documentvi
TRANSCRIPT
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 1/11
Irvan Ramadhani
240210100012
VI. PEMBAHASAN
Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya
berbeda. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah bakteri,
kapang dan khamir.
Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi
langsung atau tidak langsung dengan sumber pencemaran mikroba, seperti tanah,
udara, air, debu, saluran pencernaan, dan pernafasan manusia dan hewan . Namun
demikian, hanya sebagian saja dari berbagai sumber pencemar yang berperan sebagai
sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak pada bahan pangan
sampai jumlah tertentu. Dalam batas – batas tertentu kandungan mikroba dalam
bahan pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tesebut.
Akan tetapi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan
berkembang lebih cepat maka bahan pangan akan rusak karenanya.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan dapat
bersifat fisik dan kimia atau biologis. Faktor tersebut meliputi :
1. Faktor Intrinsik, merupakan sifat – sifat fisik, kimia, dan stuktur yang
dimiliki oleh bahan pangan itu sendiri.
a. Kandungan Nutrisi
Fungsi utama nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan
pembentuk sel, dan aseptor elektron di dalam aksi yang menghasilkan
energi. Nutrisi yang diperlukan oleh mikroba meliputi air, sumber
energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber aseptor elektron,
sumber mineral dan faktor tumbuh.
b. Nilai PH
Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang
berbeda. Sebagian Bakteri tumbuh pada pH mendekati netral (pH 6,5 -
7,5). Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh
dengan baik, kecuali bakteri asam asetat (misalnya : Acetobakter
suboxydans) yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 2/11
Irvan Ramadhani
240210100012
sp yang dapat tumbuh pada pH tinggi (basa). Sebaliknya , khamir
menyukai pH 4,0 -5,0 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5 – 8,5.
Oleh karena itu khamir dapat tumbuh pada pH rendah di mana
pertumbuhan bakteri terhambat. Untuk pertumbuhan kapang
memerlukan pH optimum antara 5,0 – 7,0, tetapi seperti halnya
khamir, kapang masih dapat hidup pada kisaran pH yang luas, yaitu
antara pH 3,0 – 8,5.
c. Aktifitas Air
Aktifitas air (water activity = aw) merupakan parameter yang
lebih tepat untuk mengukur aktivitas mikroba pada bahan pangan.
Untuk meramalkan populasi mikroba yang berperan dalam kerusakanbahan pangan sehingga tipe dan bentuk kerusakan yang terjadi
diketahui. Selain itu aw dapat digunakan sebagai indikator dalam
usaha pengawetan bahan pangan
d. Potensial Reduksi Oksidasi (Redoks)
Potensial reduksi oksidasi menunjukan kemampuan substrat
untuk melepaskan elektron (oksidasi) atau menerima elektron
(reduksi). Potensial reduksi oksidasi sangat berpengaruh terhadap
kehidupan mikroba. Pada mikroba aerob memerlukan potensial redoks
positif (teroksidasi) sedangkan pada mikroba anaerob memerlukan
potensial redoks negatif (tereduksi).
e. Senyawa Antimikroba
Beberapa bahan pangan memiliki senyawa antimikroba
alamiah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Misalnya
laktinin, anticoliform, dan laktoperoksidase yang terdapat dalam susu.
Putih telur mengandung lisosim yang merupakan
senyawa antimikroba. Rempah – rempah umumnya mengandung
eugenol (antimikroba), kayu manis mengandung aldehid siamat yang
dapat menghambat kapang dan bakteri.
f. Stuktur Biologi
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 3/11
Irvan Ramadhani
240210100012
Stuktur biologi seperti lapisan kulit dan kulit pada kacang –
kacangan dan kulit buah berperan mencegah masuknya mikroba
kedalam bahan pangan tersebut (Nurwantoro, 1997).
2. Faktor Ekstrinsik yaitu kondisi lingkungan pada penanganan dan
penyimpanan bahan pangan, seperti suhu kelembaban, susunan gas di
atmosfir.
a. Suhu
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat
mempengaruhi lamanya fase lag, kecepatan pertumbuhan, konsentrasi
sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis dan komposisi sel(Nurwantoro, 1997).
b. Kelembaban Udara Relatif
Kelembaban udara relatif berhubungan dengan aktifitas air
(aw). Pangan yang mempunyai nilai aw rendah apabila ditempatkan
pada lingkungan yang mempunyai kelembaban udara relatif tinggi
akan mudah menyerap air. Semakin banyak air yang terserap akan
meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah dirusak oleh
bakteri.
c. Susunan Gas di Atmosfir
Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor elektron,
mikroba dapat dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu mikroba
aerob dan mikroba anaerob. Mikroba aerob adalah mikroba yang dapat
menggunakan oksigen sebagai sumber aseptor elektron terakhir
bioenerginya.
Ada 2 (dua) golongan mikroba aerob, yaitu obligat aerob dan
mikroaerofilik. Obligat aerob adalah mikroba yang mutlak
membuthkan oksigen, sementara mikroaefilik adalah mikroba yang
mutlak membutuhkan oksigen, sementara mikroaerofilik adalah
mikroba yang memerlukan oksigen dalam jumlah sedikit.
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 4/11
Irvan Ramadhani
240210100012
3. Faktor Implisit merupakan sifat – sifat yang dimiliki oleh mikroba itu
sendiri. Faktor ini sangat dipengaruhi oleh susunan biotik mikroba dalam
bahan pangan.
a. Sinergisme
Sinergisme adalah kemampuan dua atau lebih organisme untuk
melakukan perubahan (biasanya perubahan kimia) dimana tanpa
adanya kerja sama diantaranya. Faktor faktor yang berkaitan dengan
sinegisme adalah ntrisi perubahan nilai pH, pertumbuhan potensial
redoks, perubahan aktivitas air, penghilangan zat anti mikroba dan
kerusakan stuktur biologis.
b.
AntagonismeKematian atau terhambatnya pertumbuhanya suatu organisme yang
disebabkan oleh organisme lain yang mempengaruhi lingkungan
pertumbuhan organisme pertama disebut antagonisme. Faktor – faktor
yang mempengaruhi antagonisme antara lain penggunan nutrisi,
perubahan nilai pH, perubahan potensial redoks, pembentukan zat –
zat antimikroba dan bakteriofag.
4. Faktor Pengolahan
Mirobiologi spesifik yang terdapat didalam bahan – bahan pangan
dapat dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan dan
pengawetan pangan. Jenis – jenis pengolahan atau pengawetan pangan
yang berpengaruh terhadap kehidupan mikroba antara lain suhu tinggi,
suhu rendah, penambahan bahan pengawet dan irridiasi (Nurwantoro,
1997).
6.1 Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan
murni. Ada beberapa cara umum yang dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba
antara lain, untuk mengisolasi bakteri dapat dilakukan dengan cara goresan (streak
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 5/11
Irvan Ramadhani
240210100012
plate), cara taburan atau tuang ( pour plate), cara pengenceran (dilution method ), serta
micromanipulator (the micromanipulator method ) (Lim, 1998).
Untuk mengisolasi bakteri pada praktikum kali ini, digunakan media Nutrient
Agar (NA). NA adalah media yang mengandung pepton, kaldu daging, dan agar,
memiliki spesifikasi untuk pertumbuhan bakteri. Praktikum kali ini terlebih dahulu
dilakukan pengenceran hingga pengenceran 310
, kemudian dari pengenceran 210
dan 310
dimasukkan masing-masing sebanyak 1 mL kedalam cawan Petri dan
tambahkan media NA. Setelah itu inkubasikan. Inkubasi isolat bakteri dengan
medium NA dilakukan pada suhu 30C selama lima hari. Dan hasil yang diamati
berupa pewarnaan gram dan perhitungan SPC.
Tabel 6.1.1 Perhitungan koloni, SPC, dan Hasil Pewarnaan Gram
Sampel Media
Jumlah
Koloni Perhitungan
SPC
Pewarnaan
Gram
Dugaan
bakteri
10-3
10-4
Rendang NA 3 3< 3,0 x 10
4
( 3,0 x 103
)
Basil, gram
positif
Lactobacillus,
Bacillus, dan
Clostridium
Ayam
KecapNA 3 8
< 3,0 x 104
( 3,0 x 103)
Spiral, gram
negatif Spirillum
Sayur
Asam
NA - - - Terkontaminasi
Karena sample
terkontaminasi,
maka tidak
ditemukan
bakteri
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 6/11
Irvan Ramadhani
240210100012
Sayur
NangkaNA 36
53,6 x 10
4
Coccus, gram
positif
Micrococcus,
Staphylococcus,
Streptococcus,
Leuconostoc,
Pediococcus,
Aerococcus
(Sumber: Dok. Pribadi 2011)
Berdasarkan data yang ada pada tabel 6.1.1, dapat disimpulkan bahwa
rendang setelah pewarnaan gram bersifat gram positif dan ketika diamati dibawah
mikroskop bentuknya basil. Dugaan sementara bakteri yang mengkontaminasi
rendang menurut data yang ada pada tabel tersebut adalah Lactobacillus, Bacillus,
dan Clostridium.
Untuk sampel ayam kecap, sampel tersebut bersifat gram negatif dan
berbentuk spiral ketika diamati dibawah mikroskop. Dugaan sementara dari bakteri
yang mengkontaminasi bahan pangan tersebut adalah Spirillum.
Untuk sampel sayur asam tidak dilakukan pewarnaan gram dikarenakan
adanya kontaminasi dari kapang. Hal ini bisa diakibatkan karenakan pelaksanaan
praktikum yang tidak aseptis sehingga terjadi kontaminasi.
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer
aseptis (suatu metode atau teknik didalam memindahkan atau mentransfer kultur
bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi
oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan
prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan
analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak
bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu digunakan teknik aseptis selama
pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus
steril. Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan
pisau, garpu, sendok atau penjepit yang steril (Afrianti, 2004).
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 7/11
Irvan Ramadhani
240210100012
Untuk sampel sayur nangka, sampel tersebut bersifat gram positif dan
berbentuk coccus ketika diamati dibawah mikroskop. Dugaan sementara dari bakteri
yang mengkontaminasi bahan pangan tersebut diantaranya adalah Micrococcus,
Staphylococcus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Aerococcus. Untuk
menentukan bakteri apa yang terdapat dalam sampel tersebut diperlukan penelitian
lebih lanjut.
Selain mengidentifikasi bentuk bakteri, pada praktikum kali ini dilakukan
perhitungan SPC. Menurut Pangastuti dan Triwibowo (1996), syarat perhitungan
jumlah bakteri adalah:
a. Jumlah koloni tiap petri dish antara 30-300 koloni, bila tidak ada, dipilih yang
mendekati.b. Tidak ada spreader (koloni yang menutup lebih dan setengah luas petri dish).
c. Bila perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar dengan
pengenceran sebelumnya <2, hasilnya dirata-rata, tetapi bila> 2, yang dipakai
jumlah bakteri dan pengenceran sebelumnya.
d. Bila dengan ulangan dan hasil memenuhi syarat, hasilnya dirata-rata.
Menurut syarat perhitungan bakteri diatas, didapat SPC dari setiap sampel
diantaranya sampel rendang nilai SPC adalah < 3,0 x 104, sampel ayam kecap nilai
SPC adalah < 3,0 x 104, sayur nangka nilai SPC adalah 3,6 x 10
4. Sedangkan untuk
sampel sayur asem tidak memiliki nilai SPC dikarenakan terkontaminasi kapang.
6.2 Isolasi Kapang
Setelah melakukan isolasi bakteri, selanjutnya adalah isolasi kapang. Isolasi
dilakukan dengan metode gores dengan media PDA, setelah diinkubasi pada suhu
30ºC selama 2 hari, hasil yang didapat diamati secara visual terlebih dahulu.
Kapang merupakan mikroba yang tergolong fungi. Fungi dapat bersifat parasit
yaitu memperoleh makanan dari benda hidup, atau bersifat saprofit yaitu memperoleh
makanan dari benda mati. Kapang yang banyak tumbuh pada makanan dan
menyebabkan kerusakan pada makanan adalah fungi yang bersifat saprofit obligat
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 8/11
Irvan Ramadhani
240210100012
yang hanya dapat hidup pada benda mati, tetapi tidak dapat hidup atau melakukan
infeksi pada benda hidup (Fitria, 2009).
Tabel 6.2.1 Hasil Pengamatan Isolasi Kapang dari Bahan Pangan
Sampel
Media PDA
Visual Bentuk
Rendang -
Ayam KecapMiselium berwarna putih,
tersebar dipinggiran cawan
Sayur Asam
Warna spora hitam,
Miselium putih tersebar merata
Sayur Nangka
Warna spora hitam, warna
miselium putih kecoklatan,
tersebar tidak merata,
tumbuhdipinggiran cawan.
(Sumber: Dok. Pribadi 2011)
Berdasarkan data yang ada pada tabel 6.2.1, dapat disimpulkan bahwa pada
rendang tidak ditemukan kapang. Sampel ayam kecap ketika diamati dibawah
mikroskop ditemukan miselium berwarna putih dan tersebar dipinggiran cawan.
Untuk sayur asam warna sporanya berwarna hitam dan memiliki miselium putih
tersebar merata. Dugaan sementara kapang yang mengontaminasi sayur asam adalah
Rhizopus karena kapang tersebut mempunyai sifat spora yang berwarna hitam serta
miselium yang berwarna putih. Selain itu Rhizopus biasa merusak bahan pangan jenis
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 9/11
Irvan Ramadhani
240210100012
sayuran yang dimana dalam sayur asem tersebut terdapat sayuran. Untuk sayur
nangka setelah diihat pada tabel diatas, diduga pula kapang yang mengkontaminasi
bahan pangan tersebut adalah Rhizopus.
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 10/11
Irvan Ramadhani
240210100012
VII. KESIMPULAN
Dari pelaksanaan kegiatan praktikum isolasi bakteri dan kapang dari bahan
pangan ini, dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Isolasi bakteri dapat memisahkan suatu jenis mikroorganisme tertentu
(bakteri, kapang atau khamir) dari suatu kelompok mikroba menjadi suatu
kultur murni.
2. Isolasi bahan pangan dapat juga dilakukan untuk melakukan analisa
mikroorganisme.
3. Kontaminasi mikroba dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu dari
bahan dasar, kualitas rempah-rempah dan proses pengolahan.
4. Mikroorganisme yang mungkin tumbuh pada bahan pangan adalah bakteri
dan kapang.
5. Untuk mengamati bentuk dan jenis mikroorganisme terutama bakteri
dilakukan dengan melakukan pewarnaan gram.
5/12/2018 VI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/vi5571fdff49795991699a6c9a 11/11
Irvan Ramadhani
240210100012
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, L. H. 2004. Menghitung Mikroba pada Bahan Makanan.http://www.pikiranrakyat.com (diakses pada 28 Maret 2011).
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fitria, Bayu. 2009. bio.bakteri.wordpress.com (diakses pada 28 Maret 2011).
Lim, D. 1998. Microbiology, 2nd Edition. McGrow-hill book, New York.
Nurwatoro dan Siregar Abbas., 1997. Mikrobiologi Pangan Hewan dan Nabati.
Kanisius,Yogyakarta.
Pangastuti Hestining dan Triwibowo Sitoresmi, 1996, http://www.kalbe.co.id/files/
cdk/files/17 (diakses pada 28 Maret 2011).