wawancara

2
Hasil Wawancara dengan Ibu Sujilah (Pelayan Rumah Makan, 45 tahun) Ibu Sujilah merupakan salah satu penghuni Rusunawa Ghra Bina Harapan. Di Rusun dengan ukuran 5x4 m per kamar tersebut, Ibu Sujilah tinggal bersama seorang suami dan dua orang anak perempuan yang masih duduk dibangku sekolah. Keluarga Ibu Sujilah memilih tinggal di rusunawa dikarenakan selain fasilitas yang cukup lengkap, harga sewa rumah juga terjangkau oleh keluarga Ibu Sujilah (100 ribu per bulan, karena berada di lantai lima) dibandingkan apabila mengontrak rumah. Ibu Sujilah dan suaminya bukan asli penduduk Kota Yogyakarta, melainkan berasal dari Tepus, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. keluarga Ibu Sujilah memilih untuk pindah ke Kota Yogyakarta dikarenakan untuk pendidikan anak dan sulitnya mencari nafkah di daerah asalnya. Sehari-hari Ibu Sujilah menafkahi keluarganya dengan bekerja sebagai seorang pelayan di salah satu rumah makan di daerah Jalan Mataram. Pekerjaan yang dilakukan ibu Sujilah cukup berat dikarenakan waktu bekerjanya dimulai dari pagi hari hingga larut malam. Selain itu Ibu Sujilah juga sulit mendapatkan libur kerja. Sedangkan penghasilan yang didapatkan Ibu Sujilah selama sebulan hanya sekitar 400 ribu rupiah. Disamping itu, suami Ibu Sujilah berprofesi sebagai buruh bangunan lepas dengan tawaran pekerjaannya tidak menentu. Namun biasanya, apabila mendapat

Upload: latifah-noor-fauziah

Post on 19-Nov-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Wawancara dengan seorang penjaga warung

TRANSCRIPT

Hasil Wawancara dengan Ibu Sujilah (Pelayan Rumah Makan, 45 tahun)

Ibu Sujilah merupakan salah satu penghuni Rusunawa Ghra Bina Harapan. Di Rusun dengan ukuran 5x4 m per kamar tersebut, Ibu Sujilah tinggal bersama seorang suami dan dua orang anak perempuan yang masih duduk dibangku sekolah. Keluarga Ibu Sujilah memilih tinggal di rusunawa dikarenakan selain fasilitas yang cukup lengkap, harga sewa rumah juga terjangkau oleh keluarga Ibu Sujilah (100 ribu per bulan, karena berada di lantai lima) dibandingkan apabila mengontrak rumah. Ibu Sujilah dan suaminya bukan asli penduduk Kota Yogyakarta, melainkan berasal dari Tepus, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. keluarga Ibu Sujilah memilih untuk pindah ke Kota Yogyakarta dikarenakan untuk pendidikan anak dan sulitnya mencari nafkah di daerah asalnya. Sehari-hari Ibu Sujilah menafkahi keluarganya dengan bekerja sebagai seorang pelayan di salah satu rumah makan di daerah Jalan Mataram. Pekerjaan yang dilakukan ibu Sujilah cukup berat dikarenakan waktu bekerjanya dimulai dari pagi hari hingga larut malam. Selain itu Ibu Sujilah juga sulit mendapatkan libur kerja. Sedangkan penghasilan yang didapatkan Ibu Sujilah selama sebulan hanya sekitar 400 ribu rupiah. Disamping itu, suami Ibu Sujilah berprofesi sebagai buruh bangunan lepas dengan tawaran pekerjaannya tidak menentu. Namun biasanya, apabila mendapat tawaran pekerjaan, suami Ibu Sujilah bisa memperoleh penghasilan kurang lebih 600 ribu rupiah per bulan.Dari penghasilan yang didapat keluarga Ibu Sujilah mengaku masih mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari (makan, sewa rusun, sekolah anak dan biaya transportasi dll). Namun dengan keadaan yang demikian tersebut, Ibu Sujilah tetap memiliki keinginan yang kuat untuk menyekolahkan anaknya dengan harapan anak-anaknya dapat memiliki kehidupan yang layak di kemudian hari. Hal ini ditunjukkan dengan putri sulung Ibu Sujilah yang memperoleh kesempatan untuk mengeyam pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta.