kondisi umum tnwk

36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum TN Way Kambas dan sekitarnya Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas dan Cabang disisihkan sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung didalamnya. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh Residen Lampung, Mr. Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38. Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 429/Kpts-7/1978 tanggal 10 Juli 1978 dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam (SBKPA). Kawasan Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha pada tahun 1985 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/1985 tanggal 12 Oktober 1985. Pada tanggal 1 April 39

Upload: eko-hartanto

Post on 02-Aug-2015

64 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONDISI UMUM TNWK

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Umum TN Way Kambas dan sekitarnya

Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas dan Cabang disisihkan

sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah

hutan yang tergabung didalamnya. Pendirian kawasan pelestarian alam

Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh Residen Lampung, Mr.

Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda

tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38.

Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way kambas diubah menjadi

Kawasan Pelestarian Alam (KPA) oleh Menteri Pertanian dengan Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 429/Kpts-7/1978 tanggal 10 Juli 1978

dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam (SBKPA). Kawasan

Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam

(KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha pada tahun

1985 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/1985

tanggal 12 Oktober 1985. Pada tanggal 1 April 1989 bertepatan dengan

Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang Yogyakarta, dideklarasikan

sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan Surat

Keputusan

39

Page 2: KONDISI UMUM TNWK

Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989

dengan luas 130,000 ha. Kemudian pada tahun 1991 atas dasar Surat

Keputusan Menteri Kehutanan nomor 144/Kpts/II/1991 tanggal 13 Maret

1991 dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas, dimana

pengelolaannya oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way

Kambas yang bertanggungjawab langsung kepada Balai Konsevasi

Sumber Daya Alam II Tanjung Karang. Dengan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 13 maret 1997 dimana Sub

Balai Konsevasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai

Balai Taman Nasional Way Kambas. Setelah ditata dilakukan rekontruksi

batas pada tahun 1998, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor 670/Kpts-II/1999 luas Taman Nasional Way Kambas adalah

125.621,3 ha.

Alasan Menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan pelestaerian alam

adalah untuk melindungi kawasan yang kaya akan berbagai satwa liar,

termasuk tapir (Tapirus indicus), gajah Sumatera (Elephas maximus

sumatranus), enam jenis primata, sambar (Cervus unicolor), kijang

(Muntiacus muntjak), harimau Sumatera (Panthera tigris), beruang madu,

dan juga sungai yang kaya akan ikan.

Meskipun telah ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa, namun

hampir selama dua puluh tahun, terutama pada periode 1968 – 1974,

ketika kawasan ini dibuka untuk Hak Pengusahaan Hutan, kawasan ini

beserta segala isinya termasuk satwa, banyak mengalami kerusakan.

40

Page 3: KONDISI UMUM TNWK

2. Potensi dan Permasalahan TN Way Kambas

a. Ekosistem Taman Nasional Way Kambas

Kawasan TN. Way Kambas mempunyai 4 (empat) tipe ekosistem besar

yaitu, ekosistem hutan hujan dataran rendah, ekosistem hutan rawa,

ekosistem hutan payau, ekosistem hutan pantai.

Masing-masing dari tipe ekosistem tersebut mempunyai fungsi dan

kekhasan masing-masing. Ekosistem hutan hujan dataran rendah

mendominasi di daerah sebelah barat kawasan. Karena daerah tersebut

terletak pada daerah yang paling tinggi dibandingkan dengan lain. Jenis

yang mendominasi adalah meranti (Shorea sp), rengas (Gluta renghas),

keruing (Dipterocarpus sp), dan banyak jenis lain. Ekosistem hutan hujan

dataran rendah ini rata-rata mempunyai keanekaragaman hayati yang

cukup tinggi, karena biasanya telah mempunyai stratum tajuk yang

lengkap. Hutan rawa terutama menempati pada daerah sekitar sungai

terutama terletak di wilayah timur kawasan, Satwa jenis burung lebih

suka pada ekosistem hutan rawa. Sedangkan untuk hutan

mangrove/payau terletak disekitar pantai dimana terdapat

pergantian/salinasi antara air asin dan tawar secara teratur. Sedangkan

pada hutan pantai ini terutama terletak di sepanjang pantai timur Taman

Nasional Way Kambas.

Namun ekosistem tersebut saat ini telah mengalami degradasi yang

disebabkan oleh berbagai aktivitas ilegal dan dinamika ekosistem itu

41

Page 4: KONDISI UMUM TNWK

sendiri. Saat ini 40 % kawasan kondisinya rusak karena kebakaran hutan,

penebangan liar, perambahan liar dan lain-lain

b. Flora

Taman Nasional Way Kambas mempunyai keanekaragaman jenis flora

yang tinggi. Jenis flora yang ada di Taman Nasional Way Kambas dapat

dikelompokkan berdasarkan empat tipe diatas yaitu flora yang tumbuh

pada ekosistem hujan dataran rendah, ekosistem rawa, ekosistem hutan

pantai, dan ekosistem payau atau mangrove. Masing-masing tipe

ekosistem tersebut mempunyai kekhasannya.

Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Pertanahan Nasional bahwa TN

Way Kambas hanya mempunyai ekosistem hutan yang asli lebih kurang

700 ha, dimana yang lainnya merupakan bekas pembalakan HPH (Hak

Pengusahaan Hutan)

c. Fauna

Keanekaragaman fauna kawasan TN. Way Kambas sangat tinggi, secara

garis besar fauna TNWK dikelompokan dalam, mamalia, aves, reptilia,

dan insekta.

1. Mamalia

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatraensis), Badak Sumatera

(Dicerorhinus sumatraensis), Tapir (Tapirus indicus), Rusa (Cervus

unicolor) Kijang (Muntiacus muntjac), Napu (Tragulus napu), Babi

Hutan (Sus scrofa). Selain itu terdapat jenis mamalia lain,

42

Page 5: KONDISI UMUM TNWK

diantaranya :

Beruang Madu (Helarctos malayanus), Harimau Sumatera (Panthera

tigris sumatrae), Anjing Hutan (Cuon alpinus), Kucing Emas (Felis

temminckii), Kucing Bulu (Felis marmorata) dan jenis-jenis musang.

2. Primata

Terdapat 6 (enam) jenis primata yaitu Siamang (Symphalangus

syndactyllus), Owa (Hylobates moloch), Beruk (Macaca nemestrina),

Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Presbytis cristata)

dan Lutung Merah (Presbytis rubicunda). Jenis primata ini sebagian

telah dilindungi oleh Undang-undang.

3. Burung ( Aves)

Kawasan Taman Nasional Way Kambas memiliki ± 286 jenis burung,

diantaranya Rangkong (Bucerotidae), Kuntul Putih (Egreta sp), Beo

(Gracula religiosa), Ayam Hutan (Gallus gallus), Pecuk ular (Anhinga

melanogaster), dan Raja Udang (Halcyon funebris). Juga terdapat

burung langka yang dijadikan objek penelitian yaitu bebek hutan atau

Itik liar (Cairina scutulata). Dibeberapa tempat kawasan Taman

Nasional Way Kambas terdapat juga habitat burung migrant.

4. Lain-lain

43

Page 6: KONDISI UMUM TNWK

Di Taman Nasional Way Kambas juga terdapat jenis-jenis Amphibia,

Reptilia dan Ikan (Pisces). Dari Reptilia terdapat buaya sinyulong,

buaya muara, kura-kura sisik, dan berbagai jenis ular. Sedangkan jenis

ikan yang terdapat di daerah ini adalah Ikan Baung yang sangat

terkenal sebagai hidangan khas Lampung (Data Konservasi Kawasan,

2002).

3. Potensi wisata

Obyek wisata di TN. Way Kambas terbagi menjadi kelompok yang masih

mempunyai obyek alami yang belum banyak mendapat campur tangan

manusia dan obyek alam yang sudah banyak mendapat campur tangan

manusia. Beberapa obyek wisata alam yang menjadi andalan TN. Way

Kambas.

i. Pusat Latihan Gajah dengan gajah yang terlatih yang terdiri

dari gajah tangkap, latih, atraksi, kerja, dan patroli serta

pemadam kebakaran hutan

ii. Sepanjang sungai Way Kanan sampai dengan Kuala Kambas,

memeiliki panorama atau pemandangan alam yang masih

alami dengan menggunakan speed boat atau kapal motor

44

Page 7: KONDISI UMUM TNWK

iii. Kuala Kambas dengan obyek pemandangan pantai dengan

pasir putih dan laut lepas serta pengamatan terhadap hutan

pantai serta perkampungan nelayan sementara.

iv. Kalibiru dan wako dengan padang rumputnya sebagai habitat

rusa, gajah dan burung rawa.

4. Aksesibilitas

Taman Nasional Way Kambas dapat dicapai dengan jalan darat dari

Bandar Lampung melewati Metro dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.

Alternatif lain adalah dengan melewati Bandar Lampung - Sribowono -

Way Jepara – Taman Nasional Way Kambas dengan waktu dan jarak

tempuh hampir sama.

Di dalam Kawasan Taman Nasional Way Kambas terdapat jalan darat

yang dapat dilalui kendaraan roda empat, yaitu dari pos Plang Ijo ke Pos

Way Kanan sepanjang lebih kurang 13 Km dan ke Pusat Latihan Gajah

(PLG) sepanjang lebih kurang 9 Km.

Beberapa sungai besar yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana

transportasi diantaranya adalah Way Kanan, Way Kambas, Way Negara

Batin, Way Penet, Way Pegadungan, Way Wako. Dengan menggunakan

speed boad, pengunjung dapat menjangkau bagian hilir dari sungai Way

Kanan yaitu Kuala Kambas di pantai Laut Jawa dengan lama perjalanan

sekitar 2 jam.

45

Page 8: KONDISI UMUM TNWK

Disepanjang sungai pengunjung dapat menikmati keindahan alam dan

keanekaragaman hayati.

Untuk menjelajah hutan di Way Kanan, baik untuk wisata dan kegiatan

penelitian pengunjung dapat menelusuri jalan setapak dengan berjalan

kaki atau mengendarai gajah tunggang yang dipandu oleh petugas

5. Hidrologi

Kawasan TN. Way Kambas termasuk kedalam sub DAS Kambas- Jepara.

Sungai-sungai yang terdapat di dalam kawasan dan sekitarnya umumnya

beraliran lambat. Hal tersebut salah satunya berhubungan dengan

ketinggian lahan dari muka laut yang rendah. Daerah ini banyak juga

ditemui rawa-rawa terutama disekitar sungai. Tingkat ketersediaan air

pada musim penghujan sangat melimpah sedangkan pada musim

kemarau terjadi sebaliknya.

Secara garis besar Taman Nasional Way Kambas mempunyai 3 (tiga) sub

kelompok sungai besar yang semua alirannya bermuara di pantai laut

Jawa sebelah timur kawasan. Ketiga sungai itu sebagai berikut, disebelah

selatan kelompok sungai yang aliran airnya bergabung dengan sungai

Penet, di daerah tengah kelompok sungai yang bergabung dengan sungai

Way Kanan dan Wako serta kelompok sungai yang alirannya bergabung

dengan sungai Pegadungan yang berada disebelah utara kawasan. Dari

masing-masing sungai tersebut rata-rata hulu sungainya terletak di

wilayah Seksi Konservasi Wilayah Bungur, hal tersebut berhubungan

46

Page 9: KONDISI UMUM TNWK

dengan wilayah yang paling tinggi dari permukaan laut di kawasan TN.

Way Kambas dibandingkan dengan daerah lain.

6. Topografi

Pada umumnya kondisi topografi TN. Way Kambas relatif datar dan sedikit

bergelombang dibagian timur dengan ketinggian 0 – 50 m dpl. Daerah

yang mempunyai ketinggian 50 meter adalah sekitar kecamatan

Purbolinggo. Pada bagian timur kawasan merupakan daerah lembah yang

terpotong oleh sunga-sungai yang menyebabkan terbentuknya topografi

bergelombang.

7. Tanah

47

Page 10: KONDISI UMUM TNWK

Berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Tanjungkarang (PPT,

1993) terdapat hampir 10 Satuan Peta Tanah. Tanah-tanah tersebut

berkembang dari endapan aluvium dan endapan tufa masam. Jenis tanah

paling luas adalah Podsolik, sedangkan jenis-jenis lainnya dijumpai dalam

areal sempit, yaitu pada fisiografi aluvial dan marin. Tanah jenis Podsolik

mempunyai kandungan liat yang tinggi (lebih dari 30 %).

Tanah jenis ini mempunyai reaksi tanah masam, dengan kandungan Al

yang tinggi, unsur hara rendah, sehingga diperlukan pengapuran dan

pemupukan serta pengelolahan tanah yang baik.

Hal Ini sangat berhubungan dengan sifat tanah. Jenis tanah podzolik

mudah sekali menangkap air tapi relatif sulit untuk dimanfaatkan karena

kandungan liat yang cukup tinggi, sehingga ketersediaan air sangat

dipengaruhi oleh adanya hujan.

Pada umumnya topografi Kawasan Taman Nasional Way Kambas Relatif

datar dan bergelombang dengan ketinggian antara 0-50 m dpl. Titik

tertinggi terletak di bagian barat daya, tepatnya disebelah timur

Kecamatan Purbolinggo (50 mdpl). Bagian timur kawasan merupakan

daerah lembah yang terpotong oleh sungai-sungai yang menyebabkan

terbentuknya topografi bergelombang. Pada saat musim hujan, lembah-

lembah ini biasanya terisi oleh air dan pada bagian lembah agak yang

dalam air menggenang sepanjang tahun. Daerah ini dapat dijumpai

pesisir garis pantai, seperti yang terlihat di sekitar Kuala Penet.

48

Page 11: KONDISI UMUM TNWK

8. Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Smidth dan Ferguson iklim di

Kawasan Taman Nasional Way Kambas termasuk tipe iklim B dengan nilai

Q sebesar 28,57 % dan curah hujan berkisar antara 2500-3000 mm per

tahun, sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah

pegunungan. Musim kering di Taman Nassional Way Kambas biasanya

jatuh sekitar bulan April hingga September. Selama musin kering curah

hujan di kawasan ini kurang dari 100 mm per bulan. Rata-rata bulan

kering jatuh pada bulan Agustus atau September. Terdapat musim kering

khas rata-rata 2-6 bulan sekali dalam 20 tahun. Suhu rata-rata bulanan

berkisar antara 23 OC, sedangkan suhu terendah terjadi pada bulan

Desember yaitu 16 oC. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan

Januari yaitu sebesar 93,1% dan kelembaban udara terendah terjadi pada

bulan Juli yaitu 70,1%.

9. Sosial ekonomi

a. Sosial Budaya

Penduduk yang tersebar di 10 (sepuluh) kecamatan yang berada

disekitar Taman Nasional secara garis besar dapat di bagi menjadi dua

kelompok, yaitu: penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk asli

sebagian besar berada di Kecamatan Sukadana dan Way Jepara.

sedangkan, penduduk pendatang dari Jawa dan Bali menyebar hampir

diseluruh Kecamatan yang ada di sekitar kawasan. Penduduk pendatang

49

Page 12: KONDISI UMUM TNWK

lainnya seperti Melayu, Bugis, Serang, dan Batak banyak bermukim di

daerah Pesisir. Sebagian besar penduduk tersebut 95% memeluk

agama Islam, sedangkan sisanya beragama Katholik, Kristen Protestan,

Hindu, Budha, dan Aliran Kepercayaan. Demikian juga penduduk yang

tinggal didesa-desa didominasi oleh para pendatang terutama dari Jawa,

baik dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dimana masing-

masing etnis membawa ciri masing-masing, yang mana pandangan

terhadap prinsip konservasi juga berbeda.

b. Ekonomi

1. Pola penggunaan Iahan

Hampir seluruh desa yang berada disekitar TN. Way Kambas

digunakan sebagai lahan pertanian. Sesuai dengan keadaan

penduduk yang ada pola penggunaan lahan secara garis besar

terbagi menjadi dua. Penduduk asli pada umumnya menggunakan

lahannya melalui pola pertanian lahan kering. Pola pertanian lahan

kering ini berupa kebun lada, kelapa, durian, dan ladang singkong.

Pola penggunaan lahan basah berupa pesawahan banyak di lakukan

oleh penduduk

pemukiman selain sebagai tempat tinggal, juga diusahakan sebagai

pekarangan dengan tanaman kebutuhan sehari-hari. Rata-rata lahan

yang berada disekitar Taman Nasional Way Kambas, yang digunakan

sebagai areal pertanian merupakan tanah marginal / miskin hara.

50

Page 13: KONDISI UMUM TNWK

Dengan sebagian besar terdiri dari jenis podsolik yang membutuhkan

pengolahan tanah yang intensif.

2. Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian ditentukan oleh peranan sektor-sektor

ekonomi yang ada dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur

yang terbentuk dan nilai tambah yang di capai oleh setiap sektor

ekonomi memberi gambaran besarnya ketergantungan suatu daerah

terhadap produkproduk tersebut.

Dalam struktur perekonomian di daerah sekitar Taman Nasional,

peranan sektor pertanian masih mendominasi. Sedangkan sektor

industri dan jasa masih belum memberikan peranan yang penting,

walaupun di daerah tersebut terdapat industri tepung tapioka dan

industri pisang, di samping jasa perdagangan, dan transportasi.

Kontribusi masing-masing sektor di wilayah ini belum menunjukan

pergeseran yang berarti dari sektor primer ke sektor sekunder atau

tersier. Meskipun demikian, sektor industri pengolahan sebagai

sektor sekunder naik dari 12,61% menjadi 14,69%. Sedangkan

pergeseran sektor tersier yaitu : perdagangan dan jasa telah

meningkat dari 17,66% menjadi 19,42% (anonimous, 1999)

Dengan pertumbuhan pusat-pusat ekonomi yang di harapkan dengan

pemekaran Kabupaten di harapkan pergeseran sektor primer ke

sektor sekunder dan tersier dapat meningkat lebih baik.

51

Page 14: KONDISI UMUM TNWK

Dengan demikian peluang penyerapan tenaga kerja akan dapat di

perbesar. Dengan dominasi terbesar dari sektor pertanian yang

diperoleh dari lahan marginal, hal ini membawa masalah tersendiri

yaitu hasil produksi yang rendah, sehingga tingkat kesejahteraan

masyarakat sebagian besar tetap rendah. Namun ada keuntungan

lain, yaitu tersedianya tenaga kerja yang cukup melimpah.

Berdasarkan tingkat pendapatan dari masing-masing desa yang

berbatasan dengan sekitar kawasan TN. Way Kambas bahwa rata-

rata masih rendah. Tingkat pendapatan perkapita pertahun berkisar

diantara Rp. 800.000,00 - 2.000.000,00

Dengan demikian pengembangan sektor sekunder dan tertier akan

meningkat dan akan berpengaruh terhadap pengembangan wisata di

Taman Nasional dan obyek wisata lainnya di wilayah ini. Hal ini juga

akan menimbulkan tekanan semakin besar terhadap kawasan

konservasi karena secara geografis kota Way Jepara, Sukadana

lokasinya dekat dengan kawasan.

10. Gajah Liar di Taman Nasional Way Kambas

a. Gajah Sumatera di TN Way Kambas

Gajah Sumatera yang terdapat di TN Way Kambas dibagi menjadi dua

jenis yaitu gajah yang ada di dalam kawasan hutan dan gajah yang

52

Page 15: KONDISI UMUM TNWK

telah dijinakan atau lebih dikenal gajah PLG (Pusat Latihan Gajah) Way

Kambas, namun keduanya tergolong dalam gajah liar.

1. Gajah Liar

Gajah liar atau yang masih berada dalam kawasan hutan, saat ini

jumlah populasinya antara 180 ekor sampai dengan 250 ekor.

Tersebar di seluruh kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas,

yang terkonsentrasi pada wilayah dengan vegetasi relatif masih

baik.

Dalam pola hidupnya gajah liar terbagi menjadi beberapa kelompok

atau rombongan yaitu kelompok kecil, sedang dan besar. Kelompok

kecil terdiri dari 5 – 10 ekor, kelompok sedang 10 – 20 ekor dan

kelompok besar jumlah anggota 20 – 35 ekor. Namun ada juga

gajah yang tidak berkelompok lagi yang lebih dikenal dengan gajah

soliter

(terpisah) dari kelompoknya. Perbedaan yang jelas antara gajah

jantan dan betina terletak pada gading yang dimiliki oleh gajah

jantan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh petugas

Balai Taman Nasional Way Kambas dan WCS (Wildlife Conservation

Society) kelompok gajah yang sering keluar kawasan adalah

kelompok kecil (5-10) dan gajah yang telah terpisah dari

rombongannya/soliter.

53

Page 16: KONDISI UMUM TNWK

Beberapa kemungkinan yang menyebabkan gajah keluar kawasan:

1. Jumlah populasi gajah liar telah melampui kemampuan kawasan

dalam menyediakan kebutuhan pakan dan ruang hidupnya.

Semakin besar jumlah populasi gajah maka kebutuhan pakan

dan ruang semakin besar sedangkan luas kawasan tetap

sehingga secara relatif luas habitat gajah semakin mengecil.

2. Adanya kerusakan habitat kawasan yang telah menyebabkan

tingkat ketersediaan pakan menjadi berkurang. Beberapa

penyebab kerusakan kawasan antara lain: kebakaran hutan,

perambahan, penebangan liar.

54

Page 17: KONDISI UMUM TNWK

3. Namun ada perilaku gajah yang cukup penting yang terlepas

dari dua faktor diatas yaitu kebutuhan akan jelajah yang dapat

menimbulkan gangguan pada lahan budidaya milik masyarakat,

dimana kebiasaan tersebut cukup sulit untuk dihilangkan dan

memerlukan waktu cukup lama.

2. Gajah liar di Pusat Latihan Gajah TN Way Kambas

Pusat Latihan Gajah Way Kambas didirikan dengan maksud

mengurangi terjadinya konflik gajah dengan manusia. Pada saat

itu konflik antara manusia dan gajah cukup tinggi, sehingga

sebagian masyarakat menyebutnya sebagai hama. Dalam

rangka meningkatkan nilai manfaat gajah untuk kepentingan

manusia, maka di PLG gajah mendapatkan ketrampilan khusus.

Gajah-gajah yang dijinakkan tersebut biasanya berasal dari hasil

tangkapan karena keluar kawasan hutan. Saat ini jumlah yang

ada di PLG 63 (enam puluh tiga) ekor. Beberapa manfaat dari

gajah yang terlatih, antara lain untuk gajah atraksi, gajah

wisata, gajah tunggang dan gajah kerja.

55

Page 18: KONDISI UMUM TNWK

11. Perburuan gajah liar di TN Way Kambas

a. Perburuan secara tradisional

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dari petugas Polisi

Kehutanan (Polhut) yang ada di Balai Taman Nasional Way Kambas,

kegiatan perburuan dikatakan tradisional jika jenis peralatannya

masih mempergunakan alat manual seperti jerat, tombak atau

mempergunakan hewan buru/anjing geladak.

Jerat yang sering dipasang dengan menggunakan kawat seling baja

yang dikaitkan dengan kayu hidup, dengan sasaran satwa seperti

babi hutan, rusa ataupun jenis sambar. Untuk satwa gajah,

perangkap semacam ini tidak langsung mematikan, karena pohon

sebagai tempat kawat bisa tercabut, namun dengan luka yang

dibawa dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan gajah

sehingga selanjutnya akan menyebabkan kematian hewan

tersebut. lambat laun akan menyebabkan gangguan pada gajah

tersebut.

Walaupun demikian yang menjadi korban tidak hanya hewan

sasaran saja, jenis lainnya pun akan menjadi korban. Beberapa

satwa yang sering menjadi sasaran mereka antara lain babi hutan,

rusa dan badak, serta harimau.

b. Perburuan dengan menggunakan senjata api

Seiring dengan kemajuan teknologi, peralatan yang dipergunakan

untuk melakukan perburuan liar juga berkembang, antara lain

56

Page 19: KONDISI UMUM TNWK

dengan menggunakan senjata api. Jenis senjata api yang sering

dipergunakan dalam aktivitas perburuan mereka terbagi menjadi

dua jenis yaitu senjata api rakitan dan senjata api organik. Kedua

jenis senjata tersebut tergolong kepada senjata yang mematikan.

Sehingga dengan menggunakan alat tersebut jumlah dan jenis

satwa liar yang menjadi korban semakin bertambah.

c. Kejahatan terhadap satwa gajah di PLG

Kejahatan terhadap Gajah liar tidak hanya terjadi di dalam kawasan

hutan atau yang masih liar. Dari hasil wawancara yang telah

dilakukan di Pusat Latihan Gajah Way Kambas sebagai tempat

berkumpulnya gajah Sumatera yang telah dijinakkan mempunyai

tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gangguan dalam bentuk

pemotongan gading yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Jumlah gajah jantan / bergading cukup banyak dengan kondisi

yang cukup baik, sehingga hal tersebut dapat mendorong

terjadinya pencurian gading dengan melakukan pemotongan

paksa

2. Dengan jumlah gajah jantan cukup banyak sehingga

ketersediaan gading dengan nilai ekonomi tinggi cukup banyak

57

Page 20: KONDISI UMUM TNWK

3. Pola yang telah dipergunakan untuk penjinakan saat ini

menyebabkan ruang gerak dari gajah tersebut dibatasi,

sehingga kemungkinan gajah jantan dipotong cukup tinggi.

Pada waktu siang gajah tersebut dilepas untuk di angon

namun kakinya tetap dirantai. Pada waktu malam hari gajah

tersebut dikandangkan.

4. Pengawasan atau kontrol terhadap gajah dan pawang belum

optimal

Menurut hasil pengamatan dan berdasarkan data penyidikan yang

telah dilakukan bahwa tindakan kejahatan terhadap satwa tersebut

dilakukan dengan cara memotong gading pada gajah yang masih

hidup namun tidak mematikan.

Beberapa kasus perburuan liar yang tertangkap tangan yang terjadi di TN Way

Kambas yang telah ditangani oleh petugas antara lain sebagai berikut :

NoJenis yang

diburuTersangka Lokasi Kejadian

Vonis

1 Babi Makun bin Sandi KartaHaryono Bin Makun

Plang Hijau 2 Juli 2004 3 bulan

2 Napu Kentul Bin Somo Suli Plang Hijau 9 Peb 2004 4 bulan3 Menjangan Purnomo Bin Suyono Kapi

Jembat Seling

22 Juni 2004

1 tahun 8 bulan

4 Ikan air tawar Bambang Bin Kariman Kuala Kambas

13 September 2004

8 bulan

5 Rusa Nanang Kosim Bin Supriyadi

Susukan Baru

11 Nop 2004

10 bulan

6 Rusa Malih Bin Husin Susukan Baru

11 Nop 2004

10 bulan

7 Burung Jumali Bin MurjoJumadi Bin Surat

Cabang 20 Des 2004

P.21

58

Page 21: KONDISI UMUM TNWK

8 Gajah Mati Penyelidikan Susukan Baru

Juli 2005 -

9 Gajah Mati Penyelidikan Plang Hijau Juli 2005 - Sumber : Data pelanggaran tahun 2004 Balai Taman Nasional Way Kambas

12. Penanganan terhadap pelaku kejahatan perburuan gajah liar

a. Proses penanganan kejahatan perburuan liar

Rangkaian tindakan kejahatan perburuan terhadap satwa liar gajah

Sumatera cukup panjang. Mulai pada tingkat pertama yaitu tingkat

lapangan yaitu pelaksana atau pemburu. Tingkat kedua adalah

penampung atau penadah dan tingkat selanjutnya adalah pemasaran

lanjutan.

Oleh karena itu, penanganan kejahatan perburuan terhadap satwa

tersebut harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor dengan

melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari Instansi yang

bertanggungjawab

pada perlindungan satwa liar dan intansi penegak hukum lainnya seperti

kejaksaan, Kepolisisian dan Pengadilan. Penanganan kejahatan perburuan

liar dilaksanakan melalui upaya preventif dan represif. Upaya preventif

yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan secara dini untuk mencegah

terjadinya pemburuan liar. Dan upaya represif yaitu dilakukan melalui

tindakan penegakan hukum dan upaya kepolisian lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap petugas upaya-upaya yang

dilakukan dalam menangani perburuan liar baik preventif atau represif

adalah sebagai berikut:

59

Page 22: KONDISI UMUM TNWK

1. Upaya preventif dilakukan melalui :

a. Sosialisasi dan penyuluhan mengenai peraturan perundang-

undangan,

b. Patroli wilayah dan sekitarnya melalui patroli rutin, patroli

fungsional dan operasi gabungan.

2. Sedangkan upaya represif lebih cenderung kepada kegiatan

penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran.

Proses penanganan pelaku kejahatan perburuan satwa liar gajah

Sumatera yang dilindungi oleh Undang-Undang dibedakan menjadi dua

macam yaitu pelaku yang tertangkap tangan dan melalui pengembangan

penyidikan.

Pelaku yang tertangkap tangan adalah pelaku perburuan yang tertangkap

langsung ditempat kejadian dengan bukti-bukti awal yang cukup kuat

seperti adanya barang bukti hasil buruan seperti gading atau bahan

lainnya, alat berburu dan alat komonikasi.

Sedangkan pengembangan penyidikan dilakukan dengan melakukan

penyidikan terhadap kejahatan perburuan di luar perburuan gajah.

1. Tertangkap tangan

a. Penangkapan, proses penangkapan tersangka ini terjadi didalam

kawasan hutan sehingga belum perlu dengan surat perintah

penangkapan yang dikeluarkan oleh kepolisian berwenang

60

Page 23: KONDISI UMUM TNWK

b. Penahanan tersangka, dalam kurun waktu tertentu tersangka

segera harus diserahkan kepada pihak yang yang berwenang

untuk dilakukan proses hukum sejanutnya.

c. Penyidikan, proses penyidikan dilakukan oleh pihak PPNS Taman

Nasional Way Kambas dengan pembinaan oleh penyidik Polri

d. Pengiriman berkas perkara, setelah berkas dinyatakan lengkap

dilanjutkan dengan penyerahan tersangka kepada pihak

kejaksaan untuk proses selanjutnya.

e. Penuntutan di muka pengadilan, tahap selanjutnya adalah

penuntutan tersangka oleh pihak penuntut umum (kejaksaan),

dimana pada tahap tersebut status tersangka meningkat menjadi

terdakwa.

2. Pengembangan penyidikan

Proses penanganan yang dilakukan melalui pengembangan penyidikan

sedikit berbeda dengan proses tertangkap tangan yang diawali dengan

penanganan kejahatan di luar perburuan gajah liar. Perburuan gajah

atau yang bisa disamakan dengan itu antara lain pemotongan gading

di Pusat Latihan Gajah. Beberapa tahapan yang dilalui berdasarkan

wawancara dengan petugas adalah sebagai berikut:

a. Adanya informasi awal tentang kejahatan perburuan gajah liar.

Informasi awal ini diperoleh dari pengembangan penyidikan

terhadap tersangka kejahatan perburuan liar lainnya dan

61

Page 24: KONDISI UMUM TNWK

informasi lainnya. Dengan adanya informasi awal ini pihak TN

Way Kambas melakukan pengumpulan bahan, data dan

keterangan (Pulbaket)

b. Tahap selanjutnya adalah penangkapan tersangka yang harus

dilengkapi dengan Surat Perintah Penangkapan dari pihak

kepolisian. Berbagai barang bukti seperti tulang belulang,

gading atau bahan lainnya perlu disita sebagai barang bukti.

c. Penahanan tersangka yang dilengkapi dengan surat perintah

penahanan dari kepolisian

d. Penyerahan tersangka kepada kepolisian

e. Penyidikan, proses ini untuk mengungkap kebenaran secara

lebih detail yaitu mengetahui bentuk-bentuk kejahatan yang

dilakukan.

f. Penyerahan tersangka kepada kejaksaan, jika dinyatakan telah

selesai pemberkasan dan dinyatakan lengkap maka tersangka

diserahkan kepada pihak kejaksaan

g. Penuntutan tersangka di muka pengadilan. Pada tahap ini

dilakukan pemeriksaan lebih detil baik pada tingkat saksi dan

saksi ahli. Saksi ahli ini diperlukan untuk memperkuat data

sesuai dengan keahliaannya.

h. Penanganan barang bukti, barang bukti yang didapat dari hasil

satwa yang termasuk kategori apendik satu tidak bisa dilakukan

62

Page 25: KONDISI UMUM TNWK

pelelangan dengan alasan apapun tetapi harus diserahkan

kepada pihak yang diberikan otoritas khusus untuk menangani

barang tersebut

b.Organisasi penanganan gangguan hutan dan ekosistemnya

1. Organisasi Balai Taman Nasional Way Kambas

Secara umum organisasi Balai Taman Nasional Way Kambas sebagai

berikut:

Struktur organisasi Balai Taman Nasional Way Kambas

Sumber : SK Menhut Nomor : 6186/Kpts-II/2002

Secara umum organisasi pengelola TN Way Kambas terdiri dari :

1. 1 (satu) kepala Balai setingkat Eselon III (tiga)

63

BalaiBalai

Ka. SKW I Way Kanan

Ka. SKW I Way Kanan

Ka. SBTUKa. SBTU

Jab. FungsionalJab. Fungsional

Ka. SKW III K. PenetKa. SKW III K. PenetKa. SKW II BungurKa. SKW II Bungur

Page 26: KONDISI UMUM TNWK

2. 1 (satu) kepala subbagian tata usaha setingkat eselon IV (empat)

3. 3 (tiga) kepala seksi konservasi keduanya tergolong eselon IV. Seksi

Konservasi Wilayah mempunyai tugas pemangkuan kawasan sesuai

dengan wilayah. Terdapat 3 seksi konservasi wilayah yaitu Way

Kanan, Bungur dan Kuala Penet.

4. Ditambah dengan kelompok jabatan fungsional yang terdiri dari

fungsional PEH dan Polhut.

Saat ini jumlah personil yang terlibat dalam pengelolaan TN Way

Kambas kurang lebih 271 orang.

2. Organisasi Polisi Hutan TN Way Kambas

Sumber : Balai Taman Nasional Way Kambas merupakan pengembangan dari SK Menhut Nomor: 6186/Kpts-II/2002

Sebagai pilar utama dalam perlindungan dan pengamanan hutan dan

habitatnya, maka Polhut menempati peran yang strategis dalam

pengendalian kejahatan terhadap perburuan satwa liar gajah Sumatera.

Saat ini jumlah personil Polhut Balai Taman Nasional Way Kambas 75

orang.

64

Kasat PolhutKasat Polhut

Kaur DalKaur Dal

Wakasat PolhutWakasat Polhut

Kaur PPNSKaur PPNSKanit MobilKanit MobilKaur PDPKaur PDP

Page 27: KONDISI UMUM TNWK

Untuk memenuhi tuntutan pekerjaan dan dinamika organisasi Balai

Taman Nasional Way Kambas, maka dibentuk organisasi Polhut yang

terdiri dari Kasat, Wakasat, Beberapa kepala urusan dan kepala unit

yang berada di lapangan atau seksi konservasi wilayah.

Beberapa tugas dan fungsi yang terdapat dalam organisasi Polhut Balai

Taman Nasional Way Kambas antara lain sebagai berikut :

1. Kasat Polhut mempunyai tugas mengkoordinasikan seluruh

kegiatan yang terkait dengan perlindungan dan pengamanan hutan

lingkup Balai Taman Nasional Way Kambas. Kasat Polhut tersebut

ditentukan berdasarkan kepangkatan/senioritas yang ditetapkan

dengan Surat Keputusan Kepala Balai.

2. Wakil Kepala Satuan Polhut membantu tugas Kasat Polhut guna

kelancaran tugas dan kerja.

3. Kepala Urusan Dalam mempunyai tugas menyiapkan personil dan

sumber daya lainnya dalam pelaksanaan tugas perlindungan dan

pengamanan hutan.

4. Kepala Urusan Penegakan Disiplin Pegawai berkewajiban untuk

membantu kasat Polhut dalam penegakan tugas dan kerja satuan

polisi kehutanan

5. Kepala Unit Mobil bertugas untuk membantu perlindungan dan

pengamanan hutan di wilayah yang kekurangan tenaga atau

personil pada lingkup Balai Taman Nasional Way Kambas.

65

Page 28: KONDISI UMUM TNWK

6. Kepala Urusan PPNS, bertanggungjawab terhadap pelaksanaan

penyelidikan dan penyidikan terkait dengan kejahatan atau

pelanggaran kehutanan.

13. Faktor yang berpengaruh terhadap penanganan terhadap

kejahatan perburuan liar gajah Sumatera

Sebagai binatang liar yang dilindungi oleh Undang-undang dengan

kategori apendik I, maka perburuan liar dan perdagangannya perlu

dihentikan secara tuntas, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

penanganan kejahatan tersebut adalah :

1. Lemahnya sumber daya manusia dalam penanganan kejahatan

tersebut,

2. Terbatasnya sarana dan prasarana pengamanan dan perlindungan

hutan sehingga pelaksanaan tidak berjalan secara optimal

3. Vonis yang telah dijatuhkan dirasakan terlalu ringan sehingga belum memberikan efek

jera bagi pelaku

66