skripsi analisis akuntansi zakat dan implementasinya …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS AKUNTANSI ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYA
PADA LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH MAKASSAR
WENIARTI
1057 302440 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi atas nama Weniarti dengan No Stambuk 105730244011 telah
diperiksa dan diterima oleh Panitia ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan
surat keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor :74 Tahun
1436H/ 2015 M, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar pada hari Jumaat, 29 Agustus 2015/ 8 Dzulqaidah 1436 H.
Makassar, Agustus2015
PanitiaUjian:
1. PengawasUmum : Dr. IrwanAkib, M.Pd. ( ……………………….)(RektorUnismuh Makassar)
2. Ketua : Dr. Mahmud Nuhung, MA. ( ……………………….)(DekanFakultasEkonomidanBisnis)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM. ( ……………………….)(PD. I FakultasEkonomidanBisnis)
4. Penguji : 1 Dr. Mahmud Nuhung, MA. ( ……………………….)
: 2. Ismail Rasulong. SE. MM ( ……………………….)
: 3. Abd. Salam HB,SE. Mi. Ak (…..…………………..)
: 4.Ismail badollahi SE,M.Si.Ak ( ……………………….)
HALAMAN PERSETUJUAN
JUDUL PENELITIAN : ANALISIS AKUNTANSI ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYA
PADA LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH MAKASSAR
NAMA MAHASISWA : WENIARTI
NO. STAMBUK : 10573 02440 11
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : AKUNTANSI
PERGURUAN TINGGI : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Telah diujikan pada tanggal 29 agustus 2015
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA Muttiarni.SE.M.Si.KTAM: 497794 KTAM: 1172273
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA Ismail badollahi S,E.M.si.akKTAM: 497794 KTAM: 1073428
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... ii
MOTTO & PERSEMBAHAN................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar belakang .........................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................5
C. Tujuan penelitian .....................................................................................5
D. Manfaat penelitian ...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7
A. Konsep dasar zakat dan infak/sadaqah ...................................................7
B. Syarat – syarat yang wajib zakat .............................................................9
C. Penerimaan zakat ...................................................................................11
D. Jenis zakat..............................................................................................12
E. Zakat uang simpanan atau deposito.......................................................18
F. Organisasi pengelola zakat ....................................................................21
G. Jenis’’ dana yang terdapat pd organisasi pengelola zakat ....................24
H. akuntansi zakat ......................................................................................25
I. Akuntansi zakat dalam persyaratan standar akuntansi No.PSAK 10931
J. Laporan keuangan amil .........................................................................39
viii
K. Kerangka pekir ......................................................................................50
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................51
A. Lokasi Penelitian dan Waktu penelitian ...............................................51
B. Metode Pengumpulan Data .................................................................52
C. Jenis dan Sumber Data .........................................................................53
D. Sistematika Penelitian ..........................................................................54
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat .....................................................................................57
B. Struktur Organisasi ................................................................................59
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ......................................................................................61
B. Pendistribusian dan Pendayagunaan Dana ZIS pada LAZIS Wahdahh
C. Islamiyah Makassar ...............................................................................66
D. Akuntansi Dana Zakat dan Infak/Sedekah pada LAZIS Wahdah
E. Islamiyah Makassar ..............................................................................70
F. Pembahasan ......................................................................................... 76
G. Analisis Penerapan Akuntansi Zakat Dana Infak/Sedekah pada
H. Lazis Wahdah Islamiyah Makassar berdasarkan PSAK 109 ...............82
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................89
B. Saran ......................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................91
LAMPIRAN ........................................................................................................93
x
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meraih gelar Sarjana
Ekonomi (SE) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis tujukan
kepada :
1. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar dan sekaligus sebagai pembimbing I
yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Ibu Muttiarni,SE,M.Si. sebagai pembimbing II yang telah membantu
penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah menularkan ilmu pengetahuannya kepada penulis.
4. Pemimpin dan karyawan LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar yang telah
menerima penulis untuk melaksanakan penelitian.
x
5. Teristimewa kepada kedua Orang Tuaku, yang telah memberikan dukungan
moril dan doa restunya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepada saudara-saudaraku, serta keluarga besarku yang selalu memberikan
doa dan dukungan moril kepada penulis.
7. Kepada kak biah dan s’kurus makasih yang uda setia menemani saat
penelitian, rekan-rekan Mahasiswa baik secara langsung maupun tidak
langsung telah memberikan spirit bagi penulis selama melaksanakan
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya saran serta kritik yang konstruktif demi
terciptanya karya yang lebih baik.
Wassalam.
Makassar, agus 2015
weniarti
vii
ABSTRAK
ANALISIS AKUNTANSI ZAKAT DAN IMPLEMENTASINYAPADA LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH MAKASSAR
WENIARTI105730244011
Penelitian ini bertujuan mengetahui penerapan akuntansi zakat dan infak/shadaqah berdasarkan
PSAK 109 pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar. Penelitian ini menggunakan metode
analisis kualitatif (deskriptif) dan metode evaluatif. Data penelitian diperoleh dengan teknik
wawancara dan dokumentasi. Peneliti juga mengumpulkan literatur yang relevan dengan
pembahasan peneliti. Temuan penelitian menunjukkan sistem pencatatan akuntansi terhadap
dana zakat dan infak/shadaqah yang digunakan pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
berdasarkan single entry. Model ini mencatat satu kali penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam
proses pelaporan keuangannya, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar hanya membuat Laporan
Perubahan Dana. Hal ini dipengaruhi oleh metode pencatatan yang digunakan yaitu single entry
sehingga sulit untuk menentukan pos-pos keuangan yang dibutuhkan dalam pelaporan keuangan
lainnya seperti neraca. LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar belum menggunakan sistem double
entry dan belum menghasilkan lima laporan keuangan menurut PSAK 109. Dengan demikian,
pencatatan yang dilakukan oleh LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar belum sepenuhnya sesuai
dengan PSAK 109.
Kata kunci : zakat, infak/shadaqah, akuntansi zakat dan infak/shadaqah,
PSAK 109
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.”
“Cinta terbesar dan hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta
kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya
menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas”
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan ibu tercinta beserta keluarga besarku, yang selalu mendoakan
dan telah bersusah payah untuk menjadikan penulis jadi orang yang
berguna dan semoga penulis bisa membuat kalian bangga dan bahagia.
I love you all,…..
2. Sahabat dan rekan-rekan yang pernah hadir dalam hari-hari yang telah
penulis lewati. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan
selalu membantu ketika penulis ada kesulitan dalam mengerjakan skripsi.
Aku bangga punya kalian.,,,,
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam adalah agama yang memiliki ciri khas dari karakter “Tsabat wa
Tathowur”berkembang dalam frame yang konsisten. Artinya islam tidak
menghalangi adanya perkembangan-perkembangan baru selama hal tersebut
masih berada dalam koridor yang syar’I dan tetap konsisten.
Demikian halnya dalam hal perekonomian, yang saat ini mengalami
perkembangan pesat. meskipun demikian, yang menjad aturan wajib dalam
islam tidak pernah bisa mengantikan dengan aturan manusia. seperti halnya rukun
islam satu dari rukun tersebut adalah zakat yang merupakan salah satu syari’at
islam dan menjadi sumber dana kegiatan masyarakat islam. ibadah zakat ini
mempunyai wujud ketakwaan bagi yang menunaikan dan merupakan unsur
kedermawaan dari kaum muslimin yang memperoleh rezki lebih dari Allah
kepada saudara-saudaranya seiman yang tidak mampu.
Begitu pentingnya kedudukan zakat dalam islam,hal ini terlihat dari allah
menyebutkan zakat dan shalat sebanyak 82 kali dalam AL-Quraan satunya
dalam QS.AL.Baqarah: 43, yang artinya“ dan laksanakanlah shalat, tunaikan lah
zakat,…”
Tradisisi pelaksanaan zakat dikalangan muslim indinesia sebenarnya sudah sangat
lama sebagai bagian penting dari kesempurnaan pengalamaan ajaran agama islam.
2
namun baru zakat fitrah yang benar-benar secara luas dilaksanakan oleh
masyarakat zakat. zakat maal yang seharusnya potensial kurang mendapatkan
perhatian.
Penyebab rendahnya penerimaan zakat yang diperoleh adalah masih
rendahnya kesadaran umat isalam dalam memberikan dan menyalurkan zakat
mereka melalui lembaga amil zakat resmi karna kurangnya sosialisasi dan
informasu dari badan zakat nasional. padahal penyaluran zakat melalui zakat
oraganisasi pengelola zakat akan lebih tepat sasaran kepada mereka yang
membutuhkan. selain itu, pengelolaan zakat pada lembaga amil zakat yang
belum sepenuhnya efesien dan efektif. Hal ini menujukan bahwa regulasi dalam
pengelolaan zakat belum maksimal.www.voaindonesia.com
Untuk itu, dalam mengoptimalkan pengelolaan dana zakat agar berdaya
guna dan berhasil guna diperlukan regulasi manajemen zakat yang terstruktur
dengan baik untuk melakukan pengakuan dan pengukuran, serta pencatatan.
tujuan pencatatan pengelolaan dana zakat adalah sebagai sarana
pertanggungjawaban kepada muzaki, masyrakat umum serta pemerintah.
pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan harus mudah dipahami oleh
semua pengguna laporan. maka dibutuhkan semua standar akuntansi pengelola
zakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan UU
peraturan zakat yang baru yang mengatur tentang pengelolaan zakat yaitu UU
No.23 Tahun 2011. dalam pasal 5 ayat (1) dikemukakan bahwa untuk
3
melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk BAZNAS. dan pasal
17 utnuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan penyalagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ
selanjuntnya dapat mempertegas fungsi BAZNAS dan LAZ dikemukakan dalam
pasal 7 ayat 1. dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
BAZNAS menyelenggarakan fungsi perencanaan, pelaksanaan pengendalian
serta pelaporan dan pertanggung jawaban atas pengelolaan zakat.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut diatas, dibutuhkan akuntansi zakat
secara sederhana melakukan fungsi pencatatan dan pelaporan. selain itu,
akuntansi zakat berfungsi memberikan informasi yang diperlukan untuk
mengelola secara tepat, tepat, efesien, dan efektif ataas zakat, infak, sedekah,
hibah, dan wakaf yang dipercayakan kepada organisasi atau lembaga pengelola
zakat. tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control)
untuk kepentingan internal organisasi.
Damping itu,akuntansi zakat juga memberikan informasi yang
memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat (manajemen) untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif program
dan penyalagunaan zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf yang menjadi
wewenang dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk melaporkan
kepada public (masyarakat) atas hasil operasi dan penggunaan dan public dan
umat. tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).
4
Lembaga amil zakat di Indonesia saat ini sendiri telah mengalami
perkembangan salah satunya adalah lembaga amil zakat Wahdah Islamiyah
Makassar. LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar. Lazis Wahdah Islamiyah
Makassar adalah lembaga amil zakat amil Wahdah Islamiyah Makassar. Lazis
Wahdah Islamiyah Makassar adalah lembaga amil, zakat, infak, dan sedekah,
yang berada dibawah naungan ormas islam wahdah islamiyah yang telah resmi
berdiri sejak tahun 1422H/2002M, dengan badan hokum yang diterbitkan oleh
direktorat jendral kesatuan bangsa dan politik depertemen dalam negri, di Jakarta
No.57/D.III.2/VI.2008. selama itu pula lembaga ini mendapat kepercyaan dari
berbagai pihak untuk menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana yang telah
terkumpul sesuai dengan syariat islam.www.Laziswahdah.com
Sesuai dengan undang-undang zakat No.23 Tahun 2011, Lembaga amil
zakat harus terdaftar sebagai organisasi kemasyrakatan islam (ormas islam) yang
mengelola bidang pendidikan, dakwah dan social. sebagai slah satu lembaga
Amil Zakat Nasional. maka dalam mmenjalankan semua program pengelolaan
dana zakat harus senantiasa mengacuh pada standar yang telah dibuat pemerintah.
Mengingat juga bahwa Lembaga Amil Zakat adalah lembaga public dan
juga memiliki tanggung jawab untuk melaporkan pelaksanaan pengelolaan zakat
kepadah pemerintah (UU No.23 pasal 7 ayat 3 ). maka diperlukan standarisasi
pelaporan agar public dan pemerintah dapat melihat dan menilai kenerja tersebut.
maka sehubungan dengan hal tersebut IAI mengeluarkan standar yang mengatur
hal tersebut yaitu pernyataan standar akuntansi keuangan 109 (PSAK109) tentang
akuntansi zakat dan infak/shadaqah. pernyataan ini bertujuan untuk mengatur
5
pengakuan, pengukuran, penyajian, pengunkapan transaksi zakat dan
infak/shadaqah. berlakunya standar ini lebih memudahkan bagi semua organisasi
bagi semua pengelola zakat dan infak/shadaqah. berlakunya standar ini lebih
memudahkan bagi semua organisasi pengelola zakat untuk meningkatkan
efektifitas dan efesiensi dalam pengelolaan zakatnya.
Namun setelah PSAK 109 ini disahkan pada oktober 2011 lalu, belum
semua organisasi pengelola zakat mengaplikaikan secara keseluruhan isi dari
PSAK ini. maka, berdasarkan uraian diatas peneliti ini mengkaji tentang
penerapan implementasi akuntansi zakat dan infak/sadaqah pada laziz wahdah
islamiyah Makassar dan menganalisis kesesuaian penerapan akuntansi zakat dan
infak/sadaqah tersebut dengan ketentuan yang telah tercantum dalam PSAK
109,melalui sebuah penelitian dengan judul.”Analisis Akuntansi Zakat dan
Implementasinya pada Lazis Wahdah Islamiyah Makassar”
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana kesesuain penerapan akuntansi zakat dan infak/shadaqah pada
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dengan PSAK 109
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk menganalisis kesesuaian penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Shadaqah
pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dengan PSAK 109
6
D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat :
1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini menjadi sebuah media utuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku perkulihan dengan fakta
yang ada dilapangan dalam rangka memecahkan masalah secara ilmia
2. Bagi LAZIS wadah Islamiyah Makassar di harapkan hasil penelitian ini
dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan Lazis Wahdah Islamiyah
Makassar khususnya dalam hal penerapan akuntansi zakat dan
infak/shadakah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar dan infak/shadaqah
1. Pengertian zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dari zakat yag
berarti berkah, tumbuh, dan baik. tetapi maraji yang kuat yaitu menurut
Wahadi dan lain-lain, kata dasar zakat, berarti bertambah dan tumbuh, banyak,
membuat lebih berarti, dan melidungi kekayaan itu dari kebinasaan.demikian
nawawi mengutip dari pendapat wahidi (Qardhawi,2007:34). zakat dari segi
istilah fiqih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah deserahkan
kepada orang-orang yang baik.
Zakat mengandung makna thara (bersih), pertumbuhan dan berkah. seperti
yang terkandung dalam firman Allah:
“ambilah zakat dan harta mereka guna mebersihkan dan menyucikan
mereka dan berdoalah untuk mereka…”(Qs.AT.Taubat:103)
Para ahli berpendapat bahwa zakat itu dinamakan zakat karna didalamnya
ada takziyah (penyucian) jiwa, harta, dan masyaraka. sedangkan makna zakat
secara syar’I adalah bagian tertentu dari harta yang tertentu, yang dibayarkan
pada orang yang tertentu yang berhak menerimanya sebagai ibadah dan
ketaatan kepaada allah subuhanahu wa ta’ala.
Sedangkan makna zakat dalam UU No.23 tahun 2011 pasal 1 ayat 2
adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberihkan yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.
8
pengertian diatas hampir sama yang terdapat dalam PSAK 109 yang
menyebutkan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki
sesuai dengan ketentuan syariat utnuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahiq). Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti
mengeluarkan sesuatu(harta) untuk kepentingan sesuatu. menurut terminology
syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan islam.
infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia
memperoleh rizki sebanyak ia kehendaki.allah member kebebasan kpeda
pemiliknya utnuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang sebaik yang
diserahkan.
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. adapun secar
terminology syariat sedekah makana asalnya adalah tahiqiqu sya’in bisya’I
atau menetapkan/menerapkan sesuatu pada sesuatu. sifatnya sukarela dan tidak
terikat pada syarat-syarattertentu pada penegeluaranya baik mengenai jumlah,
waktu dan kadarnya.
Menurut Ali dalam Sulhantifah (2006:11), zakat mempunyai kesamaan
dengan infak dan sedekah. yaitu ibadah atau perbuatan yang berkaitan dengan
harta. namun, terdapat perbedaan antara zakat dengan infak dan sedeqah.
perebedaan tersebut adalah:
1. Dari segu hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi islam yang telah
memenuhui ketentuan, sedangkan sedekah dan infak hukumnya sunah.
9
2. Zakat mempunyai fungsi yang jelas untuk mensucikan atau membersihkan
harta dan jiwa pemberinya. pengeluaran zakat dilakukan dengan ara-caraa
dan syarat-syarat tertentu, baik mengenai jumlah, waktu maupun
kadarnya.
3. Infak dan sedekah bukan merupakan suatu kewajiban. yang sifatnya
sukarelah dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam
pengelurannya, baik menegenai jumlah waktu maupun kadarnya.
B. Syarat-syarat yang wajib zakat
Membayar zakat hukumnya wajib, artinya orang yang tidak membayar
zakat mendapat dosa dari Allah, sebagaimana firmanya dalam surat AT-
Taubat:103 dengan memenuhui syarat harta yang harus dipenuhui sebelum
diambil zakatnya. dalam buku kecil panduan zakat Lazis Baitul Hikma, syarat-
syarat yang harus dipenuhi antara lain:
1. Milik penuh (almilkuttam)
Harta yang dimiliki secara penuh yang memungkinkan pemiliknya
menggunakan dan mengambil manfaat secara penuh serta dibawah control dan
kekuasaannya. Harta yang dimiliki secara penuh tersebut mestilah didapatkan
melalui proses yang dibenarkan oleh syara, sebab harta yang diperoleh
dengan cara yang haram, zakat tidak wajib atas harta tersebut karna harta
tersebut harus dikembalikan kepada yang berhak/ahli warisnya .
a. Berkembang (Annma)
Yang dimaksud dengan harta berkembang adalah harta yang dapat bertambah
dan berkembang bila diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang
10
dan dapat member keuntungan seperti pertanian, perdagangan, ternak, emas,
perak.
b. Cukup Nishab
Yang dimaksud “ cukup nishab”adalah telah mencapai jumlah tertentu sesuai
dengan ketetapan syra’.
c. Lebih dari kebutuhan pokok (Alhajattul Ashliyyah)
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup.jika kebutuhan minimal tersebut taka pat dipenuhui,maka
yang bersangkutan tidak dapat hidup dengan baik (layak), seperti belanja
sehari-hari, pakaian, dan pendidikan.
d. Bebas dari hutang
Orang yang memiliki hutang akan terbatas dari mengeluarkan zakat, jika
hutang tersebut untuk memenuhui kebutuhan primer, sebab orang yang
mempunyai hutang bukanlah orang yang kaya. zakat hanya diwajibkan bagi
orang-orang yang kaya.
e. Sudah satu tahun (Al-Haul)
f. Persyartan kepemilikan sudah berlalu selama 12 bulan qomariyah hanya
berlaku untuk ternak, uang, dan harta benda yang diperdagangkan. Tapi
hasil pertanian,buah-buahan, riqaz (barang temuan) tidak dipersyaratkan
setahun.
11
C. Penerimaan zakat
Orang yang berhak menerima zakat adalah berdasarkan firman Allah
dalam Al-Qur’an surat At Taubat ayat 60 artinya :
“sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang kafir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah maha mengetahui lagi
maha bijaksana”
menurut Rahman dalam bukunya Doktrin Ekonomi Islam (1995:295-
306),orang-orang yang berhak menerima zakat dapat di kategorikan sebagai
berikut:
a) Fakir, yaitu orang yang sangat miskin dan hidup menderitayang tidak
memiliki apa-apauntuk hidup
b) Miskin, yaitu orang yang mempunyai barang atau pekerjaan tetapi slalu
kekurangan /tidak mencukupi kebutuhan hidup
c) Amil, yatu pengumpul zakat
d) Muallaf, yaitu orang yang baru memeluk agama islam yang mungkin
kehilangan hartanya sehingga memerlukan peningkatan dan bantuan
e) Memerdekakan budak,yaitu budak yang tealh dijanjikan merdeka oleh
tuannya, jika sanggup dengan membayar tebusan sejumlah uang
f) Orang yang berhutang,yaitu orang yang menanggung hutang yang
melebih harta yang dimilikinya
12
g) Fisabilillah, orang yang mengabdi untuk islam dengan tujuan
mempertahankan agama dan melakukan perbuatan baik yang dianjurkan
oleh agama
h) Ibnu sabil (musafir ), orang yang terlantar dalam perjalanan dan tidak
dapat menggunakan hartanya karena jauh dari tempat tinggalnya.
D. Jenis Zakat
a. Zakat fitrah
1. pengertian
Zakat fitra adalah zakat ( shadaqah) jiwa, istilah tersebut diambil dari kata
fitra yang merupakan asal dari kejadian. dari Ibnu Umar radhiallahu anhu
beliau berkata:
“Rasulullah Shallahu ‘alahi’ Wasallam memfarduhkan zakat fitrah 1
sah’dari kuram atau gandum atas budak, orang merdeka, laki-laki dan perempuan
,anak kecil dan oang tua dari seluruh kaum muslimin. An beliau perintahkan
supaya dikeluarkan kaum muslimin. dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan
sebelum orang-orang keluar untuk shalat ‘led.”(HR.Bukhori)
Besaran yang harus dikeluarkan adalah 2,176 kg.
2. Waktu pembayaran
a. Wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya
matahari di akhir bulan rahmadan
b. Boleh mendahulukan atau mempercepat pembayaran zakat fitrah dan
waktu wajib tersebut
13
3 .Zakat maal
a. Pengertian
Zakat maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki
oleh seseorang atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan.
b. Macam-Macam Zakat Maal
Ada beberapa jenis harta yang tergolong dalam zakat maal. dalam
panduaan zakat praktis PKPU, macam-macam harta yang termasuk dalam
zakat maal anatara lain:
a) Zakat Emas dan Perak
Syariat islam memandang emas dan perak merupakan harta yang potensial
disamping dapat berfungsi sebagai perhiasaan yang indah, emas juga dapat
berfungsi sebagai alat tukar dari masa kemasa. oleh sebab itu syariat islam
memandang perlunya dikeluarkan zakat emas dan perak ini. Seperti yang
terkandung dalam firman Allah, yang artinya:
“…dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menginfakannya dijalan allah maka berikanlah kabar gembira kepada mereka
(bahwa mereka mendapat )adzab yang pedih (QS.9:34)
a. Ketentuan zakat emas dan perak
c. Zakat Emas
a. Nishab zakat emas 85 gram emas
b. Haul selama 1 tahun
14
c. Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%
d. Perhiasan yang wajib dikeluarkan zakat adalah perhiasan yang disimpan
dan tidak dipakai, selain itu maka tidak wajib dikeluarkan zakat.
d. Zakat Perak
a. Nishab zakat perak adalah 595 gram
b. Haul selama 1 tahun
c. Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5%
d. Cara penghitungan sama dengan penghitungan zakat emas.
e. Zakat Pertanian
Firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala, yang artinya :
Hai orang- orang yang beriman nafkahkanlah (zakat) dari sebagian hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian hasil bumi yang kami (Allah) keluarkan
untuk kalian.” (QS.Al-Baqarah: 267).
Ketentuan zakat pertanian :
‘’Nishab zakat pertanian adalah 653 kg beras. Dari Jabir, Rasulullah
Shallahu„Alaihi Wasallam bersabda : “Tidak wajib dibayar zakat pada kurma
yang kurang dari 5 ausuq...” (HR. Muslim).
Ausuq jamak dari wasaq, 1 wasaq = 60 sha‟, sedangkan 1 sha‟ = 2,176 kg,
maka 5 wasaq adalah 5x 60 x 2,176 = 652,8 kg.
15
1. Kadarnya sebanyak 5% jika menggunakan irigasi atau 10% dengan
pengairan alami (tadah hujan). Hadits Nabi Shallahu „Alaihi wa Sallam
yang diairi dengan air hujan, mata air dan tanah zakatnya sepersepuluh
(10%), sedangkan yang disirami zakatnya seperduapuluh (5%)…”
2. Dikeluarkan ketika panen, sesuai dengan firman Allah:…Dan
bayarkanlah zakatnya di hari panen …” (QS. 6 : 34)
f. Zakat Perniagaan
Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga. Dalam
hadits yg diriwayatkan oleh Abu Daud dari Samurah bin Jundub radhiallahu
anhu, ia berkata:
“Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan
zakat dari barang yg kami siapkan untuk perdagangan.”
Ketentuan zakat perniagaan :
a. Nishab zakat niaga adalah senilai dengan 85 gram emas
b. Usaha tersebut telah berjalan selama satu tahun
c. Kadar yang dikelaurkan adalah 2,5%
d. Dapat dibayarkan dengan uang atau barang
e. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan
16
5. Zakat Profesi (penghasilan)
Zakat profesi atau zakat pendapatan adalah zakat harta yang dikeluarkan
dari hasil pendapatan seseorang atau profesinya bila telah mencapai nishab.
Seperti karyawan, dokter, notaris dan lain-lain. Zakat atas penghasilan wajib bagi
setiap muslim sesuai dengan firman Allah Subahanahu wa Ta‟ala :
“Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik, …”(Q.S. Al Baqarah : 267 )
Dan juga dalam hadits dari Rasulullah Shallallahu, alahi wa Sallam ketika
beliau mengutus Mu‟adz ke Yaman yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, yang
artinya :
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka untuk membayar zakat harta
yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di
kalangan mereka” (Muttafaqun „Alaihi)
Dari dalil-dalil diatas sudah terlihat bahwa zakat atas hasil usaha wajib
bagi setiap muslim. Hal ini juga sejalan dengan tuntutan Islam yang menanamkan
nilai-nilai kebaikan, kemauan berkorban, belas kasihan dan suka memberi dalam
jiwa seorang Muslim. Untuk itu, Rasulullah Shalllahu‟alaihi wa Sallam dalam
haditsnya mewajibkan kepada setiap orang Muslim mengorbankan sebagian
hartanya, penghasilannya, atau apa saja yang ia korbankan. (Qardhawi, 2007:478)
Berkaitan dengan pelaksanaan zakat profesi ini, terdapat perbedaan
pendapat dari para ulama dalam hal waktu pengeluaran zakatnya para ulama
17
mutaakhirin seperti Yusuf Al Qaradhawi menegaskan bahwa zakat penghasilan
itu hukumnya wajib pada saat memperolehnya, meskipun belum mencapai satu
tahun. Hal ini mengacu pada pendapat sebagian sahabat yaitu Ibnu Abbas, dimana
Abu Ubaid meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang seorang laki-laki yang
memperoleh penghasilan, “Ia mengeluarkan zakatnya pada hari memperolehnya”.
Demikian pula halnya pendapat dari shahabat Ibnu Mas‟ud dan Mu‟awiyah yang
mengenakan zakat saat memperoleh penghasilan.
Tanpa persyaratan setahun bagi harta penghasilan akan lebih
menguntungkan pemasukan zakat secara pasti dan pengelolaannya dilihat dari
pihak orang yang wajib mengeluarkan zakat dan dari segi administrasi
pemungutan zakat karena bagi yang berpendapat satu tahun sebagai syarat zakat,
menyebabkan setiap orang yang mendapatkan penghasilan sedikit atau banyak
berupa gaji, honorarium atau penghasilan kekayaan tidak bergerak, atau jenis
pendapatan lain , harus menentukan masa jatuh tempo pengeluaran setiap jumlah
kekayaannya kemudian bila sampai masa tempo setahunnya dikeluarkannlah
zakatnya. Ini berarti, bahwa seorang muslim kadang-kadang bisa mempunyai
berpuluh-puluh masa tempo masing-masing kekayaannya yang diperoleh pada
waktu yang berbeda-beda. Ini sulit sekali dilakukan dan sulit bagi pemerintah
memungut dan mengatur zakat yang dengan demikian tidak bisa terpungut dan
sulit terlaksana(Al-Qardhawia,2007:479)
Di indinesia,ada beberapa lembaga keulamaan yang mempunyai
kewenangan dan kemampuan untuk mengeluarkan fatwa tentang persoalan
konteporer yang dihadapi umat islam, diantaranya yang peranh mengemukakan
18
adalah tentang zakat profesi . majelis ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa No.3
Tahun 2003, menegaskan bahwa semua bentuk penghasilan halal wajib
dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun,
yakni senilai emas 85 gram. Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan
“penghasilan” adalah adalah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah,
jasa, dan lain-lain yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat
negara, pegawai atau karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara,
konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas
lainnya.
Adapun waktu pelaksanaannya, zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada
saat menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka semua
penghasilan dikumpulkan selama satu tahun kemudian zakat dikeluarkan jika
penghasilan bersihnya sudah cukup nishab, dengan kadar penghasilannya sebesar
2,5%.
E. Zakat Uang Simpanan atau Deposito
1. Uang simpanan
Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah
mencapai nishab dan berjalan selama 1 tahun. Besarnya nishab senilai 85 gram
emas. Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%. Landasan hukum zakat uang
simpanan terdapat dalam hadits Rasulullah Shallallahu „alaihi wa Sallam :
“Tidak ada bagi pemilik harta simpanan yang tidak menunaikan zakatnya,
kecuali dibakar diatasnya di Neraka Jahannam”. (HR. Muslim).
19
2. Deposito
Zakat simpanan deposito dihitung dari nilai pokoknya. Misalnya seorang
yang memiliki deposito pertanggal Rp 10.000.000 dengan jumlah bagi hasil
selama setahun adalah Rp 350.000,- maka zakatnya adalah Rp 10.350.000 x 2.5
% = Rp 258.750.
3. Zakat Perusahaan
dalam penghitung zakat perusahaan, ketentuan dan cara menghitung
zakatnya disetarakan dengan zakat perdagangan. kewajiban zakat perusahaan
didukung sebuah hadist riwayat Bukhari dari anas bin Malik, bahwasanya
abubakar menulis surat kepadanya yang berisikan pesan tentang zakat binatang
ternak yang didalamnya ada unsur syrikah .
sebagian surat itu antara lain: “…Jangan dipisahkan sesuatu yang telah tergabung
(berserikat), karena takut mengeluarkan zakat. Dan apa-apa yang telah
digabungkan dari dua orang yang telah berserikat (berkongsi), maka keduanya
harus dikembalikan (diperjuangkan) secara sama” Teks hadist tersebut
sebenarnya, berkaitan dengan perkongsian zakat binatang ternak, akan tetapi
ulama menerapkannya sebagai dasar qiyas (analog) untuk perkongsian yang lain,
seperti perkongsian dalam perusahaan. Dengan dasar ini, maka keberadaan
perusahaan sebagai wadah usaha di pandang sebagai syakhsiah hukmiyah (badan
hukum). Para individu di perusahaannya, segala kewajiban ditanggung bersama
dan hasil akhirpun dinikmati bersama, termasuk di dalamnya kewajiban kepada
Allah, yakni zakat harta. (binadhuafa.org)
20
4. Zakat Investasi
zakat investasi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil investasi,seperti
mobil, rumah, dan tanah yang disewakan. dengan demikian zakat invetasi
dikeluarkan dari hasilnya bukan dari modalnya.
5. Zakat peternakan
Syarat-syarat ternakan:
1. Mencapai nishab
2. Telah dimiliki setalah satu tahun
3. Digembalakan
4. Tidak dipekerjakan
Jenis-jenis zakat peternakan
a. Zakat unta
Nishab zakat
5-9 1 ekor kambing
10-14 2 ekor kambing
15-19 3 ekor kambing
20-24 4 ekor kambing
25-35 1 ekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih)
36-45 1 ekor anak unta betina(berumur 2 tahun lebih)
46-60 1 ekor anak unta betina(berumur 3 thun lebih)
61-75 1 ekor anak unta betina(berumur 4 tahun lebih)
21
76-90 2 ekor anak unta betina(berumur 2 tahun lebih)
91-120 2 ekor anak unta betina(berumur 3 tahun lebih)
b. Zakat Kambing
Nishab Zakat
40 - 120 1 ekor kambing
121 - 200 2 ekor kambing
201 - 300 3 ekor kambing
Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing
c. Zakat Sapi
Nishab Zakat
30 - 39 1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
40 - 59 1 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun
60 - 69 2 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
70 - 79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan
umur 1 tahun
F. Organisasi Pengelola Zakat
a. Defenisi Organisasi Pengelola Zakat
Organisasi pengelola zakat adalah institusi yang bergerak di bidang pengelola
zakat, infak, dan sedekah. Sedangkan definisi pengelola zakat menurut Undang-
undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
22
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Dalam peraturan
perundang-undangan diakui adanya dua jenis Organisasi Pengelola Zakat di
Indonesia, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
2. Badan Amil Zakat
Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan Amil
Zakat Nasional. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional. (pasal 6 UU No.23 tahun 2011).
Dalam melaksanakan tugas, BAZNAS menyelenggarakan fungsi :
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
3. Lembaga Amil Zakat
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.
Pembentukan LAZ wajib mendapat izin dari pemerintah dan harus memenuhi
syarat berikut :
a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial;
b. berbentuk lembaga berbadan hukum;
c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
d. memiliki pengawas syariat;
23
e. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan melaksanakan
kegiatannya;
f. bersifat nirlaba;
g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat;
dan
h. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
4. Persyaratan Lembaga pengelola zakat
Al-Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat (2007:551-552), menyatakan
bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat harus :
a) Beragama Islam. Zakat adalah urusan utama kaum muslimin. Yang
tremasuk rukun Islam, karena itu sudah saatnya apabila urusan penting kaum
muslimin ini diurus oleh sesama muslim.
b) Mukallaf; orang dewasa yang sehat akal dan pikirannya yang siap menerima
tanggung jawab mengurus umat.
c) Memiliki sifat amanah dan jujur. Sifat ini penting karena berkaitan dengan
keprcayaan umat.
d) Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu
melaksanakan sosilaisasi segala sesuatu yang berkaitan dng zakat kepada
masyarakat.
e) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
f) Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya.
24
G. Jenis-jenis Dana yang terdapat pada Organisasi Pengelola Zakat
Organisasi Pengelola Zakat dapat menerima dan mengelola berbagai jenis
dana. Dengan demikian di OPZ terdapat berbagai jenis dana, antara lain:
a) Dana Zakat
Berkaitan dengan masalah akuntansi, maka dana zakat dapat dibagi lagi
menjadi: 1) Dana Zakat Umum, yaitu zakat yang diberikan oleh para muzakki
kepada OPZ tanpa permintaan tertentu, 2) Dana Zakat dikhususkan, yaitu zakat
yang diberikan oleh muzakki kepada OPZ dengan permintaan tertentu. Misalnya
permintaan untuk disalurkan kepada anak yatim, untuk program beasiswa, dan
lain-lain.
b) Dana Infak/Sedekah
Dana Infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk dipergunakan di
jalan kebaikan yang besarnya tidak ditentukan sebagaimana zakat. Sedangkan
sedekah mempunyai pengertian yang luas dibanding infak, tidak hanya berasal
dari harta. Misalnya dalam sebuah hadits dikatakan bahwa senyum dan
menyingkirkan duri dari jalan termasuk sedekah. Namun untuk kepentingan
akuntansi, sedekah dianggap sama dengan infak, baik yang ditentukan
penggunannya maupun yang tidak. Sehingga dana infak/sedekah pun dapat dibagi
menjadi:
- Dana infak/sedekah umum, yaitu infak/sedekah yang diberikan para donatur
kepada OPZ tanpa persyaratan apapun.
c) Dana Waqaf
25
Dana waqaf menurut seorang ulama yang bernama Abu Zahrah adalah
“menghalangi atau menahan tashorruf (berbuat) terhadap sesuatu yang
manfaatnya diberikan kepada pihak-pihak tertentu dengan tujuan berbuat
kebaikan. Oleh karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lainnya,
maka untuk kepentingan akuntansi dapat dibuat jenis dana tersendiri, yaitu dana
waqaf.
d) Dana Pengelola
Yang dimaksud dengan dana pengelola di sini adalah hak amil yang
dipergunakan untuk membiayai operasional lembaga. Dana ini dapat bersumber
dari hak amil dari dana zakat, bagian tertentu dari dana infak/sedekah, sumber-
sumber lain yang tidak bertentangan dengan syari‟at Islam .
H. Akuntansi zakat
1. Devinisi akuntansi zakat
Pengertian akuntansi secara umum adalah suatu proses pencatatan,
pengklasifikasian, pemrosesan, peringkasan, penganalisian dan pelaporan kejadian
(transaksi) yang bersifat keuangan. daalam pengertian lain akuntansu
didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa untuk memberikan inforamsi kuantitatif
terutama yang bersifat financial kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi
tersebut untuk pembuatan keputusan.
Pengertian akuntansi tersebut dapat dirumuskan dari dua sudut pandang
,yaitu pengertian dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi, dan dari sudut
pandang proses kegiatannya.informasi yang dihailkan akuntansi diperlukan untuk
26
a. membuat perencanaan yang efektif, pengawasan dan pengambilan keputusan
oleh manajemen
b. pertanggungjawaban organisasi kepada para muzakki, badan pemerintah
untuk kepentingan pajak , dan pihak-pihak lain yang terkait.
Apabila ditinjau dari sudut kegiatanya,akuntansi dapat didefinisikan
sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan
penganalisisan dan keuangan suatu organisasi. Berkaitan daengan zakat,defenisi
akuntansi zakat adalah bingkai pemikiran dan aktivasi yang mencangkup dasar-
dasar akuntansi dan proses-proses operasional yang berhubungan dengan
penentuan, penghitungan dan penilaian harta an pendapatan yang wajib dizakati.
Menetapkan kadar zakatnya dan pendistribusian hasilnya kepada pos-posnya
sesuai dengan hokum dan dasar-dasar syariat islam.
Akuntansi zakat terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan inforamsi,
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi zakat merupakan alat
inforamasi antara lembaga pengelolaan zakat zebagai manajemen dengan pihak-
pihak yang berkepentingan dengan inforamasi tersebut. Bagi manajemen,
akuntansi zakat digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari
perencanaan, pembuatan program, alokasi anggaran, evaluasi kinerja,dan
pelaporan kinerja. Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen,
akuntansi zakaat dibutuhkan dalam pembuatan laporan keuangan yang dapat
berupa laporan alokasi zakat, laporan sumber dan pengguna dana, laporan
aktivitas, dan neraca. Laporan keuangan zakat merupakan bagian penting dari
proses akuntanbilitas public (konsep amanah).
27
Akuntansi zakat juga erat kaitanya dengan system pencatatan zakat.secara
umum,system pencatatan transaksi ekonomi ada 2 yaitu single entry dan double
entry. menurut halim ( 2007:43), system pencatatan single entry sering juga
disebut tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sisitem ini,pencatatan transaksi
ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat
bertambanya kas dan di catat padaa akun penerimaan dan transaksi yang berakibat
berkurannya kas dan dicatat pada akun penerimaan dan transaksi yang berakibat
berkurangnya ks dan dicatat pada sisi pengeluaran.jadi dalam system ini
pencatatan hanya dilakukan satu kali. System pencatatan single entry ini
memiliki beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami, namun
system ini mempunya kelemahan, antara lain kurang memudahkan dalam
penyusunan laporan keuangan, sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan
yang terjadi serta sulit untuk melakukan mengontrolan.
Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat system pencatatan yang lebih baik
dan dapat mengatasi kelemahan tersebut. sistem ini disebut system pencatatan
double single system pencatatan double entry inilah yang sering disebut
akuntansi.menurut system ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat
dua kali. pencatatan dengan sistemm ini disebut dengan istilah menjurnal. Sisitem
ini akan mempermudah penyusunan laporan keuangan karna perhitungan yang
akurat.dan berkesinambungan. sehungga diakhir periode dapat dinilai sejauh mana
kinerja yang telah dicapai. dan dapat menjadi acuan untuk mengelola zakat dan
infak/sedekah selanjtnya.
28
2. Tujuan Akuntansi Zakat
Tujuan akuntansi zakat adalah untuk meberikan inforamasi yang
diperlukan untuk mengelola secara tepat, efesien, dan efektif atas zakat, infak,
sedekah, hibah, dan wakaf yang dipercayakan kepada organisasi atau lembaga
pengelola zakat. tujuan ini berkaitan denga pengendalian manajemen
(management control) untuk kepentingan internal organisasi .
`Disamping tujuan tersebut akuntansi zakat juga memberikan informasi yang
memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat (manajemen) untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab dalam mengelola secara tepat dan efektif program
dan penggunaan zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf yang menjadi
wewenangnya dan memungkinkan bagi lembaga pengelola zakat untuk
melaporkan kepada publik (masyarakat) atas hasil operasi dan penggunaan dana
publik (dana ummat). Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).
3 . Teknik Akuntansi Zakat
Pada dasarnya terdapat beberapa teknik akuntansi yang biasa diadopsi oleh
organisasi baik yang bersifat mencari laba (profit motive) maupun lembaga non
profit seperti lembaga pengelola zakat, yayasan, LSM, partai politik, dan
sebagainya. Teknik akuntansi tersebut yaitu akuntansi anggaran, akuntansi
komitmen, akuntansi dana, akuntansi kas, dan akuntansi akrual.
Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually exclusive.
Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak berarti menolak
penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat
menggunakan teknik akuntansi yang berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan
29
kelima teknik tersebut secara bersama-sama. Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan
akuntansi komitmen berbeda satu dengan lainnya karena adanya perbedaan waktu
pengakuan pendapatan dan biaya (time of recognition).
Untuk kepentingan zakat, teknik yang sering digunakan adalah teknik
akuntansi kas dan akuntansi dana karena beberapa alasan. Pertama, pengelolaan
zakat tidak melibatkan rekening utang-piutang dan persediaan, sehingga
penggunaan teknik akuntansi kas sudah cukup memadai. Kedua, akuntansi
dengan basis kas cukup sederhana dan mudah, sehingga personil yang tidak
berlatar belakang pendidikan tinggi akuntansi dapat melakukannya. Namun bukan
berarti tidak butuh seorang akuntan. Jika hendak menciptakan lembaga pengelola
zakat yang baik, maka perlu akuntan untuk mendesain sistem akuntansi dan
sistem informasi manajemen.
Penggunaan akuntansi dana juga sangat mungkin karena pengelolaan zakat
melibatkan alokasi zakat untuk pos-pos tertentu yang meliputi beberapa asnaf
(golongan). Penjelasan mengenai konsep akuntansi kas dan akuntansi dana adalah
sebagai berikut:
4. Akuntansi Dana (Fund Accounting)
Pada organisasi pengelola zakat masalah utama yang dihadapi adalah
pencarian sumber dana dan alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran
sangat penting dalam organisasi sektor publik. Dalam tahap awal perkembangan
akuntansi dana, pengertian “dana (fund)” dimaknai sebagai dana kas (cash fund).
Tiap-tiap dana tersebut harus ditempatkan pada laci (cash drawer) secara
terpisah, beberapa pengeluaran harus diambilkan dari satu laci dan pengeluaran
30
lain dari laci yang lainnya. Namun saat ini, “dana” dimaknai sebagai entitas
anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan
utang diperhitungkan di dalamnya. Akuntansi dana melihat bahwa unit pelaporan
harus diperlakukan sebagai dana (fund) dan organisasi harus dilihat sebagai satu
dana atau satu rangkaian dana. Hal ini berarti jika suatu organisasi dilihat sebagai
suatu rangkaian dana (series of fund), maka laporan keuangan organisasi tersebut
merupakan penggabungan (konsolidasi) dari laporan keuangan dana yang
menjadi bagian organisasi.
Sistem akuntansi yang dilakukan dengan menggunakan konsep dana
memperlakukan suatu unit organisasi sebagai entitas akuntansi (accounting
entity) dan entitas anggaran (budget entity) yang berdiri sendiri. Penggunaan
akuntansi dana merupakan salah satu perbedaan utama antara akuntansi untuk
lembaga nonprofit dengan akuntansi bisnis. Sistem akuntansi dana dibuat untuk
memastikan bahwa uang ummat dialokasikan atau didistribusikan untuk tujuan
yang telah ditetapkan. Sistem akuntansi dana adalah metode akuntansi yang
menekankan pada pelaporan pemanfaatan dana, bukan pelaporan organisasi itu
sendiri.
5. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan
pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Banyak organisasi nonprofit
menggunakan akuntansi kas karena akuntansi kas relatif lebih sederhana dan tidak
menyita banyak waktu. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran
yang aktual, riil dan obyektif. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat
31
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya karena dengan cash basis tidak dapat
diukur tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas
dengan baik.
I . Akuntansi Zakat dalam Pernyataan Standar Akuntansi No 109 (PSAK
109)
a. Karakteristik
1. zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oelh muzakki
kepada mustahiq baik melalui amil maupun secar langsung.ketentuan zakat
mengatur mengenai persyratan nisbab, hattul (baik yang periodic maupun
yang tidak periodic), tariff zakat (qadar), dan peruntukannya.
3. Infak.sedekah merupakan donasi sukarela,baik ditentukan maupun tidak
detentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah.
4. Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
b. pengakuan dan pengukuran
a.Zakat
1. pengakuan awal
a). penerimaan zakat diakui pada zaat kas atau asset lainya diterima.
b). zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambahan dana
zakat :
jia dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima
kas-dana zakat xxx
32
dana zakat xxx
jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar asset nonkas tersebut
asset nonkas xxx
dana zakat xxx
c). penentuan nilai wajar asset non kas yang diterima menggunakan harga
pasar.jika harga pasar tidak tersedia, maka maka mengunakan metode
penentuan nilai wajar lainya sesuai yang diatur dalam PSAK yang
relavan.
d). zakat yang diterima diakui sebagai dana amil dan dana zakat untuk
bagian nominal.
Jurnal:
Dana zakat xxx
Dana zakat-amil xxx
Dana zakat-non amil xxx
e). penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahiq
ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.
f). jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran
zakat melalui amil maka asetzakat yang diterima salurannya diakui
sebagai dana zakat. jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah /fee
maka diakui sebagai penambah dana amill.
Jurnal saat mencatat penerimaan fee:
Kas-dana zakat xxx
Dana zakat-amil xxx
33
2. pengukuran setelah pengakuan awal
a) jika terjadi penurunan nilai zakat nonkas, jumlah kerugian yang
ditanggung harus diperlukan sebagai pengurang dan zakat atau pengurang
dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut.
b) Penurunan nilai asset zakat diakui sebagai
Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelainan amil.
Jurnal:
Dana zakat-non amil xxx
Asset nonkas xxx
Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan oleh kelainan amil
Jurnal:
Dana-amil kerugian xxx
Asset nonkas xxx
3. Penyaluran zakat
Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana
zakat sebesar,jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.
Jurnal:
Dana zakat-non amil xxx
Kas-dana zakat xxx
Jumlah tercatat,jika dalam bentuk asset nonkas
Dana zakat-non amil xxx
Asset non kas-dana zakat xxx
34
C. infak/sedekah
a) Pengakuan awal
1. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat
atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar
Jumlah yang diterima,jika dalam bentuk kas:
Kas-dana infak/sedekah xxx
Dana infak sedekah xxx
Nilai wajar, jika dalam bentuk non kas:
Asset nonkas(nilai wajar)-lancar dana infak xxx
Asset nonkas(nilai wajar)-lancar dana kas xxx
Dana infak/sedekah xxx
2. Penentuan nilai wajar asset nonkas yang diterima menggunkan harga pasar
untuk asset non kas tersebut. jika harga pasar tersebut tidak tersedia, maka
dapat mengunkan metode penentuan nilai wajar lainya sesuai yang diatur
dalam PSAK yang relavan.
3. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil
dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah.
Jurnal:
Dana infak/sedekah xxx
Dana infak/sedekah amil xxx
Dana infak/sedekah-nonamil xxx
35
4. Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk para penerima
infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan
kebijakan amil.
D. Pengukuran setelah pengakuan awal
1. Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau asset nonkas dapat
berupa asset lancer atau tidak lancer.
2. Asset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamankan untuk dikelola
dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaanya dan diakui sebagai asset tidak
lancar infak/sedekah. penyusunan dari asset tersebut diperlukan sebagai
pengurang dana infak/sedekah terikat apabila pengunaan atau pengelola
asset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
Jurnal saat mengakui penyusutan asset tidak lancar
Dana-non amil xxx
Akumulasi penyusutan asset non lancar xxx
3. Amil dapat pula menerima asset nonkas yang dimaksudkan oleh pemeberi
untuk segera disalurkan.aset seperti ini diakui sebagai asset lancar.aset ini
dapat berupa bahan habis pakai,seperti bahan makanan, atau asset yang
memiliki umur ekonomi panjang, seperti mobil ambulanc
4. Asset nonkaa lancar dinilai sebesar nilai perolehan sedangkan asset nonkas
tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan PSAK yang relavan
5. Penurunan nilai asset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:
Pengurang dana infak/sedekah,jika terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian
amil
36
Jurnal:
Dana infak/sedekah-nonamil xxx
Asset nonkas-dana infak/sedekah xxx
6. Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk asset(nonkas)tidak
lancar yang dikelola oleh amil ,maka asset tersebut tersebut harus dinilai
sesuai dengan PSAK yang relavan
7. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu
sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal.hasil dana pengelolaan
diakui sebagai penambah dana infak/sedekah
Jurnal:
Kas/piutang-infak/sedekah xxx
Dana infak/sedekah xxx
8. Penyaluran infak/sedekah
a) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
Jumlah yang diserahkan,jika dalam bentuk kas
Jurnal:
Dana infak/sedekah-non amil xxx
Kas-dana infak/sedekah xxx
Nilai tercatat asset yang diserahkan,jika dalam bentuk asset nonkas
Jurnal:
Dana infak/sedekah-non amil xxx
non kas-dana infak/sedekah xxx
37
b) Penyaluran infak/sedekah kepda amil lain merupakan penyaluran yang
mengurangi dana infak/sedekah panjang amil tidak akan menerima
kembali asset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.
Jurnal:
Dana infak/sedekah xxx
Kas-dana infak/sedekah xxx
c) Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir
dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana
infak sedekah.
Jurnal:
Piutang-dana infak/sedekah xxx
Kas-dana infak/sedekah xxx
d) Dana nonhalal
Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan tidak sesuai
dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal
dari bank konvensional.penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam
kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena
secara prinsip dilarang.
Penerimaan nonhalal diakui sebagai dana nonhalal,yang terpisah dari dana
zakat,dana infak/sedekah dan dana amil. aset nonhalal disalurkan sesuai dengan
syariah.
38
1. Penyajian
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana
nonhalal secara terpisah dalam neraca(laporan posisi keuangan)
2. Pengunkapan
Amil harus mengungkapan hal-hal berikut terikat dengan transaksi zakat,
tetapi tidak terbatas pada:
a. Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran,
dan penerimaan.
b. Kebijakan pembagian antara dana amil dana dana non amil atas penerimaan
zakat, seperti presentase pembagian, alasan, dana konsitensi kebijakan.
c. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat
berupa asset nonkas.
d. Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban
pengelolaan dana jumlah dana yang diterima langsung mustahiq, dan
e. Hubungan istemewa anatara amil dan mustahiq yang meliputi:
-Sifat hubungan istimewa
-Jumlah dan jenis asset yang disalurkan dan
-Presentase dari asset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama
periode
e) Infak sedekah
a. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan
transaksi/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:
39
i. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan utnuk penerimaan
infak/sedekah berupa asset nonkas
ii. Kebijakan pembagian antara dana amil dan non amil atas penerimaan
infak/sedekah,seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi
kebijakan,
iii. Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas
penyaluran, dan penerimaan,
iv. Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak lansung disalurkan tetapi
dikelola terlebih dahulu, jika ada maka harus diungkapkan jumlah dana
presentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaoran
serta alasannya,
v. Penggunaan dana infak/sedekah menjadi asset kelolaan yang
diperuntukkan bagi yang berhak,jika ada,jumlah dan presentase terhadap
seluruh pengunaan dana infak/sedekah serta alasanya
vi. Rincian jumlah penyaluran dana infak/sedekah yang mencakup jumla
beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung oleh penerima
infak/sedekah,
vii. Hubungan istimewa antara amil dan penerima infak/sedekah yang
meliputi
- Sifat hubungan istimewa
- Jumlah dan jenis asset yang disalurkan;dan
- Presentase dari asset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran
selam periode
40
b. Selain membuat pengunkapan di pragraf diatas,amil mengungkapkan hal-hal
berikut:
- Keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijkan atas
penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya;dan
- Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dana
infak/sedekah.
I. Laporan keuangan amil
a. Komponen laporan keuangan
Komponen laporan keuangan yang lengkap dari amil terdiri dari :
1. Neraca(laporam posisi keuangan)
2. Laporan perubahan dana
3. Laporan perubahan asset kelolaan
4. Laporan arus kas, dan
5. Catatan atas laporan keuangan.
1.Neraca(laporan posisi keuangan)
Entitas amil menyajikan pos-pos dalam neraca (laporan posisi keuangan
dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, yang mencakup,
tetapi tidak terbatas pada:
a. Asset
i. Kas dan setara kas
ii. Instrument keuangan
iii. Piutang
iv. Asset tetap dana akumulasi penyusutan
41
b. Kewajiban
i. Biaya yang masih harus dibayar
ii. Kewajiban imblan kerja
c. Saldo dana
i. Dana zakat
ii. Dana infak/sedekah
iii. Dana amil
iv. Dana nonhalal
42
Tabel 1
Neraca (laporan posisi keuangan)
BAZ’’xxx”
Per 31 desember 2xx2
Keterangan Rp Keterangan Rp
Asset
Asset lancar
Kas dan setara kas
Instrument keuangan
Piutang
Asset tidak lancar
Asset tetap
Akumulasi penyusutan
Kewajiban
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
Kewajiban jangka pendek
Biaya yang harus dibyar
Kewajiban jangka panjang
Jumlah kewajiban
Saldo dana
Dana zakat
Dana infak/sedekah
Dana amil
Dana nonhalal
Jumlah dana
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Jumlah asset Xxx Jumlah kewajiban dan
saldo dana
xxx
Sumber : Laporan perubahan dana Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK109)
43
2. Laporan perubahan dana
Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infak/sedekah, dana
amil,dan dana nonhalal. penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi
tidak terbatas pada pos-pos berikut:
a. Dana zakat
i. Penerimaan dana zakat
- Bagian dana zakat
- Bagian amil
ii. Penyaluran dana zakat
- Entitas amil lain
- Mustahiq lainya
iii. Saldo awal dana zakat
iv. Saldo akhir dana zakat
b. Dana infak/sedekah
i. Penerimaan dana infak/sedekah
- Infak/sedekah terikat (muqayadah)
- Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah)
ii. Penyaluran dana infak/sedekah
- Infak/sedekah terikat (muqayadah)
- Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah)
iii. Saldo awal dana amil
44
iv. Saldo akhir dana infak/sedekah
c. Dana amil
i. Penerimaan dana amil
- Bagian amil dari dana zakat
- Bagian amil dari dana infak/sedekah
- Penerimaan lainya
ii. Pengunaan dana amil
- Beban umum dan administrasi
iii. Saldo awal dana amil
iv. Saldo akhir dana amil
d. Dana non halal
i. Penerimaan dana nonhalal
- Bunga bank
- Jasa giro
- Penerimaan nonhalal lainya
ii. Penyaluran dana nonhalal
iii. Saldo awal dana nonhalal
iv. Saldo akhir dana nonhalal
45
Tabel 2
Laporan perubahan dana
BAZ”XXX”
Untuk periode yang berakhir 31 desember 2xx2
Keterangan Rp
Dana Zakat
Penerimaan
Penerimaan dari muzakki
muzakki entitas
muzakki individual
Hasil penempatan
Jumlah penerimaan dana zakat
Bagian amil atas penerimaan dana
zakat
Jumlah penerimaan dana zakat
setelah bagian amil
Penyaluran
Fakir-Miskin
Riqab
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
46
Gharim
Muallaf
Sabilillah
Ibnu sabil
Jumlah penyaluran dana zakat
Surplus (defisit)
Saldo awal
Saldo akhir
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
DANA INFAK/SEDEKAH
Penerimaan
Infak/sedekah terikat atau
muqayyadah
Infak/sedekah tidak terikat atau
mutlaqah
Bagian amil atas penerimaan dana
infak/sedekah
Hasil pengelolaan
Jumlah penerimaan dana
infak/sedekah
Penyaluran
Infak/sedekah terikat atau
muqayyadah
Infak/sedekah tidak terikat atau
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
47
mutlaqah
Alokasi pemanfaatan aset kelolaan
(misalnya beban penyusutan dan
penyisihan)
Jumlah penyaluran dana
infak/sedekah
Surplus (defisit)
Saldo awal
Saldo akhir
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
DANA AMIL
Penerimaan
Bagian amil dari dana zakat
Bagian amil dari dana infak/sedekah
Penerimaan lainnya
Jumlah penerimaan dana amil
xxx
xxx
xxx
xxx
Sumber : Laporan perubahan dana Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK109)
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
Entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup tetapi
tidak terbatas pada:
(a) Aset kelolaan yang termasuk aset lancar
(b) Aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan
48
(c) Penambahan dan pengurangan
(d) Saldo awal
(e) Saldo akhir
Tabel 3
Laporan Perubahan Aset Kelolaan
BAZ “XXX”
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2
Saldo
awal
penambah
an
Pengurangan Penyisahan Akumulasi
penyusutan
Saldo
akhir
Dana infak/
sedekah - aset
kelolaan lancar
(misal piutang
bergulir) xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Dana infak/
sedekah - aset
kelolaan tidak
lancar (misal
rumah sakit
atau sekolah) xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Sumber : Sumber : Laporan perubahan dana Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah(PSAK 109)
49
4. Laporan arus kas
Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2:laporan arus
kas dan PSAK yang relavan.
5.Catatan atas laporan keuangan
Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai denngan PSAK
101:penyajian laporan keuangan syariah dan PSAK yang relavan.
50
K. Kerangka pikir
L. Hipotesisi
Hipotesisi yang diajukan dalam penelitian ini yaitu analisis akuntansi zakat
dan implementasinya pada wahdah islamiyah Makassar sama dengan PSAK
109 tentang akuntasi zakat, infaq, dan shodaqoh
Lembaga Amil Zakat WahdahIslamiyah
Laporan perubahan dana
Zakat terbagi dua yaitu
-Zakat fitra
-zakat maal
Penerapan PSAK 109
Hasil komparatif antara PSAK 109dengan lembaga amil zakat wahdahislamiyah
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi penelitian
Objek penelitian ini adalah Lazis Wahdah Islamiyah Makassar, yang
secara khusus memberikan layanan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan
dana kemanusiaan. penelitian ini dilaksankan di Lazis Wahdah Islamiyah
Makassar selama 2 bulan yang berlokasi di Jln. Raya Antang Komp. Ruko
Wahdah No.1, Makassar.
B. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini teknik atau cara-cara yang digunakan melalui :
a. Penelitian lapangan ( Field Research), yaitu penelitian dilakuka lansung ke
objek penelitian dengan tujuan menggambarkan semua fakta yang terjadi
pada objek penelitian, agar permasalahan dapat diselesaikan. Teknik yang
digunakan untuk memperoleh data dengan melaksanakan penelitian
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara, dilakukan dengan melakukan Tanya jawab langsung terhadap
pihak-pihak yang bersangkutan,guna mendapatkan data dan keterangan
yang berlandaskan pada tujuan penelitian
2. Observasi atau pengamatan langsung pada objek penelitian untuk merekam
berbagai fenomena yang terjadi (situasi/kondisi).
3. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dan dokumen yang relavan dengan
penelitian ini
52
- Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulakan literatul-
literatur yang relavan dengan permasalahan penelitian yang dapat berupa
buku,majalah,surat kabar,tulisan-tulisan ilmiah untuk mendapat kejelasan
konsep.
- Penelitian dengan internet, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengakses website dan situs-situs yang menyediakan informasi yang
berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.
C. Jenis dan sumber data
1. Jenis data
a. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang
merupakan kumpulan data non angka yang bersifat deskriptif, seperti :
b. Gambaran umum perusahaan (LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar)
termasuh sejarah dan perkembangan serta struktur organisasi dan pembagian
tugas.
c. Dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah pokok penelitian
penelitian, seperti laporan keuangan, pencatatan akuntansi, serta kebijakan
akuntansi zakat dan infak/sedekah perusahaan
2. sumber data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah
a. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan
pertama), dalam hal ini data yang dianalis yang diperoleh dari hasil
53
wawancara ataupun observasi langsung pada objek penelitian. Data-data
tersebut seperti hasil wawancara dengan pimpinan atau pihak manajemen
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dan laporan keuangan perusahaan.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada, seperti gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, dan sebagainya.
Serta data yang diperoleh dari literatur-literatur yang berkaitan dengan
masalah penelitian seperti buku teks tentang lembaga amil zakat.
3 Metode analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif
komparatif yakni mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan objek
penelitian yang sesungguhnya untuk mengetahui dan menganalisis tentang
penerapan akuntansi zakat objek penelitian kemudian dibandingkan dengan
standar yang ada. Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan penerapan
akuntansi zakat dan infak/shadaqah pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar.
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan membandingkan akuntansi zakat dan
infak /shadaqah yang diterapkan pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
dengan PSAK 109.
54
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejara singkat Lazis Wahdah Islamiyah makassar
1. Profil dan sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Wahdah Islamiyah
Makassar
Lazis Wahdah Islamiyah Makassar adalah lembaga amil zakat dan
infak/sedakah yang berada dibawah naungan Ormas Islam Wahdah
Islamiyah.Lembaga ini telah resmi berdiri sejak tahun 1442H/2002M, dengan
badan hukum yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan
politik Depertemen Dalam Negri, di Jakarta No 57/D.III.2/VI/2008.Hal
tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang Zakat No 23 Tahun 2011
bahwah Lembaga Amil Zakat harus terdaftar sebagai organisasi
kemasyrakatan islam (Ormas Islam) yamg mengelola bidang pendidikan,
dakwah, dan sosial. Berangkat dari kesadaran akan problematika ummat islam
yang begitu kompleks, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar memposisikan
diri dalam kegiatannya menghimpun dana-dana zakat, infak, sedekah, wakaf,
dan dana halal lainnya dari kaum muslimin baik perorangan, instansi dan
perusahaan kemudian menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya.
Sejak berdirinya hingga sekarang, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
telah mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan yang sangat
menonjol dapat dilihat sejak tahun 2015. Hal ini nampak dengan adanya
55
tagline “Indahnya Berbagi”. Melalui Spirit gerakan “Indahnya Berbagi”.
LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar sebagai mitra kaum muslimin berupaya menjembatani
setiap sinergi amal usaha yang akan melahirkan nilai kebahagiaan dan
keberberkahan serta makna kesadaran akan segala titipan Allah Subhanahu wa
Ta‟ala. Gerakan “Indahnya Berbagi” tidak sekedar fokus pada berbagi
dalam hal materi. Namun lebih dari itu, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
berusaha untuk menanamkan makna berbagi dalam cakupan yang lebih luas
yaitu berbagi hidayah, berbagi juara, berbagi sesama. berbagi mandiri, serta
berbagi sehat. Makna berbagi ini, menjadi landasan LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar dalam menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Sejak
dicetuskannya gerakan ini, kepercayaan kaum muslimin terhadap LAZIS
Wahdah Islamiyah Makassar semakin meningkat dalam mengelola dana ZIS
khususnya para Muhsinin yang telah menjadi mitra LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar dalam berbagi manfaat demi mewujudkan pemerataan kesejahteraan
umat manusia.
2. Visi dan Misi
Visi Lembaga Amil Zakat Wahdah Islamiyah Makassar adalah
menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional yang amanah, profesional dan
mensejahterakan.
Misi Lembaga Amil Zakat Wahdah Islamiyah Makasaar adalah :
a. Meningkatkan kesadaran ummat tentang urgensi menunaikan ibadah zakat.
56
b. Meningkatkan penghimpunan dan pendayagunaan dana zakat, infak dan
sedekah secara profesional, transparan, tepat guna dan tepat sasaran.
c. Memaksimalkan kualitas pelayanan berbasis sistem kerja yang solutif, praktis
dan aplikatif.
d. Memaksimalkan peran lembaga dalam bidang sosial, dakwah dan kemandirian
ummat.
3.Struktur Organisasi
: Garis pengawasan: Garis Komando: Garis Kerjasama: Garis Pelaporan
-DEWANSYARIAH WI
-DEWANSYURO WI
DPPWAHDAHISLAMIYAHBIDANG III
DEWANPIMPINAN PUSATWAHDAHISLAMIYAH
DIREKTUR
DIVISIFUNDRAISING
MANAGERFUNDRAISING
DIVISIPROGRAM
MANAGER PROGRAM
DIVISIHUMAS &MEDIAMANAGERPUBLIK&MEDIA
UPZ/BPZWAHDAHISLAMIYAH
BRANCH MANAGER
57
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar merupakan bagian dari ormas
Wahdah Islamiyah, yang berada di bidang III dalam sturktur Wahdah Islamiyah,
sehingga secara struktur di komando langsung oleh DPP Wahdah Islamiyah, dan
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar juga melaporkan kinerja kepada DPP
Wahdah Islamiyah. Dalam pelaksanaan fungsional kerjanya, LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar juga diawasi oleh Dewan Syariah dan Dewan Syuro Wahdah
Islamiyah.
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar, dipimpin oleh seorang direktur yang
bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dengan semua unsur pengelola
yang dibagi dalam beberapa divisi, melakukan pembinaan dan memantau
pelakasanaan seluruh program serta mempertanggungjawabkan semua kegiatan
pengelolaan.
Dalam pelaksanaan pengelolaan harian LAZIS Wahdah, dibagi beberapa
divisi, yaitu a) UPZ yang mengelola keuangan LAZIS, melakukan pencatatan,
dan membuat pelaporan keuangan, b) divisi fundrising melakukan aktivitas
menghimpun dana serta bertanggung jawab atas penghimpunan dana zakat
maupun dana infak/sedekah, c) divisi program yang merencanakan program-
program pendayagunaan, serta d) divisi humas dan media yang mempromosikan
program-program penghimpunan dan penyaluran zakat. Dan semua divisi tersebut
melaporkan seluruh aktivitasnya kepada direktur.
58
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Prosedur Penghimpunan Pendayagunaan Dana Zakat pada Lembaga
Wahdah Islamiyah Makassar
Dalam proses penghimpunan dan pengelolaan zakat, infak dan sedekah,
dana yang terhimpun berasal dari warga masyarakat Makassar, instansi, dan
perusahaan-perusahaan. Penghimpunan dana zakat, infak/sedekah, wakaf,
hibah, serta dana-dana lainnya pada LAZIS Wahdah dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain muzakki atau donator menyerahkan langsung donasinya ke
LAZIS terdekat, ada juga yang melalui Layanan Jemput Zakat, dan layanan
Transfer Rekening Zakat di bank-bank tertentu seperti Bank Muamalat, BNI
Syariah, BRI Syariah, dan Mandiri Syariah. Hal ini dipaparkan oleh Ustadz
Syahruddin selaku direktur LAZIS Wahdah pada tanggal 26 maret 2015 (pukul
13.00-13.25 WITA), dimana beliau mengatakan : “dana yang terkumpul disini
kebanyakan berasal dari masyarakat umum, dan ada juga beberapa instansi atau
perusahaan tapi ini masih sedikit. Kadang muzakki atau donator datang langsung
ke sini membawa dananya, ada juga yang minta dijemput, ada yang transfer via
rekening yang telah disediakan misalnya melalui bank muamalat, BNI Syariah,
BRI Syariah, dan Mandiri Syariah”
Adapun sistem penyaluran melalui bank, muzakki menyampaikan kepada
pihak LAZIS atas niatnya untuk menyalurkan zakatnya, selanjutnya pihak
59
LAZIS mengarahkan muzakki untuk menyalurkannya di rekening yang telah
ditentukan, kemudian setelah mentransfer, muzakki mengkonfirmasikan
kembali ke pihak LAZIS.
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar menghimpun beberapa sumber dana,
diantaranya :
a. Zakat fitrah, yakni zakat yang diterima dari muzakki setiap bulan Ramadhan
berupa beras. Mengenai zakat fitrah ini, sebagaimana hasil wawancara direktur
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar bahwa penyaluran zakat ini tidak disebar
secara meluas, karena sangat terikat dengan waktu penyaluran yang membutuhkan
kecepatan. Penyalurannya diberikan kepada warga sekitar dengan nominal
jumlah lima kilogram dalam satu kantong di sekitar daerah Antang. Adapun
jumlah warga yang menerima mencapai ratusan orang. Hal tersebut dilakukan
secara cepat dan tepat, sebab di dalam zakat ini masalah waktu akan mendukung
dikategorikannya suatu dana atau benda sebagai zakat atau tidak, jika telah
melewati masa Ramadhan, maka dianggap sebagai donasi sedekah. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh informan Ustadz Syahruddin, zakat fitrah yang telah
berlangsung sejak tahun 2012 hingga sekarang ini memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi masyarakat yang membutuhkan, juga sekaligus sebagai sarana
amaliyah bagi para muzakki mengeluarkan separuh hartanya untuk ummat atau
orang-orang yang membutuhkannya.
b. Zakat Maal, yakni berupa zakat yang pemanfaatannya tidak ditentukan oleh
muzakki selama pemanfaatnya tidak keluar dari asnaf mustahiq. Dalam
pengumpulan zakat ini, biasanya diterima berupa gaji karyawan, penghasilan
60
pengusaha yaitu sebesar 2,5% dari harta muzakki yang telah mencapai nishab.
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar menetapkan cara penghitungan untuk zakat
profesi dengan menghitung total penghasilan muzakki dalam satu bulan
kemudiaan dikurangkan dengan pengeluaran pokok, dari hasil ini selanjutnya
dikali 12 bulan untuk menentukan mencapai nishab yaitu sebesar 85 gram emas
dengan harga pasar saat ini. Jika harta muzakki mencapai nishab tersebut maka
wajib untuk diambil zakatnya sebesar 2.5%. Muzakki pun kadang membayar
zakatnya setiap bulan dan ada juga yang langsung membayarnya sekali di akhir
tahun. Namun realita muzakki yang menyalurkan zakat maal ini masih sangat
rendah, karena pemahaman masyarakat masih sangat rendah. Dalam prosesnya,
penghimpunan dana zakat maal yang dikelola oleh LAZIS ini
belum maksimal berjalan karena sistem yang masih belum beroperasi dengan
baik. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem untuk menuju tata kelola zakat maal
yang lebih baik lagi.
c. Infak/sedekah, yakni dana internal yang mengelola dana jamaah atau kader
Wahdah Islamiyah dan dana umum yang diberikan oleh orang-orang umum
(bukan kader). Dana dari donator yang diterima LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar yang pemanfaatannya menjadi wewenang penuh manajemen LAZIS
sesuai dengan program-program yang telah dibuat oleh LAZIS.
Sebagaimana sistem manajemennya, bahwa dana yang terkumpul dari
donator umum yang tersebar dari berbagai kalangan, baik pegawai negeri sipil,
swasta, pengusaha dan lain sebagainya ini dikelola pemanfaatanya untuk
pembiayaan dan pengelolaan dakwah Islam dan juga pemanfaatan untuk sosial
61
kemanusiaan. Selain itu, pihak LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar juga
memberikan kesempatan kepada para donator untuk menentukan secara pribadi
tujuan donasi yang dikeluarkan, misalnya untuk para hafidzul Qur‟an atau
dakwah nusantara dan adapun penyalurannya yang akan diserahkan kepada
LAZIS.
Selain itu, LAZIS sebagai pusat tempat pengumpulan infak tersebar di
DPD Wahdah Islamiyah yang berada di Makassar maupun diluar Makassar dan
termasuk pula pada Lembaga Muslimah Pusat Wahdah Islamiyah di Makassar.
Pengelolaan infak dan sedekah untuk di daerah belum terpusat. Sebagaimana
informasi direktur LAZIS bahwa kedepan LAZIS Wahdah Islamiyah akan
membangun sistem validasi data dimana pengelolaan yang masih desentralisasi
akan menuju sentralisasi.
d. Dana Solidaritas Kemanusiaan, yakni sumbangan yang diterima LAZIS
sehubungan musibah, seperti peperangan dan bencana alam yang menimpa
masyarakat atau suatu kondisi tidak normal yang menimpa seorang yang untuk
memulihkannya perlu bantuan pihak lain. Penghimpunan dana solidaritas
kemanusiaan ini berlangsung di berbagai tempat dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Wahdah Islamiyah. Dilakukan oleh individu ataupun
kelompok organisasi atau majelis taklim dan perkumpulan lainnya. Melalui
kegiatan seperti ini, biasanya akan diperoleh dana yang cukup maksimal seperti
pada event penggalangan dana untuk musibah kebakaran, atau penggalangan
dana untuk daerah-daerah konflik.
62
Dalam proses penghimpunan dana-dana tersebut diatas yang ada pada
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dilakukan dengan beberapa cara
penghimpunan antara lain :
a. Pengumpulan secara langsung kepada muzakki dan donatur, baik perorangan,
lembaga, atau instansi pemerintahan maupun swasta yang menggunakan
Layanan Jemput Zakat.
b. Muzakki atau donatur datang langsung ke LAZIS untuk mengumpulkan zakat
atau infak/sedekah kemudian mengisi formulir yang telah disiapkan oleh pihak
LAZIS.
c. Muzakki atau donator mengirim donasi atau zakatnya via bank. Selanjutnya
mengirim konfirmasi ke pihak LAZIS. Sebagaimana keterangan yang dijelaskan
oleh direktur LAZIS Ustadz Syahruddin, dana yang dikirim ini melalui bank
Muamalat, BRI Syariah dan BNI Syariah. Untuk memudahkan pihak LAZIS
mengklasifikasikan zakat dan donasi yang dikirim oleh muzakki/ donator, maka
diterapkan ketentuan baku bagi pengirim untuk mengirimkan dananya misalnya
untuk pembiayaan Tahfidzul Qur‟an, pembangunan sarana dakwah atau yang
lainnya. Selanjutnya para muzakki atau donatur akan diberikan laporan dana
yang telah dikeluarkan atau zakatnya untuk mengetahui seberapa besar
peningkatannya.
d. Mengadakan program-program penghimpunan yang bekerjasama dengan pihak
tertentu. Salah satu programnya, menyebarkan amplop infak atau zakat ke
kelompok-kelompok tarbiyah yang dikelola oleh Lembaga Muslimah Wahdah
63
Islamiyah. Program ini diadakan di setiap bulan Ramadhan. Setelah Idul Fitri,
dana yang dikumpulkan dari seluruh kelompok tarbiyah melalui bendahara
lembaga Muslimah Wahdah Islamiyah yang berkoordinasi dengan pihak
LAZIS untuk kemudian diolah dalam tujuannya masing-masing. Program
lainnya, penggalangan dana besar-besaran di kegiatan-kegiatan besar yang
diadakan oleh DPP Wahdah Islamiyah, misalnya Tabligh Akbar atau
Muhadarah. Hasil yang diperoleh akan digunakan biasanya untuk dana
Program Tebar Da‟i Nusantara dengan rata-rata total dana yang terkumpul
jutaan hingga puluhan juta rupiah.
e. Bekerjasama dengan toko-toko tertentu seperti Thoyyibah Mart, Umaana, dan
toko buku Andalusia dengan cara menyediakan kotak infak bagi pengunjung
yang ingin berinfak. Hal ini masih berlangsung dengan jumlah infak yang
berbeda. Sistem pengontrolan kotak infak ini dengan adanya petugas yang
diberikan amanah selama satu bulan untuk mengontrol sekaligus mengambil
kotak infak tersebut dengan total rata-rata maksimal Rp.1.000.000,- dan yang
paling rendah yaitu Rp.200.000,-.
B. Pendistribusian dan Pendayagunaan Dana ZIS pada LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar
Pendayagunaan adalah pemanfaatan dana yang dilaksanakan oleh
LAZIS Wahdah Islamiyah. Dalam pendayaagunaan dana ZIS serta dana
lainnya, LAZIS Wahdah Islamiyah tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Al-Qur‟an dan Hadits sebagai landasan dalam bertindak.
Pendistribusian dana zakat tersebut dibagikan kepada 8 asnaf mustahiq sesuai
64
dengan ketentuan syari‟at dalam QS. At-Taubah:60 yaitu fakir, miskin, amil,
muallaf , memerdekan budak, gharim, fisabilillah, dan ibnu sabil.
LAZIS Wahdah Islamiyah yaitu kebutuhan dan ketersediaan dana.
Misalnya untuk suatu program tertentu, contohnya dana kemanusiaan Suriah,
jika dananya sudah terkumpul dan dianggap memadai dan dana tersebut sudah
dibutuhkan maka langsung dikirim ke perwakilan pengumpulan dana untuk
Suriah di Jakarta tanpa harus menunggu waktu dan jumlah tertentu. Hal ini
sesuai dengan yang dipaparkan oleh Ustadz Syahruddin, direktur LAZIS
Wahdah pada tanggal 28 Maret 2015 (pukul 11.05-12.22 WITA). Beliau
mengatakan : “Semua dana ZIS yang ada disini kalau yang sifatnya program,
misalnya penggalangan dana untuk program khusus, maka jelas ketika uangnya
sudah terkumpul, tercapai atau tidak tercapai nominal yang dinginkan maka
wajib untuk disalurkan, jadi jika dananya sudah terkumpul, tidak perlu
menuggu waktu tertentu dan jumlah tertentu. Jadi teknik penyaluran zakat di
sini berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan. Kebutuhan bisa terkait dengan
program tertentu, contoh program untuk suatu event kemanusiaan, misalnya
donasi Suriah, dilakukan penggalangan dana dan dana yang terkumpul sudah
dalam jumlah yang dianggap telah memadai untuk dikirim ke Suriah, maka
dana tersebut langsung dikirim ke perwakilan di Jakarta tanpa harus menunggu
waktu tertentu.
Contoh lain untuk dana sosial yang sifatnya santunan, misalnya
santunan dhuafa yang sakit dan dia datang ke LAZIS dengan membawa
rekomendasi kurang mampu dan dinilai betul-betul membutuhkan, maka saat
65
itu diberikan dana dengan budget Rp.350.000-Rp.500.000” Untuk porsi tiap
asnaf, LAZIS Wahdah Islamiyah tidak menggunakan sistem persentasi tapi
berdasarkan sistem skala prioritas. Jadi dana zakat yang terkumpul tidak
langsung dibagi rata, akan tetapi diberikan berdasarkan prioritas dan kebutuhan
mustahiq. Hal ini juga disampaikan oleh Ustadz Syahruddin dalam
Pendayagunaan dana ZIS pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dikemas
dalam beberapa program yang mulai aktif sejak 2015 dengan Tag Line
“Indahnya Berbagi”. Melalui spirit gerakan “Indahnya Berbagi”, LAZIS
Wahdah Islamiyah Makassar sebagai mitra kaum muslimin berupaya
menjembatani setiap sinergi amal usaha yang akan melahirkan nilai kebahagiaan
dan keberberkahan serta makna kesadaran akan segala titipan Allah Subhanahu
Wata‟ala.
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar sebagai lembaga amal dari ummat
untuk ummat akan memaksimalkan peran kontribusinya melalui lima bidang
programnya yakni Berbagi Hidayah, Berbagi Juara, Berbagi Sesama, Berbagi
Mandiri, dan Berbagi Sehat
Berbagi Hidayah
a. Tebar Da‟i Nusantara
Dai merupakan unsur penting dalam penyebaran dakwah di nusantara.
Luasnya wilayah nusantara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia
masih sangat membutuhkan peran para juru dakwah. saat ini, 135 orang Da‟i
telah disebar ke daerah-daerah dakwah di nusantara, dukungan dan bantuan dari
kaum muslimin sangat membantu dalam memaksimalkan peran Da‟I untuk
66
mendakwahkan Islam. Program Tebar Da‟i Nusantara yang berlangsung sejak
tahun 2012 hingga hari ini menghimpun para Da‟i yang akan berdakwah
diberbagai pelosok nusantara bekerja sama dengan departemen dakwah Wahdah
Islamiyah. Adapun LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar berfungsi sebagai
mediator dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada para Da‟i. Seluruh
dana yang masuk adalah dana infak terikat, yang diperoleh dari gerakan 20 ribu
perbulan bagi setiap kader. Adapun penentuan siapa dan pembagian nominal
masing-masing Da‟i adalah tanggungjawab dari Departemen Dakwah Wahdah
Islamiyah.
b. Pendidikan Kader Ulama
Modal utama para Ulama untuk memberikan pencerahan pada ummat
adalah skill dan kapasitasnya dalam disiplin ilmu. Olehnya itu pendidikan yang
berkesinambungan untuk mencetak kader-kader ulama yang handal dan
berkualitas sangat dibutuhkan dan penting. STIBA Ma‟had „Aly Al Wahdah
adalah perguruan tinggi tempat pengkaderan ulama.
Program pendidikan kader ulama ini diselenggarakan sejak tahun 2012,
melalui program pemberian beasiswa kepada mahasiswa Sekolah tinggi bahasa
Arab (STIBA), dengan mengacu pada anggaran kampus dan mengusulkan berapa
orang yang akan mendapatkan beasiswa seperti yang telah dilakukan dengan
memberikan beasiswa senilai RP.400.000,- bagi setiap mahasiswa yang
memenuhi syarat.
c. Diklat Da‟i
67
Diklat Da‟i merupakan program pendidikan dan pelatihan da‟i. Para peserta
tinggal di asrama dengan semua biaya gratis diharapkan menghasilkan da‟i-da‟i
yang siap untuk ditugaskan ke berbagai daerah di wilayah Indonesia. Diklat da‟i
menjadi pendukung kegiatan dari Wahdah Islamiyah.
d. Daurah islamiyah
Daurah islamiyah adalah program penambahan wawasan (tsaqafah)
keislaman kepada ummat secara umum. Pengetahuan dan pemahaman islam
yang baik diharapkan lahir dari program ini.
C. Akuntansi Dana Zakat dan Infak/Sedekah pada LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar
Setiap lembaga Amil Zakat wajib untuk melaporkan kinerja dan posisi serta
keadaan keuangan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap muzakki dan
donator. Hal ini berkaitan dengan fungsi LAZ, mengumpulkan dana dari
masyarakat, dimana dana yang dikumpulkan bukan milik lembaga melainkan
titipan para muzakki yang harus disalurkan sesuai dengan syariah. Untuk itu,
LAZ harus melaporkan kinerja dan laporan keuangan kepada muzakki dan
donatur. Dan laporan tersebut harus dibuat secara periodik, transparan, dan
wajar. Demikian halnya pada LAZIS Wahdah Islamiyah, wajib untuk
melaporkan kinerja dan posisi keuangan serta laporan penerimaan dan
penyaluran zakat dan infak/sedekah kepada para muzakki dan donatur. Hal ini,
harus dilaporkan secara periodik dan transparan.
68
Dalam proses penyusunan laporan keuangan LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar tidak terlepas dari proses pengumpulan bukti penerimaan dan
penyaluran dana zakat yang kemudian dicatat dalam pencatatan harian. Siklus
pencatatan harian dilakukan pada saat terjadi transaksi penerimaan dan
penyaluran dana zakat dan infak/sedekah dari para muzakki dan donatur.
Pencatatan ini kemudian dibuatkan laporan kas harian selanjutnya dimasukkan ke
dalam laporan penerimaan dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah.
Proses pencatatan penerimaan dan penyaluran dana zakat pada LAZIS
Wahdah Islamiyah Makassar tidak ada jurnal pencatatan khusus yang digunakan.
Namun, agar mempermudah dalam mengetahui perubahan dana dan menjadi
acuan untuk penyusunan laporan keuangan berupa laporan perubahan dana serta
laporan penerimaan dan penyaluran dana zakat, LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar menggunakan Table Realtime Donasi yang berupa buku kas penerimaan
dan penyaluran dana zakat yang dicatat harian baik secara tunai maupun transfer
via bank. Demikian pula untuk penerimaan dana infak/sedekah menggunakan
Tabel Realtime Donasi infak/sedekah berupa buku kas penerimaan dan
pengeluaran dana infak/sedekah. Namun perbedaannya, infak dibuat dalam 2 jenis
pencatatan, yaitu a) kas infak muqayyadah (terikat) yang peruntukkannya
ditentukan oleh donatur misalnya khusus untuk program Komunitas Penyokong
Dakwah (KPD), Tebar Da‟i Nusantara (TDN) ,Tahfidzul Qur‟an, serta dana
solidaritas kemanusian misalnya untuk Suriah, b) kas infak mutlaqah (tidak
terikat) yang peruntukkannya tidak ditentukan secara khusus oleh donatur,
biasanya digunakan untuk biaya-biaya operasional LAZIS.
69
Sistem pencatatan yang digunakan LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
masih tergolong sangat sederhana dan menggunakan metode single entry dimana
ketika ada penerimaan dicatat saat kas zakat dan infak/sedekah diterima dan
penyaluran dicatat saat kas zakat dan infak/sedekah disalurkan. Adapun cara
menghitung perubahan kas yang menggunakan sistem cash basic yang digunakan
oleh LAZIS Wahdah yaitu :
Perubahan kas = Pemasukan - Pengeluaran.
Pihak LAZIS sendiri mengemukakan pendapat bahwa untuk sementara
metode pencatatan ini lebih memudahkan untuk mengetahui total penerimaan
dan penyaluran zakat dan infak/sedekah dan lebih mencerminkan jumlah kas
total yang aktual, riil dan objektif. Selanjutnya dari pencatatan harian Realtime
Donasi ini akan menjadi acuan dalam penyusunan laporan keuangan dana zakat
dan infak/sedekah.
Laporan keuangan yang dibuat oleh LAZIS Wahdah Islamiyah adalah
laporan perubahan dana yang menginformasikan jumlah penerimaan dan
penggunaan dana zakat maupun infak/sedekah. Saat ini laporan keuangan LAZIS
Wahdah Islamiyah belum menggunakan neraca. Salah satu alasannya, karena
sistem masih dalam tahap pembenahan, dimana LAZIS Wahdah Islamiyah lebih
dari satu tahun memiliki sistem pencatatan keuangan yang baik dan baru dimulai
dari awal tahun 2015. Pencatatan dengan sistem single entry seperti yang dibuat
oleh LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar memiliki kelebihan dan kelemahan.
Sistem pencatatan single entry atau tata buku memiliki beberapa kelebihan, yaitu
sederhana dan mudah dipahami. Namun sistem ini memiliki kelemahan, antara
70
lain yaitu kurang bagus untuk pelaporan (kurang memudahkan penyusunan
pelaporan keuangan), sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi,
dan sulit untuk di kontrol. Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem
pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan di atas. Sistem ini
disebut dengan sistem pencatan double entry. Sistem pencatatan double entry
inilah yang sering disebut dengan akuntansi. (Halim, 2008:43)
Adapun laporan keuangan yang dihasilkan dengan sistem pencatatan single
entry, hanya laporan perubahan dana zakat dan infak/sedekah, dimana laporan ini
hanya sebatas memberi informasi secara riil dan actual dana yang dikeluarkan
dan diterima, namun laporan ini tidak mencerminkan kondisi sehat atau tidaknya
perusahaan tersebut karena tidak dapat menunjukkan total asset dan kewajiban
serta saldo dana yang dimiliki. Dan hal ini dapat terlihat dari adanya laporan
neraca yang sejauh ini LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar tidak menyajikan
laporan ini. Berikut ilustrasi laporan Perubahan Dana Zakat Wahdah Islamiyah:
71
Tabel 4
LAZIS WAHDAH ISLAMIYAH
Laporan Perubahan Dana Zakat
periode 1 Januari s/d 31 Desember 2014
Laporan Perubahan Dana Zakat
PENERIMAAN
Zakat muzaki personal Rp 185.324.000
Zakat perusahaan Rp 185.324.000
PENGGUNAAN
Penyaluran untuk asnaf fikir
Penyaluran untuk asnaf miskin Rp 850.000
Penyaluran untuk asnaf riqab -
Penyaluran untuk asnaf gharim Rp 1.000.000
Penyaluran untuk asnaf muallaf -
Penyaluran untuk asnaf sabilillah -
Penyaluraan untuk asnaf ibnuh sabil Rp 350.000
72
Penyaluran kepada amil Rp 28.147.000
Jumlah Penggunaan Rp 30.347.000
Surplus/defisit Rp 154.977.000
Saldo awal Rp 30.656.000
Saldo akhir Rp 186.633.000
Laporan Perubahan Dana Infaq
Penerimaan
Penerimaan infak terikat Rp 2.788.735.700
Penerimaan infak tidak terikat personal Rp 365.949.300
Rp 3.154.685.000
PENGGUNAAN
Biaya program berbagi hidayah Rp 400.596.700
Biaya program berbagi sesama Rp 386.018.400
Biaya program berbagi sehat Rp 36.750.000
Biaya program berbagi juara Rp 53.100.000
Biaya pengadaan asset Rp 91.055.000
Biaya operasional Rp 144.585.400
Penyaluran ke amil Rp 72.807.000
73
Jumlah penggunaan Rp 1.184.912.100
Surplus/Defisit Rp 1.969.772.900
Saldo Awal Rp 37.299.000
Saldo Akhir Rp 2.007.071.900
Sumber : Laporan Keuangan LAZIS Wahdah Islamiyah
D. PEMBAHASAN
1.Analisis Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat dan Infak/Sedekah pada
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
A. Analisis Penghimpunan Dana Zakat dan Infak/Sedekah
yang terpaparkan dalam hasil penelitian sebelumnya, LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar menghimpun beberapa jenis zakat dan infak/sedekah yaitu
zakat fitrah, zakat maal, infak/sedekah, dan dana solidaritas kemanusiaan.
Dimana zakat fitrah adalah zakat yang diterima setiap bulan ramadhan dalam
bentuk beras dan uang dan disalurkan kepada orang kurang mampu dalam bulan
Ramadhan. Adapun jenis zakat maal yang dihimpun adalah zakat profesi yang
besarnya 2,5% dari harta muzakki yang telah mencapai nishab.
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar menetapkan cara penghitungan
untuk zakat profesi dengan menghitung total penghasilan muzakki dalam satu
bulan kemudiaan dikurangkan dengan pengeluaran pokok, dari hasil ini
selanjutnya dikali 12 bulan untuk menentukan mencapai nishab yaitu sebesar 85
gram emas dengan harga pasar saat ini. Jika harta muzakki mencapai nisab
74
tersebut maka wajib untuk diambil zakatnya sebesar 2.5%. Muzakki pun kadang
membayar zakatnya setiap bulan dan ada juga yang langsung membayarnya
sekali di akhir tahun. Untuk mengeluarkan zakat profesi ini ada yang
berpendapat bahwa harus menunggu satu tahun, dan ada juga yang berpendapat
tidak harus menunggu satu tahun, dimana apabila memperoleh penghasilan
langsung dikeluarkan zakatnya tanpa harus menunggu satu tahun seperti yang
dikemukakan oleh Al-Qardhawi (2007:479). Hal ini juga sejalan dengan Majelis
Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa melalui fatwa No.3 Tahun 2003,
menegaskan bahwa semua bentuk penghasilan halal wajib dikeluarkan zakatnya
dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai emas 85
gram.
Waktu pelaksanaannya, zakat penghasilan dapat dikeluarkan pada saat
menerima jika sudah cukup nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka semua
penghasilan dikumpulkan selama satu tahun, kemudian zakat dikeluarkan jika
penghasilan bersihnya sudah cukup nishab, dengan kadar penghasilannya sebesar
2,5%. Dengan demikian, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dalam
menjalankan fungsinya untuk menghimpun dana zakat profesi mengacu pada
pendapat Al-Qardhawi dan fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia. Disamping itu, jenis zakat yang dikelola oleh lembaga amil zakat
seperti yang tecantum dalam UU NO 23 tahun 2011 pasal 4 menyatakan bahwa
zakat meliputi zakat fitrah dan zakat maal. Demikian halnya dengan
penghimpunan dana zakat yang dilakukan oleh LAZIS Wahdah Islamiyah
75
Makassar dimana jenis dana zakat yang dihimpun yaitu zakat maal dan zakat
fitrah.
Dalam penghimpunan dana zakat, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
menyediakan layanan jemput zakat, dimana amil mengambil langsung zakat
kepada muzakki. Pada prinsipnya penghimpunan dana zakat menjadi tugas amil
seperti dalam firman Allah QS.At-Taubah : 103 : “Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka…” Jadi, dengan menggunakan ayat tersebut yang menjadi dasar
pada praktik penghimpunan dana zakat LAZIS Wahdah Islamiyah. LAZIS tidak
menunggu muzakki membayar zakat dengan mendatangi kantor LAZIS,
melainkan para pengurus secara aktif langsung mendatangi rumah para muzakki.
Disamping itu, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar juga menggunakan
beberapa cara penghimpunan dana yang lain yaitu mengadakan sosialisasi
kepada umat Islam dengan tujuan untuk saling mengingatkan betapa pentingnya
berzakat karena sebagian besar mayarakat belum menyadari pentingnya
mengeluarkan zakat. Sosialisasi ini dilakukan melalui iklan di media sosial,
spanduk, media elektronik,maupun brosur. LAZIS Wahdah juga memanfaatkan
fasliltaspembayaran via bank untuk memudahkan muzakki membayarakan
zakatnya, apabila tidak sempat untuk datang langsung ke kantor LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar.
Selain menghimpun dana zakat, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar juga
menghimpun dan infak/sedekah serta dana-dana sosial kemanusiaan. Hal ini
sejalan dengan UU No.23 tahun 2011 pasal 28 ayat 1 yang menyatakan bahwa
76
selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah,
dan dana sosial keagamaan lainnya.
B. Analisis Penyaluran Dana Zakat dan Infak /Sedekah
Penyaluran dana zakat adalah kegiatan membagikan sejumlah harta yang
telah dihimpun oleh lembaga zakat dan infak/sedekah dari muzakki dan donator
untuk dibagikan kepada yang berhak menerima (mustahiq). Dalam prakteknya
pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar, apabila dana zakat semuanya sudah
terkumpul, maka disalurkan kepada para mustahiq berdasarkan program
penyaluran yang telah ditentukan oleh LAZIS. Asnaf mustahiq tersebut adalah
fakir, miskin, muallaf, memerdekan budak, gharim, fi sabilillah, dan ibnu
sabil. Dana zakat disalurkan kepada asnaf mustahiq tersebut memiliki kriteria
yang telah ditentukan oleh LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar, dimana fakir
dan miskin yang benar-benar tidak bisa mencukupi kebutuhannya atau
pendapatannya jauh dibawah kebutuhan pokoknya, demikian pula dengan
muallaf dimana untuk mengikat hatinya dalam keislaman maka diberikan dana
zakat. Adapun asnaf gharim jika tidak memiliki harta lagi untuk melunasi
hutang-hutangnya. Untuk asnaf fi sabilillah diberikan kepada para Da‟i yang
disebar ke seluruh daerah Indonesia karena para da‟i tersebut dikategorikan
sebagai orang yang mengamalkan ilmu dan menuntut ilmu. Untuk asnaf riqab
tidak ada penyalurannya karena memang saat ini sudah tidak ada budak,
sehingga bagian untuk asnaf riqab dialokasikan kepada asnaf miskin sebesar
Rp100.550.000, karena memang saat ini, masih banyak umat Islam yang berada
dibawah garis kemiskinan.
77
Penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar kepada delapan asnaf di atas telah sesuai dengan penjelasan UU No
38 tahun 1999 pasal 16 ayat 2 yang menjelaskan bahwa bahwa mustahiq
delapan asnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan
ibnu sabil, yang dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang tidak
berdaya secara ekonomi seperti anak-anak yatim piatu, orang jompo/lansia,
penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak
terlantar, orang yang terlilit hutang, pengungsi yang terlantar, dan korban
bencana alam.
Penyaluran dana zakat yang dilakukan oleh LAZIS Wahdah Islamiyah
Makassar kepada para mustahiq tidak langsung membagi rata dana tersebut
kedelapan asnaf, namun memiliki kebijakan dimana dana zakat disalurkan
berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan asnaf saat itu. Boleh jadi dalam satu
periode ada asnaf yang tidak dapat karena dilihat dari kebutuhan dan prioritas
saat itu. Hal ini sesuai dengan UU No 23 tahun 2011 pasal 25 dan 26 bahwa
zakat wajib disalurkan kepada mustahiq sesuai dengan syariat Islam berdasarkan
skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan
kewilayahan.
Adapun pendapat para ulama‟ terkait penyaluran ke asnaf yang
ditegaskan oleh Ibnu Katsir bahwa ada dua pendapat dalam penyaluran dana
zakat. Pendapat pertama, mengatakan bahwa zakat itu harus dibagikan kepada
semua delapan kelompok itu. Ini adalah pendapat Imam Syafi‟i dan sejumlah
ulama‟ yang lain. Pendapat kedua, menyatakan menyatakan bahwa tidak harus
78
dibagikan kepada mereka semua, boleh saja dibagikan pada satu kelompok saja
diantara mereka, seluruh zakat diberikan kepada kelompok tersebut, walaupun
ada kelompok-kelompok yang lain. Ini adalah pendapat Imam Malik dan
sejumlah ulama‟ salaf dan khalaf, di antara mereka ialah Umar bin Khatab,
Hudzifah Ibnul Yaman, Ibnu Abbas Abul‟Aliyah, Sa‟id bin Jubair, Maimun bin
Mahcar, Ibnu Jarir mengatakan, “Ini adalah pendapat mayoritas ahli ilmu.
Pendapat yang kedua ini, lebih memperhatikan konsep keadilan, dimana “adil”
bukan berarti dana zakat dibagi secara merata tapi berdasarkan kebutuhan asnaf
dan skala prioritas, karena boleh jadi dalam satu komunitas asnaf, terdapat
asnaf yang saat itu betul-betul mebutuhkan dibanding dengan asnaf yang lain.
Jadi dengan sistem pembagian berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan ini,
maka dana zakat yang diberikan yang kepada asnaf diharapkan mampu
memperbaiki kesejahteraan hidupnya beberapa golongan asnaf yang saat itu
sangat membutuhkan.
Selain menyalurkan dana zakat, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar pun
menyalurkan dana infak/sedekah yang telah dihimpun sebelumnya. Adapun
peruntukannya terbagi atas dua yaitu (a) disalurkan berdasarkan yang telah
diikrarkan oleh donatur (dana infak/sedekah muqayyadah) misalnya untuk
membiayai Tebar Da‟I Nusantara, maka donatur memberikan dananya dengan
menyampaikan tujuan dana tersebut untuk Tebar Da‟i Nusantara, dan (b) dana
infak/sedekah dari donatur tanpa diikrarkan oleh donatur (dana infak/sedekah
muthlaqah) dimana penentuan persentase bagian untuk penerima infak/sedekah
dilakukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.
79
Penyaluran dana infak/sedekah yang dilakukan oleh LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar sejalan dengan penjelasan dalam UU No. 23 tahun 2011
pasal 28 ayat (2) telah dijelaskan pula bahwa pendistribusian dan
pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan dilakukan sesuai
dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan
oleh pemberi dan sejalan pula dengan PSAK 109 poin 21 yang menjelaskan
bahwa penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para penerima
infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan
amil.
E. Analisis Penerapan Akuntansi Zakat Dana Infak/Sedekah pada Lazis
Wahdah Islamiyah Makassar berdasarkan PSAK 109
Terkait dengan usaha transparansi pelaporan keuangan lembaga amil
zakat, saat ini telah disusun sistem pelaporan standar akuntansi keuangan yang
didasarkan dari fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Dari fatwa ini kemudian diterjemahkan menjadi standar
pelaporan yang disebut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109.
Dalam PSAK 109 disebutkan bahwa lembaga amil zakat memiliki tugas pokok
yaitu mengumpulkan dan menyalurkan dana zakat dan infak/sedekah. Dalam
proses ini, peranan akuntansi sangat dibutuhkan guna melakukan pencatatan
terhadap dana zakat dan infak/sedekah yang tehimpun ataupun yang disalurkan.
Di samping itu juga, akuntansi digunakan lembaga amil zakat dalam menyusun
laporan keuangan dengan tujuan mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada
80
masyarakat umum, khususnya kepada para muzakki dan donatur yang telah
menyalurkan dananya dan percaya pada lembaga amil zakat.
Adapun jenis Laporan Keuangan Lembaga Pengelola Zakat menurut
PSAK 109, idealnya meliputi: Laporan Neraca, Laporan Perubahan Dana,
Laporan Aktivitas atas Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Arus Kas,
Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan yang dibuat haruslah sesuai dengan prinsip akuntansi
Islam yaitu keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban adapun prinsip
khusus akuntansi syariah adalah cepat pelaporannya, dibuat oleh ahlinya, terang,
jelas, tegas, dan normatif, memuat informasi yang menyeluruh, ditujukan
untuk semua pihak, terperinci dan teliti, tidak terjadi manipulasi, dan melakukan
secara kontinyu.
Dalam prakteknya, LAZIS Wahdah Islamiyah melakukan proses
akuntansi zakat dimulai dari pengumpulan bukti-bukti berupa kwitansi
penerimaan dana zakat dan infak/sedekah dan bukti penggunaan dana,
selanjutnya dicatat dalam tabel kas harian dan tidak menggunakan jurnal khusus,
dimana hanya melakukan pembukuan dengan menggunakan sistem pencatatan
sistem single entry, dimana ketika ada dana zakat dan infak/sedekah yang
diterima langsung dicatat sebagai kas masuk dan ketika ada dana zakat dan
infak/sedekah yang disalurkan langsung dicatat sebagai kas keluar. Padahal
idealnya, pencatatan berdasarkan PSAK 109, jika ada penerimaan dan
penyaluran dan zakat dan infak/sedekah maka pencatatan sebagai berikut :
81
Penerimaan dana Zakat
Kas - Dana Zakat xxx
Dana Zakat xxx
Penyaluran Dana Zakat
Dana Zakat-Non amil xxx
Kas-Dana Zakat xxx
Penerimaan dana Zakat
Kas - Dana Infak/Sedekah xxx
Dana Infak/sedekah xxx
Penyaluran Dana Zakat
Dana Infak/Sedekah-Non amil xxx
Kas-Dana Infak/Sedekah xxx
Dari jurnal ini, menujukkan bahwa penerimaan dana zakat dan
infak/sedekah akan menamah dana zakat, dan penyaluran dana zakat dan
infak/sedekah akan mengurang kas dana zakat dan infak/sedekah,yang disenut
dengan system pencatatan duble entry, dimana transaksi dicatat dua kali debit dan
kredit. System ini akan mempermudah penyusunan laporan keuangan karna
perhitungan yang akurat dan berkesenambungan keuntungan (kredit) dan
kerugian (debit).
Sedangkan pencatatan yang dilakukan lAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
hanya menggunakan metode single entry, dimana ketika ada dana zakat dan
infak/sedekah yang disalurkan langsung dicatat sebagai kas keluar, pencatatan
system ini memang lebih memudahkan dan sederhana serta mudah untuk
82
dipahami, namun tidak dapat menghasilkan laporan keuangan yang lengkap, sulit
menemukan kesalahan pencatatan yang terjadi dan sulit untuk dikontrol.
Sistem pencatatan yang digunakan ini mengakibatkan laporan keuangan yang
dibuat oleh LAZIS Wahdah Islamiyah hanya laporan Perubahan Dana Zakat dan
Infak/Sedekah, yang idealnya laporan keuangan ada lima jenis yaitu: neraca,
laporan perubahan dana, laporan aktivitas atau sumber dan penggunaan dana,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
PSAK 109 tidak hanya mengatur standar pelaporan keuangan lembaga
amil zakat, namun mengatur tujuan akuntansi zakat lainnya yaitu, pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.
a. Pengakuan
Dalam PSAK 109, disebutkan bahwa pengakuan adalah penerimaan zakat
diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Pengakuan akuntansi terhadap
dana zakat dan infak/sedekah yang dilakukan oleh LAZIS Wahdah Islamiyah
yaitu metode cash basic yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat kas atau setara kas diterima atau disalurkan. Metode ini dilakukan atas
dasar pengertian bahwa dana zakat dan infak/sedekah yang dikumpulkan dan
disalurkan diakui secara langsung sebagai kas.
b. Pengukuran
Penerimaan dana zakat dan infak/sedekah nonkas pada LAZIS Wahdah
Islamiyah diukur berdasarkan harga pasar yang berlaku. Hal ini sejalan dengan
PSAK 109 poin 11 yang menyatakan bahwa penentuan nilai wajar aset nonkas
83
yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka
dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur
dalam PSAK yang relevan Ketika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas,
jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana
zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian
tersebut. Penurunan nilai aset zakat akan diakui sebagai pengurang dana zakat,
jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil; namun jika disebabkan oleh
kelalaian amil, maka akan diakui sebagai kerugian dan pengurang dana amil
(PSAK 109). Adapun ketika terjadi kenaikan nilai asset zakat nonkas yang belum
sempat terbagi, menurut seorang ulama Ustadz Rahmat Abdul Rahman kenaikan
tersebut akan tetap menjadi bagian dari dana zakat dan wajib untuk disalurkan
semuanya kepada mustahiq dan bukan keuntungan bagi pengelola zakat.
Untuk dana infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset
nonkas. Aset nonkas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar. Aset tidak lancar
yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola dinilai sebesar nilai
wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah.
Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah
terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh
pemberi. Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi
untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini
dapat berupa bahan habis pakai, seperti bahan makanan; atau aset yang memiliki
umur ekonomi panjang, seperti mobil ambulance. Aset nonkas lancar dinilai
sebesar nilai perolehan sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai
84
wajar sesuai dengan PSAK yang relevan. Adapun ketika terjadi penurunan nilai
aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah, jika
terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian amil, namun jika disebabkan oleh
kelalaian amil maka akan menjadi kerugian dan pengurang dana amil.
Adapun ketika dana infak/sedekah sebelum disalurkan dikelola dalam
jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal, hasil dana
pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah.(PSAK 109)
c. Pengungkapan dan penyajian
Pengungkapan laporan keuangan untuk memberikan informasi pada pihak
luar, pengungkapan ini bertujuan untuk menganalisis prestasi kinerja organisasi
untuk satu periode serta menggambarkan pertanggungjawaban lembaga amil
zakat dalam mengelola sumber daya dan kinerja yang dihasilkan dalam satu
periode. Pengungkapan yang dikemukan dalam laporan keuangan LAZIS
Wahdah Islamiyah Makassar tampak pada laporan keuangan sehingga
memperoleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut.
Adapun dalam PSAK 109 penyajian lembaga amil zakat harus menyajikan
dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil dan dana non halal secara terpisah
dalam neraca (Laporan Posisi Keuangan). Penyajian laporan keuangan yang
dibuat oleh LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar adalah laporan perubahan dana
yang menyajikan total penerimaan dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah.
Laporan ini mencerminkan kinerja organisasi terutama kemampuannya dalam
menarik dana dan menyalurkan sesuai sasaran, sehingga tujuan zakat tercapai.
85
Sejauh ini, pemahaman SDM LAZIS Wahdah Islamiyah terkait penerapan
PSAK 109 masih kurang sehingga dalam pembukuannya menggunakan sistem
pencatatan sederhana yaitu single entry yang dianggap lebih mudah untuk
dipahami dan belum sepenuhnya memakai standar pelaporan keuangan yang
sesuai dengan PSAK 109. Namun, untuk menerapkan standar ini, LAZIS
Wahdah telah mengadakan pelatihan terkait penerapan akuntansi zakat dan
infak/sedekah pada pertengahan tahun 2015 dan saat ini sedang dalam tahap
pembuatan sistem pencatatan akutansi berbasis PSAK 109.
Berdasarkan penilaian yang penulis telah uraikan sebelumnya, maka hipotesis
yang penulis ajukan ditolak atau tidak sesuai.
86
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data yang diperoleh dari
LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar dan dibandingkan dengan PSAK 109,
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. praktik penghimpunan dana zakat pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
menggunakan beberapa sarana penghimpunan, salah satunya dengan Layanan
Jemput Zakat ke tempat muzakki. Cara penghimpunan ini sesuai dengan syariat
Islam yang terkandung dengan firman Allah dalam QS. At-Taubah (9):103.
Adapun dana zakat yang dihimpun adalah zakat fitrah dan zakat maal. Dalam
penghimpunan zakat maal yaitu zakat profesi LAZIS Wahdah Islamiyah
mengambil dua pendapat dimana bisa dikeluarkan tanpa harus menunggu satu
tahun dan bisa pula diakumulasikan dan dikeluarkan pada akhir tahun dengan
ketentuan nishabnya tercapai. Hal ini sejalan pendapat ulama zakat kontemporer
Yusuf Al-Qardawi dan fatwa MUI No.3 tahun 2003. Selain menghimpun dana
zakat, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar juga menghimpun dana
infak/sedekah serta dana-dana sosial kemanusiaan. Hal ini sejalan dengan UU
No.23 tahun 2011 pasal 28 ayat 1 yang menyatakan bahwa selain menerima
zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya.
87
2. proses akuntansi zakat pada LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar, masih
tergolong sangat sederhana, dimana hanya ada buku kas penerimaan yang
mencakup semua pemasukan kas berupa dana zakat dan infak/sedekah dan buku
kas pengeluaran yang mencakup semua pengeluaran berupa penyaluran dana
zakat dan infak/sedekah serta pengeluaran operasional lainnya.
Dalam melakukan pembukuan, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
menggunakan sistem pencatatan single entry, dimana dana zakat dan
infak/sedekah yang diterima langsung dicatat sebagai kas masuk dan ketika ada
dana zakat dan infak/sedekah yang disalurkan langsung dicatat sebagai kas
keluar. Pencatatan sistem ini memang lebih memudahkan dan sederhana serta
mudah untuk dipahami, namun tidak dapat menghasilkan laporan keuangan yang
lengkap, dan sulit menemukan kesalahan pencatatan serta sulit untuk dikontrol.
Hal ini berpengaruh pada laporan keuangan yang dibuat, dimana laporan
keuangan LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar hanya ada satu jenis yaitu
Laporan Perubahan Dana. Idelanya menurut PSAK 109 laporan keuangan ada 5
jenis yaitu: neraca, laporan perubahan dana, laporan aktivitas atau sumber dan
penggunaan dana, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dengan
demikian, LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar belum sepenuhnya menerapkan
PSAK 109 dalam pembukuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.
88
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang diuraikan
sebelumnya, peneliti menyarankan :
terkait dengan pengelolaan akuntansi zakat, dimana LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar masih menggunakan sistem pencatatan single entry yang
tergolong masih sangat sederhana, maka kedepannya sebaiknya menggunakan
sistem pencatatan double entry dimana transaksi ekonomi dicatat dua kali pada
debit dan kredit. Dengan sistem ini akan mempermudah LAZIS Wahdah
Islamiyah Makassar dalam penyusunan laporan keuangan pada akhir periode.
dengan melihat kondisi sulitnya menemukan SDM dalam melakukan dalam
pencatatan akuntansi, sebaiknya LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
menggunakan salah satu program aplikasi akuntansi agar lebih mudah dalam
melakukan pencatatan dan pembuatan laporan keuangan yang lengkap, yang
selanjutnya akan memudahkan bagi LAZIS Wahdah Islamiyah Makassar
melihat peningkatan kinerja setiap periode.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ancas Sulchantifa Pribadi, SH.Pelaksanaan Pengelolaan Zakat menurutUndang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat ( Studidi BAZ Kota Semarang ). UNDIP Semarang. 2006
As-Syahatah, Husein 2004. Akuntansi Zakat. Jakarta. Pustaka ProgressifBudi Nahaba.2012. ”Potensi Zakat Bisa Capai Rp 300T Per Tahun".
(http://www.voaindonesia.com/content/potensi-zakat-bisa-capai-rp-300t-per-tahun/1455819.html
Buku kecil panduan Zakat Lembaga Amil Zakat, infaq dan Shadaqah. Laziz baitulHikmah.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia No.3 tahun 2003 tentang Zakat Penghasilan
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta.GemaInsani
Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta. Salemba 4
Irfan Syauqi Beik.2009 .”Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan :StudiKasus Dompet Dhuafa Republika”. Jurnal Pemikiran Dan Gagasan.Vol II
Mahmudi. 2003. Pengembangan sistem Akuntansi Zakat dengan Teknik FundAccounting.
Mufraini, Arief. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat.Jakarta.Kencana
Pernyataan Standar Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK 109)Pedoman Standar Akuntansi Keuangan No 109 tentang Akuntansi Zakatdan Infak/ Shadaqah
Pistaza‟s Blog.2012.”Prinsip-Prinsip manajemen & Operasionalisasi OrganisasiPengelolaZakat.”http://pistaza.wordpress.com/2011/10/11/prinsip-prinsip-manajemen-operasionalisasi-organisasi-pengelola-zakat
90
PKPU.Buku Panduan Zakat Praktis.
Qardhawi, Yusuf. 2007. Hukum Zakat. Bogor. Pustaka Litera AntarNusa. Cet 10.
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta. Dana Bhakti WakafSafiu, Rahim. 2011. Organisasi Pengelola Zakat(http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2138223-organisasi-pengelola-zakat-opz/)
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung. Alfabeta
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat (Forum Zakat).2005.Pedoman Akuntansi Organisasi Pengelola Zakat 2005 (PA-OPZ 2005).
Jakarta : Forum Zakat
Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat .
Yayasan Gerakan Infak.2010.Perbedaan Dan Pengertian Zakat, infak danShadaqah.http://gerakaninfaq.blogspot.com/2010/06/perbedan-dan-
pengertian-zakat-infaq.html
www.rumahzakat.org
91
RIWAYAT HIDUP
WENIARTI, lahir pada tanggal 18 november 1992 di
Talaga kabupaten buton Sulawesi Tenggara. Anak pertama dari 5 bersaudara
buah cinta dan kasih sayang dari pasangan La bahazu dan wa Aina
Penulis mulai memasuki dunia pendidikan tingkat dasar pada tahun 2001
di SDN 3 Talaga Kecamatan Talaga Raya dan tamat pada tahun 2006. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri1 Talaga Raya
Kecamatan Talaga Raya pada tahun 2006-2009. Kemudian pada tahun 2009
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Talaga Raya Kecamatan Talaga
Raya selama tiga tahun dan berhasil menamatkan studinya di sekolah tersebut
pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan diterima di
Jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar program studi Strata 1.
91
RIWAYAT HIDUP
WENIARTI, lahir pada tanggal 18 november 1992 di
Talaga kabupaten buton Sulawesi Tenggara. Anak pertama dari 5 bersaudara
buah cinta dan kasih sayang dari pasangan La bahazu dan wa Aina
Penulis mulai memasuki dunia pendidikan tingkat dasar pada tahun 2001
di SDN 3 Talaga Kecamatan Talaga Raya dan tamat pada tahun 2006. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri1 Talaga Raya
Kecamatan Talaga Raya pada tahun 2006-2009. Kemudian pada tahun 2009
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Talaga Raya Kecamatan Talaga
Raya selama tiga tahun dan berhasil menamatkan studinya di sekolah tersebut
pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan diterima di
Jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar program studi Strata 1.
91
RIWAYAT HIDUP
WENIARTI, lahir pada tanggal 18 november 1992 di
Talaga kabupaten buton Sulawesi Tenggara. Anak pertama dari 5 bersaudara
buah cinta dan kasih sayang dari pasangan La bahazu dan wa Aina
Penulis mulai memasuki dunia pendidikan tingkat dasar pada tahun 2001
di SDN 3 Talaga Kecamatan Talaga Raya dan tamat pada tahun 2006. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri1 Talaga Raya
Kecamatan Talaga Raya pada tahun 2006-2009. Kemudian pada tahun 2009
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Talaga Raya Kecamatan Talaga
Raya selama tiga tahun dan berhasil menamatkan studinya di sekolah tersebut
pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan diterima di
Jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar program studi Strata 1.