undang-undang lingkungan dan kontradiksi implementasinya
DESCRIPTION
Ledia Hanifa A., SSi., MPsi.T Anggota Komisi IX DPR RI. Undang-undang lingkungan dan kontradiksi implementasinya. LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. PUSAT. UUD 1945. BPK. DPR. MPR. DPD. MA. MK. Presiden. KY. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
Ledia Hanifa A., SSi., MPsi.T
Anggota Komisi IX DPR RI
TNI/POLRI
dewan pertimbangan
kementerian negara
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
KY
UUD 1945
kpu bank sentral
DPR DPDMPR
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAANmenurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BPK MA MKPresiden
PUSAT
DAERAH
Lingkungan Peradilan TUN
Lingkungan Peradilan Militer
Lingkungan Peradilan Agama
Lingkungan Peradilan Umum
Perwakilan BPK Provinsi
Pemerintahan Daerah Provinsi
DPRDGubernur
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
DPRDBupati/Walikota
Pasal 24 (1)***Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakanperadilan guna menegakkan hukum dan keadilan
MA MK
Pasal 4 (1)Memegang kekuasaan pemerintahan
Presiden
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD
Pasal 20 (1)*Memegang kekuasaan membentuk UU
DPR
MPRPasal 2 (1)****
Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ];
Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal 3 ayat (2)***/**** ];
Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar
[Pasal 3 ayat (3)***/****];
Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
Wewenang
BAB II. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
ANGGOTA DPRdipilih melalui pemilu
ANGGOTADPDdipilih melalui pemilu
Fungsi, Wewenang, dan HakAntara lain tentang:
memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**] ;
mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat [Pasal 20A (2)**] ;
pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal 7B (1)***] ;
persetujuan dalam menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian [Pasal 11 (1) dan (2)****] ;
pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ;
pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam menerima penempatan duta negara lain [Pasal 13 (3)*] ;
pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang diajukan oleh Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***] ;
persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY [Pasal 24A (3)***] ;
persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota KY [Pasal 24B (3)***] ;
pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***] ;
DPRmemegang kekuasaan
membentuk UU [Pasal 20 (1)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum[Pasal 19 (1)**]
anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranyadiatur dalamundang-undang(Pasal 22B**)
mengesahkan UU[Pasal 20 (4)*]
Dalam hal RUU tidak disahkan dalam waktu 30 hari, RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan[Pasal 20 (5)**]
DPRmemegang kekuasaan membentuk UU[Pasal 20 (1)*]
Anggota berhak mengajukan usul RUU(Pasal 21*)
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa itu[Pasal 20 (3)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYATPembentukan Undang-Undang
Presiden
berhak mengajukan RUU[Pasal 5 (1)*]
mendapat persetujuan bersama
tidak mendapat persetujuan bersama
RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama[Pasal 20 (2)*]
mengesahkan UU[Pasal 20 (4)*]
Dalam hal RUU tidak disahkan dalam waktu30 hari, RUU tersebut sah menjadi UUdan wajib diundangkan[Pasal 20 (5)**]
DPRmemegang kekuasaan membentuk UU[Pasal 20 (1)*]
Anggota berhak mengajukan usul RUU(Pasal 21*)
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa itu[Pasal 20 (3)*]
Presiden
berhak mengajukan RUU[Pasal 5 (1)*]
mendapat persetujuan bersama
tidak mendapat persetujuan bersama
RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama[Pasal 20 (2)*]
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYATPembentukan UU yang terkait dengan kewenangan DPD
DPDdapat mengajukan RUU yang sesuai dengan kewenangannya [Pasal 22D (1)***]
ikut membahas dan memberikan pertimbangan atas RUU yang sesuai dengan kewenangannya [Pasal 22D (2)***]
Presiden
harus dicabut[Pasal 22 (3)]
Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, berhak menetapkan Perpu [Pasal 22 (1)]
Perpu itu harus mendapat persetujuan DPR[Pasal 22 (2)]
menjadi UU
BAB VII. DEWAN PERWAKILAN RAKYATPeraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang (Perpu)
setuju
tidaksetuju
DPR
Tata Urutan perundang2an Berdasarkan UU No 10 Tahun 2004
tentang Pembuatan Peraturan Peraturan Perundang-Undangan menyebutkan urutan perundang2an yaitu : UUD 1945PerpuUUPPPerpresPerda
Landasan terhadap lingkungan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia.
Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain
Indonesia juga berada pada posisi yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Dampak tersebut meliputi turunnya produksi pangan, terganggunya ketersediaan air, tersebarnya hama dan penyakit tanaman serta penyakit manusia, naiknya permukaan laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan punahnya keanekaragaman hayati
Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak merata, sedangkan kegiatan pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang semakin meningkat.
Kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada akhirnya menjadi beban sosial.
lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan lokal dan kearifan lingkungan
Indonesia mengandalkan kontribusi dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan terbesar dari sumberdaya alam. sumberdaya alam mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik pada masa lalu, saat ini maupun masa mendatang.
ANALISA LINGKUNGAN HIDUP Indonesia mempunyai hutan tropis dunia sebesar
10 persen. Sekitar 12% keadaan hutan di Indonesia yang
merupakan bagian dari jumlah binatang yang tergolong jenis mamalia,
16% persen merupakan bagian dari spesies amphibi dan binatang sejenis reptil dan 25% dari bagian spesies sejenis burung dan sekitar 1.519 merupakan bagian dari spesies burung. Sisanya merupakan endemik yang hanya dapat ditemui didaerah tersebut.
Penyusutan luas hutan alam yang merupakan asli Indonesia mengalami kecepatan menurunan yang cukup memprihatinkan.
Menurut World Resource Institute (1997), hingga saat ini hutan asli Indonesia. Selama periode 1985-1997 kerusakan hutan mencapai 1,6 juta hektar per tahun. Pada periode 1997-2000 bertambah menjadi 3,8 juta hektar per tahun.
Berdasarkan pada hasil penelitian citra landsat pada tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan mengalami kerusakan yang cukup serius. Diantaranya, hutan seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan (Badan Planologi Dephut,2003).
Menurut data yang diperoleh dari Bakornas Penanggulangan Bencana pada tahun 2003, bencana yang terjadi selama tahun 1998 hingga pertengahan 2003 data yang didapat menunjukan telah terjadi 647 bencana dengan 2022 korban jiwa dan mengalami kerugian milyaran rupiah dengan 85% merupakan bencana banjir dan longsor.
Persoalan lingkungan pra 2009
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang lingkungan hidup dianggap tidak mampu mengatasi persoalan lingkunagn
Pemahaman masyarakat tentang undang-undang lingkungan hidup masih lemah. Survei yang dilakukan Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia (IALHI) pada tahun 2009 tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap Undang-undang Lingkungan Hidup sangat rendah
Penegakan hukum lingkungan terhadap pelanggaran undang-undang dirasakan lemah
Ego sektoral daerah akibat pemberlakuan otonomi daerah sehingga persoalan lingkungan tidak diperhatikan oleh pemerintah daerah
Persoalan lingkungan pra 2009 Pendanaan yang sangat minim baik
ditingkat pusat maupun di daerah dalam persoalan monitoring lingkungan.
Peran masyarakat yang tidak jelas bahkan cendrung diabaikan. Masyarakat yang mengadukan pelanggaran kembali diancam dengan pidana oleh pihak yang dilaporkan.
Undang-Undang No 32 tahun 2009
Terjadi perubahan mendasar terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memasuki wilayah perencanaan, dengan memunculkan instrumen wajib Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan Tata Ruang.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:a. perencanaan;b. pemanfaatan;c. pengendalian;d. pemeliharaan;e. pengawasan; dan f. penegakan hukum
TUGAS & WEWENANG PEMERINTAH :
Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang:
menetapkan kebijakan nasional; menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria; menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH nasional; menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai KLHS; menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai amdal dan UKL-UPL; menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
alam nasional dan emisi gas rumah kaca;
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH (2)
mengembangkan standar kerja sama; mengoordinasikan dan melaksanakan
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan emisi gas rumah kaca;
mengembangkan standar kerja sama; mengoordinasikan dan melaksanakan
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH (3) menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai sumber daya alam hayati dan nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa genetik;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai B3, limbah, serta limbah B3;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut;
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH (4)
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas batas negara;
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah;
melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;
mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan antardaerah serta penyelesaian sengketa;
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH (5)
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan masyarakat;
menetapkan standar pelayanan minimal; menetapkan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
mengelola informasi lingkungan hidup nasional; mengoordinasikan, mengembangkan, dan
menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH (6) memberikan pendidikan, pelatihan,
pembinaan, dan penghargaan;
mengembangkan sarana dan standar
laboratorium lingkungan hidup;
menerbitkan izin lingkungan;
menetapkan wilayah ekoregion; dan
melakukan penegakan hukum lingkungan
pemerintah provinsi Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah provinsi bertugas dan berwenang:menetapkan kebijakan tingkat provinsi;menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH provinsi;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;
menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat provinsi;
mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan;
mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas kabupaten/kota;
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota;
melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan antarkabupaten/antarkota serta penyelesaian sengketa;
melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan;
melaksanakan standar pelayanan minimal;
menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi;
mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi;
mengembangkan dan menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;
memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;
menerbitkan izin lingkungan pada tingkat provinsi; dan
melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat provinsi.
pemerintah kabupaten/kota Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah kabupaten/kota bertugas dan berwenang:
menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota;menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH kabupaten/kota;menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL; menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota; mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan; mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup; memfasilitasi penyelesaian sengketa;
melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;
melaksanakan standar pelayanan minimal; melaksanakan kebijakan mengenai tata
cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;
mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;
menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan
melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.
Peran Masyarakat Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan
seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Peran masyarakat dapat berupa: a. pengawasan sosial; b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atauc. penyampaian informasi dan/atau laporan.
Peran masyarakat dilakukan untuk : a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan; c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial;e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian lingkungan hidup.
SANKSI Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
Sanksi administratif terdiri atas: a. teguran tertulis;b. paksaan pemerintah;c. pembekuan izin lingkungan; ataud. pencabutan izin lingkungan.
Penyelesaian sengketa Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan. Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka
rela oleh para pihak yang bersengketa. Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan; c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan; dan/ataud. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan hidup.
Strategi Implementasi UU PPLH Mensosialisasikan UU No 32 Tahun
2009 Pemerintah dengan segera dapat
mengeluarkan Peraturan pemerintah dan Peraturan menteri dari UU No 32 tahun 2009.
Peran serta masyarakat untuk turut serta mensosialisasilakn dan mengawasi terhadap pelanggaran undang-undang No 32 Tahun 2009 mutlak diperlukan