warta yanmed xxiii (27112010)

Upload: okti-sirait

Post on 10-Jul-2015

284 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KELUARGA BESAR DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK MENYAMPAIKAN TERIMA KASIH KEPADA :

Bapak dr. Farid W. Husein, Sp.BATAS PENGABDIAN SELAMA LIMA TAHUN MENJABAT SEBAGAI DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK PERIODE 2005 2010

Dan Kepada

Bapak dr. Supriyantoro, Sp.P, MARSKAMI MENGUCAPKAN SELAMAT DATANG UNTUK MENGEMBAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

salamredaksiSusunan RedaksiPembina Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Penanggung Jawab Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik Dr. dr. Sutoto, M.Kes Pimpinan Redaksi Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas V.A. Binus Manik, SH,MH Sekretaris Redaktur Kepala Sub Bagian Humas Imin Suryaman, S.Sos Tim Redaktur 1. Kabag. Program dan Informasi 2. Kabag. Keuangan 3. Kabag. Umum & Kepegawaian 4. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Dasar 5. Kasubag TU Dit Bina Yan Medik Spesialistik 6. Kasubag TU Dit Bina Yan Keperawatan 7. Kasubag TU Dit Bina Yan Kesehatan Jiwa 8. Kasubag TU Dit Bina Yan Penunjang Medik 9. Kasubag Hukum Bagian Hukormas 10. Kasubag Organisasi Bagian Hukormas 11. Kasubag Perbendaharaan Bagian Keuangan 12. Kasubag Data dan Informasi Bagian Program dan Informasi 13. Kasubag Rumah Tangga Bagian Umum dan Kepegawaian Penyunting/Editor 1. Sufermi Sofyan 2. Eti Ekawati.SH.MH 3. Ani Mindo Ch.SE 4. Auliyana Zahrawani. SKM 5. Pelita Apriany, SKM 6. Desi Syetiani, S.Sos Sekretariat 1. Drs. Ahmad Haryanto 2. Denny Sugarna 3. Benny Bremer 4. Rita DesmawatiKEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

Selamat Datang Dirjen Bina Pelayanan Medik, Akhirnya pada tanggal 5 Juli 2010 terjawab sudah penantian selama ini. Menteri Kesehatan RI melantik dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. Suasana pelantikan yang khidmat, saat dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS membacakan sumpah jabatan yang dituntun Menteri Kesehatan. Dengan penuh ketegasan dan keyakinan Dirjen membacakan kata demi kata kontrak sosial kepada masyarakat terlebih dengan tuhan yang maha esa. Dalam sambutan Dirjen saat pisah sambut menyatakan jabatan ini merupakan bentuk tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dalam menghadapi permasalahan serta meningkatkan pelayanan dunia perumahsakitan. Tantangan inilah yang kita akan hadapi bersama, dibantu dengan sumbang saran mantan Dirjen, dr. Farid W. Husain, Sp.B. Dengan arah dan landasan yang sama, kita yakin pak Dirjen akan meneruskan apa yang sudah dirintis mantan Dirjen, program yang baik untuk ditingkatkan dan disempurnakan untuk mendapatkan tangga-tangga keberhasilan pelayanan medik. Tangga-tangga keberhasilan dilihat dari program terencana yang telah diliput oleh kami, antara lain pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, penataan organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, peningkatan kemampuan tenaga kehumasan, konsolidasi dalam penerapan standar dan pedoman asuhan kebidanan. Redaksi berharap kepada Pembaca Setia untuk mengisi rubrik-rubrik yang akan berguna bagi pembaca lainnya. Naskah/artikel hendaknya ditulis dalam bahasa popular, padat maksimal 4 halaman. Redaksi berhak menyunting/ memperbaiki naskah/artikel yang akan dimuat tanpa mengubah isi. Naskah yang telah dikirim sepenuhnya menjadi hak redaksi. Semoga semua informasi ini dapat bermanfaat bagi Pembaca Setia. Redaksi berharap Pembaca Setia dapat memberikan saran dan informasi yang dapat membantu meningkatkan mutu materi majalah Warta Yanmed. Terima Kasih. Alamat Redaksi Bagian Hukormas Ditjen Bina Yanmedik Depkes RI Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 No. 4-9 Lt. III/R. 316 Blok B Kuningan - Jakarta Selatan 12920 Telp/Fax. 021-5277734, 021-5201590 (hunting) ext 1300 & 1302 Email. [email protected]

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXI Tahun 2010

1

daftarisi

beritautama04

Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK

Menkes Melantik 20 Pejabat Eselon II

06

Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia

08

0419Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho Korban Ledakan Tabung GAS

liputanRSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat Indonesia

12

20

Pekan ASI Sedunia Tahun 2010 Sukseskan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

22

Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010

24 26

Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita Rakyat

12Workshop Penerapan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakit

Kementerian Kesehatan Dukung Sail Banda

27 13

Korban Elpiji Dapat Perawatan Gratis

22

Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia

15

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

17

2

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

43 28Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan Medik

Penempatan Tenaga Kesehatan Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan Terluar Sepi Peminat

44

30

Pemanfaatan Teknologi Informasi Sebuah Tuntutan dan TantanganProfesionalisme Bagi ARSIPARIS

Peningkatan Kemampuan Bendahara di Lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

48

Penanggulangan Varises Dengan Laser

32

Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011

50

Usia Lanjut? Bermasalah Pada Kesehatan Jiwa?

ragam35Rumah Sakit Internasional Bukan Sekedar Nama

resensibuku53Petunjuk Teknis Tata Naskah Dinas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

36

Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010 Ditjen Bina Pelayanan Medik

38

Regulasi Pemerintah vs Reformasi Rumah Sakit: Sejalankah?

40 42

Penyakit Buergers Disease

Instalasi Radiologi RSUP H.Adam Malik

54

lensayanmed54Pisah Sambut Pejabat Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Bersama Menteri Kesehatan

58

42

Serah Terima Jabatan Eselon II

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

3

beritautama

Dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIKKEMENKES Pelantikan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik telah berlangsung hari, Senin 5 Juli 2010 di Gedung Leimena Kementerian Kesehatan. Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH melantik dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sebagai Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan menggantikan dr. Farid. W. Husain, Sp.B yang telah purna bakti. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS yang sebelumnya sebagai Direktur Kesehatan TNI-AD di lingkungan Kementerian Pertahanan mengucapkan Suasana khidmad pelantikan Dirjen Bina Pelayanan Medik sumpah jabatan di depan Menteri Kesehatan, Para Eselon I dan II di lingkungan Kementerian upaya promotif dan preventif. Kesehatan. Kementerian Kesehatan merupakan salah satu Dalam Peraturan Presiden RI No. 24 Tahun 2010 proyek pilot instansi pemerintah yang melaksanakan tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Reformasi Birokrasi melalui Good Governance. Untuk Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi itu Kemenkes sedang melakukan persiapan guna Eselon I Kementerian Negara, organisasi Kemenkes mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik mengalami perubahan nomenklatur jabatan yaitu (good governance) sebagai langkah strategis untuk Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik berubah membangun profesionalisme aparatur negara agar lebih menjadi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat menjadi tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan tegas Menkes. Anak. Bergulirnya Reformasi Birokrasi dan restrukturisasi Menurut Menkes, penataan kelembagaan akan diikuti Kemenkes membawa konsekuensi logis terhadap dengan penataan SDM aparatur melalui pengisian perubahan bentuk struktur organisasi yang lebih tepat jabatan struktural. Selain itu, akan dilakukan penataan tujuan, responsif, efisien dan efektif untuk mendukung ketatalaksanaan yang dinamis, pemantapan sistem program-programnya, jelas Menkes pengawasan dan akuntabilitas, peningkatan kualitas Menkes berharap, dengan struktur organisasi yang pelayanan publik serta pembangunan kultur birokrasi baru Kemenkes dapat lebih fokus dalam melaksanakan yang sesuai dengan dinamika tuntutan masyarakat. pembangunan bidang kesehatan guna mendukung Hal ini akan meningkatkan pelayanan kesehatan yang pencapaian sasaran prioritas nasional, Standar Pelayanan merata, bermutu dan berkeadilan, serta mengutamakan Minimal (SPM), serta percepatan pencapaian sasaran

4

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

RIWAYAT HIDUPMillenium Development Goals (MDGs). Diakhir pelantikan Menkes berpesan kepada pejabat baru untuk tidak ragu-ragu melaksanakan reformasi dan inovasi guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, namun tetap dalam koridor hukum. Menjaga suasana kerja yang kondusif serta membangun team work yang solid. Dalam melaksanakan tugas mengacu pada tagline Kemenkes, yaitu pro rakyat, inklusif, responsif, efektif dan bersih. Di samping itu juga perlu menjalin kerja sama dan bersinergi dangan stake holders terkait dalam melaksanakan program-program bidang kesehatan. Nama Pangkat Tempat/Tanggal Lahir Status Agama : dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS : Brigadir Jenderal TNI : Pringsewu, Lampung/ 11 Agustus 1954 : Nikah, 3 Anak : Islam

Pendidikan Sekolah Dasar Xaverius Pringsewu Lampung (1966) Sekolah Menengah Pertama Xaverius Pringsewu Lampung (1969) Sekolah Menengah Atas Negeri III, Yogyakarta (1972) Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1979) Spesialis Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta (1989) Pasca Sarjana KARS Universitas Indonesia, Jakarta (1988) Peserta Program Pendidikan S 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (2010) Penghargaan Satya Lencana Kesetiaan 8 tahun Satya Lencana Kesetiaan 16 tahun Satya Lencana Kesetiaan 24 tahun Satya Lencana Dwija Sista Bintang Kartika Eka Paksi Nararya

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

5

beritautama

Menkes Melantik 20 Pejabat Eselon IIdisiplin, sistematis dalam bekerja, adil, transparan, bekerjakeras dalam melaksanakan tugas, penuh tanggung jawab, senantiasa berpedoman pada prosedur, standar, dan peraturan yang berlaku, sehingga hasil kerja dapat dipertanggung jawabkan dan dipertanggung gugatkan. setiap pejabat dapat menjadi agen perubahan yang memiliki semangat pionir untuk melakukan inovasi guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, Mengikrarkan diri untuk melaksanakan tugas, dan bertanggungjawab pada Pemerintah, Bangsa dan Negara. antisipatif, proaktif dan responsif serta peka KEMENKES Pada tanggal 26 Juli 2010 sebanyak 20 terhadap dinamika tuntutan masyarakat berdasarkan pejabat baru Eselon II dilantik Menteri Kesehatan dr. nilai-nilai sesuai dengan visi dan misi Kementerian Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. Mereka Kesehatan dan tetap dalam koridor hukum. terdiri dari pejabat pusat dan para direksi Rumah Sakit Selain itu, melakukan konsolidasi dengan stake Umum Pusat (UPT) Kemenkes di daerah. holders terkait, sesuai dengan tugas pokok dan Menkes mengatakan mengatakan, rumah sakit fungsi masing-masing, sehingga terjalin kemitraan merupakan salah satu ujung tombak Kemenkes dalam yang sinergis lintas program dan lintas sektor dalam memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada pelaksanaan tugas serta mampu menyiapkan kader masyarakat. Pada era globalisasi ini, Rumah Sakit harus penggantinya. mampu menyusun strategi peningkatan mutu pelayanan Menkes menyatakan pelaksanaan rotasi, mutasi, kepada masyarakat agar dapat berkompetisi dengan dan promosi jabatan merupakan bagian dari Reformasi Rumah Sakit lain secara sehat, serta mengembangkan Birokrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan rumah sakit berbasis pelayanan kesehatan kelas dunia kinerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. dengan (World Class Hospital). diangkat dan dilantik pejabat baru, diharapkan prestasi Menkes, minta para pejabat yang baru dilantik dapat dan kinerja Kementerian Kesehatan dapat meningkat menjadi panutan dalam menerapkan nilai-nilai dasar lebih baik lagi. Sehingga dapat mengikuti dinamika budaya kerja aparatur yang meliputi : komitmen yang tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan tinggi pada tugas, konsisten, berintegritas, profesional, publik yang lebih bermutu.

6

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Ucapan Selamat Kepada Para Pejabat Eselon II

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

7

beritautama

Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas DuniaOleh : Anwar Santoso, Anna Ulfah RahayuPENDAHULUAN : Memasuki abad ke kedua puluh satu, bangsa Indonesia menghadapi banyak tantangan yang tidak dapat dielakkan yaitu pada tataran nasional meneruskan pembangunan nasional dengan segala implikasinya serta pada tataran regional dan global. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan maju kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setip orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-traningnya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan akan bertambah berat dan kompleks, terutama pelayanan kesehatan oleh Rumah Sakit. Tuntunan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan makin banyak dan meningkat juga ada sebagian masyarakat Indonesia yang mencari pelayanan kesehatan ke luar negeri sehingga menguras devisa Negara. Hal ini membawa dampak pola pelayanan yang harus lebih terbuka, ramah dan akuntabel, sejalan dengan amanat pasal 28 Ha ayat (1) UndangUndang Dasar Negara Rebuplik Indonesia tahun 1945 sudah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian pasal 34 ayat (3) dinyatakan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak dan bermutu. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang amat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang amat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan berkembang amat pesat yang harus diikuti oleh tenag kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang berkualitas membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit. Tantangan global dibidang perumah sakitan akan semakin terasa pada era globalisasi, yang telah membuat kabur batas-batas antar negara, kemudahan komunikasi dan transportasi telah mendorong cepatnya mobilitas pasien dari satu negara ke negara lainnya. Faktor lain, yaitu mahalnya biaya berobat di negara maju seperti Amerika dan Eropah mengakibatkan warga benua dan perusahaan asuransi mencari pengobatan yang berkualitas baik serta lebih murah di negara berkembang. Kira-kira 500.000 warga Amerika yang berobat keluar negeri setiap tahunnya. Hal ini yang mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit dan mengadakan konsep World Class Hospital di Indonesia atau Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD). Pemerintah tidak ingin terlalu banyak devisa negara melayang ke luar negeri, sebaliknya pemerintah berharap medical tourism justru akan berkembng dan menambah devisa negara. Pusat Jantung Nasional RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita sudah tentu menyambut baik keinginan pemerintah tersebut. Dengan jam terbang selama 25 tahun sebagai pusat rujukan nasional dibidang pelayanan kesehatan Kardiovskuler tentu banyak aspek-aspek tertentu yang dimilikinya. Pendidikan-Pelatihan, Pelayanan Kesehatan dan Penelitian Kardiovskuler telah lama dikembangkan.

8

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

Pengelolaan rumah sakit dalam perspektif BLU dan korporasi telah diterapkan. Pusat Jantung Nasional merupakan satu-satunya rumah sakit yang secara legal telah menerapkan dan menjalankan sistem remunerasi dan mono loyalitas. Sudah cukup besar anggaran yang dikucurkan untuk mengembangkan sistem tersebut dan unutk pengembangan sumber daya manusia serta penelitian. Hal ini merupakan Modal Dasar yang kuat untuk kesiapan sebagai RSIKD. PENGERTIAN : Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD) adalah rumah sakit dengan komponen struktur dan proses yang tersertifikasi lengkap memenuhi standar kelas dunia oleh lembaga yang diakui pemerintah berwenang untuk itu serta outcome yang memberi penekanan pada keselamatan pasien mutu asuhan yang tinggi serta kepuasan pasien dan staf sesuai indikator kelas dunia atau internasional. AZAS-AZAS : 1. Rumah Sakit masa depan adalah rumah sakit yang didirikan atas : a. Azas-azas ketahanan ekonomi

c. Mengikut sertakan klinisi, staf lain, pasien dankeluarga pada proses perancangan, agar memaksimalkan peluang meningkatkan arus kerja, keselamatan pasien dan menciptakan lingkungan yang memudahkan asuhan yang berfokus pasien. d. Rancangkan fleksbilitas pada konstruksi bangunan untuk memudahkan adaptasi pada siklus perubahan yang cepat dan inovatif dalam ilmu kedokteran dan teknologi. e. Menerapkan konsep green hospital pada desain dan kontruksi RS. KRITERIA PELAYANAN EKSELEN : Ada 7 kriteria suatu RS untuk memenuhi persyaratan pelayanan ekselen diperlukan adanya : 1. Kepimpinan

2. Rencana strategik 3. Fokus pada pelanggan 4. Manajemen pengukuran,

analisis manajemen berbasis pengetahuan 5. Fokus pada tenaga kerja 6. Manajemen proses 7. Hasil dan output

dan

b. Petunjuk untuk adaptasi teknologi termasukteknologi informasi c. Petunjuk untuk penerapan asuhan berfokus pasien (patient centered care) dengan perioritas keselamatan pasien, kepuasaan pasien dan kepuasaan staf d. Petunjuk untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan tenaga staf (staff challenges) 2. Azas-azas sebagai petunjuk desain RS masa depan a. Penerapan azas-azas untuk meningkatkan keselamatan pasien, termasuk kamar sendiri single room, desentralisasi nursing stations dan bahan bangunan yang meredam suara b. Desain dan konstruksi RS yang memberikan prioritas tinggi misalnya pengendalian infeksi dan kesiapan mengahdapi masalah kedaruratan. STANDAR dan KRITERIA RSIKD Standar RSIKD ini mengacu pada berbagai standar dunia yaitu : PATH (Performance Assesment Tool for Quality Improvement in Hospital), JCI (Joint Commision International) atau Malcom Baldrige. Hal tersebut mengutamakan dimensi utama pelayanan kesehatan (safety, patient centeredness, clinical effectiveness, efficiency, staff orientation dan responsive governance, timeliness and equity) Kemudian standar dan kriteria RSIKD terdiri dari 8 standar, yaitu : 1. Standar 1 : legalitas rumah sakit 2. Standar 2 : adanya visi, misi, tujuan dan nilai rumah sakit 3. Standar 3 : administrasi dan manajemen rumah sakit 4. Standar 4 : program rumah sakit

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

9

beritautama

5. Standar 5 : sumber daya manusia rumah sakit 6. Standar 6 : sarana dan prasarana rumah sakit 7. Standar 7 : program monitoring dan evaluasi rumah sakit 8. Standar 8 : penilaian kinerja rumah sakit PUSAT JANTUNG NASIONAL MENUJU RSIKD : 1. Manajemen Administrasi Operasional a. Desain RS berstandar internasional, area lahan yang tidak begitu luas hanya sekitar 22.000 m2dengan arsitektur bangunan yang fungsional. b. Seluruh karyawan yang secara langsung melayani pasien diberikan secara regular kursus bahasa Inggris c. Karyawan mempunyai komitmen yang amat tinggi d. Adanya sistem reward and punishment bagi seluruh karyawan e. Setiap staf medis dan paramedis diberikan kesempatan untuk mendapatkan pelatihanpelatihan di luar negeri (Australia, Singapura, Jepang, Korea dan Jerman) f. Memiliki jejaring internasional yang luas dan afiliasi dengan pusat pelayanan Kardiovaskuler tingkat dunia seperti : Cleveland Clinics, NCVC Osaka Jepang, Royal Children Hospital Melbourne dll. g. Memenuhi standar akreditasi manajemne internasional antara lain : - Kepimpinan - Rencana strategik - Fokus pada pelanggan - Manajemen pengukuran, analisis dan pengetahuan - Fokus tenaga kerja - Manajemen proses - Hasil (outcome) berupa : kepuasan pelangan, tampilan organisasi, tanggung jawab sosial dan aspek finansial yang baik

2. Manajemen Pelayanan Medik Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional mempunyai manajemen pelayanan medik yang terstruktur selaras dengan standar pelayanan medis kardiovaskuler tingkat dunia. Proses asuhan pasien dan standar prosedur yang terstandar serta clinical pathway yang selalu diperbarui sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Kardiovaskuler. Luaran (outcome) yang dihasilkan berfokus pada pasien serta menitik beratkan pada acuan (benchmark) yang telah ditetapkan. Pelayanannya ditujukan pada kasus-kasus dengan tingkat severitas tinggi, yang tak dapat ditangani oleh rumah sakit lainnya.

a. Standar Struktur : - Tenaga spesialis yang komprehensif yaitudokter spesialis jantung dan pembuluh darah dengan berbagai bidang sub spesialis berkualitas internasional - Keseimbangan rasio perawat dengan jumlah tempat tidur yang tersedia yaitu 2 :1 - Kelengkapan teknologi muktahir - Kelengkapan pelayanan penderita untuk mengatasi berbagai kasus penyakit kardivaskuler yang multikompleks - Adanya pusat penelitian kardivaskuler - Jumlah pasien yang dilayani tidak melampaui Bed OccpancyRate b. Standar Proses : Guna memenuhi standard dan kepuasan pasien maka proses pelayanan yang diberikan oleh Pusat Jantung Nasional hendaknya bersifat komprehensip mulai dari pendidikan kesehatan untuk pencegahan penyakit kardiovaskular kepada pasien dan keluarganya. Diagnosis dan terapi yang dilaksanakan melalui proses pemeriksaan dengan metode keilmuan dan peralatan medik paling mutakhir serta menjunjung tinggi aspek kenyamanan pelanggan. Terbentuknya jejaring nasional pelayanan jantung yang berpedoman pada sistem rujukan yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan. Perlu adanya dukungan kuat pemerintah melalui terbentuknya

10

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

beritautama

satu kesatuan manajemen (holding company) yang terdiri dari rumah-rumah sakit tersier pendidikan milik pemerintah. Hal-hal yang perlu diperhatikan, guna terwujudnya proses tersebut adalah : - Ada holding company corporation rumah sakit vertical pemerintah - Pengelolaan rumah sakit sebagai korporasi yang menganut azas good corporate govermance, tidak birokratis. Hanya ada President Director, Medical Director dan CEO - Disusunnya rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang - MOU kerjasama dengan Cleaveland Clinic John Hopkins International, NCVC Osaka - Dilaksanakannya akreditasi JCI dengan dukungan Kementerian Kesehatan untuk Pusat Jantung Nasional dan semua rumah sakit pendidikan vertical. - Dibentuknya jaringan informasi teknologi Pusat Jantung Nasional dan semua rumah sakit pendidikan vertical atas biaya Kementerian Kesehatan. c. Standar Keluaran (outcome) : Keluaran yang diharapkan pada pelayanan Pusat Jantung Nasional ialah : - Kepusan pelanggan - Angka kematian dan kecacatan pasien menyamai Cleveland Clinic - Indikator patient safety menyamai standar USA - Tarif pelayanan setara Tahiland dan Malaysia - Pasien asing mencapai 30 % melalui program medical tourism - Angka pasien berobat untuk penyakit kardiovaskular ke luar negeri turun 70 %

-

-

-

LVED, RVED, ECMO dijalankan dengan keberhasilan tinggi Transplantasi jantung, paru dan ginjal dijalankan Berkembangnya center center sub spesialistik : Neuroscience center, Cardiometabolic center, Woman center, Children center, GUCH center, Heart Failure center, Arithmic center, ardiac rehabilitation center, Vascular center Kamar operasi jantung dan pembuluh darah 15 bulan dengan open heart surgery 6.000 kasus per tahun dimana CHD mencapai 30 %. Ada 10 laboratorium katerisasi dengan aktifitas 15.000 layanan pertahun, satu diantaranya Hybrid Primary PCL door to ballon < 60 menit Ada jembatan penghubung dengan RSKD Ada central laundry dan cathering untuk rumah sakit vertical pemerintah yang berlokasi di DKI dan dikelolah sebagai bisnis unit Lebih fokus pada pendidikan spesialistik dan subspesilistik

-

PENUTUP : Diharapkan dalam waktu 5 (lima) tahun Pusat Jantung Nasional sudah mencapai kualifikasi World Class Cardiovasculer Center yang terkemuka di wilayah Asia Pasific, namun semuanya hanya bisa terjadi bila ada komitmen pemerintah, Karena banyak hal yang sifatnya lintas sektoral dan lintas internasional yang tentunya memerlukan biaya besar.

Disajikan dalam Semiloka Sistem Jejaring PelayananKegawat Daruratan Kardiovaskular di Wilayah DKI Jakarta dan Sekitarnya, di Auditorium RSJPD Harapan Kita Jakarta, 22 Juli 2010

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

11

liputan

RSUP H. Adam Malik Medan Tetap Menjadi Yang Terdepan Memberi Pelayanan Kesehatan di Ujung Barat IndonesiaMEDAN Masalah kesehatan yang kita hadapi saat ini salah boleh semakin satu bertambah yang adalah kompleks. Untuk mengatasi permasalahan diperlukan juga aspek tidak aspek dilupakan

pengembangan

pelayanan,

dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang kesehatan telah mendorongFoto bersama jajaran kesehatan dengan Gubernur Sumatera Utara

kita sebagai tenaga kesehatan untuk terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan kita agar sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi kedokteran. Hal inilah yang disampaikan Sekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto, M.Kes saat memperingati HUT RSUP H. Adam Malik ke 17 pada 21 Juli 2010. Setiap Rumah Sakit harus memiliki langkah-langkah yang inovatif serta dukungan dari berbagai pihak dengan memanfaatkan segala sumber daya secara optimal dan berkesinambungan tanpa akhir (Never Ending Proccess). Hal yang sangat penting dalam pemanfaatan teknologi kesehatan yaitu memperhatikan aspek keselamatan pasien (patient safety). Untuk itu perlu dibenahi dalam mencapai Patient Safety Goals, antara lain Identifikasi dengan cermat seluruh pasien (Identify Patient Correctly); Tingkatkan komunikasi yang efektif kepada pasien (Improve Effective Communication); Tingkatkan keamanan pasien dengan sedini mungkin mengenali tanda-tanda untuk keberhasilan atau kegagalan dalam pengobatan (Improve the Safety of High Alert Medications); Hindari salah tempat, salah pasien dan salah tindakan pembedahan yang tidak sesuai dengan prosedur (Eliminate wrong site, wrong patient, wrong procedure surgery); Kurangi risiko (Reduce risk careSekretaris Ditjen Bina Yanmed, Dr. dr. Sutoto, M.Kes

Kurangi kerugian pada pasien yang diakibatkan oleh kesalahan petugas medis dan perawatan (Reduce the risk of patient harm resulting from false). RSUP H. Adam Malik sesuai dengan fungsinya sebagai RS Pendidikan, dihimbau kepada semua pihak terutama Sumber Daya Manusia di rumah sakit untuk bersama-sama meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan etika dan standar profesi masing-masing. Sebagai Rumah Sakit Umum Pusat yang berada di ujung Barat dari Indonesia, diharapkan RSUP H. Adam Malik dapat sebagai filter agar pasienpasien tidak keluar berobat ke negara tetangga tentunya ini akan merugikan kita. masyarakat semakin kritis dan mulai cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih baik dan lebih ramah. Untuk itu, salah satu prakondisi yang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, termasuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang menjadi prioritas utama. tegas Sesditjen. Acara peringatan HUT RSUP H. Adam Malik, Sesditjen mengajak kepada seluruh unsur pemberi pelayanan di rumah sakit ini untuk saling bekerja sama dan bahu membahu dalam memberikan pelayanan yang terbaik pada seluruh lapisan masyarakat. Selalu berada di garis terdepan dalam memberikan pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat. Selain itu saya juga turut mengucapkan selamat dan sukses atas pengembangan pelayanan Instalasi Patologi Anatomi, agar memberikan kontribusi kepada masyarakat luas dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi masyarakat di Indonesia. IMIN SURYAMAN

infeksi the health

nosokomial of

associated

infections);

12

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Workshop Penerapan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Di Rumah sakitBANDUNg Penyelenggaraan Workshop Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit bertujuan untuk memperoleh masukan dan penyatuan persepsi tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit serta penerapan pedoman tersebut pada seluruh rumah sakit di Indonesia. Pedoman penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah sakit sangat diperlukan karena: 1. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan RS, perkembangan IPTEK di bidang kesehatan dan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan RS merupakan bagian penting yang menentukan kualitas pelayanan kesehatan RS Hasil bimbingan teknis dan monitoring-evaluasi tentang implementasi Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) di 22 propinsi diperoleh gambaran bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan RS masih sangat bervariasi, belum memiliki rencana strategis bidang keperawatan, manajemen dan administrasi pelayanan keperawatan masih belum berorientasi pada mutu pelayanan serta belum kuatnya peran bidang dan komite keperawatan Sebelumnya, pedoman ini telah melalui berbagai proses yaitu penyusunan draft pedoman, ujicoba dan evaluasi pedoman di Direktur Jenderal Pelayanan Medik sedang memberikan sambutan. lima rumah sakit dan hasil ujicoba menjadi masukan dalam penyempurnaan pedoman, demikianlah laporan Direktur Bina Pelayanan Keperawatan (Suhartati, SKp, M.Kes) pada acara pembukaan Workshop di Bandung pada tanggal 26 Juli 2010. Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit diwajibkan memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan efektif sesuai dengan standar dan pedoman yang berlaku. Dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang memiliki peran yang amat penting adalah pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik menyampaikan dalam pembukaan Workshop Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan di

2. 3.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

13

liputan

Foto bersama peserta dengan Direktur Bina Pelayanan Medik (Dr. Supriyanto, Sp.P, MARS).

Rumah Sakit bahwa Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Di era pasar bebas dan liberalisasi, profesionalisme merupakan suatau instrumen yang unggul untuk memenangkan kompetensi, untuk itu tenaga keperawatan harus lebih kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi secara regional maupun global, dengan demikian maka pelayanan keperawatan yang bermutu perlu didukung dengan tersedianya kebijakan, standart dan pedoman. Prof. DR. Maarifin Husein menyampaikan dengan judul Perkembangan Profesi Keperawatan Terkini dan Tantangannya bagi Pelayanan Kesehatan di RS bahwa telah terjadi pergeseran mendasar

dari keperawatan dari perawat vokasional menjadi profesional dikarenakan tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, tekanan tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan-asuhan keperawatan yang bermutu dan terjangkau, tekanan perkembangan Sistem Pemberian Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat.

Keperawatan di Indonesia dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat harus berubah karena merupakan tanggungjawab moral memberi pelayanan asuhan yang baik dan benar. Perubahan tersebut dimulai dari pendidikan keperawatan dan peran serta organisasi keperawatan guna mencapai pelayanan keperawatan yang baik dan benar. Pelayanan keperawatan di Indonesia telah mendapatkan kesejajaran mutu dalam pelayanan keperawatan dengan negaranegara ASEAN lainnya. Hal ini dapat dinyatakan dengan ditanda tanganinya Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Nursing Services Busan di Philipina pada tahun 2006. Melalui Workshop ini, diakhir sambutannya Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik mengharapkan dengan adanya pedoman ini, merupakan kunci untuk lebih meningkatkan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit . PElITA

14

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas DuniaBOgOR Pelayanan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia saat ini sedang mendapatkan perhatian besar baik dari pemerintah maupun masyarakat luas. Berawal dari keprihatinan Bapak Presiden Republik Indonesia terhadap banyaknya pasien-pasien dari negara Indonesia yang pergi ke luar negeri (Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Cina) hanya untuk berobat atau memelihara kesehatan dirinya. Memperhatikan hal ini, berapa besar devisa negara yang ikut terbelanjakan ke luar negeri. Sebagai bentuk ungkapan keprihatinan ini, Bapak Presiden RI secara khusus telah meminta kepada Menteri Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr.PH agar Kementerian Kesehatan segera mengupayakan dan memfasilitasi percepatan terwujudnya WORLD CLASS HOSPITAL di Indonesia. Selain itu meningkatnya tuntutan masyarakat akhirakhir ini terhadap pelayanan rumah sakit, terutama rumah sakit yang menyandang nama Internasional, Global atau yang sejenis, maka Kementerian Kesehatan RI merespon tuntutan masyarakat dengan menggulirkan kebijakan mengenai Peraturan Menteri Kesehatan dan Rancangan Pedoman Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknisnya. Pertemuan Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (RSIKD) dilaksanakan pada 19 21 Juli 2010, di Bogor Jawa Barat. Pertemuan ini mensinergikan pendapat-pendapat dari pakar perumahsakitan agar dijadikan Rancangan Pedoman Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia. Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes menyampaikan tujuan pertemuan ini guna meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan agar setara dengan kualitas pelayanan Rumah Sakit Berkelas Dunia. Upaya pencapaian tujuan tersebut, telah ditetapkan

Pertemuan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P MARS; Sesditjen, Dr. dr. Sutoto, M.Kes; Direktur RS Vertikal dan para pakar perumahsakitan ,

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

15

liputanTim Pembina RSIKD yang akan bertugas melakukan pemantauan pelaksanaan Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia sekaligus dengan instrumen pembinaan dan penilaiannya. Tim Pembina RSIKD terdiri dari para pakar perumahsakitan, akademisi dan klinisi yang mempunyai perhatian besar di bidang peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Terbentuk berdasarkan SK Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor HK.03.05/ III/2459/08 tentang Kelompok Kerja Pengembangan World Class Hospital di Indonesia. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS menyatakan apresiasi yang sangat besar kepada seluruh Tim Kelompok Kerja agar segera terwujud suatu Pedoman Rumah Sakit Kelas Dunia di Indonesia. Sehingga pedoman ini dapat dijadikan rujukan oleh Rumah Sakit dalam mengembangkan dirinya menuju Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia yang dapat dipertanggungjawabkan baik nasional maupun Internasional.. Pertemuan ini dijadikan forum untuk pengkayaan substansi Peraturan Menteri Kesehatan dan Pedoman Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia sebagai Petunjuk Teknis untuk Penetapan, Pemantauan dan Pembinaan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, tegas Dirjen. Pengembangan Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, khususnya untuk mendapatkan kesepakatan antara POKJA World Class Hospital dengan POKJA penyempurnaan Akreditasi Rumah Sakit dalam penyusunan pedoman RSIKD dan instrumen akreditasi dengan standar internasional. AUlIANA/DESI

Pola Makan Sehat Untuk Dewasa

P

ola makan yang sehat ialah makan makananaik yang mengandung semua unsur gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Bahan makanannya pun dipilih sealami mungkin. Anjuran pola makan sehat : 1. Mengkonsumsi makanan yang rendah lemak dan rendah kolesterol misalnya susu kedelai, ayam yang dibuang kulitnya, konsumsi buah, sayur, ikan, daging tanpa lemak. 2. Mengurangi konsumsi makanan yang digoreng, kuning telur,

3.

4.

5.

6. 7.

usus, paru, limpa, hati dan makanan yang dimasak dengan santan kental. Mengkonsumsi buah, sayur selain tinggi serat, vitamin, mineral yang merupakan sumber antioksidan Mengkosumsi makanan yang kaya kalsium seperti yogurt, sayuran hijau, ikan laut, susu dan kacang-kacangan Hindari bahan makanan yang mengandung pengawet dan bumbu penyedap rasa secara berlebihan Kurangi garam dan gula secara berlebihan Mengkonsumsi makanan berserat seperti gandum, sayur,

buah dan kacang-kacangan. 8. Perbanyak minum air putih (kurang lebih 8 gelas sehari) 9. Hindari minuman yang berakohol, kafein yang tinggi dan minuman bersoda. 10. Teknik pengolahan makanan dianjurkan dengan cara mengukus, merebus, menumis dan memanggang.(DARI BERBAgAI SUMBER)

16

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal

Bina Upaya KesehatanBANDUNg Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan Negara serta susunan organisasi, tugas dan fungsi eselon I Kementerian Negara, maka telah dilakukan penataan organisasi di tingkat Kementerian Kesehatan. Di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik yang didalam Perpres 24 tahun 2010 menjadi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan telah dilakukan penyesuaian tugas pokok dan fungsi dengan menyatukan semua komponen Upaya Kesehatan Perorangan baik konvensional maupun non konvesional dari Upaya Kesehatan Dasar hingga Rujukan termasuk fungsi penunjang baik medik maupun sarana dan prasarana. Usulan final penambahan struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan tinggal menunggu persetujuan tertulis dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Untuk menyambut perubahan organisasi Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik menjadi Direktorat Bina Upaya Kesehatan telah dilakukan pertemuan dalam rangka Penataan Organsasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Bandung pada tanggal 1 2 Juli 2010. Sosialisasi struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

sekaligus sinkronisasi program antara Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dengan pelaksanaan program sesuai dengan struktur organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan adalah merupakan tujuan terlaksananya Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan kegiatan pertemuan Humas, V.A. Binus Manik, SH, MH sedang menyampaikan laporan ketua panitia. tersebut. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan inventarisasi dan pemetaan program dan kegiatan sesuai tupoksi untuk mengetahui tugas yang telah dan belum dilakukan sehingga mengurangi tumpang tindih tugas serta memperjelas koordinasi dengan unit kerja lainnya, demikian laporan Kepala Bagian Hukum Organisasi dan Humas, V.A. Binus Manik, SH, MH saat pembukaan acara Pertemuan Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Bandung. Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Dr. Irwansyah, Sp.Kj yang mewakili Direktur Bina Pelayanan Medik saat membuka acara Pertemuan Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan di Bandung menyampaikan bahwa Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik dan unit utama telah berproses dalam penyusunan perubahan organisasi dan tata kerja dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik menjadi Direktorat Bina Upaya Kesehatan yang menjadikan beban kerja dan tupoksi

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

17

liputan

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya KesehatanDirektorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Sekretariat Direktorat Jenderal

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknesian Medik

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa

semakin besar sementara besaran organisasi tidak boleh bertambah. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan terdiri dari: 1. Sekretariat Direktorat Jenderal 2. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar 3. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan 4. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik 5. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan 6. Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Pelaksanaan Pertemuan

Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa sedang memberikan sambutan pembukaan.

dihadiri narasumber dari Biro Hukum dan Organisasi yang mensosialisasikan Rancangan Akhir Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan secara lengkap dan Biro Perencanaan dan Anggaran Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI yang mensosialisasikan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Beliau berharap dengan terlaksananya kegiatan pertemuan ini dapat memberikan pemahaman dan pandangan terhadap tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.PElITA

Penataan Organisasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

18

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Dokter RSCM Membantu Pemulihan Ridho Korban Ledakan Tabung GASJAKARTA Ridho Januar (4 tahun) korban ledakan tabung gas di Bojonegoro, Jawa Timur telah mendapatkan perawatan Unit Pelayanan Khusus Luka Bakar Prof Dr Munadjat Wiratmadja Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Menteri Kesehatan didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik segera menjenguk Ridho pada Selasa tanggal 20Juli 2010. Menkes menyampaikan seluruh tubuh Ridho Dokter Aditya Wardhana yang menangani Ridho mengatakan dokter akan memulihkan kondisi Ridho dengan metode sillicon gel. Proses pemulihan ini akan memakan waktu sekitar enam bulan. Tujuannya untuk memulihkan luka bakar supaya kembali pulih dan normal. Kemungkinan operasi plastik, akan lihat kondisi Ridho nanti, seadainya dimungkinkan operasi plastik, kemungkinan akan dilakukan, tetapi tergantung situasi, selama perawatan Ridho diwajibkan kontrol minimal

Menkes menjenguk Ridho, korban ledakan tabung gas (kanan) di RSCM Jakarta Pemulihan secara teknis terus dilakukan dokter RSCM

dipenuhi luka bakar, mulai dari wajah hingga kakinya, Dokter RSCM akan melakukan pemulihan secara teknis, bisa lewat operasi atau tidak. Tapi kami akan mengupayakan wajahnya dikembalikan seperti semula agar tidak ada beban psikis. Kalau sudah besar kan dia bisa malu seandainya bertemu teman-temannya.

satu bulan sekali agar memantaunya bisa mudah. Menkes menegaskan bahwa biaya perawatan Ridho dan korban tabung gas lainnya akan digratiskan, karena akan ditanggung Pemerintah dan Pertamina.ETI/DSY

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

19

liputan Pekan ASI Sedunia Tahun 2010

Sukseskan 10 Langkah Menuju Keberhasilan MenyusuiJAKARTA Dewasa ini pemberian ASI ekslusif di Indonesia, masih harus terus ditingkatkan. Berdasarkan data Susenas Tahun 2004 - 2008, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi di bawah 6 bulan meningkat dari 58,9% tahun 2004 menjadi 62,2% tahun 2007, tetapi kemudian menetap dan sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008. Menurunnya angka pemberian ASI eksklusif membawa kepedulian bersama untuk menyelenggarakan pekan ASI Sedunia yang akan dilaksanakan setiap minggu pertama bulan Agustus. Hadir dalam Perayaan Puncak Acara Pekan ASI Sedunia Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Kesra, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Sosial, Gubernur DKI Jakarta, dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia dimaksudkan agar setiap Negara, secara terus menerus bersamasama melaksanakan upaya-upaya yang nyata untuk membantu ibu agar berhasil menyusui. Dengan mengangkat tema Menyusui : Sepuluh Langkah Menuju Sayang Bayi dan slogan Sayang Bayi, Beri ASI, adalah suatu komitmen nyata dari fasilitas kesehatan untuk mendukung keberhasilan menyusui, melalui pemberian perlindungan dan memberikan informasi serta dukungan kepada ibu agar dapat menyusui bayinya secara eksklusif Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih harus terus ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan yang selama ini telah dirintis akan terus ditingkatkan, yaitu 1) meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya memberikan Air Susu Ibu kepada bayinya, 2) meningkatkan jumlah motivator dan konselor menyusui,

20

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputanserta 3) mengembangkan regulasi untuk mendukung keberhasilan menyusui, inilah yang disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH pada hari Minggu 8 Agustus 2010. Melalui Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden berpesan mendukung penuh peringatan pekan ASI Sedunia, karena kegiatan ini terkait dengan masa depan generasi bangsa dan negara. Menkes mengamanatkan kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia, baik Pemerintah maupun Swasta diminta menerapkan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, antara lain : 1. Menetapkan Kebijakan Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas. 2. Melakukan pelatihan bagi petugas untuk menerapkan kebijakan tersebut. 3. Memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang manfaat menyusui dan talaksananya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir, sampai umur 2 tahun. 4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan di ruang bersalin. 5. Membantu ibu untuk memahami cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis. kempeng kepada bayi yang diberi ASI. 10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI di masyarakat dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan Kesehatan. Menkes berharap, dengan diterapkannya pelaksanaan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui tersebut ada peningkatan jumlah bayi usia 0 sampai 6 bulan yang disusui secara eksklusif di Indonesia, yang pada gilirannya akan mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Pada kesempatan tersebut Menkes, menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono yang telah memberikan dukungan dan komitmen yang besar pada upaya peningkatan menyusui di Indonesia.DSY

Menteri Kesehatan menyampaikan pemerintah berusaha terus menerus meningkatkan cakupan ibu yang menyusui secara eksklusif

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari. 8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui 9. Tidak memberikan dot atau

Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono meminta untuk terus dilakukan pemantauan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

21

liputan

Konsolidasi Penerapan Standar dan Pedoman Asuhan Kebidanan Tahun 2010Kementerian Kesehatan mempunyai Visi yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dengan 4 Misinya, antara lain : 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani. 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan. 4. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Pencapaian pembangunan kesehatan pada tahun 2009 berdasarkan hasil SDKI 2007, adalah : 1. Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 68.6 tahun menjadi 70.5 tahun. 2. Menurunnya angka kematian bayi ( AKB ) dari 35 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup. 3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan ( AKI ) dari 307 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup . 4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita dari 25.8 % menjadi 21,9%. Upaya dalam mencapai sasaran pembangunan kesehatan terutama AKI dan AKB sudah banyak dilakukan antara lain, Program Safe Motherhood yang berfokus pada Persalinan oleh tenaga kesehatan, Penanggulangan Komplikasi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Dalam pelaksanaan Safe Motherhood di fokuskan pada penurunan AKI dan AKB dengan strategi Making Pregnancy Saver ( MPS ) antara lain : 1. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Ibu dan Anak di tingkat Dasar dan Rujukan. 2. Membangun kemitraan yang efektif. 3. Mendorong pemberdayaan perempuan keluarga dan masyarakat. 4. Meningkatkan Sistem surveilans, Monitoring dan informasi KIA dan Pembiayaan. Upaya penurunan AKI dan AKB dengan Program MPS dilakukan melalui pelayanan Obstetri dan Neonatal Essensial, Pelayanan persalinan yang berkualitas dan Deteksi dini kasus risiko tinggi. Penanganan kegawatdaruratan dan komplikasi, antara lain : Pertolongan Pertama ke Gawat Daruratan Obstetri Neonatal (PPGDON) di tingkat Polindes, Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas dan Pelayanan Obstetri Emergensi Komprehensif (PONEK) di tingkat Rumah Sakit. Menyediakan minimal 4 Puskesmas PONED di

Pembukaan acara (kiri ke kanan) Kandinkes Propinsi Kepulauan Riau dr.Achmad Budi Anto,MM ., Sesditjen Bina Yanmedik DR. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina Pelayanan Keperawatan Suhartati,S.Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan Keperawatan Kebidanan Dra. Nurjasmi, M.Kes

22

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputansebagai pelajaran dan AKB, memberikan pelayanan yang merencanakan untuk berkesinambungan dan paripurna, mengaplikasikannya berfokus pada aspek pencegahan di daerah masing- melalui pendidikan kesehatan dan masing. konseling, promosi kesehatan, Standar dan pertolongan persalinan normal Pedoman Asuhan dengan berlandaskan kemitraan Kebidanan telah dan pemberdayaan perempuan, di ujicoba dan serta melakukan deteksi dini pada diterapkan di kasus kasus rujukan. Para peserta rapat konsolidasi penerapan standard an pedoman asuhan Rumah Sakit yang Pelayanan kebidanan kebidanan tahun2010 menyelenggarakan dilaksanakan pada berbagai jenjang setiap Kabupaten/Kota dan PONEK di 16 Propinsi. tatanan pelayanan sesuai dengan menyediakan 1 Pelayanan Pembukaan acara (kiri ke sistem pelayanan kesehatan yang PONEK 24 jam di Rumah Sakit kanan) Kandinkes Propinsi ada, mulai dari tingkat primer, Kabupaten/Kota. Kepulauan Riau dr. Achmad Budi sekunder, dan tersier yang tersusun Anto,MM., Sesditjen Bina Yanmedik dalam suatu mekanisme rujukan Melalui Pengelolaan pelayanan Dr. dr. Sutoto, M.Kes, Direktur Bina timbal balik. rujukan Obstetri & Neonatal Dasar Pelayanan Keperawatan Suhartati,S. Pelayan kebidanan yang dan Konprehensif (PONED & Kp.M.Kes, Kasubdit Bina Yan bermutu memerlukan ketersediaan PONEK) Rumah Sakit dan Puskesmas Keperawatan Kebidanan Dra. bidan dalam jumlah dan kualitas diharapkan bisa menjadi lembaga Nurjasmi, M.Kes. yang memadai, terdistribusi secara dimana kasus rujukan diharapkan Pelayanan kebidanan adalah merata, serta dimanfaatkan secara dapat di atasi dengan cepat dan bagian integral dari sistem berhasil guna dan berdaya guna, tepat. pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga dapat diselenggarakan Salah satu upaya Akselerasi oleh bidan, dilakukan secara pelayanan kebidanan sesuai penurunan AKI dan AKB dalam mandiri, kolaborasi, konsultasi dengan kebutuhan seluruh tatanan mendukung program MDGs yang dan rujukan yang mencakup pelayanan kesehatan. dilakukan Direktorat Jenderal Bina pelayanan kesehatan reproduksi, SUFERMI SOFYAN Pelayanan Medik, melalui Direktorat remaja, pra nikah,hamil, bersalin, Bina Pelayanan Keperawatan adalah nifas, bayi baru lahir, balita sehat, menyusun standar dan pedoman pelayanan KB, psimonopause pada asuhan kebidanan . Pada tanggal kasus normal dan 23 Agustus 2010 di Batam diadakan kegawatdaruratan Rapat Konsolidasi Penerapan maternal dan Standar dan Pedoman Asuhan neonatal di semua Kebidanan yang dihadiri oleh Bidan fasilitas kesehatan. Supervisor / Koordinator Rumah Bidan sebagai Sakit Vertikal Dirjen Bina Pelayanan salah satu tenaga Medik dan Bidan Koordinator kesehatan yang Dinas Kesehatan Propinsi, untuk memiliki posisi mendengarkan pemaparan penting dan pengalaman dari Propinsi yang strategis dalam sudah menerapkan, menjadikannya penurunan AKI dan Foto bersama Sesditjen Bina Yanmedik 23

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Kemenkes Dukung Pendirian RS Pelita RakyatBANTEN - Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingginya. Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak boleh membeda-bedakan masyarakat atas tingkat sosial ekonominya. Penduduk yang tidak mampu atau miskin harus mempunyai kesempatan yang sama dengan penduduk yang mampu dalam mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, demikian sambutan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS pada acara pendirian Rumah Sakit Pelita Rakyat di Jl. Anyer, Serang Banten tanggal 7 Agustus 2010. Hadir dalam acara tersebut, Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo, beberapa anggota Komisi IX DPR-RI, dr. Budihardja Singgih, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, drg. Naydial Roesdal, Inspektur Jenderal, dr. Chalik Masulili, M.Sc., Staf Ahli Menkes Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat, dr. Krishnajaya, Staf Ahli Menkes Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi. Menurut Dirjen Bina Yanmed, pada dasarnya pemerintah menginginkan semua orang dapat menjangkau pelayanan kesehatan bahkan dengan pelayanan prima. Namun karena terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah, masih ada masyarakat yang belum terlayani oleh Puskesmas apalagi rumah sakit. Karena itu, Kemenkes menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas upaya yang dilakukan kader-kader PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning, Ketua Komisi IX DPR-RI mendirikan rumah sakit Pelita Rakyat. Inisiasi dari fraksi PDI Perjuangan yang dimotori dr. Ribka Tjiptaning mendirikan rumah sakit yang ditujukan kepada orang-orang tidak mampu dan masyarakat lapisan bawah, merupakan inisiasi yang perlu dicontoh oleh kelompok masyarakat lainnya. Harapan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik bahwa fasilitas kesehatan berupa klinik, apalagi rumah sakit akan bertambah jumlahnya sehingga meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia. Pembangunan rumah sakit ini masih dalam proses, karenanya perlu ditindaklanjuti dengan pemenuhan prosedur dan persyaratan sampai rumah sakit dapat beroperasi. Rumah Sakit Pelita Rakyat pasti didukung Pemda dengan mengalokasikan anggarannya, karena secara langsung membantu pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi warganya sebagai bagian dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pelayanan rumah sakit Pelita Rakyat didesign tidak ada perbedaan kelas, setara dengan kelas 3 RS Pemerintah/peserta Jamkesmas. Konsekuensi rumah sakit yang tarifnya rendah (billing cost = biayanya dibawah yang seharusnya) pasti memerlukan subsidi. Karena itu, pengelola rumah sakit tentunya sudah memikirkan hal ini sehingga rumah sakit tetap berdiri dan dapat beroperasi secara berkesinambungan.

Peletakan batu pertama untuk pembangunan rumah sakit oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik

24

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputanSKTM. Sering terjadi diskriminasi layanan di rumah sakit karena sistem kelas yang membedakan status ekonomi pasien, kaya dan miskin. Pasien miskin atau pemegang kartu Jamkesmas/ Jamkesda/SKTM selalu menempati kelas 3, yang layanannya pun terbilang seadanya. Rumah sakit swasta pun seharusnya mempunyai peran sosial, namun telah bergeser sepenuhnya kepada profit oriented atau mengejar keuntungan saja, tegasnya. Ketua Komisi IX DPR, menyatakan masuknya neoliberalisme di bidang kesehatan, menyebabkan rumah sakit yang tadinya berorientasi sosial, kemudian beralih menjadi komersial. Bahkan sebagian besar RSUD juga sudah komersial dengan adanya kelas-kelas perawatan. Bila berorientasi kepada profit, sebaiknya Pemda membuat rumah sakit swasta, karena RSUD dibiayai oleh APBN dan APBD, maka dalam meningkatkan kelas RSUD uang rakyat jangan dikorbankan. Awalnya rumah sakit ini adalah klinik pelayanan kesehatan tetapi jalannya agak tersendat-sendat. Di daerah ini tidak ada rumah sakit sehingga perlu membangun sebuah Rumah Sakit supaya masyarakat disini jika berobat tidak usah jauh-jauh ke Cilegon. Dari semangat itulah dibangun rumah sakit tanpa kelas. Langkah pertama lebih baik dari pada seribu langkah berikutnya karena langkah pertama itu menentukan tujuan. DENNY

Penggagas dan pendiri RS Pelita Rakyat dr. Ribka Tjiptaning, menjelaskan bahwa rumah sakit tanpa kelas memang sangat dibutuhkan di Indonesia. Indonesia masih membutuhkan sekitar 300 rumah sakit, mengingat masih banyaknya pasien yang ditolak berobat di rumah sakit karena alasan biaya, bahkan pemegang kartu Jamkesmas/Jamkesda maupun

Resiko Memakai Sepatu High Heelsepatu wanita memang kini menajdi pelengkap kita dalam berbusana. Tak lengkap rasanya bila pakaian yang kita kenakan tidak matching dengan sepatu yang kita pakai.Bagi wanita, sepatu ada dua jenis yang sering kita kenakan. Sepatu high heels dan sepatu flat. Buat anda yang pekerja kantoran, pastinya sangat membutuhkan sepatu high heels setiap harinya. Namun, anda harus lebih berhati-hati atas dampak yang ditimbulkan bila anda keseringan menggunakan sepatu high heels. Berikut dampak positif dan negatif saat anda menganakan sepatu high heels: Dampak positif: 1. Sepatu wanita bertumit tinggi ini membuat bentuk kaki terlihat lebih elegan dan seksi; 2. Menunjang penampilan busana Anda;

S

3.

4.

Meningkatkan gairah seks pemakainya. Menurut tim peneliti dari Italia, perempuan yang mengenakan high heels dengan tinggi tumit sekitar 1-2 inchi lebih menyenangkan saat diranjang dibandingkan dengan mereka yang suka mengenakan flat shoes; Mampu mengatasi beberapa masalah yang berkaitan dengan postur tubuh;

5. 6. 7.

Menutupi kekurangan Anda terutama dalam hal tinggi badan; Dapat menghilangkan tonjolantonjolan urat lutut yang tampak menjengkelkan; Dapat Memperbaiki otot panggul

Dampak buruk : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rentan mengalami patah tulang kaki Dapat menyebabkan peradangan pada jantung kaki Bengkak pada ibu jari kaki yang bisa menimbulkan peradangan Nyeri lutut Nyeri punggung Berisiko menyebabkan patah pada tungkai kaki akibat terjatuh dari high heel yang super tinggi . (BERBAgAI SUMBER)

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

25

liputan

Kementerian Kesehatan Dukung Sail BandaAMBON Kementerian Kesehatan mendukung Sail Banda melalui kegiatan Bakti Sosial (Baksos) yang berlangsung tanggal 12 Juli 3 Agustus 2010 di Provinsi Maluku. Baksos kesehatan Surya Baskara Jaya merupakan kerjasama TNI-AL dengan Kemenkes dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk di pulaupulau kecil, terluar dan terpencil mencakup 10 lokasi di 5 Kabupaten/Kota. Bakti Sosial Operasi Surya Baskara Jaya kegiatan utamanya adalah pelayanan dan penyuluhan kesehatan. Dalam Baksos Sail Banda juga melibatkan beberapa sector bahkan beberapa Negara tetangga di Asia Tenggara, Australia, didukung pula oleh Angkatan Laut Amerika, Singapura, Malaysia dan Australia. Tanggal 4 Juli 2010 Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH melepas keberangkatan Kapal KRI Suharso di Kolinlamil Tanjung Priok. Kapal ini membawa alat transportasi, peralatan kesehatan dan obat-obatan yang akan digunakan dalam bakti sosial kesehatan disamping bahan kontak baksos lainnya. Dukungan Kemenkes dalam kegiatan baksos Sail Banda berupa 1 unit ambulans transportasi, 3 unit Puskesmas Keliling (Pusling) Roda 4 untuk Maluku Utara, 1 unit Pusling Roda 4 untuk Maluku, 5 buah emergency set perorangan, 2 emergency set tim, 2 tim unit defibrillator, 2 unit examination lamp, 5 unit minor surgery, dan 2 ventilator dari PPK Regional Makassar. Bantuan lainnya berupa asistensi gawat darurat, pengiriman dokter ahli serta perawat mahir, simulasi kegawat daruratan, sosialisasi masalah kesehatan, kegiatan survey vector dan penyuluhan pengendalian penyakit menular dan penyehatan lingkungan, pemberdayaan masyarakat (Desa Siaga), pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) di wilayah Maluku yaitu Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Aru, Seram Bagian Barat, Buru Selatan, dan lain-lain. Selain itu, Kemenkes juga memberikan bantuan 10 ton makanan pendampingan air susu ibu (MP-ASI), 1.900 kg obat pelayanan dasar, 200 obat TBC, 500 obat

malaria, 200 buah kelambu, dan 40 buah sound timer. Selain Kapal KRI Suharso sebagai tempat pelayanan kesehatan, kapal USNS Mercy dari Amerika juga mengadakan baksos di Provinsi Maluku Utara terkait dengan Pasific Partnership 2010. Pelayanan Kesehatan di daerah yang tidak dapat dilalui kedua kapal tersebut seperti Buru Selatan, Seram Barat, Aru, Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya akan dilaksanakan dengan tim mobile bantuan Pemda dan Bantuan Sosial Kemenkes Program Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) tahun 2010. Dalam baksos ini juga dilakukan penguatan pemberdayaan masyarakat, rehabilitasi sarana umum, penyuluhan/pelatihan, dan bantuan sosial. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan umum dengan pola pelayanan KB, kesehatan gizi antara lain pelayanan kesehatan gizi bayi, balita dan ibu hamil, pertolongan persalinan, dan pelayanan penyakit menular. Pelayanan kesehatan spesialistik/operasi seperti operasi katarak, operasi bibir sumbing, dan sunatan massal. Acara puncak Sail Banda dilaksanakan tanggal 3 Agustus 2010 yang diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan berlanjut sampai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 55 di Pulau Kisar, pulau terluar Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. AHMAD HARYANTO

26

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Korban Elpiji Dapat Perawatan GratisJAKARTA - Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH mengunjungi sejumlah korban ledakan tabung gas elpiji yang dirawat di ruang Unit Luka Bakar Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan, Selasa. Tanggal 24 Agustus 2010. Menkes didampingi Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS tiba di rumah sakit pukul 08.00 WIB, dan segera meluncur ke empat pasien. Seluruh korban menjalani perawatan luka bakar di gedung F lantai 2, Rumah Sakit Pertamina Pusat, Jakarta Selatan. M e n k e s menyampaikan, seluruh korban telah menjalani operasi penanaman kulit. Kebanyakan korban mengalami luka bakar 19 persen. Maksmial 3 minggu sehat kembali. semua korban dijamin bisa dirawat di seluruh RS di seluruh Indonesia. Dalam kesempatan itu, Muhammad Harun selaku Vice Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina menjanjikan akan menanggung seluruh pengobatan dan biaya rawat jalan bagi seluruh korban. Berdasarkan data, dari pengaduan dua bulan terakhir, ada 130 kasus kebocoran gas yang menyebabkan ledakan. Meski tidak semua lokasi ada korban. Biaya rumah sakit secara gratis yang dilakukan PT Pertamina berlaku di seluruh Indonesia. sedangkan untuk mengurangi trauma, RSPP memperbantukan psikiater dalam perawatan korban tabung gas. Ini bagian dari pengobatan, diperbantukan psikiater dan psikolog. Saat ini korban akibat ledakan tabung gas yang

masih menjalani perawatan adalah Lia Agustina (1 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 17,5 persen di kaki, lengan, punggung. Leni Harlina (25 tahun), warga Kebon Jeruk, luka bakar 20 persen di kaki, lengan dan punggung. Korban lainnya Agit Ghifar Gufroni (22 tahun), warga Tambora, luka bakar 19 persen di tungkai kaki kiri kanan, dam Syamsul Hadi, 53 tahun, kayu manis 19 persen di tubuh. Berdasarkan data yang ada, sebanyak 78 kejadian ledakan tabung gas yang terjadi di Jakarta. IMIN/DSY

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

27

liputan

Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Di Lingkungan Ditjen BinaPelayanan MedikBANDUNg Sebagai pembentuk citra institusi, penyebar informasi dan menjalin hubungan yang harmonis dengan semua stakeholder, diharapkan kepada petugas kehumasan di Rumah Sakit dan UPT agar selalu berpihak kepada rakyat, bertindak cepat dan tepat serta mengutamakan kerjasama tim yang berintegrasi tinggi, transparasi dan akutabilitas, hal inilah yang disampaikan Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik, Dr. dr. Sutoto, M.Kes saat pembukaan peningkatan kemampuan tenaga kehumasan pada tanggal 26 Agustus 2010 di Bandung. Tenaga Kehumasan dalam menjalankan tugas perlu selalu mengingat Visi Kementerian Kesehatan yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan bagi setiap penduduk agar terwujud suatu pelayanan kesehatan yang bermutu, efisien, adil dan merata di rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Dengan salah satu Misi Kementerian Kesehatan Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan dan membuat rakyat sehat. Sehingga akan terpenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan mengangkat tema Profesionalisme Humas

dalam menghadapi era Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dituntut untuk kesiapan petugas humas dalam mengimplementasikan KIP. Keterbukaan Informasi Publik membawa kearah Reformasi Pelayanan Informasi Publik yang lebih transparan, akuntabel, partisipatif, efektif, dan efisien serta sesuai dengan aturan hukum yang ada dan kebijakan pemerintah yang makin mudah diakses dan diawasi publik. Setiap orang baik itu Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing dapat mengakses informasi berdasarkan klarifikasi informasi yang wajib diumumkan secara serta merta, informasi yang wajib

28

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Penyerahan sertifikat kepada Peserta dari Rumah Sakit Ratatotok dan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.

tersedia setiap saat. Informasi yang disediakan dan diumumkan secara berkala, serta informasi yang diperoleh berdasarkan permintaan. Bahwasanya, setiap orang berhak untuk tahu dan kewajiban untuk memberitahu, sehingga implikasi keterbukaan informasi dapat berjalan dengan lancar. Keterbukaan Informasi Publik semua informasi tidak boleh lagi ditutup-tutupi. masyarakat sudah semakin cerdas. Karenanya, humas harus dapat memposisikan diri

sebagai penyambung lidah antara masyarakat dan pemerintah,mampu mengemas informasi dengan baik sehingga menimbulkan citra yang baik pula terhadap pimpinan dan instansinya. Seluruh staf kehumasan khususnya jajaran pemerintah daerah jangan hanya menjadi corong pemerintah namun staf humas harus berdiri pada posisi tengah, di mana selain menjadi juru penerang pemerintah, sekaligus menjadi juru penerang masyarakat. Posisi humas sangat strategis untuk

membentuk citra pimpinan dan instansi yang dinaunginya. Untuk membentuk citra yang positif, humas diharuskan membangun komunikasi secara sinergis terhadap berbagai lembaga dan elemen masyarakat termasuk dengan jajaran pers. Seluruh tenaga kehumasan harus memiliki kompetensi, melakukan penguatan dalam bidang kelembagaan. Selain itu juga harus pro aktif, tidak menunggu bola melainkan menjemputnya dan menguasai semua teknologi komunikasi. Sebagai implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik, Rumah Sakit dan BBLK diharuskan memiliki Unit Pengaduan. Diharapkan dari pertemuan ini dapat tercipta tenaga kehumasan yang profesional, terbentuknya sistem manajemen humas dan iklim yang kondusif dan dinamis untuk kelancaran pelaksanaan tugas kehumasan. HUMAS

Foto Bersama: Peningkatan Kemampuan Tenaga Kehumasan Dilingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

29

liputan

Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan MedikBANDUNg Pada tanggal 31 Agustus s/d 2 September 2010 telah dilaksanakan Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik di Bandung. Pelatihan ini merupakan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih mampu dan terampil dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan di rumah sakit. Pengelolaan keuangan di rumah sakit dan satuan kerja saat ini menjadi ukuran keberhasilan kinerja pengelolaan keuangan di masing-masing unit kerja, demikian uraian dari Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yang saat itu diwakili oleh Direktur Keuangan RSUP Hasan Sadikin Bandung pada saat Pembukaan Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik (dr. Ahmad Soebagyo. T, MARS). Bendahara adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja. Dalam rangka mendukung terwujudnya good government dalam penyelenggaraan Negara, maka pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk terwujudnya Laporan Keuangan yang baik dan transparan serta tidak disclaimer, maka dalam pembuatan Laporan Keuangan baik SAI maupun SIMAK-BMN harus sesuai serta dapat mempertanggungjawabkan semua kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berbagai upaya mewujudkan pengelolaan keuangan salah satunya adalah melalui reformasi pengelolaan keuangan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dalam pengelolaan keuangannya dituntut lebih profesioanal mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya. Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik antara lain: 1. Kebijakan Pemerintah dalam menetapkan Rumah

30

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputanSakit yang mandiri menuju Indonesia Sehat 2011 2. Pengawasan oleh aparat fungsional 3. Tata cara pembukuan bendahara dan penyusunan LPJ Bendahara 4. Prosedur dan Permintaan uang persediaan & tambahan uang persediaan 5. Prosedur dalam penerbitan SP2D 6. Pelaporan realisasi anggaran (SAI, Pelaporan) 7. Penyelesaian tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi. Harapan dari Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik yang saat itu diwakili oleh Direktur Keuangan RSUP Hasan Sadikin Bandung pada saat Pembukaan Peningkatan

Para Peserta Peningkatan kemampuan petugas bendahara rumah sakit/satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik

Kemampuan Bendahara di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik agar kewenangan yang diberikan dalam hal pengaturan keuangan salah satunya adalah

untuk pelaksanaan pengadaan barang dan jasa harus lebih sungguh-sungguh, bertanggung jawab serta bekerja secara profesional dan jujur.PElITA APRIANY

T

Penghancur Lemak Alamimeningkatkan metabolisme trigliserida (misalnya lemak yang tebal di bawah kulit) untuk diubah menjadi asam lemak. Tapi ingat, lemak di bawah kulit hanya bisa dibakar bila bentuknya sudah diubah menjadi asam lemak. Proses pembakarannya adalah dengan olahraga, kata Phaidon. Agar fungsi teh hijau sebagai fat burner lebih optimal, Phaidon menyarankan agar teh hijau diminum sebelum latihan. Kapasitas antioksidan teh hijau sangatlah kuat sehingga bisa memberi efek proteksi terhadap dinding sel otot. Selain itu, lanjut Phaidon, jika diminum sebelum menyantap makanan, teh hijau akan membantu menahan asupan lemak. Bagi Anda yang ingin praktis kini telah banyak tersedia ekstrak teh hijau yang sudah diolah secara modern dalam bentuk kapsul sehingga bisa dibawa ke mana pun dan mempermudah Anda mempersiapkan diri bila ingin berolahraga dan menggunakan ekstrak teh hijau. 31

eh hijau mengandung bahan aktif epigallocathechin gallate yang multi fungsi. Minum air jeruk saja biar lemaknya hancur, mungkin Anda sering mendengar saran tersebut untuk mengurangi rasa berdosa setelah menyantap makanan enak, tapi penuh lemak. Padahal, penghancur lemak alami yang paling baik adalah teh hijau. Menurut dr. Phaidon Toruan, dalam bukunya Fat-Loss Not Weight-Loss, ada dua keuntungan mengonsumsi teh hijau, yakni sebagai fat burner yang optimal dan kaya akan antioksidan. Teh hijau akan membantu meningkatkan pembakaran lemak, dalam arti membantu

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputan

Pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT DitJen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011BANDUNg Menteri Keuangan R.I telah menetapkan besaran angka Pagu Sementara Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2011. Berdasarkan Pagu Sementara Anggaran Belanja Tahun 2011 tersebut, maka kepada masing-masing Satuan Kerja agar menyusun rencana kerja dan Anggaran Tahun 2011 dengan mengacu pada Rencana kerja Pemerintah, Rencana kerja KementerianLembaga, Peraturan Pemerintah tentang petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL serta Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Tahun 2011. Untuk itulah diadakan pertemuan Penyusunan Pagu Sementara UPT Ditjen Bina Yanmed Tahun Anggaran 2011, pada 9 Juli 2010. Tahun Anggaran 2011 dihadapkan kepada perubahan paradigma baru mengenai Reformasi Anggaran; Pertama hasil restrukturisasi program dan kegiatan akan digunakan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 20102014 dan Rencana strategis Kementerian/Lembaga tahun 2010-2014 serta mulai diimplementasikan dalam penyusunan Rencana

Pembukaan Penyusunan Pagu Sementara Tahun Anggaran 2011 oleh Dirjen Bina Pelayanan Medik

32

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

liputanKerja Pemerintah, Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RKAKL), dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran tahun 2011. Hal ini berarti bahwa alokasi anggaran Kementerian/Lembaga harus ditetapkan berdasarkan Program sesuai hasil restrukturisasi. Restrukturisasi program dan kegiatan ini terjadi pada hampir seluruh kementerian/lembaga. Kedua, perubahan Undang-undang Legislatif juga telah mengubah hubungan kelembagaan antara Pemerintah dan DPR berkaitan dengan penetapan APBN, termasuk didalamnya jadwal pembahasan APBN pada masing-masing kementerian/lembaga. Penganggaran Tahun 2011 menganut pendekatan Penganggaran Terpadu (unified budget) yaitu pendekatan penganggaran yang dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga untuk menghasilkan dokumen RKA-KL sesuai dengan dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Pengintegrasian seluruh proses perencanaan dan penganggaran tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk Kementerian/Lembaga baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional. Penganggaran 2011 juga menganut pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (performance based budgeting) yaitu pendekatan penganggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja pada dasarnya mengubah pola pengalokasian anggaran dari semula berbasis input menjadi berbasis output sehingga fokus pengukuran kinerja terhadap program/kegiatan juga akan bergeser dari semula didasarkan atas besarnya jumlah alokasi sumber daya menjadi hasil yang dicapai dari penggunaan sumber daya. Dalam pengalokasian anggaran untuk sebuah output kegiatan harus tergambar secara jelas asumsi yang digunakan baik kuantitas dan kualitas komponen input yang digunakan serta relevansi masingmasing komponen input sebagai tahapan dalam rangka pencapaian output kegiatan. Untuk mengetahui tingkat capaian kinerja sebuah Program atau Kegiatan, maka perlu dilakukan evaluasi kinerja dengan mengacu pada indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja dapat berupa indikator input, indikator output atau indikator outcome. Pendekatan lain dalam penganggaran Tahun 2011 adalah digunakannnya Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (medium term expenditure framework) yaitu suatu pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran. Penyusunan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah yang komprehensif memerlukan suatu tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi: penyusunan kerangka asumsi makro, penetapan targettarget fiskal, total resource envelopes, pendistribusian total pagu belanja masingmasing Kementerian/Lembaga, dan penjabaran pengeluaran Kementerian/Lembaga ke masingmasing Progran dan Kegiatan. Dalam rangka penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah, maka Kementerian/ Lembaga harus memperhatikan kebutuhan anggaran untuk setiap output yang dihasilkan serta tetap menjaga keselarasan dengan target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana strategi Kementerian/ Lembaga dan budget contraint untuk setiap tahun. Disisi lain Sistem Penganggaran dan RKAKL 2011 juga mengalami perubahan sesuai dengan perubahan sistem panganggaran yang baru yang terdiri dari program, kegiatan dan keluaran (output). Output terdiri dari beberapa komponen masukan yang merupakan komponenkomponen pembentuk keluaran,

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

33

liputandimana ; Program : berada pada level eselon I yang merupakan nomenklatur refleksi dari tugas dan fungsi Eselon I dan mempunyai outcome dan bersifat mengikat. Kegiatan : berada pada level eselon II/Satker yang merupakan nomenklatur refleksi dari tugas dan fungsi eselon II dan mempunyai output dan bersifat mengikat. Output : berada pada level eselon II/ Satker dan merupakan output atau keluaran yang harus dicapai oleh Eselon II/Satker dan diukur dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), bersifat mengikat. Komponen Input : merupakan pembentuk output dan strukturnya tergantung pada masing-masing unit kerja, bersifat tidak mengikat. Semoga dengan berbagai perubahan paradigma tersebut tidak mengurangi semangat dalam penganggaran guna pemberian pelayanan kepada masyarakat Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS menyampaikan saat ini Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik sebagaimana disebutkan dalam Laporan Penyelenggaraan Kegiatan oleh Sesditjen Bina Yanmed adalah sebanyak 35 Unit terdiri dari 34 Satuan Kerja Badan Layanan Umum dan 1 Unit Kerja Rumah Sakit Vertikal yang baru saja bergabung dengan Ditjen Bina Yanmed sejak tanggal 01 April 2010. Beberapa hal yang harus

diingatkan kepada Satker-Satker Badan Layanan Umum, antara lain : 1. Penyusunan RKA-KL harus mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No. 44/ PMK.05/ 2009 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) serta Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 550/Menkes/SK/ VII/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum Rumah Sakit. 2. Rencana Bisnis Anggaran tahunan disusun dengan mengacu kepada strategi bisnis, memuat seluruh program, kegiatan, anggaran penerimaan/ pendapatan, anggaran pengeluaran/ belanja, estimasi saldo awal dan estimasi saldo akhir kas BLU; 3. Rencana Bisnis dan Anggaran juga harus disusun berdasarkan

basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya, dan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari layanannya. 4. Kepada Satker BLU yang telah mampu menyusun standar biaya menurut jenis layanannya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya maka penyusunan RBA-nya mengunakan standar biaya tersebut, sedangkan untuk satker BLU yang belum mampu menyusun standar biaya, RBA disusun berdasarkan Standar Biaya Umum (SBU); 5. Kepada Satuan Kerja Baru, Rumah Sakit Umum Ratatotok Buyat, karena Tahun Anggaran 2011 merupakan tahun awal RS ini membuat perencanaan berbasis Kinerja. Hasil yang diharapkan adalah tersusunnya Rincian Pagu Anggaran Sementara Rumah Sakit dan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Tahun Anggaran 2011, yang selanjutnya akan diusulkan ke Kementerian Keuangan c/q Direktorat Jenderal Anggaran, melalui Biro Perencanaan dan Anggaran Setjen Kementerian Kesehatan R.I untuk ditetapkan sebagai Pagu Definitif Tahun Anggaran 2011. IMIN/DSY

34

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

Rumah Sakit Internasional Bukan Sekedar NamaKEMENKES Sejumlah Rumah Sakit di Indonesia yang menggunakan label internasional/dunia/global pada penamaan Rumah Sakit wajib melepaskan nama tersebut, dengan tenggang waktu mulai Agustus mendatang. Selain itu, Rumah Sakit wajib prioritaskan pelayanan internasional bukan nama Internasional. Hal ini ditegaskan saat jumpa pers Kementerian Kesehatan, pada 9 Juli 2010. Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS menyampaikan Peraturan Menteri Nomor 659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, pelepasan label tersebut paling lambat dalam jangka waktu satu tahun sejak peraturan ini ditetapkan. Rumah Sakit Kelas Dunia bukan sekedar penggunaan nama internasional/ global/dunia untuk label rumah sakit; pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter asing; pelayanan kesehatan yang sebagian besar pasiennya adalah orang asing; pelayanan kesehatan menggunakan teknologi canggih; pelayanan kesehatan yang diberikan secara eksklusif dengan biaya mahal. Jika hanya sekedar pengertian di atas, dikhawatirkan akan mengelabui pengertian masyarakat tentang rumah sakit yang bermutu dan akan berakibat menurunnya akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia semestinya rumah sakit yang menjalankan pelayanannya berstandar global baik dari aspek pemenuhan fasilitas yang aman dan nyaman, manajemen rumah sakit maupun manajemen kliniknya. Penerapan manajemen terbaik inilah yang diharapkan mendapatkan pengakuan dari luar yaitu suatu badan/lembaga akreditasi yang fokus dengan penjaminan mutu pelayanan di rumah sakit bertaraf internasional seperti Joint Commission Internasional, ossas, malcolm baldridge atau lainnya. Diketahui sebanyak 12 Rumah Sakit yang memakai nama internasional, antara lain RS Bintaro Internasional, RS Mitra Internasional Jatinegara, RS Surabaya Internasional, RS Yogya Internasional, RS Royal Progress Internasional, RS M.H Thamrin Internasional, RS Gleni Internasional Hospital, RS Bedah Bali Internasional Medical Center, RS Santosa Bandung Internasional, RS Omni Internasional Alam Sutra, RS Global Awal Bros, dan RS Aceh Internasional Hospital. Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik, Dr. Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An mengutarakan dari delapan Rumah Sakit, sudah ada lima Rumah Sakit yang melaporkan penggantian nama kepada Kementerian Kesehatan, yaitu Santosa Bandung Internasional menjadi Santosa Bandung Hospital; RS Surabaya Internasional menjadi RS Premier Surabaya; RS Internasional Bintaro menjadi RS Premier Bintaro; RS Mitra Internasional menjadi RS Premier Jatinegara; dan Global Awal Bros Hospital menjadi Rumah Sakit Awal Bros. Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar, drg. S.R. Mustikowati, M.Kes menambahkan Rumah Sakit harus tetap menjalankan fungsi sosial dengan tetap melayani pasien miskin yang masuk ke Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia. Pada akhirnya, suatu predikat Rumah Sakit Internasional bukan untuk memperjuangkan sebuah label, namun predikat tersebut untuk memperjuangkan pelayanan kesehatan secara terstandar, aman, nyaman dan memenuhi harapan masyarakat. IMIN/DSY

Suasana Jumpa Pers Kementerian Kesehatan, dihadiri sejumlah wartawan Media Cetak dan Media Elektronik

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

35

ragam

Penyerahan DIPA Tugas Pembantuan TA. 2010

Ditjen Bina Pelayanan MedikBANDUNg Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, SpP, MARS, pada tanggal 19 Agustus 2011 lalu berkesempatan menyerahkan secara langsung Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) kepada Satuan Kerja (Satker) penerima anggaran Tugas Pembantuan (TP) Tahun Anggaran 2010 di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Penyerahan DIPA adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh Satker penerima anggaran TP mengingat dengan telah terbitnya DIPA tersebut maka satker dapat mulai menggunakan anggarannya untuk kepentingan Rumah Sakit, baik untuk fisik bangunan maupun untuk peralatan kesehatan. Proses panjang harus dilalui oleh para satker penerima anggaran TP sampai terbitnya DIPA ini. Diawali dari penentuan satker yang memperoleh TP TA. 2010 berdasarkan SK Menkes (bulan April 2010), pembahasan dan penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan pemeriksaan kelengkapan data dukung di Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan (bulan Mei 2010), kemudian diterbitkan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) (bulan Juni 2010), dilanjutkan dengan penerbitan konsep DIPA (bulan Juli 2010) dan terakhir pembagian DIPA kepada seluruh satker penerima anggaran TP TA. 2010 ini. Mengingat terbitnya DIPA ini sudah menjelang penghujung tahun anggaran, Bapak Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik mengingatkan kepada seluruh satker agar dapat menggunakan anggaran TP ini dengan sebaik-baiknya. Sedapat mungkin jangan mengajukan revisi DIPA mengingat waktu kegiatan sudah sangat sempit. Jika terpaksa revisi, cukup di

Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) saja sehingga dapat menghemat waktu revisi dan anggaran dapat terserap dengan baik, pesan dr. Supriyantoro, SpP, MARS. Hal lain yang tidak kalah penting disampaikan dalam arahan beliau adalah jangan sampai terjadi duplikasi sumber anggaran untuk satu kegiatan yang sama. Untuk pengadaan peralatan kesehatan, hindari celah-celah yang mengarah kepada kemungkinan mark up harga atau pun sedari awal sudah mengarah pada satu merk alat tertentu. Dalam acara pembagian DIPA TP ini, Dirjen Bina Pelayanan Medik hadir bersama Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan drg. Naydial Roesdal, MSc, FICD. Pada kesempatan ini, Inspektur Jenderal menyampaikan makalah dengan tema Kebijakan Pengawasan Nasional dan Kebijakan Pengawasan Kementerian Kesehatan RI. Dalam makalahnya, beliau menyampaikan hasil audit yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, BPKP maupun BPK di lingkungan Ditjen Bina Pelayanan Medik. Hasil pengawasan BPK menyebutkan bahwa dari 1,2 triliun anggaran yang disclaimer sebagian besar berasal dari kantor daerah. Ada 4(empat) kriteria terhadap hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPK, yaitu : 1. Wajar tanpa pengecualian 2. Wajar dengan pengecualian 3. Tidak memberikan pendapat disclaimer 4. Tidak wajar Sumber disclaimer yang cukup besar salah satunya berasal dari anggaran TP di mana yang menggunakannya adalah RSUD maupun BLK/Labkesda milik provinsi/kabupaten/kota. Khusus untuk alat

36

Ditjen Bina Pelayanan Medik Warta Yanmed Edisi XXIII Tahun 2010

ragam

kesehatan yang dibeli dari sumber anggaran TP akan dihibahkan dari Kementerian Kesehatan menjadi aset daerah. Untuk proses hibah tersebut diperlukan laporan Barang Milik Negara (BMN) dari satker penerima anggaran TP. Seringkali proses administrasi ini tidak diperhatikan dengan baik sehingga sering menjadi temuan pemeriksa dan akhirnya menjadi disclaimer. Sumber disclaimer lainnya adalah pembelian alat-alat kesehatan yang kecil dan mobile, seperti thermometer, timbangan, tensimeter, stetoskop; dimana ketika akan dihibahkan barangnya sudah tidak ada lagi. Pemanfaatan anggaran Tugas Pembantuan dapat digunakan untuk mencapai sasaran Program Upaya Kesehatan Perorangan dengan memperhatikan menu untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat dalam rangka : 1. Peningkatan mutu pelayanan 4 spesialis dasar (Penyakit Dalam, Kandungan & Kebidanan, Bedah, Anak) dan 3 spesialis penunjang (Anestesi, Radiologi, Patologi Klinik) serta penunjang Non Medis (Kitchen, Laundry, IPAL, CSSD, dll) dalam rangka mendukung program Dokter Spesialis Berbasis Kompetensi (PDSBK) 2. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk peningkatan mutu pelayanan di kelas III RS 3. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan Gawat Darurat 4. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan unt