wawancara
DESCRIPTION
ÂTRANSCRIPT
SAYA BANGGA MENJADI ORANG INDONESIA *Carita Seorang Pelaut Kapal Pinisi Nusantara :
“Di Laut adalah Sekolah Terbaik buat Saya” (Hasil Wawancara Eksklusif Kapolres Kepulauan Selayar kepada Andi Ahmad Tanjung Bira Kamis 07 Pebruari 2013)
Andi Ahmad
Ketertarikan saya atas Penampilan Pengusaha Bungalow yang dengan gaya nyentriknya dan
terlihat santai duduk sambil ngopi di sebuah Replika sebuah Kapal Pinisi, sehingga menginspirasi saya
untuk memetik pengalaman perjalanan hidup seorang Pelaut sehingga dapat memotivasi kehidupan
seorang Polisi. Suatu hari dalam perjalanan kembali ke Daerah Tugas yang terletak di ujung Selatan
Pulau Sulawesi Saya ketinggalan Kapal Feri yang dikarenakan Kapal Feri KMP Bontoharu tidak bisa
beroperasi karena sedang di mantenance, untuk itu Saya harus menunggu pemberangkatan
berikutnya dengan menggunakan Kapal Feri KMP Sangke Palangga.
Saya menyempatkan diri untuk beristirahat pada sebuah Bungalow sambil menunggu jadwal
pelayaran kapal ASDP dari Pelabuhan Bira Kabupaten Bulukumba menuju Kabupaten Kepulauan
Selayar, maklum untuk ke tempat Tugas saya harus di tempuh dengan penyeberangan laut dengan
jarak tempuh kurang lebih Dua jam.
Di tempat ini saya menyempatkan diri bercengkramah dengan Masyarakat lokal setempat,
kebetulan pada saat itu saya bercerita dengan pemilik Bungalow, Beliau juga Tokoh Masyarakat Bira
dimana Beliau adalah seorang pembuat Perahu Pinisi yang merupakan salah satu karya cipta
kebanggaan Masyarakat Sulawesi Selatan.
Bapak itu bernama Andi Ahmad, Beliau lahir di Tanaberu 1 Juni 1951 dengan nama Orang Tua
Andi Muhammad Nur buah hasil pernikahan dengan Saenab Amin, beliau adalah anak kedua dari Dua
Orang bersaudara, Pak Ahmad ini sejak Umur Dua Tahun sudah ditinggalkan oleh Bapaknya, mungkin
inilah yang membuat Beliau cepat mandiri dan tangguh mengarungi hidup.
Pendidikan beliau termasuk kelas yang sedang-sedang maklum sejak selesai di SD 84 yang saat ini
adalah SD Lanto Daeng Pasewang Makassar, kemudian lanjut ke SMP 3 Makassar, dan tamat di SMU
Pinrang walaupun sempat mengenyam Pendidikan Tinggi namun tidak sempat menyelesaikan studinya
di Universitas Hasanuddin Fakultas Pertanian, inilah beberapa potongan percakapan saya dengan
Bapak Andi Ahmad :
Wawancara Kapolres Kep. Selayar AKBP Moh Hidayat B, SH, SIK, MH. Dengan Seorang Pelaut
dari Bontobahari Kab. Bulukumba yang di dampingi Oleh Anggota Provos Polres Kep. Selayar
BRIGADIR Ahmad Ridha, SH dan disaksikan Tim IT Programmer Ariya, S.Kom & Tim.
Polisi: sejak kapan bapak menekuni pembuatan perahu?
Pelaut: Pertama kali saya membuat Perahu yaitu pada Tahun 1990
Polisi: untuk saat ini jumlah produksi kapal yang bapak produksi?
Pelaut: Sampai saat ini saya sudah membuat Perahu sebanyak kurang lebih 50 Yunit
Polisi: Apakah sampai hari ini bapak masih memproduksi kapal Pinisi dan mempunyai usaha lain
Pelaut: Pada awal Tahun 2012, saya berhenti membuat perahu, alasannya saya berhenti karena
saat ini kayu susah ditemukan dan saya tidak mau merusak nama baik saya sebagai seorang
pembuat perahu, membuat Bungalow Tahun 1991 yang merupakan cikal bakal Home Stai dan
saya membangun Monumen yang terletak di Tanjung Bira dengan maksud untuk membuktikan
bahwa daerah saya adalah tempat pembuat Perahu Pinisi yang berasal dari Bontobahari
Kabupaten Bulukumba Prov. Sulsel Indonesia. Saya juga pernah menjual ikan, Usaha warung
makan, sampai jadi sopir mobil pak! ujar Bapak Ahmad sambil menghisap dalam-dalam asap
rokoknya..
Polisi: darimana anda mendapatkan ilmu membuat perahu pinisi?
Pelaut: Saya mampu membuat perahu karena merupakan keahlian turunan dari nenek moyang
saya walaupun pada dasarnya saya bukan tukang kayu tapi saya tau bagaimana filosofinya itu
perahu
Polisi: Jenis kapal yang bapak Buat berbeda beda ya ? dan berapa kisaran harganya?
Pelaut: Adapun Perahu yang saya buat ukurannya bermacam – macam, diantaranya :
- Perahu paling kecil adalah amana gappa dengan ukuran panjang 17 meter, lebar 4, 5 meter tinggi
2,5 meter
- Paling besar 45 lebar 7 tinggi 3,5 meter nama kapal Amira ada di Raja Ampat. Kisaran harganya
bermacam – macam, ada yang ratusan juta dan ada juga yang berharga 3 M, dan inilah kapal
terakhir yang saya buat.
Polisi: Anda menjual perahu pinisi ini kepada siapa?
Pelaut: Perahu Pinisi buatan saya di beli oleh Orang Eropa dan salah satu kapal hasil buatan saya
saat ini berada di EROPA yang bernama Amana Gappa
Polisi: Apakah Bapak Pernah berlayar menggunakan Perahu Pinisi
Pelaut: Saya pernah keliling dunia dengan Perahu Pinisi bernama “crooss on the oceane” sampai ke
madagaskar dengan waktu 5 minggu
Polisi: Apakah Perahu-perahu Pinisi ini sudah memakai tenologi canggih, misalnya mesin yang
bertenaga besar?
Pelaut: Sebagai seorang pelaut saya tidak yakin dengan Mesin dan saya lebih percaya dan yakin
dengan menggunakan Layar karena menggunakan mesin bila mana ada kerusakan sekecil apapun
maka perahu tersebut tidak akan bisa di gunakan lagi untuk berlayar sedangkan bila mana kita
menggunakan layar tidak akan ada hambatan karena kita menggunakan tenaga angin dan angin
tidak akan habis. Namun bukan berarti saya tidak percaya dengan mesin dan maksud saya, saya
lebih yakin dengan layar.
Polisi: Apakah anda bangga mendengar perahu Pinisi mengelilingi samudera yang luas?
Pelaut: Ya, saya bangga karena mampu menunjukkan kepada Dunia bahwa Perahu Pinisi mampu
mengarungi Samudera yang luas.
Polisi: Kapal yang terbesar yang bapak Buat?
Pelaut: Salah satu kapal terbesar yang saya buat Tinggi 15 meter, dibuat selama kurang lebih 1
Thn, 40 hari waktu utk menarik ke laut dengan menggunakan tenaga manusia sebanyak 40 Orang,
biaya utk mengapungkan perahu 1 Kijang inova kurang lebih 200 juta, Modal utk badan perahun
saja berkisar 400 Juta dan biaya secara keseluruhan sekitar 1 M, yang kemudian di beli oleh org
asing dengan harga 3 M. Kapal yang saya buat ini menggunakan kayu sebanyak 100 kubik dan
banyak kayu yg saya tdak gunakan karena tdk sesuai dgn keinginan saya, biasa kayu retak atau
tipis. Kapal tersebut selesai 100 persen selama 2 Thn, pada saat kapal tersebut terapung barulah
saya mengerjakan kamar kapal.
Polisi: Dimana letak kepuasan Bapak setelah Kapal yang Bapak kerjakan selesai?
Pelaut: Saya merasa puas ketika Kapal yang saya buat berhasil saya apungkan di laut
Polisi: Apakah Bapak Bangga dengan Profesi Bapak?
Pelaut: Di laut adalah sekolah terbaik buat saya, prinsip seorang pelaut adalah selalu berdoa
mudah-mudahan besok saya masih melihat matahari terbit, Hati bergetar bila mana jangkar di
lepas pertanda perang dimulai,kapal sandar pertanda perang telah kita menangkan,namun lautan
kembali menantang, setiap kita akan berlayar perasaan saya bagaikan pergi berperang dan
bilamana saya tiba di darat maka saya menganggap saya telah memenangkan peperangan dan laut
kembali menantang saya. Dalam mengambil keputusan di laut keputusan ada di tangan Nahkoda
dan berbeda dgn Petugas bilaman akan mengambil keputusan maka mempertimbangkan HAM.
Dilaut Nahkoda adalah Raja.
Polisi: Bapak kan seorang pelaut dan pembuat Kapal, Nah... bagimana tanggapan Bapak tentang
Ilegal Fishing ?
Pelaut: Pendapat saya tentang ilegal fishing adalah org tersebut hanya memikirkan dirinya sendiri
sama halnya dengan para koruptor bekerja hanya memilih yang instan saja. Tidak memikirkan
anak cucu mereka dan mereka adalah org yang serakah.
Polisi: Ada saran untuk Aparat mengenai Pemberantasan Ilegal Fishing Pak?
Pelaut: Hentikan pelaut ilegal Fishing dengan cara pendekatan dan Penyuplai bahan baku yang
digunakan Nelayan melakukan Ilegal Fishing agar diberantas karena menurut saya penyuplai
bahan baku Bom dan bius adalah Org besar, nelayan hanya Pengguna dan bilamana Penyuplai
bahan baku sudah diberantas maka saya yakin tidak akan ada lagi Ilegal Fishing, Aparat jangan
takut bertindak karena itu adalah Wewenag Anda. Kadang saya berfikir utk menggerakan massa
dgn maksud memberantas ilegal fishing namun saya sadar bahwa itu adalah perbuatan yang
melanggar Hukum ( main hakim sendiri ).
Polisi: Apakah Bapak pernah memegang sebuah jabatan di desa ini
Pelaut: Oh!saya Pernah terpilih sebagai Anggota Dewan Kab. Bulukumba pada tahun 2004 s/d
2009
Tidak terasa sudah hampir Tiga jam kami bercakap-cakap dengan seorang Bapak yang
mempunyai banyak pengalaman dalam Ilmu Bahari,nampak samar samar KM Sangke Pallangga akan
merapat ke Pelabuhan Bira, pertanda tidak lama lagi kami akan melanjutkan perjalanan ke Pulau
Selayar yang nampak samar tertutup awan tipis dari kejauhan,saya mulai bergegas dan bersalaman
dengan Beliau dan saya berharap perjumpaan ini menjadikan pengalaman yang berharga bagi saya
dan menjadi motifasi bagi saya dalam menjalankan Tugas Mulia sebagai seorang Anggota Polri.
SEKIAN & TERIMAKASIH