wakaf dan implementasinya

1

Click here to load reader

Upload: maszakki

Post on 09-Aug-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wakaf Dan Implementasinya

WAKAF DAN IMPLEMENTASINYAPAPUN bencana yang melanda suatudaerah pasti akan menimbulkan kerugianbesar bagi daerah itu. Demikian juga tsu

nami yang melanda Aceh empat tahun lalu, yangbaik secara langsung atau tidak telah memberikandampak kerusakan yang besar. Salah satu dampaktsunami tersebut adalah kerusakan dan hilangnyalahan pertanahan gampong serta hilangnyasebahagian besar lahan-lahan yang ada di pesisirpantai karena ditelan oleh air laut.

Dari data yang pernah dipublikasikan olehUnited Nation Development Program (UNDP)nampak bahwa sebanyak 654 desa/gampong diAceh rusak atau hancur akibat tsunami. Selain itu,sekitar 300.000 bidang tanah terkena dampak tsu-nami dan hilang, banyak diantaranya yang berstatustanah wakaf.

Dalam kehidupan bermasyarakat di Aceh,mewakafkan sebagian harta milik pribadi untukkepentingan masyarakat umum sudah menjadi saturangkaian kegiatan ibadah seseorang. Biasanyaharta benda yang sering diwakafkan adalah tanah.

Tanah wakaf atau tanoh wakeueh menurut adatAceh diartikan sebagai lembaga keagamaan dimanaseseorang yang memiliki tanah menyerahkansebagian daripadanya untuk keperluan seseorangtertentu atau sesuatu keperluan bersama, sesuaidengan hukum Islam. Biasanya penyerahan wakafini dilakukan kepada geuchik dan imum meunasah,dimana untuk selanjutnya pengurusan tanah inidilakukan oleh kedua aparat gampong tersebut.

Sebelum berbicara lebih jauh tentang wakaf,berikut ini akan disajikan kembali sekilas tentang wakaf.

Sekilas tentang WakafPasal 1 (1) Undang-Undang No. 41 tahun 2004

tentang Wakaf menyebutkan bahwa wakaf adalahperbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknyauntuk dimanfaatkan selama-lamanya atau untukjangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannyaguna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umummenurut syariah. Sementara itu pada Pasal 1 (2)disebutkan bahwa Wakif adalah pihak yangmewakafkan harta bendanya.

Dalam PP nomor 28/1977 tentang PerwakafanTanah Milik disebutkan bahwa Wakaf adalahperbuatan hukum seseorang atau badan hukumyang memisahkan sebagian dari harta kekayaannyayang berupa tanah milik dan melembagakannyauntuk selama-lamanya untuk kepentingan periba-datan atau keperluan umum lainnya sesuai denganajaran agama Islam.

Lalu apa saja harta yang bisa diwakafkan olehseseorang? Penyuluh Utama Kantor WilayahDepartemen Agama Provinsi Nanggroe AcehDarussalam, Drs. Tgk. Zaini Yusuf mengatakanbahwa seseorang bisa mewakafkan hartanya jikaharta itu benar-benar miliknya secara sah. Hal inisesuai dengan Pasal 15 Undang-Undang tentangWakaf yang menyebutkan bahwa harta bendawakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dandikuasai oleh wakif secara sah.

Pada pasal 16 (1) Undang-Undang Wakaftersebut dikatakan bahwa harta benda yang bisadiwakafkan adalah benda tidak bergerak dan bendabergerak. Selanjutnya Pasal 16 (2) menyebutkanbahwa benda tidak bergerak sebagaimanadisebutkan pada ayat (1) meliputi hak atas tanah

ANDA DAN HUKUM DALAM KESEHARIAN - 80

Rubrik ini dipublikasikan atas kerjasama Harian Serambi INDONESIA dengan IDLO

Semua artikel dalam seri ini dapat ditemukan pada website IDLOdi http://www.idlo.int/English/External/IPacehnews.asp

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang sudah maupunyang belum terdaftar; bangunan atau bagianbangunan yang berdiri di atas tanah, tanaman danbenda lain yang berkaitan dengan tanah; hak milikatas satuan rumah susun seusai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku; danbenda tidak bergerak lainnya sesuai denganketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selanjutnya, Pasal 16 (3) menyebutkan bahwabenda bergerak sebagaimana yang sudah disebutkanpada ayat (1) adalah harta benda yang tidak bisahabis karena dikonsumsi, meliputi :

● uang● logam mulia● surat berharga● kendaraan● hak atas kekayaan intelektual● hak sewa; dan● benda bergerak lain sesuai dengan

ke ten tuan sya r iah dan pe ra tu ranperundang-undangan yang berlaku.

Harta benda yang sudah diwakafkan tidak dapatdigunakan kembali untuk keperluan pribadi anggotakeluarga si wakif. Jelasnya dalam Pasal 40 UU No.41/2004 dikatakan bahwa harta benda wakaf yangsudah diwakafkan dilarang :

a. dijadikan jaminanb. disitac . dihibahkand. dijuale. diwariskanf . ditukar; ataug. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak

lainnya.Selain itu, pada dasarnya terhadap harta benda

yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukanperubahan atau penggunaan lain daripada yangdimaksud dalam ikrar wakaf. Hal ini sesuai denganketentuan Pasal 225 (1) Kompilasi Hukum Islam(KHI). Menurut Pasal 225 ayat (2) KHI, penyim-pangan dari ketentuan dalam ayat (1) tersebuthanya dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentusetelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuantertulis dari Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatanberdasarkan saran dari Majelis Ulama Kecamatandan camat setempat, dengan alasan:

● karena tidak sesuai lagi dengan tujuanwakaf seperti yang diikrarkan oleh wakif

● karena kepentingan umum.Wakaf dan ImplementasinyaDi Kabupaten Aceh Besar terdapat praktek

wakaf yang dilakukan tidak hanya oleh individual,tetapi juga oleh masyarakat suatu gampong. Merekasecara bersama-sama membeli sebidang tanahyang lokasinya dipilih dekat dengan Meunasah dankemudian mewakafkannya untuk tempat kegiatankeagamaan, seperti balai pengajian. Selain itu, adapula yang kemudian menjadikan tanah wakaf yangsudah dibeli secara bersama ini sebagai lokasi tanahperkuburan untuk warga setempat.

Dalam situasi pascatsunami di Aceh, banyaklahan pertanahan yang hilang karena menjadi lautanatau muara laut. Ini termasuk.banyak tanah wakaf,yang sebelumnya digunakanoleh masyarakat umumuntuk kepentingan ber-

sama, yang menjadi hilang dan belum tergantikan.Nurmansyah, kepala desa Emperom Kota

Banda Aceh, mengatakan bahwa warga di desaEmperom telah bersepakat untuk mengumpulkanuang dan kemudian membeli tanah yang kemudiandiwakafkan untuk kepentingan tanah perkuburanbersama warga setempat. Warga juga ditetapkanuntuk menyumbangkan biaya perbulan untukperawatan komplek pertanahan perkuburan tersebut.

Dalam kasus yang lain, ada pula tanah wakafyang terpaksa diambil karena pelebaran areal yangdigunakan untuk kepentingan umum, misalnya untukkepentingan jalan. Dalam hal ini, Penyuluh UtamaKanwil Departemen Agama Provinsi NanggroeAcehDarussalam, Zaini Yusuf, mengatakan bahwa jikaada tanah wakaf gampong yang harus diambil untukkepentingan umum lainnya, misalnya untukpelebaran jalan yang dilakukan oleh pemerintah,pemerintah harus menggantikan lahan wakaf itu dilokasi yang lain dan kemudian dimanfaatkan kembaliseperti yang sudah dilakukan sebelumnya.

Humas pemerintahan Kota Banda Aceh, Mahdi,mengatakan bahwa pemerintah menerapkanmusyawarah dan mufakat dalam melakukan aktivitasyang melibatkan harta milik warga. Musyawarahyang dilakukan akan melibatkan kepala desa ataugeuchik, tuha peut, camat, dan kepala KUA sertapihak kantor agama. Dalam musyawarah inilah,setiap keputusan diambil dan kemudian disosiali-sasikan kepada warga setempat.

Terkait dengan perubahan status harta bendawakaf, ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 40 huruf f UU No. 41/2004 dapat dikecualikanapabila harta benda wakaf yang telah diwakafkandigunakan untuk kepentingan umum seusai denganrencana umum tata ruang (RUTR) berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku dan tidak bertentangan dengan Syari’ah.

Pemer in tah Aceh dan /a tau pemer in tahkabupaten/kota wajib melakukan perlindunganhukum terhadap tanah-tanah wakaf, harta agama,dan keperluan suci lainnya.

Wakaf untuk Pemberdayaan EkonomiSebagai salah satu langkah strategis untuk

meningkatkan kesejahteraan umum, dipandang perluuntuk meningkatkan peran wakaf sebagai lembagakeagamaan yang tidak hanya bertujuan menyedia-kan berbagai sarana ibadah dan sosial, melainkanjuga memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensiantara lain untuk memajukan kesejahteraan umum.Untuk itu pemanfaatan wakaf perlu dikembangkansesuai dengan prinsip Syari’ah.

Dalam kenyataannya, praktik-praktik wakafyang terjadi dalam kehidupan masyarakat belumsepenuhnya berjalan tertib dan efisien. Sebagaiakibatnya, dalam berbagai kasus ditemui harta wakafyang tidak terpelihara sebagaimana mestinya,terlantar atau beralih ke tangan pihak ketiga dengancara melawan hukum. Keadaan demikian tidak hanyadisebabkan kelalaian atau ketidakmampuan nadhirdalam mengelola dan mengembangkan benda wakaf,melainkan juga sikap masyarakat yang kurang peduliatau belum memahami status benda wakaf yangseharusnya dilindungi untuk kesejahteraan umumsesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya. ****

A