visi kementerian koordinator bidang kesejahteraan rakyat ... web viewbeliau juga pernah menjadi...
TRANSCRIPT
Tugas Perokonomian Indonesia
Deskripsi Kinerja Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Disertai Implementasi Kebijakan dan Korelasinya
Terhadap Millennium Development Goals
Oleh:
1. Dito Didi Adikta (282283)2. Harsa Kunthara Satrio (296297)
3. Dianita Rahmawati Puspa (296307)4. Aldila Anindita (296286)
5. Amelia Putri (296255)6. Angguno Putra Yunas (296275)
7. Retno Pramanty Utomo (296477)8. Tania Rizqi Amalia (296577)
9. Arief Iriansyah (296610)10. Dega Tri Anggoro (280788)
11. Duwi Sanofata (280853)12. Aldy Reza Khadifa (280906)
13. Pangesti Indras Hayuningsih (280877)14. Aburizal Wicaksono (280551)
15. Hartika Abiyanti (288940)
Universitas Gadjah Mada
2012
A. Sejarah Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Awal pembentukan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) dimulai pada Era Demokrasi Terpimpin. Ketika itu Muljadi Djojomartono diangkat sebagai Menteri Bidang Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Kerja III dengan masa bakti 6 Maret 1962 – 13 Desember 1963. Kementerian ini mengoordinasikan:
Departemen Agama Departemen Kesehatan Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.
Pada masa itu, kabinet ini dipimpin oleh Perdana Menteri Soekarno, dengan Menteri Pertama Djuanda dan Wakil Menteri Pertama I: J. Leimena dan Wakil Menteri Pertama II: Subandrio. Jabatan Menteri Koordinator Bidang Kesra dilanjutkan pada Kabinet Kerja IV (13 November 1963 – 27 Agustus 1964). Setelah itu secara berturut-turut adalah Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964 - 22 Februari 1966), Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966 – 28 Maret 1966), dan Kabinet Dwikora III (28 Maret 1966 – 25 Juli 1966). Kelima kabinet ini dipimpin oleh Ir. Soekarno.
Pada Kabinet Ampera I (25 Juli 1966 - 17 Oktober 1967), Ir. Soekarno sebagai Perdana Menteri mengangkat Dr. K.H. Idham Khalid sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Jabatan ini tetap dipercayakan dan berlanjut pada Kabinet Ampera II yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto (Era Demokrasi Terpimpin). Selanjutnya, jabatan sebagai Menko Kesra berlanjut pada Kabinet Pembangunan I atau Era Orde Baru (6 Juni 1968 - 28 Maret 1973) di bawah pimpinan Jenderal Soeharto.
Selama kepemimpinan Soeharto di Era Demokrasi Terpimpin (1967-1968) dan Orde Baru (1968-1988), jabatan Menko Kesra dipercayakan oleh 8 orang menteri secara bergantian. Mereka adalah K.H. Idham Khalid dan dilanjutkan oleh Jenderal (Purn) Surono pada Kabinet Pembangunan III (29 Maret 1978 – 19 Maret1983). Berikutnya, H. Alamsyah Ratu Prawiranegara pada Kabinet Pembangunan IV (29 Maret 1983 – 19 Maret 1988), H. Soepardjo Rustam pada Kabinet Pembangunan V (29 Maret 1988 – 17 Maret 1993), Ir. Azwar Anas pada Kabinet Pembangunan VI (17 Maret 1993 – 14 Maret 1998), dan Prof. Dr. H. Haryono Suyono pada Kabinet Pembangunan VII (14 Maret 1998 – 21 Mei 1998)
Di Era Pasca Orde Baru Prof. Dr. H. Haryono Suyono tetap dipercaya menjabat sebagai Menko Kesra pada Kabinet Reformasi Pembangunan (21 Mei 1998 – 26 Oktober 1999) di bawah pimpinan Presiden B.J. Habibie.
Selanjutnya pada Kabinet Persatuan Nasional (26 Oktober 1999 – 9 Agustus 2001) yang berada di bawah pimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, jabatan Menko Kesra dijabat oleh Hamzah Haz (1 – 30 November 1999). Namun beliau hanya sebulan menjabat sebagai Menko Kesra. Penggantinya adalah Prof. Dr. Basri
Hasanuddin sebagai Menko Kesra (30 November 1999 – 23 Agustus 2000). Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 234/M/Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Persatuan Indonesia Periode 1999-2004, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tidak dimasukkan lagi sebagai salah satu
Kementerian dalam Kabinet Persatuan Indonesia. Baru pada Kabinet Gotong Royong (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004), yang dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ada kembali dan dinahkodai oleh Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (9 Agustus 2001- 22 April 2004).
Sebagai salah satu Calon Presiden pada pemilihan Presiden RI periode 2004-2009, H.M. Jusuf Kalla mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menko Kesra. Sebagai pengganti nya, ditetapkan Prof. Drs.A. Malik Fadjar, MSc, (April 2004 – Oktober 2004). Beliau juga pernah menjadi Menteri Pendidikan di bawah kepemimpinan Presiden Megawati . Seperti diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden H.M. Jusuf Kalla menjadi pemenang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden periode 2004-2009. Mereka lalu mengangkat Dr. Alwi Shihab sebagai Menko Kesra (21 Oktober 2004 – 5 Desember 2005). Sejak 5 Desember dilakukan reshufle Kabinet, dan sampai 2009 jabatan Menko Kesra diemban oleh Ir. Aburizal Bakrie.
KIB II, Jabatan Menko Kesra diemban oleh dr. H.R. Agung Laksono
B. Struktur Organisasi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat: H. R Agung LaksonoSekretaris Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan: Prof. Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo, M.ScDeputi Bidang Koordinasi Lingkungan Hidup dan Kerawanan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ( DEPUTI I ): Willem Rampangilei
Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat ( DEPUTI II ): Dr. Adang Setiana, M. Sc
Deputi Bidang Koordinasi Kesehatan, Kependudukan, dan Keluarga Berencana Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (DEPUTI III): dr. Emil Agustiono, M.Kes
Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (DEPUTI IV): Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A
Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakya (DEPUTI V): Drs. Sugihartatmo, MPIA
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Anak Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (DEPUTI VI): Dr.Ina Hernawati,M.P.H
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (DEPUTI VII): Dr. Ir. Sudjana Royat, D.E.A
C. Visi Misi Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
VISITerwujudnya Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat untuk Mencapai
Indonesia Sejahtera, Maju, Mandiri dan Bermartabat
Dalam rangka mewujudkan visi Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 : Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, serta visi Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014, maka
visi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010-2014 adalah “Terwujudnya Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat untuk Mencapai Indonesia Sejahtera, Maju, Mandiri dan
Bermartabat”.
MISIUntuk mewujudkan visi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010-2014, maka
ditetapkan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan mekanisme koordinasi kebijakan dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan bidang kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan koordinasi pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan bidang kesejahteraan rakyat.
3. Meningkatkan koordinasi dalam pemantauan, analisis, dan evaluasi kebijakan bidang kesejahteraan rakyat.
4. Meningkatkan kualitas aparatur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.Dalam menjalankan misi tersebut, nilai-nilai berikut menjadi pedoman dan acuan dalam bertindak dan
berperilaku bagi setiap SDM Aparatur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat :
Jujur, bersih dari KKN. Kebersamaan (teamwork).
Saling mempercayai. Saling menghargai. Kreativitas.Inovasi. Pelayanan prima. Longlife education.
D. Tugas dan Fungsi
KEDUDUKAN
1. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dipimpin oleh Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
TUGAS
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan,
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat.
FUNGSI
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat menyelenggarakan fungsi:
1) Sinkronisasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kesejahteraan rakyat;
2) koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kesejahteraan rakyat;
3) pengendalian penyelenggaraan urusan kementerian sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b;
4) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;
5) pengawasan atas pelaksanaan tugas Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat; dan
6) pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh Presiden.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 3, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengkoordinasikan:
1. Kementerian Kesehatan;
2. Kementerian Pendidikan Nasional;
3. Kementerian Sosial;
4. Kementerian Agama;
5. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata;
6. Kementerian Lingkungan Hidup;
7. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
8. Kementerian Perumahan Rakyat;
9. Kementerian Pemuda dan Olahraga; dan
10. Instansi lain yang dianggap perlu.
E. Contoh Implementasi Kebijakan Kementrian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat
Pada bagian ini, kami akan memberikan contoh kebijakan yang dilakukan oleh
Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dalam kaitannya dengan penggunaan
Anggaraan Penerimaan dan Belanja Negara dan kaitannya dalam usaha pencapaian
Sasaran Pembangunan Millennium atau Millennium Development Goals.
PNPM Mandiri
Visi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Tahun 2010-2014 adalah “Terwujudnya Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat untuk Mencapai Indonesia Sejahtera, Maju, Mandiri dan Bermartabat”. Visi tersebut merepukan cerminan dari visi Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 : Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, serta visi Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Hal ini juga senada dengan poin Sasaran Pembangunan Millennium atau Millennium Development Goals poin satu, yakni Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
Untuk mewujudkan visi tersebut maka dibuatlah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) yang berada di bawah Deputi 7 Bidang Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat. Program nasional yang
berbasis pada pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan dengan menyelaraskan dan
mengembangkan sistem serta prosedur yang memudahkan masyarakat untuk berkembang.
Salah satunya dengan menyediakan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk memacu
kreatifitas dan daya inovasi masyarakat sehingga dapat menanggulangi kemiskinan. Dengan
begitu berbagai persoalan yang berkaitan dengan kualitas hidup dapat diatasi.Program
pemberdayaan masyarakat ini memerlukan kontribusi dari pemerintah daerah yang sangat
besar dan juga banyak pihak lain untuk menjamin keberlangsungan program dan efektifitas
yang dicapai.
Pada dasarnya rangkaian dari PNPM Mandiri adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Masyarakat.
Diperlukan kesadaran dari masyarakat untuk mau bekerja keras dan menjadi mandiri
demi mencapai kesejahteraan hidup. Oleh karena itu harus dilakukan pemetaan
potensi yang dimiliki masyarakat, masalah yang dihadapi dan kebutuhan yang
diperlukan oleh masyarakat, perencanaan yang matang dan berkelanjutan,
pengorganisasian dan pengelolaan, pemanfaatan sumberdaya yang ada, pemantauan
proses, dan pemeliharaan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai.Untuk mendukung
rangkaian kegiatan tersebut, diesediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran
masyarakat, pengembangan relawan dan operasional pendampingan masyarakat; dan
fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama
pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama
sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
2. Bantuan Langsung Masyarakat
Dana stimulan keswadayaan diberikan kepada masyarakat untuk menjadi modal
dalam membiayai sebagian kegiatan yang sudah direncanakan masyarakat. Dana
diberikan teruatama kepada masyarakat miskin yang kesulitan dalam mencari modal
awal untuk usahanya.
3. Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan peran pemerintah daerah
dan kelompok atau pelaku lokal lainnya agar kondisi yang kondusif tercipta. Kondisi
yang kondusif diperlukan agar masyarakat dapat berkembang dengan baik dan
akhirnya mendapat penghidupan yang layak. Kegiatan yang dilakukan antara lain
melaksanakan seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan, dll.
4. Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Seiring dengan berjalannya kegiatan pemberdayaan masyarakat maka diperlukan
pengelolaan dan pengembangan agar proses berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Kegiatan ini contohnya seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu,
evaluasi dan pengembangan program.
Tercetusnya ide mengenai program berbasis pemberdayaan masyarakat ini berawal
dari keputusan rapat yang diadakan antara Menko Kesra, Menko Perekonomian, Menteri
Keuangan dan Kepala Bappenas beserta staf terkait bahwa Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) dan Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) akan
dilanjutkan. Namun program tersebut harus diintegrasikan dalam suatu Wadah Program
Nasional dan diimplementasikan ke seluruh desa/kecamatan miskin. Selanjutnya pada Sidang
Kabinet tanggal 7 September 2006, Preseiden menetapkan kebijakan pemerintah untuk
percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui
pemberdayaan masyarakat. Tim yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kemenko Kesra bersama Deputi Bidang kemiskinan, UKM dan
Ketenaga kerjaan Bappenas, Ditjen PMD, Depdagri, Ditjen Cipta Karya Dept. Pekerjaan
Umum bekerja keras menggarap konsep, nama dan disain awal program nasional
pemberdayaan masyarakat ini sampai menjadi program yang bernama “Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).Akhirnya Presiden RI menyempurnakan nama PNPM
menjadi PNPM-Mandiri dan diluncurkan di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah pada 30
April 2007.
Contoh: Implementasi PNPM Mandiri di Jawa Timur
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri, dengan pembiayaan
yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga
pemberi bantuan, dan pinjaman dari Bank Dunia.
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Fase I mulai dilaksanakan di provinsi
Jawa Timur sejak bulan Agustus 1998 hingga Juli 2002 yang berlangsung selama 3 tahun
lebih pelaksanaan telah menjangkau 16 Kabupaten, 140 kecamatan dan 1.957 desa, dengan
total nilai alokasi dana BLM sebesar Rp. 216.250.000.000.
Selanjutnya, PPK Fase II sebagai kelanjutan dari PPK Fase I mulai dilaksanakan sejak
bulan Januari 2003 hingga Februari 2006. Dalam pelaksanaannya pada setiap tahun
anggarannya dinamai dengan istilah Siklus 4 untuk T.A. 2003, Siklus 5 untuk T.A. 2004 dan
Siklus 6 untuk T.A.2005.
Memasuki tahun 2006, Provinsi Jawa Timur kembali mendapatkan kelanjutan dari
pelaksanaan PPK sebelumnya dengan istilah PPK Fase III selama 3 siklus yakni PPK-3
Siklus 7, PPK-3 Siklus 8 dan PPK-3 Siklus 9 yang dimulai sejak bulan Januari 2006 dan
berakhir bulan Mei 2007 untuk PPK-3 Siklus 8 dan bulan April 2007 untuk PPK-3 Siklus 9.
Memasuki tahun 2007 provinsi Jawa Timur mendapat kelanjutan program berupa
pengintegrasian PPK ke dalam PNPM yang selanjutnya disebut dengan istilah PNPM-PPK
dengan lokasi berjumlah 170 kecamatan di 27 kabupaten dan Pilot Project PNPM Generasi
Sehat dan Cerdas yang selanjutnya disebut dengan istilah PNPM-Generasi dengan lokasi
berjumlah 36 kecamatan di 5 kabupaten.
Memasuki tahun 2008 Provinsi Jawa Timur mendapat kelanjutan program dengan
bertambahnya lokasi menjadi 202 kecamatan di 29 kabupaten. Semula Pilot Project PNPM
Generasi Sehat dan Cerdas yang selanjutnya disebut dengan istilah PNPM-Generasi dengan
lokasi berjumlah 36 kecamatan di 5 kabupaten mendapat tambahan PNPM-Generasi dengan
lokasi berjumlah 14 kecamatan di 5 kabupaten. Jadi Total PNPM-Generasi pada tahun 2008
berjumlah 50 kecamatan di 5 kabupaten.
Memasuki tahun 2009 Provinsi Jawa Timur mendapat kelanjutan program dengan
bertambahnya lokasi menjadi 475 kecamatan, terdiri dari 425 kecamatan dengan Program
PNPM Mandiri Perdesaan dan 50 kecamatan dengan program PNPM Generasi Sehat dan
Cerdas yang dialokasikan di 5 kabupaten (Malang, Pamekasan, Trenggalek, Nganjuk,
Magetan)
Memasuki tahun 2010 Provinsi Jawa Timur mendapat kelanjutan program dengan
bertambahnya lokasi menjadi 508 kecamatan, terdiri dari 508 kecamatan dengan Program
PNPM Mandiri Perdesaan dan 50 kecamatan dengan program PNPM Generasi Sehat dan
Cerdas yang dialokasikan di 5 kabupaten (Malang, Pamekasan, Trenggalek, Nganjuk,
Magetan).
Tata Cara Pelaksanaan
Lokasi dan Alokasi Dana PNPM 2012PNPM MPd : 32 provinsi, 393 kabupaten/kota, 5.020 kecamatan• APBN : Rp 6.587.400.000.000,-• APBD : Rp 1.646.850.000.000,-
PNPM Pasca Bencana : 6 Kabupaten, 31 KecamatanBLM : Rp. 72.000.000.000,-
PNPM Perbatasan : 80 kecamatanBLM : Rp. 80.000.000.000,-
PNPM Integrasi : 75 kabupaten• APBN : Rp 300.000.000.000,-• APBD : Rp 75.000.000.000,-
PNPM Pasca Krisis : 86 Kabupaten , 433 kecamatanBLM : Rp. 80.000.000.000,-
Catatan : Penentuan komposisi dana bersama didasarkan atas PMK Nomor 61/PMK.07/2010tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam Rangka PerencanaanPendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan KemiskinanTahun Anggaran 2011
STRATEGI PELAKSANAAN Perencanaan partisipatif Pelaksanaan yang transparan dan akuntabel Pendampingan masyarakatdan pemerintah lokal Desentralisasi anggaran di tingkat kecamatan (block grant)
PENGENDALIANKegiatan berupa pemantauan, pengawasan dan evaluasi keseluruhan kegiatan untuk menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan dan sebagai langkah antisipatif terhadap upaya penyimpangan atau penyelewengan. Tergambar dalam diagram berikut ini.
RENCANA 2012Program : PNPM MPd Inti, Respek Pertanian, Integrasi danPerbatasanLokasi :
PNPM MPd : 32 provinsi, 393 kabupaten/kota, 5.020 kecamatan Antisipasi tambahan kecamatan pemekaran : 100 kecamatan PNPM Perbatasan : 100 kecamatan PNPM Integrasi : 85 kabupaten PNPM Respek Pertanian : 43 kecamatan
Kebutuhan anggaran : Rp. 9.583.000.000.000
PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2013
Contoh Kebijakan Fungsi Pendidikan:
Pendidikan merupakan salah satu instrumen terbaik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa. Melalui pendidikan, diharapkan suatu bangsa akan dapat memperbaiki taraf hidupnya melalui dasar pengetahuan dan ketrampilan baru untuk mampu menghadapi tantangan ekonomi selanjutnya yang mungkin tidak mampu dipecahkan sebelumnya. Sesuai dengan poin Millenium Development Goals poin kedua yakni, Mencapai Pendidikan Dasar Untuk SemuaAPBN 2012 UU 22/2011 (20,20%)
a.Alokasi Pemerintah Pusat TA. 2012 Rp. 102,5 Trilyun.
b.Transfer ke daerah: Rp. 186,44 Trilyun.
c.Dana Pengembangan Pendidikan Nasional Rp. 1 Trilyun
d.Total Anggaran Fungsi Pendidikan :Rp. 289,94 Trilyun.
PAGU INDIKATIF TA. 2013 (20,18%)a.Alokasi Pemerintah Pusat TA. 2013: Rp. 103,9 Trilyun,
b.Transfer ke daerah: Rp. 210,1 Trilyun
c.Dana Pengembangan Pendidikan Nasional Rp. 2,5 Trilyun.
d.Total Anggaran Fungsi Pendidikan: Rp. 316,5 Trilyun.
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
Perbaikan Ruang Kelas Rusak Berat SD/MI, SMP/MTS, sebanyak 173.344 ruang dengan dana Rp15,82 Triliun, harus sudah selesai pada th. 2012.
Dana BOS SD th. 2012, Rp. 15,8 Triliun. Dana BOS SMP th. 2012, Rp. 6,7 Triliun. Untuk th. 2013, dialokasikan Rp. 23, 6 Triliun (SD/SMP)
Rintisan Pendidikan Menengah Universal (12 Tahun)
Pada tahun 2012, sudah 13 Provinsi (DIY, Jatim, Bali, Maluku, Sulsel, Sulut, Kaltim, Kalsel, Babel, Lampung, Sumsel, Jambi, Sumut) memulai program ini.
Dana BOS SMA th. 2012, Rp. 989 Miliar, Dana BOS SMA th. 2013 sedang dihitung, dan Dana BOS SMA Daerah
Rehabilitasi Gedung tahun 2013 (Sarana Prasarana Pendidikan)
Tahun 2011 /2012 terdapat 243,672 ruang kelas SD/MI, SMP/MTS yang kondisinya Rusak Sedang.
Pada tahun 2012/2013 diperkirakan 10%, atau sekitar 24.367 ruang kelas SD/MI, SMP/MTS yang semula rusak sedang menjadi Rusak Berat
Pemkab/pemkot wajib memperbaiki ruang kelas yang rusak berat tersebut, mengingat pada tahun 2012 Pemerintah Pusat telah memperbaiki 173,344 ruang kelas rusak berat yang seharusnya menjadi tanggung jawab Pemkab/Pemkot
Contoh Kebijakan Terkait Masalah Jaminan Sosial
TANTANGAN BIDANG KESEHATAN Tahun 2013
Ketiadaan jaring pengaman sosial atau social security merupakan salah satu isu terbesar yang saat ini dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berimbas pada mahalnya biaya pelayanan kesehatan dan meninggalkan jutaan masyarakat Indonesia yang sakit tanpa kepastian apa-apa mengenai masalah kesehatan yang mereka hadapi. Oleh karena itu, pada millennium ini pemerintah Indonesia melalui Kemenko Kesra mengambil sebuah inisiatif untuk menekan angka jangkitan penyakit dan kematian ibu dan anak.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden. Terdapat 2 BPJS, yakni:
o BPJS Kesehatan menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan, yang merupakan transformasi PT Persero Askes, yang akan dibentuk dan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014.
o BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian. BPJS Ketenagakerjaan adalah transformasi PT Persero Jamsostek, dibentuk pada 1 Januari 2014 dan beroperasi paling lambat 1 Juli 2015.
Sesuai Sasaran Pembangunan Millennium poin 4,5,6 yakni: Menurunkan Angka Kematian Anak Meningkatkan Kesehatan Ibu
Melalui penyediaan fasilitas kesehatan yang lebih baik, khususnya bagi ibu melahirkan
Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnyaMelalui penyediaan fasilitas kesehatan yang mampu memberikan pertolongan komprehensif yang secara tidak langsung turut menekan penyebaran penyakit menular tersebut lebih luas dan mengurangi angka penderitanya pula.
Diharapkan dengan adanya kebijakan ini, pelayanan medis akan lebih terjangkau bagi sebagian besar masyarakat Indonesia disertai dengan kualitas yang baik pula. Karena, pelayanan yang terjangkau namun tidak dengan kualitas yang baik tidak akan memberikan dampak yang signifikan.
PENINGKATAN FASILITAS DAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN FASILITAS KESEHATAN: Rumah Sakit yang tersedia: 1.924 unit, Puskesmas: 9.134 unit, Puskesmas Pembantu: 22.100 unit, Posyandu: 212.629 unit.
KEBUTUHAN UNTUK UNIVERSAL COVERAGE: Rasio Ideal WHO 1:1000
Jumlah Penduduk = 237.641. 326 jiwa. Kebutuhan Tempat Tidur (TT)= 237.641 TT, Tersedia =221.397 TT, masih kurang secara nasional= 16.244 TT. Dengan memperhitungkan disparitas= 64.167 TT
Kekurangan ini dipenuhi pada tahun. 2012= 30.000 TT (Rp. 1.68 Triliun), th. 2013= 20.000 TT (Rp. 1.68 Triliun) & th. 2014= 14.167 TT (Rp.1.26 Triliun)
Sumber Pendanaan APBN dan APBD
PERANAN PEMERINTAH DAERAH DALAM IMPLEMENTASI BPJS
1 .Menyusun dan mengimplementasikan roadmap universal coverage
2. Financial planning melalui APBD untuk kelangsungan pembiayaan kesehatan
3. Penetapan pelayanan kesehatan dasar yang mengacu kepada Perpres Jaminan Kesehatan
4. Validasi data Penerima Bantuan Iuran program jaminan kesehatan
5. Menghitung dan merencanakan premi untuk kelompok informal
6. Koordinasi penyelenggaraan melalui kantor cabang BPJS di daerah
PROGRAM RUMAH MURAH
Dalam kurun 3 Tahun kedepan, direncanakan akan dibangun sekitar 450.000 – 500.000 rumah murah per tahun untuk masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah, yang dilaksanakan oleh Kementrian Perumaha Rakyat. Penyediaan fasilitas ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yakni papan, yang hingga saat ini masih belum dapat dipenuhi akibat mahalnya harga properti, utamanya di kawasan urban.
Disamping itu, disiapkan pula Program Rumah Murah untuk Prajurit TNI dan PNS, dengan syarat lahan telah tersedia.
Kementrian Perumahan Rakyat mengembangkan Prototipe Rumah Murah, Tipe T-36 dengan Harga Rp.25 Juta, diluar harga lahan.
F. Kebijakan Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat terkait Millennium Development Goals Lainnya
1. Terkait dengan poin Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan Dibentuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak yang betugas untuk menjamin perlindungan terhadap hak-hak kaum perempuan yang salah satunya diwujudkan melalui lembaga advokasi khusus untuk menangani masalah pelanggaran hak wanita dan anak-anak, yakni Komnas PPA. Selain itu terdapat beberapa implementasi lain, pertama, menyangkut pendidikan. Yang kedua dan ketiga, menyangkut dengan lapangan pekerjaan dan keterwakilan dalam parlemen. Berkaitan dengan target pertama, di bidang pendidikan, dapat dikatakan bahwa kesempatan perempuan sudah cukup setara dengan laki-laki. Hal ini terlihat dari indikator rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki dalam partisipasi dalam pendidikan dasar, lanjutan, dan tinggi. Yang menjadi indikator utama adalah rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi. Disini Indonesia tampaknya sudah mencapai target, dengan rasio 100% di sekolah dasar, 99,4% di sekolah
lanjutan pertama, 100,0% disekolah lanjutan atas, dan 102,5% di pendidikan tinggi. Indikator kedu adalah rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki untuk usia 15-24 tahun. Disini pun, tampaknya kita telah mencapai target dengan rasio 99,99%. Indikator ketiga aalah sumbangan perempuan dalam kerja berupah disektor non-pertanian. Disini kita masih jauh dari kesetaraan. Nilainya saat ini hanya 33%. Indikator keempat adalah proporsi perempuan didalem parlemen, dimana proporsinya saat ini hanya 11,3%.
Untuk mencapai tujuan MDGs tersebut, maka dilaksanakan 5 strategi utama, yaitu penyediaan akses pendidikan yang bermutu terutama pendidikan dasar secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan baik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolan; penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah; peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan baca tulis untuk meningkatkan derajat melek huruf terutama penduduk perempuan; peningkatan koordinasi, informasi, dan edukasi dalam rangka mengarusutamakan pendidikan berwawasan gender; dan pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik ditingkat pusat maupun daerah mengenai pendidikan berwawasan gender.
2. Terkait dengan poin Memastikan kelestarian lingkungan hidupPada periode 2010-2014, kementrian Lingkungan Hidup melakukan fokus terhadap 3 program berikut
Daerah Aliran Sungai (DAS), dengan lokus kegiatan utama yaitu Sungai Ciliwung dan Bengawan Solo;
Perkotaan, dengan lokus kegiatan mewakili karakteristik Kota Metropolitan, Kota Besar, Kota Sedang, dan Kota Kecil dengan fokus sebagai kota berkelanjutan dengan dasar eco friendly;
Ekosistem Pulau, dengan lokus kegiatan utama yaitu Teluk Tomini dan pulau-pulau kecil terluar.