gilangdawous.files.wordpress.com · web viewdengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus...

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Dalam era globalisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun dalam mengembangkan budaya belajar tersebut, perlu belajar yang mana dan bagaimana yang perlu diupayakan untuk diwujudkan. Dengan kata lain, persoalan belajar sebagai budaya yang akan dikembangkan tidak dapat dipisahkan dengan psikologi, pemaknaan hakikat manusia baik yang belajar maupun yang membelajarkan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan belajar? 2. Bagaimana karakteristik perubahan dalam belajar? 3. Apa saja prinsip-prinsip dalam belajar? 4. Bagaimana proses belajar? 5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar? 6. Bagaimana pengungkapan dan pengukuran hasil belajar? C. Tujuan 1. Menambah wawasan tentang garis-garis besar konsep dasar belajar. Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 1

Upload: vanmien

Post on 19-May-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.

Dalam era globalisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun dalam mengembangkan budaya belajar tersebut, perlu belajar yang mana dan bagaimana yang perlu diupayakan untuk diwujudkan. Dengan kata lain, persoalan belajar sebagai budaya yang akan dikembangkan tidak dapat dipisahkan dengan psikologi, pemaknaan hakikat manusia baik yang belajar maupun yang membelajarkan.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan belajar?2. Bagaimana karakteristik perubahan dalam belajar?3. Apa saja prinsip-prinsip dalam belajar?4. Bagaimana proses belajar?5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?6. Bagaimana pengungkapan dan pengukuran hasil belajar?

C. Tujuan1. Menambah wawasan tentang garis-garis besar konsep dasar belajar.2. Memberikan pengetahuan tentang karakteristik perubahan dalam belajar.3. Memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip dalam belajar.4. Memberikan gambaran secara skematis tentang proses belajar.5. Memberikan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.6. Memberikan gambaran tentang pengukuran hasil belajar.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 1

Page 2: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

BAB IIKAJIAN TEORI

Dalam perkembangan psikologi pendidikan, secara bersamaan telah bermunculan berbagai teori tentang belajar. Beberapa aliran psikologi pendidikan, diantaranya yaitu: psikologi behavioristik, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar, yaitu :A. Teori-teori Belajar Psikologi Behavioristik.

Teori belajar psikologi behavioristik sering disebut “contemporary behaviourists” atau juga disebut Stimulus-Respon psychologists. Para psikologi behavioristik berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcemen) dari lingkungannya. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Teori-teori yang mengawali perkembangan psikologi behavioristik.

Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, Guthrie, dan Skinner. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar. 1. Thorndike

Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial-and-error learning”, individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial-and-error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil penelitiannya terhadap tingkah laku.

Objek penelitian dihadapkan pada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam hal itu objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi suatu reaksi dengan stimulasinya. Ciri-cirinya belajar dengan “trial-and-error” yaitu : Ada motif pendorong aktivitas Ada berbagai respon terhadap situasi Ada eliminasi respon-respon yang gagal/salah dan Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 2

Page 3: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

Dari penelitiannya itu, Thorndike menemukan hukum-hukum:1) “Law of readiness”, jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh

kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.

2) “Law of exercise”, makin banyak dipraktekkan atau digunakan hubungan stimulus respon , makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”.

3) “Law of effect”, bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon , dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.

2. Pavlov Sementara Thorndike mengadakan penelitiannya, di Rusia

Ivan Pavlov (1849-1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “classical conditioning” atau “stimulus substitution”. Teori Pavlov berkembang dari percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.

3. Watson John B. Watson (1878-1958) adalah orang pertama di

Amerika Serikat yang mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Palvov. Watson berpendapat, bahwa “belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti”. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui conditioning.

4. Guhtrie E.R Guhtrie (1886-1959) memperluas penemuan Watson

tentang belajar. Ia mengemukakan prinsip belajar yang disebut “the law of association” yang berbunyi : suatu kombinasi stimulus itu muncul kembali. Dengan kata lain, jika seseorang mengerjakan sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama seseorang itu akan mengarjakan hal yang serupa.

5. Skinner’s Operant ConditioningSkinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai

faktor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku. Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :1) Respondents : respon yang terjadi karena stimulus khusus,

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 3

Page 4: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

2) Operants : respon yang terjadi karena situasi random.Perbedaan penting antara Pavlov’s classical conditioning dan

Skinner’s operant condicioning ialah dalam classical conditioning, akibat-akibat suatu tingkah laku itu. Reinforcement tidak diperlukan karena stimulusnya menimbulkan respon yang diinginkan. Operants conditioning, suatu situasi belajar di mana suatu respon dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung.

Apabila murid tidak menunjukan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behaviour. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengonrol dan mengarahkan kegiatan belajar kea rah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Jenis-jenis stimulus:

1. Positive reinforcement, pennyajian stimulus yang meningkatkan probalitas suatu respon.

2. Negatie reinforcement, pembatasan stimulus yang tidak menyenangkan, yang tidak dihentikan akan mengakibatkan probabilitas respon.

3. Hulkuman: pemberintian stimulus yang tidak menyenangkan misalnya “contradiction or reprimand”. Bentuk hukuman lain berupa penangguhan stimulus yang menyenangkan (“removing a pleasant or reinforcing stimulus”)

4. Primary reinforcement: stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologi.

5. Secondary or leraned reinforcement. 6. Modifikasi tingkah laku guru: perlakuan guru terhadap murid-

murid berdasarkan minat kesenangan mereka. Penjadwalan reinforcement:

Jadwal reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana suatu person diperbuat. Ada empat cara penjadwalan reinforcement:1. “Fixed ratio schedule”: yang didasarkan pada penyajian bahan

pelajaran, yang mana pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respon setelah terjadi jumlah tertentu dari respon.

2. “variable ratio schedule”: yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata-rata respon.

3. “Fixed interval schedule”: yang didasarkan atas satuan waktu tetap di antara “reinforcement”.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 4

Page 5: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

4. “Variable interval schedule”: pemberian reinforcement menurut respon betul yang pertamasetelah terjadi kesalahan-kesalahan respon.

B. Teori-teori Belajar Psikologi Kognitif.Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang

tidak hanya terkontrol oleh “reward” dan “reinforcement“, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih tergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Awal Pertumbuhan Teori-teori Belajar Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori “Gestalt”. Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dari problem solving. Sumbangannya ini diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941), yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang “insight” pada simpanse. Penelitian-penelitian mereka menumbuhkan Psikologi Gestalt yang menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, stuktur dan pemetaan dalam pengamatan. Kaum Gestaltis berpendapat bahwa pengamalan itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Orang yang belajar mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisasi bukan dalam bagian-bagian yang terpisah.

Suatu konsep yang penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan spontan “aha” atau “oh, i see now”.1) Teori Belajar “Cognitive-Development” dari Piaget

Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget meneliti perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.

Piaget memakai istilah “scheme” secara “interchangably” dengan istilah struktur. “Scheme” adalah pola tingkah laku yang dapat diulang. “Scheme” berhubungan dengan:

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 5

Page 6: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

Refleks-refleks pembawaan; misalnya bernapas, makan, minum. Scheme mental; misalnya “scheme of classification” (pola tingkah

laku yang masih sukar diamati seperti sikap), dan “scheme of operation” (pola tingkah laku yang dapat diamati).

Menurut Piaget, inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, yaitu:1) Struktur, disebut juga ”scheme”, seperti yang dikemukakan di atas.2) Isi, disebut juga “content”, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala

individu menghadapi sesuatu masalah.3) Fungsi, disebut juga “function”, yang berhubungan dengan cara

seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi “invariant”, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi: berupa kecakapan seseorang/ organisme dalam menyusun proses-proses fisis dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang koheren. Adaptasi: yaitu adaptasi individu terhadap lingkungan. Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi; proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan akomodasi, proses perubahan respon individu terhadap stimulusi lingkungan.

Pengaplikasian di dalam belajarPerkembangan kognitif bergantung pada akomodasi.

Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif.

Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu structure, content, dan function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah/ berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan; masing-masing mempunyai struktur psikologis khusus yang menentukan kecakapan pikiran anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktuk psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus. Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget:1) kematangan;2) pengalaman fisik/ lingkungan;

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 6

Page 7: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

3) transmisi sosial;4) equilibrium atau self regulation.

Selanjutnya ia membagi tingkat-tingkat perkembangan, Tingkat-tingkat perkembangan tersebut tiap anak berbeda yaitu:1) Tingkat sensori motoris : 0,0 – 2,0

Bayi lahir dengan refleks bawaaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Pada masa kanak-kanak ini, anak tidak mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.

2) Tingkat preoperasional : 2,0 – 7,0Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) didalam lingkungannya saja. Baru pada menjelang akhir tahun ke-2 anak telah mulai mengenal simbol/ nama. Dalam hubungan ini Philips (1969) membagi atas: (1) concreteness, (2) irreversibility, (3) centering (ini tampak adanya egocentrisme), (4) states vs. transformation dan (5) transductive reasoning.

3) Tingkat operasi konkret : 7,0 – 11,0Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Kecakapan kognitif anak: (1) combinativity classification, (2) reversibility, (3) associativity, (4) identity, (5) serializing. Anak mulai kurang egocentrisme-nya dan lebih socientris (anak mulai membentuk peer group).

4) Tingkat operasi formal : 11,0 -----Anak lebih mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Flavell (1963) memberikan ciri-ciri sebagai berikut:a) Pada pemikiran anak remaja adalah hypothetico-deductive.

Ia telah dapat membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problem dan membentuk keputusan terhadap problem itu secara tepat, tetapi anak kecil belum dapat menyimpulkan apakah hipotesisnya ditolak atau diterima.

b) Periode propositional thinkingRemaja telah dapat memberikan statemen atau proposisi berdasr pada yang konkret. Tetapi kadang-kadang ia berhadapan dengan proporsi yang bertentangan dengan fakta.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 7

Page 8: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

c) Periode combinatorial thinkingBila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan problem ia telah dapat memisahkan faktor-faktor yang menyangkut dirinya dan mengombinasi faktor-faktor itu.

2) Jerome Bruner dengan “Discovery Learning”nyaYang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari

Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperanan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya “discovery learning”, yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru menerangkan semua informal dan murid harus mempelajari semua bahan/ informasi itu.

Banyak pendapat yang mendukung discovery learning itu, di antaranya: J. Dewey (1933) dengan “complete art of reflective activity” atau terkenal dengan problem solving. Ide Bruner tersebut ditulis dalam bukunya Process of education. Di dalam buku itu ia melaporkan hasil dari suatu konferensi di antara para ahli science, ahli sekolah/ pengajaran dan pendidik tentang pengajaran science. Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna, dan makin meningkat ke arah yang abstrak.

Bruner mendapatkan pertanyaan “bagaimana kita dapat mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif bagi anak yang muda”? Jawaban Bruner ialah dengan mengkoordinasikan mode penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu, yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak. Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat representasi sensory (enactive) ke representasi konkret (iconic) dan akhirnya ke tingkat representasi yang abstrak (symbolic). Demikian juga dalam penyusunan kurikulum.

Pernyataan lain dalam Process of education ialah tentang bagaimana mata pelajaran itu harus diajarkan. “Kurikulum dari suatu mata pelajaran harus ditentukan oleh pengertian yang sangat fundamental bahwa hal itu dapat dicapai berdasarkan prinsip-prinsip yang memberikan struktur bagian mata pelajaran itu”. Maka di dalam mengajar harus dapat diberikan kepada murid struktur dari mata pelajaran itu, murid harus mempelajari prinsip-prinsip itu sehingga terbentuklah suatu disiplin. Sekali murid mengetahui prinsip itu, ia

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 8

Page 9: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

problem di dalam disiplin itu. Bruner menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Biarkanlah murid-murid itu menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. The act of discovery dari Bruner:1) Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.2) Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.3) Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu

menguasai metode discovery learning. 4) Murid lebih senang mengingat-ingat informasi.

C. Teori-teori Belajar Psikologi HumanistisPerhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah

bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistik penyusunan dan penyajian materi pembelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.

Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Awal Timbulnya Psikologi Humanistis

Pada akhir tahun 1940-an munculnya suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahili-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial, dan konselor, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang, dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistis, eksestransial, perseptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat observer.

Dalam dunia pendidikan, aliran humanistis muncul pada tahun 1960 sampai dengan 1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.

Tokoh-tokoh Humanistis1) Combs

Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 9

Page 10: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. Combs dan kawan-kawan selanjutnya mengatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada learning, ialah: pemerolehan informasi baru; dan “personalisasi” informasi ini pada individu.

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila subjek matter-nya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal “arti” tidaklah menyatu pada subject matter itu; dengan kata lain di individulah yang memberikan arti tadi kepada suject matter itu. Sehingga yang penting adalah bagaimana caranya membawa si siswa untuk memperoleh “arti bagi pribadinya” dari subject matter itu; bagaimana siswa itu menghubungkan subject matter itu dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan “persepsi diri” dan “persepsi dunia” seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari “persepsi diri” dan lingkaran besar (2) adalah “persepsi dunia”. makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari “persepsi diri” makin berkurang pengaruhnya pada individu dan makin dekat peristiwa-peristiwa itu dari “persepsi diri” makin besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

2) MaslowTeori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua

hal : Suatu usaha yang positif untuk berkembang, dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu (Maslow, 1968)

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha dan berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsunya semua kemampuan, ke arah

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 10

Page 11: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga dapat menerima diri sendiri (self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hierarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah dapat menginginkan kebutuhan yang terletak diatasnya, ialah kebutuhan rasa aman dan seterusnya. hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3) RogersDalam bukunya “Freedom to Learn”, ia menunjukan sejumlah

prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting, diantaranya ialah:a. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.b. Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan

musid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.c. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi

mengenai dirinya sendiri, dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar

dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.h. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa

seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.

i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas lebih mudah dicapai apabila terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.

j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar. Keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penya-tuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 11

Page 12: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Konsep Dasar BelajarSecara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar juga dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang beragam, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada, mungkin juga bersifat penambahan atau perkayaan dari informasi atas pengetahuan dan keterampilan yang sudah ada tersebut, bahkan mungkin merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku yang tidak dikehendaki.

B. Karakteristik Perubahan dalam Belajar1. Perubahan terjadi secara sadar

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsionalSebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan (tidak statis). Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3. Perubahan dalam bersifat positif dan aktifDalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Drngan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 12

Page 13: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

4. Perubahan dalam belajar bersifat sementaraPerubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, itu berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap bahkan akan semakin berkembang apabila terus dipergunakan dan dilatih.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarahPerubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah lakuPerubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Apabila seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

C. Prinsip-Prinsip Belajar1. Kematangan Jasmani dan Rohani

Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang pelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi dan sebagainya.

2. Memiliki KesiapanSetiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.

3. Memahami TujuanSetiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, ke mana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orangnya hilang kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 13

Page 14: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

Orang yang belajar tanpa tujuan ibarat kapal berlayar tanpa tujuan terombang-ambing tak tentu arah, sehingga akhirnya bisa terlanggar batu karang atau terdampar ke suatu pulau.

4. Memiliki KesungguhanOrang yang belajar harus memiliki kesungguhan. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh serta tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu sudah memiliki kematangan, kesiapan serta mempunyai tujuan yang konkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapi kalau tidak bersungguh-sungguh, belajar asal ada saja, bermalas-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan.

5. Ulangan dan LatihanPrinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan. Semua bahan yang dipelajari memerlukan ulangan dan latihan agar dapat menguasai secara memadai.

D. Proses BelajarSecara sederhana proses belajar “learning process” merujuk pada

aktivitas individu. Secara teknis para ahli psikolog sudah mencoba memberikan batasan atau definisi yang beragam, namun semuanya merujuk pada terjadinya proses perubahan tingkah laku individu.

Mengenai proses belajar sudah banyak diungkapkan dalam berbagai teori tentang belajar. Dalam uaraian ini akan dikemukakan dua kelompok pandangan tentang balajar, yaitu: operant conditioning dan instrumental conceptualism. Prinsip-prinsip operant conditioning dapat dipahami dari pandangan dan hasil penelitian Skinner. Menurut Skinner (1969), berpendapat bahwa proses belajar melibatkan tiga tahap seperti berikut:1. Adanya rangsangan “stimulus” atau situasi (S) yang dihadapi atau

dihadapkan kepada peserta didik.2. Lahirnya perilaku “behaviour” (B).3. Penguatan “reinforcement” (R) yang mengikuti perilaku.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 14

Page 15: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

Prinsip instrumental conceptualism dapat dipahami dari pandangan Bruner (1966). Bruner melihat proses belajar dari psikologi kognitif. Menurut pandangan Brunner, proses belajar bukanlah semata-mata lahirnya perilaku yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang diperkuat dan diperlemah oleh “penguatan” akan tetapi merupakan proses aktif dimana seseornag menyimpulkan prinsip-prinsip dan hukum kemudian mengetesnya. Dengan demikian belajar bukan hanya merupakan aktivitas yang terjadi pada diri individu akan tetapi merupakan sesuatu yang terjadi atas usaha individu sendiri dengan mengolah informasi yang ada dan menerapkannya.

Menurut Burner (1966) konsepsi instrumental conceptualism proses belajar meliputi tiga jenis aktivitas mental sebagai berikut:1. pemerolehan informasi2. pengolahan informasi kedalam bentuk yang layak untuk diterapkan3. pengetesan dan pengecekan kecukupan (memadai tidaknya) perubahan

bentuk informasi itu.Apabila dilihat dari dua kelompok pandangan tersebut, Skinner (1969)

kurang memberikan tekanan pada potensi individu sedangkan Bruner (1966) justru memberikan tekanan pada potensi individu. Kedua pandangan tersebut sebenarnya tidak bertentangan, bahkan saling mengisi dan melengkapi.1. Proses Belajar dalam Konteks S-O-R

Salah satu paradigma yang cocok untuk menggambarkan mekanisme proses perilaku belajar ialah sebagai berikut:

atau secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut: Ow

S r ------------------------- e RDengan menggunakan paradigma diatas, mekanisme proses belajar

dari diri siswa dapat diterangkan sebagai berikut: a. (S= r-Ow): penerimaan input informasi

pada tahap ini input informasi (S: penjelasan, data, masalah, pemerintah, tugas, dan sebagainya dalam bentuk tulisan/ lisan, isyarat atau simbol) sampai dan diterima oleh receptor (r: panca indra), kemudian dibaca dan diseleksi atau diperhatikan oleh siswa (Ow: dapat dipahami, menarik, bermanfaat, dan sebagainya) kemudian disimpan dalam daya ingatan atau memory.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 15

S - Ow - R

Page 16: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

b. (Ow): pengolahan informasi Pada tahap ini siswa (Ow) mencamkan (mentransformasikan informasi yang telah ada dalam memory-nya ke dalam bahasa yang biasa dipergunakan dalam berfikirnya), kemudian: menafsirkan (informasi menurut kaidah-kaidah logikanya) barulah tugas atau masalah dipecahkan atau dikerjakan (dengan mengasosiasikan, mendiferensiasikan, mengkomparasikan, mensubstitusikan, dan sebagainya data informasi yang ada) sehingga menghasilkan kesimpulan, generalisasi interpretasi dan keputusan-keputusan tertentu. Apabila data dan informasi tidak lengkap atau tidak dibaca dan ditransformasikan ke dalam bahasa dan kematangan siswa (bahasa dan logika yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kematangan siswa), sudah tentu proses pengolahan informasi itu tidak akan berjalan.

c. (Ow – e – R): ekspresi hasil pengolahan informasiPada tahap ini siswa memilih, menggunakan, dan menggerakan instrumen (e: mulut, tangan, kaki, dan sebagainya) untuk mengekspresikan hasil pengolahan dan tafsirannya sehingga menghidupkan seperangkat pola-pola sambutan, atau: perilaku (R) sebagai jawaban atau response terhadap informasi (S). Pola-pola sambutan ini mungkin berupa lisan atau tulisan (jawaban pertanyaan kembali dan sebagainya) ataupun tindakan/ gerakan tertentu tergantung pada informasinya. Sudah tentu response itu tidak akan tampak apabila informasi (S) tidak terolah oleh siswa (Ow).

2. Proses Belajar dalam Konteks: What-Why-How?Pola perilaku belajar dalam konteks ini dapat digambarkan sebagai

berikut:Kebutuhan Perilaku Insentif

Motivasi Belajar TujuanDari gambar diatas tampak bahwa dalam konteks ini proses belajar itu berlangsung dalam tiga tahapan:a. Siswa merasakan adanya kebutuhan (felt , needs, drive) misalnya ia

ingin meningkatkan atau mempertahankan prestasinya (competition), baik karena timbul dari dalam dirinya sendiri (intrinsic) maupun karena dorongan dari luar (extrinsic) seperti dari guru, teman, orang tua, dan sebagainya;

b. Siswa menyadari bahwa cara-cara belajar (pola-pola sambutan) yang selama ini biasanya ia gunakan (habits) atau keterampilan-keterampilan (skills) yang telah dimilikinya ternyata tidak memadai lagi digunakan untuk meningkatkan atau mempertahankan prestasinya,

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 16

Page 17: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

ia memerlukan pola-pola sambutan (perilaku) baru, misalnya ia harus pandai mengatur pemanfaatan waktu seminimal mungkin dan memilih cara bertindak seefektif mungkin, karenanya ia harus dapat memperhatikan tanda-tanda waktu (cues) misalnya bunyi lonceng atau isyarat dari guru dan sebagainya.

c. mencoba melakukan cara-cara atau pola-pola sambutan yang telah diketahui dan dipilihnya itu di dalam praktik, mungkin ia gagal atau berhasil mencapai/ mempertahankan prestasi yang diinginkannya (insentif atau tujuannya); apabila ternyata berhasil, ia cenderung untuk menggunakannya kembali dalam menghadapi tantangan (challenge), situasi atau masalah (problems) yang serupa (reinforcement).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi BelajarBerhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa

faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu:1. Faktor Internal, (dari dalam diri)

a. KesehatanKesehatan jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang sakit, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula bila kesehatan rohani kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. Oleh karena itu, pemerliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental, supaya badan sehat, pikiran tenang dan bersemangat dalam belajar.

b. Inteligent dan BakatInteligent dan bakat yang dimiliki seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Selanjutnya, bila seseorang memiliki inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi inteligensinya rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang inteligensinya tinggi tetapi bakatnya kurang dalam bidang tersebut. Orang berbakat lagi pintar (inteligensi tinggi) biasanya akan lebih cepat sukses dalam kariernya.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 17

Page 18: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

c. Minat dan MotivasiMinat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi. Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah penggerak/ pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaaan, yang bisa berasal dari dalam dan luar diri. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan

yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari.

Motivasi yang besar dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan) misal dari orang tua, guru, teman, dan anggota masyarakat.

Motivasi belajar seseorang sangat mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

d. Cara BelajarCara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirhat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali. Selain itu, teknik – teknik belajar, waktu belajar, tempat, fasilitas, pengguanaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran harus diperhatikan.

2. Faktor Eksternal (dari luar diri)a. Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu, anak – anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknnya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidak situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Disamping itu, faktor keadaan rumah juga turut

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 18

Page 19: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya tempat tinggal, peralatan pembelajaran yang mendukung anak untuk giat belajar juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.

b. SekolahKeadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/ perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dan sebagainya, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib, maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar sungguh-sungguh di sekolah maupun dirumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar menjadi rendah. Demikian pula jika jumlah murid per kelas terlalu banyak, ini akan mengakibatkan kelas kurang tenang, hubungan guru dengan murid kurang akrab, kontrol guru menjadi lemah, murid menjadi acuh terhadap gurunya, sehingga motivasi belajar menjadi lemah.

c. MayarakatKeadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama pada anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, maka akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang, sehingga motivasi belajar kurang.

d. Lingkungan SekitarKeadaan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, misalnya bangunan rumah penduduk sangat rapat, keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semunya ini akan mempengaruhi kegiatan belajar. Sebaliknya, tempat yang nyaman dan iklim yang sejuk, akan menunjang proses belajar.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 19

Page 20: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

F. Pengungkapan dan Pengukuran Hasil BelajarSalah satu tugas pokok dari guru adalah mengevaluasi tingkat

keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar. Untuk menimbang sejauh mana tingkat keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable), memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai (adequate) tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa. Sudah tentu sangat sulit untuk dapat mengungkapkan segala aspek perubahan tersebut, mengingat bahwa hasil belajar itu a czda yang bersifat tangible dan intangible. Oleh karena itu, biasanya dilakukan dengan berusaha mengambil cuplikan (sample of behavioral changes) yang diharapkan mencerminkan (representative) dari keseluruhan perubahan perilaku (population of behavioral changes) itu. Dengan demikian, dapat diketahui sejauh mana kecermatan evaluasi (pertimbangan dan pengambilan keputusan serta diagnosis) atas tingkat keberhasilan proses belajar.

Proses belajar akan banyak bergantung pada tingkat ketetapan, kepercayaan, keobjektifan, dan kepresentatifan informasi yang didukung oleh data yang diperoleh. Kunci pokok untuk mengungkap dan mengukur data tentang hasil belajar, yaitu dengan selalu mengetahui secara garis besar jenis dan indikator hasil belajar yang hendak diungkapkan dan diukur itu, serta cara pendekatan pengungkapan dan instrumen pengukurannya. Untuk memudahkan sistematikanya dapat digunakan penggolongan perilaku menurut Bloom dalam term kawasan-kawasan: kognitif, afektif, dan psikomotor. Beberapa indikator dan kemungkinan cara mengungkapkannya secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

Jenis Hasil Belajar Indikator-Indikator Cara Pengukuran1. Kognitif

pengamatan/perseptual

hafalan/ ingatan

pengertian/pemahaman

aplikasi/penggunaan

dapat menunjukkan/ membandingkan dapat menyebutkan/

menunjukan kembali dapat menjelaskan/

mendefinisikan dengan kata-katasendiri

dapat memberikancontoh/ menggunakan dengan tepat/ memecahkan masalah

dapat menguraikan/

tugas/ tes/observasi

pertanyaan/ tugas/ tes

pertanyaan/ soalan/ tes/ tugas

tugas/ persoalan/ tes/ tugas

tugas/ persoalan/

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 20

Page 21: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

analisis

sintesis

evaluasi

2. Afektif penerimaan

sambutan

penghargaan/ apresiasi

internalisasi/ pendalaman

karakterisasi/ penghayatan

3. Psikomotor keterampilan

bergerak/ bertindak keterampilan

ekspresi verbal dan nonverbal

mengklasifikasikan dapat menghubungkan

/menyimpulkan/ menggeneralisasikan

dapat menginterpre-tasikan/ memberikan kritik/ pertimbangan dan penilaian

bersikap menerima menyetujui atau sebaliknya

bersedia terlibat/ partisipasi/ memanfaatkan atau sebaliknya

memandang penting/ bernilai/ bermanfaat/ indah/ harmonis/ kagum atau sebaliknya

mengakui/ mempercayai/ atau sebaliknya

melembagakan/ membiasakan/ menjelmakan dalam pribadi dan perilkunya sehari-hari

koordinasi mata, tangan dan kaki

gerak, mimik, ucapan

tes tugas/ persoalan/

tes

tugas/ persoalan/tes

pertanyaan/ tes/ skala sikap

tugas/ observasi/ tes

skala penilaian/ tugas/ observasi

skala sikap/ tugas ekspresi/ proyektif

observasi/ tugas expresif/ proyektif

tugas/ observasi/ tes tindakan

tugas/ observasi tes/ tindakan

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 21

Page 22: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan atau kecakapan. Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak, dengan dibantu atau tanpa bantuan orang lain. Belajar dilakukan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa maupun yang tua, dan akan berlangsung seumur hidup.

Belajar merupakan kegiatan penting yang dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengatahuan, keterampilan, dan sebagainya.

Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya.

Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri, yaitu tingkah laku baik sikap ataupun kebiasaan. Perubahan yang timbul akibat belajar adalah bersifat positif. Tujuan yang diinginkan dalam belajar adalah hasil yang positif. Ada juga hasil yang sifatnya negatif, itu terjadi karena individu telah belajar dari hal-hal negatif dan kondisi yang buruk. Kebiasaan yang buruk adalah penghambat jalan menuju kebahagian. Cara menghilangkannya ialah belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil. Dengan belajar maka akan menambah pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang ilmu. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Karena itu setiap orang, besar, kecil, tua, muda, diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.

Dengan demikian dapat ketahui belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki kehidupan, mencapai cita-cita yang didambakan. Oleh karena itu, jangan pernah lalau, malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi harus memanfaatkannya dengan seefektif dan seefisien mungkin, supaya tercapai semua tujuan dan cita-cita, serta tidak timbul penyesalan di kemudian hari.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 22

Page 23: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

B. Saran1. Untuk mencapai cita-cita tidak bisa dengan bermalas-malas, tetapi harus

rajin, gigih dan dan tekun belajar. 2. Untuk mencapai cita-cita dan tujuannya, setiap orang harus giat belajar.

Kapanpun dan dimanapun seseorang dapat belajar, bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, beruapa kursus, les privat, bimbingan studi, dan sebagainya.

3. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya dengan belajar seseorang dapat membaca, menulis, berhitung, berbahasa Inggris, dan dari tidak mengetahui keadaan di bulan jadi mengetahui dan sebagainya. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Oleh karena itu setiap orang, besar, kecil, tua, muda, diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 23

Page 24: gilangdawous.files.wordpress.com · Web viewDengan demikian perbuatan balajar yang dilakukan harus senantiasa terarah pada tujuan yang telah ... (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Makmun, Abin Syamsudin. (2007). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, Noehi. (1992). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Natawidjaja, Rochman dan A. Moein Moesa. (1991). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Psikologi Pendidikan “B e l a j a r” 24