volumemolalparsial-140208054311-phpapp02.pdf
TRANSCRIPT
-
VOLUME MOLAL PARSIAL
TUJUAN
Menentukan volume molal parsial komponen larutan
PEMBAHASAN
Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen
larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara
pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang
terdapat dalam 1000 gram pelarut.
Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan
penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai
menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan
volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang
terjadi pada langkah ini adalah :
Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer
kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di
sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan
digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat
piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades
diasumsikan sebagai Wo.
Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer
dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh,
kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat
piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades
(tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau
penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat
mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah
tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer
dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam
proses penimbangan.
Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl
dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker
sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam
labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur
sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan
konsentrasi-konsentrasi lainnya.
-
Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi larutan
NaOH tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga saat selesai ditimbang piknometer perlu dicuci
terlebih dahulu hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan karena piknometer yang
digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada percobaan.
Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan
agar nantinya berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh
yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi
konsentrasi yang kecil di mana dimungkinkan akan menambah berat menjadi agak besar
walaupun tidak sama. Sebaliknya, konsentrasinya kecil tidak akan mempengaruhi berat
konsentrasi yang besar.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan
menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan
NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar).
Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut. Pada larutan
NaCl yang konsentrasinya besar (3 M) akan mengandung lebih banyak zat NaCl yang terlarut
daripada air sehingga beratnya menjadi lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan larutan
NaCl yang konsentrasinya kecil (0,1875 M) tentunya akan mengandung zat NaCl yang lebih
sedikit. Apalagi diketahui bahwa larutan NaCl dibentuk dari pelarutan padatan NaCl. Hal ini
akan menyebabkan NaCl memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan
pelarutnya (air).
Berat ini tentunya akan mempengaruhi berat jenis larutan, di mana berat jenis dapat
diperoleh dari proses penghitungan pembagian antara berat larutan dengan volume larutan.
Sehingga, perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga pasti akan menghasilkan densitas yang
berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga
semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan,
menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak.
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil percobaan yang menyatakan bahwa
saat konsentrasi larutan NaCl tertinggi yaitu 3 M, larutan memiliki nilai densitas 1,1129 g/ml.
Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1,0621 g/ml, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya
1,0322 g/ml, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1,0213 g/ml, dan pada konsentrasi
terendah yakni 0,1875 M densitasnya 1,0103 g/ml. Urain tersebut jelas menyatakan bahwa
nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersbut.
Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas apabila dibandingakan
dengan nilai volume molal parsial komponen 1 menyatakan sebuah perbandingan yang
terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan
bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal harga V nya yaitu 16,756. Pada
molalitas 1,539 molal, harga V nya 17,639. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V nya 18,67.
Pada molalitas 0,3752 molal, harga V nya 18,77. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu
0,1876 molal, harga V nya 18,801.
Hasil di atas telah membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik
terhadap volume molal parsial komponen 1 (V) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi
-
nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial komponen 1
(V) larutan tersebut.
Kejadian yang terdapat pada V ternyata bertolakbelakang dengan kejadian yang
terjadi pada V. Pada penentuan volume molal parsial komponen 2 (V) diperoleh hasil
bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal parsial komponen
2 (V). Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, di mana pada
molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal, harga V nya 47,83. Pada molalitas 1,539 molal,
harga V nya 26,63. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V nya 12,36. Pada molalitas 0,3752
molal, harga V nya 2,37. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V
nya -4,56.
Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding lurus
terhadap volume molal parsial komponen 2 (V). Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas
larutan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V)
larutan tersebut.