vol 10 no 4 (okt 02)

31

Upload: vumien

Post on 08-Dec-2016

242 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vol 10 No 4 (Okt 02)
Page 2: Vol 10 No 4 (Okt 02)

22222 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Disain dan layout:Triana

Foto sampul muka:I Nyoman N. Suryadiputra

Ucapan Terima Kasih dan UndanganSecara khusus redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginyakepada seluruh penulis yang telah berperan aktif dalam terselenggaranya majalah ini.

Kami juga mengundang pihak-pihak lain atau siapapun yang berminat untuk mengirimkanbahan-bahan berupa artikel, hasil pengamatan, kliping, gambar dan foto, untuk dimuatpada wadah pertukaran informasi tentang perlahanbasahan di Indonesia ini. Tulisandiharapkan sudah dalam bentuk soft copy, diketik dengan huruf Arial 10 spasi 1,5 danhendaknya tidak lebih dari 2 halaman A4.

Semua bahan-bahan tersebut termasuk kritik/saran dapat dikirimkan kepada:Triana - Divisi Publikasi dan InformasiWetlands International - Indonesia ProgrammeJl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002tel: (0251) 312-189; fax./tel.: (0251) 325-755e-mail: [email protected]

Lahan basah (termasuk danau, sungai, hutan bakau, hutan rawa gambut,hutan rawa air tawar, laguna, estuarin dan lain-lain) mempunyai perananpenting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Lahan basahmerupakan salah satu sumberdaya utama pendukung perekonomian danpembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkan untukmeningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat akan manfaat danfungsi lahan basah, guna kepentingan generasi sekarang maupun yang akandatang.

Mudah-mudahan berbagai informasi yang disampaikan majalah ini dapatmemperkuat dan mendukung terwujudnya lahan basah yang lestari melaluipola-pola pemanfaatan yang bijaksana dan berkelanjutan.

Warta Konservas iLahan Basah

DEWAN REDAKSI:

Penasehat: Direktur Jenderal PHKA; Penanggung Jawab: Sekretaris Ditjen. PHKA dan Direktur Program WI-IP;Pemimpin Redaksi: I Nyoman N. Suryadiputra; Anggota Redaksi: Triana, Hutabarat, Juss Rustandi, Sofian Iskandar, dan Suwarno

Warta Konservasi Lahan Basah(WKLB) diterbitkan atas kerjasama

antara Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan Konservasi

Alam (Ditjen. PHKA), Dephut denganWetlands International - Indonesia

Programme (WI-IP), dalam rangkapengelolaan dan pelestariansumberdaya lahan basah di

Indonesia.

WKLB diterbitkan secara berkala 3(tiga) bulan sekali, dan

disebarluaskan ke lembaga-lembagapemerintah, non-pemerintah,

perguruan tinggi dan masyarakatyang terlibat/tertarik akan lahan

basah.

Pendapat dan isi yang terdapatdalam WKLB adalah semata-mata

pendapat para penulis yangbersangkutan.

Page 3: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 33333

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan BasahStrategi Konservasi Rawa Aopa Sulawesi TenggaraBerkolaborasi dengan Masyarakat Lokal Selamatkan Ekosistem Rawa ............................................. 4

Konservasi Lahan BasahEkowisata Telaga Wasti: Sebuah Lahan Basah dengan Peluang yang Belum Lestari ....................... 6

Berita KegiatanProgram Pesisir Hijau “Green Coast Project” di Aceh-Niasuntuk Menghadapi Perubahan Iklim Global ..................................................................................... 9Kawasan Teluk Belukar, Pulau Nias: Laguna Indah yang Sedang Terancam .................................. 10

Berita dari LapangSirine Palsu Tsunami dan Pendidikan Interpretasi Lingkungan ...................................................... 17Mengenal Makroinvertebrata Benthos .......................................................................................... 18Merenda Harapan Mencapai Teluk Doreri yang Asri .................................................................... 20Berbagi Habitat antara Manusia dan Burung Air di Perumahan Cemara Asri, Medan .................. 22Monitoring Burung Pantai dan Burung Air Migran di Rawa Jombor Klaten (2004-2007) ............. 23

Flora dan Fauna Lahan BasahKerbau Rawa: Bentuk Kearifan Budaya Lokal dan Sumber Pendapatan MasyarakatKawasan Rawa Lebak ................................................................................................................... 28

Dokumentasi Perpustakaan ........................................................................................................... 31

Kotak Katik Lahan Basah ............................................................................................................. 31

Warta Konservasi Lahan BasahVol 15 no . 3, Oktober 2007

Dari Redaksi,

Perkembangan peradaban manusia yang ditandai oleh pesatnya pembangunan fisik dimana-mana, ternyata tidak selalumencerminkan meningkatnya kualitas ‘adab’ manusianya itu sendiri. Di saat teknologi semakin berkembang/maju danpembangunan semakin pesat, justru semakin tampak pula rusaknya alam sekitar kita. Lalu, apak kaitannya? Salahkah?? apa dandimana letak kesalahannya??

Dengan berfikir jernih dan arif, tentunya kita semua bisa menegaskan bahwa alam dan pembangunan/teknologi adalah hal ygsaling terkait satu sama lain. Keterkaitan itu bukanlah seperti dua sisi dari sebuah mata uang, tetapi suatu keterkaitan dalamsuatu ikatan solid pada satu garis lurus. Kata kuncinya adalah KESEIMBANGAN. Perkembangan teknologi dan pembangunanbila disertai dengan upaya-upaya perlindungan dan pelestarian alam sekitarnya, tentunya akan berdampak positif dan lebihbaik bagi nilai-nilai ekonomi, ekologi maupun nilai peradaban itu sendiri.

Informasi-informasi tentang bagaimana ketidakseimbangan itu terjadi, dapat Anda lihat dalam edisi kali ini. Tidak hanya itu,hubungan harmonis antara manusia dan alam turut dipaparkan di dalamnya. Selamat membaca!

~ Redaksi ~

Daftar Isi

Page 4: Vol 10 No 4 (Okt 02)

44444 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah44444 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Strategi Konservasi Rawa AopaSulawesi TenggaraBerkolaborasi dengan Masyarakat LokalSelamatkan Ekosistem Rawa

Oleh:

Dwi Putro Sugiarto, S.Hut*

Fokus Lahan Basah

B erkunjung ke SulawesiTenggara tak akan lengkapkiranya tanpa singgah di

Rawa Aopa. Sebagai perwakilanekosistem rawa di Sulawesi, RawaAopa direkomendasikan untukdikunjungi para pecinta rawa baik daridalam maupun luar negeri. Sangatdianjurkan pula terutama bagi pihak-pihak yang ingin mempelajarikarakteristik/ciri khas rawa Sulawesiuntuk datang dan melihat secaralangsung keunikannya.

MENCAPAI RAWA AOPA

Rawa Aopa secara administratif terletakdi wilayah Kabupaten Konawe, SulawesiTenggara. Dari Kota Kendari, lokasi iniberjarak sekitar 80 km dan dapatditempuh selama ± 2 jam perjalanandengan menggunakan kendaraan rodaempat. Untuk mencapai Rawa Aopadapat mengambil rute Kota Kendari-Unaaha-Rawa Aopa. Aksesibilitasnyacukup lancar karena didukung olehprasarana jalan raya dari Kota Kendarisampai Rawa Aopa yang semuanyaberaspal. Bahkan kualitas jalan yangmenghubungkan Kota Kendari-Unaahatermasuk yang terbaik di ProvinsiSulawesi Tenggara.

NILAI EKOLOGIS RAWA AOPA

Rawa Aopa secara total memilikiluas 30.000 ha, dan sekitar13.269,97 ha diantaranya beradadalam kawasan konservasi (TamanNasional Rawa Aopa Watumohai).Tutupan air tersebut termasukkawasan yang dilindungi menurutketentuan UU No. 5 Tahun 1990tentang Konservasi Sumber DayaAlam Hayati dan Ekosistemnya.

Secara ekologis, Ekosistem RawaAopa termasuk yang paling unikdiantara rawa-rawa lain di Sulawesi.Ekosistem ini menjadi habitatberbagai satwa liar terutama burungair (water bird). Jenis burung yangmendominasi pada umumnya adalahWilwo (Mycteria cinerea), Bangau(Egretta intermedia), Koak merah(Nyctocorax caledonicus), Pecukular (Anhinga melanogaster), Ibis(Dendrocygna arcuata), Mandardengkur (Aramidopsis plateni), dll.

Jenis-jenis ikan yang menghuni rawaadalah Gabus (Chana striata), Lele(Clarias batrachus), Belut(Monopterus albus), Mujair (Tilapiamossambica), Tawes (Barbodesgonionotus), Sepat (Trichogastertrichopterus) dan lain-lain. Kekayaan

flora dicirikan oleh dominasi tumbuhanteratai merah, totole, Uti (Baeckeafrutescens), Holea (Callophyllumsoulattri), Wewu (Planchonia valida),Sagu (Metroxylon sagoo), dan lain-lain.

Tutupan badan air yang selalutergenang luasnya mencapai lebih dari10.000 ha. Fungsi pokoknya adalahsebagai catchment area (daerahtangkapan air) di musim penghujan.Pada musim kemarau, airnya terusmengalir dan menjadi pemasok utamakebutuhan masyarakat di sepanjangDAS Sampara sampai Kota Kendari.Sebagian lainnya dimanfaatkan olehPDAM untuk memenuhi kebutuhanair masyarakat Kota Kendari dansekitarnya.

Sekelompok burung air terbang dariperairan Rawa Aopa

Page 5: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 55555Vol 15 no. 3, Oktober 2007 Vol 15 no. 3, Oktober 2007 Vol 15 no. 3, Oktober 2007 Vol 15 no. 3, Oktober 2007 Vol 15 no. 3, Oktober 2007 55555

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

PEMANFAATAN TRADISIONAL

Keberadaan Rawa Aopa sangatdirasakan oleh masyarakat lokalyang selama ini menggantungkankehidupannya pada sektor perikanandarat. Maklum saja lokasinyaberjarak agak jauh dari bibir pantai,sehingga sektor tersebut menjaditumpuan mata pencahariandisamping usaha pertanian lada. Ikanrawa hasil tangkapan utama adalahikan gabus (Chana striata) dankarper (Helostoma temminckii).Care International Indonesia (2005)menyatakan bahwa kedua jenis ikanini telah menyuplai kebutuhan proteinbagi lebih dari 2.250 kepala keluargayang bermukim di 13 desa bagianbarat wilayah perairan Rawa Aopa.

Terutama pada hari-hari libursekolah, panorama rawa yangmenarik dimanfaatkan masyarakatsekitar untuk mengembangkanusaha pariwisata air. Jenis usahayang ditekuni antara lain penyediaanfasilitas penyewaan katinting.Katinting adalah perahu mini yangterbuat dari kayu, dirancang sendirioleh masyarakat lokal sebagai alattransportasi air. Pemilik katintingbiasa memasangkan mesin pemutarbaling-baling berbahan bakar solar dibagian belakang sebagai alatpendorong perahu. Tarif sewatergantung jarak tempuh dankebutuhan bahan bakar selamaperjalanan.

Di waktu-waktu senggangnya,masyarakat lokal biasa melakukanpemanfaatan pandan air. Merekamenamakan tumbuhan ini dengansebutan totole. Totole dimanfaatkansebagai bahan baku berbagaikerajinan tangan seperti tas, tikar, topidan beraneka souvenir. Merekatelah menguasai keterampilanmenganyam ini secara turun-temurun. Sebagian besar hasilkerajinan masih dikonsumsi sendiri,dan sebagian lainnya dijual ke pasartradisional Unaaha.

BERSAMA MASYARAKATMELESTARIKAN RAWA

Ekosistem Rawa Aopa menyimpanpotensi yang luar biasa secaraekologis, ekonomis, ilmupengetahuan maupun sosial budayamasyarakat sekitar. Sehinggadiperlukan strategi yang tepat untukmelestarikannya. Dengan difasilitasiCare International Indonesia, BalaiTaman Nasional Rawa AopaWatumohai sebagai instansipengelola kawasan konservasi RawaAopa bergandengan tangan denganmasyarakat lokal dalam upayapenyelamatan rawa. Masyarakatlokal merupakan aset potensial bagikonservasi dan bukan sebaliknya.Terlebih lagi kesadaran konservasirawa ini sebenarnya telah dimilikioleh masyarakat sejak lama.

Pengelolaan bersamamasyarakat lokal telahdimulai sejakditandatangani naskahkesepakatan kerjasama(MOU) antara pihak BalaiTNRAW denganAKMAPER (AsosiasiKerukunan Masyarakatdan Pelestari Rawa Aopa)pada tahun 2005. Denganmasa berlaku selama 3tahun, kedua belah pihak

berkomitmen untuk menyelamatkanekosistem rawa dengan prinsipsaling memberi kemanfaatan.

Masyarakat lokal yang dikoordiniroleh AKMAPER diijinkan untukmemanfaatkan jasa lingkunganRawa Aopa dan mengambil ikannyasecara lestari. Sedangkan untukmenjamin keberlanjutan ekosistemdan pemanfaatannya, maka pihakBalai TNRAW berkomitmen untukberperan sebagai fasilitator bagimasyarakat lokal dalamPengamanan Swakarsa (PAMSWAKARSA), rehabilitasi/restorasidi sekitar rawa, sharing informasiserta mendukung penegakan hukumatas pelaku perusakan rawa.

PENEGASAN KOMITMENBERSAMA

Kedua belah pihak yangberkolaborasi bertemu kembalidalam kesempatan regular meetingForum OPSDA (OrganisasiPengelola Sumber Daya Alam)TNRAW. Pertemuan kedua belahpihak diselenggarakan pada tanggal2 Juli 2007 memilih lokasi di RawaAopa, Kabupaten Konawe. KepalaBalai TNRAW yang baru, Ir. SriWinenang, M.M., berharapkolaborasi yang sedangdilaksanakan dapat memberikankontribusi positip bagi keberlanjutanekosistem dan kesejahteraanmasyarakat sekitar. Tentu sajapernyataan ini disambut hangat parapengurus AKMAPER. RustaminLaduka, Ketua AKMAPER periodetahun 2007, menegaskan kembalidukungannya atas kolaborasi RawaAopa. Beliau berharap EkosistemRawa Aopa bisa dinikmatimasyarakat sampai beberapagenerasi yang akan datang.

*Mess TN Rawa Aopa Watumohai(E-mail: [email protected] penyewaan katinting oleh masyarakat lokal

Page 6: Vol 10 No 4 (Okt 02)

66666 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

EKOWISATA TELAGA WASTI“Sebuah lahan basah dengan peluangyang belum lestari”

Oleh :Petrus I. Bumbut, S.Hut*

Konservasi Lahan Basah

PENGERTIAN EKOWISATA

Ekowisata memiliki pengertianatau definisi yang sangatberagam dan mengalami

perkembangan dari waktu ke waktu.Menurut Fandeli dan Mukhlison(2000), ekowisata adalah suatubentuk wisata yangbertanggungjawab terhadapkelestarian area yang masih alami(natural area), memberi manfaatsecara ekonomi danmempertahankan keutuhan budayabagi masyarakat setempat.

Ekowisata merupakan suatu bentukwisata yang sangat erat denganprinsip konservasi. Bahkan dalamstrategi pengembangannya ekowisata

juga menggunakan strategikonservasi sehingga dapat menjaminkelestarian lingkungan. Tujuankonservasi yang dimaksud adalah 1)menjaga tetap berlangsungnyaproses ekologis yang tetapmendukung sistem kehidupan; 2)melindungi keanekaragaman hayati;dan 3) menjamin kelestarian danpemanfaatan spesies danekosistemnya (UNEP,1980 dalamFandeli dan Mukhlison, 2000).

PARADIGMA BARUPEMBANGUNAN EKOWISATA

Secara global, sektor pariwisata(termasuk ekowisata) pada saat ini

menjadi harapan bagi banyak negaratermasuk Indonesia sebagai sektoryang dapat diandalkan dalampembangunan ekonomi. Pada saatini sektor pariwisata telah menjadiindustri swasta yang terpenting didunia. Menurut World Travel andTourism Council, terbukti pada tahun1993 pariwisata merupakan industriterbesar di dunia dengan pendapatanlebih dari US$ 3,5 triliyun atau 6 %.

Masalah kerusakan sumberdayaalam dan lingkungan pada saat inisangat menonjol dan menjadi isuinternasional yang mendapatperhatian khusus. Di sisi lain, justrukepariwisataan alam mengalamiperkembangan yang meningkat dansignifikan. Kepariwisataan alam

Foto 1. Keindahan Panorama Telaga Wasti

Page 7: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 77777

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

kemudian berkembang ke arah polawisata ekologis yang dikenal denganistilah ekowisata (ecotourism) danwisata minat khusus (alternativetourism). Pergeseran dalamkepariwisataan internasional terjadipada awal dekade delapan puluhan.Pergeseran paradigma pariwisatadari mass tourism ke individual ataukelompok kecil, maka wisata alamsangat berperan dalam menjagakeberadaan dan kelestarian obyekdan daya tarik wisata (ODTW) alampada khususnya dan kawasan hutanpada umumnya. Pergeseranparadigma tersebut cukup berartidalam kepariwisataan alam sehinggaperlu diperhatikan aspek ekonomi,ekologi, dan masyarakat lokal(sosial)nya (Fandeli dan Mukhlison,2000).

SEKILAS EKOWISATATELAGA WASTI

Telaga Wasti merupakan salah satulahan basah pesisir berupakawasan mangrove yang terdapatdi bagian selatan kota Manokwari.Nama kawasan wisata ini berasaldari nama leluhur yang memilikihak ulayat pada kawasan tersebutdan dipadukan dengan telaga yangberada di antara pepohonanmangrove hijau bagaikanpermadani biru.

Satu hal yang cukup menarikbahwa kawasan ini ditetapkan olehmasyarakat lokal dan kataekowisata dicetuskan berdasarkanpotret suatu kawasan ekowisatayang ditayangkan melalui salah satu

layar kaca. Hal ini menjadi sumberinspirasi bagi masyarakat setempatuntuk memfungsikan kawasanmangrove tersebut sebagai obyekdan daya tarik wisata. Kawasanekowisata ini dibuka untukmasyarakat kota Manokwari padatahun 2004 dengan pemasanganpapan nama kawasan pada jalanmasuk ke kawasan tersebut1).

Kawasan Ekowisata Telaga Wastimerupakan salah satu kawasanwisata di Manokwari denganprospek pengembangan ekoturismeyang cukup potensial selainkawasan Pantai Pasir Putih yangsudah terkenal dan memiliki jumlahpengunjung (wisatawan lokal danmancanegara) yang tinggi.

Foto2. Potensi Mangrove di Kawasan Ekowisata Telaga Wasti

1) Komunikasi pribadi dengan masyarakat lokal medio Agustus 2007

Page 8: Vol 10 No 4 (Okt 02)

88888 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

POTENSI EKOWISATATELAGA WASTI

Telaga Wasti meliputi kawasanhutan mangrove dengan luasan ±25 ha. Pada kawasan iniditemukan 8 jenis mangrove yaituAegiceras corniculatum,Bruguierra gymnorrhiza, Ceriopsdecandra, C. tagal, Lumnitzeralittorea, Rhizophora apiculata, R.mucronata, dan Xylocarpusmoluccensis (Maker, 2007).Kedelapan jenis mangrove tersebutdimanfaatkan oleh masyarakat disekitar Telaga Wasti sebagai bahanbakar (kayu bakar), bahankonstruksi bangunan, bahanpenunjang nelayan, bahanperalatan rumah tangga, bahanobat-obatan, dan bahan makanan(Ayatanoi, 2007). Selain itu, padakawasan tersebut terdapat pulatelaga yang turut menambah dayatarik dan keindahan (estetika)kawasan tersebut. Potensi dankeindahan Telaga Wastimenjadikannya sebagai obyek dandaya tarik wisata dengan sebutankawasan Ekowisata Telaga Wasti.

PELUANG DAN HARAPANPENGELOLAAN

Potensi mangrove pada kawasanekowisata Telaga Wasti dapatdimanfaatkan secara arif danbijaksana denganpengembangannya sebagai obyekdan daya tarik wisata (ODTW).Hasil penelitian Lokra (2007)bahwa masyarakat yang berada disekitar kawasan Ekowisata TelagaWasti sangat mendukung (100 %)keberadaan Telaga Wasti sebagaiobyek wisata. Kawasan ekowisataTelaga Wasti sangatlah bermanfaatdan hal ini dibuktikan dengan fakta

bahwa sejak kawasan tersebutditetapkan dan dikelola sebagaikawasan ekowisata telahmendatangkan keuntunganekonomi yang cukup besar bagimasyarakat setempat misalnyamelalui pengadaan perahusewaan, tempat/pondok untukbersantai, dan penyewaanperalatan sepeda air. Selain itu,manfaat konservasi sumberdayaalam terlihat dari pengelolaankawasan ekowisata ini sejalandengan sistem konservasitradisional masyarakat dimanaterdapat tempat/daerah sakral.

Pengelolaan Telaga Wasti sebagaikawasan ekowisata perlumendapat perhatian serius dariberbagai stakeholder baikpemerintah daerah Manokwaridan Dinas Pariwisata, PerguruanTinggi, LSM dan masyarakat adat.Pengelolaan ini dapat dilakukanmelalui promosi kawasan (baikmedia cetak maupun elektronik),penyuluhan, penataan kawasan,dan lain-lain. Sejauh ini belum adasentuhan pihak luar untuk melirikkeberadaan potensi kawasanekowisata tersebut. Namunmasyarakat lokal di sekitarkawasan tersebut berusahasecara swadaya untuk melakukanpenataan kawasan sertamenyediakan fasilitas wisata danmereka sangat memerlukanuluran tangan pihak lain untukpeningkatan fungsi kawasanekowisata tersebut.

Bila pengelolaan kawasan TelagaWasti dilakukan dengan baikmaka tidak menutup kemungkinansebagai sumber PAD bagipemerintah Kabupaten Manokwaridan sumber pendapatan bagimasyarakat di sekitar kawasantersebut. Dengan demikian

keberadaan mangrove dapatdilestarikan oleh masyarakatsetempat sehingga laju kerusakanhutan mangrove dapatdiminimalkan.

Beberapa pertanyaan yang dapatmenjadi renungan kita dalammenjawab eksistensi kawasanekowisata Telaga Wasti adalah:“Apakah pariwisata alam(ekowisata) belum waktunya untukdilirik sebagai sektor andalan diManokwari? Ataukah harusmenunggu sampai Telaga Wastitidak berhutan mangrove?”

DAFTAR PUSTAKA

Ayatanoi Agnes. 2007. PemanfaatanVegetasi Mangrove Oleh MasyarakatSekitar Telaga Wasti Sowi IVKabupaten Manokwari. SkripsiSarjana Kehutanan Fahutan UnipaManokwari (tidak diterbitkan).

Fandeli Chafid. 2002. PerencanaaKepariwisataan Alam. FakultasKehutanan UGM Yogyakarta.

Fandeli Chafid dan Mukhlison. 2000.Pengusahaan Ekowisata. FakultasKehutanan UGM Yogyakarta.

Lokra Paulina. 2007. PersepsiMasyarakat Terhadap ManfaatKehadiran Kawasan Ekowisata TelagaWasti Di Kelurahan Sowi KabupatenManokwari.

Maker Claudius. 2007. KomposisiJenis Vegetasi Mangrove Di KampungSowi Distrik Manokwari SelatanKabupaten Manokwari. SkripsiSarjana Kehutanan Fahutan UnipaManokwari (tidak diterbitkan).

*Fakultas Kehutanan Universitas NegeriPapua Manokwari 98314

Email :[email protected]

Page 9: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 99999

Berita Kegiatan

Ber

ita K

egia

tan

Program Pesisir Hijau “Green Coast Project”di Aceh-Niasuntuk MenghadapiPerubahan Iklim Global

Oleh:Ita Sualia

..... bersambung ke halaman 14

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 99999

Aceh dan Nias dua kata yang tidakdapat dipisahkan untuk menyebutkandaerah yang terkena dampak

Tsunami 2004. Kerusakan ekosistempesisir di Aceh tidak sepenuhnya diakibatkanoleh Tsunami tapi akibat konversi ekosistemyang telah berlangsung jauh sebelumTsunami 2004 baik untuk pemukimanmaupun usaha tambak. Sebagai ilustrasihasil identifikasi, Dinas Kehutananmendapatkan total kerusakan luasanmangrove di Prop NAD sebelum dansesudah Tsunami seluas ± 105.00ha dankontribusi kerusakan tsunami menurut

Lapan 2006 hanya ±32.000ha atau hanyasekitar 30% dari total kerusakan.Kerusakan ekosistem pantai khususnyamangrove di Aceh dirasakan olehmasyarakat sangat mengganggu karenatidak ada lagi penahan efektif untukmelindungi pantai dari gelombang, angin danbadai.

Tabel berikut memberikan gambarankerusakan mangrove di berbagai Kabupaten/Kota di Prop NAD dan pemanfaatan lahanbasah pesisir sebagai tambak ditunjukanpada tabel berikut:

Tabel 1. Luas beberapa ekosistem lahan basah pesisir dan kerusakan akibat Tsunami

No Kabupaten/Kota Luas

Kawasan Hutan

Mangrove

Luas Kerusakan Kawasan Hutan

Mangrove selama periode sebelum

dan sesudah Tsunami

Luas Kerusakan

Hutan Mangrove

akibat Tsunami

Luas Tambak sebelum Tsunami

Luas Kerusakan

Tambak akibat

Tsunam

1 Utara (Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang) 30,661 19,560 > 165 1758 1758

2 Timur (Pidie, Bireun, Lhokseumawe, Aceh Utara, Langsa, Aceh Timur, Aceh Tamiang)

106,749 65,650 > 26,890 53,971 > 9552

3 Barat (Aeh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Singkil)

25,160 16,050 1892 > 1471 > 299

4 Simeulue 6270 4000 3057 na na

TOTAL 168,840 105,260 32,004 57,200 11,609

(Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan 2005 dan Dinas Kehutanan Prop NAD 2005)

Page 10: Vol 10 No 4 (Okt 02)

1010101010 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah1010101010 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Berita Kegiatan

Kawasan Teluk Belukar, Pulau Nias

P ada bulan Agustus 2007, sebuah tim kecil dariWetlands International – Indonesia Programme,telah melakukan suatu kegiatan survey di kawasan

laguna dan hutan mangrove Teluk Belukar di Pulau Nias,Kecamatan Gunung Sitoli Utara, Kabupaten Nias Selatan,Propinsi Sumatra Utara. Survey bertujuan untukmengetahui profil lingkungan kawasan hutan bakau TelukBelukar. Pekerjaan survey meliputi aspek vegetasi danrehabilitasi lahan, kualitas air, keanekaragaman hayati,tanah, sosial ekonomi, tipologi lahan basah danpengelolaan kawasan.

Hasil survey sementara menunjukkan bahwa kawasan inimemiliki keunikan ekosistem yang mungkin tidak dapatdiketemukan lagi di daerah lain di Pulau Nias. Keunikanberupa laguna yang sangat indah berbentuk ikan pariberpadu dengan ekosistem mangrove sekunder, denganpantai berpasir dan vegetasi cemara pantai di bagian yang

berhadapan langsung dengan laut. Hasil pengukuranluasan kawasan menunjukkan kawasan laguna(badan air) seluas ± 47 hektar dan kawasan hutanbakau sekitar 66 hektar.

PROFIL VEGETASI

Ekosistem Teluk Belukar terdiri dari dua type vegetasiutama yaitu Hutan Mangrove dan Vegetasi Pantaidaratan. Hutan mangrove berada di sekeliling lagunadan disepanjang sungai, baik yang menuju ke muaramaupun yang menuju ke hulu. Sementara, vegetasipantai daratan berada di garis depan pantai, tepat dibelakang hutan mangrove. Selain dua tipe vegetasitersebut, juga terdapat vegetasi daratan dan HutanRawa Bergambut tipis.

Hutan Mangrove

Berdasarkan survey vegetasi di sekitar laguna,terdapat setidaknya 20 spesies mangrove (mangrovesejati) dari 48 jenis yang ada di Indonesia. Dari semuajenis mangrove sejati ini, 15 diantaranya adalah jenispohon sementara 4 jenis lainnya adalah herba.

Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa jenis-jenisRhizophora apiculata mendominasi penutupan,terutama di zona depan hingga tengah. Sementara,Xylocarpus granatum sangat banyak dijumpai dizonabelakang hutan mangrove (yang menuju darat/inland).Diantara semua jenis mangrove yang ada,Rhizophora mucronata dan Lumnitzera littoreaadalah jenis yang sangat jarang. Selama surveydilakukan, team hanya menjumpai 2 pohon

LAGUNA Indah yang sedangTERANCAM

Oleh:

Irwansyah Reza Lubis, Iwan Tricahyo Wibisono dan Ferry Hasudungan

Citra landsat Laguna Teluk Belukar

Page 11: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1111111111Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1111111111

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Rhizophora mucronata dan 3 pohonLumnitzera littorea. Keberadaankedua jenis ini sangat terancamseiring dengan meningkatnyakegiatan penebangan kayu di hutanmangrove ini.

Vegetasi pantai

Vegetasi pantai tumbuh diatassubstrat tanah berpasir disepanjangpantai. Tutupan vegetasi didominasioleh Cemara Casuarinaequisetifolia. Beberapa jenisvegetasi lain yang umum ditemukanantara lain Malapari Pongamiapinnata, Scaevola taccada, Putat lautBarringtonia asiatica, WaruHibiscus tiliaces, Bintaro CerberaManghas, Premna corymbosa,Scaevolia taccada, Gelam tikusEugenia spicata, Gloichidion spp.,Laban Vitex pubescens, KetapangTerminalia cattapa, Ara Ficusmicrocarpa, Ficus septica,Dalbergia tamarindifolia,Oncosperma tiggilarium, danbeberapa jenis lainnya.

Salah satu hal yang sangat khas danunik di jumpai di vegetasi pantaiadalah ditemukannya Rumah semutMyrmecodia tuberosa (Rubiaceae)dalam jumlah yang cukup banyak.Sebagian besar dari jenis inimenempel pada pohon cemaraCasuarina equisetifolia sebagaipohon inangnya.

Rumah semut Myrmecodia tuberosabanyak dijumpai menempel pada

pohon cemara

Hutan Rawa Bergambut tipis

Dalam survey, tim juga menjumpaiHutan Rawa Bergambut tipis yaitu disebelah selatan laguna. Beberapaspesies yang umum dijumpai di siniadalah Pulai Alstoniapneumatophora, Ficus microcarpaJelutung Dyera lowii dll. Sementaradi lokasi yang telah terbuka,beberapa jenis herba dan pakuantara lain Senduduk Melastomamalabathricum, Paku hurangStenochlaena palustris, Lygodiumscadens, Piokilospermun suavolensumum dijumpai. Beberapa bagiandari hutan rawa gambut ini telahdibuka dan dirubah peruntukannyamenjadi kebun karet.

Vegetasi daratan

Tipe vegetasi daratan ini mengacupada beberapa jenis penutupan lahanantara lain perkebunan, sekitar desadan pekarangan. Perkebunandidominasi oleh komoditas KaretHavea brasiliensis dan KelapaCocos nucifera. Sementara disekitar desa dan pekarangan,dijumpai bermacam-macam jenistumbuhan antara lain Oroxylonindica, Simalambua Laphopetalumspp, Mahoni Swietenia mahagony,Kuda-kuda Lannea spp., Belimbingwuluh Averhoea bilimbi, Naucleaspp., Jarak pagar Jathropa curcas,Durian Durio zibethinus, ManggaMangifera indica dll.

Simalambuo (Perupuk darat)Lapophetalum spp merupakan salahsatu pohon endemik dan memilikinilai ekonomis yang sangat tinggi.Jenis ini merupakan penghasil kayuutama di seluruh pelosok Niasdengan harga yang tinggi, berkisarantara Rp. 2.400.000-2.600.000,-/m3.Namun sayang, jenis ini belumdibudidayakan secara maksimal.

KEKAYAAN FAUNA

Sekitar 32 species burung tercatat,namun masih memerlukankonfirmasi dan identifikasi lebih lanjut.Termasuk diantaranya tiga burung-air, yaitu: Cangak Merah Ardeapurpurea, Kareo Amaurornisphoenicurus dan Trinil-pantai Actitishypoleucos. Beberapa jenis burungyang dilindungi yang teramati antaralain: Elang Bondol Haliastur indus,Cekakak sungai Halcyon chlorisserta beberapa jenis burung madu(Nectarinidae).

Sementara dari kelompokHerpetofauna 21 species tercatat,termasuk diantaranya 11 specieskatak/kodok. Dari kelompokMammalia sementara initeridentifikasi 3 jenis yaitu: BajingKelapa (Callosciurus notatus cf.),Kera ekor-panjang (Macacafascicularis), dan Babi hutan (Sussp.). Ketidakhadiran jenis berang-berang di lokasi ini sejak dahulu

Jenis-jenis mangrove yang dijumpai diTeluk Belukar

Jenis katak pohon (Rana sp.) yang ditemukandi pinggir sungai sekitar Teluk Belukar

Page 12: Vol 10 No 4 (Okt 02)

1212121212 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah1212121212 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

mencirikan isolasi biogeografi pulauini dengan Sumatra. Kemungkinansatwa-satwa besar Sumatra sepertiharimau, badak, tapir dan gajah tidaksurvive ketika terjadi pemisahanantara Pulau Nias dan Sumatrabertahun-tahun yang lalu akibatkecilnya pulau.

Saat ini, identifikasi ikan-ikan yangbernilai ekonomis yang terdapat dilaguna masih dilakukan. Hasilwawancara dengan beberapanelayan setempat menyebutkanbahwa laguna teluk belukar sangatkaya akan jenis-jenis ikan bernilaiekonomis, hampir 80% dari seluruhjenis ikan yang umum di tangkap diperairan pantai dapat ditemukan dilaguna teluk belukar.

Melihat kondisi sebagian besar hutandi daerah pesisir di Pulau Nias,dimana gangguan manusia sangattinggi dan hampir sebagian besardaerah pesisir sudah diokupasimanusia maka sedikit sekali hutanyang tersisa sebagai habitat fauna.Hanya daerah-daerah terpencil diwilayah pegunungan yang sukardicapai manusia yang menjadibenteng pertahanan akhir fauna aslipulau Nias. Kemungkinan hal iniyang mengakibatkan kurangmelimpahnya jenis fauna di TelukBelukar.

Tidak ditemukan ancaman secarakhusus dari perburuan, namunpenangkapan burung atau satwa lainkadang dilakukan untuk konsumsiatau peliharaan di rumah. Ancamanyang teramati adalah gangguanterhadap habitat, terutama vegetasimangrove yang tersisa.

Secara khusus untuk kelompokherpetofauna, lebih khusus padakatak/kodok potensi ancaman yangterdeteksi adalah limbah domestik(deterjen, dll) yang langsungdibuang ke sungai.

ANCAMAN DAN TEKANANTERHADAP KAWASAN

Namun demikian, hasil surveymenunjukkan bahwa kawasan telukbelukar sedang mengalami tekananyang cukup besar dari kegiatanmanusia baik di dalam kawasanmaupun disekitar kawasan.Ancaman dan tekanan terhadapkawasan dapat diuraikan sebagaiberikut:

1. Konversi lahan denganmembabat hutan bakau

Selama survey terdeteksiadanya beberapa kegiatanpembukaan hutan bakau baikuntuk pembuatan tambak atauperuntukan lain yang belum jelas.Faktanya di lapangan ditemukanlahan-lahan bakau yang ditebangsehingga mengakibatkanfragmentasi hutan bakau.Luasan lahan yang dibukabervariasi, pada suatu tempatterdapat hutan bakau yangdibuka selebar 5-6 meter danpanjangnya 200 meter daripinggir laguna hingga tembus kejalan baru yang dibangun menujuTPI (Tempat Pendaratan Ikan).Hasil kunjungan ke Kantor BRRDistrik Nias menunjukkan bahwakegiatan pembangunan kawasanTPI dan infrastruktur jalannyadilakukan tanpa melalui prosesAMDAL atau UPL/UKL terlebihdahulu.

2. Pengembangan kawasan yangtidak berwawasan lingkungan

Ditemukan beberapa kegiatanpembangunan yang dilakukanoleh berbagai pihak yangberpotensi memberikan dampaknegatif kepada kawasan. Yangpertama adalah pembangunanTPI di bagian utara kawasanTeluk Belukar. Pembangunankawasan yang dibiayai oleh BRRini memang tidak berdampaklangsung kepada kawasan, akantetapi dengan dibangunnyakawasan ini akan membukaakses lebih besar kepadakawasan. Akses yang lebihbesar akan akan mengundangpara spekulan tanah untukmenguasai lahan-lahan yangada dikawasan Teluk Belukar.Informasi dari warga setempatmenyebutkan bahwa hampirseluruh kawasan di TelukBelukar telah di kapling terutamakawasan yang berdekatandengan akses jalan danbangunan TPI. Apabila TPIsemakin berkembang, maka halini akan berdampak kepadapengembangan kawasan, dandapat diprediksikan tekanan akansemakin besar pula.

Gambar di atas menunjukkan pengambilan batangbakau untuk bahan terucuk pembangunan jalan

dan saluran.

Foto di atas menunjukkan kawasan hutanbakau yang telah dibabat dari pinggir jalan

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Page 13: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1313131313Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1313131313

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Kegiatan pembangunan lainnya adalahpengembangan kawasan wisata pantaidan laguna. Potensi kawasan TelukBelukar yang sangat indahmerupakan daya tarik tersendiri bagiwisatawan lokal, mengingat jaraknyayang tidak terlalu jauh dari GunungSitoli. Saat ini sudah ada dua usahawisata pantai yang dikelola swasta disekitar teluk belukar bagian selatan(Wisata Pantai Charlita dan MuaraIndah). Di masa mendatang, apalagidengan adanya pembukaan jalan TPI,maka pantai di bagian timur TelukBelukar akan sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai daerah wisata.Dekatnya lokasi ini dengan TelukBelukar apabila tanpa perencanaandan aturan yang jelas dikhawatirkanakan menimbulkan dampak negatifseperti pembabatan hutan, limbah danpolusi, gangguan terhadap satwa,ekstraksi hasil alam dll. Walaupunbegitu, patut disambut baik upayaDinas Pariwisata dan kebudayaanNias yang merencanakan peningkatankualitas wisata di Muara Indah denganWisata Alam. Berdasarkan masterplan Wisata Alam yang diperlihatkan,konsep yang direncanakan DinasPariwisata nampaknya cukupberwawasan lingkungan, akan tetapitetap saja pengawasan ke depan perludilakukan.

kami menemukan banyakterjadinya pengumpulan kayubatangan dari hutan bakau yangdigunakan sebagai bahancerucuk (pancang) dalampembangunan saluran dan jalan.

Pembangunan kawasan TPI dan jalan akses di dekat Teluk Belukar

3. Pengambilan sumber dayaalam yang tidak berkelanjutan

Saat ini kebutuhan bahan bakuberupa kayu sangat tinggi untukmemenuhi permintaan kegiatanrekonstruksi. Di Teluk Belukar

Kegiatan Wisata Pantai yang sedang berkembang pesat di Teluk Belukar

..... bersambung ke halaman 16

Page 14: Vol 10 No 4 (Okt 02)

1414141414 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah1414141414 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

..... Sambungan dari halaman 9

Program Pesisir Hijau “Green Coast Project” di Aceh-Nias ...........

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Pemulihan ekosistem (baca: vegetasi) pesisir secaraalami di Aceh berlangsung sangat lambat karenapohon induk yang tersisa pasca tsunami sangatterbatas. Oleh sebab itu perlu intervensi kegiatanrehabilitasi eksositem pesisir. Wetlands InternationalIndonesia Programme dengan dukungan dana dariNOVIB – Oxfam Netherlands sejak Agustus 2005telah mengembangkan kegiatan rehabilitasi danperlindungan ekosistem pesisir Aceh Nias pascatsunami yang dikenal dengan nama Green Coastproject.

Rehabilitasi Ekosistem Pesisir

Kegiatan Green Coast melakukan rehabilitasiekosistem pesisir berbeda dengan kegiatan serupaapada umumnya karena pelaksanaanya dilakukandengan menyediakan pinjaman modal usaha tanpabunga dan tanpa agunan kepada kelompokmasyarakat. Sebagai kompensasinya kelompokdiwajibkan menanam dan merawat sejumlah tertentutanaman rehabilitasi (mangrove atau hutan pantai)selama minimal satu tahun. Apabila kegiatanrehabilitasi tersebut berhasil, biasanya dihitungberdasarkan jumlah pohon yang hidup (mencapai75%) setelah 1 tahun, maka pinjaman tersebut

menjadi hibah grant kepada masyarakat. Jika pohonyang hidup kurang 75% maka pinjaman tersebut harusdikembalikan berdasarkan persentase pohon yangberhasil hidup. Pendekatan ini akan sekaligusmeningkatkan rasa tanggung jawab masyarakatterhadap kegiatan rehabilitasi yang dilakukannya.

Kegiatan rehabilitais yang dikombinasikan denganpeningkatan mata pencaharian ini dilakukan denganmenjalin kerjasama dengan LSM dan KSM. Hinggasaat ini telah terjalin kemitraan dengan 51 LSM lokaluntuk melakukan lebih dari 74 kegiatan rehabilitasiekosistem pesisir di 12 Kabupaten/Kota Aceh dan Nias.Bentuk kegiatan tersebut sangat bervariasi antara laindengan menanam mangrove dan vegetasi pantai(kelapa, cemara, keutapang), membuat DaerahPerlindungan Laut, dan membantu penyusunanPeraturan Desa yang melindungi wilayah pesisir.

Diperkirakan, sampai dengan April 2007 sekitar1,191,600 tanaman atau 600 ha wilayah pesisir telahdiupayakan rehabilitasinya oleh mitra Green Coast danakan dilanjutkan (s/d 2008) dengan menanam tanamanpantai sebanyak 850.000 pada lahan baru seluas 580ha.Lokasi kegiatan Green Coast di Aceh-Nias ditunjukanpada gambar berikut:

Sketsa lokasi kegiatanGreen Coast di Aceh-

Nias.

Lingkaran merah adalahlokasi rehabilitasi Green

Coast, dimana ukuranlingkarannya menunjukan

besaran jumlah lokasipada masing-masing

daerah.

Page 15: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1515151515Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1515151515

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Tujuan jangka panjang kegiatan rehabilitasi danperlindungan adalah untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat pesisir melalui pelestarian/penyehatanekosistem pesisir yang merupakan sumber pentingmata pencaharian masyarakat. Ekosistem pesisir yangsehat akan meningkatkan kemampuannya untukberadaptasi terhadap bencana atau proses alam yangmerusak, dan mempertahankan kemampuannyasebagai sistem penyangga kehidupan masyarakatpesisir. Vegetasi ekosistem pesisir yang tumbuhsebagai hasil rehabilitasi juga akan menyerapkandungan karbon dari udara sehingga berfungsi untukmeredam (mitigasi) laju perubahan iklim.

Mudiyarso dkk 2004 mengasumsikan satu hektar lahanpesisir mampu menyerap karbon sebesar 400 ton CO2selama 15 tahun. Hasil analisa sementara Wibisono,2007 disalah satu lokasi Green Coast di Desa KajhuAceh Besar mendapatkan dalam plot berukuran 20 x50m terdapat 136 pohon cemara yang berumur 2 tahun(dengan kisaran tinggi antara 4-6 meter).

Hasil penimbangan berat basah satu sampel tanamancemara umur 2 tahun = 20.8 kg/pohon, sehingga totalbiomassa pohon cemara dalam satu plot berumur 2tahun adalah 2.838 kg per 0.1 Ha atau setara dg 28.380kg per Ha. Dapat dibayangkan potensi karbon yangdiperoleh dalam 15-20 tahun. Hasil studi WIIP jugamenunjukan 1 ha lahan yang ditanami bakau dengankepadatan 2500 batang akan menyimpan sekitar 140 tonC atau setara 513 ton CO2 pada kurun waktu 15 tahun.

PERBAIKAN MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT

Pengembangan kegiatan ekonomi melalui pemberian hibahkecil ditujukan agar masyarakat pesisir dapat menjalankanaktivitas ekonomi pasca bencana dan menambah jenismata pencaharian yang ramah lingkungan. Dukunganterhadap pengembangan mata pencaharian tersebutmerupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap bencanaTsunami yang terjadi 3 tahun lalu. Lebih jauh, diversifikasimata pencaharian ramah lingkungan juga merupakanbentuk peningkatan resiliency masyarakat secara ekonomidalam menghadapi bencana yaitu dengan tidak bergantungpada satu jenis matapencaharian yang mungkin rapuh padaperubahan alam. Hal tersebut sangat penting agarperekonomian masyarakat menjadi lebih siap dan dapatberjalan dalam kondisi pasca bencana. Diversifikasi jugamemiliki nilai penting meminimalisasi konflik yang mungkintimbul akibat kompetisi dalam memanfaatkan sumberdayapesisir dan ruang mengingat jumlah sumberdaya alam yangada di pesisir semakin menurun sedangkan jumlah populasiyang ada cenderung terus meningkat.

Berdasarkan ilustrasi di atas terlihat bahwa kegiatan GreenCoast merupakan bagian penting dalam menghadapiperubahan iklim, sebagai langkah mitigasi dan adaptasi.Lebih jauh, kegiatan Green Coast juga merupakan bagiantak terpisahkan dalam siklus Disaster Management yaitupada tahapan disaster preparadnes dan disaster recoverybaik dari segi peningkatan resiliensi ekosistem maupundalam hal peningkatan resiliensi perekonomian masyarakat.

Gambar disampingmenunjukkanbagaimana posisiGreen Coast projectdalam Siklus Bencana.

Page 16: Vol 10 No 4 (Okt 02)

1616161616 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah1616161616 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Permintaan bukan hanya untukkegiatan rekonstruksi di sekitarTeluk Belukar tetapi juga untukdaerah lain di Nias, karenasedikitnya daerah di Nias yangmemiliki potensi bakausebanyak di Teluk Belukar.

berpotensi menjadi pemicu ataskerusakan hutan bakau di TelukBelukar.

4. Ketidakjelasan statuskawasan

Status kawasan Teluk Belukarsampai saat ini merupakan APL(Areal Penggunaan Lain), tetapistatus ini hanya diatas kertassaja, tepatnya di peta draftrencana Tata Ruang KabupatenNias yang sedang dipersiapkanoleh BRR bersama PemdaNias. Namun, fakta di lapanganmenunjukkan bahwa hampirseluruh lahan di Teluk Belukartelah dimiliki oleh perorangankarena masih dianggap tanahadat oleh masyarakat. Apabiladitilik dari kepentingan dan fungsiekosistem Teluk Belukar, makakawasan Teluk Belukar harusdimasukkan sebagai kawasanLindung karena posisinya yangberada di sempadan pantai danmasih memiliki tegakan bakauyang cukup baik. Kepala Sub-Dinas Kehutanan setempat jugasependapat dengan usulankawasan ini sebagai kawasanlindung akan tetapi usulan initerbentur dengan kepentinganpihak-pihak yang tidak inginkawasan potensial ini menjadikawasan lindung. Perlu kiranyausulan kawasan lindung inidisertakan dalam Revisi TataRuang Kabupaten.

REKOMENDASI

1. Harus ada upaya segera untukmencegah terjadinyapembabatan hutan bakau

dengan melakukan inspeksi kelapangan dengan aparat terkait(Join Fact Finding)

2. Memperjelas status kawasansecepatnya, terutamapertimbangan kawasan TelukBelukar sebagai kawasanlindung yang dituangkan dalamtata ruang kabupaten dankecamatan. Dilanjutkan denganprogram sosialisasi keseluruhlapisan masyarakat

3. Pemerintah setempatmengkoordinasikan kegiatanpembangunan di Teluk Belukaragar tetap terkendali danberdasarkan kepada suatuperencanaan strategis

4. Membuat suatu rencanastrategis pengelolaan multipihakyang melibatkan berbagaikomponen termasauk Pemda,masyarakat, swasta dan LSM.

5. Menindak tegas pelaksanakegiatan pembangunan yangmemberikan dampak pentingkepada kawasan teluk belukartanpa melalui kajian AMDALatau UPL/UKL

6. Berdasarkan informasi dilapangan, trend penebangandikuatirkan akan meningkatdalam skala volume dan jumlahyang lebih banyak. Hal ini terjadimengingat kebutuhan atasbatang bakau akan semakinmeningkat. Terkait dengan halini, perlu kiranya diambillangkah-langkah pencegahandengan melibatkan seluruhstake holder yang terkait.

..... Sambungan dari halaman 13

Kawasan Teluk Belukar, Pulau Nias ...........

Aktivitas penebangan bakaudijumpai di beberapa titik.Bahkan, tim menemukanpenebangan habis padabeberapa titik di sekitar danau.Pada salah satu titik, telah terjadipenebangan habis hutan bakaudengan lebar 8 m dan panjang150 m. Berdasarkan informasidi lapangan, penebangan inidilakukan oleh masyarakat yangmengklaim sebagai pemiliklahan. Batang bakau ini dijualkepada proyek pembangunanjalan seharga Rp. 6000 (ukuran4 m) dan Rp. 12.000 (ukuran 8m). Batang bakau ini digunakansebagai pondasi dan penguatsaluran irigasi di kanan dan kirijalan. Berdasarkan wawancaradengan salah seorang pekerjaproyek pembangunan jalan,diperkirakan pembangunansaluran air ini membutuhkansetidaknya 100.000 trucukbakau. Hal ini tentunya sangat

Kayu trucuk dari batang bakau siapdikumpulkan untuk dijual kepada

kontraktor jalan

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Page 17: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1717171717

Berita dari lapang

Sirine PalsuTsunami

dan PendidikanInterpretasiLingkungan

Oleh:

ONRIZAL*

..... bersambung ke halaman 24

JAMAKNYA, hari seninmerupakan awal setiaporang memulai aktivitas

setiap pekan setelah liburan di akhirpekan. Biasanya hari pertamasetiap pekan tersebut diikuti dengansemangat baru karena pikiran dantenaga yang telah kembali segar(fresh) untuk menghasilkan karyanyata bagi hidup dan kehidupan.Namun tidak demikian di hari Senintanggal 4 Juni 2007 bagi wargaKota Banda Aceh dan sekitarnya.

Saat warga kota Banda Aceh dansekitarnya memulai aktivitas dengansemangat pada hari Senin itu, baikdi kantor, sekolah, pasar maupunyang masih di rumah, merekadikejutkan oleh raungan sirine.Sirine yang berbunyi bukanlahsirine sebagaimana biasanya,seperti sirine mobil ambulan ataupatroli polisi, namun kali ini adalahraungan sirine yang berasal dari

teknologi canggih yang dikenaldengan Early Warning System/EWS (sistem peringatan dini)tsunami. Teknologi canggih yangdipasang pasca tsunami 26Desember 2004 lalu antara lain dikomplek Masjid kawasan Kajhu(Aceh Besar) dan Blang Oi (KotaBanda Aceh). Dalam rancangannya,jika alat tersebut berbunyi, maka ituadalah tanda bahaya tsunamisegera tiba, sehingga siapapunharus segera menyelamatkandirinya secepat mungkin ke daerahyang lebih aman.

Berbagai media, baik mediaelektronik (TV, radio, internet),maupun media massa cetakmerekam kepanikan warga KotaBanda Aceh dan sekitarnya ketikapertama kali mendengar sirine dariEWS tsunami meskipun tidak adagempa sebelumnya. Trauma akibattragedi tsunami dua tahun lalu

tersebut kembali hadir ketikaraungan alarm yang terpancar daritower EWS di komplek MasjidKajhu, sekitar delapan kilometerarah timur Kota Banda Aceh dansirine Blang Oi. Dalam kepanikan,orang-orang histeris berlarianmencari perlindungan. Jalanan,terutama dari pesisir pantai macetkarena semua orang ingin segeramenyelamatkan dirinya. Akibatpanik, ada yang terluka, ada ibuyang kehilangan anak dansebagainya.

Ya, hari Senin itu bukan hari yangmembahagiakan untuk memulaiaktivitas di awal pekan bagi wargakota Banda Aceh dan sekitarnya.Namun menjadi hari yangmencekam akibat kesalahanteknologi canggih.

Page 18: Vol 10 No 4 (Okt 02)

1818181818 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

MengenalMakroinvertebrata Benthos

Oleh:

Daru Setyo Rini, MSi*

Berita dari Lapang

M akroinvertebrata bentos(makrobentos) adalahkelompok hewan tidak

bertulang belakang, berukuran lebihbesar dari 1 mm yang hidup disubstrat dasar perairan. Makrobentosmencakup berbagai jenis hewan seperticacing, lintah, keong, kijing, udang,yuyu (kepiting air tawar), dan seranggaair. Makrobentos berperan dalammenjaga kesehatan ekosistem sungaidengan memakan bakteri danmembantu penguraian jasad tumbuhandan hewan yang membusuk ataupunbahan organik yang mencemariperairan. Jenis makrobentos yanghidup di perairan dipengaruhi olehkualitas air perairan yang ditentukanoleh kandungan oksigen terlarut(dissolved oxygen / DO), tingkatpertumbuhan alga, adanya kandunganbahan pencemar dan derajatkeasaman (pH).

Beberapa jenis makrobentos jenisserangga Ephemeroptera, Plecopteradan Trichoptera membutuhkan kualitasair dengan kandungan oksigen terlarutyang tinggi dan keberadaannya menjadiindikasi kualitas air yang masih baik.Jenis makrobentos lainnya dapatbertahan hidup di perairan dengankandungan oksigen rendah karenamereka dapat berenang naik kepermukaan air untuk menghidupoksigen dari udara karena memilikisaluran pernafasan yang menyerupai“snorkel” dan dapat menyimpan danmembawa gelembung udara atau

oksigen di dalam tubuhnya atau dibawah bagian sayapnya. Beberapajenis makrobentos yangmengindikasikan kandungan oksigenyang rendah pada air yang tercemaradalah cacing dan lintah.

Siklus hidup makrobentos jenisserangga melewati tahapanmetamorfosis dari telur sampaidewasa. Metamorfosis sempurnamemiliki 4 tahapan yaitu telur, larva,pupa dan dewasa, sedangkanmetamorfosis sederhana memiliki 3tahap pertumbuhan yaitu telur, nimfadan dewasa. Larva seranggamemiliki bentuk yang berbeda daribentuk serangga dewasa, sedangkannimfa serangga bentuknyamenyerupai serangga dewasa.Beberapa jenis makrobentos hidup diair pada masa larva dan nimfa, tetapisetelah dewasa hidup di daratmisalnya capung dan nyamuk. Akantetapi, ada pula jenis makrobentoslain yang hidup di perairan sepanjangmasa hidupnya seperti kumbang air,cacing, keong, udang dan lain-lain.Panjang siklus hidup makrobentosbervariasi mulai kurang dari 2minggu (cacing darah atau nyamuk)sampai lebih dari 2 tahun (lalat batu,capung, dan undur-undur).

Makrobentos adalah bagian darirantai makanan perairan sungai.Sebagai pemangsa alga dandedaunan (segar maupun ygmembusuk), mereka selanjutnya

akan menjadi mangsa bagi hewan lainyang lebih besar seperti ikan, dankemudian ikan menjadi sumber energimakanan bagi hewan lain atau jugamanusia.

Makrobentos memiliki daya tahan yangbervariasi terhadap pencemaran air.Beberapa jenis makrobentos tidakdapat hidup di air yang tercemar,sedangkan jenis lainnya dapat hidupbahkan mendominasi perairantercemar. Keberadaan makrobentospada suatu perairan sungai dapatdijadikan sebagai indikator kualitas airsungai tersebut. Data makrobentosyang dibutuhkan untuk penilaian kualitasair sungai sangat mudah untukdiperoleh tanpa membutuhkan peralatancanggih dan mahal. Data pengamatandiperoleh dengan mengambil sampelmakrobentos dari dasar sungai untukkemudian diamati jenis hewan yangdapat mengindikasikan kualitas airsungai di lokasi pengamatan.

INDIKASI KERUSAKANLINGKUNGAN PERAIRAN DANPERUBAHAN POPULASIMAKROBENTOS

Penambahan Kesuburan Air

Meningkatnya rasioperbandingan cacing(Oligochaeta) terhadapserangga air.

Page 19: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 1919191919

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Meningkatnya rasioperbandingan cacing darah(Chironomidae) terhadapserangga air.

Meningkatnya jumlah seranggaEphemeroptera herbivora dancacing darah.

Penurunan Kandungan Oksigen

Meningkatnya rasioperbandingan cacing(Oligochaeta) terhadap seranggaair.

Meningkatnya rasioperbandingan cacing darah(Chironomidae) terhadapserangga air.

Pencemaran Logam Berat

Meningkatnya rasioperbandingan cacing(Oligochaeta) terhadap seranggaair.

Meningkatnya rasioperbandingan cacing darah(Chironomidae) terhadapserangga air.

Meningkatnya jumlah kumbangair (Coleoptera) dan kumbangpendayung (Hemiptera)

Meningkatnya rasioperbandingan makrobentospredator terhadap makrobentospemakan tumbuhan (herbivoradan detrivora).

Sedimentasi

Menurunnya jumlah seranggaEphemroptera dan cacing darah(Chironomidae).

Penurunan pH

Punahnya keong, kerang, remis,serangga Ephemeroptera dancacing darah

Kenaikan Suhu Air

Pelepasan limbah yang panas kesungai cenderung menurunkankeanekaragaman makrobentos.

TEKNIK PENGAMBILANSAMPEL & ANALISIS DATAMAKROBENTOS

Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel makrobentosdapat dilakukan menggunakan jaringberdiameter 0,5-1 mm yangdilekatkan pada tongkat kayu. Jaringdisapukan ke dasar dan tebingsungai atau di antara tumbuhan airuntuk menangkap hewanmakrobentos. Hewan dan substratsungai yang ada dalam jaringkemudian dibersihkan dari kotoranyang ikut terjaring, kemudiandituangkan ke dalam nampanpersegi yang diberi sedikit air.Makrobentos yang bergerak-gerakdiambil dari nampan menggunakansendok kecil, pipet atau pinset dandipindahkan ke Petri dish atau kotakspecimen untuk diamati lebih lanjut.Pengambilan hewan makrobentosharus dilakukan dengan hati-hatiuntuk mencegah rusaknya jaringantubuh makrobentos.

Analisis Data Makrobentos

Analisis data makrobentos dapatdilakukan menggunakan daftartoleransi untuk menentukan nilaitoleransi terhadap pencemaranorganik dari tiap famili makrobentosyang ditemukan. Daftar toleransiyang banyak digunakan adalahIndeks Biotik Hilsenhoff dan IndeksBiotik Tingkat Famili (Family BioticIndex). Nilai toleransi berkisar antara0 (makrobentos yang sangat sensitifterhadap pencemaran organik)sampai 10 (makrobentos yangsangat tahan terhadap pencemaranorganik).

a. Jaring disapukan kedasar atau tebingsungai

b. Substrat dalam jaring dipindahkanperlahan dalam nampan, bilas jaring dengan

air sungai dengan perlahan menghindarirusaknya jaringan makrobenthos

c. Pindahkan makrobenthos di nampankedalam petridish dan amati dengan lup atau

mikroskop

..... bersambung ke halaman 26

Page 20: Vol 10 No 4 (Okt 02)

2020202020 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Berita dari Lapang

Merenda Harapan MencapaiTeluk DORERI yang Asri ....

MULTIFUNGSI TELUK DORERI

Sejak dahulu, kawasanperairan Teluk Doreri telahdikenal sebagai pintu masuk

kota Manokwari melalui laut. Dalamsejarah kota Manokwari, peranan TelukDoreri sangat popular, karena tercatatTeluk Doreri merupakan titik awalpekerjaan misi Agama Kristen di TanahPapua, dimulai ketika kapal zendingEropa merapat di Pulau Mansinam(pulau yang berjarak 15 menitperjalanan motor tempel dariManokwari).

Lebih dari itu, sebagai teluk yangletaknya cukup strategis (00o51’32,5" –00o52’40,4"LS dan 134o02’57,7" – 134o

05’11,5" BT) Teluk Doreri mempunyaifungsi yang beragam yaitu sebagaitempat bermuaranya beberapa sungai(Sanggeng, Wirsi, Kwawi dan Dingin),pelabuhan laut baik untuk kapaldomestik nasional ataupun antar pulau diPapua, tempat kegiatan perikanan

tangkap nelayan tradisional, sertasebagai areal pemukiman dan tempatrekreasi.

Seperti daerah pesisir lainnya,sepanjang kawasan teluk Dorerimerupakan areal pemukimanmasyarakat dari berbagai lapisandengan sumber mata pencaharianyang berbeda. Hal menarik yangdapat diamati di sepanjang pesisirteluk ini selain menjadi pangkalan bagiperahu-perahu nelayan tradisional,juga merupakan kawasan usahapeternakan babi rakyat dengan modelkandang terapung di atas permukaanlaut, “kandang berlabuh” dalam dialeksetempat (Pattiselanno dan Iyai, 2005).

INDIKATOR PENCEMARAN DITELUK DORERI

Kualitas perairan serta tingkatpertumbuhan organisme yang hidup di

Oleh:

Freddy Pattiselanno*

perairan tersebut dipengaruhi olehberbagai faktor diantaranya (1) faktorbiologis: seperti kelimpahan plankton(mikroalga), (2) fisika: suhu,salinitas, pH dan kecerahan air, dan(3) kimia: kandungan zat hara Nitratdan Fosfat pada suatu kawasanperairan.

Indikator yang ditunjukan oleh ketigafaktor tersebut saling berkaitan satudengan lainnya, oleh karena ituapabila salah satu faktor melebihiambang batas yang disarankanmaka hal itu akan mempengaruhifaktor-faktor lainnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukanoleh Jurusan Perikanan danKelautan di Fakultas PeternakanPerikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Negeri Papua, ternyatakawasan Teluk Doreri telahmencapai bahkan cenderungmelampaui ambang bataspencemaran.

Page 21: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 2121212121

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Secara rinci indikator-indikator hasil pengamatan yang dilakukan di beberapastasiun pengamatan di sekitar Teluk Doreri disajikan dalam tabel berikut:

PENCEMARAN DI KAWASANTELUK DORERI …. SALAHSIAPA?

Sepanjang kawasan teluk Doreri saatini telah banyak dimanfaatkansebagai wilayah permukiman,pelabuhan laut, pasar tradisional,serta tempat pendaratan danpenjualan ikan hasil tangkapan.Dengan tingginya aktivitasmasyarakat di sepanjang teluktersebut, menyebabkan semakintinggi pula limbah yang masuk kedalam kawasan teluk. Pencemaranyang dialami teluk Doreri tidak hanyaberdampak pada menurunnyakualitas perairan teluk, namun jugaakan menyebabkan turunnya/hilangnya fungsi dan peranan teluksebagai suatu ekosistem.

Pemerintah Propinsi Irian Jaya Baratsebagai pemegang otoritas danpemangku kebijakan di daerah,sudah selayaknyalah memperhatikansecara serius fenomena yangdialami teluk Doreri. Langkah-langkah konkrit untuk memperbaikidan mencegah pencemaran lebihjauh, haruslah sesegera mungkindirealisasikan, dengan dibarengikegiatan penyuluhan atau kampanyelingkungan terhadap masyarakat.Di sisi lain, masyarakat dituntut untuklebih menyadari akan pentingnyakebersihan kawasan teluk, sertalebih memahami bahwa baik

buruknya kondisi lingkungan disekitar mereka tentunya merekapulalah yang akan merasakannya.

Rehabilitasi teluk dengan penanamanlamun atau mangrove, merupakanpenanganan alternatif yang perludiperhatikan. Kedua jenis hayatilahan basah ini tidak hanya memilikifungsi ekologis namun jugaekonomis. Seperti mangrove biladikelola secara wise-use akan selalumemberikan fungsinya misalmencegah abrasi pesisir, tempathidup dan berkembangbiak ikan,udang dan burung, dan kayunyadapat dimanfaatkan sebagai kayubakar atau bahan membuat perahu.Sementara, lamun diketahui dapatberperan sebagai penyaring limbahdan stabilisator pantai, habitat bagiikan, serta dapat dimanfaatkansebagai bahan untuk anyaman sepertitikar, dll.

Mudah-mudahan dengan langkahyang cepat, tepat dan berwawasanlingkungan, secercah harapanterbentuknya ekosistem teluk Doreriyang lestari dan termanfaatkan secarabijak dan berkesinambungan, dapatcepat terwujud.

Pustaka:

Manuhutu, J.F dan H.V. Ayhuan.2004. Analisis konsentrasi pigmenklorofil mikroalga dan kualitas airsebagai indikator awal pencemaran diTeluk Doreri, Manokwari, Papua. Lap.Penelitian PDM DIKTI, FPPK UNIPA.

Sabariah, V. dan T. Pattiasina. 2002.Kondisi bakteriologis perairan TelukDoreri, Manokwari, Papua. Laporanpenelitian Proyek Kerjasama UNIPA-NTU-La Troba University.

*Dosen Program Studi Produksi Ternak,Fakultas Peternakan Perikanan & Ilmu

Kelautan Universitas Negeri PapuaManokwari

Suhu (oC) Salinitas pH Nitrat (mg/L) Fosfat (mg/L) BOD (mg/L)

28,51 34,51 7,91

26,32 352 6,32 0,0622 0,0322 5,022

29-33,53 33-363 6,2-7,83

1Alianto2Manuhutu dan Ayhuan (2004)3Sabariah dan Pattiasina (2002)

Rata-rata Nitrat (mg/L) 0,062, masihtergolong baik karena standar diperairan menurut Riley (1989) kisarankandungan Nitrat yang bisa ditolerir0,03-0,09 mg/L. Aktivitas manusiayang tinggi memungkinkan masuknyalimbah organik hasil buangan darikapal motor dan sampah RT, yangdapat menyebabkan organisme lautseperti fitoplankton tidak dapatmelakukan proses fotosintesis danaktivitas biologi lainnya dengan baik.Nitrat dibutuhkan fitoplankton dalamproses fotosintesis

Rata-rata Fosfat (mg/L) 0,032 masihtergolong baik karena standar perairan0,02-0,05mg/L. Konsentrasi fosfat diperairan dijadikan indikator untukmenilai tingkat kesuburan perairanguna mendeteksi pencemaran air.Kandungan fosfat yang tinggi biasanyadisebabkan oleh banyaknya limbahdomestik yang masuk ke perairanakibat tingginya aktivitas manusia.Konsekuensi dari kandungan fosfatterlarut yang melebihi kebutuhannormal akan meningkatkanpertumbuhan organisme nabati secaracepat (eutrofikasi).

Nilai Biological Oxygen Demand(BOD) adalah jumlah oksigen terlarutyang dibutuhkan organisme hidupuntuk memecahkan ataumengoksidasi bahan buangan dalamair. Nilai BOD 5,02 masih baikkarena standar di perairan 5-20mg/L(Suratmo, 1998).

Page 22: Vol 10 No 4 (Okt 02)

2222222222 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Berbagi Habitat antara Manusia danBurung Airdi Perumahan Cemara Asri, Medan

Oleh:

Giyanto*

..... bersambung ke halaman 30

Berita dari Lapang

Selama ini, ada kesan bahwa untukmenikmati dan mengamati burung air kitaharus meluangkan waktu khusus untuk

perjalanan ke pantai atau lahan basah lainnya yangjauh dari tempat tinggal kita serta harus berperahuatau berjalan-jalan di lumpur. Anggapan tersebutternyata tidak sepenuhnya benar karena ada pulalokasi untuk mengamati burung air yang tidak sesulitdan semahal yang dibayangkan kebanyakan orang.Salah satu tempat yang sangat menarik untukmelakukan pengamatan burung air di Medan adalahdi kolam buatan (masyarakat menyebutnya danau)yang berada di tengah-tengah Komplek Cemara Asri.Lokasi ini berada tidak jauh dari Kota Medan,tepatnya di Desa Sampali, Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang. Karena letaknya yangberbatasan dengan Medan, maka untuk ke lokasi inidapat dicapai langsung dalam waktu tidak lebih dari20 menit.

Seperti kebanyakan komplek perumahan, KomplekCemara Asri dimanfaatkan oleh masyarakat sebagaitempat hunian dan perkantoran. Namun selainsebagai tempat peristirahatan bagi manusia, komplekini juga dimanfaatkan oleh kawanan burung air untuktempat beristirahat maupun bersarang. Di areal kolambuatan yang berada di Komplek Cemara Asri kitadapat menjumpai dengan mudah populasi berbiakKowak-malam kelabu Nycticorax nycticorax danCangak Merah Ardea purpurea. Kedua spesiesburung air tersebut memanfaatkan perdu yangtumbuh di kolam seluas 5 ha. sebagai tempatberbiak. Beberapa bahkan membuat sarang padarumput-rumputan di pematang kolam. Selain duajenis burung air tersebut juga dapat dijumpai BelibisBatu Dendrocygna javanica, Kokokan Laut

Butorides striatus, Bambangan Merah Ixobrychuscinnamomeus dan Burung Kuntul yang sering mengunjungikolam tersebut untuk sekedar mencari makan.

Cangak Merah dan Kowak-malam kelabu di tengah kolam denganlatar belakang gedung perumahan (Foto: Giyanto/YA)

Perdu di tengah kolam yang dijadikan sebagai tempat bersarangburung Kowak-malam kelabu (Foto: Giyanto/YA)

Page 23: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 2323232323

Berita dari Lapang

A lam merupakan suatukreasi Tuhan yang MahaSempurna. Seluruh ilmu

yang sekarang dipelajari olehmanusia, merupakan hasil kajiandari alam itu sendiri, sehingga dapatdikatakan bahwa alam merupakansumber ilmu pengetahuan yang tiadahabisnya. Alam juga memberikanberbagai fenomena yang tidakpernah berhenti. Mulai dari tumbuhanhingga hewan, bahkan dari unsurorganel sel hingga multiseluler.

Rawa Jombor merupakan kawasanwisata yang berada di wilayah DesaKrakitan, Kecamatan Bayat,Kabupaten Klaten. Luas kawasan iniadalah 190 ha. Rawa buatanBelanda ini fungsi utamanya duluadalah sebagai irigasi pertanian didaerah Kecamatan Bayat danKecamatan Cawas, tetapi denganberkembangnya kawasan inisekarang beralih fungsi menjadisektor perikanan, bahkan dalamkurun 10 tahun ini dengan semakinberkembangnya tingkat ekonomimasyarakat maka kawasan inimenjadi tempat wisata denganberbagai fasilitas, salah satunyaadalah wisata kuliner dengandibangunnya puluhan warung yangmengambang di atas rawa (warungapung). Aktivitas penduduk Jomboryang sebagian besar adalah mencariikan baik dengan cara memancing,menjala, dan menembak Ikanmemberikan susana yang berbedaketika kita berada disana. Keadaanini berakibat Rawa Jombor tidak

terlepas dari pengembangankawasan yang semakin meningkatdengan ditambahnya berbagaifasilitas wisata.

Bagi kebanyakan orang, RawaJombor merupakan tempat wisatakuliner yang menyajikan berbagaimenu ikan segar bakar atau goreng.Ribuan pengunjung datang tiapminggu untuk menikmati anekamenu makanan yang disajikan,sambil mancing dan melihatpemandangan rawa. Tapi tidakbagi kami para pengamat burungyang menantikan bulan Septembersampai bulan April untuk melihatfenomena alam yang terjadi di RawaJombor, fenomena itu adalah migrasiburung pantai dan burung air. Padamusim-musim tertentu dijumpai suatufenomena yang menarik di kawasanini di mana terdapat sekelompokbesar burung-burung migran. Padaumumnya jenis burung migran iniberasal dari belahan bumi utara yangbermigrasi ke daerah tropis untukmencari tempat yang hangat, namundemikian mereka akan kembali lagike daerah asalnya untukbereproduksi.

Musim merupakan salah satu faktoryang sangat berpengaruh terhadapkeberadaan burung migran di RawaJombor, pada waktu musimkemarau debit air rawa menjadisedikit sehingga rawa menjadidangkal, hal ini kemudiandimanfaatkan oleh burung-burungpantai migran untuk mencari makan

di habitat lumpur tersebut. Setelahmusim penghujan air di RawaJombor kembali penuh dan burung-burung pantai migran yangmemanfaatkan habitat lumpur tersebutberpindah tempat karena sudah tidakada lagi habitat lumpur untuk mencarimakan, setelah debit air di RawaJombor kembali normal sekitar bulanDesember maka datang sekelompokburung air migran.

Monitoring Burung Pantai dan Burung air migrandi Rawa Jombor Klaten (2004-2007)

Oleh:A. Fahrudin*

..... bersambung ke halaman 27

Page 24: Vol 10 No 4 (Okt 02)

2424242424 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

..... Sambungan dari halaman 17

Sirine Palsu Tsunami dan Pendidikan Interpretasi Lingkungan ...........

Berita dari Lapang

TEKNOLOGI EWS: SEJARAHDAN TRACK RECORD-NYA

Peluang terjadinya tsunami besarrelatif sangat jarang, sebagaimanadiungkapkan oleh V.K. Gusiakovyang menjabat sebagai DirekturLaboratorium Tsunami Akademi IlmuPengetahuan Rusia di Siberia.Sehingga sejak lama orangberanggapan tidak perlumengadakan suatu sistem peringatandini. Namun setelah beberapaperistiwa tsunami menelan cukupbanyak korban jiwa, maka tahun1949 Coast and Geodetic Survey,US Department of Commersemenbentuk Pacific Tsunami WarningCenter (PTWC) di Honolulu, Hawaii.Pusat peringatan dini tersebuttersambung dengan jaringan pusat-pusat pencatat gempa secarainternasional, yakni selain di AmerikaSerikat sendiri, juga dengan Jepang,Taiwan, Philipina, Fiji, Cilie,Hongkong, New Zealand danSamoa.

Pada tahun 2003, ke dalam sistempemantauan tsunami tersebutditambahkan detektor-detektorcanggih di lautan yang terpasangpada pelampung-pelampung yangdijangkar ke dasar laut yang secaraterus menerus mengirimkanberbagai data metereologi dantekanan gelombang laut yang terjadidi atasnya ke PTWC. Dalamskenarionya, begitu suatu gempabesar tercatat, hal ini langsungdibertahukan ke PWTC. Apabilaberbagai analisis yang dilakukandalam sekejap waktumengindikasikan adanyakemungkinan akan terjadi suatutsunami, PTWC secara resmimengeluarkan peringatan dan pejabat

setempat segera mengumumkannyakepada publik lewat radio, televisidan pengeras-pengeras suara.Dengan adanya tenggang waktuantara saat lahirnya tsunami di lautandan saat tibanya tsunami di pantai,maka diharapkan orang dapatsempat menyelamatkan diri menjauhigaris pantai menuju ke daratan yanglebih tinggi. Sebagai contoh, suatugelombang tsunami akibat suatugempa di lepas pantai Chilememerlukan waktu sekitar 10 jamuntuk mencapai pantai di Hawaii danwaktu tersebut lebih dari cukup untukmengevakuasi penduduk dari daerahpantai di Hawaii.

Sebuah artikel pada majalah TIME10 Januari 2005 yang ditulis M. Eliotmenyajikan data yang sangatmengkawatirkan, dimana selama 56tahun PWTC beroperasi tingkatkeberhasilannya memberikanperingatan akan adanya tsunamiternyata sangat rendah sekali,dimana 75% dari peringatan yangdikeluarkan itu palsu (75% rate offalse alarm), artinya tsumani yangdikira akan terjadi ternyata tidakmuncul dan evakuasi penduduk(yang biayanya tidak sedikit) menjadisia-sia.

TEKNOLOGI EWS DIINDONESIA

Sementara itu, EWS di Indonesiabelum pernah ada sampai peristiwatsunami besar di akhir tahun 2004,meskipun pelbagai kejadian tsunamisebelumnya telah menelan korbanjiwa dan harta yang juga besar. Hasilpenelusuran Pratikto dkk (1998)menunjukkan bahwa tsunami yang

melanda Flores pada tahun 1992memakan 1918 korban jiwa dankerugian senilai 200 milyar rupiah,dan demikian juga dengan tsunamiyang menerpa Biak tahun 1996 yangmelenyapkan 104 jiwa meninggaldan 113 milyar rupiah hilang.

Selain itu, banyak paper ilmiah danberbagai workshop penelitian ilmiahyang dilakukan sebelum tsunami diakhir 2004 telah merekomendasikanpentingnya dilakukan upayamengurangi dampak tsunamimengingat sebagian pantai Indonesiasangat rawan tsunami. Pada tahun2003, setahun sebelum tsunamibesar menerjang Sumatera bagianutara, pantai Asia sampai ke pantaitimur Afrika, penulis telahmempublikasikan pada jurnal WKLByang diterbitkan Wetland International– Indonesia Programme tentangbahaya tsunami dan alternatif pilihanuntuk mengurangi dampaknya.

Berbagai paper ilmiah dan peringatanilmuwan baru mendapat respon yangsignifikan dari pihak pemerintahIndonesia setelah tsunami 26Desember 2004 menghancurkansebagian besar pantai Sumaterabagian utara. Dengan dukungandunia Internasional, pemerintahIndonesia kemudian membangunteknologi EWS, terutama dimulai daripantai barat Sumatera. Nah, untukpertama kalinya sirine dari teknologiEWS di NAD menyalak pada Senin4 Juni 2007 tanpa ada gempa yangmendahuluinya. Ada apa denganteknologi canggih tersebut?

Kepada Antara beberapa saatsetelah raungan sirine tersebut,kepala Stasiun Geofisika Mata IeAceh Besar, Syahnan menyatakan

Page 25: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 2525252525

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

bahwa “Hingga kini belum diketahuipasti penyebab berbunyinya EWS diKajhu Aceh Besar, tapi kemungkinankerusakan jaringan. Kita masihlakukan investigasi”. Hari berikutnya,Menteri Negara Riset dan Teknologi,Prof Kusmayanto menyatakan “Kitatidak bisa percaya 100% padateknologi, namun jika alat tersebutsering-sering demikian, tentudikhawatirkan masyarakat tidak lagipercaya meskipun benar tsunamiakan tiba”, seperti dirilis oleh banyakmedia. Sampai artikel ini ditulis,penulis belum mendengar hasilinvestigasi dari pihak berwenangterkait alasan akurat mengapa sirineEWS tersebut meraung tanpa adagempa sebelumnya.

INTERPRETASI LINGKUNGAN

Teknologi EWS hanyalah salah satualternatif pilihan untuk mengurangidampak tsunami, bukan teknologiuntuk mencegah tsunami. Fakta,seperti ditulis dalam majalah TIME10 Januari 2005, dan kejadianterakhir di Aceh menunjukkanrendahnya akurasi teknologi canggihEWS. Dengan demikian,kekhawatiran Menristek tentangsirine palsu akan menurunkankepercayaan masyarakat terhadapteknologi canggih tersebut amatsangat mungkin terjadi, sebagaimanatelah terjadi pada masyarakat Hawaiidan California. Bolt dalam bukunyaEartquake, a primer (1978) antaralain menulis ketika tanggal 22 Mei1960 gempa besar di lepas pantaiChile dan kemudian PTWCmengingatkan tsunami segera terjadi,namun masyarakat Hawaiimengabaikan dan ternyata 10 jamkemudian gelombang tsunami benardatang, sehingga menewaskan 61orang. Demikian juga pada tanggal28 Maret 1964 ketika gempa besardi teluk Alaska, dan PTWC jugamemperingatkan akan terjadi

tsunami, namun lagi-lagi masyarakatpantai California juga mengabaikandan ternyata 4,5 jam berikutnyatsunami menerjang yangmenewaskan 120 orang. Hal initerjadi karena sebelumnya banyakalarm palsu dari PTWC, sehinggamasyarakat mengacuhkanperingatan yang diberikan.

Tentu hal ini sangat berbahaya, jikagempa memang memicu tsunami,namun masyarakat sudah terlanjurtidak percaya, maka akan menelankorban yang sangat besar. Olehkarena itu, pihak terkait perlumelakukan sosialisasi secarasistematis dengan jangkauan yangluas dan transparan, terutama padamasyarakat pesisir tentang teknologiEWS dengan segala kondisi yangterkait dengannya.

Selain teknologi EWS, terdapatteknologi lokal berupa pengetahuan/kearifan lokal masyarakat pesisiryang telah terbukti menyelamatkandan mengurangi dampak tsunami.Pengetahuan gejala alam tentangtsunami telah dikenal lama dansecara turun temurun olehmasyarakat pulau Simeulu. Penulisjuga menemukan pengetahuan yangsama pada masyarakat Lahewa dipantai utara Nias, sehingga merekaselamat dari hantaman tsunamisebagaimana masyarakat di pulauSimeulu pada tsunami besar di akhirtahun 2004 lalu. Namun ironisnya,pengetahuan tersebut belum dimilikioleh masyakat di pantai barat Nias,sehingga banyak korban yangmenimpa masyakat di pantai baratNias tersebut, padahal merekaberada dalam satu pulau yang tidakterlalu besar, yakni denganmasyarakat Lahewa.

Masyarakat lokal pulau Simeulu danpesisir utara Nias tersebut amatpaham tentang gejala alam yangmendahului tsunami. Tsunami olehmasyarakat utara Nias disebut

dengan galoro. Ketika gempa besarterjadi, lalu air laut surut dengan cepatmaka itu tanda tsunami segera datang.Sehingga tidak ada yang harusdilakukan kecuali segeramenyelamatkan diri ke tempat yanglebih tinggi dan aman dari jangkauantsunami. Pengetahuan seperti itudikenal dengan interpretasi lingkungan,yakni mengenal gejala alam danketerkaitannya sehingga bisa diambilsikap dan tindakan yang tepat.

Negeri untaian katulistiwa bernamaIndonesia, sebagaimana telah banyakdipublikasikan merupakan kawasanrawan bencana. Dalam halmengurangi dampak bencana alam diluar ulah tangan manusia, sepertitsunami, selain penataan kawasanpesisir, penulis mengusulkan agarpengetahuan/kearifan lokal terkaitinterperasi lingkungan secara masifdan sistematis masuk dalamkurikulum pendidikan sejak dini, baikpendidikan formal maupun non-formal.Sementara muatannya disesuaikandengan objek sasaranya. Caramasyarakat pulau Simeulu danmasyarakat Moawo di pesisir utaraNias dalam mendistribusikan danmenurunkan pengetahuan tentangtsunami perlu dipelajari lalu diadopsipada daerah lain yang juga rawandilanda tsunami. Ketika kesadaran danpengetahuan interpretasi lingkunganmenjadi kesadaran dan pengetahuanumum masyarakat, maka dampakbencana, insya Allah, bisadiminimalisir tanpa harus tergantungpada teknologi canggih dan mahal,namun tidak dikuasai. Semoga.

* Akademisi bidang Ekologi Hutan padaDepartemen Kehutanan Universitas

Sumatera Utara.

Ketua Umum Asosiasi Akademisi PerguruanTinggi Seluruh Indonesia (ASASI) Daerah

Sumatera Utara.Email: [email protected] ;

[email protected]

Page 26: Vol 10 No 4 (Okt 02)

2626262626 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Berita dari Lapang

Tabel 1. Indeks Toleransi Makrobentos

Perilaku cara makan tiap famili menggunakan singkatan berikut inic-f: collector-filterer (pengumpul – penyaring); c-g: collector-gatherer (pengumpul – pengais); prd: predator(pemangsa); scr: scraper (pengikis)shr: shredder (pengoyak); par: parasite (parasit); omn: omnivore (pemakan segalanya); pir: piercer (pencacah)

..... Sambungan dari halaman 19

Mengenal Makroinvertebrata Benthos ...........

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Page 27: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 2727272727

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Nilai toleransi dalam tabel di atasberkisar antara 0-10 yang nilainyasemakin meningkat untuk tiap familimakrobentos seiring denganpenurunan kualitas air yangdihuninya. Nilai indeks tersebut dibuatoleh Hilsenhoff pada tahun 1988untuk menunjukkan variasi toleransimakrobentos yang selanjutnyadigunakan untuk menghitung IndeksBiotik Famili atau Modified FamilyBiotic Index (FBI) untuk mendeteksitingkat pencemaran organik diperairan yang diamati.

Rumus yang digunakan untukmenghitung Indeks Biotik Familiadalah:

Dimana:xi = jumlah individu

makrobentos dari masing-masing famili

ti = nilai toleransi masing-masing famili makrobentos

n = jumlah seluruhmakrobentos yang dikoleksi(100)

Tabel 2. Penilaian Kualitas Air Menggunakan Family Biotic Index (FBI)

Family Biotic Index Kualitas Air Tingkat Pencemaran

Organik

0.00-3.75 Excellent Tidak terrcemar bahan organik

3.76-4.25 Very good Pencemaran organik sangat ringan

4.26-5.00 Good Pencemaran organik ringan

5.01-5.75 Fair Pencemaran organik tingkat sedang

5.76-6.50 Fairly poor Pencemaran organik agak berat

6.51-7.25 Poor Pencemaran organik berat

7.26-10.00 Very poor Pencemaran organik sangat berat

Memantau Kualitas Air Sungai diSekitar Kita

Amatilah sungai di sekitar kita untukmemantau setiap perubahanlingkungan sungai yang menjadisumber penghidupan manusia saatini dan di masa mendatang.Bentuklah kelompok pelajarpemantau sungai di dalam komunitassekolah untuk melakukanpengamatan rutin terhadapperubahan lingkungan fisik dan biotik,serta memantau aktivitas manusia

yang mencemari kualitas air sungai.Pemantauan sungai perlu dilakukanuntuk mengungkap potensi kekayaanhayati dan fungsi alami sungai yangsangat penting bagi kita semua.Hasil pengamatan dapatdipublikasikan dalam berbagai mediasosialisasi, seperti majalah dinding,poster, buletin atau dipublikasikandalam media massa.

* Ecoton (Lembaga Kajian Ekologi danKonservasi Lahan Basah)

E-mail: [email protected]

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

..... Sambungan dari halaman 23

Monitoring Burung Pantai dan Burung Air Migran ...........

Sejak tahun 2004 sampai sekarangkelompok Studi Burung BIONIC(Biologi UNY Ornithology Club) danRJBC (Rawa Jombor BirdwatchingCommunity) selalu memonitoringburung migrasi tersebut, dari hasilmonitoring selama 4 tahun burungmigran yang singgah dan tercatat diRawa Jombor sebanyak 16 jenis (13jenis burung pantai dan 3 jenisburung air) 13 jenis burung pantaitersebut adalah: Trinil Semak (TringaGlareola), Trinil Rawa (Tringastagnatilis), Trinil Pantai (Tringa

hypoleucos), Trinil Kaki Hijau (Tringanebularia), Cerek Kalung Kecil(Charadrius dubius), Kedidi LeherMerah (Calidris rufficolis), KedidiBesar (Calidris tenuirostris), KedidiGolgol (Calidris ferruginea), CerekKrenyut (Pluvialis fulva), Terik Asia(Glareola maldivarum), Berkik EkorLidi (Gallinago stenura), BerkikRawa (Gallinago megala), danBurung Sepatu Teratai(Hydrophasianus chirurgus).Sedangkan 3 jenis burung air migrantersebut adalah: Bambangan kuning

(Ixobrychus sinensis), BambanganCoklat (Ixobrychus cinnamomeus),dan Tikusan Siberia (Porzanapaykullii). Terpantaunya burungpantai dan burung air migran diRawa Jombor berarti menambahkeanekaragaman jenis. Selamamonitoring diperoleh 70 jenis burungbaik penetap maupun migran.

* Bionic UNYTim survey AI Yayasan Kutilang Indonesia

E-mail: [email protected]

ntx

FBIii∑ ×

=

Page 28: Vol 10 No 4 (Okt 02)

2828282828 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Flora dan Fauna Lahan Basah

Kerbau Rawa:Bentuk Kearifan Budaya Lokal dan SumberPendapatan Masyarakat Kawasan Rawa Lebak

Oleh:

Dr. Ir. Muhammad Noor, MS*

Kerbau rawa (Bubalus bubalis)diduga merupakan binatangintroduksi dari daratan Asia

yang termasuk liar. Penyebaran kerbaurawa ke wilayah-wilayah rawa lebakdiduga dibawa oleh para pengembaraatau pedagang Cina pada abad ke 7atau ke 8 yang memasuki wilayah Asiaseperti India, Pakistan, Banglades,Thailand, dan Vietnam, termasukIndonesia (Mackhinon et al., 2000).Menurut taksiran diperkirakan terdapatsekitar 12.000 sampai 15.000 ekorkerbau rawa yang hidup di rawa-rawaKalimantan Selatan tersebar di limakabupaten yaitu Hulu Sungai Utara,Hulu Sungai Tengah, Hulu SungaiSelatan, Barito Kuala, dan Tanah Laut.Jumlah populasi kerbau kalang inidiperkirakan sekitar 6.500 ekor terpusatdi Kabupaten Hulu Sungai Utara pada

tiga kecamatan yaitu Kecamatan DanauPanggang, Sungai Pandan, danAmuntai Tengah. Di rawa-rawaKalimantan Timur diperkirakan terdapatsekitar 1.336 ekor yang terpusat diwilayah Mahakam bagian tengah,Kabupaten Kutai antara lain di tigadanau paling luas, yaitu Semayang,Malintang, dan Jempang, Kerbau rawajuga dipelihara di danau-danauKalimantan Tengah di daerahpegunungan Kerayan dan pesisirantara lain Kecamatan Jenamas, diKabupaten Barito Selatan. KerbauRawa juga didapati di lahan lebak/danau di Desa Pulau Layang,kecamatan Pampangan, Kab OganKomiring Ilir, Sumatra Selatan sekitar 90km dari Kota Palembang pada arealsluas 200 hektar dengan populasisekitar 700 ekor.

CIRI DAN SIFAT KERBAURAWA

Ciri dari kerbau rawa, tubuh pendek,tanduk tumbuh horisontal danmelengkung berputar sejalan denganumur, warna abu-abu gelap(darkness) semakin dewasa, padaumur 1-2 tahun tumbuh bulu jarangberwarna kuning hingga coklat yangpanjangnya + 15 cm, bobot lahir 30-40 kg, bobot dewasa antara 400-450kg, betina lebih ringan dari jantan,temperamen jinak kecuali adaserangan gangguan dari luar, birahibersifat diam (silent heat). Sifatlainnya dewasa kelamin pada umur2-3 tahun, jarak kelahiran sekalidalam dua tahun, umur melahirkanpertama 4-5 tahun, umur produktif10-12 tahun.

Page 29: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 2929292929

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora dan Fauna Lahan Basah

SISTEM KALANG

Kerbau rawa dipelihara oleh para petani/peternak di rawalebak secara tradisional dengan sistem kalang. Sistemkalang yaitu sistem pengembalaan setengah liar (wild),pada siang hari kerbau dibiarkan berkeliaran di perairanrawa, dan pada malam hari masuk kandang yangdibangun di atas air yang disebut kalang. Sistem kalangini diwariskan dari generasi ke generasi secara turuntemurun. Kerbau tinggal di kandang/kalang begitumemasuki senja hari, kecuali pada musim kemaraukerbau kadang-kadang tetap tinggal di luar sekitarkandang. Memasuki fajar pagi kerbau keluar kandangsecara bergerombol berenang sambil mencari makananyang tersedia di rawa sampai memasuki senja. Padamusim kemarau saat rawa surut atau kering, para kerbautetap digembalakan untuk mencari lokasi yang masihberair atau berlumpur.

Kalang dibuat dari kayu galam atau bambu dengan luasdisesuaikan jumlah kerbau yang ditampung umumnyaantara 40-400 meter2. Untuk sekitar 200 ekor kerbaudiperlukan luas kalang 4 m x 100 m atau 2 m2 per ekor.Lantai kalang terbuat dari kayu yang harus kuat dandisangga dengan tiang setinggi 4-6 m lebih tinggi dari mukaair tertinggi di rawa sehingga lantai selalu kering. Kalangdilengkapi dengan tangga miring dan tidak licin untukmemudahkan kerbau naik atau turun. Pada pinggir kalangdibuat pagar kokoh setinggi 1,00-1,25 meter sehinggakerbau tidak dapat melompat keluar. Pada sudut ujungdibuat tempat khusus untuk perawatan kerbau yang sakitatau induk yang akan melahirkan dan menyusui. Kerbauyang sedang bunting sebaiknya dipisah dari ternak lainnyauntuk menghindari gangguan. Apabila memungkinkan lebihbaik disediakan kandang atau ruang khusus atau palingtidak pada umur bunting memasuki bulan ke 11. Jugaperlu disediakan tempat pakan khusus agar tidak terjadirebutan dan makanan tidak terinjak-injak. Di KalimantanTengah setiap petani mempunyai 1-2 kalang dan setiapkalang menampung 20-40 ekor kerbau. Di KalimantanSelatan pemilikan lebih besar mencapai ratusan ekor.

SUMBER PAKAN ALAMI

Sumber pakan bagi kerbau rawa sangat tergantung padaketersediaan yang ada di alam rawa. Beragam rumputrawa atau tanaman air merupakan bahan pakan yangdisukai kerbau rawa. Beberapa tanaman rawa kurangdisukai, namun juga merupakan sumber pakan alternatifdalam keadaan tertentu. Jenis pakan yang disukai(pelateble) kerbau rawa antara lain padi hiyang (Oryzarofipogon), kumpai miring (Paspalum commesonii),kumpai minyak (Sacciolepis interupta), sempilang

(Panicum paludosum), dan purun tikus (Eleocharis dulcis).Jenis sumber pakan lainnya berupa rumput gajah, rumputbale, rumput lapangan, rumput beggal, rumput berachiaris,kacang-kacangan (lamtoro, siartro, stylo, calopogonuium),enceng gondok, campehiring, banta, kayapu, kiambang,tanding, papisangan.

PENDAPATAN PETANI

Harga seekor kerbau rawa sekarang berkisar Rp. 7-8 jutayang beratnya dapat mencapai 300-500 kg/ekor. Hasilanalisi ekonomi menunjukkan dengan modal invenstasi 4ekor kerbau dewasa (nilai per ekor kerbau rawa dewasaRp. 7.000.000,00) untuk satu keluarga petani dengan masapemeliharaan 2 tahun dan perolehan anak sebanyak 4ekor diperoleh pendapatan sebesar Rp. 10.450.000,00(Tabel 1). Apabila diperhitungkan secara keseluruhanusaha maka sumbangan usaha kerbau rawa terhadappendapatan petani per tahun mencapai 54,21%,sementara dari usaha tani padi 43,21% dan buruh mencarikayu (galam) sekitar 2,58% dengan total pendapatansekitar Rp. 9.694.000,00/tahun.

Tabel 1. Analisis biaya dan pendapatan pemeliharaankerbau rawa (skala 4 ekor induk dewasa dalam2 tahun), Desa Banua Raya, Kabupaten TanahLaut, Kalimantan Selatan (th 2006).

Sumber: Rohaeni et al. (2006)

Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah semakinlangkanya pakan yang tersedia di alam sehingga perluupaya pengembangan hijauan baik dalam lingkunganrawa sendiri ataupun di luar sebagai pakan alternatif.Sementara ini sistem penggembalaan atau budidayayang diterapkan masih bersifat konvensional, padahalpotensi kerbau rawa ini dalam memberikan pendapatancukup besar.

* Penulis Buku Rawa Lebak: Ekologi, Pemanfaatan danPengembangnnya. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007

E-mail: [email protected]

• Penyediaan bibit(4 ekor induk)

• Pagar kelililing danpemeliharaan

• Penindikan/ ciri pemilikan(4-6 ekor anak)

Jumlah

28.000

800

600150

29.550

30.000

10.000

40.000

1.200

9.250

10.450

Biaya(Rp.000)Jenis kegiatan

Pendapatan(Rp.000)

Peneriman(Rp.000)

Page 30: Vol 10 No 4 (Okt 02)

3030303030 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

..... Sambungan dari halaman 22

Berbagi Habitat antara Manusia dan Burung Air ...........

Berita dari Lapang

Papan himbauan untuk tidak mengganggu burung(Foto : Giyanto/YAI)

Keberadaan burung air di kolambuatan ini menjadi daya tariktersendiri bagi masyarakatMedan. Pada hari libur, kolambuatan ini menjadi obyekkunjungan baru yang banyakdikunjungi oleh masyarakatyang sekedar ingin bersantaibersama keluarga sambilmengamati berbagai tingkahlaku burung air, seperti aktifitasterbang, beristirahat, membuatsarang, mengerami telur danmemberi makan anakan.Pengunjung yang datang memanfaatkan pohon-pohonbesar yang berada di sekeliling kolam buatan ini untukberteduh sambil memandang kearah kolam buatan tempatdimana ratusan individu burung air berada. Burung Air diKomplek Cemara Asri seolah-olah sudah terbiasa dengankehadiran pengunjung serta lalu lalang kendaraan disekitar tempat mereka beristirahat dan bersarang.

Pihak pengelola Komplek Cemara Asri juga sangat perdulidengan keberadaan burung di lokasi ini, denganmembiarkan lokasi ini seperti alaminya dan menindaksecara tegas segala bentuk aktifitas yang dapatmengganggu keberadaan burung di lokasi tersebut. Pihak

pengelola bahkan menaburkanbibit ikan untuk makanan burungserta membuat sarang buatanberupa keranjang yang diisidengan ranting kering danmenanam bibit pohon peneduhdi sekeliling kolam.

Meskipun demikian,kekhawatiran akan gangguanmasih tetap ada, terutama darigangguan para pengunjung. Hallain yang paling dikhawatirkanadalah kemungkinan adanya

perubahan kebijakan dari pihak pengelolaperumahan untuk merubah peruntukan kolamtersebut. Sejauh ini memang belum ada indikasikearah tersebut, namun penyadartahuan mengenainilai tambah yang bisa diberikan oleh kehadiranburung-burung air di perumahan tersebutnampaknya perlu terus menerus disuarakan, tanpaharus mengorbankan kepentingan para penghunikomplek tersebut : manusia dan burung.

*(Yayasan Akasia Indonesia)E-mail : [email protected]

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Ceplas ceplosbang DONG

Pantun, sudah dikenal sejak dahulu ...Pendek kata tapi sarat makna ...... Nah, aye mau pantun-pantunan nih, boleh yee ..

Jalan ke Padang berkelok-kelokSungguhlah enak si buah salak... Sayang disayang si alam nan elok... Dahulu indah kini luluh lantak

Memanglah enak si buah salakBuah mangga tidak kalah nikmat... Memanglah rusak si alam nan elok... akibat ulah manusia bermoral bejat

Buah durian buah kedondongPohon bambu tegak berpotong-potong... Lestarikan alam kita .. donk ..... Agar anak cucu kelak turut merasakan .. donk ..

Page 31: Vol 10 No 4 (Okt 02)

Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007Vol 15 no. 3, Oktober 2007 3131313131

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahIsilah kotak-kotak di samping ini :

1. United Nations FrameworkConvention on Climate Change (Singkat)

2. Tempat diselenggarakannya CoP 133. CO24. Pemancaran panas5. Perubahan es menjadi air6. Upaya-upaya yang dilakukan untuk

meminimalkan dampak suatu bencana7. Penghijauan8. Keadaan udara9. Yang menyinari bumi kita10. Negara pencemar udara terbesar di dunia11. (Bencana) meluapnya air12. Tanaman pesisir13. Himpunan negara-negara Asia Tenggara

Jawaban Kotak-Katik Lahan BasahVol. 15 No 2 Juli 2007

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dokumentasi Perpustakaan

1

R E P T I L

2

B E R T E L U R

3

P A N T A I 4

T E M P A Y A N

5

T U R T L E

6

H I N D I A

7

T U K I K

8

J E J A K

9

P R E D A T O R

10

P O P U L A S I

1. Jenis hewan melata2. Cara berkembang biak

penyu3. Tempat bertelur penyu laut4. Salah satu jenis penyu laut5. Penyu (Bhs. Inggris)

6. Indonesia diapit SamuderaPasifik dan Samudera .....

7. Anak penyu8. Tapak9. Hewan pemangsa10. Jumlah suatu jenis

Departemen Kehutanan Dirjenperlindungan Hutan dan KonservasiAlam, 2007; Kawasan KonservasiIndonesia 2006, DepartemenKehutanan Dirjen Perlindungan Hutandan Konservasi Alam, 73.

Kuswandi, R., 2006; Petunjuk TeknisPembuatan dan Pengukuran PetakUkur Permanen: Untuk PemantauanPertumbuhan dan Riap Hutan alamBekas Tebanagn di Papua, BadanPenelitian dan PengembanganKehutanan Departemen Kehutanan,iv + 27.

Leppe, D. dan M.J. Tokede, 2006;Potensi Biofisik Kawasan HutanTaman Wisata Alam Gunung MejaMonokwari, Balai Penelitian danPengembangan Kehutanan Papuadan Maluku, xi + 47.

Multidonor Fund/BRR, 2007;Temuan dan Rekomedasi dariAnalisis Resiko Ekologi di KabupatenAceh Selatan, Propinsi naggroeAceh Darussalam, PT HatfieldIndonesia, various.

Murdiyarso, D. and L. Lebel, 2007;Mitigation and Adaption Strategies forGlobal Change An InternationalJournal Devoted to Scientific,Egineering, Socio Economic andPolicy Responses to EnvironmentalChange, SPRINGER, 201.

Noordwijk, M.V., S. Suyanto, S.Budidarsono, 2007; Is HutanTanaman Rakyat A New Paradigm inCommunity Based Tree Planting inIndonesia? Working paper., WorldAgroforestry Centre, 34.

Rais, S. Y. Ruchiat, A. sartono dan T.Hideta, 2007; 50 Taman Nasional diIndonesia, Sub Direktorat InformasiKonservasi Alam, xiii + 291.

Sartono, A., D. Rukman., E. Sugandiand {et.al}, 2006; Booklet Data KawasanKonservasi Indonesia Tahun 2006,Departemen Kehutanan Dirjen PKA, 25.

Setiadi, B., 2007; AD HOC Team TheEx-PLG Project Central KalimantanAcceleration of Rehabilitation & Restora-tion on EX-Peat Area Development inCentral Kalimantan, Restorpeat-EUProject 2007, v + 60.

Wosten, H. and B. Radjagukguk, 2005;Proceedings of the Session on the Roleof Tropical Peatlands in Global ChangeProcesses during the Open ScienceMeeting 2005, ALTERRA, Viii + 165.

1

C

2

L

3 I

4 M

5

A

6

T

7

E

8

C

9

H

10 A

11

N

12

G

13

E

bang tri’ Okt-07