vol. 9 no. 10, agustus 20 -...

19
Vol. 9 No. 10, Agustus 20.10 ISSN: 1693-8305 Pengantar Redaksi Oaftar lsi DAFTARISI ii ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN 2309 - 2340 KONSUMEN {Pada PT. m Logistics Indonesia) Oleh : Achmad H Sutawidjaya dan Andani Yulianti PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI PEMERIKSA PAJAK DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEMERIKSA PAJAK (Survey Di Wilayah Direktorat Pajak Jawa Barat) Oleh : Dini Arwaty dan Hanifah 2341 - 2351 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ENTREUPRENEURSHIP 01 PROGRAM 2352 - 2358 STUDI AKUNTANSI Oleh: Sendi Gusnandar Arnan ASPEK SOFT SKILLS DALAM PENG EM BANG AN JIWA 2359 - 2368 ENTREUPRENEURSH/P Dl PERGURUAN TINGGI Oleh : Shinta Dewi Herawati ANALISIS KUAUTAS PEMBIAYAAN DAN PENGARUH TERHADAP 2369- 2381 EFEKTIVITAS PENDAPATAN PADA PT. BPR SYARIAH PNM ALMA'SOEM BAN DUNG Oleh :Sri Dewi Anggadini dan Wati Aris Astuti MODEL PEMBIAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PRODUK 2382- 2398 INOVATIF Oleh: Tita Ojuitaningsih dan Tri Susanto ANALISIS NILAI TAMBAH LAYANAN (VALUE ADDED SERVICES) I-RING 2399 - 2420 TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN Dl EMPAT KOMUNITAS PENGGUNA OPERATOR SELULER m Dl JAKARTA SELATAN Oleh : Tri Susanto S.T., M.T dan Firman Herlambang

Upload: dinhdan

Post on 13-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Vol. 9 No. 10, Agustus 20.10 ISSN: 1693-8305

Pengantar Redaksi

Oaftar lsi

DAFTARISI

ii

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN 2309 - 2340 KONSUMEN {Pada PT. m Logistics Indonesia) Oleh : Achmad H

Sutawidjaya dan Andani Yulianti

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI PEMERIKSA PAJAK DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEMERIKSA PAJAK (Survey Di Wilayah

Direktorat Pajak Jawa Barat) Oleh : Dini Arwaty dan Hanifah

2341 - 2351

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ENTREUPRENEURSHIP 01 PROGRAM 2352 - 2358 STUDI AKUNTANSI Oleh: Sendi Gusnandar Arnan

ASPEK SOFT SKILLS DALAM PENG EM BANG AN JIWA 2359 - 2368 ENTREUPRENEURSH/P Dl PERGURUAN TINGGI Oleh : Shinta Dewi Herawati

ANALISIS KUAUTAS PEMBIAYAAN DAN PENGARUH TERHADAP 2369- 2381 EFEKTIVITAS PENDAPATAN PADA PT. BPR SYARIAH PNM ALMA'SOEM

BAN DUNG Oleh :Sri Dewi Anggadini dan Wati Aris Astuti

MODEL PEMBIAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PRODUK 2382- 2398 INOVATIF Oleh: Tita Ojuitaningsih dan Tri Susanto

ANALISIS NILAI TAMBAH LAYANAN (VALUE ADDED SERVICES) I-RING 2399 - 2420 TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN Dl EMPAT KOMUNITAS PENGGUNA OPERATOR SELULER m Dl JAKARTA SELATAN Oleh : Tri

Susanto S.T., M.T dan Firman Herlambang

Page 2: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

--,

MODEl PEMBIAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PRODUK INOVATIF

Oleh: Tita Djuitaningsih dan Tri Susanto*)

Abstrak

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan produk teknologi inovatif merupakan UMKM yang dapat memberikan nilai tambah baik kepada produk maupun kepaga pelanggannya. UMKM produk inovatif ini berbasis pada kreativitas manusia dengan bantuan teknologi. Tumbuh-kembangnya perlu didorong kmena secara makro dapat mendorong peningkatan perekonomian nasional. Di sisi lain, UMKM produk inovatif membutuhkan modal yang relatif banyak, tetapi deng<::n risiko pasar yang relatif tinggi. Oleh karena itu, lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank, cenderung menghindari untuk memberikan kredit atau pembiayaan kepada UMKM produk inovatif. Dengan demikian dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Ditawarkannya beberapa model pembiayaan untuk UMKM produk inovatif kepada pemerintah diharapkan memberikan pilihan terbaik untuk menjadi solusi bag1 masalah permodalan pada UMKM produk inovatif tersebut.

Kata kunci: produk inovatif, kreativitas, nilai tambah, model pembiayaan

JBME -Vol. 9 - No. 10 Tlta Ojuitaningsih, Trl Susanto Page 2382

Page 3: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Pendahuluan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) produk teknologi inovatif merupakan

UMKM yang mempunyai produk baik barang, jasa maupun barang yang bersifat inovatif atau mengandung teknologi inovatif. Lebih jauh. produk inovatif ini dapat dipahami sebagai produk teknologi inovatif, yaitu industri dengan mengandalkan kreativitas manusia serta berbasis pengetahuan. Produk teknologi inovatif dikembangkan untuk mendukung peningkatan nilai tambah produk karena dapat menyediakan inovasi produk langsung kepada pelanggan dan mendukung penciptaan nilai inovasi pada sektor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan. Jenis-jenis atau sektor usaha dalam produk teknologi inovatif ini adalah dalam bidang manufaktur, agribisn1s dan industri kreatif.

Sektor manufaktur merupakan usaha yang menghasilkan suatu produk melalw proses transformasi dari suatu input menjadi output tertentu. Dalam sektor manufaktur yang menjadi acuan adalah produktivitas dan efisiensi untuk mengukur kinerja, karena itu diperlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Sektor Agribisnis.yang sampai saat ini dianggap sebagai penghasil komoditas primer yang rnemiliki nilai tambah rendah, dengan pengembangan teknologi inovatif akan dapat menghasilkan komoditas yang memiliki nilai tambah lebih besar. Sektor industri kreatif yang dikembangkan Departemen Perdagangan meliputi bidang-bidang (1) periklanan {2) arsitektur, (3) pasar barang seni, {4} kerajinan, (5) desain, (6} fesyen, {7) video, {8) permainan interaktif, (9) musik, (10) seni pertunjukan, (11) penerbitan dan percetakan. (12) layanan komputer dan piranti lunak (13) televisi dan radio, dan (1 4) riset dan pengembangan. Satu lagi sektor yang sekarang sudah berkembang sebagai produk teknologi inovatif adalah makanan olahan.

lndustri kreatif perlu diperhatikan karena terbukti sektor-sektor usaha yang termasuk dalam produk teknologi inovatif ini justru berkembang dan bahkan mampu menyumbang dalam jumlah yang semakin signifikan ke Produk Domestik Brute (PDB) nasional. Kecenderungan global juga menunjukkan bahwa produk teknologi inovatlf juga semakin berkembang. Bank Dunia mencatat bahwa sekitar 50% konsumsi masyarakat dunia saat ini dipasok dari produk teknologi inovatif. Bahkan pada tahun 2005, industri yang terkait kreativitas telah memberikan 33% dari pendapatan dunia, jauh lebih besar dibandingkan dengan kontribusi minyak dan gas.

Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif juga berkembang secara signifikan. Menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS-2007), di Jawa Barat pada tahun 2005 produk teknologi inovatif telah menyerap tenaga kerja sekitar 2,54% dan jumlah total tenaga kerja atau sekitar 392.636 orang dan menyumbang pendapatan sekitar 7,82% dari Produk Domestik Regional Brute (PDRB). Nilai rata-rata penyerapan tenaga kerja dan tahun 2001 sampai 2005 adalah 3,2%. Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa produk teknologi inovatif di Jawa Barat cukup potensial untuk dapat berkembang dan mempunyai kontribusi yang signifikan dalam perekonomian di Jawa Barat Secara nasional produk teknologi inovatif selama 2002-2006 mampu menyumbang pendapatan sebesar 6,3% dari total PDB dengan nilai Rp 104,6 triliun. Sedangkan serapan tenaga kerjanya mencapai 5,4 juta jiwa atau setara dengan 5,8% dari totallapangan kerja.

Dari berbagai pemberitaan yang mengemuka, tampaknya pelaku usaha produk teknologi inovatif ini cukup besar proporsinya yang merupakan usaha mikro, kecil dan menengah {UMKM). Menyadari bahwa sebagian pelaku usaha dalam produkl teknologt inovatif adalah UMKM, maka sesuai dengan tugasnya, Kementerian Koperasi dan UMKM berinisiatif dengan bersinergi dengan stakeholder lainnya untuk ikut mengembangkan produkl teknologi inovatif. Pengembangan yang dilakukan oleh

JBME - Vol. 9- No. 10 r.ta Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2383

Page 4: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Kementerian Koperasi dan UMKM ini difokuskan pada upaya pemberdayaan bagi UMKM dan koperasi produk teknologi inovatif melalui aspek pembiayaan terutama membuka dan memperluas akses pembiyaan bagi mereka.

Pada masa awal perkembangan usaha (start-up) untuk UMKM dengan produkl teknologi inovatif cenderung memiliki risiko kegagalan usaha yang tinggi di samping ketiadaan jaminan yang bisa diberikan untuk menutup risiko tersebut. Persoalan klasik seperti ini perlu diberikan solusi agar pelaku usaha produk inovatif dapat tumbuh berkembang dengan pesat yang pada akhirnya diharapkan dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Salah satu persoalan utama yang dihadapi para pelaku UMKM dengan produkl teknologi inovatif yaitu kesulitan dalam mengakses pembiayaan untui< pengembangan usaha mereka. Kondisi usaha yang baru lahir (infant industry) tersebut perlu didukung oleh skema pembiayaan yang tepat agar dapat melewati masa kritis di awal usahanya

._dengan baik. Berbagai skema pembiayaan yang diluncurkan oleh beberapa lembaga keuangan seperti bank dan non bank telah tersedia di masyarakat. Namun demikian, belum ada informasi pembiayaan untuk UMKM dengan produkl teknoiOHi inovatif yang lebih akurat dan terintegrasi berupa sebuah dokumen skema pemb1ayaan yang utuh.

Beberapa prakarsa pemerintah dengan berbagai kendala dalam pembiayaan UMKM berbasis teknologi inovatif sudah pernah dilakukan, antara lain 1alam bentuk pembiayaan asuransi, teknologi dan lain-lain. Namun program-program terse but dengan berbagai kendala tidak dapat berjalan dengan baikllancar.

Permasalahan mendasar adalah belum adanya landasan hukum yang kuat seperti halnya Undang-undang perbankan yang menjadi sandaran pelaksanaan aktivitas pembiayaan berisiko di Indonesia. Undang-undang dan peraturan pemerintah mengenai skema pembiayaan berisiko (tinggi), misalnya modal ventura merupakan salah satu instrumen yang sangat mendesak untuk dibuat, apabila kegiatan pembiayaan untuk UMKM berbasis teknologi tumbuh berkembang dengan baik.

Untuk membuat suatu peraturan perundangan yang tidak bisa dipisahkan dari unsur politis, diper!ukan landasan akademis dan empiris yang sangat kuat, sehingga dapat memberikan dasar alasan dan argumentasi yang masuk akal dan mendesak bagi pengambil keputusan politik.

Menyadari besarnya kontribusi UMKM dalam mengembangkan produkl teknologi inovatif, maka sesuai dengan tugasnya, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan bersinergi dengan stakeholder lainnya berinisiatif untuk mengembangkan produkl teknologi inovatif. Pengembangan yang dilakukan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah difokuskan pada upaya pemberdayaan bagi UMKM dengan produkl teknologi inovatif melalui aspek pembiayaan terutama membuka dan memperluas akses pembiayaan bagi mereka.

Pada kurun tahun 2002-2005 nilai ekspor produk teknologi inovatif mencapai Rp 81,4 triliun atau setara dengan 9,13% dari total ekspor nasional. Ketika disadari bahwa produk teknologi inovatif nasional telah mampu menembus pasar global, maka salah satu tujuan pemberdayan UMKM produk teknologi inovatif ini adalah memastikan agar para pelaku usaha skala menengah dan koperasi di sektor produk teknologi inovatif dapat melaksanakan dan meningkatkan ekspornya secara berkelanjutan.

Persoalan yang kemudian dihadapi adalah hambatan akses UMKM deng~n produkl teknologi inovatif ke sumber-sumber pembiayan. Persoalan tersebut antara lam adalah: 1. Terbatasnya fasilitasi kredit perbankan pengembangan produk teknologi

inovatif. 2. Prosedur dan persyaratan kredit perbankan relatif rumit dan birokratis.

JBME- VoL 9- No 10 Tita Ojuitaningsih, Tri Susanto Page 2384

I I

t l

Page 5: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

4. ;:.. ....

Ketidakmampuan dalam menyediakan jaminan tambahan. Tingginya suku bunga kredit perbankan, terutama untuk modal investasi. T erbatasnya jangkauan pelayanan kredit perbankan.

Sementara itu di sisi lain, dukungan bagi pembiayaan UMKM sendiri sudah merupakan komitmen negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nt ·'Tlor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Pasal 8 yang menyebutkan bahwa "Aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal7 ayat (1) out uf a ditujukan untuk :

1. Memperfuas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk dapat mengakseskan kredit perbankan dan lembaga • keuangan selain bank;

2. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringanr.ya sehingga dapat diakses cieh Usaha Mikrc, Kecll dan Menengah; .

3. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

4. Membantu para pelaku Usaha Mikro, Kecd untuk mendapatl<an pembiayaan dari jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga Keuangan bukan bank, baik yang rnenggunakan sistem konvensional mapun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Perusahaan. •

Sagi bank umum, jenis kredit korporasi, atau yang lazJm pt..la disebut sebagai ''r~dit komersial, adalah jenis kredit yang diberikan keriada debitur yang berbadan ~wkum. Kredit komersial, juga merupakan kredit yang sanga_t pe11ting peranannya dalam ~ t. :..-uta ran dana bank Uil1um. Para debiturnya terdiri dari badan :.Jsaha yang bergerak di tc. ·bagai sektor usaha dan berbagai skala usaha. Mereka mempergunakan kredtt t.:-rsebut untuk membiayai kebutuhan akan dana modal kerja, dan dana modal investas1 (HM Iskandar Soesilo, 2007).

Secara garis besar prosedur untuk memperoleh kredit pada bank umum adalah ::ebagai berikut (HM Iskandar Soesilo, 2007):

1. Mengisi formulir aplil<asi (permohonan kredit, data dan iniormasi perusahaan).

2. Melengkapi persyaratan formulir permohonan kredit dengan dokumen­dokumen (data historis perusahaan. data proyeksi dan data jaminan).

3. Analisis Kelayakan Kredit yang sekurang-kurangnya akan mencakup 5 (lima) hal utama yaitL : • Watak calon debitur (Character); • Kemampuan caJon debitur (Capacity); • Modal calon debitur (Capital); • Agunan/jaminan (Collateral); • Kondisi perekonomian/keuangan (Condition).

4. Analisis keuangan • Liquidity ratio; • Leverage ratio; • Activity ratio.

JBME- Vol. 9- No. 10 Tita Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2385

Page 6: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Setidaknya terdapat 3 (tiga) hal yang menjadi kendala UMKM dalam menghadapi sistem dan prosedur permohonan kredit komersial kepada bank (HM Iskandar Soesilo, 2007), yaitu

1. Masalah prinsip atau sangat substansial, yaitu antara lain yang berkaitan dengan penyediaan agunan.

2. Masalah administratif, yaitu antara lain yang berkaitan dengan penyiapan data kualitatif dan kuantitatif.

3. Masalah operasional, yaitu antara lain yang berkaitan dengan proses pengerjaan penyelesaian dan pengajuan berkas permohonan kredit. Dalam kaitan ini, banyak sekali alasan yang dikemukakan perbankan, mulai dari

.:; .::,dl prinsip kehati-hatian sampai pada kenyataan bahwa suku bunga kredit bagi UMKM

. ~nyata tidak lebih kecil dibandingkan suku bunga kredit konsumtif. Rendahnya akses ':::r'1adap kredit komersial ini tentunya akan menjadi hambatan besar bagi UMKM

frcduk teknologi inovatif untuk mengembangkan usahanya dan kemampuan ekspomya .

.,,anajemen lnovasi dalam Konteks Oesain Manajemen tanpa inovasi akan kehilangan rohnya. lnovasi adalah perangkat

~ tuk mencari solusi-solusi baru yang berbeda (creative problem solving). Jnovasi nemi!ik1 kekuatan untuk meningkatkan nilai tambah desain (design va/u{J added). ,, ,mikian pula inovasi tanpa manajemen akan menjadi tidak terkendali, liar, ngawur, ~·~c1kan akan tampak tidak serius. Oleh sebab itu, tidak diragukao Jagi bcJhwa ifl9vasi dCalah sumber daya manusia yang terpenting. Tanpa inovasi, tidaK~ ada kernajuan, c.1 kita akan mengulangi pola yang sama selamanya.

Manajemen dan inovasi telah melahirkan konsep-konsep' deqin: .Sebab. ~k .•da satu bend a buatan manusia yang tidak disentuh seni dan cJesain~ . Desain ctetah ~-:: ,J=di ujung tombak bisnis industri. Dengan demikian, desaiti. dan inovasi mesti ·~1\doia dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen agar tufuan kreativitas (lapat c!1~:2pai secara maksimal. Strategi manajernen kreatif merupakan strategi · kompetitif. O!Bh karena itu, nilai bauran keunikan (unique mix of value) yang berbeda menjadi a'<tivitas utamanya.

Konsep inovasi mempunyai sejarah yang panjang dan pengertian yang :.::-:::rbeda-beda, ten.tama didasarkan pada persaingan antara perusahaan-perusahaan dan strategi yang berbeda yang bisa dimanfaatkan untuk bersaing. Josef Schumpeter ,;1949) sering dianggap sebagai ahli ekonomi pertama yang memberikan perhatian pada pentingnya suatu inovasi. Schumpeter (1949) menyebutkan bahwa inovasi terdiri dari lima unsur yaitu : (1) memper1<enalkan produk baru atau peru bah an kualitatif pad a produk yang sudah ada. (2) memperkenalkan proses baru ke industri , (3) membuka pasar baru. (4) Mengembzngkan sumber pasokan baru pada bahan baku atau masukan lainnya, dan (5) perubahan pada organisasi industri.

UMKM dengan Produk Jnovatif UMKM yang menghasilkan produk teknoiogi inovatif merupakan usaha dalam

proses pengaturan organisasi menghasilkan sesuatu yang baru. Langkah pertama adalah menghasilkan ide perubahan mengenat produk atau proses. Dalam beberapa kasus ide muncul dari observasi masalah sekarang atau masa depan. Untuk menghasilkan ide bisa melalui pengamatan masalah atau membaca buku, internet, majalah, dan diskusi dengan ternan sejawat secara informal. Proses me~ghasi.lkan ide berupa memoles ide yang asli, atau menggabungkan ide, kemud1an d1lakukan pengujian untuk mengetahui mana yang sesuai dengan tujuan, bahan baku, kebutuhan pengguna, dan tentunya biaya produksi.

JBME- Vol. 9- No. 10 Trta Ojuitaningsih. Tri Susanto Page 2386

Page 7: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Produk teknologi inovatif dikembangkan untuk mendukung peningkatan nilai tambah produk. karena dapat menyediakan inovasi produkl jasa langsung kepada pelanggan dan mendukung penciptaan nilai inovasi pada sektor iain yang secara tidak langsung berhubungan dengan pelanggan. Sektor manufaktur merupakan usaha yang menghasilkan suatu produk melalui proses transformasi dari suatu input menjadi output tertentu. Dalam manufaktur yang menjadi acuan adalah produktivitas dan efisiensi untuk mengukur kinerja, karena itu diperlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Sektor Agribisnis.yang sampai saat ini dianggap sebagai penghasil komoditas primer yang memiliki nilai tambah rendah, dengan pengernbangan teknologi inovatif akan dapat menghasilkan l<omoditas yang memiliki n!lai tambah lebih besar. Sektor industri kreatif masih dikonotasikan sebagai industri rakyat, industri kecil. UMKM, kerajinan tangan, dan semua usaha berskala mikro. Mindset tentang industri kecil sama dengan industri kreatif perlu dieliminasi, agar langkah untuk mend0ngkrak industri kreatif dapat menjangkau semua sektor industri. terutama indusrri yang m?sih melibatkan faktor manusia. Dalam konteks industri, selayaknya, rnanusia mesti ditempatkan sebagai modal kreatif, bukan mesin produks1.

Karakteristik UMKM dengan Produk lnovatif lnovasi sering dikaitkan dengan produk baru, model baru, atau hanya sekedar

kemasan baru. Apakah hal-hal serba baru memberikan nilai guna bagi kcnsumen atau meningkatkan nilai tambah bagi produsen. Hal tersebut dapat diketahui melalui studi literatur -yang 'mendalam dan riset pada sejumlah perusahaan, dan dengan memformulasi berbagai konsep dan praktik manajemen inovasi serta penciptaan nilai dalam realitas individu, organisasi dan masyarakat. Selain memtikberatkan pada sudut pandang ekonomi terhadap organisasi industri, praktik inovasi juga menyoroti berbagai dimensi lain yang saling terkait dalam proses inovasi di tingkat individu dan masyarakat. Di dalamnya termasuk manajemen pengetahuan kewin3usahaan dan paradigme1 pembangunan ekonomi kreattf di Indonesia.

Pemicu berikutnya untuk pengembangan industri kreatif adalah kreativitas yang memungkinkan Jahirnya ide baru, pengembangan baru, hingga cara baru diseminasi barang atau jasa yang dihasilkan. Yang tidak kalah penting adalah paradigma kolaborasi. Jenis paradigma ini memadukan antara bisnis dan sosial yang menggeser paradigma kompetisi. Selanjutnya paradigma kolaborasi ini membangun jejaring komunikasi lintas batas serta merancang dunia baru pasca modernis dan post-bubble economy. Fenoinena perubahan dan pergeseran dewasa ini menandai suatu era inovasi dan penciptaan nilai dalam beragam dimensi kehidupan. Aktivitas ekonomi dan bisnis mengikuti tuntutan individu dan personal. Produk dibuat lebih individualis, minimalis atau diciptakan sedemikian rupa sehinga membangkitkan selera dan emosi tertentu. Bisnis masa kini dan masa depan sangatfah memerhatikan feminitas, emosi, personal, sederhana dan simbol. Pergeseran juga terjadi dari orientasi pada hasil ke orientasi pada proses.

Dengan ·demikian inovasi teknologi bagi UMKM tidak hanya berarti kebaruan atau sesuatu yang bersifat baru. Bukan hanya barang, jasa, sistem produksi atau cara pemasaran baru_ Kebaruan itu perlu disertai dampak positif bagi konsumen dan produsen_ Kebaruan harus menciptakan nilai guna bagi konsumen dan nilai tambah bagi produsen. Kebaruan juga harus menghasilkan sukses ekonomi dan sosial sebagai konsekuensi legis dalam konteks inovasi dan penciptaan nilai di tingkat individu, organisasi dan masyarakat.

Demikian juga mengenai inovasi teknologi bagi UMKM, digambarkan kedalam 3 kategori usaha yang sangat dekat yaitu UMKM berusaha pada bidang agribisnis, UMKM

JBME ~Vol. 9- No. 10 rrta Ojuitaningsih, Tri Susanto Page 2387

Page 8: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

~'ang_ t.~rusaha b1dang manufaktur dan UMKMM y::mg ber•_saha di b1Jarg JrtdJc;:r~ ·\•S3t1f P·dapu"' garnb3rar, L'MKM keti~F3 bidang 'IS3ha tcrsebut di:lca: diJei<E'<~n b.:rdas8rk3n d3ta y;;;rag j1pero!eh d! lol\331 per.gall'atan yollll Sumate:ra t_;!ara. DK! Jakarta. Jawa Bar at. Jaw a : enga1,_ 01 Yogyakc.rta. Jaw a Timur dan K<::l•-nantan Se'a ar Tahun 2009 sebaga1 benk.ut

a. UMKM Agribisnis dengan Teknologi lnovatif Berdasar!<an data UMKM yang berusaha di bidang agnbisn i:) dengan tel<nolog1

movat1f. yang terkurnpu! d1 lapangan tergambar bahwa termasuk kdompok mi adalah prorluk olah<ln has1l pertanian, peternakan. perikanan. perkebur.an ':Jan keh'.itanan

1 _____ -·.- ___________ _I_abel_l _Tern pat_ Usah~JJ~KM !'9.£!..~~~- -----,

1 u:~;~a ~-- ____ T . TAN~_ti~·--,---~----~SAi:iGLN~N __ -·--·1 : Obat -·-t Sta~u~---~ U~ura~- i'~II81\RPJ -t~l?~U~ Ukur~-!- Ntl<:~. tRPL._J

~·.-r~-·- 1 i '"' ... . 1 ~ 50 . 2 i l c .. I _ 1 :i~~~2- - -t~~~~ T..:L. __ r~~- _ __ --+I : .... ~rd;n _; -·: ~~() "!'2_ t--t3J OCCt q_Oi.. i

t3tn30t'ty I . : I - 2 I ~a 0"0 "00 c- . . I ~ ) I ' ,.. .• r "0 I . __ ~-----1--~~~.:.!~--+-- .:.~};..:!2.._.._ :J '-' ·'' ~ _ 1 .:;>e:ldlr.,:_

1

__ . ,~ ... -:;:.. i. 1u ~•:_ .. ~ J~ p,.,.1kanan 1 ! ; i 'I l

1 -:-:- ---1-Se~dE!___l_ ____ I _ _?OrJ.JCO.uOO ~;;en9~-·--- ·~ 90C.OQ0 OvO; j • i r·~ , . i

; . fi~ IK I ! I l I I Le;,;.-;.~ .t_i)endiri I 289 m2 I 1 CO 000 000 ! Sen9in __ 32 m2 I 95._000.000 J

Sumuer O~:a UMKM (diolah) .:.'ar· lao:' ~ d• at2s nampa~> bahwa tempat usaha da1i llt\IKM agnb1snis in1

sererti t<:m.-,h d:-,n rangunannya dimi!iki oleh pengusaha itu send1ri. hanya b"''un~ :.ersert!f . .?l ("?.'l 8a~dr: r ~rta:lahan dan tidCik dapat dipergunaJ..an seba~a i Jamir.an 1!c.u agunc.1 : J.::!EJ le-,..oc,g.:.o l<euesng~n untuk memperoleh kredit. St::da:·~~·c.n !J~n:::;·•r:;;"l t(•rr,c. t '<:. ·m;.:; ro?k~t;! '-=iDatas 1'f1itu c!i b::J>..·:ch ·100 r1Z karena Jisesua ·~c.r' :.!.~P~an "op:l.5Jta ; !=rCdliks::-~y? yang teruatas

t. UIIJH"':M Manufaktui ~fmgz;"l Tel<noloqi lnovatif ._;Mit r,_n ~'81 ,r_: ~?"gPrg~ ~i b:dang man:.If;:~ l<tur d<:?ngan l-3knologi 1r:OVd~1i d3!1ot

d•artikan ~ebag~t U~·1i<'l\, • en~r..n suatu prcs~s yc:ng meny~unakan t~r,nol0g1, l<e~:,nl1an, pe;;ga'aman dar. fas!litas 2gar bisa dik.embang~ an ieb1i· lanjut ·-'tau oe(rov<lSI secara i<.ornE:rs:al SPt•i:~gga dapat b~rmanfaat sec:~ra ekonorni, sos,~l rnaurun keouday.;.an In• f"1,.>1PDU'1yal v=-ngertiail bahW;j te~;oiogt yang ter3~al jan suat.J sel<.tor bi~a bF.-rarl:;;ptasi aan d:ap!ikasika•• ke be-rbaga1 sektor yar.g 1a1r !<ebc-radaan tel-.nolog1 pada usa~a kac1l dan menengah pada b1dang manufaktur ;-,.,!eh dib•lai'C' barL• rnen.:oak?.n -;etengah dan proses transfer teKroologl iersebut i-lal r d<f<are:nar;an bch ... rn mampun}a mer~ka untuk sampai pada tahao inov;:;::;i atau .-e,ghas,li-.sn S.Ja<J tekno,og• yang sudah me'ah.!l proses L1ld1sasi nan adaptasl

Us;:;ha Kectl uan menengah rna'1ufaxtur yang memakai inovasi teknologJ Jni lcbth mengan•J3P bahwa 1novasi tehnc.-logt tidak lebir1 daripada sekedar mes;n-rnesin yar;~ ~1bu<.it ot:::h usaha besar atau peralatan-peralatc:n yang mampu rnenc1pt3kan peluang .;;.fioporr.J F.Jrdapat ~erert1 1n1 lahir karera pengusah:: tidal-, dillbcltl.an datam hal kno~;: how, ::;kiil. desa~n. movas1 atau pengembangon leoih lanjut tenlar.g teknolog1 _.;rsebut u~.:=th~ kecil dan menengah di lndor..:;sia 'etih di<1nggap seoagai end­con~ume, <>tau end-user saJa dan 1novas1 teknolog1 terset-ut. Memang harus dtakLi,

'!~I'! e::a;;::;; . L!&A'!IIIS! ;:;_

JBME -1/ol 9 · Nc 10 Tt!a Djuitanings•h. Tn Susanto - Page :388

Page 9: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

inovasi teknologi telah berkontribusi banyak dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, tetapi yang menjadi masalah di sini adalah tidak terciptanya industrialisasi yang hebat dari transfer teknologi ini. Banyak yang beranggapan bahwa pengembangan teknologi lebih cenderung menghasilkan operator yang tergantung pada teknologi tersebut daripada menghasilkan inovator yang mampu menciptakan teknologi setelah melewati proses transfer teknologi yang benar.

Dari pengamatan di beberapa lokasi bahwa kebanyakan usaha l<ecil dan menengah Indonesia tidak mampu membuat barang yang benar-benar kompetitif -..i3n ..seknn mampu menciptakan teknologi aiternatif. Karena kemauan untuk r1c:.akukan proses transfer teknologi yang benar tersebut untuk pengembangan UMKM belum menjadi kebutuhan dari UMKM. Usaha kecil dan menengah di i :~donesta harus melakukan suatu terobosan agar mampu menggunakan informasi ..!an know how yang didapat dari teknologi tersebut sehingga akan mampu JUga memiiih, melakukan adaptasi, utilisa5i, inovasi, dan pada akhirnya akan menciptakan dan mengembangkan teknologi itu tersendiri.

Gambaran informasi UMKM manufaktur di daerah lokasi pengamatan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel2 Tempat Usaha UMKM Manufaktur

Tipe Usaha TANAH BANGUNAN

Status Ukuran Nilai CRo) Status Ukuran Nilai (Rp) 5000

Pakaian iadi Sendiri m2 Sendlri 350m2 215000,000

Seraoam Sendiri 252m2 150 000,000

Lamber & TSG Sendiri 235m2 250,000,000 Sendiri 178m2 125,000,000

Tas Sewa 76m2 20 000,000 Sumber: Data UMKM (d1ofah)

Dari Tabel 2 di atas nampak bahwa untuk tempat usaha dari UMKM manufaktur ini sebagian besar bangunannya dimiliki oleh pengusaha itu sendiri, dan hanya 1 UMKM yang memiliki tanah yang luas (sekitar 5000 m2) dan lainnya memiliki sesuai dengan luas bangunannya dan belum bersertifikat dari Badan Pertanahan semuanya, serta belum memiliki ljin Mendirikan Bangunan, sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai jaminan atau agunan pada lembaga keuangan untuk memperoleh kredit. Sedangkan bangunan tempat usaha relatif lebih luas yaitu rata-rata 200 m2 dan sesuai dengan kebutuhan untuk kegiatan usahanya dan bangunan dimiliki sendiri, kecuali untuk UMKM yang menghasilkan produksi tas, yang menyewa tempat usaha.

Hal ini mencerminkan UMKM manufaktur memiliki tingkat kesulitan (proses teknologi inovatif) yang menengah, karena banyak memanfaatkan mesin dan peralatan yang membutuhkan pekerja yang dapat mengoperasikan mesin dan peralatan dengan tingkat ketrampilan menengah dan untuk pekerja lulusan SO dimanfaatkan sebagai pekerja pendukung.

JBME- Vol. 9- No. 10 Tita Ojuitanings1h, Tri Susanto Page 2389

Page 10: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

I . I

I

T b 13 K .. p a e OmOOSISI embiavaan UMKM Manufaktur Tipe SUMBER DANA LEMBAGA KEUANGAN Usaha

Sendiri Hutano Nama Nilai (Rp) Lama (Th) Bunaa Pakaian jadi 50% 50% B Bukooin 150 ()()() 000 3 15%

L Seraoam 100%

I Lamber& TSG 50% 50% BPD 1,000,000,000 5 14%

I L Tas 80% 20% BNI 30,000,000 3 11% Sumber. Data UMKM (d1olah)

UMKM manufaktur dengan teknologi inovatif pada daerah pengamatan, sedikit yang menggunakan sumber pembiayaaan lembaga keuangan karena ~egiatan usaha, proses pengeioiaan usaha, dan penataan keuangan yang relatif l)aru serta rencana pemasaran kurang sehingga dinilai tldak bankable dilihat dari kaca mata lembaga keuangan. Sedangkan -pacta UMKM yang. masulckatagori \(ecjl -menengah yang telah memiliki ijin usaha. laporan tceuangan·yang memadai serta prospek usaha yang layak lebih mudah mendapatrcan sumber pembiayaan .dari lembaga keuangan bank maupun non-bank.

c. UMKM lndustri Kreatif dengan Teknologi lnovatif Tabel4 Tempat Usaha UMKM lndustri Kreatif

~- _, ; '~""; TANAH BANGUNAN

Tioe Usaha Status Ukuran Nilai (Rp) Status Ukuran Nilai (Rp)

1 Bahan sutra sendiri 200 ha 30,000,000 Sendiri 400m2 700,000,000

I ' Permata. Cincin Sewa 12m2 10000,000 ,-I Kusen & Vemtilasi Sewa 600m2 Sewa 500m2

I Kain Sasiranoan Sewa 168m2 200,000,000

Asesories Sendili 2000 m2 200,000,000 Sendiri 150m2 200,000,000 f

Keraiian Kavu sendiri 400m2 Sendiri 200m2

. Dinner set Sew a 6000 m2 750,000

Hiasan Oindino sendiri 4000 m2 100,000,000 Sendiri 400m2 100,000,000

Hiasan Rumah 12000 Tangga Sewa m2 5,000,000 Sewa 300m2 5,000,000

Furniture sendiri 2000 m2 9,000,000 Sendiri 100m2 90,000,000

JBME- Vol. 9- No. 10 Tita Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2390

,.

Page 11: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

i ! I

I

I

a e OmDOSISI embiavaan UMKM Manufaktur Tipe

SUMBER DANA LEMBAGA KEUANGAN Usaha

Tbl3 K .. p

Sendiri Hutano Nama Nilai (Rp) lama (Th) Bunaa Pakaian jadi 50% 50% 8 Bukooin 150,000000 3 15%

I 1 Seraaam 100%

I Lamber & TSG 50% 50% BPD 1 ,000,000,000 5 14%

I l_ Tas 80% 20% BNI 30,000,000 3 11% $umber: Data UMKM (d1olah)

UMKM manufaktur dengan teknologi inovatif pada daerah pengamatan, sedikit yang menggunakan sumber pembiayaaan lembaga keuangan karena ~egiatan usaha, proses pengeloiaan usaha, dan penataan keuangan yang relatif ·1aru serta rencana pemasaran kurang sehingga dinitai tidak bankable dilihat dari kaca mata lembaga keuangan. Sedangkan pada UMKM yang masu~ katagori kecH -menengah yang telah memiliki ijin usaha, laporan keuangan yang memadai -9ena prospek usaha yang layak lebih mudah mendapatkan sumber pemti1E1faan dart· lembaga keuangan bank maupun non-bank.

c. UMKM lndustri Kreatif dengan Teknologi lnovatif Tabel4 Tempat Usaha UMKM lndustri Kreatif

-TANAH BANGUNAN

Tioe Usaha Status Ukuran Nilai (Rp) Status Ukuran Nilai (Rp)

· Bahan sutra sendiri 200 ha 30,000,000 Sendiri 400m2 700,000,000

I I Permata. Cincin Sew a 12m2 10,000,000 ,-

Kusen & Vemtilasi Sewa 600 rn2 Sew a 500m2

Kain Sasiranaan Sew a 168m2 200,000,000

Asesories Senditi 2000 m2 200,000,000 Sendiri 150m2 200,000,000 i

I Keraiian Kavu sendiri 400m2 Sendiri 200m2

I Dinner set Sewa 6000m2 750,000

Hiasan Dindino sendiri 4000 m2 100,000,000 Sendiri 400 m<! 100,000,000

Hiasan Rumah 12000 ' Tangga Sewa m2 5,000000 Sewa 300m2 5,000,000

Furniture sendiri 2000 m2 9,000,000 Sendiri 100m2 90,000,000

JBME -Vol. 9 - No. 10 Tita Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2390

Page 12: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Tas mukenah & I baju Sew a 19m2 8,500,000

Susana Muslim I Sendiri 70m2 75,000,000 I Tabel4 : Tempat Usana

Sumber : Data UMKM (diolah)

Dari Tabel 4 di atas nampak bahwa bahwa setengah dari sejumlah UMKM industri kreatif yang menjadi objek pengamatan dengan kekayaan usaha seperti tanah dan bangunannya dimiliki oleh pengusaha itu sendiri, dan sebagian sudah bersertifikat dari Badan Pertanahan dan dapat dipergunakan sebagai jaminan atau agunan pada lembaga keuangan untuk memperoleh kredit. Sedangkan sebagian sisanya dengan tempat usaha seperti bangunan dengan status sewa, dan ticlak dapat dipergunakan sebagai jaminan atau agunan untuk mengajul\an kredit pada lembaga keuangan bank maupun non-bank, walaupun bila dilihat dari Sisi kelayakan usaha UMKM tersebut memiliki prospek yang bagus

Karakteristik Usaha Teknologi lnovatif Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah perlu didukunn oleh skema

pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan UMI<M tersebut. UMKM merupakan kelompok usaha dengan jumlah usaha dan pelaku usaha paling banyak. Untuk itu perlu pengelolaan spesifik termasuk skema pembiayaan yang tentunya memilki kekhasan juga. Kekhasan pembiayaan UMKM tidak terlepas dari bermacam ragam bidang usaha UMKM. Kompleksitas permasalahan pembiayaan yang dihadapi pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya paling tidak dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif perbankan dan Jembaga pembiayaan maupun perspektif UMKM itu sendiri (PI-UMKM BPPT: 2009). Dari · perspektif perbankan sedikitnya ada 3 (tiga) hal yang menonjol dalam pembiayaan UMKM, yaitu: 1. UMKM adalah sektor yang dianggap berisiko tinggi

Minimnya permodalan, rendahnya kualitas SDM, teknologi produksi yang belum dikuasa( ·serta pangsa pasar yang rendah menjadikan sektor UMKM masih dianggap sebagai sektor yang memilki risiko tinggi.

2. Jaminan UMKM yang terbatas atau kurang Tidak dimilikinya agunan (collateraf) oleh UMKM mempersulit para pelaku;­usaha di sektor ini untuk melakukan ekspansi usahanya secara cepat

3. UMKM yang potensial dibiayai sulit didapat Akses terhadap kelengkapan data profil UMKM masih sulit, data yang ada hingga sat ini sulit diyakini validitasnya dan tampilanya. Hanya jumlah UMKM saja yang belum tersedia dalam bentuk informasi yang lengkap baik sebarannya, pelaku, bidang usaha, maupun aset dan jumlah pekerjanya.

Permasalahan pembiayaan UMKM dilihat dari perspektif UMKM mencakup beberapa hal, yaitu: 1. Persyaratan jaminan ffs.ikltambahan yang diminta bank.

Sesuai dengan aturan · perkreditan yang lazim berlaku di sektor perbankan, pelaku UMKM diminta untuk memberikan jaminan fisikltambahan berupa aset tetap. Namun demikian hampir seluruh pelaku UMKM akan terbentur pada masalah klasik yang sama dan belum dipecahkan hingga saat ini.

2_ Prosedur pengajuan kredit yang dianggap sulit dan berbelit-belit

JBME- Vol. 9- No. 10 Tita Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2391

Page 13: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

...

Para pelaku UMKM seringkali menganggap prosedur pengajuan kredit berbelit­belit walaupun dari sisi perbankan prosedur tersebul dianggap sebagai upaya perbankan dalam melakukan prinsip kehati-hatian (prudential banking). Perseps1 yang bertolak belakang ini perlu dicarikan solusinya agar UMKM dan perbankan dapat membangun kerjasama kemitraan yang sating menguntungkan.

3. Bunga bank relatif tingg1 Karakteristik pembiayaan untuk UMKM adalah mudah, ringan dan cepat, namun demikian t1ngkat suku bunga sangat menyulitkan UMKM untuk mendapatkan kredit dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah sesuai dengan kemampuannya.

4 Kredit yang diperlukan UMKM Tepat Jumlah, tepat waktu, tepat sasaran dan prosedur yang st~derhana , paket­paket kred1Vpembiayaan perbankan saat ini belum dapat diakomodas1 sepenuhnya oleh UMKM. Para pelaku UMKM cenderung menninginkan paket kredit yang disediakan oleh perbankan memenuhi kriteria seperti tepat JUmlah/waktu/sasaran dan prosedur yang sederhana.

Skema pembiayaan yang d1lakukan disesua1kan dengan kondisi pelaku usaha mikro kec1l dan menengah. yaitu : 1. Menyed1akan dan memperluas sumber pembiayaan sesuai dengan segmentasi

pelaku usaha a. Belum layak usaha dan belum bankable

1) Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; 2) Pembiayaan Program Kemitraaan dan Bina Lingkungan (PKBL dari

penyisman sebagian laba BUMN): 3) Pemb1ayaan Corporate Social Responsibility (CSR): 4) Dana Badan Am1l Zakat lnfaq dan Sadaqah (BAZIS); 5) Dana Bergutir melalu1 Badan Layanan Umum Oaerah (BLUD); 6) Pembiayaan melalui LKM, terutama KSP/KJKS/BMT; 7) Pembiayaan melalui program-program pemberdayaan dengan belanja

bantuan sosial , hibah dan subsidi; 8) Pembiayaan kerJasama Pemda dengan Lembaga Keuangan Non Bank

(Contoh Pegadaian dengan skema KRISTA) .

b. Layak Usaha tap1 belum bankable 1) Pemb1ayaan dari t.embaga Pengelola Dana Bergulir Kementerian Negara Koperas1 dan UMKM; 2) Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR)]: 3) Pemb1ayaan Kredit Usaha Mtkro dan Kecil (KUMKM SUP -005) Non Bank (Pegadatan dan PNM): 4) Pemb1ayaan Modal Ventura; 5) Pemb1ayaan melaiUI skema kredit LKBB: 5) Pembtayaan Kredit Bersubsid1 untuk ketahanan pangan.

c. Layak Usaha dan bankable 1) Pemb1ayaan KUMK SUP-005, 2) Pemb1ayaan Btsnis Plan Perbankan bag1 UMKM, : 3) Pembiayaan Linkage Program Bank dengan BPR/S dan KSP/KJKS:

JBME- Vol. 9- No. 10 Tita OJUitaningslh, Tri Susanto Page 2392

Page 14: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

4) Pembiayaan Kredit Komersial; 5) Pembiayaan Kredit Usaha UMKM Ekspor.

2. Meningkatkan aksesabilitas kepada sumber dan lembaga keuangan: a. Memfasilitasi penyediaan pinjaman Pemda bekerja sama dengan Perum

· Pegadaian dan PNM. b. Mendorong kerjasama lintas daerah untuk membentuk Lembaga Penjaminan

Kredit Daerah (LPKD) untuk pemberdayaan UMKM setempat. seraya meningkatkan peran serta pemerintah daerah.

c. Memfasilitasi sertifikasi tanah bagi pengusaha mikro dan kecil yang terkait dengan penjaminan kredit usaha di perbankan, bekerjasama dengan Badan Pertanahan Nasional dan Oepartemen Dalam Negeri.

d. Pelatihan KKMB dan penyediaan tenaga pendamping.

3. Mengembangkan dan memberdayakan Lembaga Keuangan Mikro: a. Melaksanakan transformasi dan konversi LKM Non formal menjadi Koperasi,

BPRJBUMDes atau Perusahaan Pembiayaan; b. Mengembangkan system monitoring dan evaluasi dari dana-dana perkuatan

untuk LKM; c. Meningkatkan permodalan LKM; d. Memanfaatkan kerjasama internasional tentang LKM.

Aspek Pembiayaan Sumber-sumber pembiayaan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah

sudah banyak tersedia, mulai dari bank dan lembaga keuangan non bank. Namun demikian permasalahannya adalah minimnya informas1. dan sulitnya mendapatkan akses kepada sumber pembiayaan tersebut. Hal terpenting dalam pembiayaan bagi UMKM adalah kesesuaian sumber dan jenis pembiayaan dengan tahapan bisms UMKM Gambar di bawah ini menunjukan sumber dan jenis pembiayaan sesuai dengan tahapan bisnis.

Pada tahapan seed, start up dan growth, sumber pembiayaan yang sesuai adalah teman/kerabat atau private investor, business angel, dan risk capital. Selanjutnya pada tahapan growth hingga maturity sumber pembiayaan adalah investment fund, stock market dan commercial bank. Sumber dan jenis pembiayaan ini sangat ditentukan oleh besarnya risiko kegagalan usaha yang akan dihadapai oleh pelaku UMKM dan besarnya kerugian yang harus ditanggung oleh investor.

JBME- VoL 9- No. 10 Tita Djuitaningsih, T ri Susanto Page 2393

Page 15: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

I

! .. , ! I

Gambar 1 : Pembiayaan UMKM berdasarkan pertumbuhan usaha.

LOW

..:St¥es of .enterorises. develeoJl!ent

Hambatan Pembiayaan UMKM dengan Produk lnovatif

Pada dasarnya UMKM memiliki hambatan yang bersifat klasik, yakni hambatan yang berkaitan dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM}, lemahnya manajemen usaha, rendahnya akses terhadap sumber pembiayaan dan pasar, serta rendahnya informasi dan teknologi yang dimilikinya. UMKM yang memiliki hambatan dan kendala usaha berkaitan dengan ekspor diklasifikasikan menjadi dua, yakni internal dan ekstemal. Hambatan internal adalah bambatan yang disebabkan kekurangan atau kelemahan yang melekat pada UMKM itu sendiri. Hambatan ekstemal adalah hambatan yang disebabkan adanya faktor luar yang tidak melekat pada UMKM.

Beberapa aspek yang menjadi hambatan internal bagi UMKM dalam kegiatan ekspor adalah :

a. Masih rendahnya komitmen UMKM dalam memenuhi pesanan pelanggan, baik lokal maupun mancanegara (on time delivery);

b. Mas1h minimnya sistem managemen yang diterapkan UMKM, khususnya dalam aspek produksi, administrasi, dan keuangan;

c. Keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki UMKM dalam rangka memenuhi pesanan;

d. Rendahnya kualitas SDM, sehingga dalam mengelola usahanya tidak didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang sangat rasional;

e. Terbatasnya modal yang dimiliki UMKM, khususnya modal ke~a: f. Lemahnya jaringan komunikasi dan informasi dengan pihak-pihak terka1t,

seperti dalam pengadaan bahan baku, terkadang UMKM hanya memiliki sumber terbatas, sehingga barang yang diperoleh harganya tinggi;

g. Rendahnya kemampuan UMKM dalam riset dan pengembangan, sehingga belum memenuhi keinginan para buyer.

JBME-Vol. 9- No. 10 Tita Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2394

.,.

l •

, I !

·1 j ! •

Page 16: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Di sisi lain, terdapat beberapa aspek yang menjadi hambatan ekstemal bagi UMKM dalam kegiatan ekspor, yakni :

a. Tidak stabilnya pasokan dan harga bahan baku serta bahan pendukung lainnya;

b. Persyaratan dari buyer semakin tinggi, antara lain berkaitan dengan kualitas produk, kualitas lingkungan sosial, kualitas lingkungan kerja, harga yang bersaing, aspek ramah lingkungan;

c. Masih adanya regulasi pemerintah yang kurang kondusif sehingga dapat menghambat laju ekspor UMKM;

d. Rendahnya akses UMKM terhadap pasar, antara lain meliputi permintaan produk, astandar kualitas produk, ketepatan waktu pengiriman, dan persaingan harga;

e. Rendahnya akses UMKM terhadap sumber pembiayaan, antara lain meliputi informasi skim kredit dan tingginya tingkat bunga;

f. Masih munculnya biaya-biaya siluman yang berkaitan dengan ransportasi, kepabeanan, dan keamanan;

g. Kesulitan memenuhi prosedur dan jangka waktu yang relam lama untuk mematenkan produk bagi UMKM.

Permasalahan yang dihadapi UMKM memang sangat kompleks, sehingga dibutuhkan berbagai pendekatan yang dapat mengurangi hambatan yang ada. Keputusan politik pemerintah di semua lini dan tingkatan yang berusaha memberdayakan UMKM sudah tepat, mengingat potensi dan peran UMKM terhadap pembangunan nasional. Hal yang penting dan mendasar adalah memberikan peluang yang lebih besar kepada para pelaku UMKM dengan menekan atau mereduksi hambatan-hambatan yang muncul.

Setidaknya. ada tiga komponen sumber daya yang dibutuhkan untuk sampai pada tahapan tersebut Manusia-manusia yang berpotensi melahirkan inovasi, infrastruktur lembaga yang memberikan dukungan bagi lahirnya sebuah inovasi (perguruan tinggi, .lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan), dan modal yang memungkinkan sebuah inovasi diproduksi secara massal untuk dimanfaatkan masyarakat luas.

Indonesia, sebenarnya tidak kekurangan sumber daya manusia yang berpotensi untuk melahirkan inovasi. Entah berapa banyak manusia Indonesia yang bergeiar Master, Doktor yang sebagian di antaranya bahkan adalah lulusan universitas­universitas top manca negara. Dari mereka inilah diharapkan lahir berbagai inovasi;: yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Walaupun belum banyak yang didedikasikan khusus sebagai universitas riset dan pengembangan, tidak Sfldikit universitas kita yang mampu menghasilkan inovasi di bidang IPTEK. Kita juga memiliki lembaga penelitian dan pengembangan di tiap departemen teknis, di perusahaan­perusahaan, dan lembaga-lembaga lainnya.

Yang tidak dimiliki oleh Indonesia adalah mekanisme pembiayaan yang mampu memberikan dukungan bagi proses produksi inovasi tersebut dalam skala ekonomis untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ketiadaan mekanisme pembiayaan inilah yang, juga, membuat perusahaan-perusahaan pelayaran atau penangkap ikan lebih memilih kapal-kapal produksi luar negeri, PT. KAI memilih untuk menggunakan gerbong bekas dari Jepang, atau PT Dirgantara Indonesia gagal .menjual produk-produk canggihnya ke pasar, baik lokal maupun internasional.

Mekanisme pembiayaan yang dibutuhkan bagi suatu inovasi untuk sampai kepada tahapan produksi skala ekonomis tersebut tentunya tidak dapat diserahkan kepada mekanisme pembiayaan biasa, melalui mekanisme perbankan misalnya. Jika

JBME- Vol. 9- No. 10 nta Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2395

Page 17: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

dianalogikan sebagai sebuah proyek, maka proyek untuk mewujudkan sebuah inovasi menjadi sesuatu yang diproduksi secara massal dan secara ekonomis menguntungkan adalah proyek jangka panjang dan sangat spekulatif. Terlalu banyak ketidakpastian yang terlibat di dalamnya. Tertalu berisiko. Dengan karakter proyek seperti itu dapat dipahami mengapa tidak ada bank {di Indonesia) yang berminat untuk memberikan pembiayaan.

Dalam kondisi demikian maka, peran negara sangatlah dibutuhkan. Pemerintah harus mengambil inisiatif untuk menyusun mekanisme khusus yang didedikasikan untuk merespon kebutuhan para inovator untuk mengembangkan inovasi mereka menjadi sebuah produk yang siap dimanfaatkan secara luas. Ada beberapa bentuk model pembiayaan untuk UMKM produk inovatif yang dapat dijadikan alternatif pilihan oleh pemerintah .

._ Pertama, pemerintah dapat menjadi pemilik proyek dan menyediakan seluruh biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan sebuah inovasi teknologi. Contoh dari sistem seperti ini dapat dilihat pada program pengembangan peralatan perang baru oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Negara, melalui · Departemen Pertahanan, menyiapkan spesifikasi teknologi yang diinginkan dari peralatan perang baru yang dibutuhkan. Tender kemudian dilakukan, diikuti oleh para pemasok yang menawarkan berbagai inovasi teknologi yang dimiliki. Pemenang tender kE!mudian akan melaksanakan program pengembangan berbagai peralatan baru tersebut dengan menggunakan anggaran Departemen Pertahanan.

Kedua, pemerintah dapat menciptakan semacam "kredit program" yang khusus didedikasikan untuk membiayai sebuah inovasi menjadi sebuah produk massal yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Walaupun istilah yang digunakan adalah kredit namun skema terapannya dapat berbentuk pinjaman lunak jangka panjang dapat pula berbentuk penyertaan modal. Kredit program ini dibiayai oleh APBN dan dilaksanakan melalui sistem perbankan yang ada. Perbankan dalam hal ini hanya akan berfungsi sebagai penyalur dan pengelola administrasi, dan tidak akan mencantumkan fasilitas pembiayaan tersebut sebagai portofolionya. Mekanisme seperti ini telah banyak dilakukan untuk bidang-bidang lain seperti, kredit- ekspor, kredit usaha kecil, kredit investasi kecil, dan lain-lain. Pengalaman pelaksanaan program-program seperti itu dapat menJadi modal bagi penyusunan sistem kredit program khusus untuk membiayai inovasi teknologi.

Ketiga, pemerintah dapat membentuk lembaga pembiayaan yang khusus didedikasikan untuk membiayai proyek-proyek pengembangan inovasi teknologi. Lembaga pembiayaan ini mungkin dapat mengambil bentuk seperti Export Credit Agency (ECA) di negara-negara maju yang memang difungsikan untuk membiayai proyek-proyek besar, berjangka panjang dan berisiko tinggi. Lembaga ini harus memiliki expertise untuk menilai kelayakan sebuah inovasi untuk dapat menjadi produk yang dimanfaatkan oleh pasar. Lembaga ini juga harus memiliki sumber dana yang kreditur­krediturnya memiliki concern atas pembiayaan inovasi teknologi dan memiliki kemampuan menyerap risiko yang tinggi. Lembaga ini harus memiliki jaringan kerja yang luas, tidak saja mencakup pihak-pihak yang secara tradisional terlibat datam sebuah skema pembiayaan, melainkan juga harus mencakup pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan teknologi, otoritas publik, kelompok-kelompok masyarakat, yang pada dasarnya akan dapat memberikan dukungan bagi sosialisasi pemanfaatan sebuah inovasi di tengah-tengah masyarakat.

JBME - Vol. 9- No. 10 Tita Ojuitaningsih, Tri Susanto Page 2396

I

! j

Page 18: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Kesimpulan Dibutuhkan sokongan pemerintah untuk mendorong UMKM dengan produk

inovatif untuk terus berkembang, bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri dalam bentuk ekspor. Hal ini perlu dilakukan karena UMKM, khususnya yang berbasis teknologi inovatif, di satu sisi memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional, seperti dalam bentuk penyerapan tenaga kerja misalnya, tetapi di sisi lain sulit berkembang karena lembaga pembiayaan cenderung menghindari pemberian kredit pada UMKM yang berbasis teknologi inovatif tersebut, dengan alasan risiko yang cukup tinggi.

Ada 3 (tiga) model pembiayaan untuk UMKM produk inovatif yang dapat dilakukan pemerintah:

1. pemerintah dapat menjadi pemilik proyek dan menyediakan seluruh biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan sebuah inovasi ter.ologi.

2. pemerintah dapat menciptakan semacam "kr!dit program" yang khusus didedikasikan untuk membiayai sebuah inovasi menjadi sebuah produk massal yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

3. pemerintah dapat membentuk lembaga pembiayaan yang khusus didedikasikan untuk membiayai proyek-proyek pengembangan inovasi teknologi.

JBME- Vol. 9- No. 10 Trta Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2397

••

Page 19: Vol. 9 No. 10, Agustus 20 - portal.kopertis3.or.idportal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1071/1/Tri-03 Model... · Dengan mengambil contoh Jawa Barat produk teknologi inovatif

Daftar Pustaka

Anonymous. 2008. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Pasa/ 8.

Anonymous. 2007. Peraturan Bank Indonesia (PBI) tanggal 2 April 2007, Bank Indonesia

Oarminto. 2003. Peranan agroinovasi bidang veteriner dalam mendukung upaya peningkatan ketahanan pangan. Bulletin llmu Veteriner. Balai Penelitian Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.Badan Litbang Pertanian.

De Jong, JPJ & Kemp, R. 2003. Determinants of Co-workers's Innovative Behaviour An Investigation into Knowledge Intensive Service. International Journal of Innovation Management. 7 (2) (Juni 2003) 189 - 212. Diakses melalui EBSCO

.. Publisher 22 Maret 2005. Harjanto, Sri., 2004. Dari Sistem tnovasi Nasional ke ABG: Catatan Kebijakan lptek

Nasional. Jurnal lnovasi, Vol. 2/XVI/November 2004. Hesselbein, Francis & Rob Johnston., 2002 On Creativity, Innovation and Renewal

(tentang kreativtas, inovasi, dan pembaruan). The Drucker Foundation. PT.Eiex Media Komputindo. Jakarta.

HM Iskandar Soesilo (2007), Strategi UMKM Dalam Mengatasi Sistem dan Prosedur Kredit Komersial, Majalah lnfokop, Vol. 15 No. 2, Desember 2007.

Josef Schumpeter. 1949. Konsep inovasi didasarkan pada persaingan antara perusahaan-perusahaan dan strategi yang berbeda.

Scott, S. G & Bruce, R. A. 1994. Determinants of Innovative behavior: A Path Model Of Individual Innovation in the Workplace. Academy of Management Journal .. 37 (3)580-607. Diakses melalui EBSCO Publisher 22 Maret 2005.

JBME - Vol. 9- No. 10 Tlta Djuitaningsih, Tri Susanto Page 2398