divpenhmtmulm.files.wordpress.com · web viewanalisis kadar bioetanol ampas tebu. hasil destilasi...
TRANSCRIPT
ANALISIS KADAR BIOETANOL AMPAS TEBU
HASIL DESTILASI DENGAN VARIASI
WAKTU FERMENTASI
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Nama : Ibrahim Hasan
NIM : H1F114022
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
i
TERIMA KASIH KEPADA
ii
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan
Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,. MT., MM.
Mahasiswa
Ibrahim Hasan
Wakil Rektor Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST, M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya sehingga proposal penelitian yang berjudul “Analisis Kadar
Bioetanol Ampas Tebu Hasil Destilasi dengan Variasi Waktu Fermentasi ”
dapat terselesaikan. Dalam penyusunan Proposal Metode Penelitian ini tidak
lepas dari bantuan dan kerja sama, serta dukungan dari berbagai pihak. Ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada :
1. Bapak Ach. Kusairi S, MM., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
2. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., ST., M.Kes. selaku Dosen
Pengampu 1
3. Bapak dan Ibu saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta
doanya yang selalu menyertai saya.
Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah
Metode Penelitian (HMKK 538). Penulis memahami sepenuhnya bahwa
proposal ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata dengan segala keikhlasan hati mengucapkan terima kasih.
Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi pembaca dan semoga
proposal penelitian ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehiupan
bangsa.
Banjarbaru, Oktober 2016
Penulis
Ibrahim Hasan
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................v
DAFTAR TABEL.........................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................3
1.4 Batasan Masalah........................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................3
BAB II. DASAR TEORI.................................................................................5
2.1 Penelitian Pendahuluan...............................................................5
2.2 Tebu............................................................................................7
2.3 Bioetanol....................................................................................11
2.4 Hidrolisis....................................................................................14
2.5 Fermentasi.................................................................................14
2.6 Destilasi.....................................................................................17
2.7 Standar Nasional Indonesia Bioetanol......................................20
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................23
3.1 Objek Penelitian........................................................................23
3.2 Alat dan Bahan Penelitian.........................................................23
3.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................24
3.4 Jadwal Penelitian.......................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Tebu........................................................................8
Gambar 2.2 Nira Tebu.................................................................................9
Gambar 2.3 Proses Sederhana Pembuatan Bioetanol..........................11
Gambar 2.4 Fermentasi Sederhana.........................................................16
Gambar 2.5 Destilasi Sederhana.............................................................16
Gambar 2.6 Destilasi Uap.........................................................................19
Gambar 2.7 Destilasi Vakum....................................................................20
Gambar 2.8 Destilasi Sederhana.............................................................20
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Zat Yang Terkandung dalam Ampas Tebu.............................10
Tabel 2.2 Standar Nasional Bioetanol Terdenaturasi............................22
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian......................................................................28
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi meupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia.
Sehingga banyak terjadi konflik disuatu negara hanya karena
memperebutkan sumber – sumber energi. Bukan tanpa alasan, hal ini
dikarenakan berharganya sumber – sumber energi tersebut bagi
kelangsungan hidup disuatu negara. Ada berbagai macam sumber energi di
dunia pada saat ini, diantaranya adalah energi surya atau matahari, energi
panas bumi, energi angin, energi biomassa, energi gas alam, dan energi fosil.
Saat ini sumber energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil.
Pemakaian sumber energi fosil dari tahun ke tahunnya terus meningkat,
karena energi fosil banyak digunakan untuk pembangkit listrik dan bahan
bakar minyak untuk kendaraan. Masalahnya sekarang, bahan bakar fosil
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga suatu
saat pasti akan habis.
Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah dengan
sumber energi yang dapat diperbaharui seperti Bioetanol. Bioetanol adalah
bahan bakar nabati yang berbahan baku tumbuh - tumbuhan. Bahan baku
untuk proses produksi bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu
gula, pati, dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit,
molase, dan buah-buahan dapat dikonversi menjadi etanol. Sumber dari
bahan berpati seperti jagung, singkong, kentang, dan akar tanaman harus
dihidrolisis terlebih dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari
kayu, limbah pertanian, limbah pabrik pulp, dan kertas, semuanya harus
dikonversi menjadi gula (Lin dan Tanaka, 2006)
1
Sumber bioetanol dapat berupa tanaman tebu. Tanaman ini termasuk
dalam kelompok Graminae (rumput-rumputan). Tebu termasuk komoditas
perkebunan penting di Indonesia. Luas areal perkebunan tebu di Indonesia
pada sepuluh tahun terakhir secara umum mengalami pertumbuhan 0,71
pesen per tahun. Produksi tebu juga tumbuh dengan laju sekitar 3,54 persen
per tahun, dengan produktivitas rata-rata hablur baru mencapai 5,82 ton/ha.
Hal ini menunjukkan masih berada di bawah kondisi produksi potensialnya
yang dapat mencapai 8 ton/ha (Fitriani, dkk., 2013)
Pemanfaatan tebu biasanya digunakan untuk pembuatan gula. Dari
proses pembuatan gula tersebut dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan
sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Ampas tebu yang dihasilkan dari
pembuatan gula sangat besar yaitu 90%, sehingga peluang untuk
memanfaatkannya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat sangatlah besar.
Pemanfaatan ampas tebu di masyarakat masih sangat minim,
padahal jika dimanfaatkan ampas tebu bisa digunakan untuk pembangkit
listrik, bahan baku bricket, dan sebagai pupuk. Ampas tebu memiliki potensi
yang cukup besar untuk dikonversikan menjadi bioetanol, karena ampas tebu
memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Selain itu, ampas tebu juga
mudah didapatkan karena banyaknya industri dan perkebunan tebu di
indonesia. Karena inilah penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Kadar Bioetanol Ampas Tebu Hasil Destilasi Dengan Variasi
Waktu Fermentasi”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kadar bioetanol ampas tebu dengan variasi waktu fermentasi
2
b. Bagaimana kadar bioetanol ampas tebu hasil fermentasi terbaik menurut
standar SNI (Standa Nasional Indonesia)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kadar bioetanol ampas tebu dengan variasi waktu
fermentasi
b. Untuk mengetahui kadar bioetanol ampas tebu hasil fermentasi terbaik
menurut standar SNI (Standar Nasional Indonesia).
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian dan pengujian ini dilakukan dengan
rencana awal data yang ditetapkan sebagai berikut yaitu:
a. Menggunakan suhu destilasi yaitu ± 85oC dengan 1 kali pengambilan
sampel
b. Pembuatan bioetanol ampas tebu dengan menggunakan proses fermentasi
dan proses destilasi.
c. Pada proses fermentasi ampas tebu, dilakukan variasi waktu fermentasi
yaitu 24 jam, 36 jam, 48 jam, dan 60 jam.
d. Pengujian kandungan bioetanol ampas tebu menggunakan alat Gas
Chromatography.
e. Standar kadar etanol terbaik hasil fermentasi mengacu pada standar SNI
(Standar Nasional Indonesia).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti, agar peneliti mengetahui kadar bioetanol pada ampas tebu
b. Bagi masyarakat, agar masyarakat mengetahui manfaat ampas tebu yang
selama ini belum dimanfaatkan dengan baik
3
c. Bagi civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat, hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk
dijadikan acuan bagi civitas akademika
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Penelitian Pendahuluan
I Made Anom Sutrisna Wijaya, I Gusti Ketut Arya Arthawan dan Anis
Novita Sari (2012) mahasiswa Teknik Pertanian, Universitas Udayana, Bali.
Melakukan penelitian dengan judul “Potensi Nira Kelapa Sebagai Bahan Baku
Bioetanol”. Pada penelitian ini nira kelapa digunakan sebagai bahan membuat
bioetanol Hasil pembuatan bioetanol dilakukan dengan tahap fermentasi dan
destilasi.
Pada pembuatan bioetanol tersebut fermentasi dilakukan pada suhu 26-
28oC selama 2 hari dengan proses destilasi dilakukan berulang-ulang hingga 14
kali. Rata-rata kada etanol yang didapatkan hingga destilasi 14 kali adalah
95,13%. Ini berarti bioetanol nira kelapa mempunyai potensi cukup tinggi untuk
dikembangkan karena kualitas bioetanol yang dihasilkan sesuai dengan standar
SNI yaitu 94%.
Dian Pratiwi M, Dahlia Qadari dan Nurul Utami SM (2013) mahasiswi
Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar. Melakukan penelitian
dengan judul “ Potensi Pembuatan Etanol dari Eceng Gondok Melalui Proses
Hidrothermal”. Hasil dari penelitian ini diketahui batang eceng gondok memiliki
kandungan selulosa 64,51%. Melalui proses hidrolisis, selulosa dikonversi
menjadi glukosa yang difermentasi menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi
seperti etanol.
Setelah dilakukan proses hydrothermal, diperoleh nilai konversi selulosa
menjadi glukosa optimum sebesar 5,78 % pada kondisi suhu 17oC dan waktu 60
menit. Setelah itu, dilakukan proses hidrolisis dengan enzim selulase agar
selulosa dapat teruraikan menjadi glukosa secara optimal. Dimana setelah uji
5
struktur sel, eceng gondok mengalami kerusakan sel setelah proses
hydrothermal dan bertambah rusak setelah proses hidrolisis. Bioetanol yang
dihasilkan setelah proses fermentasi adalah sebesar 6,4% dan 6,2%.
Anita Purnama Sari, Ahyar Ahmad dan Hanapi Usman (2013) mahasiswa
Universitas Hasanuddin, Makassar. Melakukan penelitian dengan judul “Produksi
Bioetanol dari Selulosa Alga Merah dengan Sistem Fermentasi Simultan
Menggunakan Bakteri Clostridium Acetobutylicum”. Hasil dari penelitian ini
didapatkan bahwa kondisi optimum fermentasi diperoleh pada pH 6,0 dengan
waktu fermentasi 10 hari.
Nilai konversi selulosa alga merah adalah setiap 1 kilogram selulosa
Gracillaria Verrucosa menghasilkan 21,56% bioetanol dengan kemurnian 17,04%
dan satu kilogram Eucheuma Cottonii menghasilkan 18,40% bioetanol dengan
kemurnian 8,42%.
Mira Amalia Hapsari dan Alice Pramashinta (2013) mahasiswa Teknik
Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang. Melakukan penelitian dengan judul
“Pembuatan Bioetanol dari Singkong Karet (Manihot Glaziovii) Untuk Bahan
Bakar Kompor Rumah Tangga Sebagai Upaya Mempercepat Konversi Minyak
Tanah Ke Bahan Bakar Nabati”. Penelitian ini menggunakan metode SSF
(Simultaneous Saccarification Fermentasion) yaitu proses hidrolisis dan
fermentasi dilakukan secara serentak. Dalam penelitian ini, singkong karet
menjadi bahan utama pembuatan bioetanol dengan varisai waktu fermentasi,
yaitu 144 jam, 168 jam dan 192 jam. Destilasi dilakukan sebanyak 2 kali dan
dilakukan variasi pemberian massa ragi untuk mengetahu pengaruh massa ragi
terhada kadar etanol.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa waktu fermentasi
berpengaruh terhada kadar bioetanol yang diperoleh. Dari tiga variabel waktu
fermentasi, waktu fermentasi 168 jam menghasilkan kadar bioetanol tertinggi,
6
yaitu 94%. Massa ragi berpengaruh terhadap kadar etanol yang diperoleh.
Semakin besar massa ragi maka semakin besar kadar etanol yang dihasilkan.
Massa ragi 15 gr menghasilkan kadar bioetanol tertinggi, yaitu 94%.
Farida Hanum, Nurhasmawaty Pohan, Mulia Rambe dan Ratih Primadony
(2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Massa Ragi dan Waktu
Fermentasi Terhadap Bioetanol dari Biji Durian”. Pada penelitian tersbeut biji
durian menjadi bahan pembuatan bioetanol, biji durian dihaluskan hingga seperti
tepung. Kemudian dilakukan fermentasi dengan variasi waktu 48 jam, 72 jam dan
96 jam dengan proses destilasi pada suhu 80oC .
Hasil penelitian menunjukkan jumlah bioetanol optimum yang diperoleh
pada penelitian ini sebesar 3,7 ml dengan densitas 0,9669 gr/ml dengan waktu
48 jam dan pemberian ragi 6%. Kadar bioetanol yang diperoleh sebesar
18,999% dengan fermentasi 48 jam. Nilai kalor optimum sebesar 167,092 kkal/kg
dengan waktu fermentasi 48 jam dan pemberian jumlah ragi sebesar 6% dari
jumlah bahan baku.
2.2 Tebu
Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan
baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman
ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai dapat
dipanen mencapai kurang lebih satu tahun. Klasifikasi tanaman tebu adalah :
a. Kerajaan : Plantae
b. Divisi : Magnoliophyta
c. Kelas : Liliopsida
d. Ordo : Poales
e. Famili : Poaceae
f. Genus : Saccharum
g. Spesies : Saccharum officinarum L. (Tarigan dan Sinulingga, 2006).
7
Gambar 2.1 Tanaman Tebu
(Sumber : obatkankerkelenjargetahbening.alfianherbal.com)
Tebu memiliki akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter.
Pada saat tanaman masih muda atau berupa bibit, ada dua macam akar yaitu
akar setek dan akar tunas. Akar setek atau bibit tumbuh dari setek batangnya.
Akar ini tidak berumur panjang dan hanya berfungsi sewaktu tanaman masih
muda. Akar tunas tumbuh dari tunas. (Sinaga, 2011)
Dalam masa pertumbuhannya tanaman tebu membutuhkan banyak air,
sedangkan ketika tebu akan menghadapi waktu masak menghendaki keadaan
kering sehingga pertumbuhannya terhenti. Apabila hujan turun terus menerus
akan menyebabkan tanaman tebu rendah rendemennya. Jadi jelas bahwa tebu
selain memerlukan daerah yang beriklim panas, juga diperlukan adanya
perbedaan yang nyata antara musim hujan dan musim kemarau (Notojoewono,
1967).
Nira tebu merupakan cairan hasil perasan yang diperoleh dari
penggilingan tebu yang memiliki warna coklat kehijauan. Nira tebu selain
mengandung gula, juga mengandung zat-zat lainnya (zat non gula). Perolehan
nira tebu yang mengandung sukrosa, diperoleh dari tebu dengan pemerahan
dalam unit penggilingan setelah melalui proses dalam unit pencacah tebu.
Proses ini dimaksudkan untuk mempermudah proses ekstraksi berikutnya.
8
Gambar 2.2 Nira Tebu
(Sumber : jepara.saintclassifiedindonesia.com)
Nira tebu mengandung senyawa-senyawa kimia baik yang membaur
terlarut maupun yang membentuk koloid. Komposisi senyawa kimia di dalam nira
tebu berbeda-beda tergantung jenis tebu, lokasi penanaman dan umur tebu saat
dipanen.
Nira memiliki sifat yang tidak tahan lama disimpan, setelah 4 jam akan
terjadi penurunan pH, hal ini disebabkan terjadinya proses fermentasi oleh
khamir. Untuk menjaga agar supaya tidak terjadi proses fermentasi selama
penyimpanan, maka perlu dicari cara terbaik untuk mempertahankan mutu nira
tersebut (Laksamahardja, 1993)
Penurunan mutu fisikokimia nira terutama disebabkan oleh kandungan
mikroba. Nira merupakan media hidup yang baik bagi mikroba, baik bakteri,
khamir, dan kapang. Mikroba-mikroba tersebut memanfaatkan sukrosa dan
komponen kimia lainnya untuk hidupnya dan akan mengalami
perkembangbiakan sehingga jumlah dan jenis mikroba akan semakin meningkat
yang menyebabkan perubahan fisikokimia pada nira (Winarno, 1993)
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari
proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas
tebu sekitar 35– 40% dari berat tebu yang digiling. Berdasarkan data dari Pusat
9
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan
sebanyak 32% dari berat tebu giling (Indriani dan Sumiarsih, 1992)
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang
seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga
ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan
buatan. Bagase mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-
rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri
dari selulosa, pentosan dan lignin. Berikut ini adalah tabel kandungan kimia yang
terdapat pada ampas tebu (Husin, 2007) :
Kandungan Kadar (%)
Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosan 27,97
SiO2 3,01
Tabel 2.1 Zat yang terkandung dalam ampas tebu
Dengan metode polarimeter zat yang terkandung pada ampas tebu
setelah diperas (zat kering ampas) kandungan kadar sakarosa sisa 2,32 % (hasil
laboratorium pabrik gula kuala madu kabupaten Langkat,2010). Untuk
menghilangkan sisa kadar gula yang terdapat pada ampas tebu tersebut,
direndam dengan alkohol 99 % selama 24 jam.
Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu
sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu
tersebut mengalami pengeringan. Disamping untuk bahan bakar, ampas tebu
10
juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas, particleboard,
fibreboard, dan lain-lain.
2.3 Bioetanol
Bioetanol adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan. Bioetanol saat diproduksi umumnya berasal
dari etanol generasi pertama, yaitu etanol yang dibuat dari gula (tebu, molases)
atau pati-patian (jagung, singkong, dll). Bahan-bahan tersebut adalah bahan
pangan (Bambang Prastowo, 2007).
Pembuatan bioetanol paling banyak digunakan adalah dengan metode
fermentasi dan destilasi. Bahan baku yang dapat digunakan pada pembuatan
bioetanol adalah sebagai berikut :
a. Bahan bergula (sukrosa) diantaranya adalah nira tebu, nira nipah, nira
sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan dan sari buah mete
b. Bahan berpati diantaranya adalah tepung – tepung sorgum biji, sagu,
singkong, ubi jalar, ganyong, garut dan umbi dahlia
c. Bahan berselulosa diantaranya adalah kayu, jerami, batang pisang
dan bagas (LIPI, 2008)
bukan merupakan suatu hal yang baru. Secara umum, proses
pengolahan bahan berpati/karbohirat seperti ubi, kayu, jagung, dan gandum
untuk menghasilkan etanol dilakukan dengan proses hidrolisis, yakni proses
konversi pati menjadi glukosa.
Gambar 2.3 Proses sederhana pembuatan bioetanol
(Sumber : motorplus-online.com)
11
Pemutusan rantai polimer tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
metode, misalnya secara enzimatis, kimiawi ataupun kombinasi keduanya.
Proses berikutnya adalah proses fermentasi untuk mengkonversi glukosa (gula)
menjadi etanol dan CO2 . Arah pengembangan bioetanol mulai berubah generasi
kedua, yaitu limbah pertanian yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Selulosa merupakan karbohidrat utama yang disintesis oleh tanaman dan
menempati hampir 60% komponen penyusun struktur tanaman.
Jumlah selulosa di alam sangat melimpah sebagai sisa tanaman atau
dalam bentuk limbah pertanian seperti jerami padi, tongkol jagung, gandum dan
kedelai. Nilai ekonomi senyawa selulosa pada limbah tersebut sangat rendah
karena tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia. Sulitnya mendegradasi
limbah tesebut menyebabkan petani lebih suka membakar limbah tersebut
dilahan pertanian daripada memanfaatkannya kembali melalui pengomposan
(Salma dan Gunarto, 1999)
a. Sejarah Bioetanol
Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai
bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Campuran dari bioetanol
mendekati kemurnian untuk pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia
yang mengembangkan proses destiliasi pada masa Khalifah Abbasiyah
dengan peneliti terkenal yaitu Jabir ibn Hayyan (Gebber), Al-Kindi (Alkindus)
dan Al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815).
Menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi
( 801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses destilasi wine.
Sedangkan bioetanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann
Tobias Lowitz, dengan menggunakan destilasi saringan arang. Lalu penelitian
itu dilanjutkan Antonie Lavoisier yang menggambarkan bahwa bioetanol
adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen.
12
Pada tahun 1808 Nicolas Theodore de Saussure dapat menentukan
rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott
Couper menerbitkan rumus bangun etanol yang dibuat oleh Nicolas Theodore
de Saussure. Dengan demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang
pertama kali ditemukan rumus bangunnya.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahun 1892 di Inggris oleh
Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Kemudian pada tahun 1892
Michael Faraday melanjutkan penelitiannya dan membuat etanol dengan
menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen yang digunakan pada proses
produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat,
pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadycycle dan sejak tahun
1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan
bakarnya. Namun pada tahun 1920-an bahan bakar dari petroleum yang
harganya lebih murah menjadi dominan menyebabkan etanol mendapat
kurang perhatian. Michael Faraday membuat etanol dengan menggunakan
hidrasi katalis asam pada etilen ditahun 1982, yang digunakan pada proses
produksi etanol sintetis hingga saat ini. Bioetanol kembali mendapat perhatian
dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.
Di indonesia bioetanol akan dijadikan salah satu bahan bakar alternatif
masyarakat, untuk itu perlu adanya penelitian dan uji coba. Dengan
tersedianya banyak sumber daya alam hayati yang dapat digunakan sebagai
bahan baku untuk memproduksi bioetanol, maka tak akan khawatir
kekurangan bahan bakar. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar sudah
dikenal sejak lama, yaitu pada komponen Mogas (Premium), yang disebut
gasohol. Bioetanol selain berfungsi sebagai octane boster, juga berfungsi
13
sebagai oxygenating agent, karena di dalamnya terkandung oksigen maka
dapat menyempurnakan proses pembakaran bioetanol.
Etanol (C2H5OH) dapat dikategorikan dalam dua kelompok utama, yaitu
etanol 95% – 96% vol yang disebut etanol berhidrat dan etanol >99,5% vol
yang digunakan sebagai bahan bakar atau biasa disebut Fuel Grade Etanol
(Prihandana Rama, 2007)
2.4 Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi dua
bagian dengan penambahan molekul air (H2O), dengan tujuan untuk
mengkonversi polisakarida menjadi monomer-monomer sederhana. Satu bagian
dari molekul memiliki ion hidrogen (H+) dan bagian lain memiliki ion hidroksil
(OH). Umumnya, hidrolisis ini terjadi saat garam dari asam lemah atau basa
lemah (atau keduanya) terlarut di dalam air. Reaksi umumnya yakni sebagai
berikut :
AB + H2O → AH + BOH
Akan tetapi, dalam kondisi normal hanya beberapa reaksi yang dapat
terjadi antara air dengan komponen organik. Penambahan asam, basa atau
enzim umumnya dilakukan untuk membuat reaksi hidrolisis dapat terjadi pada
kondisi penambahan air tidak memberikan efek hidrolisis,. Asam, basa maupun
enzim dalam reaksi hidolisis disebut sebagai katalis, yakni zat yang dapat
mempercepat terjadinya reaksi (Lowry, 1951)
2.5 Fermentasi
Arti kata fermentasi selama ini berubah – ubah. Kata fermentasi berasal
dari bahasa latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata dari bahasa
latin tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan bergelembung dan mendidih.
Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada ekstraksi buah-buahan atau
14
biji-bijian (Suprihatin, 2010). Ragi mengubah gula menjadi etanol dan
karbondioksida sesuai rumus di bawah ini :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
Gelembung – gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme
anaerobik terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai arti yang berbeda
bagi ahli biokimia dihubungkan dengan pembangkitan energi oleh katabolisme
senyawa organik. Pada bidang mikrobiologi industri, fermentasi mempunyai arti
yang lebih luas, yang menggambarkan setiap proses untuk menghasilkan produk
dari pembiakan mikroorganisme.
Perubahan arti kata fermentasi sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh para ahli. Arti kata fermentasi berubah pada saat Gay Lussac
berhasil melakukan penelitian yang menunjukkan penguraian gula menjadi
alkohol dan karbondioksida. Selanjutnya Pasteur melakukan penelitian mengenai
penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi, sehingga dihubungkan
dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim. Untuk berapa lama
fermentasi terutama dihubungkan dengan karbohidrat, bahkan sampai sekarang
pun masih sering digunakan.
Padahal pengertian fermentasi tersebut lebih luas lagi menyangkut juga
perombakan protein dan lemak oleh aktivitas mikroorganisme. Meskipun
fermentasi sering dihubungkan dengan pembentukan gas yang disebabkan oleh
mikroorganisme hidup, pada saat ini pembentukan gas maupun terdapatnya sel
mikroorganisme hidup tidak merupakan kriteria esensial.
Dalam beberapa proses fermentasi misalnya fermentasi asam laktat,
tidak ada gas yang dibebaskan. Fermentasi dapat juga berlangsung (meskipun
jarang terjadi) dapat menggunakan ekstrak enzim yang berfungsi sebagai
katalisator reaksi. Dari uraian di atas dapat disarikan bahwa fermentasi
mempunyai pengertian suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu
15
substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(Suprihatin, 2010).
Untuk hidup, semua mikroorganisma membutuhkan sumber energi yang
diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana mikroorganisme berada di
dalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan oleh
mikroorganisme adalah glukosa. Dengan adanya oksigen beberapa
mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida dan
sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Ini adalah
metabolisme tipe aerobik. Akan tetapi beberapa mikroorganisme dapat mencerna
bahan baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku
energi ini hanya sebagian yang dipecah. Bukan air, karbondioksida dan sejumlah
besar energi yang dihasilkan, tetapi hanya jumlah kecil energi, karbondioksida,
air dan produk akhir metabolik organik lain yang dihasilkan.
Zat – zat produk akhir ini termasuk sejumlah besar asam laktat, asam
asetat dan etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya, alkohol dan
ester dari alkohol tersebut. Pertumbuhan yang terjadi tanpa adanya oksigen
sering dikenal sebagai fermentasi.
Gambar 2.4 Fermentasi sederhana
(Sumber : www.indobioethanol.com)
Faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses fermentasi ragi adalah
sebagai berikut :
16
a. Lama Fermentasi (waktu)
Lama waktu yang dibutuhkan pada proses fermentasi adalah sekitar 2 – 3
hari (Astawan dan Mita, 1991)
b. Jenis Bahan (Substrat)
Substrat sebagai sumber energi yang diperlukan mikroba pemula
fermentasi untuk mengawali kelangsungan fermentasi. Energi yang
dibutuhkan berasal dari karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat gizi
lainnya yang terdapat dalam substrat. Bahan energi yang banyak digunakan
oleh mikroorganisme adalah glukosa. Mikroba dalam fermentasi harus mampu
tumbuh dalam substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya
(Astawan dan Mita, 1997).
c. Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alkohol, ragi memerlukan media dengan suasana asam,
yaitu antara pH 4,8-5,0. Pengaturan pH dapat dengan penambahan asam
sulfat jika substratnya basa atau natrium bikarbonat jika substratnya asam
d. Suhu
Suhu optimum untuk perumbuhan dan perkembangbiakan adalah 28oC -
30oC.
e. Udara
Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobic, namun demikian
udara
diperlukan pada proses pembibitan sebelum fermentasi untuk
perkembangbiakan ragi (Amien, 2006).
2.6 Destilasi
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan
17
kembali disebut destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik
didihnya, dan memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari
zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada
destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih
normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang
ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik
didih destilat (Sahidin, 2008).
Gambar 2.5 Destilasi sederhana
(Sumber : analisakimia.com)
Maksud dari proses destilasi adalah untuk memisahkan etanol dari
campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen – komponen yang
berbeda nyata suhu didihnya, destilasi merupakan cara yang paling mudah
dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah
efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 100oC dan etanol mendidih
pada sekitar 77oC.
Perbedaan pada titik didih inilah yang memungkinkan pemisahan
campuran etanol air. Prinsipnya jika larutan campuran etanol air dipanaskan,
maka akan lebih banyak molekul etanol menguap daripada air. Jika uap – uap ini
didinginkan (dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang
dikondensasikan itu akan lebih tinggi daripada dalam larutan aslinya. Jika
18
kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka konsentrasi
etanol akan lebih tinggi lagi.
Proses ini diulang terus, sampai sebagian dari etanol dikonsentrasikan
dalam suatu fasa. Namun hal ini ada batasnya. Pada larutan 96% etanol,
didapatkan suatu campuran dengan titik didih yang sama (azeotrop). Pada
keadaan ini, jika larutan 96% alkohol ini dipanaskan, maka rasio molekul air dan
etanol dalam kondensat akan tetap konstan sama. Jika dengan cara destilasi ini,
alkohol tidak bisa lebih pekat dari 96% (Harahap, 2003)
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terdapat beberapa
macam proses destilasi, macam – macam proses tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Destilasi Uap
Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut
sempurna atau larut sebagian dengan menurunkan tekanan sistem sehingga
didapatkan hasil penyulingan jauh di bawah titik didih awal.
Gambar 2.6 Destilasi uap
(Sumber : arifchemistryproduction.com)
b. Destilasi vakum
Untuk memurnikan senyawa yang larut dalam air dengan titik didih tinggi
sehinggal tekanan lingkungan harus diturunkan agar tekanan sistem turun.
19
Destilasi ini tekanan operasinya 0,4 atm (<300 mmHg absolut). Proses
destilasi dengan tekanan di bawah tekanan atmosfer.
Gambar 2.7 Destilasi vakum
(Sumber : theprinces9208.wordpress.com)
c. Destilasi biasa
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murninya. Senyawa - senyawa yang terdapat dalam
campuran akan menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing.
Gambar 2.8 Destilasi sederhana
(Sumber : nurul.kimia.upi.edu)
2.7 Standar Nasional Indonesia (SNI) Bioetanol
20
Pemanfaatan bioetanol diarahkan untuk memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap bauran energi nasional terutama sebagai bahan bakar
pencampur ataupun pensubstitusi bensin. Pemerintah melalui Dewan
Standarisasi Nasional (DSI) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
untuk bioetanol dengan tujuan melindungi konsumen (dari segi mutu), produsen
dan mendukung perkembangan industri bioetanol di Indonesia.
Standar Nasional Indonesia (SNI) bioetanol disusun oleh Panitia Teknis
Energi Baru dan Terbarukan (PTEB) melalui tahapan – tahapan baku tata cara
perumusan standar nasional. Penyusunan SNI bioetanol Terdenaturasi untuk
gasohol ini dilakukan dengan memperhatikan standar sejenis yang berlaku di
negara – negara lain yang pemakaian bioetanolnya sudah luas dan mencapai
tahap komersial. Faktor lain yang juga diperhatikan adalah keberagaman bahan
baku bioetanol di tanah air (Badan Standar Indonesia, 2012).
SNI ini disusun oleh Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional
Indonesia 27-04: Bioenergi melalu proses/prosedur perumusan standar dan
terakhir dibahas dalam Forum Konsensus Panitia Teknis Bioenergi di Bali pada
tanggal 1 Desember 2011, yang dihadiri oleh anggota panitia teknis dan
narasumber terkait.
SNI bioetanol ini merupakan revisi dari SNI 7390:2008, bioetanol
terdenaturasi untuk gasohol, yang disusun dengan memperhatikan masukan dari
konsumen, produsen dan penyalur serta standar sejenis yang sudah berlaku di
negara – negara lain yang memakai bioetanolnya sudah luas dan mencapai
tahap komesial. Secara substansial perubahan dari SNI 7390:2008 adalah
perubahan syarat kadar metanol, penambahan denaturan baru denatonium
benzoat, perubahan kadar air, perubahan kadar klorin dan penghapusan
parameter pHe.
21
Tabel 2.2 Standar Nasional Indonesia Bioetanol Terdenaturasi
(Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia)
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah ampas tebu
yang akan diproduksi menjadi bioetanol dengan metode fermentasi dan
destilasi
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Alat
1) Jerigen
Jerigen digunakan sebagai tempat melakukan fermentasi
2) Pressure Gauge.
Pressure gauge digunakan untuk mengetahui tekanan pada saat
proses fermentasi.
3) Destilator
Destilator alat untuk melakukan destilasi setelah dilakukan
fermentasi.
4) Gelas ukur
Gelas ukur digunakan untuk menampung bioetanol hasil destilasi.
5) Thermocouple
Thermocouple adalah alat sensor temperatur agar temperatur
tetap berada pada temperatur yang kita inginkan
b. Bahan
1) Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan bahan baku utama pembuatan bioetanol.
23
2) Ragi
Ragi digunakan sebagai bakteri untuk melakukan proses
fermentasi
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Pengolahan Bahan
1) Ampas tebu yang sudah dikumpulkan dicuci hingga bersih
2) Dijemur di bawah sinar matahari
3) Hasil pengeringan kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling
dan diayak di ayakan mesh hingga diperoleh tepung ampas tebu.
4) Kemudiaan tepung ampas tebu dicampur dengan air aquades 2 liter
5) Campuran direbus selama 30 menit dengan suhu 95-100oC sambil
diaduk-aduk
b. Fermentasi
1) Siapkan jerigen yang akan digunakan sebagai tempat fermentasi
2) Masukkan 2 liter larutan ampas tebu
3) Campurkan ragi sebanyak 4 gram
4) Pada fermentasi ini dilakukan variasi terhadap waktu fermentasinya
yaitu 24 jam, 36 jam, 48 jam dan 60 jam
c. Destilasi
1) Siapkan alat dan bahan
2) Menyalakan pemanas alat destilasi
3) Tunggu beberapa saat sampai suhu yang diinginkan telah dicapai.
Dalam proses destilasi ampas tebu, suhu yang ditetapkan yaitu 85oC
4) Suhu dipertahankan sesuai lama proses destilasi. Lama proses
destilasi untuk satu sampel sekitar 8 jam.
5) Destilasi dilakukan sebanyak 5 kali untuk satu sampel.
24
6) Setelah sampel didapatkan, kemudian sampel tersebut ditampung di
dalam gelas ukur untuk diuji kadar etanolnya
d. Analisa kandungan bioetanol
Bioetanol hasil proses destilasi diuji di Laboratorium Teknik Kimia
Universitas Gadjah Mada dengan menggunakan alat Kromatografi Gas
untuk mengetahui kadar bioetanol terbaik dari 4 variasi waktu fermentasi
tersebut menurut standar SNI (Standar Nasional Indonesia).
25
e. Diagram alir penelitian
Tidak
Iya
26
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Alat dan Bahan
Fermentasi Fermentasi Gagal
Pengolahan Bahan
Pengujian Kadar Bioetanol
Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Destilasi suhu 85oC
f. Flowchart Proses
Serbuk Tebu
Air Aquades
Tidak
IYA
27
Ampas Tebu
Dijemur di bawah sinar matahari
Digiling
Direbus pada suhu 100oC
Fermentasi Fermentasi Gagal
Variasi Waktu :
24 Jam, 36 Jam, 48 Jam, 60 jam
Destilasi Suhu 85oCDestilasi Sebanyak 5 Kali
Etanol
3.4 Jadwal Penelitian
Dalam penelitian ini memerlukan waktu sekitar 4 bulan seperti yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Kegiatan
Oktober
2016
November
2016
Desember
2016
Januari
2017
Minggu Minggu Minggu Minggu
I II III I
V
I II III I
V
I II III I
V
I II III IV
Studi Literatur
Pengumpulan
Data
Presentasi
Proposal
Pengolahan
Data
Menyusun
Laporan
Seminar Hasil
Sidang Akhir
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Astawan. M dan M. W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati
Tepat Guna. Bogor : Akademika Pressiado.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 7290:2008. Bioetanol Terdenaturasi
untuk Gasohol. Jakarta.
Dyan, Pratiwi., dkk. 2013. Potensi Pembuatan Etanol dari Eceng Gondok Melalui
Proses Hidrothermal. Politeknik Negeri Ujung Pandang. Makassar.
Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fitriani, dkk. 2013. Produksi Bioetanol Tongkol Jagung dan Hasil Proses
Delignifikasi. Palu : Universitas Tadulako.
Hanum, Farida., dkk. 2013. Pengaruh Massa Ragi dan Waktu Fermentasi
Terhadap Bioetanol dari Biji Durian. Jurnal Teknik Kimia USU Vol 2 No. 4.
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hapsari, Mira A dan Pramashinta, Alice. 2013. Pembuatan Bioetanol dari
Singkong
Karet (Manihot Glaziovii) Untuk Bahan Bakar Kompor Rumah Tangga
Sebagai Upaya Mempercepat Konversi Minyak Tanah Ke Bahan Bakar
Nabati”. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 2. Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Harahap. 2003. Karya Ilmiah Produksi Alkohol. Kendari.
Husin, A. A. 2007. Pemanfaatan Limbah Untuk Bahan Bangunan.
www.kimpraswil.go.id.
Indriani dan Sumiarsih. 1992. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan
Tegalan. Penebar Swadya. Jakarta.
Laksamahardja, M.. P. 1993. Pembuatan Gula Merah. Makalah Temu Tugas,
Aplikasi Teknologi Perkebunan B. P. Kalimantan Barat.
Lin, Y., dan S. Tanaka. 2006. Ethanol Fermentation From Biomass
Resources:Current State and Prospects. Appl. Microbiol. Biotechnol. 69:
627-642.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2008.
Lowry, O. H., N. J., Rosebrough, A. L., Farr, R. J. Randall. 1951. Protein
meaurement with the folin phenol reagent. Journal of Biology and
Chemistry. 193-265.
Notojoewono. 1967. Berkebun Tebu Lengkap. Yogyakarta.
Prastowo, Bambang. 2007. Potensi Sektor Pertanian Sebagai Hasil dan
Pengguna Energi Terbarukan, Perspektif Vol. 6 No.2. Hal 84-92
Rama, Prihandana., dkk. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan.
Agromedia Pustaka. Jakarta
Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari
Salma dan Gunarto. 1999. Enzim Selulase Dari Trichoderma spp. Jurnal
Mikrobiologi Indonesia. Vol 2 No 2.
Sari, Purnama, A., dkk. 2013. Produksi Bioetanol dari Selulosa Alga Merah
dengan Sistem Fermentasi Simultan Menggunakan Bakteri Clostridium
Acetobutylicum. Malang
Sinaga, S. 2011. Pengaruh Substitusi Tepung Terigu dan Jenis Penstabil dalam
Pembuatan Cookies Labu Kuning . Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Cetakan Pertama. PT. Unesa Press.
Jakarta
Tarigan, B. Y dan J. N. Sinulingga, 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di
Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan
Wijaya, I Made, A, S., dkk. 2012. Potensi Nira Kelapa Sebagai Bahan Baku
Bioetanol. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 1. Jurusan Teknik
Pertanian Universitas Udayana. Bali
Winarno, F. G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan .
Gramedia. Jakarta