9
16,8
24
35,3
46,7
52,1
61,5
59,6
63,5
67,8
60,7
60,3
48,7
34,9
Oktober 2
Oktober 3
November 1
November 2
November 3
Desember 1
Desember 2
Desember 3
Januari 1
Januari 2
Januari 3
Februari 1
Februari 2
Februari 3
Maret 1
Maret 2
Maret 3
April 1
End
23,7
21,7
7,8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-
Dari tabel kebutuhan air irigasi diatas dapat kita rencanakan pemberian air irigasi
setiap minggunya dengan mengatur debit pengeluaran pada selang drip pada masing-masing
tanaman tebu sesuai dengan data perkiraan kebutuhan air irigasi mingguan yang telah
disesuaikan dengan data perkiraan hujan dan cuaca lainnya.
4.4. Metode Irigasi Yang Dipilih
4.4.1. Rancangan Design Irigasi di Lapangan
Dari gambar desain sistem irigasi di atas dengan menggunakan metode irigasi drip
atau tetes. Sumber air berasal dari tandon air yang airnya dapat diperoleh melalui
pemompaan. Air kemudian dialirkan dengan menggunakan sistem kran sehingga debit juga
dapat diatur sesuai dengan penjadwalan irigasi yang telah dibuat. Air yang mengalir melalui
Page 15 of 20
selang atau pipa kemudian sampai kepada tanaman dalam bentuk tetesan. Pada ujung pipa
diberikan end cap untuk menghentikan aliran air ataupun dapat diikat supaya air dapat
berhenti.
(Anonymous c, 2012)
(Tim Pengajar Irigasi dan Drainasi, 2012)
4.4.2. Evaluasi Design
Dengan menggunakan sistem irigasi drip maka kita harus mempertimbangakan
tentnang proses pembumbunan yang dilakukan umumnya tiga kali selama proses
pertanaman tebu,
Page 16 of 20
hal yang perlu diperhatikan adalah tentang tekanan aliran air, tekanan aliran air dalam
pipa harus diperhatikan sehingga aliran air dapat sampai pada tanaman paling ujung,
debit dan laju aliran harus diperhatikan sesuai dengan penjadwalan, sehingga air yang
diterima sesuai dengan kebutuhan dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman
air yang digunakan harus air yang bersih, sebab apabila air tercampur dengan kotoran
misalkan, partikel tanah dan sebagainya dikhawatirkan akan menyebabkan
penyumbatan pada selang filternya.
Pertimbangan daerah yang dapat terbasahi dengan menggunakan desain irigasi drip
diatas dan juga termasuk effisiensi penyebaran air dalam pori tanah, hasu
mempertimbangkan pula tekstur tanah yang bersangkutan
Keseragaman antar emiter harus sama, karena hal ini berhubungan dengan banyaknya
air yang didapatkan tanaman pada titik pembasahan yang berbeda, maka diusahakan
agar tekanan pada setiap emiter sama, sehingga air yang dikeluarkanpun akan sama.
4.4.3. Rencana Operasional Irigasi
Dengan menggunakan sistem tetes atau drip, irigasi dilakukan dengan mengalirkan air
yang ada di dalam tandon. Air dalam tandon diperoleh dengan cara mengambil air dari dalam
tanah atau pompa air dari dalam tanah.
Melalui pipa-pipa yang telah dipasang di sepanjang baris tanaman tebu, air dialirkan
dengan cara membuka keran. Teanan aliran air harus diperhatikan sehingga air dapat sampai
pada tanaman tebu yang berada paling ujung pada baris tanaman.
Page 17 of 20
V. KESIMPULAN DAN RENCANA LANJUTAN
5.1. Kesimpulan
irigasi yang dapat direkomendasikan adalah irigasi drip atau tetes
dengan menggunakan irigasi drip atau tetes effiseiensi ari irigasi dapat ditingkatkan
dan kemungkinan pembasahan pada daun menyebabkan infeksi penyakit dapat diatasi
apabila kita menggunakan irigasi drip maka harus mempertimbangkan tekanan air
agar air dapat mencapai tanaman tebu paling ujung pada tiap barisnya
5.2. Rencana Lanjutan
mengatasi masalah tentang pengaturan debit pemberian air agar lebih effisien
menganalisis keefektivan cara irigasi dengan metode irigasi drip ini
mempertimbangkan untuk penggunaan pettern yaitu penambahan tanaman lain pada
tanaman tebu dengan cara tumpangsari atau tanaman pagar.
Mempertimbangkan untuk aplikasi pupuk yang dilarutkan bersama air apakah efektif
atau tidak?
Page 18 of 20
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a, 2012. Cropwat 8.0. http://waterwiki.net/index.php/CropWat. Diakses 5 April
2012
Anonymous b. 2012. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu.
http://binaukm.com/2010/06/persyaratan-tumbuh-dalam-usaha-budidaya-tebu/.
Diakses 5 April 2012
Anonymous c, 2012. catetankuliah.blogspot.com. diakses 9 april 2012
Cahyono, Bambang. 2003. Cabai Rawit. Kanisius. Jogjakarta
Hanif, M.F., 2008. Alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian dan dampaknya terhadap
pembudidayaan tanaman padi dalam kerangka ketahanan pangan (studi kecamatan
kepanjen, kabupaten malang). Fakultas hukum UB. Malang
Ismail, 2001. Pertumbuhan Tanaman. Andi. Jakarta
Lingga,Pinus.2000. Hidroponik : Bercocok tanam tanpa tanah. Agromedia. Jakarta
Sobir. 2000. Buku pintar budidaya tanaman buah unggul indonesia. Redaksi Agromedia.
Jakarta
Soemarno . 2006. Penggunaan Lahan: Dinamika Dan Permasalahannya. _________. ___________________.
Susilowarno, G., et.al. 2001. Biologi. Grafindo. Jakarta
Tim Pengajar Irigasi dan Drainasi, 2012. Materi 7 irigasi tetes. FPUB. Malang
Page 19 of 20
Page 20 of 20