miafebriyanti125.files.wordpress.com · web viewanalisis potensi sektor ekonomi kabupaten...
TRANSCRIPT
ANALISIS POTENSI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN SAMPANG
TAHUN 2005-2009
Oleh
Moh Ali Al Ghozi
Mohammad Siroh
Mia Febriyanti
Meidatul Indah P.
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kabupaten Sampang merupakan salah satu bagian wilayah dari Provinsi Jawa Timur
yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik selama lima tahun terakhir ( 2005-
2009). Dan memeliki sektor-sektor unggulan yang memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap PDRB Kabupaten Sampang.Berdasarkan sektor potensial yang dimiliki oleh
Kabupaten Sampang, maka harus dikembangkan dengan seoptimal mungkin di era otonomi
daerah saat ini, sebagaimana daerah mempunyai wewenang untuk megelola potensi yang ada
di daerahnya seoptimal mungkin .
Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik provinsi
maupun kabupaten atau kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimiliknya.
Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus
menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran
penduduk di wilayahnya, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta
faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat dalam upaya
meningkatkanpertumbuhan ekonomi.
Sebagai usaha dalam mengembangkan sektor potensial, maka diperlukan strategi dan
kebijakan pembangunan yang sesuai dengan potensi dan permasalahan yang ada di tiap-tiap
daerah yang bersangkutan dalam suatu wilayah pembangunan.Sebagai tindak lanjut dalam
pembangunan daerah, pemerintah menerapkan kebijakan tersebut secara regional dan
sektoral. Kebijakan regional diarahkan pada pengembangan potensi dan kemampuan sumber
daya yang ada, khususnya di pedesaan dengan cara mendapatkan kebutuhan yang diperlukan
oleh daerah-daerah, kemudian mempertimbangkan mana yang merupakan kebutuhan yang
obyektif pembangunan di daerah tersebut. Sedangkan kebijakan sektoral lebih menekankan
pada pengelolaan pembangunan yang terdiri dari berbagai sector ekonomi.Penggunaan
kebijakan sektoral pembangunan lebih diarahkan pada peningkatan produksi, produktifitas
serta pembangunan sarana dan prasarana fisik yang secara langsung menunjang kebutuhan
dasar (Aziz dalam Fatriniasari, 2005:05).
Berikut struktur perekonomian Kabupaten Sampang yang menggambarkan peranan
atau sumbangan dari masing-masing sector dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks
lebih jauh akan memperhatikan bagaimana suatu perekonomian mengalokasikan sumber-
sumber ekonomi di berbagai sektor. Nilai PDRB Kabupaten Sampang selalu mengalami
peningkatan yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang selalu meningkat dari tahun ke
tahun.Dan untuk mengetahui sumbangan dari masing-masing sektor dapat dilihat dari tabel
dibawah ini.
Tabel 1.1
Peranan Ekonomi Sektoral dari PDRB Kabupaten Sampang
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 Sektor/Subsektor 2005 2006 2007 2008 2009
1. PERTANIAN 1,095,828.69 1,141,808.37 1,150,173.80 1,174,094.07 1,196,558.07
2. PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN
214,743.28 225,896.62 240,758.20 258,160.68 263,891.26
3. INDUSTRI
PENGOLAHAN
20,641.98 21,315.07 22,053.61 23,451.56 23,711.86
4. LISTRIK, GAS & AIR
BERSIH
21,831.55 22,076.18 22,995.63 22,541.92 22,734.63
5. KONSTRUKSI 60,297.07 58,761.82 60,001.70 61,806.29 66,163.33
6. PERDAG., HOTEL &
RESTORAN
431,082.60 460,209.29 509,178.61 547,610.32 588,906.91
7. PENGANGKUTAN &
KOMUNIKASI
50,811.91 54,826.55 58,819.89 64,421.51 70,780.43
8. KEU. PERSEWAAN, &
JASA PERUSAHAAN
77,285.47 81,969.30 90,881.20 98,058.25 103,492.36
9. JASA-JASA 239,048.81 246,664.76 258,937.98 276,467.48 296,915.51
JUMLAH 2,211,571.3
6
2,313,527.9
6
2,413,800.6
2
2,526,612.0
8
2,633,154.3
6
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Sampang, 2000.
Seperti tabel diatas, sumbangan sector pertanian mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, dan pada tahun 2009 kontribusinya sebesar 1.196.558.07 . Demikian pula dengan
sector perdagangan pada tahun 2009 sebesar 588.906.91, sedangkan sector yang lain relative
mengalami peningkatan seperti sector jasa, perdagangan, pertambangan masing-masing
sebesar 296.915.51, 588.906.91, 263.891.26. Oleh karena itu, peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Sampang khususnya di titik beratkan sektor pertanian dengan
pengembangannya pada sector pertanian dan perdagangan.
Tabel 1.2Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Timur dengan
Kabupaten Sampang Periode 2005-2009 (%)Tahun Jawa Timur Sampang
2005 5,84 3,84
2006 5,80 4,81
2007 6,11 4,43
2008 5,94 4,79
2009 5,01 4,12
Sumber: BPS, berbagai edisi, 2000. Tabel 1.2 menjelaskan tentang perbandingan laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Sampang dengan laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Selama lima tahun yaitu dari tahun 2005 sampai tahun 2009 laju petumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Sampang telah mengalami fluktuasi dan tidak luput juga dari dampak krisis global yang terjadi tahun 2008.
Berikut ini dijelaskan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir (2005-2009) Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yakni diatas kisaran 5 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2007, yaitu sebesar 6,11 persen, kemudian sedikit melambat pada tahun 2008 menjadi 5,94 persen, dan terus melambat menjadi 5,01 persen pada tahun 2009. Semakin melambatnya kinerja ekonomi Jawa Timur ini tentu tidak terlepas dari dampak krisis ekonomi global yang melanda hampir semua negara.Berdasarkan uraian tersebut, maka sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Karena diketahui terjadinya penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 saat terjadi krisis global financial dan kenaikan harga minyak dunia di Propinsi Jawa Timur (BPS Jatim, 2005:34), sedangkan untuk Kabupaten Sampang berbanding terbalik selama kurun waktu 2005-2009 pertumbuhan ekonominya hanya
berkisaran 3-4 persen, yang diketahui bahwa untuk meningkatkan satu poinpertumbuhan ekonomi bukanlah hal yang mudah. Hasil studi ini dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan tentang pengalokasian sektor-sektor yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Sampang, sehingga penelitian ”Analisis Potensi Sektor Ekonomi Kabupaten Sampang Tahun 2005-2009” penting untuk dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Sektor-sektor ekonomi apa saja yang dominan dan potensial di Kabupaten Sampang tahun
2005-2009?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang dominan dan potensial di Kabupaten Sampang
tahun 2005-2009.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat ilmiah
Memberikan informasi tentang sektor-sektor yang potensial pada tahun 2005-2009 di Kabupaten
Sampang.Dan diharapkan penulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yng membaca dan bisa
menambah wawasan keilmuan khususnya ilmu ekonomi dan studi pembangunan.
2. Manfaat praktis
Sebagai bahan masukan kepada Dinas terkait dalam menyusun alternative kebijakan yang
berkaitan dengan pengembangan sector potensional ekonomi Kabupaten Sampang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini diantaranya:
Analisis Perencanaan Sektor Ekonomi Kabupaten Sampang, Setya Kariyadi, 2005. Meneliti tentang perencanaan sektor ekonomi di Kabupaten Sampang dengan menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan alat analisis Location quotion(LQ) dan Shif Share(SS). Dari hasil penelitian tersebut diketahui sektor-sektor ekonomi yang dapat dijadikan prioritas pembangunan dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sampang adalah Sektor Jasa dengan LQ>1,77, PS>852, DS>673 adalah prioritas yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sampang.
Analisis Sektor Unggulan di Jawa Timur, Mahendri Sastrio Rachmadi, 2010. Meneliti tentang sector unggulan di Jawa Timur dengan menggunakan metode kuantitatif, dan menggunakan alat analisis Location, Quotient, Shift Share ILOR. Dari hasil penelitian tersebutmenunjukkan bahwa sektor yang menjadi unggulan di Jawa Timur tahun 2003-2007 adalah sector perdagangan, hotel, dan restoran. Sedangkan sektor-sektor yang banyak menyerap tenag a kerja di Jawa Timur adalah sector pertanian, sektor industry pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih.
Analisis Potensi Daerah Kabupaten Kediri, Dian Fatriniasari, 2005. Meneliti tentang Potensi daerah Kabupaten Kediri, dengan menggunakan metode analisis kuantitatif dan alalt analisis yang digunakan adalah Location Quotient, Shift Share, Indeks Williamson.Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa perhitungan dengan Indeks Williamson menunjukkan bahwa hasil pembangunan di Kabupaten Kediri selama tahun 1999-2003 semakin merata. Sedangkan hasil LQ danShift Share diketahui bahwa sektor basis dengan pertumbuhan yang cepat di wilayah Kabupaten Kediriyaitu Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan penggalian, serta Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Dari beberapa penelitian diatas disajikan dalam table penelitian berikut:
Tabel 2.1Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Metode Penelitian
Alat Penelitian Hasil
1 Setya Kariyadi, Analisis Perencanaan Sektor Ekonomi Kabupaten Sampang, 2005.
Kuantitatif Location quotien(LQ) dan Shif Share(SS)
Laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sampang adalah Sektor Jasa dengan LQ>1,77, PS>852, DS>673 adalah prioritas yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sampang.
2 Mahendri Sastrio Rachmadi , Analisis
Kuantitatif Location, Quotient, Shift
Diketahui bawa sector-sektor unggulan di Jawa Timur adalah
Sektor Unggulan di Jawa Timur, 2010.
Share,ILOR sector perdagangan, hotel, dan restoran.
3 Dian Fatriniasari, Analisis Potensi Daerah Kabupaten Kediri, 2005.
Kuantitatif Location Quotient, Shift Share, Indeks Williamson.
Diketahui bahwa sektor basis dengan pertumbuhan yang cepat di wilayah Kabupaten Kediri yaitu Sektor Pertanian, Pertambangan dan penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih.
.Persamaan dalam penelitian ini terletak pada metode dan alat analisis yang
dipakai oleh peneliti sebelumnya yaitu metode kuantitatif dan alat analisis Location
quotient (LQ) dan variabelnya yaitu potensi daerah. Sedangkan untuk perbedaanya juga terletak
pada alat analisisnya, yaitu dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan Location quotient,
namun peneliti menggunakan alat analisis Shift share
2.2 Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pembangunan Ekonomi Daerah
Konsep pembangunan ekonomi menyatakan bahwa pembangunan ekonomi tidak selalu
identik dengan pertumbuhan dan juga bukan hanya sekedar bagaimana menaikkan Produk
Domestik Bruto (PDB) per tahun saja.Pembangunan ekonomi bisa diartikan sebagai kegiatan-
kegiatan yang dilakukan suatu daerah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas
hidup masyarakatnya.Pembangunan Ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan kenaikkan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka
panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad dalam Yudha, 2011:6).
Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu
proses dimana saling mempengaruhi faktor-faktor yang menyebabkan pembangunan ekonomi
dan unuk mengetahui peristiwa yang muncul guna dilakukan peningkatan kegiatan ekonomi agar
terjadi peningkatan pertumbuhan perkapita dan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya
mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut
(Arsyad dalam Yudha, 2011:108).
2.1.2. Konsep Tentang Daerah
Untuk dapat membahas dan memecahkan masalah pembangunan ekonomi daerah dan
perencanaan ekonomi daerah yang berkaitan dengan tempat, maka muncullah ilmu ekonomi
daerah (regional). Ilmu ekonomi daerah menempatkan proses ekonomi dalam lingkup spasial
(mengenai tata ruang) sehingga menempatkannya dalam struktur landscape ekonomi. Pengertian
daerah yang digunakan dalam ilmu ekonomi daerah adalah sangat luas, sepanjang di dalamnya
terkandung unsur tempat atau space.Pengertian daerah (regional) berbeda-beda tergantung pada
aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu : daerah
homogen, daerah nodal, daerah perencanaan. Pertama daerah homogen adalah daerah yang
dianggap sebagai ruang di mana kegiata ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang
tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi
pendapatan perkapita, sosial-budaya, geografis, dan sebagainya. Kedua adalah daerah nodal atau
daerah fungsional.
Konsep ini memandang suatu daerah terutama dari segi organisasi tata ruang dari
berbagai aktivitas dan sumbersumber dayanya. Pada konsep ini masing-masing daerah dianggap
heterogen dan menekankan hubungan antara pusat-pusat kegiatan dan sumber-sumber daya
dalam tata ruang yang tersebar.Setiap pusat dianggap mempunyai daerah yang terbelakang
(hinterlands) atau lingkungan daerah pengaruh yang sesuai hierarki di dalam dan di luar daerah
tersebut.Ketiga adalah daerah perencanaan atau daerah administrasi dimana daerah adalah suatu
ekonomi ruang yang berada dibawah satu administrasi tertentu seperti satu Propinsi, Kabupaten,
Kecamatan, dan sebagainya (Arsyad, 2004:107).Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian
administratif dari suatu negara.
2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah
secara komprehensif.Namun demikian, ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu
bagaimana memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah.Pada hakikatnya, inti dari
teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang metode dalam
menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (Arsyad 2004:114).
Pengembangan metode untuk menganalisis suatu perekonomian suatu daerah penting sekali
kegunaanya sebagai sarana mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan
serta proses pertumbuhannya.
2.1.3.1. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan
industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad,
2004:300). Untuk menentukan suatu kegiatan tersebut merupakan kegiatan basis dan kegiatan
bukan basis dapat dilakukan dengan metode-metode baik secara langsung maupun tidak
langsung.Metode pengukuran langsung dapat dengan survey langsung untuk mengidentifikasi
sektor mana yang merupakan sektor basis.Metode ini dapat menentukan sektor basis dengan
tepat. Sedangkan pendekatan tidak langsung, yaitu (Sitohang, dalam Yudha 2011:66):
1. Menggunakan asumsi-asumsi atau metode arbitrer sederhana yang mengasumsikan bahwa
semua industri primer dan manufaktur adalah basis dan semua industri jasa adalah bukan basis.
2. Metode location quotient (LQ), yaitu dengan membandingkan peranan industri tertentu dalam
suatu perekonomian daerah dengan peranan industry yang sama dalam perekonomian nasional.
Dari perbandingan tersebut, rasio yang lebih besar daripada 1 menunjukkan kegiatan ekspor atau
kegiatan basis, sedangkan rasio LQ yang lebih kecil daripada 1 menunjukkan kegiatan local atau
bukan basis.
3. Metode kebutuhan minimum (minimum requirement) adalah modifikasi dari metode LQ
dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga kerja yang diperlukan untuk menopang
industri regional dan bukannya distribusi ratarata.
Dari ketiga metode diatas, metode yang kedua (metode LQ) yang akan dipakai lebih
lanjut dalam skripsi ini untuk mengidentifikasikan sektor-sektor yang ada dalam daerah penelitian
kedalam sektor-sektor basis dan non basis. Karena, metode ini sangat berguna untuk menentukan
keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk
mengembangkan stabilitas ekonomi.
2.1.3.2. Analisis Location Quetient (LQ)
Location Quetient (LQ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi
sektor basis atau unggulan (leading sector). Indikator yang digunakan : kesempatan kerja (tenaga
kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah Location Quotient (Emilia,
2006: 24). Teknik ini membandingkan antara aktivitas pada perekonomian daerah dengan pereko-
nomian yang lebih luas yaitu regional atau nasional, dalam usaha untuk mengidentifikasi
spesialisasi dari perekonomian daerah. Dalam teknik ini, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi
menjadi (dua) golongan, yaitu (Arsyad dalam Yudha, 2011:140):
1. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang
bersangkutan yang di sebut dengan industri basic.
2. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut yang di sebut dengan
industri non basic atau industri lokal.
2.1.3.3. Analisis Shift share
Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis
perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian regional atau nasional
(Arsyad dalam yudha, 2011:139).Metode ini dikembangkan dari analisis industri yang pertama
kali dikemukakan oleh Jones dan Lasser (1951) di Inggris.Dasar pemikiran analisis struktur ini
yaitu industri tidaklah homogen dan beberapa industri mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
daripada industri-industri lainnya. Analisis ini kemudian dikenal dengan namaShift-Share, yang
kemudiandikembangkan lebih lanjut oleh Dunn dan Perloff dari Amerika Serikat, metode ini
menghendaki pengisolasian efek dari struktur industri suatu daerah terhadap pertumbuhannya
selama suatu periode waktu tertentu.
2.1.5. Pengembangan Sektor Potensial
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah
mengadakan tinjauan keadaan, permasalahan dan potensi-potensi pembangunan (Tjokroamidjojo,
dalam Yudha, 2011:74).Berdasarkan potensi sumber daya alam yang kita miliki, maka adanya
sektor potensial di suatu daerah harus dikembangkan dengan seoptimal mungkin.
Berdasarkan potensi sumber daya alam yang kita miliki, maka adanya sektor potensial di suatu daerah harus dikembangkan dengan seoptimal mungkin.Lincolin Arsyad (2004:165) mengatakan bahwa sampai dengan akhir dekade 1980-an, di Indonesia terdapat tigakelompok pemikiran dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memantapkan keberadaan sektor industri. Ketiga kelompok pemikiran tersebut adalah:1. Pengembangan sektor industri hendaknya diarahkan kepada sektor yang memiliki keunggulan komparatif. Pemikiran seperti ini boleh dikatakan diwakili oleh kalangan ekonom-akademis.2. Konsep Delapan Wahana Transformasi Teknologi dan Industri yang di kemukakan oleh Menteri Riset dan Teknologi, yang pada dasarnya memprioritaskan pembangunan industi-industri hulu secara serentak (simultan).3. Konsep keterkaitan antar industri, khususnya keterkaitan hulu-hilir. Konsep ini merupakan konsep menteri perindustrian.
Sebagai indikator analisis evaluasi, metode klarifikasi, dan validasi dari perencanaan yang telah disusun sesuai dengan tuntutan kerangka acuan kerja digunakan analisis SWOT. Analisis ini merupakan suatu
metode untuk menggali aspek-aspek kondisi sektoral yang terdapat di suatu kawasan yang direncanakan untuk menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi dalam pengembangan sektoral tersebut.2.3. Kerangka penelitian
Penelitian mengenai “Analisis Potensi Sektor Ekonomi Kabupaten Sampang Tahun 2005-2009”, menggunakan metode kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung indeks Location Quotients dan
Shift Share dimana pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang
dominan dan potensial.
gambar 2.1Bagan Kerangka Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung indeks Location
analisis potensi sektor ekonomi
Kuantitatif
Location Quotieon Shift share
Sektor ygdominan dan potensial
Strategi kebijakan pengembangan ekonomi sektoral di Kabupaten Sampang
Quotients dan Shift Share dimana pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sektor-sektor
ekonomi yang dominan dan potensial sehingga dapat dijadikan prioritas pengembangan ekonomi.
3.2Definisi OperasionalBeberapa pengertian atau definisi yang perlu dipahami dalam penelitian ini adalah :1. Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan
jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 dan dinyatakan dalam prosentase (%).
2. Potensi daerah Kabupaten Sampang adalah kemampuan daerah Kabupaten Sampang untuk mengelola setiap sumberdaya-sumberdaya yang ada di daerah tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (sumber daya).
3. Sektor ekonomi yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang berperan dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi.
4. Pengembangan sektor ekonomi potensial adalah upaya untuk mengubah atau menaikkan keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada sektor-sektor ekonomi potensial (unggul, mampu, strategis), guna meningkatkan PDRB Kabupaten Sampang secara umum.
5. Pangsa regional merupakan besarnya pergeseran atau perubahan secara agregat di wilayah yang lebih luas (Kabupaten Sampang terhadap Provinsi Jawa timur).
6. Proportionality Shift yaitu perbedaan pertumbuhan PDRB yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Sampang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan dengan perekonomian Propinsi Jawa Timur.
7. Differential Shift yaitu pendekatan PDRB yang diakibatkan oleh sektor-sektor di Kabupaten Sampang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat daripada sektor yang sama di Propinsi Jawa Timur.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian, yaitu data sekunder , data diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sampang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur.
3.4. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif Pengumpulan data dilakukan
dengan metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau informasi
mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali
laporan-laporan tertulis, baik berupa angka maupun keterangan (tulisan atau papan, tempat
kertas dan orang). Pada penelitian ini metode dokumentasi dipakai untuk mengetahui data
PDRB Kabupaten Sampang dan PDRB Propinsi Jawa Timur tahun 2005-2009 (data terbaru)
atas dasar Harga Konstan, yang bersumber dari dokumentasi BPS.
3.5. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan dua alat analisis yang berkaitan dengan permasalahan
yang ada yaitu analisis Location Quetient (LQ) dan analisis Shift Share.
3.5.1. Analisis Location Quetient
Alat analisis umum untuk menilai ekonomi basis suatu wilayah adalah menggunakan
analisis Location Quotient (LQ), LQ adalah perbandingan antara pangsa relatif (proporsi)
pendaptan atau tenaga kerja suatu sektor pada tingkat wilayah (misalnya Kabupaten) terhadap
pangsa relatif sektor tersebut pada wilayah yang lebih luas (misalnya Propinsi) (Indahsari,
2009:24). Rumus LQ ditulis sebagai berikut:
Dimana :
LQ = nilai LQ sektor ke-i
vi = PDRB Sektor i di Kabupaten Sampang (dalam juta Rupiah).
vt = PDRB total di Kabupaten Sampang (dalam juta Rupiah).
Vi = PDRB Sektor i di Propinsi Jawa Timur (dalam juta Rupiah).
Vt = PDRB total di Propinsi Jawa Timur (dalam juta Rupiah).
3.5.2. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share berfungsi sebagai pelengkap analisis Location Quetient.Analisis
ini digunakan untuk melihat pertumbuhan PDRB dan sektor-sektornya, baik oleh pengaruh
intern maupun pengaruh ekstern. Metode ini diawali dengan perubahan nilai tambah atau
PDRB suatu sektor di Kabupaten Sampang antara dua periode yaitu periode dasar dan
periode t. Notasi Shift Share berikut ini mengikuti notasi yang dikemukakan oleh ( Jakfar
Sadik, 2012) sebagai berikut:
DYi = PRij + PPij + PPWij
atau secara rinci
Y’ij-Yij = Yij = Yij(Ra-1) + Yij(Ri-Ra) + Yij (ri-Ri)
Dimana:
Yij = Perubahan dalam pendapatan subsektor Kabupaten Sampang pada wilaya Provinsi
Jawa Timur.
Yij = PDRB subsektor Kabupaten Sampang pada Provinsi Jawa Timur pada tahun dasar
analisis
Y’ij =PDRB subsektor Kabupaten Sampang pada Provinsi Jawa Timur pada tahun akhir
analisis
Yi = PDRB subsektor Kabupaten Sampangdiseluruh wilaya penelitian pada tahun dasar
analisis
Y’i = PDRB subsektor Kabupaten Sampangdiseluruh wilaya penelitian pada tahun akhir
analisis
Y = PDRB seluruh subsektor pada tahun dasar analisis
Y’ = PDRB seluruh subsektor pada tahun akhir analisis
Ra = Y’../ Y..
Ri = Y’i / Yi
ri = Y’ij / Yij
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa bila:
1. Pertumbuhan Regional (PRij) yang bernilai positip mengandung makna bahwa bahwa
wilayah tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan nasional rata-rata.
Sedangkan yang bertanda negatif memberi suatu indikasi bahwa pertumbuhan
regional suatu wilayah lebih lambat dibandingkan pertumbuhan nasional rata-rata.
2. Pertumbuhan Proporsional (PP) yang bernilai positif memberi suatu indikasi bahwa
sektor ke-i (regional) merupakan sektor yang maju, sektor tersebut tumbuh lebih cepat
daripada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. PP bernilai negatif
mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang lamban.
3. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu
sektor ke-i di suatu wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama pada wilayah
pembanding (wilayah satu atau dua tingkat di atas, bisa juga menggunakan cakupan
nasional).
BAB IV
4.1 Hasil Analisis Location Quotient
Untuk mengetahui apakah sektor-sektor ekonomi di suatu daerah termasuk sektor basis atau
non basis digunakan analisis Location Quotien (LQ). Dengan analsis ini suatu sector
dikatakan sebagai sektor basis jika nilai LQ lebih besar dari 1 (LQ > 1), sektor inimempunyai
potensi untuk dikembangkan karena sektor ini selain mampu mencukupikebutuhan akan
barang dan jasa daerahnya sendiri juga mampu memenuhi kebutuhan daerah lain. Sedangkan
suatu sektor dikatakan nonbasis jika sektor tersebut mempunyai nilai LQ kurang dari 1 (LQ <
1), sektor nonbasis ini merupakan sector yang kurang berkembang disuatu daerah dan hanya
mampu mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri. Hasil perhitungan Location Quotien (LQ)
Kabupaten Sampanglama 10 tahun terakhir (dari tahun 2005-2009) selengkapnya dapat
dilihat padatabel berikut:
Tabel 4.1Hasil Perhitungan Indeks Location Quotien (LQ)
Di Kabupaten Sampang Tahun 2005-2009
Sektor/Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 LQ
1. PERTANIAN0.495497
80.493535
60.476499
1 0.4646911 0.45442 2.8577546
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN0.097099
90.097641
60.099742
4 0.10217660.100218
7 4.7589096
3. INDUSTRI PENGOLAHAN0.009333
60.009213
20.009136
5 0.00928180.009005
1 0.034711
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH0.009871
50.009542
20.009526
7 0.0089218 0.008634 0.5365588
5. KONSTRUKSI0.027264
40.025399
20.024857
8 0.0244621 0.025127 0.7887111
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN0.194921
4 0.1989210.210944
8 0.2167370.223650
7 0.6828577
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI0.022975
50.023698
20.024368
2 0.02549720.026880
5 0.419557 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 0.034946
0.0354304
0.0376507 0.0388102
0.0393036 0.7267518
9. JASA-JASA 0.108090.106618
4 0.107274 0.10942220.112760
4 1.3335088
Smber: PDRB Kabupaten Sampang diolah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis LQ seperti yang terlihat dari Tabel 4.6
Kabupaten Sampang mempunyai tiga sektor basis, sektor tersebut yaitu sektor pertanian
sebesar 2.86, jasa sebesar 1.33 danpertambangan sebesar 4,76 yang menjadi sektor basis
utama di Kabupaten Sampang melebihi sektor pertanian dan jasa. Sedangkan sektor-sektor
yang bukan termasuk basis di Kabupaten Sampang selama periode 2005-2009 terdapat enam
sektor non basis yaitu sektor yaitu industry pengolahan sebesar 0.03, listrik sebesar 0.53,
konstruksi sebesar 0.78, perdagangan 0.68, pengangkutan sebesar 0.41, dan keuangan sebesar
0.72. Meskipun sektor basis merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan danuntuk
memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang, akan tetapi sektor nonbasis juga perlu
untuk dikembangkan untuk menjadi sektor basis baru dan menunjangsektor basis yang telah
ada.
4.2 Hasil Analisis Shift Share
Analisis ini terdiri dari tiga komponen, yaitu Differential Shift (DS), Proportionality Shift
(PS) dan pangsa regional (PR).Differential Shift yang positif menunjukkan bahwa suatu
sektor mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang
sama di daerah lain, atau dengan kata lain dapat diartikan bahwa sektor tersebut mempunyai
keuntungan lokasional. Komponen Proportionality Shift menunjukkan cepat lambatnya
tingkat pertumbuhan suatu sector yang sama di Provinsi Jawa Timur. Nilai Proportionality
Shift yang positif menunjukkan sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih
cepat di tingkat Provinsi Jawa Timur. Komponen (PR) pangsa regional harus dibandingkan
dengan perubahan PDRB untuk mengetahui apakah suatu sektor di Kabupaten Sampang akan
cenderung menghambat ataukah mendorong pertumbuhan sektor yang sama di tingkat
Provinsi Jawa Timur. Apabila nilai pangsa regional lebih besar dari perubahan PDRB maka
sektor tersebut akan menghambat pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timur
tetapi jika nilai pangsa regional lebih kecil dari perubahan PDRB maka sektor tersebut akan
mendorong pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Jawa Timur.
Tabel 4.1Hasil Perhitungan Shift Share (SS)
Di Kabupaten Sampang Tahun 2005-2009
. Sektor/Sub-sektor NIJ(PR/RS) MIJ(PS) CIJ DS
I. Pertanian 697,189.04 -656513.3846 -18,211.65
II. Pertambangan & Penggalian 153,298.45 -133373.9187 -14,193.95
III. Industri Pengolahan 13,925.78 -13320.65122 -344.82
IV. Listrik & Air Bersih 13,385.62 -12818.27578 -374.64
V. Bangunan/Konstruksi 36,701.21 -34099.88823 1,755.72
VI. Perdagangan, Hotel & Restoran 325,176.59 -295297.1908 11,417.19
VII. Pengangkutan & Komunikasi 38,254.15 -29601.6088 -2,293.62
a. Angkutan 26,563.82 -23523.17107 -132.79
b. Komunikasi 11,690.34 -6481.104849 -1,758.18
VIII. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perus. 58,227.99 -52276.85549 -517.02
IX. Jasa-Jasa 164,169.21 -146297.4953 2,576.32
Sumber: PDRB Kabupaten Sampang diolah
Dari Tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai differential shift rata sektor-
sektorekonomi Kabupaten Sampang dari tahun 2005-2009 nilainya ada yang positif danada
yang negatif. Nilai yang positif ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Sampang ada yang
sektor ekonominya tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yangsama di tingkat
Jawa Timur. Sedangkan nilai negatif menunjukkan bahwa sector dengan nilai rata-rata
negatif tersebut tumbuh lambat dibanding dengan pertumbuhansektor yang sama di tingkat
Jawa Timur. Hanya ada satu sektor di Kabupaten Sampang yang nilai DS rata-ratanya positif
yaitu, sektor jasa sebesar 2,576.32.Sektor jasa tersebut merupakan sektor yang
pertumbuhannya cepatsehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan
PDRBKabupaten Sampang.Sedangkan kedelapan sektor lainnya yaitu sector pertanian,
pertambangan, industry, listrik, bangunan, perdagangan, komunikasi, dan keuangan
pertumbuhannya lambat atau nilai rata-ratanya negatif.
Sedangkan untuk sektor sektor yang memiliki nilai rata-rata komponen pertumbuhan
proporsional (PS) yang positif (sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Propinsi Jawa
Timur) tidak ada. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki nilai rata-rata komponen
pertumbuhan proporsional negatif (sektor yang tumbuh lambat di perekonomian Jawa Timur)
yaitu sektor pertanian; pertambangan; industri pengolahan; listri; konstruksi; bangunan,
perdagangan; kuangan dan sektor jasa-jasa.
Dan untuk pangsa regional (PR)terdapat empat sektor yangdapat mendominasi dalam
mendorong pertumbuhan sektor yang sama di ProponsiJawa Timur yaitu sektor pertanian;
pertambangan; perdagangan; dan jasa.Sedangkan sektor yang cenderung menghambat
pertumbuhan sektor yang sama diPropinsi Jawa Timur yaitu sektor industri listrik; bangunan;
pengangkutan dan sektor keuangan.
4.3 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sektor ekonomi yang paling potensial
sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang
ada tiga yaitu sektor pertanian, jasadan pertambangan yang menjadi sektor basis utama di
Kabupaten Sampang.
2. Struktur perekonomian Kabupaten Sampang, sudah tidak bersifat agraris karena
sektor pertambangan merupakan sektor yang paling banyak memberikan kontribusi dalam
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dibanding dengan
sektor-sektor lainnya.
3. Berdasarkan analisisshift share terdapat sektor jasa merupakan sektor yang
pertumbuhannya cepat berdasarkan nilai differential shift (DR) sehingga berpotensi untuk
dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Kabupten Sampang. Sedangkan untuk
sektor pertanian; pertambangan; perdagangan; dan jasa mendorong pertumbuhan sektor yang
sama di Proponsi Jawa Timur berdasarkan nilai pangsa regional (PR) dan untuk sektor-sektor
yang memiliki nilai rata-rata komponen pertumbuhan proporsional (PS) yang positif (sektor
yang tumbuh cepat di perekonomian Propinsi Jawa Timur) tidak ada.