vi. kondisi umum 4.1 kondisi umum bandara internasional ... file4.1 kondisi umum bandara...

30
23 VI. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Bandara Internasional Soekarno-Hatta 4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik pada Bandara Soetta, antara lain: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah; topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa; sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak. 4.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi Bandara Soetta terletak di Cengkareng, Kabupaten Tangerang, Banten. Bandara Soetta secara administratif terletak di Desa Rawa Rengas, Kelurahan Blendung, Neglasari, Kodya Tangerang, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Bandara Soetta berjarak sekitar 30 km dari pusat kota di Jakarta. Secara geografis, Bandara Soetta terletak pada koordinat 06°07’49,1080” LS dan 106°39”40,134” BT, dengan batas wilayah: 1. Utara : Desa Rawa Rengas 2. Selatan : Kelurahan Blendung 3. Barat : Kelurahan Selapajang 4. Timur : Desa Rawa Bokor Berikut dapat dilihat pada Gambar 4 mengenai kondisi umum Bandara Soetta. Gambar 4 Foto Udara Bandara Soetta

Upload: doantruc

Post on 18-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

23

 

VI. KONDISI UMUM

4.1 Kondisi Umum Bandara Internasional Soekarno-Hatta

4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik

Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik pada

Bandara Soetta, antara lain: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah;

topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa;

sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak.

4.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi

Bandara Soetta terletak di Cengkareng, Kabupaten Tangerang, Banten.

Bandara Soetta secara administratif terletak di Desa Rawa Rengas, Kelurahan

Blendung, Neglasari, Kodya Tangerang, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten. Bandara Soetta berjarak sekitar 30 km dari pusat

kota di Jakarta. Secara geografis, Bandara Soetta terletak pada koordinat

06°07’49,1080” LS dan 106°39”40,134” BT, dengan batas wilayah:

1. Utara : Desa Rawa Rengas

2. Selatan : Kelurahan Blendung

3. Barat : Kelurahan Selapajang

4. Timur : Desa Rawa Bokor

Berikut dapat dilihat pada Gambar 4 mengenai kondisi umum Bandara Soetta.

Gambar 4 Foto Udara Bandara Soetta

24

 

Bandara Soetta memiliki luas tanah sebesar 1800 Ha dengan penyediaan

sarana pelayanan 2 (dua) landasan pacu (Runway) yang berdimensi: 60 m x

3660m dan 60 m x 3600 m, arah landas pacu 07 R, 25 L dan 07 L, 25 R,

permukaan berbahan dasar beton dengan pergerakan pesawat udara 600

pergerakan/hari, dan operasional bandara selama 24 Jam.

4.1.1.2 Iklim

Bandara Soetta terletak dibawah khatulistiwa 6” Lintang Selatan yang

beriklim tropis-humid. Berdasarkan Stasiun Meteorologi Klas I Soekarno-Hatta

Cengkareng, suhu udara rata-rata pada kawasan ini sekitar 30-33°C, dengan

tingkat kelembaban udara rata-rata ± 79,5 %. Arah angin pada kawasan bandara

ini dominan bergerak dari arah utara dengan kecepatan antara 1,1-5,4 km/jam.

Lama penyinaran yang tercatat sekitar antara 46-87%. Selain itu, curah hujan rata-

ratanya sekitar 2340 mm setiap tahunnya dengan curah hujan maksimum terjadi

pada bulan Februari sebesar 440 mm setiap bulannya, sedangkan curah hujan

minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 60 mm setiap bulannya. Tekanan

udara rata-ratanya sekitar 1009,5 mb dengan tekanan udara maksimum adalah

1010,2 mb dan minimum adalah 1009 mb.

4.1.1.3 Geologi dan Tanah

Bandara Soetta secara geologis termasuk kedalam dataran rendah Jakarta

bagian barat, yang tersusun atas endapan aluvium pantai, endapan delta, dan

sebagian tersusun atas material gunung api. Jenis tanah pada kawasan Bandara

Soetta umumnya merupakan lapisan aluvial. Lapisan aluvial yang terbentuk pada

daerah ini sebagai hasil erosi lapukan batuan dari daerah-daerah yang lebih tinggi

letaknya. Selain itu, lapisan aluvial yang terdapat pada kawasan ini terjadi karena

pada bagian barat kawasan Bandara Soetta terdapat Sungai Cisadane Tangerang

yang mengalir dari hulu di daerah Bogor sampai ke Laut Jawa.

Kawasan Bandara Soetta memiliki struktur tanah dengan persentase, yaitu

pasir 5-12%, debu 55-57%, dan liat 32-38%, serta memiliki pH tanah sebesar 4-

6,5. Darikomposisi tersebut, dapat diketahui bahwa tekstur tanah pada kawasan

ini berjenis lempung liat berdebu.

25

 

4.1.1.4 Topografi dan Draenase

Secara umum, kawasan Bandara Soetta memiliki kemiringan antara 0-5%

(datar), dengan ketinggian rata-rata adalah 12,31 meter diatas permukaan laut

rata-rata (MSL = Mean Sea Level).

Jenis saluran drainase yang berada di Bandara Soetta termasuk kedalam

jenis draenase terbuka. Semua buangan limbah cair pada Bandara Soetta diolah

terlebih dahulu melalui WTP (Water Treatment Plant) sebelum dibuang ke badan

air penerima. Berikut ini dapat dilihat mengenai saluran draenase (Gambar 5) dan

letaknya (Gambar 6) pada Bandara Soetta.

Gambar 5 Keadaan Draenase di Bandara Soetta

Gambar 6 Lokasi Saluran Draenase Bandara Soetta

4.1.1.5 Hidrologi

Sumberdaya air di kawasan Bandara Soetta berasal dari PAM (pengolahan

air minum) dan hasil pengolahan limbah air yang terdapat pada badan-badan air,

berupa bak penampungan air (Gambar 7). Pengolahan limbah air dilakukan di

lokasi WTP yang terletak di sebelah utara bak penampungan air (Gambar 8) dan

26

 

letaknya (Gambar 9). Keberadaannya sangat penting untuk mengolah limbah cair

yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Sebagian hasil pengolahan limbah cair

tersebut dapat digunakan lagi oleh pihak PT (Persero) Angkasa Pura II untuk

menyirami vegetasi yang berada di Bandara Soetta. Selain itu, pada saat menuju

Bandara Soetta melalui jalan tol terdapat rawa-rawa (Basin), serta pada bagian

barat Bandara Soetta terdapat sungai Cisadane yang mengalir dari wilayah Bogor

menuju Laut Jawa.

Gambar 7 Keadaan Penampungan Air di Bandara Soetta

Gambar 8 Keadaan Sistem Hidrologi di Bandara Soetta

Gambar 9 Lokasi Pengelolaan Air Limbah Bandara Soetta

27

 

4.1.1.6 Pemandangan (view)

Kawasan Bandara Soetta memiliki sejumlah pemandangan yang menarik

(good view), seperti pada area penerimaan dengan gapura Bali yang menjadi pintu

gerbang Bandara-Soetta, serta patung Soekarno dan Hatta sebagai simbol Bandara

Soetta, bentukan bangunan terminal yang radial, area perkantoran dengan tower,

dan area ruang terbuka hijau lainnya (Gambar 10). Menurut Simond (2006), view

yang baik merupakan suatu pemandangan yang diamati dari titik menguntungkan

dan menarik pandangan mata.

Gambar 10 Good view di Bandara Soetta

4.1.1.7 Vegetasi

Beberapa jenis vegetasi yang ditanam di Bandara Soetta, yaitu Bungur

(Lagerstroemia speciosa), Kecrutan (Lagerstromia sp), Biola Cantik (Ficus

pandurata), Mahoni (Swietania mahagoni), Trembesi (Samanea saman), Palem

Raja (Oreodexa regia), Palem Putri (Veitchia Merillii), Tabebuia (Tabebuia

chrysantha), dan Sawo Kecik (Manilkara kauki). Pada sisi jalan di area

kedatangan Bandara Soetta terdapat pohon Trembesi sebagai vegetasi pengarah,

sedangkan pada area terminal terdapat Palem Raja. Selain itu, pada area parkir

Terminal 1 dan 2 umumnya ditanam Pohon Biola Cantik, Mahoni, dan Sawo

28

 

Kecik sebagai vegetasi peneduh. Jenis tanaman lainnya berfungsi sebagai

penambah nilai estetik kawasan Bandara Soetta. Berikut ini dapat dilihat pada

Gambar 11 mengenai jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Bandara Soetta pada

lokasi yang berbeda.

Gambar 11 Vegetasi yang Terdapat di Bandara Soetta

4.1.1.8 Satwa

Satwa yang ditemukan di Bandara Soetta dibagi menjadi dua, yaitu hewan

peliharaan masyarakat sekitar Bandara Soetta dan hewan liar. Hewan peliharaan

diantaranya seperti kambing dan anjing, sedangkan hewan liar adalah berbagai

jenis aves. Keberadaan satwa tersebut pada Bandara Soetta dapat membahayakan

operasional bandara. Berikut dapat dilihat pada Gambar 12 berbagai jenis satwa

yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan menurut Laporan Survey

Lokasi Bandara Soetta oleh PT (Persero) Angkasa Pura II pada Semester 2 tahun

2010.

4.1.1.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas

Lokasi Bandara Soetta berjarak sekitar 30 km dari pusat kota di jakarta.

Bandara Soetta memiliki dua pintu masuk, yaitu yang pertama pintu masuk utama

bandara dengan gapura Bali melalui jalan tol Prof. Dr. Sedyatmo dan jalan

29

 

Gambar 12 Satwa yang dapat Mengganggu Keselamatan Penerbangan

sekunder melalui Cengkareng, serta pintu masuk alternatif M1 melalui daerah

Tangerang. Bandara Soetta yang berada di wilayah Tangerang dapat diakses

melalui jalur bebas hambatan (jalan tol) dan jalur arteri, dengan menggunakan

baik kendaraan pribadi (mobil dan motor), maupun kendaraan umum.

Transportasi yang tersedia ialah shuttle bus (kendaraan umum gratis yang

disediakan Bandara Soetta untuk menghubungkan antar terminal di bandara), bus

besar (Damri dan Primajasa), dan berbagai jenis taksi.

Sirkulasi kendaraan di pintu masuk Bandara Soetta terdiri dari tiga lajur

kendaraan. Sirkulasi kendaraan pada Terminal 1 terbagi dua, yaitu jalur

kedatangan dan keberangkatan, serta sirkulasi kendaraan pada Terminal 2 terbagi

dua yang masing-masing terdiri dari dua level. Sedangkan, sirkulasi kendaraan

menuju perkantoran dan gudang melalui jalur tengah pada Bandara Soetta. Selain

itu, sirkulasi pejalan kaki tersedia pada sisi jalan di setiap terminal, area

perkantoran, dan pintu masuk bandara melalui M1. Berikut dapat dilihat pada

Gambar 13 mengenai sirkulasi kendaraan di Bandara Soetta.

4.1.1.10 Fasilitas pada Tapak

Dalam pelayanan bandara terhadap penumpang dan barang/kargo, tersedia

berbagai fasilitas prasarana operasional dan utilitas pendukung bandara. Bandara

Soetta memiliki fasilitas terminal sebanyak 3 buah yang dipergunakan untuk

melayani penerbangan sipil, baik penerbangan internasional maupun penerbangan

lokal. Luas terminal penumpang (Internasional) keberangkatan adalah 117.846 m²

dankedatangan adalah 73.362,86 m². Sedangkan, luas terminal penumpang

(domestik) keberangkatan adalah 24.543 m² dan kedatangan adalah 25.855 m².

30

 

Gambar 13 Sirkulasi Kendaraan di Bandara Soetta

Luas terminal VIP Room dan barang/ kargo keseluruhan masing-masing adalah

722 m² dan 48.838 m². Selain itu, terdapat area parkir dengan luas total adalah

79.129 m², terdiri dari 5100 unit kapasitas parkir roda empat, 850 unit kapasitas

parkir roda dua, 300 unit kapasitas taksi di pengendapan, dan 20 unit kapasitas

pengendapan Damri. Sedangkan, fasilitas pengelolaan penerbangan di Bandara

Soetta didukung oleh GMF AeroAsia (fasilitas pengelolaan Garuda) dengan

bangunan sebesar 480.000 m², terdiri dari tiga hangar, gudang, workshop, gedung

utilitas, gedung perlengkapan, dan perkantoran.

Selanjutnya, Bandara Soetta dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang

pelayanan bandara non penerbangan, seperti area golf 18 Hole yang terletak di

Soewarna Business Park Bandara Soetta dengan luas sebesar 102 Ha; dua jenis

hotel di Bandara Soetta (Hotel Bandara Sheraton yang terletak di pintu masuk

utama Bandara Soetta, dilengkapi empat lantai dengan 220 kamar dan Hotel

Bandara Jakarta yang terletak di lantai atas Terminal 2, dilengkapi dengan 82

kamar); area perbelanjaan di semua terminal Bandara Soetta yang terdiri dari toko

waralaba, toko suvenir, restoran, dan kafetaria.

31

 

4.1.3 Kondisi Sosial

Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi sosial pada Bandara Soetta,

antara lain sejarah, pengelola bandara, dan pengunjung.

4.1.3.1 Sejarah

Bandara Soetta merupakan pengganti Bandara Kemayoran yang ditujukan

untuk penerbangan domestik, karena bandara tersebut terlalu dekat dengan basis

militer Indonesia, yaitu Bandara Halim Perdanakusuma. Oleh karena itu,

penerbangan sipil di area tersebut menjadi terbatas, sedangkan lalu lintas udara

semakin meningkat.

Pada awal tahun 1970-an, dilakukan analisa terhadap delapan lokasi

berpotensi untuk bandar udara internasional baru, yaitu Kemayoran, Malaka,

Babakan, Jonggol, Halim, Curug, Tangerang Selatan dan Tangerang Utara.

Berdasarkan hasil analisa tersebut, Tangerang Utara dipilih untuk pembuatan

bandara internasional baru dan ditandai juga Jonggol sebagai bandara alternatif.

Nama bandara ini diambil dari nama Presiden Indonesia yang pertama,

yaitu Soekarno dan Wakil Presiden, yaitu Mohammad Hatta. Operasi bandara ini

dimulai pada tahun 1985, menggantikan Bandara Kemayoran (penerbangan

domestik) di Jakarta Pusat dan Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur.

Bandara Kemayoran telah ditutup, sedangkan Halim Perdanakusuma masih

beroperasi, melayani penerbangan charter dan militer.

Fungsi dari penggunaan Bandara Soekarno-Hatta adalah Internasional

Utama, Regional, dan Haji. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No.11

Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandara Intemasional

adalah bandara yang ditetapkan sebagai bandara yang melayani rute penerbangan

dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri. Bandara internasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikelompokkan atas:

a. bandara internasional utama;

b. bandara internasional regional;

c. bandara internasional penerbangan haji; dan

d. bandara internasional angkutan kargo.

32

 

Bandara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga

merancang Bandara Charles de Gaulle di Paris. Salah satu karakteristik besar

bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya dan lanskap tropis di antara lounge

area tunggu. Gaya arsitektur lokal yang digunakan adalah bangunan beratap

genting merah yang dapat dilihat dari bentukan atap yang khas arsitektur

bangunan joglo.

Proyek pembangunan Bandara Soettadilakukan oleh konsultan Perancis,

yaitu Aeroport de Paris dan pemerintah menunjuk PT Konavi sebagai mitra lokal.

Hasil pembangunan proyek tersebut, antara lain dua landasan pacu termasuk

taxiway; jalan aspal, yaitu satu di timur dan di barat untuk pelayanan bandara; tiga

terminal, terdiri dari satu terminal untuk penerbangan internasional dan dua untuk

penerbangan domestik. Proyek pembangunan ini dikerjakan selama empat tahun

dari Mei 1980 sampai desember 1984. Kemudian, pada tahun 1992 proyek

tersebut dilanjutkan dengan pembangunan terminal kedua. Sedangkan, proyek

pembangunan Terminal 3 dimulai pada tahun 2007 dan dilakukan oleh mitra lokal

sebagai karya dalam negeri.

4.1.3.2 Pengelola Bandara

Badan Usaha Bandara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik

daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi,

yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandara untuk pelayanan umum,

berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang Tatanan

Kebandarudaraan Nasional.

PT (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bergerak dibidang jasa pengelolaan kebandarudaraan dan pelayanan lalu

lintas udara. PT (Persero) Angkasa Pura II didirikan pada tanggal 13 Agustus

1984 dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (PPUJC) yang

mengelola Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng dan Bandar Udara Halim

Perdanakusuma, sekarang bernama Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pada

tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II sesuai Akta Notaris

Silvia Abbas Sudrajat, SH, SPN No. 38 Tahun 2008. PT (Persero) Angkasa Pura

II mengelola 12 bandara utama dikawasan barat indonesia,yaitu Soekarno-Hatta

33

 

(Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak),

Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II

(Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara

(Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung

Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi), dan Depati Amir (Pangkal

Pinang), serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Fight Information

Region/FIR) Jakarta. Aktivitas PT (Persero) Angkasa Pura II mencakup Pelayanan

Jasa Penerbangan (Aeronautika) dan Pelayanan Jasa Penunjang Bandara (Non

Aeronautika).

Pelayanan Lalu Lintas Udara (Air Traffic Services) merupakan salah satu

aktivitas bisnis utama PT (Persero) Angkasa Pura II. Sejak tahun 2004, PT

(Persero) Angkasa Pura II telah mengimplementasikan RVSM (Reduce Vertical

Separation Minimal) yang berfungsi lebih efektif sebagai pemantauan radar pada

ruang udara dengan tetap mempertahankan standar faktor keselamatan. Selain itu,

dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan peralatan berteknologi tinggi, seperti

Flight Procedure Design and Airspace Management (FPDAM) yang sangat

membantu penerbang dalam proses tinggal landas ataupun pendaratan di bandara;

peralatan Facility Design Aeronautical Mapping (FDAM) untuk membuat peta

navigasi udara bagi petugas ATS (Air Traffic Services) dalam menentukan posisi

pesawat dan rute penerbangan; dan penggunaan Simulation Model (SIMMOD)

yang memudahkan proses penghitungan kapasitas ruang udara, ruang parkir

pesawat, dan landasan pacu bandara.

Pelayanan Jasa Penunjang Bandara (Non-Air Traffic Services) sesuai

perkembangan zaman telah menuntut fleksibilitas fungsi bandara yang tidak lagi

terbatas sebagai tempat berlabuh pesawat udara ataupun naik-turunnya

penumpang, tetapi juga dapat memberikan suasana yang lebih nyaman seperti

kelengkapan sarana bisnis, penginapan, perbelanjaan, dan rekreasi bagi para

pengguna jasa bandara. Seperti yang dinyatakan oleh Simond (2006), bahwa

kecenderungan pada bandara yaitu, terdapat banyak potensi untuk berbagai

fasilitas yang memungkinkan seperti, hotel, theater, ruang konferensi,

perpustakaan, tempat rekreasi, dan pusat berbelanjaan yang direncanakan

34

 

didirikan diarea bandara untuk komersil. Namun, pada masa yang akan datang

semua hal tersebut harus dibatasi untuk meningkatkan efisiensi.

4.1.3.3 Pengunjung

Dalam penerbangan internasional, Bandara Soetta dikatagorikan kedalam

jenis Destination Airport (bandara yang berfungsi sebagai tujuan akhir), bukan

sebagai Transit Airport. Sehingga, Bandara Soetta merupakan gerbang/pintu

masuk bagi warga negara asing (WNA) yang ingin berkunjung ke Indonesia.

Beberapa tahun terakhir, jumlah penumpang pesawat mendarat dan terbang

melalui Bandara Soetta selalu mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah

penumpang pesawat di Bandara Soetta paling signifikan terjadi pada tahun 2010.

Berdasarkan data Angkutan Udara yang dikeluarkan PT (Persero) Angkasa Pura

II, jumlah penumpang pesawat pada tahun 2010 sekitar 43,7 juta orang, yang

terdiri dari 9,53 juta penumpang penerbangan internasional dan 34,17 juta

penumpang penerbangan domestik melalui Bandara Soetta. Jumlah penumpang

pesawat tersebut, terangkut dalam 247.541 penerbangan domestik dan 63.405

penerbangan internasional.

Peningkatan jumlah penumpang secara signifikan terjadi pada bulan Juli,

September dan Desember 2010. Ketiga bulan tersebut, terdapat tiga agenda besar,

yaitu liburan sekolah, Lebaran, serta Natal dan tahun baru. Pada bulan Juli,

terdapat 3,233 juta penumpang domestik dan 962.063 penumpang asing. Pada saat

Lebaran yang jatuh pada bulan September, terdapat 2,996 juta penumpang

domestik dan 840.995 penumpang asing. Sedangkan, pada bulan Desember,

terdapat 3,13 juta penumpang domestik dan 848.608 penumpang asing. Sehingga,

pada tahun 2010 Bandara Soetta menjadi urutan ke 16 dalam bandara tersibuk

didunia dari jumlah penumpang (urutan ke 5 di Asia) dan melampaui Bandara

Changi, Singapore. Pertumbuhan penumpang di Bandara Soetta meningkat lebih

dari 15 persen dalam setahun, yang didominasi oleh penumpang domestik.

Berikut dibawah ini dapat dilihat statistik pergerakan penumpang, kargo, dan

penerbangan pesawat di Bandara Soetta pada Tabel 3.

35

 

Tabel 3 Jumlah Penumpang, Kargo, dan Penerbangan Pesawat di Bandara Soetta

Tahun Penumpang Domestik Internasional Kargo (ton)

Pergerakan Pesawat

2001 11.818.047 9.966.403 1.851.644 281.765 123.540 2002 14.830.994 12.516.439 2.314.555 306.252 144.765 2003 19.702.902 16.809.708 2.893.194 310.131 186.695 2004 26.083.267 22.466.775 3.616.492 322.582 233.501 2005 27.947.482 23.426.867 4.520.615 336.113 241.846 2006 30.863.806 25.213.037 5.650.769 384.050 250.303 2007 32.458.946 25.395.485 7.063.461 473.593 248.482 2008 32.172.114 25.422.108 6.750.006 465.799 248.482 2009 37.143.719 29.977.615 7.166.104 418.562 298.178 2010 43.704.000 36.072.092 7.631.908 v510.442 310.946

Sumber:PT (Persero) Angkasa Pura II

Salah satu penyebab utama terjadi peningkatan jumlah penumpang setiap

tahunnya adalah berkembangnya perusahaan penerbangan dengan konsep low cost

carrier yang sangat cepat mendorong masyarakat untuk beralih dari pengguna

transportasi lain ke transportasi udara. Sehingga, pengguna jasa transportasi udara

berasal dari berbagai kalangan, yang sebelumnya hanya kalangan tertentu.

4.2 Kondisi Umum Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta

4.2.1 Kondisi Fisik dan Biofisik

Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik pada

Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan

tanah; topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi;

satwa; sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak.

4.2.1.1 Batas Tapak dan Geografi

Kawasan Terminal 3 merupakan salah satu terminal yang berada di Bandara

Soetta, Tangerang. Letaknya berada di sebelah timur kawasan Terminal 2. Secara

geografis, Terminal 3 yang berada di Bandara Soekarno-Hatta ini terletak pada

koordinat 06°07’49,1080” LS dan 106°39”40,134” BT dengan batas wilayah:

1. Utara : Taxiway Utara

36

 

2. Selatan : Jalan P2

3. Barat : Apron Terminal 2

4. Timur : Garbage dan Sewage Station

Terminal 3 memiliki luas areal sebesar 100,55 Ha, terbentang dari timur

Terminal 2 sampai barat Garbage dan Sewage Station. Namun, saat ini

pembangunan Terminal 3 baru menyelesaikan 1 pier (dari total 5 pier), dengan

luas 30 Ha. Berikut dapat dilihat pada Gambar 14 mengenai kondisi umum

Terminal 3 dan Gambar 15 mengenai Peta Inventarisasi Terminal 3.

4.2.1.2 Iklim

Terminal 3 Bandara Soettamemiliki iklim tropis-humid dan terletak

dibawah khatulistiwa 6” Lintang Selatan. Suhu udara rata-rata pada kawasan ini

sekitar 30-33°C (Gambar 16). Kelembaban pada kawasan bandara Soetta adalah ±

79,5 % (Gambar 17). Arah angin pada kawasan bandara ini dominan bergerak dari

arah utara dengan kecepatan antara 1,1-5,4 km/jam. Kecepatan angin rata-rata

pada kawasan ini adalah ± 4,8 km/jam (Gambar 18).

Selain itu, curah hujan rata-ratanya sekitar 2340 mm setiap tahunnya dengan

curah hujan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 440 mm setiap

bulannya, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 60

mm setiap bulannya (Gambar 19). Tekanan udara rata-ratanya sekitar 1009.5 mb

dengan tekanan udara maksimum adalah 1010,2 mb dan minimum adalah 1009

mb (Gambar 20), berdasarkan Stasiun Meteorologi Klas I Soekarno-Hatta

Cengkareng.

4.2.1.3 Geologi dan Tanah

Secara geologis, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang termasuk

dalam dataran rendah Jakarta bagian barat, yang tersusun atas endapan aluvium

pantai, endapan delta, dan sebagian tersusun atas material gunung api. Jenis tanah

pada kawasan Terminal 3 umumnya merupakan lapisan aluvial. Tanah aluvial

adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah

yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk berbagai jenis tanaman.

Sifat horizon aluvial antara lain, tinggi akan kandungan zat kresik dan rendah

37

 

38

 

39

 

Gambar 16 Grafik Rata-rata Suhu Udara untuk Wilayah Cengkareng

Gambar 17 Grafik Rata-rata Kelembaban Udara untuk Wilayah Cengkareng

Gambar 18 Grafik Rata-rata Kecepatan Angin untuk Wilayah Cengkareng

40

 

Gambar 19 Grafik Rata-rata Curah Hujan untuk Wilayah Cengkareng

Gambar 20 Grafik Rata-rata Tekanan Udara untuk Wilayah Cengkareng

Jenis tekstur tanah pada kawasan Terminal 3 adalah lempung liat berdebu

dan memiliki pH tanah sekitar 4-6,5. Sedangkan, struktur tanahnya terdiri dari

pasir 5-12%, debu 55-57%, dan liat 32-38%.

4.2.1.4 Topografi dan Drainase

Secara umum, kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki kemiringan

antara 0-5% (datar), dengan ketinggian rata-rata adalah 12,31 meter diatas

permukaan laut (peta topografi dapat dilihat pada Gambar 21). Berdasarkan jenis

kemiringan tersebut, maka kawasan ini cukup sesuai sebagai kawasan terminal

bandara.

41

 

42

 

Jenis saluran drainase yang berada di kawasan Terminal 3 termasuk

kedalam jenis drainase terbuka. Semua buangan limbah cair dari Terminal 3

disalurkan pada saluran drainase terbuka tersebut yang terbuat dari beton,

kemudiansaluran drainase tersebut mengalirkan buangan air ke tempat

penampungan air (pond). Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 22 mengenai

keadaan topografi dan draenase di sekitar kawasan Terminal 3.

Gambar 22 Keadaan Topografi dan Draenase di Sekitar Tapak

4.2.1.5 Hidrologi

Sumberdaya air di kawasan Terminal 3 berasal dari PAM, hujan, dan hasil

pengolahan limbah air yang terdapat pada badan-badan air, berupa bak

penampungan air (Gambar 23 mengenai peta hidrologi). Keberadaannya sangat

Key Plan

43

 

44

 

penting sebagai tempat penampungan air untuk diolah dan digunakan kembali

untuk menyirami vegetasi di Bandara Soetta, serta sebagai tempat pembuangan air

untuk menghindari terjadinya genangan air. Berikut dapat dilihat pada Gambar 24

mengenai draenase menuju bak penampungan air (pond).

Gambar 24 Drainase Menuju Bak Penampungan Air (pond) di Sekitar Tapak

4.2.1.6 Pemandangan (view)

Kawasan Terminal 3 memiliki sejumlah potensi view yang menarik

(potential good view), yaitu aktivitas boarding pesawat di Apron Terminal 2 dan

3, landing dan take off pesawat di bagian utara Terminal 3, serta ruang terbuka

yang cukup luas pada bagian timur Terminal 3. Dengan ruang terbuka yang cukup

lapang, serta bentuk bangunan yang didominasi material kaca, sehingga dapat

memudahkan pengunjung untuk menikmati pemandangan, baik dari dalam

maupun luar bangunan Terminal 3. Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 25

pemandangan yang berada di Terminal 3.

Key Plan

45

 

Gambar 25 Pemandangan (View) yang Berada di Terminal 3

4.2.1.7 Vegetasi

Jenis vegetasi yang terdapat di Terminal 3 antara lain, yaitu Trembesi

(Samanea saman), Kecrutan (Lagerstromia sp), Palem Kuning (Chrysalidocarpus

lutescens), Glodokan Tiang (Polyalthia Longifolia), Pucuk Merah (Syzigium

oleina), Kamboja (Plumeria acuminata), Rumput Gajah (Axonopus Compressus),

dan Canna (Canna sp). Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 26 mengenai

tutupan vegetasi di Terminal 3 dan Gambar 27 mengenai jenis-jenis vegetasi yang

berada di kawasan Terminal 3.

Key Plan

46

 

47

 

Gambar 27 Vegetasi yang Terdapat di Terminal 3

4.2.1.8 Satwa

Satwa yang ditemukan di Terminal 3 dibagi menjadi dua, yaitu hewan

peliharaan masyarakat sekitar Bandara Soetta dan hewan liar. Hewan peliharaan

diantaranya seperti kambing, sedangkan hewan liar adalah berbagai jenis aves.

Keberadaan satwa tersebut dapat membahayakan operasional bandara. Berikut

dapat dilihat pada Gambar 28 berbagai jenis satwa yang dapat mengganggu

keselamatan penerbangan menurut Laporan Survey Lokasi Bandara Soetta di

Terminal 3 oleh PT (Persero) Angkasa Pura II pada Semester 2 tahun 2010.

Key Plan

48

 

Gambar 28 Satwa yang dapat Mengganggu Keselamatan Penerbangan

4.2.1.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas

Lokasi Terminal 3 tidak begitu jauh dari pintu masuk utama Bandara Soetta.

Jalur menuju Terminal 3 dapat melalui Jalan P1 melewati bunderan prasasti dan

penanda arah lokasi. Lokasi tersebut dapat diakses dengan menggunakan

kendaraan pribadi (mobil dan motor) maupun kendaraan umum. Fasilitas

transportasi umum yang sudah tersedia antara lain bus dan taksi. Selain itu,

pengunjung Bandara Soetta dari Terminal 1 dan 2 dapat menggunakan

transportasi gratis dengan shuttle bus yang berwarna kuning. Berikut mengenai

penanda sirkulasi pada area kedatangan Terminal 3 (Gambar 29) dan peta

sirkulasi Terminal 3 (Gambar 30).

4.2.1.10 Fasilitas pada Tapak

Pada Terminal 3 terdapat berbagai fasilitas umum yang sudah tersedia,

antara lain ruang menyusui, ruang tunggu, ATM (terdiri dari Bank Mandiri,

Panin, dan Bukopin), area parkir, mushola, toilet, dan konter air siap minum untuk

pengunjung. Sedangkan, fasilitas komersial yang tersedia terdiri dari berbagai

Key Plan

49

 

Gambar 29 Penanda Sirkulasi Area Kedatangan Terminal 3

jenis, antara lain snack bar, restoran, dan cafe (seperti bakmi GM, J.Co,

Starbucks, Bread Papa, CFC, Hikaru Cafe, dan Laras), retail (Toko Buku

Amanda), Mini Market, (Circle K), dan refleksi (Vending Machine). Selain itu,

maskapai penerbangan yang beroperasi pada Terminal 3 adalah Indonesia Air

Asia, dengan konsep penerbangan low cost carrier. Berikut dapat dilihat pada

Gambar 31 mengenai peta kondisi umum fasilitas Terminal 3.

4.2.3 Kondisi Sosial

Kondisi sosial yang dibahas pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu: sejarah,

pengelola bandara, dan pengunjung.

Key Plan

50

 

51

 

52

 

4.2.3.1 Sejarah

Pembangunan Terminal 3 tahap pertama dimulai pada tahun 2007 dan

diresmikan pada tanggal 16 April 2009 dengan jumlah satu pier dari keseluruhan

rencana lima pier. Bangunan Terminal 3 ini menggunakan konsep yang berbeda

dari terminal sebelumnya, yaitu dengan konsep modern dan minimalis. Terminal 3

diperuntukkan untuk maskapai bertarif rendah (low cost carrier), Indonesia

AirAsia yang melayani penerbangan domestik.

Berdasarkan Master Plan Bandara Soetta, Terminal 3 akan memiliki lima

pier dengan setiap pier memiliki kapasitas sebesar 4 juta penumpang per tahunnya

dan memperpanjang runway 2 menjadi 4.000 m. Selain itu, Terminal 3 akan

dihubungkan dengan transportasi kereta ke Stasiun Manggarai, Jakarta.

4.2.3.2 Pengelola Bandara

Pengelola Terminal 3 adalah pihak divisi PT (Persero) Angkasa Pura II yang

mengelola Terminal 3. Sejak adanya Terminal 3 di Bandara Soetta, PT (Persero)

Angkasa Pura II membagi bidang pekerjaan operasional bandara kedalam masing-

masing terminal dan dipimpin oleh seorang General Manager (GM). Aktivitas

yang dilakukan pengelola Terminal 3 ialah melayani jasa penerbangan dan

penunjang bandara, serta melakukan pengelolaan terhadap berbagai jenis fasilitas

yang terdapat di Terminal 3.

4.2.3.3 Pengunjung

Terminal 3 untuk sementara hanya difungsikan sebagai terminal yang

melayani penerbangan domestik. Namun, sesuai dengan Master Plan Bandara

Soetta, rencananya apabila pembangunan Terminal 3 telah selesai semua tahapan,

maka penggunaan terminal ini akan melayani penerbangan domestik dan

Internasional. Pada tahun 2009 (tahun pertama operasional terminal bandara),

jumlah penumpang Terminal 3 adalah 3,7 juta orang. Sedangkan, pada tahun 2010

turun menjadi 1,9 juta orang. Penurunan ini disebabkan karena gulung tikarnya

salah satu maskapai yang beroperasi di Terminal 3, yaitu Mandala. Sehingga,

untuk sementara hanya satu maskapai yang beroperasi di Terminal 3, yaitu

Indonesia AirAsia.