vitiligo

30
BAB I PRESENTASI KASUS A. IDENTITAS PASIEN : Nama : An. R Usia : 5 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Berat badan : 20 Kg Agama : Islam Alamat : Pandak Bantul Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2012 B. ANAMNESIS Alloanamnesis dengan ibu pasien di Poli Kulit & Kelamin RSUD Panembahan Senopati Bantul Keluhan utama : Bercak berwarna putih di tangan dan leher Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD Salatiga dengan keluhan bercak berwarna putih di tangan dan leher. Tidak terasa nyeri dan gatal. Bercak berjumlah banyak, berbentuk tidak teratur, ukuran bermacam-macam. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Berawal dari bercak putih di tangan kiri sebesar pentol korek, tanpa didahului oleh luka, kemudian bercak dirasakan secara perlahan melebar dan bertambah 1

Upload: wulan-suci

Post on 08-Aug-2015

298 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

Laporan Kasus Vitiligo

TRANSCRIPT

Page 1: VITILIGO

BAB I

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN :

Nama : An. R

Usia : 5 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat badan : 20 Kg

Agama : Islam

Alamat : Pandak Bantul

Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2012

B. ANAMNESIS

Alloanamnesis dengan ibu pasien di Poli Kulit & Kelamin RSUD Panembahan

Senopati Bantul

Keluhan utama : Bercak berwarna putih di tangan dan leher

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSUD Salatiga dengan

keluhan bercak berwarna putih di tangan dan leher. Tidak terasa nyeri dan gatal.

Bercak berjumlah banyak, berbentuk tidak teratur, ukuran bermacam-macam.

Keluhan dirasakan sejak 1 bulan SMRS. Berawal dari bercak putih di tangan

kiri sebesar pentol korek, tanpa didahului oleh luka, kemudian bercak dirasakan

secara perlahan melebar dan bertambah di bagian tangan yang lain. Semenjak

keluhan dirasakan pasien belum pernah berobat.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 6 bulan SMRS, kemudian pasien

berobat ke dokter spresialis kulit lalu diberi salep, kemudian bercak menghilang.

Riwayat mengkomsumsi obat-obatan tertentu sebelumnya di sangkal

Riwayat kontak dengan bahan alergi/iritan sebelumnya di sangkal

Riwayat alergi pada diri pasien disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

1

Page 2: VITILIGO

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat alergi pada keluarga (+) (Asma, Biduran)

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

BB : 20 Kg

Status Gizi : Baik

Tanda-tanda Vital : Afebris

Status Dermatologikus

Predileksi : Antebrachii Dextra dan Sinistra (Regio Flexor)

UKK : Makula depigmentasi dengan batas tegas, berbentuk tidak

beraturan, tepi irreguler dan tidak meninggi, multiple, ukuran lentikular hingga

numular dengan persebaran regional.

D. RESUME

Seorang anak perempuan 5 tahun, datang ke Poli Kulit dan Kelamin

RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tanggal 7 November 2012 dengan

keluhan utama adanya makula depigmentasi di regio antebrachii dextra sinistra

regio flexor, batas tegas, tepi irreguler tidak ada peninggian, berukuran lentikuler

hingga numular, jumlah multipel persebaran regional. Lesi tidak gatal dan tidak

nyeri, timbul 1 bulan SMRS. Berawal dari lesi kecil, kemudian secara perlahan

membesar. Lesi bersifat kronik residif. Riwayat pengobatan dilakukan 6 bulan

SMRS saat keluhan pertama kali terjadi, riwayat alergi disangkal, riwayat

penyakit keluarga disangkal.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. DIAGNOSIS BANDING

Vitiligo

2

Page 3: VITILIGO

Pityriasis Alba

Pityriasis Versicolor

Hipopigmentasi pasca inflamasi

Nevus Anemikus

Piebaldisme

G. DIAGNOSIS KERJA

Vitiligo

H. TERAPI

R/ Bergamote tinct 12,5% No. I

S 1 dd 1 (didiamkan 5’, dijemur 15’, dibilas dengan air)

3

Page 4: VITILIGO

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN

Sejak zaman dahulu vitiligo telah dikenal dengan beberapa istilah yakni

shwetekusta, suitra, behak, dan beras1. Kata vitiligo sendiri berasal dan bahasa

latin, yakni vitellus yang berarti anak sapi, disebabkan karena kulit penderita

berwarna putih seperti kulit anak sapi yang berbercak putih. Istilah vitiligo

mulai diperkenalkan oleh Celsus, ia adalah seorang dokter Romawi pada abad

kedua2.

Insidensi Vitiligo rata-rata hanya 1% di seluruh dunia. Penyakit ini dapat

mengenai semua ras dan kedua jenis kelamin, Pernah dilaporkan bahwa vitiligo

yang terjadi pada perempuan lebih berat daripada laki-laki, tetapi perbedaan ini

dianggap berasal dari banyaknya laporan dari pasien perempuan oleh karena

masalah kosmetik. Penyakit juga dapat terjadi sejak lahir sampai usia lanjut

dengan frekuensi tertinggi (50% dari kasus) pada usia 10–30 tahun3.

Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Namun,

diduga ini adalah suatu penyakit herediter yang diturunkan secarapoligenikatau

secara autosomal dominan. Berdasarkan laporan, didapatkan lebih dari30%

dari penderita vitiligomempunyai penyakit yang sama padaorangtua, saudara,

atau anak mereka. Pernah dilaporkan juga kasus vitiligo yang terjadi pada

kembar identik3,4.

Walaupun penyebab pasti vitiligo belum diketahui sepenuhnya. Namun,

beberapa faktor diduga dapat menjadi pencetus timbulnya vitiligo pada

seseorang2 :

1. Faktor mekanis

Pada 10-70% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya

setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi

2. Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet A

Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar matahari atau

4

Page 5: VITILIGO

UV A dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada bagian kulit yang

Terpajan

3. Faktor emosi/psikis

Dikatakan bahwa kira-kira 20% penderita vitiligo berkembang setelah

mendapat gangguan emosi, trauma atau stres psikis yang berat

4. Faktor hormonal

Diduga vitiligo memburuk selama kehamilan atau pada penggunaan

kontrasepsi oral. Tetapi pendapat tersebut masih diragukan.

2. DEFINISI

Vitiligo adalah gangguan depigmentasi idiopatik didapat yang ditandai

dengan gambaran makula putih tidak bersisik, hasil dari hancurnya melanosit

kulit secara selektif5,6.

Gambaran histologi pada lesi vitiligo, berupa bercak-bercak putih,

memperlihatkan akan hilangnya melanosit dan melanin dari lapisan kulit7.

Gambar 2.1. Melanosit pada histologi jaringan kulit normal8.

3. EPIDEMIOLOGI

Vitiligo terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi mencapai 1%3.

Survey epidemiologi pada kepulauan Bornholm di Denmark menemukan

prevalensi vitiligo mencapai 0,38%. Kemungkinan bahwa angka ini juga

berlaku untuk negara-negara lain di utara-barat Eropa4.

5

Page 6: VITILIGO

Vitiligo pada umumnya dimulai pada masa anak-anak atau usia dewasa

muda, dengan puncak onsetnya (50% kasus) pada usia 10-30 tahun, tetapi

kelainan ini dapat terjadi pada semua usia.Tidak dipengaruhi oleh ras, dengan

perbandingan laki-laki sama dengan perempuan. Pernah dilaporkan bahwa

vitiligo yang terjadi pada perempuan lebih berat daripada laki-laki, tetapi

perbedaan ini dianggap berasal dari banyaknya laporan dari pasien perempuan

oleh karena masalah kosmetik3.

4. ETIOPATOGENESIS

Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Namun,

diduga ini adalah suatu penyakit herediter yang diturunkan

secarapoligenikatau secara autosomal dominan.Berdasarkan laporan,

didapatkan lebih dari30% dari penderita vitiligomempunyai penyakit yang

sama pada orangtua, saudara, atau anak mereka. Pernah dilaporkan juga kasus

vitiligo yang terjadi pada kembar identik3,4.

Walaupun penyebab pasti vitiligo belum diketahui sepenuhnya. Namun,

beberapa faktor diduga dapat menjadi pencetus timbulnya vitiligo pada

seseorang2 :

1. Faktor mekanis

Pada 10-70% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya

setelah tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi

2. Faktor sinar matahari atau penyinaran ultra violet A

Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar matahari

atau UVA dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada bagian kulit yang

terpajan

3. Faktor emosi / psikis

Dikatakan bahwa kira-kira 20% penderita vitiligo berkembang setelah

mendapat gangguan emosi, trauma atau stres psikis yang berat

4. Faktor hormonal

Diduga vitiligo memburuk selama kehamilan atau pada penggunaan

kontrasepsi oral. Tetapi pendapat tersebut masih diragukan.

6

Page 7: VITILIGO

Masih sedikit yang diketahui tentang patogenesis vitiligo, sehingga

patofisiologi penyakit ini masih menjadi teka-teki. Sampai saat ini terdapat 3

hipotesis utama tentang mekanismepenghancuranmelanositpadavitiligo, yang

masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan, yaitu3,4:

1. Hipotesis autoimun, menyatakan bahwa melanosit yang terpilih

dihancurkan oleh limfosit tertentu yang telah diaktifkan. Namun, mekanisme

pengaktifan limfosit tersebut belum diketahui secara pasti. Teori ini juga

berdasarkan adanya temuan klinis terhadap hubungan antara vitiligo terhadap

gangguan autoimun. Autoantibodi organ spesifik untukt iroid, sel parietal

lambung, dan jaringan adrenal lebih sering ditemukan pada serum dengan

vitiligo dibandingkan dengan populasi umum. Antibodi terhadap melanosit

orang normal dapat dideteksi dengan menggunakan tes immunoprecipitation

spesifik yang memiliki pengaruh sitolisis. Didapati profil sel-T yang abnormal

pada pasien vitiligo dengan penurunan sel T-helper.

2. Hipotesis neurogenik, didasarkan pada interaksi dari melanosit dan sel

saraf. Hipotesis ini menyatakan bahwa adanya pelepasan mediator kimiawi

tertentu yang berasal dari akhiran saraf yang akan menyebabkan menurunnya

produksi melanin. Namun, studi baru pada penanda neuropeptida dan saraf

pada vitiligo menunjukkan bahwa neuropeptida Y mungkin memiliki peran

dalam proses terjadinya vitiligo.

3. Hipotesis neurogenik, menyatakan bahwa melanosit dihancurkan oleh zat-

zat beracun yang dibentuk sebagai bagian dari biosintesis melanin yang alami.

Penghancuran ini merupakan mekanisme proteksi alami untuk menyingkirkan

prekursor melanin yang beracun. Hipotesis ini berdasarkan temuan klinis dari

vitiligo dan penelitan eksperimen terhadap depigmentasi kulit oleh senyawa

kimia yang memilik efek mematikan pada fungsi melanosit. Senyawa ini juga

dapat menghasilkan leukoderma yang dibedakan dengan vitiligo idiopatik.

Sementara itu, mekanisme langsung terjadinya makula putih disebabkan

penghancuran melanosit yang progresif oleh sel-T sitotoksi, lainnya

7

Page 8: VITILIGO

ditentukan secara genetis melalui perubahan sitobiologika dan sitokin yang

terlibat3.

5. MANIFESTASI KLINIS

Vitiligo merupakan anomali pigmentasi kulit didapat. Kulit vitiligo

menunjukan gejala depigmentasi dengan bercak putih yang dibatasi oleh

warna kulit normal atau oleh hiperpigmentasi9. Pada vitiligo, ditemukan

makula dengan gambaran seperti “Kapur” atau putih pucat dengan tepi yang

tajam.

Progres dari penyakit ini bisa merupakan suatu pengembangan bertahap

dari makula lama atau pengembangan dari makula baru. Trichrome vitiligo

(tiga warna: putih,coklat muda,coklat tua) mewakili tahapan yang berbeda

dalam evolusi vitiligo3,9.

Tangan, pergelangan tangan, lutut, leher dan daerah sekitar lubang

(misalnya mulut) merupakan daerah-daerah yang sering ditemukan vitiligo5,6.

Kadang dapat juga ditemukan gambaran rambut yang memutih atau uban

prematur. Gambaran rambut putih pada vitiligo, dianalogikan dengan makula

putih, disebut dengan poliosis3.

Gambar 5.1. gambaran vitiligo pada wajah3.

8

Page 9: VITILIGO

6. KLASIFIKASI

Bermacam-macam klasifikasi dikemukakan oleh beberapa ahli. Koga

membagi vitiligo dalam 2 golongan yaitu7,2:

1. Vitiligo dengan distribusi sesuai dermatom.

2. Vitiligo dengan distribusi tidak sesuai dermatom.

Gambar 6.1. gambaran vitiligo bentuk fokal pada daerah lutut3.

Berdasarkan lokalisasi dan distribusinya, Nordlund membagi menjadi7:

1. Tipe lokalisata, yang terdiri atas:

a) Bentuk fokal : terdapat satu atau lebih makula pada satu daerah dan tidak

segmental.

b) Bentuk segmental : terdapat satu atau lebih makula dalam satu atau lebih

daerah dermatom dan selalu unilateral.

c) Bentuk mukosal : lesi hanya terdapat pada selaput lendir (genital dan

mulut).

2. Tipe generalisata, yang terdiri atas:

a) Bentuk akrofasial : lesi terdàpat pada bagian distal ekstremitas dan muka.

b) Bentuk vulgaris : lesi tersebar tanpa pola khusus.

c) Bentuk mixed : lesi campuran segmental dan vulgaris atau akrofasial

3. Bentuk universalis : lesi yang luas meliputi seluruh atauhampir seluruh

tubuh.

9

Page 10: VITILIGO

Gambar 6.2. Gambaran vitiligo universalis3

Gambar 6.3. Gambaran lokasi predileksi vitiligo3

7. DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

klinis, serta ditunjang oleh pemeriksaan histopatologik serta pemeriksaan

dengan lampu Wood.

Biasanya, diagnosis vitiligo dapat dibuat dengan mudah pada

pemeriksaan klinis pasien, dengan ditemukannya gambaran bercak “kapur

putih”, bilateral (biasanya simetris), makula berbatas tajam pada lokasi yang

khas.

Pada pemeriksaan dengan lampu wood, lesi vitiligo tampak putih

berkilau dan hal ini berbeda dengan kelainan hipopigmentasi lainnya.

10

Page 11: VITILIGO

Dalam kasus-kasus tertentu, pemeriksaan histopatologik diperlukan

untuk melihat ada tidaknya melanosit dan granul melanin di epidermis3.

Kelainan kulit pada vitiligo juga dapat kita temukan pada pemeriksaan

dengan mikroskop elektron. Pada pemeriksaan ini terlihat hilangnya

melanosit, dan melanosom pada keratinosit, juga terdapat perubahan dalam

keratinosit: spongiosis, eksositosis, basilar vacuopathy, dan apoptosis.

Beberapa penulis menjumpai infiltrat limfositik di epidermis3.

Gambar 7.1.Perbandinganmelanosit normal(A) dan melanositvitiligo(B) menggunakanimmunocytochemistry. (C) analisisWestern blotmenegaskan

bahwaekspresiBcl-2 berkurangdalam dua barismelanositvitiligodibandingkandengan empatbarismelanositkontrol6.

8. DIAGNOSA BANDING

1. Pityriasis alba (berukuran kecil, tepi yang tidak berbatas tegas, dan warna

yang tidak terlalu putih )

2. Pityriasis versicolor (sisik halusdengan warna fluoresensikuning -

kehijauandi bawah lampuWood, KOHpositif)

3. Hipopigmentasi Pasca Inflamasi (makula tidak terlalu putih, biasanya

riwayat psoriasis atau eksim pada yang sama daerahmakula)

4. Nevus anemikus (tidak ada perubahan dengan wood lamp, tidak ada

eritema setelahdigosok).

5. Piebaldisme (kongenital, putih, stabil, garis berpigmenpada punggung,

pola khas dengan makula hiperpigmentasi besar ditengah daerah

hypomelanotik).

11

Page 12: VITILIGO

9. PENATALAKSANAAN

Ada banyak pilihan terapi yang bisa dilakukan pada pasien dengan

vitiligo. Hampir semua terapi bertujuan untuk mengembalikan pigmen pada

kulit. Seluruh pendekatan memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing,

dan tidak semua terapi dapat sesuai dengan masing-masing penderita.

Tabir surya

Sunscreen atau tabir surya mencegah paparan sinar matahari berlebih pada

kulit dan hal ini dapat mengurangi kerusakan akibat sinar matahari dan dapat

mencegah terjadinya fenomena Koebner. Selain itu sunscreen juga dapat

mengurangi tanning dari kulit yang sehat dan dengan demikian mengurangi

kekontrasan antara kulit yang sehat dengan kulit yang terkena vitiligo3.

Kosmetik

Banyak penderita vitiligo, terutama jenis vitiligo fokal menggunakan

covermask kosmetik sebagai pilihan terapi. Area dengan lesi leukoderma,

khususnya pada wajah, leher, atau tangan dapat ditutup dengan make-up

konvensional, produk-produk self tanning, atau pengecatan topikal lain.

Pilihan untuk menggunakan kosmetik cukup menguntungkan pasien

dikarenakan biayanya yang murah, efek samping yang kecil, dan mudah

digunakan3,9.

Repigmentasi

1. Glukokortikoid topikal, sebagai awal pengobatan diberikan secara

intermiten (4 minggu pemakaian, 2 minggu tidak) glukokortikoid topikal

kelas I cukup praktis, sederhana, dan aman untuk pemberian pada makula

tunggal atau multipel. Jika dalam 2 bulan tidak ada respon, mungkin saja

terapi tidak berjalan efektif. Perlu dilakukan pemantauan tanda-tanda awal

atrofi akibat penggunaan kortikostreoid3. Pada beberapa penderita vitiligo,

terapi dengan kortikosteroid poten tinggi, misalnya betametason valerat

0,1% atau klobetasol propionat 0,05% efektif menimbulkan pigmen1.

12

Page 13: VITILIGO

2. Topikal inhibitor Kalsineurin. Tacrolimus dan pimecrolimus efektif

untuk repigmentasi vitiligo tetapi hanya didaerah yang terpapar sinar

matahari. Obat ini dilaporkan paling efektif bila dikombinasikan dengan

UVB atau terapi laserexcimer3. Terdapat juga hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa pimecrolimus 1% topikal sama efektifnya dengan

klobetasol propionat dalam memulihkan kulit akibat vitiligo10.

3. Topikal fotokemoterapi. Menggunakan topikal 8-methoxypsoralen (8-

MOP) dan UVA. Prosedur ini diindikasikan untuk makula berukuran

kecil dan hanya dilakukan oleh dokter yang berpengalaman. Hampir sama

dengan psoralen oral, mungkin diperlukan ≥15 kali terapi untuk inisiasi

respon dan ≥ 100 kali terapi untuk menyelesaikannya3.

4. Foto kemoterapi sistemik. PUVA oral lebih praktis digunakan untuk

vitiligo yang luas. PUVA oral dapat dilakukan bersamaan menggunakan

sinar matahari (di musim panas atau di daerah yang sepanjang tahun

disinari oleh matahari) dan 5-methoxypsoralen (5-MOP) (tersedia di

Eropa) atau sinar UVA buatandengan 5-MOP atau 8-MOP. Adanya

respon baik dari terapi dengan PUVA ini ditandai oleh munculnya

folikuler kecil yang berpigmen diatas lesi vitiligo. Foto kemoterapi PUVA

oral dengan 8-MOP atau 5-MOP keefektifannya mencapai 85%

untuk>70% pasien dengan vitiligo dikepala, leher, lengan atas, kaki, dan

di badan.3

5. UVB Narrow-band (311nm). Efektivitas terapi ini hampir sama dengan

PUVA, namun tidak memerlukan psoralen. UVB adalah terapi pilihan

untuk anak <6 tahun.

6. Laser Excimer (308nm). Terapi ini cukup efektif. Namun, sama seperti

pada PUVA, proses repigmentasi tergolong lambat. Terapi jenis ini sangat

efektif untuk vitiligo yang terdapat di wajah3.

13

Page 14: VITILIGO

Gambar 9.1. Gambar repigmentasi vitiligo. Tampak pola repigmentasifolikularsetelah diberikanterapiPUVA3.

7. Immunomudulator sistemik

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan vitiligo,

betamethason telah diganti dengan oral methylprednisolon dan

dikombinasikan dengan topikal ointment fluticasone pada lesi vitiligo.

Tingkat keberhasilannya pada > 90% orang dewasa dan > 65% anak-anak

dengan vitiligo adalah dari tingkatan baik sampai sangat baik 12.

8. Topikal analog Vitamin D

Analog vitamin D, khususnya Calcipotriol, telah digunakan untuk terapi

tunggal atau dikombinasikan dengan topikal steroid pada managemen

vitiligo. Efek Vitamn D3 ini mampu menumbuhkan dan

mendiferensiasikan melanosit dan keratinosit kembali. Ini telah

dibuktikan pada suatu demonstrasi mengenai reseptor untuk 1-alpha

dihydroxyvitamin D3 pada melanosit. Dipercaya bahwa reseptor ini

mengatur stimulasi dari melanogenesis. Analog vitamin ini juga biasa

dikombinasikan dengan sinar UV (termasuk NB-UVB) dan topikal

steroid12.

9. Topikal 5-Fluorouracil

Topikal 5-Fluorouracil digunakan untuk menginduksi repigmentasi pada

lesi dengan vitiligo dengan memperbesar stimulasi migrasi dari folicular

melanosit ke epidermis selama proses epitelisasi. Bentuk topikal terapi ini

bisa dikombinasikan dengan titik dermabrasi dari lesi vitiligo untuk

meningkatkan respon dari repigmentasi. Didapatkan respon repigmentasi

14

Page 15: VITILIGO

mencapai 73,3% dengan menggunakan kombinasi ini setelah terapi

selama 6 bulan12.

Minigrafting

Teknik pembedahan dengan metode Minigrafting (Autolog Thin

Thierschgrafting, Suction Blister grafts,autologous minipunch grafts,

transplantation of cultured autologous melanocytes)cukup efektif untuk

mengatasi vitiligo dengan makula segmental yang stabil dan sulit diatasi3.

Depigmentasi

Tujuan dari depigmentasi adalah "kesatuan" warna kulit pada pasien dengan

vitiligo yang luas atau pasien dengan terapi PUVA yang gagal, yang tidak

dapat menggunakan PUVA, atau pasien yang menolak pilihan terapi PUVA3.

Bleaching, Pemutihan kulit normal dengan krimmonobenzyl ether dari

hydroquinone (MBEH) 20% ini bersifat permanen, artinya proses bleaching

(pemutihan) ini tidak reversible. Tingkat keberhasilan terapi ini >90%. Tahap

Akhir warna depigmentasi dengan MBEH adalah chalkwhite (kapur putih),

seperti pada makula vitiligo3. Monobenzon tersedia dalam bentuk cream 20%,

dioleskan 2 kali sehari selama 2 sampai 3 bulan pada daerah kulit yang masih

berpigmen. Terapi biasanya dianggap selesai setelah 10 bulan pemberian9.

15

Page 16: VITILIGO

Gambar 9.2. Algoritma penatalaksanaan vitiligo11.

10. PROGNOSIS

Vitiligo bukan penyakit yang membahayakan kehidupan, tetapi

prognosisnya masih meragukan dan bergantung pula pada kesabaran dan

kepatuhan penderita terhadap pengobatan yang diberikan2.

16

Page 17: VITILIGO

BAB III

PEMBAHASAN

Vitiligo adalah gangguan depigmentasi idiopatik didapat. Tanda klinis

dari vitiligo adalah gambaran makula putih tidak bersisik, hasil dari

hancurnya melanosit kulit secara selektif. Diagnosis dapat ditegakkan

dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat yang

dapat memacu pembentukan pigmen kulit dan dapat pula dilakukan

prosedur pembedahan.

Pengenalan klinis dari vitiligo tidaklah sulit karena biasanya

memberikan gambaran yang khas.

Pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan untuk menegakkan

diagnosa, akan tetapi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti

dengan menggunakan woodlamp untuk menyingkirkan diagnosis lain.

Pada pasien ditemukan macula depigmentasi pada daerah tangan dan

leher, dengan batas jelas, irregular, tanpa didahului oleh perdangan

sebelumnya, dan tidak ada rasa gatal atau nyeri.

Tidak ditemukan riwayat pada keluarga dan riwayat alergi terhadap

obat, makanan, atau bahan tertentu disangkal, hal ini menunjukkan

bahwa tidak ada riwayat atopi pada diri pasien.

Pasien pernah mengalami hal serupa sebelumnya, tetapi sudah

melakukan pengobatan ke dokter spesialis, keluhan dirasakan

membaik, hingga timbul lagi beberapa bulan kemudian, yang

menunjukkan bahwa keadaan ini bersifat kronik dan residif.

Pytiriasis alba disingkirkan karena pada lesi pasien ini tidak

ditemukan skuama, dan berdasarkan anamnesis, lesi tidak diawali

dengan kemerahan, dan tidak gatal, lesi muncul secara tiba-tiba dari

ukuran kecil kemudian membesar secara perlahan

Pityriasis versicolor disingkirkan karena lesi yang ditemukan pada

pasien adalah macula depigmentasi, tidak dirasakan gatal, dengan

17

Page 18: VITILIGO

riwayat hygine yang baik, dan pasien juga megatakan tidak

mengalami keringat yang berlebihan.

Hipopigmentasi Pasca Inflamasi disingkirkan karena pada daerah

yang mengalami lesi sebelumnya adalah kulit yang intak, pasien tidak

mengalami peradangan ataupun luka pada daerah sekitar lesi

sebelumnya.

Piebaldisme disingkirkan karena lesi muncul secara tiba-tiba, dan

tidak ada riwayatkeluarga yang mengalami piebaldisme.

Terapi yang diberikan adalah jenis PUVA, dimana diberikan obat

Psoralen yang kemudian akan diinduksi dengan sinar UV-A untuk

menumbuhkan pigmen kulit.

Prognosis tergantung pada kesbaran dan kepatuhan pasien dalam

menjalani pengobatan.

18

Page 19: VITILIGO

BAB IV

KESIMPULAN

Vitiligo merupakan penyakit yang masih belum diketahui penyebabnya

secara pasti. Namun, beberapa faktor diduga bisa menjadi pencetus untuk

penyakit ini. Begitu juga, telah banyak hipotesis yang diungkapkan oleh para

peneliti untuk menyingkap misteri dibalik perjalanan penyakit ini.

Tidak adanya melanosit pada lapisan kulit, merupakan tanda khas

penyakit ini. Gambaran ruam vitiligo dapat berupa makula hipopigmentasi

yang lokal sampai universal. Daerah tangan, pergelangan tangan, lutut, leher

dan daerah sekitar lubang (misalnya mulut) adalah daerah-daerah predileksi

dari vitiligo.

Setelah anamnesis dan pemeriksaan klinis, pemeriksaan woodlamp dan

pemeriksaan laboratorium histopatologi dapat menjadi penunjang untuk

menegakkan diagnosis vitiligo.

Terapi vitiligo sendiri sampai saat ini masih kurang memuaskan. Tabir

surya dan kosmetik covermask bisa menjadi pilihan terapi yang murah dan

mudah serta dapat digunakan oleh pasien sendiri dibanding dengan terapi

lainnya. Kortikosteroid topikal juga dapat menjadi terapi inisial untuk vitiligo.

Tindakan pembedahan Minirafting pada vitiligo dapat menjadi pilihan terapi

apabila terapi lain memang tidak berhasil. Khusus untuk vitiligo dengan luas

permukaanya lebih dari 50% dan pengobatan psoralen tidak berhasil, dapat

dipilih terapi depigmentasi agar seluruh kulit memiliki warna yang seragam.

Prognosis vitiligo masih meragukan dan bergantung pula pada kesabaran

dan kepatuhan penderita terhadap pengobatan yang diberikan.

19

Page 20: VITILIGO

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Edisi 5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

296-298.

2. Hidayat D. 1997. Vitiligo. Cermin Dunia Kedokteran. 117: 33-35.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Hidayat%2BJ.%2BVitiligo

%252C%2Btinjauan%2Bkepustakaan.%2BDalam%2BCermin%2Bdunia

%2Bkedokteran&source=web&cd=1&ved=0CBgQFjAA&url=http%3A%2F

%2Fwww.kalbe.co.id%2Ffiles%2Fcdk%2Ffiles%2F11Vitiligo117.pdf

%2F11Vitiligo117.pdf&ei=PNCqTtHiI5HirAeKyZDmDA&usg=AFQjCNG8

ZD_6X0lotzoP72Ztn85py_efgA&cad=rja

3. Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of

Clinical

Dermatology. 6th Ed. Mcgraw Hill Medical: Newyork. 335-341.

4. Rook A, Wilkinson DS, Ebling FJG. 1998. Textbook of Dermatology. 6th ed.

Blackwell Science: Malden. 1802-1805.

5. Gawkrodger DJ. 2003. Dermatology an Ilustrated Colour Text. 3rd ed.

Churchill Livingstone: London. 70.

6. Boissy RE, Manga P. 2004. Review On the Etiology of Contact/Occupational

Vitiligo. Pigment Cell Res. 17: 208–214.

7. Moretti S. 2003. Vitiligo. Orphanet Encyclopedia.

http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-vitiligo.pdf.

8. Shimizu H. 2007. Shimizu's Textbook of Dermatology. Hokkaido University

Press: Japan. 9.

9. James WD, Berger TG, Elston DM. 2006. Andrews’ Disease of The Skin.

10th ed. Saunders Elsevier: Philadelpia. 860-862.

10. Coskun B, Saral Y, Turgut D. 2005. Topical 0.05% clobetasol propionate

versus 1%

pimecrolimus ointment in vitiligo.Eur J Dermatol. 15 (2): 88-91.

20

Page 21: VITILIGO

11. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. 2008.

Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. Mc Graw Hill:New

York. 616-622.

12. Majid I. 2010. Vitiligo Management : an Update. BJMP. 3(3): a332.

21